"Mbak Kate, kuliner khas asli Tangsel apa ya?"
"Waduh, apa ya? Kayaknya cilok, eh apa seblak ya, mungkin bakso, oh mungkin sate bebek, atau sate bandeng, laksa, nasi sumsum, hmm....apa dah saya nggak tahu."😅
Bingung, ragu, dan gak jelas banget kan jawaban saya? wkwkwk
Dulu saya memang sering mati kutu kata tiap ditanya oleh teman soal kuliner asli Tangsel. Di BSD tempat saya tinggal, memang ada beragam jenis kuliner. Jika saya sebutkan semua, panjangnya bakal melebihi gerbong kereta. Segala macam olahan seafood, ayam, sapi, nasi, buah, sayur, biji-bijian, tepung (roti dan kue) semua ada, jumlahnya bejibun. Tapi, yang manakah makanan khas Tangsel? Itu dia yang bikin saya susah jawab. Misalkan saya sebut sate bebek, bukankah di daerah lain juga ada?
Sebenarnya, ada beberapa kuliner khas Tangsel yang cukup populer di tengah masyarakat Tangsel itu sendiri, di antaranya: Dodol Cilenggang, Laksa Ciater, Gecom (tauge oncom), Tahu Serpong, Emping Menes, dan Kue Apem.
Semua kuliner khas Tangsel itu sudah saya coba. Yang paling sering saya beli Tahu Serpong karena paling disukai oleh suami dan ibu saya. Mereka bilang, suka dengan tekstur dan rasa tahunya yang enak.
Nah, bicara soal tahu nih, ternyata nggak jauh dari BSD tempat saya tinggal, ada pabrik tahu Na Po Tet yang berlokasi di Pamulang Tangsel. Apakah tahu Serpong dibuat di sana? Kenapa pabrik tahu Na Po tet jadi tujuan wisata kuliner orang-orang? Yuk saya ceritakan!
Pabrik Tahu Na Po Tet terletak di Jl. Tekukur 10 No.2, RW.8, Bakti Jaya, Kec. Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten 15315. Rincian alamat tersebut saya baca di halaman pencarian Google. Saya sendiri sebetulnya agak bingung, disebutkan nama kecamatannya Setu, padahal lokasinya di Pamulang. Bukankah Pamulang adalah nama kecamatan?
Pamulang bertetangga dengan BSD tempat saya tinggal. Jarak tempuh dari rumah saya ke Tahu Na Po Tet kurang lebih 7 kilometer saja. Dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 15 menit jika tidak macet. Jalan menuju Pamulang bisa lewat Viktor dan Ciater. Jika lewat jalan raya Ciater, melewati kantor walikota Tangsel. Bisa juga berkendara lewat jalan kampung agak sempit yang tembus ke sekolah Nur Fatahillah Pamulang. Bebas sih, dari Taman Tekno BSD lewat Muncul atau pun ke perempatan Viktor juga bisa.
Jika berkendara dari arah Muncul atau perempatan Viktor, letak Tahu Na Po Tet ada di kanan jalan, tinggal belok dan ikuti jalan sampai ketemu Perumahan Permata Pamulang berarti sudah dekat. Rute yang diberikan oleh Google Map akurat, kita dituntun sampai ke tujuan dengan tepat. Gak dibawa nyasar ke sana kemari apalagi ke hati Nicholas Saputra #eaaa gubraks.
Tampak depan Pabrik tahu Na Po Tet tidak terlihat seperti pabrik, melainkan seperti rumah biasa dengan halaman depan yang lebar. Tidak bertingkat, megah, apalagi bergaya kekinian dan mentereng. Tapi saya suka lho, halaman depannya yang jadi tempat parkir itu terlihat bersih. Bersih itu penting banget yaw, jadi pandangan pertama yang bikin suka hati, selanjutnya terserah Anda#apaan dah 😂
Saat kami (saya bersama suami dan anak) tiba, jalan komplek depan pabrik tahu sudah dipadati oleh mobil dan motor pengunjung hingga bagian dalam. Tapi kami beruntung pas datang ada mobil lain yang keluar, jadi bisa parkir di dalam. Itu juga berkat bantuan mamang parkir.
Ada tiket masuk? Nggak ada. Paling nanti pas pulang bayar si mamang parkirnya saja seikhlasnya, misalnya ikhlas 1 juta, ya udah bayar aja segitu 😂
Mobil pengunjung Tahu Na Po Tet di halaman depan pabrik |
Jejeran foto keluarga pendiri Na Po Tet dan foto-foto tamu dari kalangan pejabat, tokoh masyarakat, artis, hingga Abang None kota Tangsel. |
Deretan jajanan di jalan masuk |
Produk UMKM warga sekitar pabrik tahu Na Po Tet |
Harganya normal kayak harga jual di pasar |
Makanan khas Betawi, dari Nasi Uduk murah meriah cuma 10 ribu saja per bungkus, sampai kue cucur dan gemblong |
Depannya Kecil dan Biasa, Dalamnya Luas dan Nyaman Bikin Betah
Namanya pabrik tahu tapi penampakannya tidak seperti pabrik. Jangankan melihat orang-orang sedang bekerja membuat tahu, wujud bahan pembuat tahu pun tak nampak. Nah, kalau tahu siap makan ada banyak.
Sejak pertama masuk melewati papan nama Tahu Na Po Tet, yang pertama saya lihat adalah deretan meja penuh aneka makanan yang bisa kita beli bila suka. Di sana ada 2 wanita yang bertugas sebagai kasir dan penerima pesanan.
Area makan pengunjung hanya beberapa langkah saja dari kasir, berupa taman terbuka berbentuk segi empat dan berukuran cukup luas. Dikelilingi pohon-pohon tinggi berdaun lebat. Di pinggirnya ada beberapa pondok makan semi terbuka (beratap tapi tanpa dinding), beberapa gerobak makanan di salah satu sisi (dekat area masuk setelah kasir), musala, toilet, dan tempat cuci tangan yang bertebaran di segala penjuru.
Saya langsung suka dan merasa nyaman karena taman dan keseluruhan area makan serba bersih, bebas dari pemandangan yang bikin tak enak mata. Air di tiap wastafel cuci tangan melimpah, sabun cair untuk cuci tangan juga penuh. Saya juga suka dengan konsep makan di taman, beratap langit saja tapi tidak bikin kepanasan meski di siang terik. Ada pohon-pohon jadi peneduh alami yang bikin udara di taman jadi sejuk. Itu sebabnya saya pesan meja di taman saja, supaya udara yang dihirup selalu segar. Makan di tempat makan ramai orang, masih perlu jaga-jaga kalau masih pandemi gini.
Kita baru bisa pesan makanan jika sudah dapat meja. Selama belum dapat meja, pesanan belum diproses, demi kenyamanan tamu itu sendiri supaya bisa makan dengan cara duduk, bukan berdiri. Emangnya kondangan kalo makan pake berdiri? hihi. Setelah dapat meja, nanti ada yang antar daftar menu. Setelah punya pesanan, baru kita ke depan lagi (kasir) buat pesan dan bayar.
Dalam situasi sangat ramai, hindari sembarang pindah meja karena pesanan bisa nyasar dan itu bikin repot para mbak dan mas pelayan. Kecuali mendadak hujan deras, yang tadinya pesan meja di taman terpaksa pindah ke pondok, ya gak apa, tapi wajib memberitahu mbak-mbak yang ada di kasir. Kita juga nggak mau kan pesanan gak sampai-sampai gara makanan kita mendarat di meja lain? Setelah bayar, kita tinggal tunggu saja di meja. Selagi menunggu, jika bawa anak, anaknya bisa main-main dulu di taman. Di situ ada perosotan dan ayunan buat bermain.
Saya lihat kebanyakan pengunjung datang bersama keluarga. Ada yang bawa anak istri dan orang tua. Ada pula rombongan komunitas pesepeda. Rombongan ibu-ibu abis olahraga. Macem-macem. Oh ya, saya agak kaget pas ada anjing mendekati dan gak mau pergi, ternyata bawaan pengunjung. Nah, jujur aja nih, kalau di tempat makan begini, saya tidak setuju pengunjung bawa hewan peliharaan. Apalagi dilepas gitu aja. Gimana kalau kencing dan pup sembarangan? Apalagi kalau terjadi di dekat kita saat makan? Bisa hilang selera makan saat itu juga. Jadi tolong deh, jangan rusak kenyamanan tempat ini dengan membawa dan melepas hewan peliharaan sembarangan. Bukan saya benci hewan, tapi liat-liat tempat kalau mau bawa. Mungkin ini bisa jadi perhatian pihak Na Po Tet ya, biar lebih ketat terhadap pengunjung yang bawa hewan peliharaan. Mungkin kalau mau bawa, titip di depan (kalau ada tempat penitipan), atau pegangin biar gak keluyuran. Saya juga akan melakukan hal yang sama kalau bawa kucing peliharaan.
Pondok di tengah dan di sebelah kiri adalah tempat makan. Pondok di pojok kanan itu tempat gerobak soto, bakso, es krim, es kelapa, es cendol dan lainnya. |
Banyak Pilihan Menu, Kami Pilih Menu Serba Tahu, Biar Makin Tahu!
Dapur Tahu Na Po Tet menyediakan beragam pilihan menu. Jadi, meskipun di sini pabrik tahu, bukan berarti menu tahu saja yang ada. Kita bisa pilih menu selain tahu. Nah, berikut daftar menu yang saya contek dari lembar nota yang saya terima saat selesai melakukan pembayaran:
Aneka Tahu: Tahu Goreng (5 pcs), Tahu Aci (10 pcs), Tahu Isi (10 pcs), Baso Tahu, Tahu Kuning sari / Tahu Putih sari.
Menu makan berat: Nasi Putih, Sayur Asem, Gado-Gado, Karedok, Ayam Goreng, Jengkol Kecap, Ikan Nila Pecak (+/- 350gr), Ikan Nila Goreng (+/- 350gr), Ikan Gurame Goreng (600/700gr), Ikan Gurame Pecak (600/700gr), Tumis Kangkung, Tumis Toge, Telur Asin.
Jajanan: Siomay, Dimsum, Soto Mie Daging, Soto Daging, Soto Mie Ayam, Soto Ayam.
Snack: Pisang Goreng (10 pcs), Kerupuk Kulit, Kacang Goreng, Keripik Singkong, Kerupuk Udang, Peyek, Kentang Goreng.
Minuman: Es Teh Tawar, Teh Tawar Hangat, Teh Manis Hangat, Susu Kedelai 300ml, Kopi Hitam, Kopi+Susu, Es Kancil (es timun), Air Mineral, Lemon Tea, Jus Jambu, Jus Jeruk, Kopi Botol Caramel/Kelapa/Ori, Kelapa Bulat, Mpon-Mpon, Kunyit Asam, dan Kedondong.
Harga tidak tercantum dalam daftar menu, jika ingin tahu boleh tanya dulu sebelum pesan.
Saya bersama anak dan suami sepakat pesan menu serba tahu, biar benar-benar afdol wiskul ke pabrik tahu hanya makan tahu. Walaupun sebenarnya nih, saya bukan penggemar berat tahu. Maksudnya gini, ada tahu saya makan, satu atau dua potong cukup. Kalau gak ada tahu, saya nggak nyariin. Beda dengan suami dan anak saya Aisyah, mereka ini penggemar berat tahu. Terutama suami, maunya tiap makan tuh ada tahu, entah itu digoreng, dibacem, dikukus, ditumis, atau dimakan bareng pecel/gado-gado. Emang sedoyan itu suami sama tahu. Jadi, ketika saya pesan 4 macam menu semuanya tahu, dia seneng-seneng aja 😁
Berikut pesanan saya:
1 porsi Tahu Goreng (5 pcs) Rp 17.000,-
1 porsi Tahu Isi (10 pcs) Rp 30.000,-
3 porsi Baso Tahu total Rp 60.000,-
1 Es Teh Manis Rp 6.000,-
1 Kelapa Bulat Rp 20.000,-
Baso Tahu isi 4 pcs Rp 20.000,- |
Review Makan di Tahu Na Po Tet
Dari segi rasa, menurut lidah saya, standar saja. Tahu Goreng dan Tahu Isi rasanya sama seperti yang saya makan di tempat lain, atau seperti yang saya masak di rumah, dalam artian sama enak sesuai standar enak lidah saya. Mungkin karena saya sebenarnya tidak benar-benar bisa membedakan tahu enak itu seperti apa. Selama tidak asam dan kulitnya tidak keras, bagi saya tahu itu enak.
Untuk Baso Tahu dengan rasa kuah yang standar, tanpa meninggalkan kesan mendalam, tapi saya bisa menikmati sampai 3 potong, tersisa 1 karena kekenyangan (suami yang menghabiskannya).
Dari segi kesegaran, saya akui semua tahu yang disajikan di sini memiliki kesegaran berbeda dibanding beberapa tahu yang saya makan di rumah makan lain. Mungkin karena di pabrik tahunya langsung ya, jadi mereka hanya menggunakan tahu yang baru dibuat demi menjaga kualitas makanan untuk tamu.
Semua tahu yang dihidangkan disajikan fresh dari dapur. Baru digoreng ketika dipesan, jadi sampai di meja masih dalam keadaan panas.
Ada yang bilang makan di sini pesanan kita lama sekali sampai di meja. Tapi saat saya ke sana, kami tidak perlu menunggu lama sampai jenuh apalagi letih lesu dan terkapar #halah haha. Begitu kami dapat meja dan membuat pesanan, otak-otak langsung diantar buat cemilan selagi menunggu. Gak lama kemudian minuman mendarat di meja, kelapa bulat datang belakangan. Belum sampai 10 menit, baso tahu sudah diantar, disusul tahu isi. Terakhir yang agak lamaan Tahu Goreng. Tapi bukan yang lama banget sih. Padahal saat itu ramai lho, jam makan siang pula.
Dari segi kebersihan, saya acung jempol deh. Dari sejak di parkiran sampai masuk ke area makan, nyaman banget dilihat. Suasananya ya kayak lagi bersantai di belakang rumah nenek, sejuk dan asri, bersama orang-orang yang datang dengan tujuan yang sama: mengisi perut.
Meskipun rasa makanannya standar (biasa), tapi tempatnya bikin suka. Kadang bagi saya, tidak soal dengan rasa kalau tempatnya sreg di hati. Rasa makanan akan mengikuti suasana hati, jadi enak. Apalagi makannya bersama suami dan anak tersayang, betah aja makan di sini.
Harga makanan juga standar, sama kayak di tempat jajan lain. Jadi nggak bakal bikin kantong kesedot banyak walau sedang berniat mentraktir rombongan yang makannya banyak.
Buat warga Tangsel, Tahu Na Po Tet ini bisa jadi tujuan wisata kuliner yang menyenangkan. Kita bisa menikmati makan tahu di tengah suasana taman yang teduh, sekaligus jadi pengalaman makan tahu di pabrik tahu tertua di Tangerang Selatan (sejak 1965).
Buat teman-teman yang ingin melihat lebih jelas suasana tempat makan di Tahu Na Po Tet ini, bisa tonton melalui video yang saya upload di channel saya Katerina. S berikut ini: