Saking harus nyobain, sampe dibilang belum afdol kalau gak dilakukan 😆
Ya udah tuh, hari terakhir di Purwokerto, sebelum balik ke Jakarta, pesan itu kami laksanakan. Kami mampir ke Raja Soto Lama H. Suradi, sekalian makan siang yang hampir kesorean.
Tadinya saya memang nggak tahu kuliner khasnya Purwokerto itu apa. Pas ada yang bilang soto dan mendoan, jadi bertanya-tanya sendiri dalam hati, "bukankah daerah lain juga pada punya soto dan mendoan? Apa bedanya? Emang seenak apa? Ciri khasnya apa? Sotonya kayak apa?"
Jadi penasaran banget kan? Iyah!
Titik mula saya dan keluarga jadi berangkat ke Raja Soto Lama H. Suradi diawali dari pertemuan dengan Pungky di Menara Teratai.
"Sudah makan soto belum?" tanya Pungky. Otomatis langsung saya jawab belum.
"Yang udah sih makan bebek." Pas bilang gini, jadi nyengir sendiri. Karena udah tahu, masakan bebek gak ada dalam daftar makanan khas Purwokerto. Yaiyalah!
"Yah, ke Purwokerto kok makan bebek. Soto dan mendoan dong,"ujar Pungky.
Nah, kan! Wkwkw
Perkataan Pungky memantapkan hati untuk ajak keluarga makan soto ke tempat yang direkomendasikan. Yakni di Raja Soto Lama H. Suradi.
Ternyata, tempatnya dekat dari lokasi Menara Pandang gaes! Yang artinya dekat juga dari hotel yang kami inapi. Gak sampai 2 kilometer.
Apaaah? Dekat hotel? Huhu udah hari ke-2 di Purwokerto kok saya baru tahu. Telat banget. Tahu gitu sejak pertama sampai makan di sana aja. Tapi ya udahlah gak perlu disesali. Duit yang keluar berarti jadi rejekinya bebek Cak Kholiq dan warung nasi Bu Neni. Kedua tempat makan ini akan saya ceritakan di lain tulisan. Walau bukan kuliner khas, tapi makan di sana juga gak kalah enak lho.
Total jarak tempuh dari Menara Pandang ke Raja Soto Lama H. Suradi cuma 1,5KM |
Mudah sekali buat mencapai rumah makan soto Raja Soto Lama H. Suradi. Kami tinggal berkendara mobil mengikuti G Maps, gak pake nyasar ke sana kemari, langsung sampai. Kecuali pakai ngesot, mungkin lusa baru sampai.
Letak rumah makannya di pinggir jalan besar. Di antara deretan toko yang saat itu kebanyakan tutup. Kami sampai saat pengunjung sedang ramai.
Sejak dari depan sampai beberapa puluh meter ke arah kiri dan kanan rumah makan sudah dipenuhi mobil. Kami kebagian parkir agak jauh. Jalan kaki ke rumah makan juga jadi agak jauh, kurang lebih 25 meter. Untung gak sampai 25 kilo. Kalau iya keburu pingsan sebelum sampai 😅
Sampai di rumah makan sudah bisa ditebak gak bakal sepi. Bagusnya rumah makan ini gak sempit. Tapi lebar dan panjang ke belakang dengan banyak meja dan bangku untuk duduk. Cukup untuk memuat banyak orang dalam satu waktu.
Deretan mobil pengunjung Soto Sokaraja yang parkir di pinggi jalan |
Masya Allah pelanggannya Raja Soto Lama H. Suradi hari itu membludak!
Pelanggan yang makan di tempat maupun yang take away sama rame. Mereka datang silih berganti.
Saya bergegas ajak keluarga untuk cari tempat duduk. Alhamdulillah masih kebagian tempat. Setelah dapat, kami bergantian salat Dzuhur. Suami dan Alief salat, Aisyah jaga meja, saya ke depan pesan makanan.
Mejanya perlu dijagain gaeesss wkwk. Biar gak diambil orang, nanti ga dapat tempat, ga bisa makan haha. Soalnya kami buru-buru mau balik Jakarta lagi.
Saya mesti ke depan karena gak ada yang nyamperin. Semua pramusaji sibuk melayani pesanan. Beberapa mondar-mandir antar makanan ke meja. Mungkin karena sedang ramai. Jadinya pelanggan harus jemput bola kalau mau cepat. Itu yang saya lakukan.
Saya lalu antri di depan. Tapi ternyata setelah beberapa saat antri saya baru sadar kalau barisan antrian itu untuk yang order take away . Alamaaak!
Kalau buat makan di tempat gak usah antri, langsung bilang aja sama siapa aja yang sedang santai, atau pun yang sedang sibuk, bahwa kita mau order. Langsung dilayani. Abis pesan langsung bayar. Udah bayar baru balik ke meja. Tinggal nunggu pesanan.
Ternyata pesanannya agak lama gaes baru sampai ke meja. Sampai saya kelar solat pun belum ada tuh. Suami dan anak saya orangnya sabar. Pesanan belum diantar diam saja. Sabarnya kadang-kadang kebangetan wkwk. Gak kayak saya yang langsung nyamperin ke depan. Berhasil lho. Abis disamperin, mangkok-mangkok berisi soto berdatangan.
The power of emak-emak emang warbiyasak! 😂
Yang sotonya belum diantar ke meja pada nengok ke depan, pertanda nungguin. Suami saya mah cuek wkwk. |
Kami mencoba dua macam menu soto. Yakni Daging Sapi Soto dan Babat Iso Soto. Masing-masing saya pesan dua mangkok, untuk berempat.
Dalam semangkok Daging Sapi Soto berisi ketupat dengan topping yang melimpah, terdiri dari taoge pendek, daun bawang, kerupuk warna-warni, bawang goreng, dan tentunya potongan daging.
Isi mangkok Babat Iso Soto pun sama, bedanya cuma pada potongan babat, bukan daging.
Kerupuknya dinamakan Kerupuk Cantir. Terbuat dari ketela pohon. Diwarnai merah, putih, dan hijau. Diremukkan dulu dengan tangan sebelum ditabur di atas mangkok, lalu disiram kuah. Bukan kuah dulu baru ditabur kerupuk. Unik kan?
Meski banyak macam soto di Indonesia, tapi tentu beda pada isian, dan juga pada kuah. Nah, kuah soto di sini pakai kuah kaldu. Kaldunya sesuai dengan daging yang digunakan. Jika soto daging sapi, kaldunya daging sapi. Begitu pun jika soto ayam, maka kuahnya pakai kaldu ayam.
Yang bikin soto Purwokerto beda itu sambalnya. Sambal Kacang Tanah. Tentunya terbuat dari kacang tanah. Mirip sambal nasi uduk Betawi di Jakarta. Mirip sambal bala-bala (bakwan). Enak? Tentu!
Sambalnya tidak terlalu pedas. Memang agak aneh bagi yang ga biasa makan soto pakai sambal kacang. Tapi harus dicoba. Saya mencicipinya sedikit dulu, dicampur kuah. Setelah merasa nyaman, baru saya tuang ke soto. Dan akhirnya, malah nambah sambal berulang-ulang.
Rupanya, selain rasa sedap sudah berasal dari soto itu sendiri, menambahkan sambal kacang membuat soto jadi lebih sedap lagi ketika dinikmati.
Babat Iso Soto Sokaraja |
Daging Sapi Soto Sokaraja |
Pendamping soto seperti jeruk nipis yang biasa ada saat makan soto, tidak ditemukan di sini. Hanya tersedia kecap manis di meja. Sedangkan sambal kacang diantar bersama dengan soto. Bebas diambil sebanyak yang diingin.
Sebetulnya, kalau keadaan memungkinkan, saya ingin menemui pemilik rumah makan. Bertanya beberapa hal tentang rumah makan, untuk saya ketahui. Tapi saat itu situasinya tidak tepat. Semua tampak sibuk.
Saya hanya bisa gugling, dan mendapatkan informasi bahwa pemilik usaha Raja Soto Lama H. Suradi saat ini bernama Ika yang merupakan generasi ke-3 pengelola kuliner Soto Sokaraja.
Soto Sokaraja termasuk kuliner otentik legendaris dengan resep asli keluarga yang digunakan sejak tahun 1970.
1 porsi mendoan yang saya pesan berisi 10 potong. Dihidangkan masih dalam keadaan panas. Dilengkapi beberapa cabe rawit hijau yang rasanya aduhai pedas.
Apa yang membuat saya terkesima?
Pertama harganya. Cuma Rp 2.000 saja per potong. Untuk ukuran yang sama, saya beli di BSD harganya pernah 7.500. Pernah pula ada yang 10.000. Lha di sini 10K dapat 5. Murahnya kebangetan.
Kedua tampilannya. Putih cakep, dengan gelombang tepung yang membuat tempe seperti berambut putih keriting mekar 😁
Ketiga rasa dan teksturnya. Kok lembut? Aiih saya kadang beli mendoan luarnya kayak lembut, pas digigit agak keras. Ini pasti karena perbedaan cara menggoreng. Soal rasa, wah ini sih enak. Saya kalo bikin sendiri meski sudah pakai tepung instant khusus mendoan, kok gagal mulu enaknya ya? Makanya selalu beli jadi saja.
Anak saya makan 2. Suami saya cukup 1. Suami memang lagi dibatasi makan makanan yang menggunakan tepung, demi kesehatannya. Jadilah sisanya saya makan sendiri. Puas? Enggak hahaha. Belinya kurang banyak.
Kalau order lagi, lama lagi jadinya. Kami udah harus berangkat. Keburu sore. Ya udahlah, yang penting udah puas nyicipin soto sokaraja Purwokerto.
Mendoan Soto Sokaraja H. Suradi |
Berarti udah afdol dong ya saya ke Purwokerto? Awas aja kalau dianggap belum sah. Saya paksa traktir makan soto di sini selama sebulan tanpa jeda tau rasa😆
Harga soto IDR 25K / porsi
Harga mendoan IDR 2K / potong
Kalo di BSD Tangsel di mana ya ada yang jual soto dan mendoan seenak di Raja Soto ini?
Maaf ya ga ada foto saya. Karena selama di situ saya sibuk makan dan motoin orang 😂 |
Cerita jalan-jalan di Purwokerto dapat dibaca pada tulisan lainnya. Yakni Wisata Taman Mas Kemambang dan Kondangan Sambil Jalan-Jalan di Purwokerto, Menginap di Hotel Luminor.
Cerita Naik Menara Teratai Purwokerto akan segera ditulis pada postingan berikutnya.
Enak sekali makan soto Sokaraja
Terima kasih telah membaca 💖
--Pantun yang sederhana sekali 😂😅