Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Danau Hijau nan Syahdu di Ulu Belu

$
0
0

Tersesatlah di Ulu Belu. Susuri bukit, turuni lembah, dan berjalanlah di antara batang-batang kopi. Rasakan sejuk hingga menggigil. Rasakan hangat hingga berkeringat. Catat kenangan. Timba pengalaman. Suka cita! Jangan. Jangan pernah melipat jarak. Biarkan waktu berlalu seiring laju mobil atau langkah kaki, hingga berakhir di ujung jalan yang sebenarnya tak pernah ada ujung.
 

Sungguh, aku tidak pernah mendengar tentang Tanggamus sebelumnya, apalagi Ulu Belu. Festival Teluk Semaka-lah yang membuatku jadi tahu tentang tempat ini. Lebih tepatnya, saat aku mengikuti kegiatan Tour D’Semaka 2015 bersama rekan-rekan media (blogger, fotografer, jurnalis) pada tgl. 20 November lalu.

Ada apa di Ulu Belu? Apa saja yang akan aku lihat? Kata Mas Elvan, di sana ada Danau Hijau, Kawah Belerang, dan Air Terjun Pelangi. Entahlah aku tak tahu seperti apa rupa tempat-tempat itu. Saat itu aku memilih jadi ‘buta’. Tak gugling untuk membaca dan melihat-lihat fotonya di internet. Aku lebih suka membiarkan pengetahuanku tentang Ulu Belu nol. Membiarkan berbagai rasa hadir secara alami ketika nanti melihat langsung. Jika ada yang berpendapat mencari tahu dulu itu banyak gunanya, misal agar bisa tahu nanti akan memotret dari sisi mana, bisa tahu bagian terbaiknya di mana, bisa memilah mana saja yang perlu dijejak dan tidak, dll. Ya betul, itu tak keliru.

Tapi kemarin, aku sedang tidak ingin tahu apa-apa.

Seperti yang pernah aku ceritakan pada tulisan Lembah Pelangi, jarak menuju Ulu Belu dari Kota Agung itu tidak dekat. Jalan aspalnya memang bagus, tapi si tuan bahaya seolah mengintai tiap saat. Kontur bebukitan membuat jalur kendaraan berkelok dan punya banyak tikungan tajam. Sebuah mobil terguling ke jurang. Telah tiga hari menjadi bangkai. Kami melihatnya. Kondisinya parah, untungnya tak terkapar di dasar jurang, melainkan tersangkut di lereng bukit terjal. Bukti betapa bahayanya jalur yang kami lalui jika tak waspada.

Bahaya?
Aku sedang nakutin nggak sih?

20-an meter lagi sampai di Danau Hijau

Setelah berjam-jam lebih banyak melaju di ketinggian, akhirnya tiba di tempat yang lebih rendah. Makin lama seolah makin dekat dengan Geothermal Ulu Belu. Tapi tidak sampai ke ke sana. Ketika melintasi sebuah tempat yang aku kira tempat pemancingan, mobil mas Indra berhenti melaju. Katanya kami sudah sampai. Oh, tak kukira tempatnya ternyata di pinggir jalan. Bukan masuk ke dalam hutan alam. Aku terlalu tinggi berhayal, membayangkan danaunya berada nun jauh di tengah belantara yang senyap. Padahal ternyata di tempat terbuka, lapang, banyak warga dan tentunya jauh dari rimba. Inilah kejutan. Aku suka pada hal-hal seperti ini. Lain di hayalan, lain di kenyataan. Sensasional.

Di tepi danau ada saung-saung kecil, tempat duduk-duduk terbuat dari bambu, beratap ijuk dan alang-alang (entahlah aku lupa, itu alang-alang atau daun kelapa). Tampak masih baru. Ada juga tempat duduk lainnya, lebih besar dan lebar, terbuat dari semen, dan beratap asbes. Meja-meja kayu pendek berderet di dalamnya. Tempat menaruh kopi atau cemilan yang ingin dinikmati saat bersantai. Ada pula warung pedagang yang menjual makanan/minuman. Letaknya persis di sebelah tempat parkir kendaraan yang masih seadanya. 



PGE Ulu Belu

warung makan dan tempat parkir yang masih seadanya


Saung di pinggir danau


Aku mengamati pinggiran danau sekitar tempat duduk. Agak tak nyaman saat memergoki sampah plastik yang terkulai berhelai-helai di pinggiran-pinggiran hingga agak masuk ke dalam danau. Mungkin sisa sampah lama yang belum tuntas dibersihkan. Eh, aku tidak tahu apakah danau ini pernah dibersihkan atau tidak sebelumnya. Tapi aku lihat ada upaya untuk membuat tempat ini nyaman. Setidaknya dengan adanya tempat sampah yang sudah disediakan. Juga alang-alang yang ditebas dan dicabuti dari tanah-tanah kemerahan yang ada di tepian danau.

Meski demikian, saat mata mulai beradu pandang, lekat-lekat menatap ke arah danau hingga semua yang ada di seberangnya, rasa tak nyaman itu perlahan pulih. Lama-lama hilang sama sekali. Aku menjadi lupa bahwa sebelumnya sempat disambut dengan pemandangan sedikit tak enak di salah satu sisi pinggiran danau. 

Selamat datang di Danau Hijau! @encipholic

Aku merasa sedikit gerah. Entah kenapa. Padahal udara di tempat ini semestinya dingin. Maksudku, mestinya sedingin udara Pengalengan. He he. Aku memaksa. Menyama-nyamakan tempat yang sama-sama punya geothermal di kaki gunung. Sepertinya aku terkenang Pengalengan yang sangat sejuk. Beberapa kali main ke sana selalu dibikin menggigil namun tak pernah bosan dan tetap ingin ke sana lagi. Rasanya seperti disihir oleh Gunung Wayang dan Gunung Windu. Baiklah, ini di Ulu Belu. Suhu udaranya berbeda, agak gerah. Sempat terpikir menceburkan diri, lalu mandi. Tapi itu tak terjadi, sebab ini bukan danau yang bisa dipakai untuk mandi-mandi, apalagi cuci-cuci panci.

Danau Hijau namanya. Dinamakan demikian karena airnya berwarna hijau. Sejenak ingatanku melayang ke suatu tempat entah di mana. Sepertinya di daerah perkotaan. Ada kali/sungai di antara rumah-rumah sempit dan berdempetan. Warna air kali itu hijau lumut. Bukan karena mengandung sulfutara seperti Danau Hijau di Ulu Belu, melainkan karena timbunan sampah di dalam air. Hijau menjijikan dan beraroma tak sedap.  Tapi di sini di Danau Hijau, airnya hijau cemerlang, agak beraroma belerang, dan terasa hangat ketika disentuh. Rasa hangat itu disebabkan ada bongkahan belerang mendidih di dasar danau. 

Danau Hijau nan Syahdu di Ulu Belu


Bebatuan kapur, sesekali asap mengepul di balik pepohonan


Getek, dimana penumpangmu?

Awalnya agak sedikit bosan karena duduk saja, mondar-mandir memotret, selfie, dan wefie. Terlintas di pikiran ingin mendaki bukit di seberang. Lalu trekking ke tempat yang ada kawahnya. Tapi belum usai aku memikirkan ini dan itu, ada tawaran menarik dari Pak Adi sekretaris desa. Katanya kami bisa keliling danau naik getek kalau mau. Getek? Tau tidak apa yang aku pikirkan? Naik perahu yang ceruknya dalam dan lebar, dikayuh dengan dayung, lalu keliling danau bolak-balik sambil motret apapun yang dijumpai. Ternyata saudara-saudara, getek itu susunan kayu/bambu yang dibentuk mirip rakit, dan digerakan dengan cara didorong pakai kayu/bambu. Dengan PD tingkat dewa aku naik. Ikut bersama rombongan yang sama-sama nggak tahu sampai mana batas muatan getek. Yang ada, pas aku naik, itu getek miring-miring hampir terbalik. Gila, belum berlayar masa sudah karam di dermaga? Mana bebannya banyak, berat-berat pula. Ketika sepatuku mulai kemasukan air, saat itulah aku mulai panik. Bukan soal sepatunya yang aku sayangkan, tapi kamera DLSR yang aku bawa. Kalo soal badan tenggelam pun tak apa, bisa berenang-renang riang. Tapi kalo kamera yang tenggelam. Nangis bombay tau :p
 
Hore kelebihan muataaan...karaaaam


Selamat berlayar menuju seberang

Akhirnya gagal naik getek. Sebagian teman telah turun, sisanya terus menyeberang, dan kemudian hilang di telan rimbun pepohonan. Mereka pergi ke kawah. Sementara aku membayangkan bisa sulap dan bisa sihir. Menyeberangi danau sambil berjalan tanpa kecemplung. Lalu loncat sana sini sesuka hati. He he. Sepertinya aku mulai aneh. Danau ini lama-lama membuatku banyak berhayal. Tapi entah kenapa. Di lain sisi, berlama-lama di sini aku merasa tentram. Ide-ide bermunculan. Inspirasi datang. Hati senang. Ayo kita goyang dumang. #eh.

Mungkin karena aku duduk berdekatan dengan suasana alam yang tenang.
Iya, mungkin.
Kalau begitu, mau dong berdekatan lagi.
Kamu itu. Huh!
 
Bikin tak ingat pulang
Dilihat dari atas bukit

Angin berhembus melampaui rasa. Bergerak liar ke permukaan danau, lalu brutal menyerbu dedaunan. Dahan bergoyang, daun bergerak, serentak menarikan tarian selayang pandang. Daun-daun kering melayang, sebagian jatuh ke tanah, sebagian lagi jatuh ke danau. Tak ada yang bisa mencegahnya hanyut bersama gerakan air yang tampak berombak seperti habis ditepuk. Angin yang membuatnya demikian. Menciptakan bercak-bercak putih pada permukaan air, seperti noda pada selembar permadani hijau yang licin.

Makin lama dipandang, makin ada rasa, lalu jatuh cinta. Mungkin karena aku suka dengan perpaduan warna yang tersaji di sekitar danau ini. Ada langit biru berhias awan putih yang berarak. Ada air berwarna hijau toska. Ada pepohonan berdaun hijau segar. Ada batang-batang pohon berwarna keperakan. Ada bebatuan kapur berwarna hitam dan putih berlatar tanah kemerahan. Dan ada aku yang berwarna..... (??)

 
Aku suka dengan perasaan ini. Lahir dan tumbuh secara alamiah. Buah dari rasa yang semula tak peduli akan Ulu Belu itu seperti apa. Jika sebelumnya aku sudah diracuni akan berbagai informasi ini dan itu, mungkin ada sesuatu yang akan membuatku terpengaruh. Dan aku tidak suka itu. Karena kadang kala, aku jadi tak lagi mau membuka hati pada apapun yang aku temui. Jika aku membiarkan hatiku diisi lebih dulu, maka cerita tentang Danau Hijau tak akan se-berkesan ini. Iya, aku menulis tentang Danau Hijau di selembar kertas kosong. 

"Ngintip" ~Photo by +yopie franz 
Melihat Danau Hijau dari tempat yang berbeda, akan punya rasa yang juga berbeda ~Photo by @Yopiefranz

Boleh jadi keindahan danau ini tidak tergolong dahsyat. Tetapi bagiku, danau ini istimewa. Apalagi saat kami naik ke bukit di atas danau. Suatu tempat yang dinamakan Desa Proyek. Di sana, bentangan alam mengundang pukau. Ternyata seindah itu. Dari jarak yang berbeda, aku melihat danau yang sama. Tetapi, rasa yang hadir ternyata berbeda. Jarak memang punya dua makna.

Ulu Belu dalam rindu. 


@Agoenk_001 @ito07aja @elephunx25_85 @eviindrawanto


Ada Apa Dengan Elvan ~ @elephunx25_85 @duniaindra


Kopi, teman sejati ~ @Yopiefranz @duniaindra 


Sibuk sendiri-sendiri ~ @halim_san @Donnaimelda @Eviindrawanto @yopiefranz


Ada gaya ada cerita @halim_san
Bersantai sambil memotret @Donnaimelda

Membidik apa? @Yopiefranz 


Teman dalam segala suasana ~ @duniaindra





Ulu Belu, Kab. Tanggamus
20 Nopember 2015

Terima kasih @Yopiefranz @KelilingLampung @elephunx25_85 @Duniaindra @Halim_san @Omnduut @Fajrinherris @Donnaimelda @Eviindrawanto @kikianvirrr @Agoenk_001 @ito07aja @FestTelukSemaka

Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Trending Articles