Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Tas Kulit Tenun Cantik Beli di Rumah Tenun Tidore Puta Dino Kayangan

$
0
0
Tas Kulit Tenun Tidore Puta Dino Kayangan
Tas Kulit Tenun Tidore Puta Dino Kayangan

Tas Kulit Tenun yang saya pakai ini saya beli di Rumah Tenun Tidore PUTA DINO KAYANGAN. Teman-teman bisa melihat produk tas ini di instagram @putadinokayangan. 

Pembuatan tas dikerjakan dengan menggunakan tangan, bukan mesin. Dikerjakan sendiri oleh Anita Gathmir. Jadi, tas kulit tenun ini seluruhnya adalah hand made. Bila bicara hand made, ada tiga kata yang menjadi konsep pembuatan sebuah produk, yaitu dibuat dengan cinta. 

Cinta seperti apa yang menyertai pembuatan Tas Kulit Tenun ini? Teman-teman bisa menanyakannya secara langsung ke Mbak Anita, atau Ci Ita saya biasa memanggilnya, melalui DM IG di @_anitagathmir. 

Bahan tas terbuat dari kulit nabati dengan kombinasi kain tenun Tidore untuk tali dan penutup tas. Bagi penggemar kulit nabati, tas ini akan menjadi fashion menarik untuk dimiliki. Terlebih, ada tenun Tidore yang membuat bangga, serta desainnya cantik dan bisa digunakan untuk berbagai kesempatan.

Produk tas ini pertama kali saya lihat di facebook Ci Ita. Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa menimbang banyak hal, saya langsung bilang ke Ci Ita bahwa saya ingin memilikinya dan menjadi salah satu pembelinya. 

Warna Coklat, atau warna yang sekandung dengan coklat seperti khaki, cream, mocca, latte, semuanya adalah warna kesukaan suka. Pakaian saya, dari sepatu, celana, rok, baju, dress, hingga kerudung, paling banyak menggunakan warna ini. Jadi, tas ini bagi saya akan mudah matching di banyak produk fashion yang saya punya. 

Pada suatu siang jelang petang di akhir pekan (5/9/2021), saya pergi berduaan dengan suami ke The Breeze BSD. Kami mengisi waktu santai dengan minum di Kokalait, tempat makan dan minum coklat yang mengklaim dirinya sebagai The Best Chocolate in Town. Kalian bisa cek cafe coklat ini di instagram @kakolait.

Saya akan berbagi foto sedang di Kokalait dengan menggunakan tas anyar dari Puta Dino Kayangan. Menurut teman-teman, serasi kah tas ini dengan outfit yang saya kenakan? 







Tentang Anita Gathmir Kaicil, SE

Saya biasa memanggil Anita Gathmir dengan Ci Ita. Kata Ci dalam bahasa Tidore berarti Kakak Perempuan, seperti kata Ayuk di Sumatera Selatan, atau Mbak di Jawa. Gathmir itu sendiri merupakan nama suami Ci Ita, saya biasa memanggilnya dengan Kak Gathmir. Panggilan Kak bagi orang Palembang atau Sumsel umumnya sama dengan Bang dan Mas. Saya dan Kak Gathmir sama-sama berasal dari Sumatera Selatan.

Anita Gathmir Kaicil, SE, dilahirkan pada 14 January 1975 di Soa sio Tidore dari rahim seorang guru Ibu (Alm) Hj. Afiah bt. M. Abbas puteri asli Tidore yang mempunyai marga Kaicil yaitu marga yang sama disandang oleh Sultan Nuku (“Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma'bus Amiruddin Syah KaicilPaparangan Jou Barakati”).

Sejak umur 4 tahun, Ci Ita sudah meninggalkan Tidore karena mengikuti orang tuanya bertugas sebagai ASN di berbagai wilayah nusantara. SD di Tanah Grogot Kalimantan, SMP di Situbondo, SMA di Pasuruan, kuliah Manajemen S1 di Surabaya, serta mengambil beberapa kursus singkat di Singapura.

Masa kecil Ci Ita di Tidore tinggal di Soa Sio dibawah benteng Tahula yang masih berdekatan dengan Kedaton Kesultanan Tidore, di mana beliau sempat mengalami masa dimana mahkota kesultanan disimpan di rumah keluarga (Fola Mafu) karena bangunan Kedaton yang rusak parah.

Kegiatan sehari hari sejatinya adalah Ibu Rumah Tangga yang mempunyai berbagai kegiatan dibidang Seni dan keterampilan seperti melukis, membuat keramik, seni decoupage, membuat perabotan/asesoris dari bahan daur ulang, dll. Darah Seni mengalir dari mama yang pintar merajut, menganyam dan menari serta bermain sandiwara/teater.

Ci Ita terpanggil untuk mengangkat dan mempromosikan serta membagikan ilmu kepada masyarakat Tidore karena melihat potensi yang ada dan belum dikembangkan secara maksimal di Tidore.

Sejak tahun 2009 Ci Ita mulai melakukan berbagai kegiatan seperti :
  1. Melatih masyarakat Pulau Mare Tidore dalam pembuatan Keramik. Mare merupakan sentra pembuatan gerabah. Agar meningkatkan nilai jual dan kualitas, mereka dilatih membuat keramik.
  2. Mengadakan pelatihan pembuatan asesoris dari bahan Clay 
  3. Mengadakan pelatihan cara tanam Hidroponik
  4. Blogger Gathering di Jakarta, memperkenalkan Tidore dengan mengundang para Blogger agar mereka menulis tentang budaya, sejarah, makanan dan alam Tidore. Dari kegiatan ini terdapat 99 tulisan tentang Tidore yang diposting di Media Social. Dengan banyaknya artikel tentang Tidore diharapkan masyarakat akan mudah mencari informasi tentang Tidore.
  5. Mengikutsertakan blogger dalam kegiatan Ulang Tahun Tidore ke 909. Setelah mengikuti kegiatan ini, tulisan dan liputan tentang Tidore ditayangkan di beberapa TV Nasional, majalah Sriwijaya Air, Express Air dan media social dari laman blogger masing-masing. 
  6. Secara Intens memperkenalkan dan mempromosikan alam, budaya, makanan Tidore melalui media social seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube.
  7. Mengkoordinasikan dan memberdayakan pemuda Tidore sebagai pemandu wisata untuk tamu-tamu yang berkunjung ke Tidore

Penghargaan yang pernah didapat oleh Anita Gathmir di antaranya:
  1. Karya terbaik Bros tingkat Nasional mewakili Maluku Utara
  2. Karya terbaik Bros tingkat Nasional 
  3. 10 besar kain pilihan Gub BI pada acara KKI (Karya Kreatif Indonesia) 2018, 
  4. Tenun Tidore terpilih sebagai salah satu dari 7 wastra seluruh Indonesia dan menjadi kain terpilih untuk diserahkan ke Dir BNI pada HUT BNI ke 74

Demikian sekilas tentang Ci Ita, pembuat tas kulit tenun yang saya pakai.

Saya pribadi baru kenal Ci Ita pada tahun 2017, lewat Yuk Annie Nugraha. Kala itu, Tidore akan menggelar hajatan besar yaitu peringatan hari jadi Tidore yang ke-909. Ada sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian hari jadi, di antaranya mengundang blogger untuk hadir menyaksikan, mengikuti acara, serta meliput seluruh kegiatan.

Blogger yang diundang tentunya harus memenuhi syarat dan ketentuan, yakni menjadi pemenang lomba blog Tidore. Saya ditunjuk menjadi juri lomba tersebut bersama Yuk Annie Nugraha dan 2 juri lainnya yang berasal dari Tidore dan merupakan penulis kondang di Tidore.

Dari sinilah saya kemudian mengenal Ci Ita lebih jauh. Banyak hal baik yang saya lihat dari beliau. Ci Ita memiliki semangat, kreativitas, produktivitas yang sangat tinggi. Bagi saya, beliau adalah seniman sejati. Etos kerjanya tinggi. Saya mengaguminya, sampai kini.

Faktor inilah yang juga menjadi alasan saya menyukai dan membeli tas kulit tenun Ci Ita.

Iya, saya beli. TIDAK GRATIS. Meskipun kami berteman baik, dan bagi saya Ci Ita sudah seperti saudara meski tak sedarah, saya tidak ingin minta gratis. Saat saya suka barang buatannya, saya bilang mau beli, bukan minta. Karena saya menghargai karya Ci Ita. Tidak ada yang namanya harga teman, teman justru seharusnya memberi penghargaan bukan? Begitulah cara saya mengapresiasi Ci Ita.

Soal kemudian saya diberi diskon banyak oleh Ci Ita, itu rejeki saya. 

Soal kemudian saya mempromosikan tas kulit tenun Ci Ita tanpa dibayar, itu adalah rejeki Ci Ita.

Kami saling menghargai dengan cara masing-masing. Semestinya begitu juga dengan teman-teman. Jika ada teman dekat berkarya, belilah karyanya.
Anita Gathmir, atau Ci Ita saya biasa memanggillnya. Foto bulan Februari 2018, saat kami di Pantai Tugulufa, Tidore

Saya dan Ci Ita, di depan rumah adat Tidore, di sebuah desa di ketinggian gunung (puncak). Tidore Februari 2018

April 2017. Ci Ita berkerudung coklat. Saya bersama rekan-rekan blogger di perayaan Hari Jadi Tidore ke-909. Berfoto bersama di depan Kedaton Sultan Tidore (istana sultan).

Saya ikut foto bersama di ruang utama Kedaton Kesultan Tidore. Di tengah adalah Permaisuri Sultan (kerudung biru) dan Ci Anita Gathmir (gamis biru di samping permaisuri), serta rombongan akademisi dari Universitas Indonesia. Februari 2018

Saya ikut foto bersama Sultan Tidore, Bpk TNI (Purn) DRS. Hendardji Soepandji, SH (Ketua Umum KSBN), serta para akademisi dari Universitas Indonesa di antaranya Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M. Hum (Guru Besar Sejarah UI), Dr. Adrianus L. G. Waworuntu (dekan), Prof. N. Jenny M.T, Dr. Thera Widyastuti, Banggas Limbong. M. Hum, Nia Kurnia Sofiah, M. App. Ling, Sari Endahwarni, M. A, Sari Gumilang, M. Hum, dan Dr. Filia. Tidore, tgl 12 Februari 2018.

Foto bersama di istana sultan, di Hari Jadi Tidore ke-909. Tidore, April 2017. Sultan Tidore, Permaisuri, ci Anita Gathmir, Kak Gathmir (suami ci Ita), bersama kami para blogger di antaranya: Yuk Annie Nugraha, Haryadi Yansyah, Eko Nurhuda, Rifky, Deddy Huang, Mas Dwi, Ayu, Mpok Tati, dan saya. 

Penampakan rumah tenun Tidore di awal-awal. Foto ini saya ambil saat berkunjung pada bulan Februari 2018. Rumah ini dulunya kosong, tak ada yang menempati. Kini rumah tenun tersebut sudah tidak seperti ini lagi. Sudah direnovasi menjadi lebih bagus, nyaman, terawat, dan ada aktivitas menenun. Kondisi terkini rumah tenun ini bisa dilihat pada postingan yang ada di instagram Puta Dino Kayangan pada link berikut https://www.instagram.com/putadinokayangan/ 

Foto 2018, rumah tenun Tidore. Foto ini akan menjadi jejak sejarah Puta Dino Kayangan. Saya akan simpan di sini sebagai kenangan.  

SELAYANG PANDANG TENUN TIDORE

Bermula komentar dari netizen melalui social media ketika menampilkan foto kegiatan adat Kesultanan Tidore yang menggunakan kain dari daerah lain, memicu Ci Ita untuk menggali tentang tradisi menenun di Tidore. 

Adanya alat tenun tua di Kedaton Kesultanan Tidore dan cerita dari para sesepuh yang sekarang berumur 70 tahun ke atas bahwa ketika mereka masih kecil sudah melihat alat tenun yang tidak terpakai dan disimpan di loteng rumah-rumah penduduk dan juga sempat menyaksikan orang tuanya membuat kain dari alat tenun. Dari informasi awal inilah meyakinkan Ci Ita bahwa tradisi menenun memang ada dan diperkirakan sudah hilang +/- 70 – 100 tahun yang lalu.

Berangkat dari informasi tersebut Ci Ita kemudian mencoba mencari motif tenun yang mungkin masih tersedia dan akhirnya ditemukan motif kain dalam warna hitam putih di Arsip Nasional yang sumbernya dari Museum Belanda yang tertulis Tidore/Halmahera. Juga ditemukan kain Tenun dari salah satu warga Tidore yang sudah menjadi alas tempat setrika dimana kain tersebut dibuat oleh orangtuanya waktu beliau masih kecil.

Setelah mendapatkan informasi yang dianggap cukup valid itu, Ci Ita mencoba untuk membangun kembali Tenun tersebut dengan membawa gambar motif tersebut ke beberapa tempat pembuatan Tenun seperti di Nusa Penida Bali dan Ternate. Melakukan diskusi dengan berbagai pihak seperti dengan sejarahwan Tenun Ibu Judi Achyadi, pakar Tenun Ibu Cut Kamari serta menghadiri berbagai seminar tentang kain/tenun. Semuanya dalam rangka menggali dan mencari tahu tentang Tenun Tidore.

Di samping itu Ci Ita juga mencoba mencari donator agar dapat mendukung pembelajaran cara membuat tenun, yang Alhamdulillah Bank Indonesia Cabang Maluku Utara di bawah komando Bp. Dwi Tugas Waluyanto sejak akhir 2017 sampai sekarang dilanjutkan oleh Bp. Gatot Miftahul Manan serta Bp. Jeffri D. Putra mendukung penuh dari segi biaya, ide, semangat dalam pembelajaran dan semua fasilitas yang diperlukan untuk pembuatan tenun termasuk membangun tempat yang sangat representative yang dinamakan Rumah Tenun Ngofa Tidore, lokasinya berdampingan dengan Kedaton Kesultanan Tidore di Topo 3 Soa Sio Tidore.

Setelah berhasil mendapatkan donator, mengajak dan membimbing masyarakat Tidore agar terlibat langsung dalam pengembangan tenun ini adalah tentangan berikutnya yang dihadapi. Proses menenun yang sudah hilang +/-100 tahun lalu merupakan hal yang baru lagi bagi mereka generasi sekarang, ajakan dan himbauan agar masyarakat Tidore mulai belajar membuat Tenun terus dilakukan dengan berbagai cara. 

Awal mulanya mereka tidak tertarik dan merasa sangat sulit dalam membuat Tenun, berangsur-angsur sekarang mereka terutama anak-anak muda sudah dapat dirangkul untuk membuat Tenun. 

Agar anak muda Tidore tertarik untuk menenun dan kesannya mudah, maka dibuatlah alat tenun kecil dan sederhana yang dapat menghasilkan produk Tenun yang cukup sederhana juga. Di samping itu untuk memperluas pasar, dan lebih mengenalkan Tenun Tidore, telah dibuat juga produk turunan yang berbahan dasar Tenun seperti : tas, dompet, baju, home decoration, besu (topi tradisional Tidore) dan lain-lain.

Langkah selanjutnya yang telah dilakukan oleh Ci Ita adalah memperkenalkan dan memasarkan Tenun Tidore kepada masyarakat melalui berbagai macam cara seperti:
  • aktif promosi menggunakan media sosial Facebook
  • mengikuti berbagai kegiatan pameran
  • kegiatan seminar
  • mengadakan seminar tentang Tenun Tidore 
  • audensi dengan kementrian UKM
  • bekerjasama dengan Fak. Ilmu Budaya Universitas Indonesia melalui kegiatan ilmiah mereka
  • dan banyak kegiatan lain yang dilakukan agar tenun Tidore dikenal dan dicintai oleh masyarakat

Instagram Rumah Tenun Tidore PUTA DINO KAYANGAN @putadinokayangan


Menurut Ci Ita, jika tenun yang mereka buat dikenal dan dipakai oleh masyarakat, efeknya adalah akan timbul rasa bangga bagi masyarakat Tidore dan memacu masyarakat Tidore untuk terlibat langsung dalam pembuatan tenun yang secara langsung akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Saat ini semua hasil penjualan tenun dikelola dan dimanfaatkan langsung oleh penenun di Tidore, hal ini diterapkan agar mereka melihat bahwa lapangan kerja yang dapat menghasilkan uang bukan hanya menjadi ASN/PNS seperti kebanyakan pandangan masyarakat di sana (Tidore), tetapi membuat kain tenun juga dapat menghasilkan pendapatan yang cukup menjanjikan.

Banyak pejabat negara dan tokoh masyarakat sekarang mengapresiasi Tenun Tidore dengan membeli dan memakainya, di antaranya:
  • Gubernur Bank Indonesia Bpk. Perry Warjiyo
  • Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bpk. Nadiem Makarim 
  • Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bpk Wishnutama 
  • Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ibu I Gusti Ayu Bintang Darmawati
  • serta beberapa tokoh yang lainnya.

Bahkan, sebuah majalah fashion di Amerika yang dikelola oleh diaspora asal Indonesia tertarik dengan Tenun Tidore dan telah memasukkan Tenun Tidore sebagai salah satu artikel pada majalah tersebut, dan diharapkan itu semua menjadi penyemangat penenun muda Tidore untuk lebih giat dan kreatif.


Saya menyukai semangat Ci Ita beserta seluruh orang-orang yang telah berjuang bersamanya dalam membangkitkan kembali Tenun Tidore yang pernah mati suri, hingga akhirnya kini hidup kembali, dan telah melanglang ke banyak tempat hingga ke negara lain, menjadi kebanggaan bersama. 

Puji dan kagum saya untuk seluruh yang berkontribusi atas hadirnya Tenun Tidore menjadi bagian dari kekayaan asli kain Indonesia.

Di balik Tas Kulit Tenun yang saya ceritakan di awal, ada kisah yang membuat bangga, dan saya telah menuliskannya di sini. Semoga bermanfaat.

Tulisan saya tentang Tidore, dapat dibaca di blog ini, salah satunya pernah dimuat di Inflight Magazine Xpressair. Beberapa tulisan Tidore yang saya buat bisa dibaca, silakan klik:



Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Trending Articles