Pertemuan kami singkat saja, namun menyenangkan, istimewa, dan agak "langka". Karenanya, saya jadi ingin mengabadikannya di blog ini, sebagai kenangan.
Namun sebelum itu...
Saat hendak menuliskan cerita pertemuan dengan Mbak Icha di sini, ada satu ingatan yang tiba-tiba muncul dalam benak saya. Tentang ajakan bertemu yang pernah tak berkenan di hati. Ceritanya begini.....
Beberapa tahun silam, pada suatu siang. Seorang kenalan blogger mengirim pesan melalui Whatsapp. Isinya singkat saja. Intinya dia memberitahu saya sedang berada di suatu tempat di BSD, dan meminta saya datang untuk bertemu saat itu juga.
Tidak ada yang salah dengan ajakan itu, saya hanya jadi agak kaget karena ajakan bertemu tersebut sangat mendadak dan harus saat itu juga.
Saya mencoba mengingat kapan kami pernah membicarakan janji temu. Namun, sekeras apapun saya berusaha, ingatan soal janji temu itu tak ditemukan, karena memang tak pernah ada.
Kami sebenarnya bukanlah kawan dekat. Hanya saling tahu dan pernah berinteraksi di medsos saja, itu pun sesekali.
"Mohon maaf banget tidak bisa sekarang. Saya sedang kurang sehat, baru haid. Badan lemas, mual, mulas, dan kepala pusing."
Saya menjelaskan kondisi diri sesuai fakta. Meskipun ada fakta lainnya seperti sedang ada kerjaan di rumah, sebentar lagi mau jemput anak pulang sekolah, dan lainnya. Namun fakta lain itu saya sembunyikan. Cukup hal paling gawat saja yang terinfo, soal sakit itu.
Ketidakbisaan saya untuk bertemu direspon dengan datar. Kemudian yang luar biasa, saya distatusin di Facebook! 😱 Aneh juga sih. Kan katanya dia lagi ada acara di BSD. Ketemu saya itu cuma sambilan.
Kenapa kesalnya sebegitunya, ditumpahin di tempat umum pula 😂 Jujurly, saya paling gak suka sama orang yang bila ada masalah diomongin di belakang, atau malah di statusin di medsos dengan tujuan ngajak orang mendukung emosi pribadinya dia. Kalau ada masalah dikelarin, bukan dipanjangin wkwk.
Ketika Saya Mengajak Bertemu
Saat saya punya rencana datang ke suatu kota, dan punya waktu untuk bertemu dengan teman-teman yang ada di kota itu, tapi waktunya terbatas, saya biasanya akan bilang begini:
"Insha Allah hari Jumat saya ke Surabaya. Saya punya waktu luang hari Sabtu, jam 4 sore. Kalau ada waktu, ketemuan bareng-bareng yuk di Mall Tunjungan Plaza. Lokasinya dekat dari hotel tempat saya nginap. Biar gak jauh. Soalnya saya punya waktu 2 jam-an saja buat ketemu."
Dengan cara begini, saya menawarkan kesempatan, tapi tidak memaksa. Yang bisa ayo mari ketemu, yang gak bisa gapapa.
Penting bagi saya memberi info yang jelas dan rinci. Untuk mempermudah orang lain membuat keputusan apakah bisa bertemu atau tidak. Karena yang sibuk bukan saya saja, orang lain juga sibuk.
Saya ada sebut "bareng-bareng", tujuannya supaya bisa dilakukan di satu tempat, pada satu waktu. Selain untuk efisiensi waktu, juga biar hemat biaya, dan meminimalisir kerepotan.
Balik lagi ke soal bertamu ke suatu kota, lalu ngajak ketemu...
Kalau sudah terinfo, harapannya gak ada lagi teman yang ngomong: "Ih ke Surabaya ga bilang-bilang. Kok ga ngabarin? Kok gak ajak-ajak ketemu? Sombong amat diem-diem aja ke Surabaya"
Hadeuh😅
Saya suka mengajak teman bertemu. Bukan untuk merepotkan, tapi untuk merawat hubungan, supaya silaturahmi senantiasa baik dan terjaga.
Kepada kawan dekat, biasanya langsung saya japri seperti ini:
Ketika Saya Mengajak Mbak Icha Bertemu
Mbak Icha adalah seorang penulis. Beliau berasal dari Surabaya. Pernah tinggal di Inggris, Malaysia, dan sekarang sudah belasan tahun di Norwegia bersama keluarganya.
Mbak Icha punya blog, tapi sudah lama belum diupdate. Katanya sibuk dan ada prioritas lain. Tetapi kegiatan menulisnya jalan terus, terbukti dari adanya karya berupa buku-buku solo yang diterbitkan oleh Gramedia dan dapat dibaca oleh penggemarnya di Indonesia.
Selain menulis buku, Mbak Icha aktif di media sosial; Facebook dan Instagram. Di FB Mbak Icha menulis beragam topik. Kadang tentang keluarga, kegiatan harian di rumah, traveling, parenting, aktivitas putranya di sekolah (pendidikan di Norwegia), kuliner dan masakan, pertemanan, politik, dan agama pun ada.
Saya suka baca tulisan-tulisannya yang berbobot. Saya suka dengan pandangan-pandangannya yang dewasa dan bijaksana. Saya suka buah pikirannya yang cerdas. Selalu ada hal menarik yang bisa diketahui, dan ada saja pelajaran yang bisa dipetik.
Lewat tulisan-tulisannya itulah kami berinteraksi. Berbalas komen dengannya terasa menyenangkan. Hal seperti inilah yang membuat saya nyaman, betah dan jadi ingin jumpa.
Pada minggu terakhir bulan Juni lalu saya melihat postingan mbak Icha di Instagram. Ada foto Mbak Icha sedang di Jakarta. Ternyata Mbak Icha dan keluarganya sedang mudik ke Indonesia.
Lantas bagaimana dengan saya, ada rasa pengen ketemu? Oh itu pasti.
Tapi saya sangat mengerti. Orang baru datang dari benua jauh, telah 2 tahun tak bisa mudik karena pandemi, saat mudik tentu sudah punya prioritas bersama keluarganya.
Untuk mengajak Mbak Icha bertemu, tentu saya perlu menyusun kata setepat mungkin supaya tidak menjadi bebannya, dan tidak mengganggu jadwal kegiatannya.
Pada saat saya menulis:
"Masya Allah 😍😍 Selamat menikmati hari² selama di Indonesia ya mbak. Lumayan agak lamaan di Indonesia-nya ya sampai awal Agustus. Sekiranya sedang papasan waktu dan tempat, senang sekali jika dapat berjumpa. Jumpa sama panutankuuu 😚😘"
Lalu Mbak Icha membalas:
"insyaallah nanti setelah aku kembali dari Surabaya, semoga kita ada rezeki ketemuan, ya Mbak Erien ❤️"
Ungkapan mengajak bertemu hanya sekali itu saja. Setelah itu saya tidak mengulanginya lagi. Saya tidak ingin membuat Mbak Icha jadi terbebani waktu. Sebab saya pun sama, kalau sedang bepergian ke suatu tempat, semisal ada yang menagih pertemuan, rasanya tak tenang. Sayanya jadi sibuk mencari waktu, bahkan menggeser jadwal sana sini. Karena itulah, saya pun ingin pengertian terhadap orang lain.
Hingga suatu hari Senin tgl. 1 Agustus 2022.....