Berangkat Malam, Alief Menyetir
Rencananya, Jumat pagi tgl. 17 Juni kami akan berangkat dari BSD. Supaya Jumat sore sudah berada di Purwokerto. Saya sudah menyusun jadwal untuk malam harinya. Makan di mana, dan ngapain aja. Tetapi, mendadak suami ada pekerjaan penting yang tidak bisa diundur. Sehingga jadwal perjalanan kami lah yang harus diundur. Akhirnya kami berangkat Jumat pukul 10 malam.
Perkiraan waktu tempuh kurang lebih 7 jam. Subuh sudah sampai di hotel. Ternyata, hampir 10 jam perjalanan dan kami tiba keesokan pagi.
Perjalanan berkendara mobil dari BSD ke Purwokerto memang tidak dekat. Alhamdulillah ada jalan tol yang memudahkan sehingga lebih cepat. Suami menyetir santai, bergantian dengan Alief bila mengantuk.
Yak, saya senang kali ini suami sudah ada supir pengganti. Biasanya selalu nyetir sendiri. Meskipun saya bisa nyetir, tapi untuk perjalanan jauh luar kota saya belum berani buat menggantikannya. Kalau dalam kota saja masih ok.
Kali ini ada Alief yang sudah 2 tahun lihai menyetir. Walau SIM A nya baru ada tahun lalu, saat usia 18 tahun. Alief memang kami kasih bertahap untuk urusan SIM. Sim C pas umur 17 tahun. SIM A pas umur 18 tahun. Dengan SIM nya itu, serta pengalamannya sudah nyetir ke banyak tempat di Jabodetabek, dia sudah bisa diandalkan buat gantikan papanya nyetir.
Perjalanan nyetir jauh pertama Alief waktu kami mudik ke Palembang bulan Mei. Dia nyetir Honda BRV di jalan tol Lampung sampai Palembang. Yang kedua ya pas ke Purwokerto ini, pakai Avanza. Waktu kami mudik Januari 2021 pakai Inova, dia belum punya SIM A. Meski sudah bisa nyetir, kami belum ijinkan, sesuai aturan negara.
|
Pemandangan pagi di Brebes, Jawa Tengah. Memotret dari dalam mobil yang terus melaju. |
Salat Subuh dan Makan Ayam di Rest Area
Berkendara malam membuat saya tak bisa menyaksikan pemandangan yang dilalui selama perjalanan. Tetapi keindahan tetap ada meski gelap menyembunyikannya. Setidaknya masih ada cahaya lampu di gedung-gedung kota, di pinggir jalan tol, di pedesaan sunyi, dari mobil-mobil yang bergerak beriringan, bahkan kerlip bintang di langit tinggi yang tak terjangkau, yang bisa dinikmati mata selagi belum terpejam dikalahkan kantuk.
Kami baru berhenti saat salat subuh. Di sebuah rest area yang sangat ramai. Saya tidak ingat lokasi rest area itu di mana. Tapi yang pasti sudah berada di Jawa Tengah.
Sebuah rest area yang luas. Tapi parkirannya saat itu penuh. Tempat salat penuh. Tempat wudhu dan toilet penuh. Mengeluh karena penuh? Oh tentu tidak. Justru senang. Penuhnya masjid dan tempat wudhu adalah keindahan. Indahnya melihat orang-orang yang tidak meninggalkan salat, meski dalam perjalanan yang melelahkan.
Usai salat terbitlah lapar. Ada banyak pilihan resto di sana. Kafe dan warung kecil pun bederet. Tapi anak-anak maunya makan ayam. Suami memasuki restoran ayam terkenal. Dibelinya 4 paket nasi+ayam. Kami makan saat itu juga, bekal tenaga untuk perjalanan yang masih lama sampainya. Kok lama? Yak, dari aplikasi Google Maps, tujuan kami masih perlu waktu kurang lebih 4 jam lagi untuk sampai, udah sama kayak menempuh jarak dari BSD ke Bandung😅
|
Di sini jalannya tidak mulus. Berlubang dan berbatu. Padat dan agak tersendat. Banyak truk. Untunglah pemandangan kiri dan kanan jalan seperti ini. Jadi nggak membosankan |
|
Saat foto ini diambil, kami sudah di wilayah Purwokerto |
Matahari Terbit dan Pesona Pagi
Matahari pagi terbit dengan begitu indah. Posisinya di depan agak ke samping kiri mobil. Membuat kami seolah berkejaran dengan si bulat yang mulai memerah.
Masih di jalan tol saat itu. Pemandangan sawah berlatar bukit-bukit yang seolah bertumpuk, dengan matahari yang bersinar mulai naik, indah bagai lukisan. Saya sungguh terpesona. Hingga lupa memotretnya. Memang, ada kalanya mata dan hati khusyuk saja menikmati, abai pada urusan foto. Di lain waktu, sibuk motret, dengan kenikmatan yang berbeda.
Keindahan pagi itu terekam dalam memori jiwa, dari dalam mobil yang terus bergerak.
Setelah berjam-jam berkendara di jalan tol, akhirnya kami keluar dan menyusuri jalan biasa. Bertemu dengan jalan yang gak selalu mulus. Kadang berbatu, berlobang, dan sempit penuh debu. Melewati sawah dan ladang, serta pedesaan yang asri, kadang gersang.
Sepertinya, berkendara dengan kondisi seperti itu, memicu rasa lapar. Meski sudah sarapan di rest area, perut rasanya minta diisi lagi. Bekal cemilan yang sudah berkali-kali dimakan akhirnya habis. Harapannya tentu saja, sampai hotel nanti langsung sarapan sampai kenyang.
|
Hotel Luminor Purwokerto |
Bayar 2 Malam, Diinapi 1 Malam
Alhamdulillah Allah mudahkan perjalanan kami, sehingga bisa sampai dengan selamat di Hotel Luminor Purwokerto dalam keadaan sehat semua. Meskipun durasi perjalanan jadi begitu panjang, hampir 10 jam lamanya, tak jadi masalah. Namanya perjalanan, gak selalu sesuai rencana.
Dari awal juga udah meleset dari jadwal. Harusnya berangkat Jumat pagi, baru berangkat Jumat malam. Harusnya bisa tiba di hotel subuh, sampainya udah jam setengah sembilan lewat.
Akibat meleset dari jadwal inilah kamar yang saya pesan buat 2 malam, akhirnya 1 malam gak ditiduri. Kamarnya bayar doang tapi gak dipakai haha.
Saya pesan Deluxe Family Room yang luasnya 21 sqm. Ada tipe suite yang lebih luas berukuran 39 sqm, bisa buat berempat, tapi kamar mandinya terbuka. Masa iya sama anak-anak di kamar seperti itu. Ini bukan acara honeymoon beb haha.
Tarif Deluxe Family Room Rp 580.000 permalam. Saya tadinya mau pesan hotel berbeda untuk malam berikutnya. Makanya pesan 1 malam saja di Luminor. Eh abis itu berubah pikiran, mau di Luminor saja biar gak pindah-pindah. Makanya di Traveloka pesanan saya jadi 2 kali. Yang satu kali saya beli pakai voucher, lumayan dapat potongan 300 ribu. Nah, pas gak jadi ditempati 1 malam, gak merasa rugi-rugi amat karena bayarnya cuma 280 ribuan haha.
|
Pesan kamar 2 malam tgl. 17 & 18 Juni di Luminor Hotel via Traveloka. Hanya 1 malam ditempati 😂
|
Datang Langsung Sarapan
Saya aktif berkomunikasi dengan pihak hotel untuk mengabarkan waktu kedatangan. Supaya mereka tahu posisi kami sudah di mana. Supaya bisa menyiapkan keperluan kami setibanya di hotel. Misalnya untuk sarapan dan check-in.
Alhamdulillah sampai di hotel security di depan langsung sigap membantu. Proses check-in juga sangat mudah dan cepat. Setelah itu kami pun langsung dipersilakan ke restoran untuk sarapan.
Saya tuh ya, jalan ke Purwokerto cuma berempat, dan hanya tiga hari dua malam. Tapi bawaannya banyak! Kayak udah mau nginep seminggu haha. Makanya pas sampe, kebantu banget sama bapak security yang langsung sigap nurunin semua barang.
Menu Sarapan Beragam dan Banyak!
Saya kira bakal tiba di hotel selepas jam sarapan tutup. Yakni jam 10. Alhamdulillah ternyata waktu satu setengah jam lagi. Kami masih sempat sarapan di hotel.
Seandainya telat pun, pihak hotel yang berkomunikasi dengan saya via Whatsapp mengatakan mereka akan bantu menyiapkan sarapannya dengan cara diantar kamar. Jadi kami tetap akan dapat sarapan. Ya iyalah ya, kamar udah gak ditempati, masak gak kebagian sarapan juga haha.
Misalnya gak kebagian pun, ya sudahlah. Anggap saja belum rejeki. Tinggal pergi sarapan keluar. Dekat hotel banyak tempat makan. Malu lah ribut ama hotel cuma masalah sarapan wkwk. Tapi orang di hotelnya baik kok. Gak sampai kayak gitu. Kami yang baru tiba dengan segala rasa lelah, jadi senang mendapatkan keramahan para staf yang menyambut.
Saya sempat mengira Luminor itu masih hotel bintang 3 dengan menu sarapan yang masih terbatas. Ternyata, wow menunya banyak dan lengkap. Udah sama kayak di hotel bintang 4. Ternyata setelah saya cek Luminor memang sudah bintang 4 euy. Pantesan menu sarapannya beragam dan melimpah. Bikin sarapan di Luminor jadi puas.
Pagi itu saya sibuk makan. Bukan sibuk foto-foto. Baru sampe lho. Mana ada mikir foto-foto wkwk. Sarapan hari kedua baru sempet motret. Itu pun motret punggung tamu lain yang sedang makan haha. Gak mikirin foto-foto makanan lagi, berburu waktu soalnya, mau pergi jalan-jalan ke Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Soal ini nanti saya ceritakan di lain tulisan.
|
Suasana saat sarapan. Maaf cuma motret punggung orang lagi makan wkwk |
Kamar Nyaman Tanpa Pemandangan
Usai mengobati lapar dan dahaga, saya dan suami bersegera ke kamar. Mau mandi dan bersiap untuk pergi kondangan.
Alief dan Aisyah minta istirahat. Tidak ikut kondangan. Ok, saya nggak maksa. Jadi tak apa kalau mereka tak ikut. Toh yang penting suami yang hadir.
Kamar kami di lantai 8. Paling tinggi. Seharusnya bisa lihat suasana kota, tapi ternyata jendela kami menghadap ke punggung mall wkwkw. Ketutup sudah pemandangan lainnya. Saya kemudian jadi tak tertarik lagi melihat keluar.
Berikut penampakan kamar Deluxe Family yang saya tempati. Cukup bagus, bersih, dan lengkap. Standar bintang 4 lah ya. Walau suara-suara dari sebelah dan luar (orang berjalan/bicara di lorong) kedengaran. Dengan king size bed, masih ada space yang cukup luas buat salat berjamaah berdua. Masih muat pula buat 1 extra bed.
|
KUNCI KAMAR. Manis sekali bunga-bunga |
|
Deluxe Family Room Hotel Luminor |
View Menara Teratai
Di luar kamar di ujung lorong dan depan lift ada dinding kaca, bisa buat liat view. Tapi ya itu tadi, view-nya cuma rooftop dan punggung gedung yang lebih pendek dari Luminor.
Lalu ada yang saya sesali di hari terakhir di hotel, ternyata di ujung lorong arah berlawanan menuju lift itu ada pemandangan Menara Teratai!
Wuaaaah saya kesel banget tahunya telat. Padahal ya, kalau mau lihat cantiknya Menara Teratai itu justru di malam hari. Indah karena warna-warni cahaya lampunya. Dan itu bisa disaksikan dari lorong kamar lantai 8 tempat kamar saya berada. Huhuhu mau garuk-garuk tembok rasanya. Kesel bener wkwk.
Masa mesti nambah satu malam lagi cuma demi liat Menara Teratai di malam hari dari ketinggian? Ya gak lah. Ada yang lebih penting dari pada itu. Yakni suami Senin masuk kerja. Makanya harus pulang. Bye ajalah view Menara Teratai haha.
Kembali ke acara kondangan...
Saya bergerak cepat menyiapkan baju kondangan. Suami mandi dengan cepat, mengikuti irama gerakan saya yang was wus was wus. Selagi suami mandi, saya selesai menyeterika 1 celana panjang, 1 kemeja, 1 kulot panjang, 1 outer. Semua hasil setrikaan saya gelar di atas kasur, siap untuk dipakai.
Keluar kamar mandi suami terperangah: "Mama bawa setrikaan?" wkwkw. Kayak gak hafal aja kalau istrinya ini serba siap dalam hal apa saja.
|
Dinding kaca di ujung lorong kamar. View Menara Teratai. Nyesel baru tahu pas mau check-out 😂 |
|
MENARA TERATAI. Difoto dari lantai 8 Luminor Hotel. Lantai tempat kamar kami berada. Sayang banget telat tahu. Padahal buat ambil foto malam bagus di sini. |
Bahasa Jawa dan Petunjuk Arah Pakai Mata Angin
Kami berdandan serapi mungkin. Melenyapkan kekusutan yang didapat setelah 9 jam lebih perjalanan. Berganti kinclong, kelimis, dan amat manis hihi.
Anak-anak kami tinggalkan di hotel. Berdua saja kami meluncur ke lokasi acara yang ternyata kurang lebih 3-4 kilometer saja dari hotel. Dekat amat ya. Mana jalannya gak macet, jadi cepat.
Tapi, pas masuk-masuk jalan kecil, kami mulai kebingungan. Mbak-mbak di aplikasi Google Maps gak bisa diajak bicara. Bisanya cuma ngomong sendiri nyuruh belok kanan belok kiri padahal jalan buntu hahaha. Ya udah akhirnya nanya sama penduduk. Petunjuknya pakai nama arah mata angin, dan pakai bahasa Jawa. Wadauuuu...saya tidak paham. Untungnyaaa punya suami ngerti bahasa Jawa karena memang orang Jawa.
Kalau di bahasa Indonesia-kan kira-kira gini artinya:
"Dari sana itu belok kiri, lurus terus arah utara, trus belok kiri, rumahnya sebelah timur.."
Bapak dan ibu mertuaku memang asli Jawa, asal Kebumen, Jawa Tengah. Walau suamiku dan adik-adiknya lahir di Padang, besar di Jakarta, suami pernah kuliah di Palembang, bahasa Jawa itu kadang masih diucapkan oleh ibu dan alm bapak. Jadi, dikit-dikit suami masih ngerti. Menimpali pun masih bisa, pakai bahasa Jawa halus. Emang Jawa kasar kayak mana? 🤔
|
PAYUNGAN DI KONDANGAN. Payungan di depan venue acara pernikahan. Saking panasnya! |
|
Matahari benar-benar terik. Keluar dari tempat acara langsung payungan |
Hari Itu Purwokerto Panas Sekali
Alhamdulillah kegiatan utama ke Purwokerto, yakni kondangan, dapat terlaksana. Saya dan suami bisa hadir menemui pengantin. Lega rasanya.
Di bawah tenda cantik bertabur hiasan bunga, di pelaminan yang didekorasi dengan indah, sepasang pengantin sumringah menyambut para tamu. Kedua orang tua pengantin tak kalah bahagia, senyum teruntai tiada henti, sembari mengucap terima kasih karena telah turut mendoakan pernikahan putra putri mereka.
Saya dan suami diajak foto bersama pengantin, diapit oleh orang tua mereka. Momen ini jadi penanda telah terjalinnya sebuah silaturahmi. Tak ada yang lebih menyenangkan selain bikin orang lain merasa senang. Senang karena dihadiri dan didoakan.
Usai menikmati hidangan dan menyaksikan kebahagiaan kedua mempelai kami berpamitan. Orang tua pengantin berkali-kali mengucap terima kasih karena kami telah datang dari jauh.
Dari perusahaan tempat pengantin laki-laki bekerja, memang cuma suami satu-satunya yang hadir. Tetapi bukan berarti yang lain tidak ikut mendoakan, karena ada papan bunga ucapan selamat menikah yang dikirim ke venue acara, simbol ucapan selamat dan doa untuk mempelai, dari perusahaan, mewakili segenap karyawan.
|
Alun-Alun Purwokerto |
|
Masjid Raya Purwokerto |
Objek Wisata di Pusat Kota
Cuaca sangat terik. Sinar matahari terasa amat tajam menusuk kulit. Cahayanya bikin silau. Saya tak bawa kaca mata hitam. Berkali-kali jadi memicingkan mata. Topi ada, tapi masa topian ke kondangan hihi. Jadi, saya hanya mengandalkan payung. Masuk venue acara payungan. Saat keluar langsung payungan lagi.
Selepas kondangan kami kembali ke hotel Luminor. Kebetulan hotel dekat dengan alun-alun Purwokerto. Saat melewatinya kami berhenti. Beli makan dan bermaksud hendak foto. Di situ ada kedai ramen dan bento, saya beli buat Alief dan Aisyah.
Karena kedainya menghadap alun-alun, jadilah saya berfoto sejenak. Meski cuaca sangat panas, saya coba bertahan. Demi foto wkwkw.
Dekat alun-alun ada masjid raya Purwokerto, saya sempat memotretnya, meski tidak mendekat, apalagi masuk.
Setelah itu kami kembali ke hotel. Tapi tak lama kami berhenti lagi saat melewati Jembatan Bung Karno. Kalau kata Pungky, masyarakat setempat sebutnya Jembatan Tesda. Nah, jembatan ini tuh unik, dari bentuknya yang gak biasa terlihat menarik dan ikonik. Saya jadi pingin foto di situ. |
Jembatan Proklamator |
Kawasan Bung Karno
Lokasi Hotel Luminor yang saya inapi memang sangat strategis. Dekat alun-alun, masjid raya, mall, dan dekat pula dengan kawasan Bung Karno yang digadang-gadang bakal jadi ikon kota Purwokerto. Kenapa?
Pasalnya di kawasan Bung Karno itu terdapat beberapa objek wisata yang pada tanggal 6 Juli 2022 lalu baru diresmikan oleh Ketua DPR Republik Indonesia, Ibu Dr. (H.C) Puan Maharani. Peresmian meliputi Menara Teratai, Convention Hall Putra Sang Fajar, Jembatan Proklamator, dan Madhang Maning Park.
Berarti waktu saya dan keluarga berkunjung ke Menara Teratai pada hari Minggu tgl. 19 Juni lalu, menaranya belum diresmikan. Wah, jadi enak nih duluan nganyari. Tapi memang keren sih menaranya. Kami naik sampai rooftop, bisa liat pemandangan kota Purwokerto dengan sudut pandang 360°.
Saya dan suami juga sudah sempat foto-foto di Jembatan Proklamator. Ya, Proklamator nama jembatannya. Karena berdua saja, kami berfoto pakai tripod. Orang-orang yang lewat melihat ke arah kami. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka liat suami istri siang-siang di jembatan 😂
Foto duaan, mengenang Juni 20tahun yang lalu. Sebagaimana jembatan, menghubungkan dua tempat menjadi satu. Semoga pernikahan yang menjadikan dua orang bersatu dalam ikatan suci, bersama selamanya, dalam bahagia, sebumi seSurga-Nya. Aamiin.
Dua hari saja di Purwokerto. Kami berkeliling kota. Makan dan berwisata, bahkan ketemu Pungky segala di Menara Teratai. Memang janjian sih. Tentunya sangat berterima kasih pada Pungky, sudah banyak bantu info soal hotel, objek wisata, tempat makan, sehingga kami bisa mengisi waktu dengan menyenangkan selama berada di Purwokerto.
Saya tadinya pengen ajak keluarga jalan-jalan ke Baturaden. Makan di Taman Langit, dan pergi ke curug. Tapi situasi berubah, waktunya gak cukup karena sore kami harus segera berangkat pulang supaya tidak terlalu malam sampai BSD. Supaya Mas Arif bisa istirahat cukup di rumah sebelum kembali bekerja pada Senin hari.
Kegiatan kuliner kami makan bebek di Kosek Cak Kholig. Makan nasi rames di Warung Makan Mbak Neni. Makan soto Sokaraja di Raja Soto Lama. Masing-masing ada ceritanya, seru dan menarik untuk dituliskan.
Untuk kegiatan city tour kami hanya berkunjung kedua tempat yang sama-sama masih baru, saat itu belum 2 bulan umurnya. Yakni Taman Mas Kemambang dan Menara Teratai. Kedua tempat itu sama asyik dan menyenangkan. Juga akan saya ceritakan pada tulisan berbeda.