Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Ketika GenPI Banten Mengirimku ke Lampung

$
0
0

Lampung Krakatau Festival 2017

Cuaca cerah yang menghiasi wajah baru Bandara Radin Inten sore itu mengundang rasa sukacita. Membuat saya tak buru-buru menuju terminal kedatangan. Berjalan santai di antara para penumpang yang bergegas, menikmati suasana sore di bandara yang kini lebih rapi dan lebih bagus dari 4 bulan sebelumnya. Mata pun berpapasan dengan billboard Festival Krakatau 2017 yang terpampang besar di pinggir bandara, menampakkan event wisata yang menjadi tujuan saya menginjakkan kaki ke-4 kali di Lampung di tahun 2017. 

Bandara Radin Inten Lampung (in frame: Mbak Terry)

Perjalanan ke Lampung ini bermula dari pesan via Whatsapp yang dikirim pada satu hari sebelumnya (23/8 jam 3.29 pagi) dari Ketua Koordinator GenPI Banten. Sebuah permintaan mendadak yang saya sambut dengan setengah ragu. Keraguan yang membuat saya menghubungi Mas OnoSembungLango, barangkali bisa berangkat menemani atau menggantikan saya. Tapi ia tak bisa, maka akhirnya saya yang pergi, sendiri. Jam 4.43 sore tiket ke Lampung sudah jadi, dikirim oleh Ayu via Whatsapp. Seperti tak percaya. Begitu cepat semua terjadi, dan esoknya (24/8) saya pun berangkat. Di Lampung saya sore itu, datang atas nama Genpi Banten, di tempat yang tak asing lagi bagi saya. 

GenPI Banten bersama Ibu Kadispar Banten, Mas Ebo & Pak Don (Kemenpar), Eko (Koordinator Genpi Banten). Lokasi: Gedung Sapta Pesona Kementrian Pariwisata RI

“Mohon potret kegiatan Lampung untuk referensi di Banten,” pesan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Ibu Eneng Nurcahyati kepada saya. 
  
Pesan yang dikirim melalui Whatsapp grup Genpi Banten itu saya ingat baik-baik. Ada harapan dan kepercayaan di dalamnya. Saya berjanji dalam hati untuk memberikan yang terbaik buat beliau. 
  
“Siap bu, mulai besok saya foto-foto kegiatannya,” jawab saya saat itu.  

Ibu Eneng (berkerudung merah) dan GenPI Banten. Lokasi: Kantor Dispar Banten di Serang


El's Coffee bandara Radin Inten, tempat pertama kalinya jumpa dengan Mbak Molly dari Medan dan Ahmad dari Kepri. Kami sudah beberapa kali saling berinteraksi di dunia maya, dan akhirnya bersua di dunia nyata. Makin sukacita rasanya, meski sesaat saja kumpulnya, karena kemudian saya dan Genpi Jateng (Mas Shafiq & Yudi) menuju hotel dengan taksi online, tidak bersama mereka. Secangkir kopi yang belum saya pesan, terlambat untuk dijadikan ingin. 

Di Els Coffee Bandara Radin Inten Lampung (in frame: Mbak Terry)


Berjumpa mereka ^_^ Ki-Ka: Mbak Molly, Ahmad, Mbak Terry, Mbak Vika

Whiz Hotel jadi tempat menginap selama di Lampung. Saya satu kamar dengan Eca, GenPI Sumbar. Selain Eca, juga ada Robby GenPI Sumsel. Jadi, ada 4 GenPI yang hadir di Festival Krakatau tahun ini. Mereka pentolan-pentolan GenPI dari daerahnya masing-masing, dan sudah lama menjadi GenPI. Sedangkan saya hanya anak baru di GenPI. Itu sebabnya sebelum tiba di Lampung saya berkomunikasi terlebih dahulu dengan Mas Shafiq, minta petunjuk dan arahannya agar selama di Lampung bisa menunaikan kewajiban dengan semestinya.  


Whiz Hotel


Whiz Hotel


Sependek saya bertandang ke Lampung, baru kali ini menginap di Whiz. Hotelnya di kota, dekat dari mana-mana. Kamarnya nyaman dan bersih. Sarapannya bisa saya nikmati tanpa ada penolakan dari lidah dan perut :D Oh ya, malam pertama di Lampung, semua kawan Genpi yang laki-laki menginap di Wisma D’Green. Sabtu malam, mereka baru menginap di Whiz. 

Dari kamar di lantai 6 yang saya tempati bersama Eca, saya bisa menyaksikan view malam Lampung dari ketinggian. Sebuah kota di balik jendela kaca dengan jutaan cerita, dan malam menyelimutinya dengan banyak rahasia.  
  
View Kota Bandar Lampung dari lantai 6


View Kota Bandar Lampung dari lantai 17
  

Malam itu kami makan di Warung Bakso Sony di Jalan Wolter Monginsidi. Bakso ini, namanya kondang di Lampung, bahkan di luar Lampung. Katanya, belum kulineran di Lampung kalau belum mencicipi Bakso Sony. Hmm…berasa dejavu. Sepertinya pernah kemari. Diingat-ingat.....ah, iya. Saya pernah makan di sini dengan para blogger. Agustus tahun lalu, di tempat yang sama, saat event FK juga.  

Usai makan bakso bareng, Mas Shafiq, Yudi, dan Robby lalu pergi. Mereka bergabung dengan Genpi Lampung dan para blogger di tempat lain. Saya bersama Ayu kembali ke hotel, menyiapkan diri untuk esok hari menuju Pulau Sebesi. 

Bakso Sony ini enak, cobalah...


Tapi malam itu saya pesan mie ayam


Robby juga makan mie ayam


Ada yang baru pada Festival Krakatau tahun ini. Peserta Tur Krakatau menginap di Pulau Sebesi terlebih dahulu. Baru pada esoknya mendaki Gunung Anak Krakatau. Karena bakal menginap, persiapan yang dibawa pun jadi lebih banyak. Sebuah ransel penuh perlengkapan dan sebuah tas kamera dengan dua lensa, cukup berat buat saya yang berbadan mungil. Tapi Bismillah, semoga aman dan kuat, nggak pakai sakit dan kelelahan.  

Pagi hari kami sudah meninggalkan Hotel Whiz tanpa sempat sarapan. Dengan menggunakan taksi online kami pergi ke Wisma D'Green, lalu berangkat bareng para peserta lain pakai bus menuju lapangan Korpri. Di sana ada acara pelepasan Tur Krakatau oleh Pak Kadis Pariwisata Provinsi Lampung. Baru setelah itu berangkat sama-sama dengan rombongan lain menuju Dermaga Bom Kalianda. Saya senang acara pelepasan berlangsung cepat, tidak pakai menunggu lama dan berpanjang-panjang kata. Yang agak lama itu nanti, saat di Dermaga Bom. 


Baca juga: Blogger Festival Krakatau 2016

Kadispar Provinsi Lampung melepas keberangkatan peserta Tur Krakatau 2017

Oh ya, Wisma D'Green itu dulunya juga dipilih panitia FK tahun 2015 sebagai tempat bermalam media dan para blogger undangan. Saya pernah menginap di sana, saat pertama kali ikut FK tahun 2015. Pada tahun 2016, saat diundang lagi ikut FK, para blogger diinapkan di hotel yang lebih besar dan bagus, Inna Eight Hotel :) Kalau tahun ini, hotel Whiz yang saya tempati disiapkan oleh kemenpar (lewat EO), karena saya datang sebagai GenPI. 

Setelah acara pelepasan oleh Pak Kadis, rombongan pun berangkat menuju Kalianda dengan menggunakan beberapa bus. Sempat gerimis saat dalam perjalanan. Tapi alhamdulilah setibanya di Dermaga Bom (jam 8 lebih 15 menit), cuaca sudah membaik.  


Baca juga: Blogger Festival Krakatau 2016 Menginap di Hotel Inna Eight


Bersama di bus, berpisah di kapal (GenPI Jateng, Sumsel, Sumbar, Banten, Lampung)

Pertama kalinya bagi saya menginjakkan kaki di Dermaga Bom, di lokasi Amphiteater. Tempat di mana terdapat dua payung raksasa dan lampu-lampu hias yang berdiri tegak. Saya membayangkan tempat ini di malam hari, pasti cantik sekali dengan cahaya lampu malamnya. Apalagi di tepi laut, dengan deretan kapal-kapal yang bersandar, menambah keindahan.  

Salah satu dari dua Payung raksasa di Dermaga Bom Kalianda



Sebelum berangkat, para peserta didaftar ulang. Sementara di panggung, ada penampilan seni daerah setempat. Panitia juga membagikan kotak-kotak makanan, buat sarapan. Saya memaksa diri untuk makan, meski belum ingin. Suasana pagi yang mulai panas, keringat tak henti menetes, membuat selera makan tidak terlalu baik. Pun perasaan tidak enak mulai menghinggapi. Entah apa. Tapi saya tetap makan. Ada lambung mudah sakit yang harus saya pikirkan.  

Dermaga BOM Kalianda jadi cantik ada beginian :)

Saya jadi ingin membandingkan 2 tempat lainnya yang pernah dijadikan titik keberangkatan tur Krakatau pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2015 di dermaga Grand Elty Krakatoa Kalianda. Tahun 2016 di Sari Ringgung Pesawaran. Dari 2 tempat tersebut, saya lebih suka di Dermaga BOM ini. Jarak tempuh dari BDL terasa lebih dekat (rasanya sih begitu). Dermaganya juga lebih nyaman. Selain itu, para peserta juga terlihat lebih tertib dan tenang. Saya melihat dan merasakannya seperti itu.  

Saatnya berangkat

Setelah satu jam berlalu dengan menunggu, akhirnya waktu keberangkatan tiba. Orang-orang mulai bergerak menuju kapal. Saya dan kawan-kawan Genpi juga demikian. Rasa sukacita kembali menyeruak, tak lama lagi berlayar, ke Pulau Sebesi lagi untuk kedua kali. Ah, senangnya. Mood memotret kembali naik, saya pun merekam suasana saat itu dengan kamera ponsel, menjadikannya foto dan video. Namun, di tengah suasana sukacita itulah sesuatu tak terduga datang....
Mana kapalmu?

Bersambung ke cerita selanjutnya: Jelajah Pulau Sebesi. 

Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang 




Kapal berangkat kapten...



 

"Kamu tidak tahu apa yang akan kamu temui dalam perjalanan. Jika itu rintangan, hadapi, lalu tetaplah tegak dan lanjutkan berjalan. Rintangan datang untuk membuatmu makin kuat dan kaya dengan pengalaman hidup." 
.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Trending Articles