Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Mencicipi Sepi Gunung di Musim Harus Banyak Menyepi

$
0
0
Bulan Maret ini, suami dan anak lanangku pergi ke gunung. Mereka berangkat dua hari sebelum kebijakan #diRumahAja resmi dikeluarkan oleh pemerintah Provinsi Banten pada tgl. 15/3/2020. Durasi perjalanan sangat singkat, hanya bersama kelompok kecil dan terbatas, dan hanya bagi yang memenuhi syarat aman dari segi kesehatan. Hal ini terkait wabah Virus Corona yang sedang mengguncang dunia. Alief camping di Gunung Kencana, Mas Arif touring ke curug melintasi Gunung Mas. Saya menuliskannya agar menjadi kenangan untuk mereka berdua.
Gunung Kencana Bogor (14/3/2020)

IJIN NAIK GUNUNG

Perihal kegiatan Alief pergi naik gunung di bulan Maret pernah saya singgung dalam tulisan yang saya posting di bulan Februari (klik) --> Rejeki Content Creator Youtube

Rencana camping ke gunung sudah tercetus sejak bulan Februari. Namun, cuaca di bulan itu masih terus menerus hujan, saya jadi agak sulit mengijinkan Alief pergi karena bisa jadi Maret masih hujan. Beda dengan suami, ia langsung kasih ijin tapi dengan syarat cuaca jelang berangkat sudah bersahabat.

Alhamdulillah mendekati hari keberangkatan intensitas hujan sudah menurun, bahkan tidak hujan sampai beberapa hari. Bumi bagian BSD lebih sering kering dan panas. Saya akhirnya merelakan Alief pergi. Segala keperluannya saya urus bersama suami. Kami mendatangi toko-toko perlengkapan naik gunung. Beberapa di antaranya matras, jas hujan, alat makan, senter, dan lain-lain. Sedangkan carrier, sleeping bag, sarung tangan anti dingin, jaket, dan sepatu tidak beli lagi karena sudah punya.

Selama satu minggu sejak  tgl. 09 - 13 Maret Alief libur. Kakak kelasnya ujian, jadi Alief leluasa menyiapkan segala keperluan.
Alief & Chaska

Boleh Naik Gunung Asal Aman

Alief berangkat dengan kelompok kecil berjumlah 7 orang. Semuanya sesama rekan siswa kelas XI di tempatnya bersekolah. Dua di antaranya Chaska dan Zaki. Chaska ini temannya Alief sejak bersekolah di SMP yang sama dan sekarang bersekolah di SMA yang sama. Mereka sudah sahabatan sejak lama. Saya pun tahu letak rumahnya Chaska karena pernah datang untuk mengantar dan menjemput Alief. 

Saya tidak kenal Zaki tapi sering melihat wajahnya dalam video-video Alief di channel Onedox. Setahu saya, mereka dekat dan saling dukung dalam pembuatan konten. Dari 7 yang berangkat, hanya Alief seorang yang baru pertama kali naik gunung. Yang lainnya sudah lebih dulu punya pengalaman.

Pada awalnya saya merasa agak berat membiarkan Alief berpetualang, tapi akhirnya saya ikhlas. Di usianya saat ini, 16 tahun, saya percaya Alief sudah cukup aman untuk dilepas. Dia sudah bisa membedakan mana yang boleh dan tidak dilakukan ketika berada di luar jauh dari orang tua. 

Saya pikir, dengan memberi kepercayaan, justru akan membuat Alief jadi bertanggung jawab, berhati-hati menjaga diri, dan berani menghadapi segala resiko. Ketimbang mencemaskannya, saya lebih suka mendoakannya supaya lancar dan aman, serta selamat.

Keputusan untuk membiarkan Alief pergi sudah melalui berbagai pertimbangan. Terkait wabah corona yang sedang merebak mengguncang dunia, tentu saja saya meminta mereka untuk waspada. Hal tersebut berulang kali saya bicarakan ke Alief supaya hati-hati. Saya pun turut memastikan kelompoknya, siapa saja yang berangkat, apakah ada yang abis bepergian ke luar negeri, dan apakah ada yang sedang sakit. Alhamdulillah semua aman. 
Jumat malam (13/3/2020) di Puncak Gunung Kencana

Mendaki Malam Hari

Jumat pagi (13/3/2020) Chaska datang ke rumah pakai motor, jemput Alief. Carrier-nya sangat besar berisi keperluan pribadi, juga tenda dan peralatan masak. Carrier Alief  berukuran lebih kecil, hanya berisi barang pribadi. Saya lihat Chaska membongkar carrier Alief, isinya disusun ulang. Kata Chaska,"ga gini nyusun barang, lif!"

He he saya nyengir liatnya. Alief memang belum pengalaman, beda dengan Chaska. Semoga Alief belajar. Tidak cuma itu, Chaska juga menyortir bawaan Alief. Akhirnya, beberapa makanan kemasan ditinggal, minuman botol kemasan diganti pakai tumbler. Baju kaos dikurangi. Tambahannya justru mangkok stainless. Tadinya disuruh bawa cangkir stainless, tapi tak punya. Untunglah ada tumbler stainless dari ASUS AMD, jadinya bawa itu.

Untuk berangkat, Alief naik motor dibonceng Chaska. Perjalanan menuju basecamp di Bogor berdurasi sekitar 2,5 jam dari BSD. Kata Alief, ia merasakan tidak betah saat melewati medan berbatu selama kurang lebih 1 jam. Kakinya yang panjang terasa pegal karena kelamaan menekuk di boncengan. 

Meskipun capek, naik motor menjadi pilihan paling aman daripada mereka naik kendaraan umum. Dengan cara itu mereka terhindar dari bertemu orang banyak. Seperti yang saya ketahui, saat musim wabah begini, naik transportasi umum beresiko tertular virus. Apalagi untuk perjalanan tidak sebentar.

Saya tidak tahu jam berapa Alief sampai basecamp. Tak ada kabar apapun sejak terakhir jam 12 masih kirim pesan Whatsapp. Malam hari, baru saya dapat kabar, Alief sudah di puncak Gunung Kencana. Sebuah foto berada di ketinggian, dalam gelap malam, muncul di ruang chat WA. Alhamdulillah saya lega. Malam itu, saya bisa tidur dengan nyenyak.
Pemandangan dari puncak Gunung Kencana, Sabtu 14/3/2020 (Foto by Alief)

Camping di Puncak Gunung Kencana

Sinyal telkomsel ternyata cukup baik sampai ke puncak Gunung Kencana. Buktinya, saat baru tiba di puncak, pesan Alief via Whatsapp bisa sampai ke saya dengan lancar. Karena itu, hari Sabtu dini hari saya chat lagi menanyakan tidurnya, makannya, dan kondisinya. 

Tak ada jawaban dari Alief. Pesan saya hanya centang 1. Mungkin HP dimatikan. Saya juga menanyakan kenapa malam hari di puncak gunung tidak pakai jaket. Sebab rasanya aneh kalau gak dingin. Mengenai hal ini dijelaskan oleh Alief saat dia sudah di rumah. Katanya, udaranya gak sedingin yang saya kira. Biasa saja. 

Hebat juga dia. Padahal pakai kaos tipis. Kalau saya jangan ditanya. Menginap di Lembang saja tidak pernah mandi. Buka keran air cuma buat wudhu. Apalagi di puncak gunung. Eh tapi bisa jadi tak sedingin yang saya kira karena gunungnya pendek.

Pukul 06.18 AM pesan baru dari Alief masuk di WA. 2 buah foto pemandangan pagi di atas gunung dikirimnya kepada saya. Dia hanya mengirim foto tanpa menjawab semua hal yang saya tanyakan. Mungkin mau kasih tahu lewat foto pagi yang indah itu, bahwa dia baik-baik saja. Saya memahami hal itu, dan akhirnya tidak menagih jawaban. 

Setelah agak siang Alief kirim foto lagi, kali ini lebih banyak. Fotonya foto rame-rame dengan semua temannya. Saya senang bukan kepalang melihatnya. 

Ada perasaan sukacita yang amat mendalam saat memandangi foto-foto itu. Saya jadi menyadari kembali betapa Alief sudah semakin besar, sudah bisa pergi kemana-mana ke tempat jauh tanpa mama dan papanya. Itu artinya saya adalah ibu yang umurnya sudah semakin tua, dan mulai merasa kehilangan.... iya mulai kehilangan masa-masa di mana anak nempel terus dengan orangtuanya. Waktu sungguh cepat sekali berlalu 😭
Pertama kali buat Alief jadi anggota tim pendaki Gunung Kencana

Bekal Makanan di Gunung

Saya tidak pernah camping di puncak gunung, apalagi mendaki sampai puncak. Jadi, saya bukan sekadar minim pengalaman, tapi memang nggak punya pengalaman. Mas Arif lah yang pengalaman. Dulu sejak SMA sampai selama kuliah ia sudah mendaki banyak gunung. Dari gunung kecil pendek sampai gunung besar tinggi.

Sewaktu akan membekali Alief makanan, saya minta pendapat Mas Arif. Katanya bawa yang mudah tapi mengenyangkan. Nah, yang saya pilihkan untuk Alief bawa adalah bubur instan karena mudah diolah, tinggal diberi air panas, diaduk, nggak pakai lama sudah bisa langsung dimakan. Saya bawakan indomie juga, secukupnya.

Untuk snack saya pilih snack gandum, coklat mengandung beras / gandum, dan Beng Beng. Semua makanan itu berukuran kecil tapi mengenyangkan. Saya bawakan juga 1 cup Coco Crunch, tinggal dicampur susu kotak bisa langsung dimakan. Gak perlu bawa beras, atau pun masak-masak bahan lainnya. 

Alief tidak membawa peralatan masak seperti panci dan kompor gas karena teman-temannya sudah ada yang bawa. Dia tinggal numpang saja. Lain waktu saya akan beli buat Alief. Biar dia tidak mengandalkan orang lain. Tapi sebetulnya memakai perlengkapan masak bersama-sama ada baiknya kok, bisa menimbulkan rasa saling peduli satu sama lain. Saling bantu dan berbagi. Tidak egois memikirkan perut sendiri.
Seekor anjing di puncak Gunung Mas

Menyenangkan dan Bikin Nagih!

Di tempat yang berudara dingin, kalau saya biasanya jadi mudah lapar. Saya tanya Alief apa dia merasakan hal tersebut selama di gunung? Katanya tidak. Pokoknya, dia tidak merasa kelaparan, apalagi kekurangan makan. Bekal yang dibawa sudah lebih dari cukup. Saya lega mengetahui hal itu.

Selama di atas gunung Alief makan bubur instan di malam hari, Indomie di pagi hari, dan diselingi snack di antara waktu-waktu belum makan makanan tersebut.  

Makanan cukup, tapi air minum kurang. Saya sebetulnya sudah membekali 2 botol air minum @600 ml, dan sudah bilang agar beli 3 botol lagi sebelum mulai nanjak. Tapi ternyata lupa beli. Bersyukur dapat bantuan dari Chaska yang bawa air pakai jerigen sebanyak 5 liter. Jadi pelajaran buat Alief, kalau camping di lokasi tanpa air, harus bawa air yang cukup. Lain halnya kalau camping dekat danau atau sungai, bisa ambil air dengan mudah untuk dimasak jadi air minum.

Sabtu siang Alief dan rombongan mulai turun. Tadinya mereka akan lanjut ke curug sebelum balik ke BSD. Tapi karena suatu hal, mereka gak jadi. Saya lihat Alief agak kecewa gak jadi ke curug. Apalagi pas dia tahu, di hari yang sama papanya juga pergi ke curug yang sama. Dia berharap bisa papasan dengan papanya. 

Saya sebetulnya mengira Alief bakal balik Minggu siang, tapi Sabtu sore mereka sudah pulang. Saya lega bukan main saat melihatnya tiba di rumah tanpa kekurangan apapun. Alhamdulillah selamat dan lancar. 

Banyak hal yang diceritakan Alief terkait pengalaman pertamanya naik gunung. Dari ekspresi mukanya saat bercerita, saya tahu dia sangat senang, terlebih saat mengatakan: Aku mau lagi, Ma, ke gunung!

Ya, hidupmu akan berubah ketika sudah berbaur dengan alam, Nak. Kamu akan belajar banyak hal yang tidak kamu temui di rumah dan di bangku sekolah. Semoga yang kau temukan dan pelajari di luar sana adalah hal baik yang dapat membentuk pribadimu berjiwa besar, teguh memegang prinsip baik, dan welas asih.
Puncak Kencana 1803MDPL

Touring ke Puncak

Seakan tak mau kalah sama Alief, Sabtu 14/3/2020 Mas Arief juga berangkat ke puncak bersama teman-teman SMA-nya. Gak janjian, kebetulan saja waktunya barengan. Selain sama waktu, juga sama teman berangkatnya, sesama teman SMA. Bedanya, yang satu anak SMA masih bersekolah dan muda, satunya lagi rombongan alumni dan sudah bapak-bapak usia 45 an udah pada ubanan he he.

Mas Arif berangkat dengan kelompok kecil, total 9 orang saja. Tadinya katanya banyak yang mau ikut, tapi karena berbagai alasan akhirnya banyak yang mundur. Yang jelas, syarat boleh berangkat bila sehat dan aman. Nah bisa jadi yang mundur karena tidak memenuhi syarat. 

Seingat saya, rencana Mas Arief untuk touring sudah lama. Di bulan Februari dua temannya alumni SMA, yaitu Mas Widna dan Mas Ivan, pernah komentar di IG saya soal touring. Saya pikir keduanya akan ikut touring bareng. Ternyata enggak. Mas Widna kan kerjanya di Singapore, bisa jadi dia mundur karena alasan khawatir bawa virus ke teman-temannya.

Soal kesehatan jadi penting karena touring butuh stamina. Berkendara motor sejak pagi sampai sore bukanlah aktivitas sepele. Yang sehat saja bisa kelelahan, apalagi bila dalam kondisi tidak fit, nanti bisa-bisa ambruk di jalan. Saya bersyukur Mas Arif dan teman-temannya perhatian soal ini. 


Pergi Pagi Pulang Sore

Tidak seperti Alief yang menginap di gunung, rombongan Mas Arif hanya berangkat pagi pulang sore. Start dari Cibubur Junction, langsung melaju ke puncak rombongan. Singgah di beberapa tempat untuk istirahat, makan dan salat, lalu lanjut lagi. 

Bersambung





Viewing all articles
Browse latest Browse all 778

Trending Articles