Serba-Serbi Trip Rombongan Saat Menginap di Malaysia |
Trip dengan Rombongan Besar
Saya penakut, tapi gemar bepergian, karena itu saya tidak suka pergi sendirian. Minimal berdua. Bisa dengan suami saja, anak, saudara, teman atau sahabat dekat sesama perempuan.
Saya suka bepergian dalam jumlah kecil tapi tidak menolak jika sesekali bepergian dengan kelompok besar. Ya walaupun pergi dengan rombongan besar itu kadang menyebabkan rasa nyaman jadi menipis. Tapi saya tidak masalah dengan itu. Toh masih ada hal lain yang bisa didapat dari safar, sesuatu yang lebih berharga bernama pengalaman.
Istilah safar berasal dari bahasa Arab yang artinya tampak. Shadaqah bin Muhammad berkata, “safar merupakan timbangan seorang”. Disebut safar karena ia menampakkan akhlak seseorang (Al-Jami’ li akhlaq al-rawi wa adab al-sami’ 1793). Saat safar, sifat-sifat asli yang tersembunyi menjadi tampak dan terlihat. Apakah ia seorang penyabar, santun memiliki solidaritas sosial yang baik dan tetap berakhlakul-karimah; atau justru seorang yang temperamental, dan egoistis.
Beradaptasi dengan sifat asli seseorang di tengah kegiatan berwisata yang dilakukan selama berhari-hari, buat saya adalah tantangan. Mampukah menaklukkan tantangan itu? Tak akan tahu bila tidak melakukannya.
Genting Highlands 18/2/2019 - Nyempil di antara ibu-ibu gaul yang sudah pada punya cucu 😃 |
Hotel V8 Johor Bahru 13/2/2019 - Rombongan didominasi oleh emak-emak 😃 |
Beradaptasi adalah Pekerjaan Hati
Saya bukan orang yang bila merasa nyaman bepergian sendiri saja lantas tidak akan pernah bepergian dengan orang lain, atau bila nyaman bepergian dengan orang yang saya kenal saja, lantas tak akan bepergian dengan rombongan lain yang tak saling kenal.
Bagi saya, menyenangkan mendobrak sesuatu dengan mencoba merasakan hal-hal yang berbeda, di luar apa yang saya sukai, di luar apa yang membuat nyaman. Seringkali saya merasa egois jika membiarkan diri sepi dari bermacam rasa. Seperti lidah dibiarkan mengecap rasa asin saja, mata melihat warna merah saja, hati sedih saja, alangkah membosankan. Bukankah hidup ini akan lebih bergairah bila kaya rasa?
Soal mencicipi rasa pahit, patah hati misalnya, bukan berarti saya ingin menderita karena itu, tapi lebih kepada mengetahui bagaimana cara agar hati terhindar dari patah dan cara sembuh dari patah.
Saya memaknai perjalanan sebagai cara untuk mengajak mata, telinga, dan hati menjumpai berbagai hal baru, baik yang diinginkan maupun tak diinginkan tapi terjadi, menikmati semua hal yang membuat hati merasa hangat, terbakar, atau sebaliknya merasa dingin dan menjadi beku, dengan sebaik-baik cara.
Beradaptasi sembari belajar mengelola emosi saat bepergian dengan orang lain, ke tempat lain, adalah pekerjaan hati yang bakal berguna untuk diri sendiri supaya kelak, nanti, atau saat itu juga bisa belajar jadi lebih bijaksana, menghargai orang lain, dan tidak sempit dalam menilai sesuatu atau seseorang.
Dalam cerita saya kali ini, saya bepergian dengan 150an wisatawan asal Indonesia yang tak saling kenal dan tentu berbeda dalam sejumlah hal. Di sini saya akan membahas hal-hal yang saya lihat dari kaca mata saya sebagai bagian dari trip rombongan besar.
Ada dramanya, ada serunya, ada lucunya!
Hotel V8 Johor Bahru - Hanya tiga cewek asal Manokwari ini yang muda-muda ceria dan super gaul 😃 |
Teman sekamar selama 5 hari Trip Malaysia, Thailand, Singapura 😃 |
Lautan Koper di Lobby Hotel
Ada tiga hotel di Malaysia yang kami inapi di waktu berbeda yaitu Hotel V8 di Johor Bahru, Hotel Cairnhill Kuala Lumpur, dan Pacific Express Hotel Chinatown Kuala Lumpur.
Kami tidak pernah menginap lebih dari 1 malam di hotel-hotel tersebut karena destinasi yang kami kunjungi tiap hari pindah. Nah, karena selalu berpindah, maka selalu ada pemandangan lautan koper di lobby hotel setiap kali proses check-in dan check-out yang memakan waktu.
Proses masuk dan keluar hotel dengan rombongan besar tuh wow banget rasanya. Bayangkan, ada 150an orang. Saat check-in semua pengen segera masuk kamar dan saat check-out semua harus keluar pada waktunya.
Seluruh tour guide (kurang lebih 6 orang) selalu bergegas bekerja. Begitu pula para petugas reservasi di FO sibuk menyelesaikan urusan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Walaupun faktanya, sembari menunggu kunci kamar dibagikan, bisa kita tinggal pergi umroh dulu gaes😂
Kesal? Sama sekali nggak kesal. Saya paham situasinya. Lha wong saya kalau check-in sendiri saja nggak selesai dalam 10 menit. Ini ada ratusan orang, ya wajar. Kalau ditelantarkan, baru ngeluh. Ini kan diurus dengan baik, hanya perlu bersabar saja.
Soal pemandangan koper-koper yang menguasai area lobby memang bikin ternganga. Udah kayak lapak koper di pasar 😂 Saya pernah kesulitan mencari koper sendiri, gara-gara ditinggal ke toilet sebentar, pas balik udah tercampur dengan koper-koper lain.
Koper-koper itu kadang diduduki oleh yang punya, maklum kursi di lobby terbatas. Gapapa juga sih duduk di atas kopernya sendiri, ketimbang tiba-tiba gelar selendang duduk di lantai, apa kata dunia kalau wisatawan Indonesia ada yang seperti itu ha-ha-ha.
Di saat-saat seperti ini, biasanya akan keliatan siapa yang sabar dan enggak. Walau tak diomong, akan tampak dari ekspresi muka dan bahasa tubuh. Muka kesal itu mudah kebaca kok. Adakah yang kesal? Saya amatin tuh satu-satu. Rajin banget dah 😅
Ternyata, adanya muka ibu-ibu (beberapa cocok disebut nenek sih, karena udah pada punya cucu) yang masih seger sedang sibuk ngobrol seru sambil sesekali terbahak, entah mentertawakan apa. Beberapa sibuk berfoto dengan pose bak barisan vocal group. Ada yang sedang videocall-an dengan keluarganya di Indonesia, ada pula yang sibuk bedakan, bahkan lipstikan! Wow, mau masuk kamar kudu dandan dulu wk-wk-wk.
Muka kesel mana? Gak ketemu. Padahal, kami check-in tuh seringnya malam, setelah keliling jalan-jalan. Mestinya letih! Ini pada masih ceria, semangat, menggebu, persis kayak batre yang nggak kenal kata lowbat. Hebatnya lagi, di tengah antri masuk kamar yang nunggunya nggak sebentar itu mereka santai nggak bete. Saya takjub lho!
Mestinya memang gitu ya. Namanya juga liburan buang duit, bukan sedang banting tulang cari duit, santai ajalah 😂
Pacific Express Hotel Chinatown Kuala Lumpur - 18 Feb 2019 |
Hotel Chairnhill Kuala Lumpur - 14 Feb 2019 |
Menginap di Hotel Bagus Cuma Buat Numpang Tidur Doang
Tiap hari kami berwisata dari satu tempat ke tempat lain. Kegiatannya berlangsung dari pagi sampai malam. Tiba di hotel sudah pasti selalu malam, dan besoknya keluar lagi ketika hari masih pagi.
Di hotel memang benar-benar cuma numpang tidur. Jadi, selengkap dan sebagus apapun fasilitas yang ada di hotel, gak ada yang sempat menggunakannya untuk berleha-leha.
Tiap masuk kamar biasanya saya langsung bersih-bersih (mandi), salat (tapi lagi gak salat karena saat itu masih haid), mengisi daya hp dan kamera buat dipakai esok hari, abis itu baru tidur. Oh, sebelum tidur biasanya saya ambil foto dulu, foto pemandangan kota dari balik jendela kamar. Kebetulan dapat kamar selalu di lantai yang tinggi, view-nya cake, sayang bila dilewatkan oleh lensa kamera.
Saya penasaran dengan situasi di pagi hari. Apakah pada telat, atau tepat waktu kumpul sesuai jam yang ditentukan. Ternyata, pada patuh dan tertib. Sejak jam 6 pagi sudah pada sarapan di restoran, fokus makan, lalu ngebut mengurus koper masing-masing.
Rombongan hebat. Situasi aman terkendali. Nggak perlu diteriakin udah pada sadar diri mesti ngapain. Nggak ada yang manja dan pura-pura menderita! Bukan apa-apa, saya pernah lho dulu jalan dengan rombongan yang muda-muda, susah diatur dan nggak segesit yang tua-tua ini. Kalau mau jalan kudu dipanggil berulang-ulang baru mau gerak cepat.
Hotel V8 Johor Bahru - Kamarnya bersih, nyaman, dan bikin nyenyak tidur |
Empat dari tujuh bus di parkiran hotel V8 ini adalah bus kami |
View malam dari kamar Hotel V8 |
Hotel Chairnhill Kuala Lumpur |
Chairnhill Kuala Lumpur - View malam dari kamar kami |
Chairnhill Kuala Lumpur - View pagi yang memperlihatkan barisan gunung nun jauh di ujung sana |
Pacific Express Hotel Chinatown Kuala Lumpur - Kamarnya paling nyaman di antara 2 hotel lainnya. |
Baru di Pacific Express Hotel ini saya keramas dan berlama-lama mandi karena kamar mandinya nggak nyeremin 😂 |
Suasana pagi di depan Pacific Express Hotel Chinatown |
Beradaptasi dengan Kamar dan Makanan yang Nggak Selalu Sesuai Selera
Selain cuma numpang tidur, hal lainnya yang dilakukan di hotel adalah numpang sarapan. Ini sih satu paket sama menginap ya, otomatis jadi bagian dari layanan yang bisa didapatkan.
Di antara tiga hotel yaitu V8 di Johor Bahru, Chairnhill di Kuala Lumpur, dan Pacific Express Chinatown di Kuala Lumpur, yang terakhir menu sarapannya paling enak dan variatif.
Hotel V8 adalah hotel pertama yang kami inapi. Hotel ini memang sudah tidak terlihat baru lagi, tapi kamarnya bersih dan nyaman. Menu sarapan saja yang kurang sesuai dengan selera saya. Tidak ada menu spesial, pilihannya sedikit, dan tempat makannya pun biasa. Entah kenapa, saya merasa restonya sempit, langit-langitnya pendek. Apa karena penuh oleh rombongan kami?
Sarapan di Chairnhill hotel lumayan lebih baik, menunya agak bervariasi dan saya bisa memilih makanan yang saya suka. Meski masih belum terasa ada yang istimewa dari menu-menunya, di sini saya lebih nyaman dengan suasana restorannya.
Tiga hari kemudian, setelah dari Singapura dan Thailand, kami balik lagi ke Malaysia, lalu menginap di Pacific Express Chinatown Kuala Lumpur. Nah, kali ini saya puas dengan menu sarapannya. Selain banyak pilihan, citarasanya pun tidak biasa-biasa saja. Restorannya juga tampil modern, suasana makan jadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Soal kamar, saya merasakan suasana yang berbeda dari ketiga hotel yang diinapi. Sama-sama nyaman tapi beda auranya. Kamar V8 itu bagus, tapi saya merasa kayak "gelap". Saya tidak berani berlama-lama di kamar mandinya. Apalagi kami masuk kamar sudah hampir jam 10'an malam (kelamaan check-in), letak kamar di lantai atas yang jauh dan tinggi pula, ada rasa agak serem gitu. Makanya pas Lusi tidur, saya juga langsung tidur, buat menghindari rasa takut.
Kamar di Chairnhill juga bagus, bersih, tapi terasa masih "kurang terang". Di sini saya bahkan tidak mandi! ha-ha-ha. Tapi saya suka view-nya, baik malam maupun siang, selalu cakep!
Kamar paling nyenengin waktu di Pacific Express Hotel Chinatown. Desainnya lebih modern, "terang" dan saya merasa tenang ketika masuk. Gak sedikitpun merasa takut, resah, dan gelisah pada semut-semut merah #halah! Itu kenapa meski Lusi sudah tidur, saya berani mandi malam-malam, lama pula, bahkan keramas segala. Padahal, 5 hari dari hotel ke hotel, baru kali itu saya keramas. Soalnya, kamar mandi hotel bagi saya adalah salah satu ruang paling menakutkan. Kalau sudah merasa gak enak, biasanya saya cari aman: ga usah sering-sering ke kamar mandi. Nah, di hotel Pacific Express ini, saya berani berlama-lama! 😂
Pernah baca cerita saya yang ketakutan di kamar mandi hotel di Thailand? Yang sampe jerit-jerit dan lari berdua Lusi. Bisa baca di sini ya --> Takut Hantu di Friendly Hotel Hatyai. 😂
Sarapan di Hotel V8 - Johor Bahru. Di lidahku hambar gaes 😄 |
Hotel V8 Johor Bahru - Kalau udah foto-foto begini berarti udah mandi dan udah sarapan 😎 |
Sarapan di Hotel Chairnhill Kuala Lumpur. Buburnya cair banget gaes. Rotinya kebagian kulit😅 |
Penampakan Hotel Chairnhill |
Beberapa menu sarapan di Pacific Express Hotel Chinatown - Mie Goreng, Nasi Goreng, dll |
Sosis Ayam, Sosis Sapi, Telur (orak-arik), Ayam goreng (tidak kelihatan di foto) |
Suasana sarapan di Pacific Express |
Sarapan ini dulu, abis itu makan mie pakai sosis dan telur. Kalau ketemu yang enak, makannya nambah-nambah :)) |
Mengenali diri dari Hal-Hal Kecil
Sebenarnya, cerita trip Malaysia dengan rombongan besar ini panjang. Di sini saya hanya menuliskan secuil saja, dari sudut pandang saya tentang bagaimana menikmati setiap hal kecil yang dialami saat bepergian dengan orang lain yang tak saya kenal.
Suasana saat check-in dan check-out yang lama sebenarnya bikin males bagi kebanyakan orang. Makanan yang nggak sesuai selera, maupun kamar mandi yang nggak selalu bikin tenang hati, mungkin bikin nggak betah bagi beberapa orang.
Ada tipe orang yang gak sabar dan ngomel-ngomel dengan apa yang tidak sesuai keinginannya. Ada yang santai, dan menikmati saja tanpa kesal.
Saat kita memilih trip dengan rombongan, kita harusnya sudah tahu plus minusnya. Kalau nggak senang dengan minusnya, ya nggak usah ikut. Kalau tidak masalah, ya udah jalani saja jangan menyesal dan kesal.
Kalau saya pribadi, memang suka mencoba hal-hal baru. Ketika saya memutuskan pergi, saya siap dengan segala yang terjadi. Toh tujuannya biar tahu apa rasanya.
Makanan ga sesuai selera, tapi tetap saya makan, karena saya mikirin energi mesti diisi, mesti kenyang, biar nggak pingsan saat jalan-jalan, biar nggak sakit. Apa enaknya jalan-jalan tapi sakit?
Antri toilet di rest area lama, nunggu pesanan makanan lama, ketemu spot bagus pengen foto tapi nggak ada yang motoin, lagi asyik foto batre kameranya abis, lagi asyik videoan pakai HP batrenya abis, lagi haus minuman ga ada, dll... apa selalu harus kesal dan marah-marah?
Lagi jalan-jalan senang lho, masa gara-gara itu harus emosi?
Saya sering jalan dengan orang lain, jadi sering ketemu dengan orang (teman perjalanan) yang akhirnya keliatan sifat aslinya. Bukan emosi sama saya sih, tapi sama situasi. Kalau emosi ke saya, pernah juga sesekali, gara-gara tidak difotoin wk-wk-wk.
Nggak enaknya kalau kita bisa bagus moto orang tuh (ceileh BISA BAGUS haha), saat dimintain bantu foto, eh minta bantunya jadi keterusan. Lha, emang saya fotografer yang kudu selalu motretin orang lain di mana pun dia suka. Kalau nggak difotoin, lalu ngambek, nggak mau ngomong, menghindar, de el el gitu aja terus sampai trip bubar wk-wk-wk.
Eh yang soal ngambek itu bukan kejadian pas di Malaysia ini ya. Alhamdulillah kalau pas di Malaysia ini tidak ada yang begitu. Saya yang nempel sama Lusi mulu (teman sekamar), tahu persis kalau trip Malaysia ini orang-orangnya seru, pada ngerti satu sama lain. Alhamdulillah banget.
Saya bukan hanya belajar beradaptasi dengan orang, tempat, dan situasi yang saya jumpai, tapi juga beradaptasi dengan diri sendiri. Karena untuk belajar dewasa menghadapi hal di luar diri sendiri adalah dengan dengan belajar menghadapi hal di dalam diri sendiri.
Jalan-jalan bagi saya memberi saya pengalaman untuk berlajar menata diri sendiri.
Kuala Lumpur 18 Februari 2019 |
Seumur-umur, baru kali ini saya liburan dengan rombongan besar. 150an orang, 4 bus, dan ratusan kamar hotel. Tentu ada situasi tak sempurna yang saya bayangkan, tapi ternyata...
Trip murah meriah hanya 5 jutaan saja keliling 3 negara, sudah termasuk tiket pesawat PP Jakarta - Malaysia, bus untuk pergi dari Malaysia - Singapura - Thailand, hotel, makan, dan tiket-tiket wisata ini...
Tidak murahan seperti harganya!
Perjalanan seru, situasi aman lancar terkendali, akomodasi bagus, makan enak dan kenyang terus, semuanya menyenangkan. Travel yang handle trip ini hebat, peserta trip juga hebat. Sama-sama kompak.
Selalu ada sisi menarik dari setiap kegiatan berjalan-jalan, seperti apapun type perjalanannya. Tinggal pintar-pintar memanage diri saja. Nah, jadi netizen ga usah julid dengan meremehkan ikut trip rombongan. Saya bersaksi, trip rombongan itu tetap seru dan asyik!
Cerita trip Malaysia ini akan saya tulis secara lengkap pada postingan berikutnya. Mau baca lagi kan? 😉