Minggu sore (18/10), saya kembali menginjakkan kaki di Kota Malang. Terakhir ke kota apel ini tiga tahun lalu, tepatnya bulan Februari 2012. Saya mendapati perubahan pada bandara Abdul Rachman Saleh, kini lebih besar dan punya bangunan baru yang megah.
Seingat saya, dulu begitu kecil dan sederhana, nyaris serupa dengan terminal bus. Kini, terminal lama difungsikan sebagai terminal kedatangan. Sedangkan bangunan baru sebagai terminal keberangkatan. Banyak kios jajan di depan terminal, berhadapan dengan area parkir bandara. Dulu, semua itu tak ada. Kini jadi ada, pertanda tingkat kunjungan ke Malang dengan menggunakan transportasi udara kian meningkat.
|
Terminal keberangkatan |
|
Terminal lama kini jadi terminal kedatangan |
Jember adalah kota tujuan utama kedatangan saya ke Jawa Timur. Malang hanya sekedar transit. Sekembali dari Jember, dan sebelum terbang ke Jakarta, saya bermalam semalam di Malang. Alhamdulillah kawan baik saya, Ivone dan Ihwan, bersedia rumahnya saya inapi.
Atas keluangan waktu dan kebaikan hati Ihwan, Minggu sore saya dijemput di bandara Abdul Rahman Saleh, dan dibawa ke rumahnya. Tentu ada perasaan senang bisa berjumpa lagi dengan keluarga Ihwan. Ivone, istri Ihwan adalah teman saya. Saya berteman dengan Ivon sejak masih sama-sama ngeblog di MP (sekitar 6-7 tahun yang lalu). Ivon adalah teman di dunia maya yang menjadi nyata. Pertemanan kami terjalin sejak ia masih gadis, sampai ia menikah dan punya anak. Berjumpa kembali dengannya adalah sebuah kebahagiaan. Bahagia bisa kembali bersilaturahmi dalam hubungan pertemanan yang tetap baik.
Waktu begitu cepat berlalu, banyak yang berubah, tentu saja. 3 tahun lalu saat bertandang ke Malang, Ihwan dan Ivon belum menikah. Satu bulan paska kedatangan saya ke Malang, mereka baru menikah. Dulu Ihwan menjamu saya di rumah orang tuanya. Kali ini saya dijamu di rumah pribadi milik Ihwan yang ditinggali bersama keluarga kecilnya. Ihwan dan Ivone memang sudah mandiri. Berkat ketekunan dan tekat kuat yang mereka miliki, kini mereka sudah punya rumah sendiri. Rumah biru yang cantik.
Senang rasanya bisa berkunjung ke kediaman Ivon. Apalagi merasakan menginap dan bermain bersama Aiman, putranya yang sangat aktif. Saya berdoa untuk mereka, semoga selalu diliputi kemudahan dan kebahagiaan dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Dan kebaikan mereka pada saya, semoga mendapat balasan yang lebih dari Allah SWT. Aamiin.
|
Ivon dan keluarganya |
|
Rumah keluarga biru |
|
Disuguhi rujak cingur |
Minggu malam, selepas waktu magrib, saya di ajak ke Alun-Alun Malang. Ivon, Ihwan, Aiman, dan adik sepupu Ihwan, semua ikut serta. Dengan menggunakan 2 buah sepeda motor, kami menuju alun-alun. Sebelum berangkat Ivon memperingatkan saya untuk menggunakan baju hangat karena udara Malang di malam hari akan terasa sangat dingin. Karena saya tidak bawa jaket ataupun sweater, Ivon pun meminjamkan jaket wanita miliknya. Alhamdulillah bisa selamat dari udara dingin yang biasanya tidak mampu saya tahan.
Suasana Minggu malam di alun-alun sangat ramai. Banyak anak-anak, remaja, hingga orang dewasa berkunjung ke alun-alun. Ada yang sekedar duduk-duduk, berjalan, atau pun bemain di taman. Kebanyakan duduk di area sekitar air mancur. Padahal, suasana alun-alun minim cahaya. Saya tidak tahu kenapa demikian. Tapi yang jelas, taman remang-remang itu terasa kurang nyaman dan aman. Apalagi buat anak-anak. Terlihat anak-anak bermain benda menyala mirip lampu yang bila dilemparkan ke atas akan tampak seperti kembang api. Harganya Rp 5000. Ihwan membeli satu untuk Aiman. Tapi benda itu tak bisa dimainkannya. Akhirnya Aiman lebih banyak berlarian, Ivon kewalahan, Ihwan mengejar kerepotan.
Di alun-alun kami menjumpai Tari dan mbak Dedew. Tari dan mbak Dedew sedang berada di Malang dalam rangka liburan. Mbak Dedew membawa anaknya, Nayla dan Alde. Malam itu kami memang janjian untuk ketemu. Namun di alun-alun kami tak banyak ngobrol. Saat itu, memang tak begitu cocok buat ngobrol. Apalagi waktu kami sedikit, sebab jam 10 malam kami akan berangkat ke Jember untuk menjenguk mbak Ira. Usai duduk-duduk, jalan, dan foto-foto, akhirnya jam 8 kami meninggalkan alun-alun. Saya kembali ke rumah Ivon, mbak Dedew dan Tari kembali ke hotel. Namun sebelum kami beranjak pulang, pertunjukan air mancur yang dinanti mulai dihidupkan. Orang-orang mulai mendekati pusat alun-alun, tempat di mana air mancur akan menari dengan warna-warna yang silih berganti. Anak-anak mbak Dedew terlihat gembira. Padahal tadinya Alde sudah merengek minta pulang.
|
Minggu malam di alun-alun Malang |
|
Air mancur menari berlatar Masjid Jami Malang |
|
Warna air mengikuti warna lampu yang berganti-ganti |
|
Bersantai di alun-alun Malang |
|
Berjumpa Lestari dan temannya |
|
Reuni keluarga BM |
Jam 10 malam kami berangkat ke Jember dengan menggunakan mobil Avanza sewaan. Perjalanan kami tempuh sekitar 6 jam lamanya. Kami tiba di Jember jam 4 pagi. Setibanya di Jember kami menuju stasiun, menjemput mbak Zulfa. Setelah itu baru sama-sama ke rumah mbak Ira. Jam 11 siang kami sudah berangkat lagi menuju Malang. Tiba sekitar pukul 4 sore. Waktu tempuh lebih cepat karena rute yang dilalui berbeda dengan rute saat pergi. Alhamdulillah perjalanan pergi dan pulang dari Jember lancar. Kami selamat dan sehat, kecuali Ihwan yang mabuk perjalanan sepanjang perjalanan pergi.
Senin malam saya menginap di rumah Ivon. Perjalanan dari Jember cukup melelahkan. Sesampainya di Malang rasanya ingin istirahat dan tidur saja, tak ingin jalan-jalan lagi. Tapi malamnya akhirnya keluar juga, walau sebentar, sekedar membeli mie cobek. Kata Ihwan, kedai mie cobek itu pernah diangkatnya ke dalam tulisan, semacam review. Memang cocok untuk ditulis karena kulinernya unik. Berhubung malam itu sudah lapar, mie langsung saya santap, akibatnya lupa difoto. Jadi ga ada buktinya buat dipajang di sini :D
Hari Selasa saatnya kembali ke Jakarta. Meski pesawat saya siang, tapi jam 8 pagi saya sudah berpamitan dengan Ivon. Pinginnya, jam 9 atau 10 sudah duduk manis di bandara. Tidak masalah menunggu lama, biar saya bisa bersantai. Rencananya di bandara saya akan menggunakan waktu untuk menulis. Kebetulan memang bawa laptop. Lumayan kalau selama nunggu bisa menghasilkan satu tulisan buat diposting di blog. Tapi kemudian Ihwan mengusulkan agar saya ikut ke tempat kerjanya di perpus Brawijaya Malang. Katanya mending nunggu di sana. Ada wifi, bisa sambil ngeblog. Ihwan juga ada bilang, barangkali saya ingin jalan-jalan keliling komplek kampus Brawijaya, siapa tahu mau survey-survey buat jadi kampusnya Humayra kelak he he.
|
Suasana gazebo perpus Brawijaya |
|
Ihwan di tempat kerjanya |
|
Numpang ngeblog di perpus Brawijaya |
|
Sekitar bundaran kampus Brawijaya |
Sebelum masuk perpus, saya sempat minta duduk di gazebo saja. Enak di luar, adem banyak angin. Bisa sambil liat-liat suasana juga. Tapi setelah masuk perpus, ternyata suasananya lebih nyaman lagi. Ya sudah saya nunggu di perpus saja. Sementara barang-barang saya disimpan dekat meja kerja Ihwan. Di perpus banyak mahasiswa/i. Saya siapa ada di antara mereka? Hihi. Emak-emak numpang singgah sebelum ke bandara :D
Jam 12 saya berangkat ke bandara. Ihwan yang antar. Sempat nggak enak sih, takutnya memakan waktu kerjanya. Tapi kata Ihwan gapapa, karena itu jam istirahat. Nah, sebelum jalan, Ihwan nyaranin saya foto-foto dulu di komplek Brawijaya. Tempat yang disarankan adalah bundaran Brawijaya. Di situ ada spot bagus dengan latar belakang gedung rektor. Benar juga sih. Lalu saya foto-foto di situ. Setelah puas, baru berangkat menuju bandara
Dalam perjalanan menuju bandara, saya mendadak lapar. Pingin makan tapi bukan makan nasi, melainkan bakso bakar. Sambil jalan, mata saya jelalatan mencari warung bakso. Agak susah juga menemukannya. Padahal sewaktu belum dicari, warung bakso terlihat di mana-mana. Sekalinya ada, ternyata bakso daging babi. Untung kami tanya dulu, kalo nggak mungkin sudah bersantap makanan tidak halal hehe.
Setelah mencari beberapa waktu, akhirnya ketemu warung bakso bakar yang dicari. Nama tempatnya kalau tak salah Bakso Bakar Adi Sucipto. Halal? Iya tentu. Sewaktu masuk langsung saya tanya. Si mbak berkerudung yang jaga warung mengatakan baksonya halal. Siplah. Ohya, spesialnya nih, di warung ini juga sedia es teler duren. Kebetulan sekali memang sedang ingin sesuatu yang segar-segar. Pucuk dicinta es teler duren pun tiba. Cocok!
|
Durennya banyak. Manis dan segar! |
|
Bakso bakar idaman |
|
Mbaknya sedang bikin kupang kraton |
1 jam sebelum jadwal keberangkatan, saya sudah tiba di bandara. Mepet sih sebetulnya tapi untungnya masih aman. Pesawat Sriwijaya yang saya tumpangi, tiba tepat waktu, dan saya pun terbang ke Jakarta tepat waktu. Sebelum berangkat, saya perhatikan moncong pesawat di sebelah kanan bertuliskan kata “Kebenaran”. Lalu saya teringat ketika berangkat ke Malang pada hari Minggu, moncong sebelah kirinya bertuliskan “Kebahagiaan”. Dua kata itu kemudian berseliweran di kepala saya, lalu masuk ke dalam kalbu, menghadirkan suatu rasa. Malang 3 tahun lalu dan saat ini, tak lagi sama. Tetapi kebahagiaan dan kebenaran, tak pernah berubah. Inilah hidup, ia terus berjalan dengan banyak cerita. |
Kebahagiaan |
|
Kebenaran |
|
Datang dan pergi tepat waktu |
|
Sampai jumpa lagi Malang |