Bus melaju tak kencang mengikuti waktu yang terus merayap menuju ujung malam. Saya terkantuk-kantuk. Mata seperti diganduli bongkahan batu bungur seberat 5 kilo. Di saat seperti itu tak ada yang diinginkan selain kasur empuk di dalam kamar berpendingin.
Jam 9 malam. Bus berhenti di depan penginapan bernama De Green. Saat itu rasanya ingin segera menghempaskan badan di pembaringan, lalu tidur sampai pagi. Tapi ceritanya tentu tidak semudah itu. Dua ransel padat harus diturunkan dulu. Check-in dulu. Bagi-bagi baju seragam dulu. Dan tentunya menunggu sampai kamar selesai dibagi dan siap dimasuki.
Wisma De Green. Saya menemukan tulisan itu. Jadi ini wisma?
Mbak Alya (dari dinas pariwisata Lampung) mengurus pemesanan kamar. Kami dibagi-bagi dalam beberapa kamar. Tak ada yang tidur sendiri. Setiap kamar minimal ditempati berdua. Mbak Donna sekamar dengan mbak Evi dan Melly. Saya? Ternyata sekamar dengan Diaz, reporter Berita Satu.
Abis bagi-bagi baju dan topi Festival Krakatau |
Sedang menunggu info tidur sama siapa dan di kamar mana :)) |
Entah kapan perginya, tahu-tahu kantuk sudah bubar jalan dari mata. Rupanya urusan bagi-bagi baju dan topi seragam “Festival Krakatau” bikin mata terang benderang. Bagus juga. Kalau sambil merem nanti asal saja ambil ukuran. Namun yang lebih penting sebenarnya mata melek dibutuhkan untuk menuju kamar di lantai 3.
Tak ada lift, apalagi tangga eskalator. Jadi, malam-malam begini kaki harus naik-naik ke puncak wisma. Untung ada yang bisa diminta untuk bantu angkat ransel. Lumayan nggak jadi nanjak-najak kayak bekicot gara-gara keberatan bawaan.
Malam itu, semua tidur di De Green. Termasuk mbak Alya dan mas Dimas si pemandu wisata. Saya sempat beranggapan kamar sebuah penginapan berstatus wisma itu kecil, sempit, dan pendinginnya pakai kipas angin. Tapi nyatanya, ruang kamarnya nggak sempit-sempit amat. Kasur dan spreinya bersih. Ada TV, AC yang dingin, teko pemanas air, 2 botol air mineral, 2 pasang sandal dan satu buah lemari pakaian.
pas masuk, ternyata alat mandinya ditaruh di atas masing-masing kasur :D |
Nyaman |
Sekamar dengan Diaz |
Kurang pesawat telp saja. Kasihan tamu-tamu kalau ada perlu harus keluar kamar |
tersedia pemanas air+kopi & teh |
Saya suka kamar mandinya bersih |
sandal+odol+sikat gigi+samphoo+sabun |
Yang mengejutkan, kamar mandinya ternyata tidak sesempit yang saya kira. Plafon tinggi. Desain simple modern, dengan shower air hangat dan dingin. Kloset duduk, wastafel, hair dryer, cermin, sabun, sikat gigi, dan pasta gigi. Di mana handuk? Dicari-cari tak ada. Hah! Tidak sedia handuk rupanya. Saat itu saya sedang malas menanyakan kenapa tak ada handuk. Pun tak ada telp di kamar yang bisa digunakan untuk menghubungi petugas. Turun tangga ke lobi alangkah capeknya. Akhirnya saya pakai handuk sendiri. Untung bawa.
Mandi, salat, bersih-bersih wajah, lalu kasak-kusuk mengecas semua batre. Mulai dari batre hp, kamera, sampai powerbank. Besok hari Sabtu (29/8) akan ada perjalanan menuju Gunung Anak Krakatau. Semua gadget itu diperlukan, jadi batre harus dalam keadaan full. Sementara, Diaz keluar mencari minuman. Saya mulai mencoba tidur. Tetapi, di depan kamar mbak Donna ada tamu spesial. Mas Yopi dan mas Indra! Hoaaa…jadi melek lagi.
lobby |
suasananya cozy |
Jam 11 malam saya tak kuat lagi. Mata semakin berat. Tenggorokan juga mulai tak enak. Akhirnya saya menyerah. minta kembali ke kamar lebih dulu. Diijinkan. Sampai di kamar hanya satu tujuan: Tidur! Ditengah kantuk yang mendera, masih sempat terlintas untuk menyetel jam weker. Tapi ini bukan di rumah. Tak ada jam weker. Oh, ya ada HP yang bisa disetel untuk membangunkan dari tidur. Iya, saya sungguh perlu dibangunkan. Khawatir kesiangan karena besok pagi harus pagi sekali berangkat dari hotel.
Malam pertama terlewati dengan tidur sekitar 4 jam saja. Malam kedua juga sama. Bedanya di hari kedua kami diberi handuk. Itu pun bukan disediakan secara otomatis melainkan karena diminta. Agak sedikit perlu perjuangan untuk mendapatkannya.
Restoran |
menu sarapan |
Alhamdulillah bisa sarapan |
Hari Sabtu tgl.29/8, seusai pulang dari trip Gunung Anak Krakatau, saya lihat mas Yoyok menghampiri bagian reservasi, menanyakan soal handuk. Dijawab bahwa handuk sudah disediakan di kamar. Ok, saya pikir kamar kami juga sudah. Eh ternyata setelah sampai di kamar, tetap tak ada handuk. Saya turun. Mas Yoyok juga turun. Si mbak di meja depan bilang akan segera mengambilnya saat itu juga. Kami disuruh naik saja. Mas Yoyok tak mau. Dia mau saat itu juga ada handuknya. Dan dia ingin membawanya sendiri ke kamar.
Mas Yoyok jadi lebih tegas. Mungkin karena nggak mau dibohongi lagi. Akhirnya, seorang petugas ikut bersama kami, mengambil handuk, lalu mengantarnya di depan pintu kamar saat itu juga. Mas Yoyok dapat handuk. Saya dan Diaz juga dapat. Perjuangan 2x naik turun tangga dari lantai 3 demi selembar handuk layak dapat catatan blog *muka jahil*
Sebetulnya, teman-teman di kamar yang lain dapat handuk kok. Kamar saya dan kamarnya mas Yoyok saja yang enggak. Entah kenapa. Mungkin petugas kamarnya lupa. Jangan lupa lagi ya mas/mbak :D
Sebetulnya, teman-teman di kamar yang lain dapat handuk kok. Kamar saya dan kamarnya mas Yoyok saja yang enggak. Entah kenapa. Mungkin petugas kamarnya lupa. Jangan lupa lagi ya mas/mbak :D
Hari terakhir menginap di De Green, besoknya menginap di Pop! Hotel :D |
Ini mbak Alya yang telah banyak membantu kami selama di Lampung. Thanks mbak! |
Mengenai status Wisma, menurut saya penginapan ini sudah layak naik kelas menjadi bintang, minimal bintang 2. Mungkin belum ujian, makanya belum ada kenaikan kelas, apalagi bagi raport hehe. Tetapi, dari brosur hotel yang saya dapat, penginapan ini sudah dinamakan De Green City Hotel. Mungkin jalan menunju bintang sudah dekat. Tinggal menunggu palu diketok.
De Green City Hotel berada di pusat kota Lampung. Lokasinya sangat strategis dan merupakan salah satu daya tarik yang menjadi selling point yang potensial. Untuk keperluan berlibur atau pun berbisnis di Lampung, hotel ini bisa dijadikan pilihan.
Tersedia 4 type kamar yaitu: Standar room Rp 330.000, Deluxe room Rp 400.000, Family room Rp 430.000, Suite family room Rp 540.000. Semua kamar disc 15%. Fasilitas: breakfast, 24 hours room service, complimentary mineral water, hot & cold running water shower, LCD TV with cable TV, meeting room for 100 seats, parking area.
De Green City Hotel Lampung |
Alamat De Green City Hotel:
Jl.Let.Jend.Suprapto No.19 Tanjung Karang Pusat
Kota Bandar Lampung -35116, Indonesia
Telp: 0721-260005 / 260006
Fax: 0721-260630
Email: hoteldegreenlampung@gmail.com
Twitter: @degreen_lampung
Facebook: hotel degreen lampung
*KS/