Sebelum pandemi, isi video di Onedox Channel cukup beragam, baik dari segi tema, gambar, pemain, maupun lokasi. Kondisi saat ini di mana orang-orang harus banyak mengisolasi diri di rumah menyebabkan terjadinya perubahan pada gaya dan isi video. Bahkan saya harus berperan sebagai seorang camera person, menggantikan tugas rekan satu tim Onedox yang semuanya libur selama pandemi. Pada tulisan kali ini, saya akan cerita pengalaman ketika jadi camera person untuk Video Unboxing ASUS ROG Superpack. Namun sebelum itu, yuk baca cerita saya soal proses produksi video Onedox.
Intip Modal Produksi Video Onedox
Biaya? Video di Onedox Channel kan biasa-biasa saja, kayak gitu pakai biaya? Oh itu, gratis kok. Gratis dari Hong Kong! *lol
Ya, jangankan video parodi lagu India amat memukau buatan Youtuber Fathan, atau video parodi ala Youtuber EJ Peace yang amat populer itu, video Onedox yang masih biasa-biasa saja juga pakai biaya.
Jadi, sebelum saya cerita pengalaman jadi camera person Onedox, saya mau cerita dulu soal biaya produksi pembuatan video Onedox. Saya bermaksud membahasnya sebagai catatan saya pribadi, bahwa sebuah karya, sesederhana apa pun itu, dibuat tidak semudah kelihatannya.
LOKASI
Tempat pembuatan video hampir seluruhnya dilakukan di BSD. Paling sering di lingkungan sekolah saja. Biasanya syuting setelah jam pulang sekolah atau di jam istirahat. Pokoknya bukan di jam belajar. Meskipun Alief tahu soal jam syuting yang aman di sekolah, tetap saja saya ingatkan. Khawatir nanti malah mengganggu kegiatan belajar. Sebetulnya syuting di sekolah sesekali saja, itu pun bukan tiap hari. Kadang malah sebulan sekali saja.
Tempat syuting lainnya di kafe, warung makan tenda pinggir jalan, taman, jalan dalam komplek, dan di beberapa cluster yang ada di BSD. Semuanya gratis kecuali saat syuting di tempat makan. Setidaknya, jika masuk kafe harus beli minuman. Berapa banyak yang dibeli tergantung berapa banyak kru yang Alief bawa. Biasanya 2-3 orang. Biasanya tak cuma minum, tapi sekalian makan. Anak cowok ya, duduk di kafe kalau nggak makan nggak afdol. Kalau di kafe, otomatis ada uang parkir. Kalau mereka pergi pakai mobil, minimal 5000 buat parkirnya saja. Tapi biasanya mereka motoran, 2000 saja permotor. Total habis berapa? Kisaran Rp 200 - 300 ribu sekali masuk kafe buat 3 orang.
Tempat syuting lainnya di kafe, warung makan tenda pinggir jalan, taman, jalan dalam komplek, dan di beberapa cluster yang ada di BSD. Semuanya gratis kecuali saat syuting di tempat makan. Setidaknya, jika masuk kafe harus beli minuman. Berapa banyak yang dibeli tergantung berapa banyak kru yang Alief bawa. Biasanya 2-3 orang. Biasanya tak cuma minum, tapi sekalian makan. Anak cowok ya, duduk di kafe kalau nggak makan nggak afdol. Kalau di kafe, otomatis ada uang parkir. Kalau mereka pergi pakai mobil, minimal 5000 buat parkirnya saja. Tapi biasanya mereka motoran, 2000 saja permotor. Total habis berapa? Kisaran Rp 200 - 300 ribu sekali masuk kafe buat 3 orang.
Biaya makan minum di kafe jelas tidak sama dengan jajan di warung tenda pinggir jalan. Kalau mahal, ya di warung tenda aja, dong! Ya nggak bisa gitu, pemilihan tempat kan disesuaikan dengan kebutuhan cerita video. Ada kok sesekali mereka nongkrong di warung gerobak, seperti pada video Style STM vs SMA. Di video itu nggak ada penampakan kafe atau perumahan mewah karena cerita dalam video memang tidak butuh tempat seperti itu.
Syuting indoor nggak berbayar hanya di rumah. Selain di rumah sendiri, ada juga di lakukan di rumah temannya. Biasanya dilakukan pada saat kebetulan ada kegiatan belajar bersama, lalu sekalian syuting. Kata Alief , harus pandai memanfaatkan waktu dan tempat yang ada.
KRU
Alief punya beberapa teman akrab yang kompak mendukung channel Onedox. Banyak yang sukarela berperan dalam video, jadi pemain utama, pemeran pendukung, bahkan sekadar figuran. Tentunya, ada yang jadi kameramen dan seksi sibuk yang tugasnya apa saja bisa. Meski sukarela, mereka diajak makan minum oleh Alief, bahkan diberi bayaran sesudahnya. Duitnya dari mana? Dari penghasilan adsense Youtube yang didapat tiap bulan (jadi ya, buat yang nonton video Onedox, tolong jangan diskip ya iklannya wkwk). Nilainya tentu saja disesuaikan dengan hasil yang didapat, misal seberapa banyak view yang didapat sehingga melejitkan pendapatan adsense. Alhamdulillah sependek ini teman-temannya yang terlibat dalam video bisa bersenang hati karena dapat uang ganti bensin motor dan uang keringat yang lumayan buat jajan. Lebih dari itu, sama-sama dapat pengalaman juga ya kan.
Alief sendiri dapat berapa? Kembali lagi ke "Apa saja yang Alief kerjakan". Kalau yang lain "cuma nampang" dalam video, Alief nya enggak gitu doang dong. Dia yang menciptakan ide, merancang tema, riset, menyusun skrip, menyiapkan peralatan, jadi sutradara, video editing, membuat thumbnail video, menyusun deskripsi, hingga akhirnya upload ke channel. Pastinya, bukan pekerjaan sehari dua hari untuk itu semua. Waktu, tenaga, dan pikiran adalah "biaya" dari sebuah hasil.
Oh ya, Channel Onedox baru dapat penghasilan setelah berumur 8 bulan. Sebelum itu, segala biaya dan bayaran pakai duit dari saya dong. Mana lagi :)))
Saya amati, jumlah terbanyak yang pernah terlibat di video Onedox ada di video Survey Jumlah Mantan. Apakah semua orang yang tampil dapat bayaran? Enggak. Tapi pasti ada beberapa yang diberi uang jajan oleh Alief.
PERALATAN
Kamera sudah pasti jadi barang paling pokok untuk proses produksi video. Gak punya kamera gimana? Harus beli dong. Kalau nggak bisa beli? Sewa saja. Kalau nggak bisa sewa? Pinjam. Kalau nggak ada yang meminjamkan gimana? Udah, nggak usah jadi videografer, nggak usah jadi Youtuber. Nggak modal amat haha
Maaf, bukan maksud hati untuk sombong, Alief nggak pakai susah buat punya kamera karena saya punya lengkap. Dari kamera DSLR, pocket, mirrorless, hingga HP juga ada. Dia tinggal pakai. DSLR EOS 70D dulu beli 17 jutaan sudah sama 2 lensa. Kalau sekarang kata mas di Fokus Nusantara sudah 21 jutaan. Mirrorless Fuji XA5 sekarang 7 jutaan. HP ASUS ROG Phone 2 harganya 8 jutaan. Coba kalau saya nggak punya, mulai dari nol buat modalin Alief bikin video, tabungan bisa habis banyak buat beli itu semua.
Itu baru kamera. Ada yang tak kalah penting, laptop buat editing. Awal-awal Alief mengedit video pakai laptop L yang lelet banget itu. Lalu pindah ke PC. Sekarang pakai ZenBook UM431 buat mengolah rekaman video jadi video siap tonton. Perlu duit berapa beli laptop? ZenBook UM431 itu 10 jutaan. Berguncang dompet saya kalau beli sendiri. Untung dapat menang doorprize di event ASUS yang saya hadiri *lol
Apa lagi selain kamera dan laptop? Mic, lampu bermacam warna dan bentuk, kabel-kabel, powerbank, casan, semua diperlukan, baik saat rekaman maupun editing. Belanja di mana? Mana lagi kalau bukan Tokpedia dan Shopee. Pokoknya ya, sejak jadi youtuber, belanja keperluan video jadi meningkat. Apalagi sejak syuting di rumah saja, peralatan yang dibutuhkan nambah terus. Tukang paket tiap hari ke rumah teriak depan pagar :))
Kamera, hp, dan laptop gratis. Gak pake modal dong? Siapa bilang. Semua peralatan yang digunakan itu butuh perawatan, bahkan butuh tangisan jika hilang atau rusak haha. Alief pernah membuat rusak Canon EOS 70D karena kelamaan on, jadi overheat, rusak total. Saya bawa ke datascrip abis 3 juta buat perbaikan. Lalu, saat sedang syuting outdoor, lensa 50mm hilang akibat ketinggalan, pas dicari udah nggak ada mungkin disambar orang. Mesti beli baru lagi, merogoh kocek lagi huhu
WAKTU
Bikin video buang waktu? Nggak disebut dibuang juga sih, tapi makan, makan waktu. Kebuang itu kalau waktunya sia-sia, tak diisi dengan hal bermanfaat.
Sejatinya, Alief videoan kan karena hobi. Biasanya nih, kalau yang namanya hobi, yang dicari adalah kepuasan dan kebahagiaannya. Jadi, berapa banyak pun waktu yang terpakai, tetap happy-happy saja. Lain halnya jika video yang dibuat sifatnya untuk komersil. Tentu ada hitungannya. Kenapa? Karena waktu itu berharga bagi tiap orang. Betul nggak?
Setahu saya, waktu Alief untuk videoan tidak tentu. Biasanya menyesuaikan dengan rutinitas wajib di tiap harinya. Misal di hari sekolah, dari pagi sampai jam 3 belajar, setelahnya kosong baru syuting. Jelang magrib baru pulang. Atau, kelar sekolah langsung pulang, setelah magrib baru keluar buat merekam adegan di malam hari.
Saya perhatikan waktu buat pengambilan video nggak pernah sekali. Bisa beberapa kali sampai berhari-hari. Ada saja video yang kurang, lalu diulang lagi. Pas mau ulang, eh cuaca ga bersahabat. Atau, kru lagi ga ada. Terpaksa menunggu sampai semua ready.
Itu baru soal syuting, proses editing bagaimana? Namanya juga pelajar sibuk, waktu buat editing hanya di sisa waktu. Itu juga kadang lebih sering kebawa tidur kalau sudah depan laptop. Tapi kalau sudah serius, biasanya melek lama. Dari jam 8 malam sampai jam 1 pagi dia jabanin. hehe.
Kira-kira begitu ya. Sebuah video terencana tidak selesai dalam hitungan 1-2 jam. Tapi bisa berhari-hari hingga satu minggu pun pernah. Bahkan, pernah juga sampai 2 minggu. Apalagi Alief ini kan tidak mau mengerjakan editing kalau sedang tidak mood. Dan tidak mau unggah kalau asal jadi. Maunya sempurna menurut dia.
KEPUASAN
Bikin video buang waktu? Nggak disebut dibuang juga sih, tapi makan, makan waktu. Kebuang itu kalau waktunya sia-sia, tak diisi dengan hal bermanfaat.
Sejatinya, Alief videoan kan karena hobi. Biasanya nih, kalau yang namanya hobi, yang dicari adalah kepuasan dan kebahagiaannya. Jadi, berapa banyak pun waktu yang terpakai, tetap happy-happy saja. Lain halnya jika video yang dibuat sifatnya untuk komersil. Tentu ada hitungannya. Kenapa? Karena waktu itu berharga bagi tiap orang. Betul nggak?
Setahu saya, waktu Alief untuk videoan tidak tentu. Biasanya menyesuaikan dengan rutinitas wajib di tiap harinya. Misal di hari sekolah, dari pagi sampai jam 3 belajar, setelahnya kosong baru syuting. Jelang magrib baru pulang. Atau, kelar sekolah langsung pulang, setelah magrib baru keluar buat merekam adegan di malam hari.
Saya perhatikan waktu buat pengambilan video nggak pernah sekali. Bisa beberapa kali sampai berhari-hari. Ada saja video yang kurang, lalu diulang lagi. Pas mau ulang, eh cuaca ga bersahabat. Atau, kru lagi ga ada. Terpaksa menunggu sampai semua ready.
Itu baru soal syuting, proses editing bagaimana? Namanya juga pelajar sibuk, waktu buat editing hanya di sisa waktu. Itu juga kadang lebih sering kebawa tidur kalau sudah depan laptop. Tapi kalau sudah serius, biasanya melek lama. Dari jam 8 malam sampai jam 1 pagi dia jabanin. hehe.
Kira-kira begitu ya. Sebuah video terencana tidak selesai dalam hitungan 1-2 jam. Tapi bisa berhari-hari hingga satu minggu pun pernah. Bahkan, pernah juga sampai 2 minggu. Apalagi Alief ini kan tidak mau mengerjakan editing kalau sedang tidak mood. Dan tidak mau unggah kalau asal jadi. Maunya sempurna menurut dia.
Perangkat editing sebelum pakai ZenBook UM341 |
KEPUASAN
Bongkar Koper ROG Superpack seharga 21 juta.
Bersambung....
Tonton video review ROG Superpack di Onedox Channel --> Koper kok gini??!! ROG Superpack