Happy Lunar New Year 2021 buat semua yang merayakan 🎉🎆🎇🎈
Semoga tahun baru menjadi tahun penuh kebahagiaan, kesejahteraan, kesehatan dan mendapat kelancaran untuk segala urusan baik, sertaaaa dilimpahi cuan-cuaaaan! Sekian dan terima angpao!! 😍😂
Jalan-jalan Pontianak - Vihara Vajra Bumi Kertayuga |
Pagi ini, Jumat 12/2/2021, saat membuka instagram, berandaku diramaikan oleh postingan ucapan selamat tahun baru imlek. Tak sedikit yang memposting foto bernuansa China, dari busana khas serba merah, hingga foto berlatar bangunan seperti klenteng dan kawasan Pecinan.
Tahun baru China atau yang lebih dikenal dengan perayaan imlek merupakan perayaan penting bagi orang Tionghoa. Perayaan tersebut biasanya dilakukan dengan melaksanakan ibadah di klenteng. Nah, itu sebabnya foto berlatar klenteng bertaburan ya di media sosial, karena memang identik dengan perayaan.
Aku auto latah dong, jadi ikut posting juga haha. Nggak pake mikir lama mau posting apaan, aku langsung teringat foto dua vihara terbesar di Pontianak yang sepertinya belum pernah aku post. Ya udah langsung cari dan ketemu, akhirnya posting.
Vihara yang aku maksud adalah Vihara Vajra Bumi Kertayuga dan Maha Vihara Maitreya. Keduanya berada di Kota Pontianak, tepatnya di Jalan Ahmad Yani II No.12, Sungai Raya, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Kode Pos 42117.
Vihara Vajra Bumi Kertayuga |
Maha Vihara Maitreya |
Klenteng dan Vihara itu Beda!
Niatnya mau posting foto klenteng, ternyata rumah ibadah yang aku maksud adalah vihara. Kirain klenteng. Lho emang beda ya klenteng sama vihara? Wong aku liat bangunan Vihara Vajra Bumi Kertayuga itu persis seperti klenteng kebanyakan lho.
Setelah aku telusuri, ternyata beda cuy hihi
Klenteng dan Vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan fungsi.
Klenteng berarsitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain dari pada fungsi spiritual.
Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, Vihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada Vihara Buddhis aliran Mahayana yang memang berasal dari China.
Bangunan Klenteng terdiri dari empat bagian, yakni halaman depan, ruang suci dalam, ruang tambahan, dan bangunan samping. Masing-masing tempat memiliki fungsi yang berbeda yang biasanya digunakan sebagai tempat beribadah.
Nah, perbedaan dasarnya itu ya.
Kalau kalian amati, dua vihara yang aku ceritakan di sini juga beda lho meskipun sama-sama bernama vihara. Pertama dari arsitektur bangunannya. Kedua, dari patung besar yang berdiri tegak di halaman depannya. Perbedaannya ada pada gambar berikut:
Patung Dewi di halaman depan Vihara Vajra Bumi Kertayuga |
Patung dewa di halaman depan Maha Vihara Maitreya |
Ceritain bagian dalam viharanya dong! Duh, ga bisa!
Iya, ga bisa. Pasalnya, aku gak masuk! haha. Maaf ya kalau kalian kecewa hihi.
Siang itu panas banget. Aku berada di kota dengan titik khatulistiwa gaes. Panasnya ampun dah. Semenit aja rasanya kayak kebakar. Aku yang saat itu ditemani oleh blogger kawakan asli kalbar, si bang Dwi Wahyudi Blogger Borneo, cuma liat-liat bentar dari depan, ngebut berfoto, nggak pakai lama.
Selama di sana mata terpicing-picing silau. Keringat mengucur. Mau masuk Vihara Vajra Kertayuga ga jadi karena aku pening mencium aroma dupa. Aku buru-buru menyingkir, pindah ke vihara di sebelahnya.
Suasana di Maha Vihara Maitreya saat itu sepi. Meski pagarnya terbuka dan kami bisa masuk, tapi pintu gedungnya rapat. Vihara satu ini terkesan tertutup dibanding vihara di sampingnya. Pun ga ada bau dupa, aku lebih nyaman. Tapi aku ga niat masuk, karena udah ga tahan ama udara panas. Jadi, boro-boro masuk vihara, yang ada buru-buru masuk mobil biar cepat kena AC haha
Datang ke rumah ibadah umat agama lain itu seringkali membuatku mengagumi arsitektur yang ada. Apalagi kalau ada muatan sejarah terkait asal usul pendiriannya.
Sebenarnya jika aku agak lama di sana, mungkin ada yang bisa kuceritakan lebih lanjut. Sayangnya, beberapa hal menghalangi. Terutama, jadwal pesawat yang harus kukejar. Yak, hari itu terakhir aku berada di Pontianak setelah kegiatan Forest Talk 2019. Aku mesti balik ke Jakarta setelah berkeliling kota mencari oleh-oleh dan mengunjungi beberapa tempat populer yang menjadi objek wisata kota.
Segelintir foto yang aku tampilkan di sini, semoga bisa mewakili cerita kedua vihara.
Ohya, perlu kalian tahu, tak jauh dari 2 vihara ini ada masjid dan gereja. Jadi, dalam satu kawasan ada 4 rumah ibadah berdiri berdampingan.
Sebuah pemandangan indah yang menampakan kerukunan umat beragama.
Semoga, kerukunan itu senantiasa terjaga.
Kita berbeda, tapi kita bisa bersama dengan selalu saling menghormati dan mengasihi sebagai sesama manusia.
Thank you, bang Dwi! |