Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Pagar Alam, Mutiara dari Bumi Sriwijaya

$
0
0
Kebun Teh Gunung Dempo Pagar Alam Sumsel
Kebun Teh Gunung Dempo Pagar Alam, Sumsel
*Photo by Yopie Pangkey - www.yopiefranz.com*

Barangkali tak ada yang tahu bagaimana cara kenangan bekerja, karena ia seenaknya keluar masuk ingatan. Tapi, sebuah foto berhasil membuat kenangan itu masuk dengan patuh, lalu menetap dan tidak mau pergi dari ingatan.

Foto? Foto apa? Foto kebun teh Gunung Dempo di Pagar Alam Sumsel!

Di penghujung tahun 2015 lalu, saya menemukan gambar itu di blog YopieFranz. Kebetulan dia sahabat saya, seorang fotografer ternama di Lampung. Foto cantik itu begitu apik dan sangat menarik. Lalu, ada apa dengan kebun teh itu sehingga saya sangat terbius? Ada kenangan, harapan,  mimpi, dan juga ada pertanyaan; kapan saya ke sana lagi?

Dulu, usia saya belum masuk belasan tahun ketika diajak keluarga jalan-jalan ke Pagar Alam. Berkendara mobil, melintasi jalan panjang dan berkelok. Menyusuri jalan di tepian Sungai Lematang, Sungai Enim, hingga jauh ke arah Lahat dan kemudian Pagar Alam. Saya hanya ingat tentang hutan, lembah-lembah nan dalam, sungai-sungai, air terjun, serta kelok yang tak saya hitung ada berapa jumlahnya. Seperti mimpi rasanya berada di suatu tempat di mana hanya ada hamparan kebun teh luas sejauh mata memandang, bak permadani hijau nan lembut yang membalut lereng gunung. Udaranya pun sejuk sangat segar, serta punya pemandangan alam yang keindahannya belum pernah saya lihat sebelumnya.

Ketika tinggal di suatu wilayah tambang seperti Pertamina Pendopo, dalam sebuah kota kecil tapi serba ada dan modern, yang dibangun dengan uang hasil kekayaan alam, setiap hari saya hanya menjumpai pipa-pipa minyak dan gas, serta alat-alat penyedot isi perut bumi yang bergerak siang malam tak kenal henti kecuali rusak dan mati.

Gunung menjulang berpayung awan, langit biru dihias awan putih bergerombol,dan hamparan kebun teh yang menghijau, tentu sesuatu yang luar biasa bagi mata. Itu sebabnya berwisata ke Kebun Teh Gunung Dempo meninggalkan kesan sangat indah dalam ingatan saya di masa kecil. Ketika itu, saya tak henti berdecak kagum, hingga selalu memuji sampai hari ini; “Oh, ternyata Sumatera Selatan punya tempat seindah Pagar Alam.”

Sumatera Selatan memang bukan hanya tentang Palembang dengan Jembatan Ampera dan Sungai Musi. Bukan hanya tentang Rumah Limas, Benteng Kuto Besak, Pulau Kemaro, dan aneka kulinernya yang terkenal lezat. Namun, provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatra ini juga punya bentang alam yang indah. Ada hutan tropis dengan beragam satwa di dalamnya, air terjun, sungai, bukit-bukit, desa-desa adat, gua, bahkan gunung nan elok.
 
Sungai Musi, ikon Kota Palembang

Wong Kito Galo

Seperti telah diketahui, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar di Indonesia. Pusat kerajaannya terletak di Sumatra Selatan. Itu sebabnya hingga kini Sumatra Selatan juga dikenal dengan sebutan Bumi Sriwijaya.

Di Bumi Sriwijaya ini, kuliner, seni, sejarah, dan kecintaan pada alam terbuka, bukanlah konsep semata, melainkan kebahagiaan ala Wong Kito.

Tidak kah ingin larut dalam Pesona Sriwijaya?

Ingin. Tentu saja ingin.

Jujur, saya kerap dilabeli sebagai orang Palembang coret. Tinggal dan menetap lama di luar Sumatra membuat saya diragukan sebagai wong kito. Padahal sungguh, darah yang mengalir di dalam tubuh ini berasal dari keluarga melayu asli Palembang yang telah beranak pinak sejak dahulu kala. Kendati jauh dari tanah kelahiran, tak berarti Sumsel jauh di hati. Karena di sana, sanak saudara dari keluarga ibu masih ada. Bukan hanya Palembang, tetapi juga di Pendopo, Muaraenim, Prabumulih, hingga Tanjung Enim. Semua tinggal di kota tambang. Sesekali dalam beberapa tahun sekali saya mengunjungi mereka.

Di sisi lain, sebutan Palembang coret itu ada benarnya. Mungkin blog bernuansa travel ini bisa jadi bukti. Bukti di mana betapa minimnya cerita perjalanan saya tentang Sumsel. Adakah saya bercerita secara khusus tentang wisata-wisata di Palembang? Sepertinya tidak. Walau beberapa tempat di Sumsel ada yang telah berulang kali dijejak, tapi pesonanya tak juga menjelma menjadi deretan tulisan. Saya tak pernah berbicara tentang tanah kelahiran saya sendiri. Ironis memang.

Mungkin sudah saatnya menepis sebutan Palembang coret itu.

Sahabat saya namanya Haryadi Yansyah, berdomisili di Palembang, ia adalah seorang blogger yang secara tak langsung membangkitkan semangat saya untuk tidak menolak lupa pada Pesona Sriwijaya. Lewat cerita yang dituliskannya di blog, saya kerap memupuk harapan agar suatu saat saya bisa seperti dia, bercerita lebih banyak tentang daerah asal saya sendiri. Setidaknya, jangan sampai wisata Sumsel tidak punya tempat di blog ini. 

Foto di Jembatan Ampera, saat mudik tahun 2009

Jembatan kebanggaan, saat ke Palembang tahun 2014

Masjid Agung Palembang - Tahun 2009
Masjid Agung Palembang - Tahun 2014


Mutiara itu Bernama Pagar Alam

Sekarang, mari bercerita tentang pesona Bumi Sriwijaya yang ada di Pagar Alam. Tempat impian yang ingin saya kunjungi di Sumatera Selatan.

Apa saya sudah kenal langsung dengan Pagar Alam? Tentu saja belum. Menginjakkan kaki ke sana saja baru satu kali.  

Wikipedia menyebutkan bahwa Kota Pagar Alam adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2001. Sebelumnya kota Pagar Alam termasuk kota administratif dalam lingkungan Kabupaten Lahat. Kota ini memiliki luas sekitar 633,66 km² dengan jumlah penduduk 126.181 jiwa. Kota ini berjarak sekitar 298 km dari kota Palembang dan juga berjarak sekitar 60 km di sebelah barat daya Kabupaten Lahat. Sebagian besar keadaan tanah di kota Pagar Alam berasal dari jenis latosol dan andosol dengan bentuk permukaan bergelombang sampai berbukit. Jika dilihat dari kelasnya, tanah di daerah ini pada umumnya adalah tanah yang mengandung kesuburan yang tinggi. Hal ini terbukti dengan daerah kota Pagar Alam yang merupakan penghasil sayur-mayur, buah-buahan, dan merupakan salah satu subterminal agribisnis di provinsi Sumatra Selatan.

Teman saya Nata asli Pagar Alam, kerap bercerita dengan bangga tentang kotanya. Kota yang mempunyai potensi wisata yang sangat kaya. Tak hanya punya wisata alam, tapi juga lokasi-lokasi purbakala. Bagaimana tak bangga jika di kota asalnya itu terdapat sedikitnya 33 air terjun dan 26 situs menhir yang sudah tercatat? Banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi, walau belum semuanya dikembangkan. Sebut saja Batu Gong, Perkebunan teh Lereng Dempo, Sungai Lematang Indah, Air terjun (Curup Embun, Curup Mangkok, Curup Tujuh Kenangan), Arca Manusia Purba (Megalithikum), Ribuan situs megalit, Danau (Tebat Gheban, Tebat Libagh), Rimba Candi, Hutan Anggrek.

Daya tarik wisata yang dimiliki Pagar Alam amat lah memikat. Berkunjung ke sana tentu banyak yang bisa dilihat. Namun, untuk ke sana tentu perlu niat yang kuat. Jaraknya jauh dari ibukota provinsi hampir 300 km. Mesti dicapai berjam-jam. Belum ada transportasi udara untuk ke sana. Tapi saya percaya, apa yang didapat dan dijumpai di sana sebanding dengan perjalanan yang ditempuh.  

Gunung Dempo Paagr Alam Sumsel
Kebun teh Gunung Dempo, sebuah pesona di Bumi Sriwijaya
*Photo by Yopie Pangkey - www.yopiefranz.com*

Apa yang membuat saya begitu tertarik pada Pagar Alam, khususnya Kebun Teh Gunung Dempo? Mau tahu jawaban sederhana saya? Karena Kebun Teh Gunung Dempo punya keistimewaan. Dari berbagai sumber yang saya himpun, inilah daya tarik itu:

1. Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa
Perkebunan dan pabrik pengolahan teh Gunung Dempo yang saat ini dikelola PTPN VII merupakan sisa peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Pembangunannya dimulai pada 2 Mei 1929 oleh sebuah perusahaan Belanda, NV Lanbouw Maata Chapij. Selama perkembangannya, perkebunan teh ini menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa.
Perkebunan pernah dikuasai Jepang selama masa Perang Dunia II. Paska kemerdekaan, perkebunan dikelola oleh Departemen Pertanian. Namun, kebun dan pabrik teh sempat dibumihanguskan ketika terjadi sengketa dengan Belanda pada 1949-1951. Pabrik kemudian dibangun kembali oleh perusahaan Belanda lain yaitu Cultuur NV Soerabaya pada tahun 1951-1958. Saat nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda berlangsung hingga tahun 1963, perkebunan dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara Baru Sumsel dan terus berganti nama, hingga sejak 1996 dikelola oleh PTPN VII. Pabrik teh tua peninggalan Belanda tersebut hingga kini masih dimanfaatkan secara utuh.

2. Teh Hitam yang Mendunia
Hal membanggakan dari perkebunan Teh Gunung Dempo adalah produk Teh Hitam yang diakui dunia. Kendati tidak begitu populer di Indonesia, namun sangat terkenal di Asia, Timur Tengah bahkan hingga ke Eropa. Kabarnya, permintaan teh hitam dari luar negeri mencapai ribuan ton tiap tahunnya. Bahkan, produk teh hitam asli Pagaralam diklaim mampu mendongkrak posisi Indonesia ke peringkat lima sebagai negara penghasil teh terbaik di dunia setelah Kenya, Srilanka, India dan Tiongkok.

3. Teh Hitam Berkualitas Wahid
Teh hitam Gunung Dempo terkenal dengan keunggulan kualitasnya. Ini disebabkan letak geografis perkebunan teh berada pada ketinggian 1.000-1.900 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata antara 2.500-3.000 mm. Kemudian didukung suhu berkisar 15-26 derajat celsius dan kelembaban udara antara 60-80 persen. Semakin tinggi teh ditanam, maka semakin tinggi pula kandungan catechins antioxidants-nya. Nah, hanya perkebunan teh Gunung Dempo yang memiliki ketinggian tersebut. Itu sebabnya teh Gunung Dempo punya cita rasa sangat khas dibandingkan dengan teh-teh pabrikan yang beredar luas di pasaran Indonesia. Warnanya coklat mengkilat. Aromanya tajam. Rasanya pun lebih sepat. 

4. Teh Hitam Berkhasiat
Dari berbagai referensi dan sumber online yang saya baca, diketahui bahwa teh hitam cukup banyak mengandung komponen senyawa yang baik bagi tubuh, terutama antioksidan serta " theaflavin" cukup tinggi. Nah, Teh hitam Gunung Dempo yang terbuat dari 100 persen bahan alami (tanpa bahan pengawet) ini ternyata memiliki banya khasiat yang sangat baik bagi kesehatan. Dengan berbagai khasiat dan keistimewaannya itu pula maka tidak heran kalau teh asli Pagaralam diminati negara-negara besar di Timur Tengah dan Eropa sejak lama.

5. Kebun Teh Terbesar di Dunia
Perkebunan Teh Gunung Dempo merupakan suatu kebanggaan bangsa Indonesia, karena Perkebunan Teh Pagar Alam merupakan salah satu perkebunan teh terbesar di dunia.

6. Pemandangan Menawan
Gunung Dempo adalah gunung yang termahsyur di Sumatra Selatan. Ketinggiannya mencapai 3.159 mdpl. Cukup tinggi untuk melihat keindahan alam sekitarnya, bukan? Hamparan pemandangan hijau berupa pucuk-pucuk daun teh, berpadu dengan udara sejuk dan segar. Tinggal di tempat seperti ini bikin enak makan dan enak tidur.
Buat saya, tinggal di tempat seindah ini merupakan kemewahan tiada tara. Tak hanya itu, di sekitar perkebunan terdapat penginapan bernuansa rumah kayu tradisional Sumsel. Jadi, kalau saya ingin merasakan kemewahan itu, tinggal pesan villa untuk bermalam.Soal kuliner, tentu saja tidak perlu khawatir. Di tempat ini makanan khas Sumsel yang terkenal kelezatannya banyak tersedia. Mau pempek ikan, model, bebek rica-rica, kue masuba, kue lapis ketan dan kerupuk kemplang, semua ada dan bisa didapatkan dengan mudah.
 

Tempat impian itu...
*Photo by Yopie Pangkey - www.yopiefranz.com*

Jadi, kenapa tidak bertandang ke Pagar Alam?

Saya yang sudah pernah saja masih ingin ke sana lagi dan lagi, mestinya yang belum juga demikian. Pagar Alam layak dimasukkan ke dalam daftar kunjung, karena ia adalahmutiara memesona yang ada di Bumi Sriwijaya

Menikmati cumbuan alam Pagar Alam adalah sebuah impian. Namun, menikmati pesona ikon Kota Palembang lainnya adalah suatu keharusan.

Pada akhirnya saya kembali bertanya, “Kenapa Pagar Alam?”
Karena banner kontes blog #WonderfulSriwijaya itu bergambar kebun teh Gunung Dempo Pagar Alam. Hehe.

Tapi sungguh, banner itu benar-benar telah menghidupkan sebuah kenangan.

Bagaimana denganmu? Apa tempat impian yang ingin kamu kunjungi di Sumatra Selatan? 




Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Trending Articles