Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Bukan Paranoid Tapi Ini Standar Baru Traveling di Era New Normal

$
0
0

Standar Baru Traveling di Era New NormalPandemi COVID-19 belum berakhir, himbauan untuk terus menjaga kesehatan diri masing-masing terus dilontarkan. Meski begitu, untuk menggerakan kembali roda perekonomian, pemerintah menerapkan new normal. Salah satunya melonggarkan pengetatan terhadap wisatawan.

Siapa yang tak rindu berwisata, pergi refreshing ke tempat-tempat indah dan menyenangkan setelah berbulan-bulan di rumah saja, tentu jadi idaman. Selain sebagai cara untuk recharging diri, juga sebagai upaya membantu membangkitkan lagi sektor pariwisata yang sejak awal tahun terpuruk karena pandemi.

Namun, saat ini masih banyak orang khawatir dan menimbang kembali rencana bepergian karena penyebaran virus bisa terjadi tanpa diduga-duga sehingga dapat tertular selama perjalanan berlangsung. Bukan saja ketakutan untuk bepergian dengan tujuan berwisata, untuk pekerjaan dan suatu urusan pun harus dipikirkan seribu kali.

tips aman traveling di era new normal
Traveling Aman di Era New Normal
 
Lantas bagaimana jika terpaksa traveling di tengah Pandemi Covid-19? Amankah jika berwisata di tengah wabah Virus Corona? Inilah Tips traveling New Normal versi saya.

Perjalanan ke Bandung, Berwisata di Ciwidey

Bulan Oktober ini saya dan suami punya suatu urusan yang mesti dikerjakan bersama di Bandung. Total 10 hari kami berada di Bandung, dan selama itu kami berpindah-pindah tempat dan penginapan.

Di tengah urusan utama yang kami kerjakan, tentu saja ada banyak waktu luang yang kami isi dengan kegiatan berwisata. Jadi, ini adalah perjalanan bisnis sekaligus liburan. 

Ketika kami bepergian, Covid-19 tidak ikut pergi bukan? Jadi kami harus berhati-hati. Harapan kami tentunya semoga bisnis lancar, liburan aman, dan kami tetap baik-baik saja selama dan sesudah bepergian. 

Cek Kesehatan Sebelum Bepergian

Menurut World Health Organization (WHO), salah satu upaya pencegahan terjadinya penularan COVID-19 selama normal baru, khusus untuk mereka yang bepergian di area publik, WAJIB cek kesehatan terlebih dulu. Jika aman, baru boleh bepergian. Jika didiagnosis kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, keberangkatan harus ditunda, dan harus segera diisolasi.

Nah, 4 hari sebelum berangkat ke Bandung, saya dan suami pergi ke Prodia Lab untuk melakukan Rapid Test metode Serologi. Kami juga melakukan pemeriksaan kesehatan lainnya. Suami saya bahkan Medical Check Up (MCU) di sebuah rumah sakit. Alhamdulillah hasil Rapid Test kami Non Reaktif. Hasil MCU suami baik. Berbekal Surat Keterangan Sehat dari dokter, hasil Rapid Test, dan hasil MCU, kami berangkat ke Bandung dengan perasaan tenang. 

Sebagai informasi, usai dari perjalanan kami kembali melakukan test, tapi bukan Rapid Test, melainkan pengujian SWAB PCR di sebuah rumah sakit di Margonda Depok. Alhamdulillah negatif. Hasil tersebut kami gunakan untuk melakukan perjalanan selanjutnya ke Surabaya. 

Rapid Test sebelum berangkat

Melengkapi Informasi Destinasi

Mencari informasi mengenai kondisi Corona di destinasi tujuan saya anggap wajib supaya saya bisa mencari akomodasi yang tepat. 

Berdasarkan hasil berselancar di dunia maya, saya menemukan informasi dari berbagai portal berita yang menyatakan bahwa Kota Bandung masih tergolong zona merah. Dari informasi inilah kemudian saya pilah-pilih hotel, dan akhirnya menemukan kamar di AirBnB di sebuah unit apartemen yang telah dilengkapi protokol kesehatan. 

Sempat ragu sih apa iya penginapan yang bakal saya tempati itu sesuai harapan, tapi setelah tiba di lokasi, hunian yang saya pilih memang punya sistem pencegahan penyebaran Corona. Selain di Kota Bandung, kami juga menginap di Ciwidey, di dua hotel berbeda, yang alhamdulillah sama-sama menerapkan protokol kesehatan.

Baca juga: Menginap di Driam Riverside Ciwidey

Opsi Traveling Menggunakan Mobil 

Saat pandemi Corona traveling menggunakan mobil saya anggap lebih aman daripada moda transportasi lain. Apalagi hanya dari Jakarta ke Bandung, jarak tempuh sangat bisa dijangkau dengan mobil. 

Begitu pun daerah lainnya di Pulau Jawa, saat ke Surabaya misalnya, suami berangkat pakai mobil. Berhubung jarak tempuh jauh, kami sewa supir supaya tidak kelelahan menyetir sendiri. Supirnya di SWAB dulu, setelah dinyatakan aman, baru diajak berangkat.

Dengan naik mobil pribadi, saya merasa dapat lebih mengontrol situasi dalam perjalanan. Bisa lebih sedikit berinteraksi dengan orang-orang dibandingkan jika pergi ke bandara atau di dalam pesawat. 

Traveling aman dengan mobil
 

Pakai Perlengkapan Salat Sendiri

Dalam perjalanan ke Bandung, kami hanya 1 kali singgah di rest area untuk ke toilet dan salat Subuh. Tak saya jumpai situasi yang mengkhawatirkan karena ada segelintir orang  saja yang bergantian salat, lalu pergi. Seandainya ramai, saya akan cari tempat lain. Untunglah saat itu sepi.

Selama berada di rest area, kami tetap pakai masker, dan menggunakan perlengkapan salat sendiri. Pakai mukena dan sajadah sendiri memang wajib, karena kami tidak tahu apakah mukena dan sajadah yang tersedia bersih. Tapi, sama seperti musala/masjid lainnya, semua perlengkapan salat ditiadakan saat pandemi, supaya tidak dipakai bergantian.

Musala di Rest Area Cikampek - Bandung
 

Berhati-Hati di Toilet Umum

Saat menggunakan toilet umum di rest area, kami membawa sabun cuci tangan dan tisu sendiri. Karena yang namanya tempat umum, tempat persinggahan orang-orang yang datang dari berbagai tempat, tidak ada jaminan aman meskipun toilet rajin dibersihkan.

Saya pernah membaca dalam sebuah artikel, dikatakan adanya penelitian terbaru menyebut bahwa virus Corona juga dapat menyebar saat kita menyiram air di kloset. Karena itu, di dalam toiletpun masker tetap harus dipakai. 

Nyaman nggak berlama-lama di toilet, apalagi sedang pandemi gini? Jelas enggak. Makanya jika sudah selesai urusan dalam toilet, segera cuci tangan, dan keluar. 

Berhati-hati di toilet umum - Toilet di Rest Area Cikampek - Bandung
 

Berhati-hati Mengkonsumsi Makanan saat traveling

Kami sangat berhati-hati saat makan/minum di tempat umum. Karena itu, penting bagi saya untuk membawa sendok, garpu, sedotan, gelas/mug, serta tempat makan sendiri. Jika order take away, biasanya saya sodorkan tupper ware/tumbler sebagai wadah, biar yakin barangnya bersih, dan nggak bawa sampah plastik/kertas ke mobil. 

Saat membeli makanan, hanya makanan yang sudah dimasak dengan matang sempurna yang akan saya beli. Orang yang masak juga mesti pakai masker. Jika tidak yakin bersih, saya pilih belanja makanan kemasan siap santap saja di mini market, lalu dipanaskan di microwave yang biasanya sudah disediakan. 

Saya juga membawa teko listrik. Suatu waktu jika ingin minum teh/kopi atau makan sereal dll, tinggal masak air, bikin sendiri. Selain teko, saya juga membawa panci listrik supaya setiap hari selama bepergian, minuman herbal yang rutin diminum suami setiap harinya, bisa saya buat.  

Peralatan makan minum + Teko Listrik yang selalu kubawa saat traveling

Pakai Masker dan Jaga Jarak 

Kami berusaha sebisa mungkin menghindari kontak langsung dengan orang-orang yang ditemui di perjalanan, seperti di rest area, di toilet dan tempat makan, terutama bila terlihat ada yang sedang demam atau batuk. 

Selain jaga jarak, di manapun sudah pasti wajib pakai masker. Nah, karena perjalanan di Bandung lama, saya sedia masker sejak sebelum berangkat. Saya kan suka pakai Masker Evo Plusmed tuh, di toko-toko dekat rumah nggak ada yang jual. Jadi, saya pesan masker di Shopee, di sana banyak yang jual. 1 dus isinya 25, cukup buat berdua selama 10 hari.

Evo Plushmed itu menurut saya tergolong sebagai masker kesehatan bagus untuk dipakai, baik dari segi kesehatan maupun tampilan. Makanya saya suka. 

Pakai masker saat berwisata, eh tapi nggak jaga jarak nih sama suami 😂
 

Masker Kesehatan

Mengenai penggunaan masker, ada yang perlu diingat bahwa menggunakan masker tidak melindungi diri sepenuhnya dari penularan COVID-19, maka dari itu tindakan pencegahan dasar harus tetap dilakukan. 

Secara garis besar masker dibagi menjadi dua jenis, yaitu masker medis dan masker kain. Mereka yang sehat dan tidak memiliki gejala bisa memakai masker kain untuk mencegah menyebarkan virus ke orang lain. Sedangkan, mereka yang memiliki penyakit penyerta atau mereka yang berusia 60 tahun ke atas dianjurkan untuk memakai masker medis saat bepergian. Ini memberikan perlindungan yang lebih besar dari orang lain yang mungkin tertular virus. 

Masker EVO Plushmed punyaku

Rajin Membersihkan Tangan

Hand sanitizer dan cairan pencuci tangan sudah pasti saya bawa kemana-mana. Kalau cairan antiseptik sifatnya sementara, biasanya pasti saya lanjutkan dengan cuci tangan pakai air dan sabun. Bahkan, untuk air pun saya sedia di mobil, pakai botol-botol ukuran 1,5 liter, supaya nggak selalu harus cari wastafel dulu kalau mau cuci tangan.

Jika keluar mobil lupa bawa hand sanitizer, lalu ke area publik nggak sengaja menyentuh sesuatu yang sering dipegang oleh orang lain, sebisa mungkin tangan saya jaga agar tidak menyentuh hidung atau mulut. 

Di mobil saya juga sedia kantong khusus sampah yang bisa ditutup. Semua bekas tisu dan masker saya buang di sana. Siapapun harus berbuat sama, apalagi bagi yang sakit, harus bisa menjaga orang lain dari barang bekasnya yang berpenyakit.

Ohya, saya juga membawa cairan pencuci piring beserta spon. Jadi, semua peralatan makan yang kami gunakan bisa langsung dicuci supaya bisa digunakan lagi. Bukan hanya saat di perjalanan, di hotel juga berguna. Karena di kamar hotel nggak pernah sedia cairan pembersih piring, ya kan.

Hand wash dan hand sanitizer yang selalu dibawa kemanapun
 

Obat dan Vitamin

Saat traveling, ada kalanya saya tiba-tiba sakit lho. Meski berangkat sehat, makan dijaga, tapi ada faktor lain seperti kecapekan, yang kadang tidak dirasa, tiba-tiba menyebabkan sakit. 

Biasanya kalau sudah ada tanda-tanda mau sakit, misal pegal berlebihan, badan meriang, perut sakit disertai mual, saya buru-buru minum obat disertai dengan upaya lain, misal perbanyak minum air putih dan mengkonsumsi vitamin C, serta langsung istirahat, alhamdulillah jadi baikan dan nggak jadi sakit.

Obat yang saya bawa biasanya obat sakit perut/diare, paracetamol untuk sakit kepala dan demam, serta obat maag. Sedangkan untuk vitamin dan penjaga daya tahan tubuh, saya gunakan Ester C dan Imboost.

Tapi sebenarnya, saya lebih suka mengkonsumsi vitamin langsung dari buah dan sayur-sayuran. Nah, selama di Bandung hampir tiap hari saya makan buah mangga. Terutama selama 6 hari di Ciwidey. Di sana harga mangga sangat murah, 3 kg hanya Rp20,000. Alhamdulillah selama di Bandung sampai pulang, saya dan suami sehat walafiat.

Obat-obat yang selalu kubawa saat traveling
 

Bawa Bekal Makanan

Perjalanan dari Jakarta ke Bandung tidak terlalu lama. Apalagi kami berangkat malam, bukan di jam-jam waktunya makan. Saya hanya sedia beberapa roti dan sereal untuk sarapan, karena diperkiraan akan tiba di Bandung pada pagi hari. 

Bawa bekal dari rumah lebih terjamin kebersihannya. Tapi tentu saja tidak selamanya bekal itu cukup karena urusan kami di Bandung bukan satu atau dua hari saja. Jadi tetap akan makan di restoran. Untuk hal ini saya ketat sekali pilah-pilih tempat makan. 

Selama makan di hotel Driam, saya tidak terlalu khawatir karena di sana cukup aman. Saat makan di luar hotel, baru waspada, sebisa mungkin take away. Namun jika situasinya aman, misal sepi, baru saya makan di tempat. Seperti ketika kami makan di Warung Nasi Ibu Imas, saat kami datang tak ada tamu lain, makanya kami pilih makan di tempat, tidak berlama-lama, dan bayar cashless. Tapi di sana nggak bisa, ya sudah akhirnya setelah bayar-bayar dan berinteraksi dengan orang warung, langsung cuci tangan lagi, lalu pergi.

Berhati-hati saat singgah makan
 

Gunakan Cashless atau Sediakan uang pas

Sepenuh-penuhnya tangki bahan bakar mobil diisi, tetap akan kosong juga kalau perjalanan yang dilakukan berhari-hari. Jadi tetap akan ke SPBU juga, tempat di mana banyak orang datang dan pergi mengisi bahan bakar.

Supaya aman, pembayaran pakai uang elektronik saja, tapi kan nggak semua SPBU bisa begitu. Apalagi kalau di wilayah bukan kota, masih banyak yang bisanya hanya pakai uang tunai. Tipsnya kalau begini kitanya yang harus cari cara, misalnya selalu sedia uang pas supaya tidak perlu menerima kembalian dan terhindar dari interaksi. 

Uang pas memang tidak selalu ada. Jika kembalian hanya sekitar 1000 - 5000, saya jadikan tip saja buat mas-mas yang jaga. Tidak apa-apa juga kalau misal lebih dari itu. Jadikan sedekah, yakin deh bikin hati tenang, kitanya juga aman. Kalau misal tetap mau ambil kembaliannya, segera bersihkan tangan, lalu lekaslah pergi agar tak banyak interaksi.

Buat bayar tol, beli bahan bakar, dan belanja di minimarket

Selalu Jaga Jarak Aman di Hotel

Hotel-hotel yang saya inapi di Kota Bandung dan Ciwidey sudah saya pesan terlebih dahulu sebelum berangkat. Pembayaran juga sudah lunas sebelum tiba. 

Saya suka dengan sistem check in di AirBnb yang saya pesan. Saat tiba saya tidak perlu bertemu dengan siapapun karena sistemnya self check-in. Saya ambil card sendiri untuk akses ke lantai yang dituju, dan untuk membuka pintu tidak pakai kunci fisik, tapi berupa pin.

Lain halnya ketika menginap di resort Driam, masih harus ke bagian reservasi dulu, memberikan ID card dan tanda tangan di surat konfirmasi kedatangan. Kalau yang begini, kitanya yang harus cari cara aman. Kelar urusan itu semua saya buru-buru membersihkan tangan dengan hand sanitizer. 

Selama di apartemen maupun resort, saya menghindari menggunakan fasilitas umum seperti gym atau kolam renang. 

Jaga jarak saat sarapan di hotel Driam Riverside

Bepergian dengan Keluarga Saja

Saat ini paling aman memang kalau kita melakukan perjalanan bersama keluarga atau orang yang tinggal serumah saja. Sebab bila perjalanan dilakukan dengan teman atau rekan kerja dengan riwayat kesehatan dan pencegahan Corona berbeda-beda, itu akan meningkatkan potensi penularan Corona.

Berwisata ke Tempat yang Aman

Sesungguhnya tidak ada tempat yang aman untuk berwisata selama tempat itu didatangi oleh orang, meskipun hanya segelintir saja dan jarang. Apalagi di tempat ramai dan tidak ada yang menerapkan protokol kesehatan. Tetapi, kita masih bisa memilih tempat yang tingkat resiko penularannya rendah.

Misalnya nih, seperti yang saya lakukan bersama suami, kami pergi ke puncak Gunung Patuha, tepatnya di perkebunan teh Rancabali yang jauh dan sepi. Ada sih orang di sana, tapi sepi sekali. Sangat jarang wisatawan naik ke sana meskipun jalannya mudah bisa dilalui dengan mobil. 

Kami juga pergi blusukan ke desa-desa melihat perkebunan sayur, tempat di mana tidak pernah ada kerumunan yang terjadi.

Kalau di hotel, kebetulan di Driam itu banyak spot wisata, dan saya di sana weekdays, sepi sekali suasananya. Saya merasa aman berkegiatan, karena nggak ada orang berkumpul, apalagi antrian membludak seperti sebelum pandemi. 

Berwisata alam ke tempat yang tidak ada kerumunan

Traveling Lagi, Belanja Perlengkapan Lagi 

Nah, teman-teman, itulah pengalaman saya bepergian di tengah pandemi. Jika terpaksa melakukan perjalanan untuk suatu urusan atau pekerjaan, siapkan diri dengan sebaik-baiknya agar perjalanan aman dan kita terhindar dari penyakit berbahaya. Begitu pula bagi yang mulai merencanakan kegiatan berwisata. 

Bulan November nanti saya akan kembali melakukan perjalanan ke sebuah pulau yang jauh dari Jakarta. Sudah bisa dipastikan saya akan menggunakan transportasi udara. Nah, dalam rangka kegiatan tersebut, dari sekarang saya mulai bersiap-siap nih.

Panci Listrik buat traveling belanja di Shopee 😂
 

Promo Pasti Diskon 50% Shopee 11.11 Big Sale

Persiapan kesehatan tentu paling utama, lainnya adalah perlengkapan yang mendukung kegiatan selama perjalanan. Nah, dalam waktu dekat saya akan membeli beberapa barang lagi. 

Maunya sih belanja dari sekarang ya, tapi kok sayang karena tak lama lagi bakal ada promo Pasti Diskon 50% dalam Shopee 11.11 Big Sale. Wuow! Kamu pasti pingin juga kan?? Ayo ngaku 😁

Jadi, mari kita ramai-ramai serbu Promo Pasti Diskon 50% dalam Shopee 11.11 Big Sale.

Stay safe ya semua. Happy traveling, happy shopping!



Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Trending Articles