Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all 779 articles
Browse latest View live

Belajar Membuat Roti di Dapur Inovasi Bungasari

$
0
0

“Untuk membuat Cake, Cookies dan aneka kue kering, cocok pakai tepung terigu Bungasari Hana Emas. Kalau tepung Bungasari Bola Salju, cocok untuk Martabak, Donat, Pao, Kue Basah, Gorengan, Soes, dan masih banyak lagi. Nah, kalau untuk berbagai jenis roti, serta Mie Basah, cocok pakai tepung Bungasari Golden Eagle.”

Wah baru tahu. Tapi kok bisa ya beda tepung beda penggunaannya gitu?

Ya, sebagai orang yang –jujur saja ya- nggak biasa bikin kue-kue dan segala macam makanan berbahan tepung, heran dong dengar penjelasan seperti itu. Saya kira selama ini, kue-kue atau roti apa saja, bisa pakai satu macam tepung saja, sama hasilnya. Ternyata nggak gitu. Ada tepung-tepungnya kalau mau afdol untuk jadi suatu makanan tertentu.

Karena saya sangat awam dengan dunia pertepungan, jadi nyimak banget waktu dijelaskan oleh Chef Kelik tentang jenis tepung dan kegunaannya cocok buat bikin apa saja.  

Chef Kelik
Ceritanya gini, Rabu tgl. 26 Oktober lalu, saya dan kawan-kawan dari Indonesian Food Blogger (IDFB), ikut baking class di Bungasari Innovation Center yang beralamat di Jl. Taman Pakubuwono VI No. 11, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Namanya food blogger, dianggap sudah biasa banget berurusan dengan makanan ya. Dari yang jago bikin resep, mengolah resep (masak), sampai menyajikan dan memotret makanan yang dibuat. Idealnya begitu. 


Tapi saya? Saya cuma travel blogger yang suka kulineran, yang mau coba makanan apa saja di tempat-tempat yang saya kunjungi, sambil motret, dan kemudian membagikannya lewat foto dan tulisan di blog dan akun-akun medsos saya. Tapi, untuk urusan bikin resep dan masak? Wadow… pingin melipir deh rasanya kalau ada yang minta saya bikin roti.

Ada cowok juga lho ikut baking class

Di Bungasari Innovation Center, mau nggak mau saya ke dapur, pegang adonan. Sejak awal masuk saya sudah pasang muka tegang. Merasa takut kalau disuruh mengerjakan sendiri. Padahal tidak sendiri, tapi per kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. 


Kebetulan saya duduk satu deret dengan mami-mami kece, mbak Vania, mbak Ningsih, dan mbak Eliza. Bersama mereka jadi pede, rasa tegang pun berkurang. Sudah kenal dengan mereka belum? Kepoin Instagramnya deh, dijamin ngiler lihat foto-foto makanannya. Tapi hati-hati nanti nggak bisa berhenti buka-buka postingan fotonya.
Bersama mami-mami kece, blogger beken IDFB*foto mbak Ningsih*

Peserta baking class cewek saja? Oh tentu tidak. Ternyata ada Arie Goiq, Adie, Bowo, dan Agung. Nah, saya yang tadinya nggak pede, mendadak jadi pede lho waktu pertama tahu ada cowok-cowok itu. 


Pikir saya, kalau saya aja nyaris nggak pernah pegang adonan roti, apalagi mereka. Menyepelekan banget ya. Haha. Padahal nanti nih, saat mulai nge-baking, justru cowok-cowok itulah yang paling tekun. 
Ruang baking class
 
Sarapan dulu sebelum baking class


Semua buatan Dapur Inovasi Bungasari lho

Sebelum terjun ke dapur, kami mendengarkan penjelasan perihal perusahaan PT. Bungasari Flour Mills. Wajib  dengar nih (tunjuk muka sendiri), biar kenal dan tahu apa sih Bungasari itu.

Ada yang sudah kenal dan biasa pakai produknya? Kalau saya jangan ditanya. Baru hari itu tahu Bungasari! Hadoh. Mau tutup muka deh mengakui hal ini. Saya tahunya merk yang satu itu, yang ada “sari” nya juga. Ups.

“Ingat ya, BUNGA, bukan yang lain,” tegas Pak Budi yang saat itu mengenalkan Bungasari pada kami. Siap pak! He he.

Ingat ya, BUNGA, jangan salah sebut merk satunya :D


Bungasari, ok?

TENTANG BUNGASARI FLOUR MILLS

PT Bungasari Flour Mills Indonesia berdiri pada Februari 2012, merupakan hasil synergy dari kekuatan besar sebagai pemegang saham, yaitu FKS Group (Indonesia), Toyota Tsusho Corp (Jepang, dan Malayan Flour Mills Berhad (Malaysia). Pabriknya saat ini ada lima, dua di Jepang, dua di Malaysia, dan satu di Indonesia.

Di Indonesia, pabrik Bungasari berlokasi di Jl. Raya Anyer Lingk. Komp. Sinyar RT 014/RW 006, Tegal Ratu, Ciwandan District, Cilegon, Banten. Terletak di lokasi strategis, dekat dengan pelabuhan Cigading, memudahkan alur penerimaan bahan baku di pabrik, sehingga meningkatkan efisiensi rantai suplai.

Pabrik Tepung Bungasari di Cilegon Banten

Pabrik Bungasari besar? Besar dong. Pabriknya punya kapasitas penyimpanan gandum sangat besar, mencapai 80.000 MT serta gudang yang sangat luas untuk menampung produk jadi hingga 15.000 MT dan produksi per hari mencapai 1.500 MT. *tepuk tangan.

Sebagai pabrik besar, Bungasari memiliki teknologi dan fasilitas yang canggih tentunya. Dilengkapi dengan adanya teknologi Flour Blending System, membuat Bungasari mampu untuk memenuhi kebutuhan yang semakin variatif dan juga sesifik guna memenuhi permintaan konsumen yang semakin selektif pula. Flour Blending System juga memberikan akurasi tinggi dalam menghasilkan setiap produk dari Bungasari, baik produk umum hingga produk “customized”.


Tiga pabrik tepung Bungasari di dunia ada di Malaysia, Jepang, dan Indonesia

Dengan teknologi canggih yang dimilikinya itu Bungasari mampu memproduksi produk dengan kualitas dan konsistensi mutu yang senantiasa terjaga dan tingkat tertinggi. Bungasari juga memiliki sumber daya manusia yang unggul guna menunjang proses produksi yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Manajemen system dan prosesnya pun sudah terferifikasi oleh lembaga berstandar internasional, yakni untuk sertifikasi FSSC ISO 22000, ISO 9001, HALAL, dan SNI. Catet ya : HALAL.

Produk apa saja yang disediakan oleh Bungasari? Banyak. Mulai dari tepung terigu dasar (basic flour), tepung terigu khusus (speciality flour), produk sampingan (byproduct) seperti tepung industri, dedak gandum, pakan ternak dan lain sebagainya, tepung premix dan masih banyak lagi.

Deretan pengguna Tepung Bungasari...banyak ya :)

Bungasari memiliki ragam produk mulai dari 1 kg, 25 kg, 50 kg dan kubikasi khusus lainnya sesuai permintaan konsumen baik untuk pembuatan roti, mie, aneka gorengan, aneka jajanan, cake, cookies hingga produk pakan/makanan ternak.

Kini, rangkaian produk 1 KG milik Bungasari bisa didapatkan dengan harga terjangkau. Di antaranya :
GOLDEN EAGLE (tepung protein tinggi yang baik untuk roti dan mie)
BOLA SALJU (tepung protein sedang, cocok untuk aneka gorengan/jajanan)
HANA EMAS (tepung protein rendah, untuk cake dan cookies

Ketiga produk tersebut sudah bisa dibeli di berbagai pasar tradisional hingga modern market seperti LotteMart, LotteMart Wholesale, Naga Swalayan, Tip Top, dll. Produk Bungasari juga bisa dibeli melalui online store lho, di mataharimall.com. Mudah bukan mendapatkannya?

Produk tepung Bungasari dari tahun ke tahun

TENTANG BUNGASARI INNOVATION CENTER

Nah, sekarang mari kita tengok Bungasari Innovation Center (selanjutnya saya singkat BIC). Tempat saya dan kawan-kawan IDFB mengikuti kegiatan baking, belajar membuat roti bareng para chef dari dapur BIC. Dari mencampur adonan, membentuk roti, memanggang, makan, sampai bawa roti pulang satu dus! he he.

Jadi, Bungasari itu nggak hanya punya pabrik di Cilegon Banten sana, tapi juga punya “dapur” yang dinamakan Bungasari Innovation Center. BIC merupakan salah satu rangkaian aktivitas dari Bungasari. Didirikan sebagai sarana untuk Bungasari lebih dekat dengan konsumen melalui kegiatan baking dan konsultasi. Semacam sarana edukasi guna pengembangan dan pelatihan bagi para pelanggan dalam meningkatkan pengetahuan dalam mengolah makanan berbasis terigu dan aplikasinya dengan baik dan benar.

Masa nggak pingin ke Dapur Inovasi Bungasari?

Dengan kata lain, di BIC ini pelanggan nggak hanya dibuat kenal lebih dekat dengan produk,  tapi juga diajarkan cara tepat dalam memanfaatkan produk. Keren kan? Iya dong, kan jadi tambah pintar bikin makanannya. Produk canggih disertai ilmu canggih, hasilnya jadi makanan super.

Seperti apa Dapur Inovasi Bungasari?
Pastinya fasilitas dan peralatannya lengkap dan sangat memadai. Terlebih ada tenaga pengajar yang sudah mumpuni dan sarat pengalaman sehingga pengunjung pemula dan awam seperti saya ini nih, dijamin akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang komprehensif guna diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Peralatan canggih pembuat roti di Dapur Inovasi Bungasari


Saya dengar, 1 unit mixer ini sekitar Rp 100 jutaan lebih

Awalnya saya ragu lho mau ikut baking class roti di Bungasari, tapi sejak pertama datang dan ketemu teman-teman di sana, hingga mendapat pengetahuan tentang tepung, rasa ragu itu sirna. Bahkan saya jadi semangat belajar meski aslinya saat praktek nggak begitu banyak bersentuhan dengan adonan. Pegang kamera juga soalnya. Di samping itu juga saya serius mengamati chefnya bekerja, tapi tetap pegang adonan sesekali. Menyenangkan.

Nah kalau kamu tertarik untuk mengikuti pelatihan di Bungasari Innovation Class seperti kami, bisa lho mendaftar. Ajak teman-teman, nanti bikin kelompok. Biaya pelatihan terjangkau, mulai dari Rp 199.000,- Rangkaian kelasnya macam-macam, seperti Cake, Cookies, Pastry, Roti Manis, Roti Jepang, Roti Eropa, Noodle, dan masih banyak lagi. Dapat diikuti oleh semua tingkatan, baik untuk pemula (seperti saya he he), hobbyst, pelaku usaha, hingga tinkat profesional. Seru loh.


Ini IDFB lho

Oh ya, kelas baking dibuka setiap hari (Senin-Sabtu) mulai jam 9 pagi sampai jam 4 sore. Caranya mudah, tinggal daftar melalui akun media sosial Bungasari, di fanspage FB maupun Instagram dengan nama yang sama yaitu Dapur Inovasi Bungasari. Di kedua akun medsos tersebut ada info lengkap mengenai jadwal, tips & trik, resep, materi pelatihan dan lainnya. Mudah bukan?

Pelatihan Membuat Roti

Sebelum membuat roti, kami dikenalkan dengan chef Kelik. Nah, chef Kelik ini berbagi ilmu tentang cara membuat roti yang benar dengan menggunakan tepung yang tepat. Banyak banget lho yang dijelaskan. Utamanya sih tentang tepung. Mulai dari kategori tepung terigu, ciri-ciri penurunan kualitas tepung, tips menyimpan tepung terigu, bahan wajib pembuat roti, hingga manfaat gula, susu, telur, dan lemak pada roti. 


Buat saya sebagai pemula, ilmu yang dibagi chef Kelik itu manfaat sekali. Mata dan pikiran jadi terbuka. Jadi tahu ternyata tiap bahan dalam kadar tertentu punya fungsi tertentu pada suatu roti.


Pertama menengok dapur, langsung suka deh lihat peralatan masaknya yang canggih-canggih itu. Sempat terpana lho waktu ada yang menyebut alat pengadon yang harganya di atas 100 jutaan. Di dapur alat pengadon mahal itu ada dua. Memang canggih sih. Tangan kita nggak perlu capek meremas-remas adonan biar campur. Tapi kalo mau beli mikir juga kali ya kalo saya. Terlalu mahal kalau cuma bikin roti buat dimakan orang rumah saja. Hehe. Ini kan memang buat usaha, buat produksi dalam jumlah banyak.

Hari itu, ada 6 resep roti ala Bungasari yang akan kami pelajari dan praktekkan yaitu Pullman Cheese Bread,  Melon Pan, dan Straight Dough Method. Ketiganya menggunakan tepung terigu Kabuki Gold. Kemudian roti variasi topping Big Egg Bread, Coffee Hero, dan Melon Pan. Ketiganya menggunakan tepung terigu Niji/Hana Emas.

Apakah semuanya berhasil? Harus berhasil dong.

Catet yuuuuk

Oh ya, ada yang ingin saya informasikan di sini tentang Tepung Terigu Kabuki. Menurut chef Kelik, pembuat roti berkualitas baik biasanya menggunakan Tepung Terigu Komachi buatan Jepang untuk membuat roti. Dalam kata lain menggunakan tepung import. 


Nah, sekarang Bungasari juga memproduksi tepung dengan kriteria yang sama persis dengan Komachi yang dinamakan Tepung Terigu Kabuki. Jadi, mulai sekarang pembuat roti bisa mendapatkan tepung terigu serupa dari Bungasari, dengan harga yang lebih murah tentunya karena tidak import.

Waw jadi merasa spesial dong ya belajar bikin roti pakai produk terbaru dari Bungasari. Jadi penasaran kan seperti apa dan seenak apa rotinya? Iya lah.


Produk tepung terbaru dari Bungasari


Ini kelebihan Tepung Terigu Kabuki


Super premium lho

Roti pertama yang kami buat adalah Pullman Cheese Bread.

Bahan sponge sudah dibuat lebih dulu sebelum kami datang. Kenapa? Karena kalau menunggu kami baru dibuat, bakal lama. Soalnya adonan mesti didiamkan dulu selama 3 jam. Kebayang kan selama itu kami bengong menunggu adonan mengembang hehe. Jadi, kami tinggal mulai dengan proses pembuatan pada tahap lanjutan yaitu dough.



Bersama chef Alif yang mendampingi kelompok kami *foto Mbak Ningsih*

Chef pendamping kami namanya Mas Alif. Saya, mbak Vania, mbak Ning, mbak Eliza, bekerja sama menyelesaikan resep-resep yang sudah ditentukan. Selama pembuatan, saya jadi belajar menggunakan mixer. Tentang berapa kecepatan, berapa lama pengadukan, dan berapa lama kemudian hasilnya didiamkan. Ada proses membuang gas, lalu didiamkan lagi. Memotong-motong adonan, ditimbang biar rata, dan membentuknya menjadi bulatan, sampai akhirnya masuk ke pemanggang. Ga sebentar, tapi terasa sebentar karena dikerjakan dengan senang dan banyak becanda.

Saya, sebentar-sebentar cuci tangan. Pegang kamera, motret. Pegang adonan lagi, abis itu cuci tangan lagi. Motret lagi. Becanda lagi. Tertawa-tawa bareng lagi. Begitulah. Becanda tapi serius. Seru.


tes kelenturan dan ketipisan, bener gak? :D


suhu adonan pun diukur


Belajar membulatkan dan menghaluskan permukaan


proses membuang gas
 
Bagian menakjubkan lainnya, adalah saat saya membentuk roti isi sosis. Selama ini sering bertanya-tanya bagaimana cara membuat tampilan roti isi sosis bisa semenarik yang biasa saya lihat. Di dapur inovasi Bungasari jadi tahu. Ternyata roti dibentuk lonjong dulu, baru dipotong-potong tidak putus, pakai gunting. Lalu, belahannya ditarik ke kiri dan ke kanan, akhirnya berbentuk seperti tangkai bunga. Cantik. Apalagi setelah dipanggang.

Roti-roti yang kami buat bermacam topping. Mulai dari carchoal, green tea, kacang, hingga kopi. Hijau, hitam, dan coklat. Warna-warni.

Didiamkan selama 10 menit

memoles bagian atas roti dengan telur


terakhir memarut keju di atas roti, kemudian baru dipanggang
Membentuk roti sosis menjadi 'merekah'

Bikinnya ga segampang kelihatannya lho
Kebayang nggak saya yang selama ini cuma bisa beli dan makan saja, eh sekarang melihat sendiri dan terlibat dalam proses pembuatannya? Rasanya apa? Takjub!

Apalagi ketika roti-roti sudah matang. Melihat Pullman Cheese Bread keluar dari panggangan dalam keadaan coklat merekah dengan aroma harum yang menggoda, seakan memanggil-manggil minta disobek-sobek. Bikin nafsu! Nafsu melahap euy :p


Pada serius kan *foto mbak Ningsih*

Di lain waktu lepas adonan, ganti pegang kamera

nanti balik lagi lanjut pegang adonan :D

kadang-kadang kelayapan ke meja kelompok lain :))

Saat tiba untuk kami mencicipinya, saya tak mau ketinggalan dong. Satu lembar saya sambar, dan saya makan dengan penuh penghayatan. Ceilah haha. Tapi bener, saya nikmati rotinya di tiap gigitan. Begitu lembut, gurih, dan teksturnya halus sekali. Lezat. Tak usah diberi selai apapun, atau dicelupkan pada apapun sudah sangat enak. Mungkin karena rasa kejunya itu ya. 


Bukan saya saja yang bilang begini, semua yang ikut baking class hari itu mengatakan hal yang sama.
Masih dipanggang


Sudah matang, baru keluar dari panggangan, haruuuuum

Banyak roti dibuat, banyak rasa kagum yang terbit. Kagum pada teknologi canggih Bungasari yang menciptakan beragam jenis tepung. Pada keterampilan para chef. Pada proses terciptanya sebuah roti enak. Pada pengetahuan mengolah makanan berbahan tepung. Tentunya juga pada kegiatan bermanfaat yang saya ikuti hari itu.

Saya juga dibuat kagum pada keahlian mas Agus (gondrong), ahli pangan Bungasari yang bercerita tentang teknik dan trik membuat suatu makanan dengan ‘settingan’. Settingan di sini maksudnya settingan takaran bahan. Misal, kita ingin membuat kue dengan bentuk/ukuran, tekstur dan tampilan tertentu, maka yang disetting bukan dari cetakannya, tapi dari takaran bahannya. Entah itu dari tepungnya, telurnya, airnya atau raginya. Mas Agus bisa lho lakukan itu. Bagaimana bisa? Tentu ada ilmunya, selain dari pengalamannya selama ini, itu yang membuatnya ahli. 

Mau tanya tentang dunia pertepungan, tips & trik membuat roti? Tanya Mas Agus, ahli pangan Bungasari

Mas Agus juga menjelaskan bahwa suatu resep makanan belum tentu menciptakan hasil yang sama, meski diolah dengan bahan, cara, dan oleh orang yang sama. Kadang tergantung kondisi tempat saat membuat. Misal orang yang tinggal di daerah dengan suhu udara dingin, akan berbeda hasil olahannya dengan orang yang tinggal di daerah dengan suhu udara panas.

Berikut saya bagikan salah satu resep yang kami buat yaitu Pullman Cheese Bread. Buat teman-teman yang ingin tahu berbagai macam resep makanan ala Bungasari lainnya, bisa kunjungi website www.bungasari.com. Di sana ada resep roti/pastry, mie, cake, cookies, dan snack/jajanan pasar. Selain resep, di website tersebut kamu bisa temukan banyak informasi menarik seputar dunia tepung, dan tentunya tentang Bungasari Flour Mills.





Resep Pullman Cheese Bread ala Bungasari

 
Bahan Sponge:
600 gram Tepung Terigu Kabuki Gold
12 gram ragi instan
2 gram bread improver
5 butir telur utuh
150 gram air es

Cara membuat sponge:
1.Aduk tepung terigu Kabuki, ragi, bread improver.
2.Kocok telur dan air dingin, masukkan campuran tepung terigu, aduk dengan mixer kecepatan rendah selama 2 menit.
3.Diamkan adonan selama 3 jam

Bahan Dough:
400 gram Tepung terigu KABUKI
30 gram Susu Bubuk
150 gram gula
20 gram garam
150 gram susu cair
150 gram butter
250 gram keju (potong dadu)


bahan-bahan

Aduk dengan mixer

bahan-bahan lainnya

Cara membuat :

  1. Masukkan gula, garam, dan susu cair ke dalam mangkuk, aduk hingga larut.
  2. Masukkan tepung terigu Kabuki, susu bubuk, dan adonan sponge. Aduk perlahan hingga menggumpal.
  3. Naikkan kecepatan mixer, aduk selama 6 menit.
  4. Turunkan kecepatan mixer, masukkan butter, aduk hingga rata.
  5. Naikkan kembali kecepatan mixer, aduk selama 5 menit atau hingga kalis
  6. Tuang keju, aduk perlahan hingga rata.
  7. Diamkan adonan selama 35 menit. Buang gas pada adonan. Diamkan kembali selama 20 menit.
  8. Potong adonan seberat 260 gram, bulatkan dan diamkan adonan selama 10 menit.
  9. Buang gas pada adonan, bulatkan dan susun di dalam loyang 12cmx12cmx25cm sebanyak 2 buah adonan.
  10. Diamkan adonan selama 45-60 menit. Poles bagian atas roti dengan telur, parut keju di atasnya.
  11. Panggang dengan suhu 200 derajat celcius selama 35 menit atau hingga matang.
  12. Siap sajikan

Nah, itu resepnya. Coba buat yuk. Jangan lupa tepungnya tepung roti Bungasari ya :)


Roti-roti hasil buatan kelompok kami (kanan) dan kelompok lain (kiri)
 
Roti terbaik selalu berawal dari tepung terbaik, dan Anda berhak mendapat yang terbaik.
  
BUNGASARI FLOUR MILLS

Head office: 
Sampoerna Strategic Square
North Tower, 5th Floor
Jl.Jend.Sudirman Kav. 45-46
Jakarta 12930, Indonesia

Factory:
Jl. Raya Anyer Lingk. Komp. Sinyar RT 014/RW 006

Tegal Ratu Ciwandan District
Cilegon Banten 42445

Innovation Center:
Jl. Taman Pakubuwono VI No.11
Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Website: www.bungasari.com
Email: info@bungasari.com
Facebook: Dapur Inovasi Bungasari
Instagram: Dapur Inovasi Bungasari       

Berikut adalah foto-foto lainnya selama kegiatan pelatihan berlangsung


Foto bareng Chef Kelik, sebelum adonan dipanggang

Ada kuis juga, mbak Ning sampe dua kali dapat hadiah :D

kelompok ini sampe 2 lho chefnya :))

Smoke beef, salah satu roti buatan kami kelompok 2

variasi topping: carchoal, green tea, keju

terharuuu lihat roti-roti buatan rame-rame
Terima kasih Bungasari, sampai ketemu lagi di kelas berikutnya



Hidup Lebih Indah dengan Pikiran Bahagia

$
0
0
Saya Katerina, saya menua dengan bahagia

Hidup adalah sebuah perjalanan. Di dalamnya terdapat momen-momen tak terlupakan.

Menemukan cinta di usia 24. Memiliki rumah idaman di usia 25. Melakukan banyak perjalanan menyenangkan di usia 26 dan 27. Merasa paling sehat di usia 28. Paling percaya diri pada tubuh sendiri di usia 29. Mengalami seks terbaik di usia 31. Punya gaji impian di usia 32. Paling kaya di usia 34.

Semua saya kenang sebagai beberapa titik di mana pencapaian memuncak. Pada masa itu, saya merasa paling bahagia. Tapi, ada pula beberapa titik di mana saya tak mencapai apa-apa, justru kehilangan dan membuat kesalahan. Pada saat itu, saya merasa paling sedih.

Semua merupakan bagian dari proses hidup. Saya belajar darinya.

Ketika usia 35 berubah menjadi 36, 37, lalu 38 dan tak lama lagi mencapai 40, daya tahan dan metabolisme tubuh tak lagi sama seperti sebelum 35. Masalah kesehatan dan keterbatasan fisik pun menghantui. Pandangan saya tentang kebahagiaan yang ingin saya capai lagi seperti di usia-usia sebelumnya pun berubah. 

Merangkai cerita indah di usia yang terus menua

Bertambah usia, kebebasan berkurang, kesehatan menurun, kesibukan mengurus keluarga dan rumah tangga meningkat, bagaimana bisa ada pencapaian lagi? Saya mengeluh. Tapi ternyata, sibuk mengeluhkan pertambahan usia, justru membuat saya tidak menikmati waktu yang saya punya.

Sedangkan waktu terus berjalan, tak pernah mundur, tak bisa dilawan. Begitu pula usia, terus bertambah.

Tidak semua orang mendapat berkah umur yang panjang, bukan? Jika saat ini saya masih mendapatkannya, saya ingin melakukan banyak hal sebagai bentuk menerima pertambahan usia.

Lantas, pencapaian apa lagi yang ingin saya raih?

Sebuah Pencapaian Bernama Pikiran Bahagia
Melihat kondisi saat ini, mestinya yang saya inginkan bukan lagi tentang pencapaian materi, gelar atau pun kedudukan, melainkan tentang hati.

Sudah banyak hal yang terjadi dalam hidup. Ada kebahagiaan dan ada ujian. Dari ujian berat hingga yang ringan-ringan, namun terjadi setiap hari. Nah, dalam hal menyikapi ujian inilah saya merasa masih kurang baik. Mudah sedih. Mudah kecewa. Terkadang marah. 





Saya fulltime ibu rumah tangga. Punya suami mapan. Alhamdulilah. Sudah tidak kurang lagi dalam hal materi, tapi masih kurang dalam hal lapangnya hati. Hidup jadi tak berarti. Bisa tertawa hanya kala bahagia, tapi masih marah saat diuji. Padahal usia kian tua, tapi tak jua dewasa. Sungguh saya belum mencapai apa-apa.

Saya kerap merenung dalam-dalam di malam yang panjang. Baru setelah itu, akhirnya saya tahu apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup yaitu memiliki pikiran bahagia.

Saya merasakan betul disaat jiwa terkontaminasi oleh pikiran bahagia, maka ujian yang datang bisa saya sikapi dengan baik. Saya tidak mudah tertekan. Tetap merasa tenang, senang, dan anggap ujian itu hanya ‘ladang permainan’.

Menumbuhkan pikiran bahagia dalam segala suasana itu gampang-gampang susah. Sebab rasa marah, sedih dan kecewa sudah menjadi sifat alami manusia. Tapi sesulit apapun, pikiran bahagia harus saya miliki, agar hidup ini tidak ruwet, agar banyak kisah cantik jadi tampak menarik. 



Waktu tidak pernah bisa dilawan, lanjutkan hidup dan capai bahagia

Saya punya penyakit maag kronis sejak lama. Saat terbebani masalah, emosi jadi tidak stabil, penyakit itu kambuh. Jadi parah. Yang paling ekstrem, pernah hampir mati jika tak lekas ditangani oleh dokter ahli. Di lain waktu ketika saya menatap segala masalah yang datang dengan hati lapang, pikiran jernih, ikhlas, tak sedetik pun penyakit itu muncul menyerang lambung. Saya jadi sadar, pikiran bahagia punya pengaruh baik dalam membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi stres, sehingga melancarkan peredaran darah, detak jantung, bahkan menyehatkan lambung. Jadi, sehat adalah salah satu efek positif bahagia.

Begitu pula ketika terjadi masalah dalam hubungan pertemanan yang saya jalin. Ada yang pergi dan bersikap memusuhi, bahkan melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Kalau saya sikapi dengan cara yang sama, tidak mengikhlaskannya, saya yakin bakal sakit sendiri. Hanya pikiran bahagia yang membuat hati jadi tenang, sesakit apapun perbuatan yang orang lain lakukan.

Memiliki pikiran bahagia di #Usiacantik merupakan titik di mana puncak pencapaian saya berada di atas pencapaian-pencapaian sebelumnya. Kini, apapun yang saya alami, baik saat senang atau susah, pikiran bahagia membingkainya menjadi indah dan bermakna. 



Hidup ini indah bila pikiran bahagia

Aktif Traveling, Produktif Menulis
Saya tidak membatasi hidup dengan berkeluarga. Saya lakukan juga hal lain yang saya sukai (atas dukungan keluarga), sehingga saya bisa tetap merasa bahagia. Menekuni dunia menulis, bergerak melakukan perjalanan, mengenal tempat-tempat baru, bertemu orang baru, mendapat pengalaman baru, bisa membuat saya merasa muda lagi.

Saya suka menulis, dan blog www.travelerien.com adalah tempat yang asik untuk saya menulis. Hampir 4 tahun terakhir ini saya tekun menjadi penulis perjalanan. Ada lima ratusan tulisan di blog, dan ada 70 tulisan perjalanan di berbagai majalah dan koran. Lalu, siapa sangka lewat tulisan itu mengantarkan saya pada banyak pengalaman berharga yang tidak saya duga sebelumnya. Bahkan berbuah apresiasi dan prestasi, menyandang juara di beberapa lomba menulis yang digelar oleh penyelenggara ternama. Beberapa kali pula memperoleh hadiah berupa sejumlah uang tunai, tiket perjalanan gratis, penginapan gratis, dan gadget-gadget terkini dengan gratis. Tawaran menulis untuk promosi produk pun berdatangan. Alhamdulillah.

Aktivitas traveling dan menulis yang tadinya saya lakukan hanya sebagai hobi, ternyata tak hanya datangkan rasa bahagia, tapi juga rejeki berupa materi. Satu lagi pencapaian di #Usia Cantik yang patut saya syukuri. 

9 dari 70 artikel cerita perjalanan yang pernah dimuat di media cetak ^_^

Perawatan Kulit Wajah untuk Traveler
Aktivitas traveling membuat saya banyak beraktivitas di luar. Sebagai penyuka wisata alam, berhadapan dengan berbagai kondisi cuaca sudah menjadi hal biasa. Kena panas dan debu, kulit pun menjadi kering, kotor, kusam dan bernoda. Jika dibiarkan, wajah bersih berseri tak bisa lagi dimiliki, kekencangan kulit pun ikut menurun.

Lantas, apa saya harus menghindari traveling agar kulit wajah saya terjaga dari segala kemungkinan buruk yang dapat merusak penampilan? Berhenti traveling hanya karena takut tak cantik lagi? Tentu tidak. Itu bukan solusi.

Cantik adalah ketika saya bisa menampilkan segala yang terbaik dari diri. Potensi, keunikan, juga keindahan luar dan dalam dapat menjadi sesuatu yang menginspirasi. Untuk itu, kini saya gunakan produk L’oreal Revitalift Dermalift dari L’Oreal Paris Skin Expert untuk merawat kesehatan dan kecantikan kulit wajah saya. 

Meski sering terkena cuaca panas, kulit wajah yang dirawat tetap bersih berseri

L’oreal Revitalift Dermalift dari L’Oreal Paris Skin Expert terbaru memiliki kandungan tanaman Centella Asiatica. Pro Retinol A dan Dermalift Technology yang terdapat dalam produk ini mampu mengurangi kerutan sebanyak 27% dan meningkatkan kekencangan sebanyak 35% di 8 zona utama wajah (dahi, di antara alis, kontur mata, kerutan ujung luar mata, pipi, garis senyum, rahang, serta leher) yang rawan dan mudah tumbuh garis penuaan. 

  


Untuk membersihkan wajah, saya gunakan L’Oreal Revitalift Milky Cleansing Foam. Bahan aktif pembersihnya bekerja lembut membersihkan kulit wajah dari kotoran dan sisa make-up. Revitalift foam ini juga diperkaya dengan Glycerin yang membantu menghaluskan kulit sehingga tampak lebih halus.  



L’Oreal Revitalift Milky Cleansing Foam

Produk perawatan Revitalift Dermalift dari L’Oreal Paris Skin Expert ini memang tepat untuk saya, karena memang ditujukan untuk perempuan berusia 35 tahun ke atas seperti saya. Di atas usia 35, kemampuan kulit untuk meluruhkan sel kulit matinya sudah berkurang dibandingkan saat usia 20-an. Karena itu kulit wajah pada usia menuju 40 memang mulai harus dibantu untuk proses eksfoliasi yaitu pengangkatan sel-sel kulit mati dari permukaan kulit wajah.

Dengan tetap rutin melakukan rangkaian perawatan wajah, saya tidak takut lagi traveling ke alam bebas. Saya tetap bisa aktif melakukan hal yang saya sukai, dan saya tetap memiliki kulit wajah yang bersih dan terawat di usia saya yang tak lagi muda.

Untuk mendapatkan L’Oreal Paris #RevitaliftDermalift bisa kunjungi http://bit.ly/UsiaCantik




Merayakan #UsiaCantik
Perubahan fisik saat bertambah tua memang tidak bisa dihindari. Tapi bukan berarti jiwa juga harus berubah, kan? Saya bisa tetap merasa bahagia dan produktif bahkan di usia tua.
Saya pun tidak ingin membandingkan diri dengan penampilan dan prestasi orang lain, nanti jadi malah tertekan. Yang penting adalah tetap sehat, aktif, produktif, dan tampil sebaik mungkin.

Saya percaya kebahagiaan itu datang dari dalam diri sendiri. Dari pikiran bahagia, dari rasa syukur akan nikmat sekecil apapun yang Tuhan beri. Rayakan segala hal yang telah terjadi dalam takdir kehidupan ini, termasuk merayakan #UsiaCantik dengan pikiran bahagia.

Tetap menarik di berapapun usia, lebih berarti dari sekedar awet muda.  So, jalani #UsiaCantik dengan pikiran bahagia agar kebahagiaan selalu ada di berapapun usia.  


Bahagia di #UsiaCantik

Punya kisah tentang masa #UsiaCantik juga? Yuk tuliskan cerita usia cantik yang inspiratif dan dapatkan hadiah menarik dari L’Oreal Paris Skin Expert. baca ketentuannya di http://bit.ly/usiacantik_blogcomp

Akan ada reward dari Loreal Paris Skin Expert untuk kisah yang paling menginspirasi.

Gerakan #UsiaCantik ini sepenuhnya didukung oleh L’Oreal Paris Revitalift Dermalift.

Jejak Foto dari Kamera Digital di Media Cetak

$
0
0

Kamera merupakan salah satu barang penting yang mesti dibawa ketika jalan-jalan. Dengan kamera, pejalan bisa mengabadikan banyak tempat dan momen yang ditemui di perjalanan. Foto yang didapat jadi oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumah. Bisa jadi bahan untuk cerita kepada keluarga. Bisa jadi kenangan untuk di masa yang akan datang. Bisa jadi pelengkap cerita saat menulis di blog.

Dulu waktu awal-awal suka jalan, kamera digital andalan yang saya pakai jenis kamera saku. Kecil, ringan dan mudah dibawa-bawa. Kameranya awet. Sampai sekarang masih ada. Sudah saya pakai untuk motret banyak momen di tempat-tempat yang saya kunjungi, baik saat jalan bersama keluarga maupun teman.

Sekarang saya memang sudah punya kamera DSLR. Lebih sering digunakan jika jalan-jalan. Tapi bukan berarti kamera saku ditinggalkan. Masih lumayan sering dipakai. Alasannya karena ga ribet he he. Tidak perlu dibawa pakai tas kamera ukuran besar. Kamera tinggal dimasukkan saku, atau dimasukkan dalam tas yang biasa buat menaruh dompet. Praktis.

Kalo bawa kamera DSLR, tasnya mesti begini nih :D *foto Yopie Pangkey*

Album Foto dari Kamera Saku
Dalam eksternal hardisk saya, dari semua album foto, separuhnya diambil dengan kamera saku. Ternyata banyak foto kenangan di dalamnya. Banyak kisah menarik. Banyak cerita manis. Dari dulu memang hobi bikin foto. Tapi sekedar foto buat disimpan. Bukan untuk diupload di blog atau medsos seperti sekarang ini. Apalagi buat dijual. Siapa juga yang mau beli :p

Foto lama memang tidak diniatkan untuk ikutan di-share ke dunia maya seperti foto-foto terbaru. Biar saja ‘hidup’ di tempatnya, sesuai jamannya. Hanya beberapa foto-foto terakhir saat jalan-jalan bareng teman, saya keluarkan sebagian, saya upload di Instagram. Beberapa di antaranya waktu ke Lombok dan Kepulauan Derawan. Karena menampakkan keindahan wisata Indonesia, makanya saya masukkan dalam galeri foto online bernama Instagram.

Foto waktu jalan-jalan ke Kepulauan Derawan ternyata banyak banget. Setelah dingat-ingat,  beberapa di antaranya pernah dimuat di majalah Pesona, Flona, Paras, dan Cita-Cinta. Padahal kualitas fotonya sih standar banget, tak sebagus hasil jepretan kamera DSLR. Tapi Alhamdulillah dimuat pasti karena memenuhi unsur enak dilihat ya he he.

Kenang-kenangan motret pakai kamera saku saat jalan-jalan di Pulau Maratua

Tahun 2013, saya liburan ke Lombok selama lima hari bareng teman-teman muslimah backpacker. Nah, lima hari. Kebayang kan berapa banyak saya dapat foto. Jika dalam satu hari kami mendatangi beberapa tempat, termasuk kulineran di beberapa tempat (pagi, siang, malam), berapa banyak foto yang saya dapat selama 5 hari?

Sayangnya, suatu hari ketika foto-foto itu saya jadikan pelengkap cerita perjalanan untuk media cetak, dari sekian banyak foto Lombok hanya sedikit saja yang diterima. Alasannya karena sudut pengambilan yang kurang bagus. Ukuran foto yang tidak sesuai dengan syarat yang mereka tentukan, dan lain-lain semacam itu. Hanya ada dua media yang pernah memuat foto Lombok yaitu Koran Pikiran Rakyat dan Majalah Femina. 

Jepretan dari kamera saku dimuat di Femina no. 51 – Des 2014

Foto-foto dari kamera saku di Femina No.51 - Des 2014 : Wisata Lombok

Sebenarnya tidak sangka lho Femina mau muat. Syarat foto untuk majalah satu ini cukup ketat. Foto jepretan kamera saku saya itu benar-benar apa adanya, sederhana banget. Tapi entahlah, akhirnya diterima.  

Tahun 2014 saya liburan ke Kepulauan Derawan. Pergi selama lima hari lagi. Bareng sekitar 30 orang. Ramai! Lima hari dapat banyak foto. Mungkin ada sekitar seribu foto. Karena waktu itu banyak tempat yang dikunjungi, bagus-bagus semua, saya tertarik menuliskannya untuk media cetak. Alhamdulillah ada empat majalah yang mau muat. Dan hampir semua foto yang dimuat adalah foto jepretan kamera saku saya yang lama itu. Sebagai penulis pemula yang baru terjun ke media cetak, girang tak terkira dong rasanya hehe. 


CitaCinta 13- Juni 2014 : Menjejak Bohe Silian


Flona 139 Juli 2014: Berjumpa Bekantan di Tarakan

Flona 138 Juni 2014: Berenang Bersama Ubur-ubur Langka di Pulau Kakaban


Flona 141 Sept 2014: Menyelam Bersama Penyu Raksasa di Pulau Maratua


Flona 141 Sept 2014: Menyelam Bersama Penyu Raksasa di Pulau Maratua


Paras 132 Okt 2014: Maratua, Pulau Romantis di Kepulauan Derawan


Paras 132 Okt 2014: Maratua, Pulau Romantis di Kepulauan Derawan

Tahun 2012 saya liburan ke Gunung Bromo di Jawa Timur. Pakai kamera saku juga. Banyak dapat foto. Dan menurut mata saya yang tak setajam dan seindah mata fotografer, foto jepretan saya bagus-bagus dong. Bagus itu kan subjektif yaw :p

Senangnya nih, foto-foto di Gunung Bromo itu nampang di Majalah Scarf. Scarf adalah majalah pertama (media cetak pertama) yang memuat tulisan dan foto saya. Inilah titik awal saya sebagai penulis cerita perjalanan. Setelah itu baru saya menembus media cetak lainnya hingga sekarang. Belum banyak sih, baru ada 70 tulisan saja yang pernah dimuat. Belum sampai seratus.


Scarf Vol 7 - 2014: Bromo Keajaiban Alam Penuh Keindahan

Nah, inilah cerita saya tentang kamera digital andalan sebelum saya menggunakan kamera DSLR. Kamera saku kesayangan yang pernah menemani saya menyalurkan hobi motret dan jalan-jalan. 


Apapun jenis kameranya, gunakan sebaik mungkin, jadikan alat untuk membuat karya positif :)

Kamu punya cerita tentang kamera kesayanganmu?



*adv

12 Tempat Wisata Kuliner di Belitung

$
0
0
wisata kuliner belitung
Wisata Kuliner Belitung

Belitung dengan segala pesonanya, tak diragukan lagi keindahannya. Pantai-pantainya menawan, panorama bawah lautnya pun menakjubkan. Sejarah dan budayanya menarik. Kuliner tradisionalnya beragam, citarasa lokalnya sedap tak terbantahkan. Orang-orangnya pun ramah, menyenangkan diajak bicara. Suasana kotanya tenang, setenang tempat tinggal saya sewaktu kecil di Komplek Pertamina Pendopo, Sumsel. Berada di Tanjung Pandan, seperti sedang pulang kampung. Mungkin hal inilah yang membuat saya betah, hingga tiga kali ke Belitung, tak jua bosan.

Cerita tentang wisata Belitung kali ini seputar tempat kuliner yang pernah saya kunjungi pada September 2015 (3 hari), Mei 2016 (5 hari), dan Juli 2016 (3 hari). Total 11 hari. Meski demikian, belum semua tempat kuliner di Belitung saya datangi. Tapi dengan informasi yang masih sedikit ini, semoga berguna untuk teman-teman yang berencana liburan ke Belitung.

Masakan Gangan dan Mie Belitung merupakan kuliner khas paling populer di Belitung. Kuliner ini bisa ditemui di banyak tempat. Coba juga makanan lainnya seperti Pempek Belitung dan aneka seafood. Minuman Es Jeruk Kunci Belitung amat segar untuk membasahi tenggorokan saat jalan-jalan di Belitung. Jangan lupa mampir ke warung kopi, nikmati Kopi O ala negeri seribu warung kopi dalam suasana hangat khas masyarakat Melayu.


Mie Belitung Atep
Jl. Sriwijaya No. 27 Tanjung Pandan Belitung Telp: 0719-21464

Tiga kali ke Belitung, saya selalu berangkat dari Jakarta dengan penerbangan pagi. Sesampainya di Bandara H.A.S Hanandjoeddin, biasanya langsung diajak meluncur ke pusat Kota Tanjung Pandan untuk menyantap Mie Belitung. Menu ini memang cocok untuk sarapan, jadi bekal sebelum memulai perjalanan wisata keliling Belitung. 

Mie Belitung terbuat dari mie kuning yang disiram dengan kuah kaldu udang. Dalam mie ada campuran udang, potongan tahu, tauge, emping, dan timun. Kuahnya agak kental dan terasa manis. Minumannya Es Jeruk Kunci. Minuman khas Belitung. Rasanya enak, dingin dan menyegarkan. 

Mie kuning campur udang, tahu, kentang, emping, dan timun

Es Jeruk Kunci pasangan serasi Mie Belitung

Makan Mie Belitung bareng kawan-kawan - 01 Mei 2016

Di depan warung Mie Belitung Atep - 01 Mei 2016

RM Fega di Manggar (Belitung Food)
Jl. Jend. Sudirman, Baru, Manggar, Belitung Telp: 0719-91114

Baca juga : Menikmati Kuliner Belitung di RM Fega

Belitung dikenal juga dengan nama Negeri Laskar Pelangi. Wisatawan yang datang biasanya tak melewatkan berkunjung melihat replika SD Laskar Pelangi dan Museum Andrea Hirata yang terletak di Belitung Timur. Memang tak bisa dipungkiri, novel dan film Laskar Pelangi yang sangat terkenal itulah yang mendongkrak pariwisata Belitung. Nah, jika sejak pagi sampai siang berada di kedua objek wisata itu, untuk makan siangnya coba mampir ke RM. Fega. Rumah makan ini berada di dekat bundaran Tugu Negeri 1001 Warung Kopi. Tugu tersebut berbentuk teko dan cangkir kopi berukuran besar. Mudah ditemukan.

Suasana asri rumah makan Fega cocok sekali untuk melepas lelah, lapar dan dahaga. Terletak tepat di pinggir danau yang sejuk, dikelilingi taman yang cantik, angin semilir pun kerap berhembus sepoi-sepoi. Masakannya pun enak-enak. Di sini bisa nikmati menu andalan Gangan Ikan  (gulai ikan khas Belitung) dan aneka masakan lain seperti ikan bulat bakar, udang goreng tepung, sate ayam bumbu kacang, sayur kangkung renyah, dan menu favorit lainnya.

Gangan Ikan

Menu di RM. Fega

Makan bareng kawan-kawan - 01 Mei 2016

Restoran Fega berbentuk kapal

RM. Timpo Duluk (Belitung Food)
Jalan Lettu Mad Daud No. 22, Kampung Parit, Tanjung Pandan, Belitung Telp: 0719-9223242 Buka mulai pukul 11.00 WIB - 22.00 WIB

Baca cerita lengkapnya di : Tradisi Makan Bedulang di RM Timpo Duluk

Rumah makan ini menempati Rumah Tradisional Melayu Belitong. Bangunannya merupakan warisan budaya yang dilindungi oleh pemerintah Kab. Belitung. Resep yang disajikan sudah sejak 1918. Yang menarik, tampilan ruang makannya. Dihiasi banyak pernak-pernik unik dan jadul. Mulai dari alat perikanan, alat pertanian hingga perabotan dapur. Ada tampa, topi caping, alat penangkap ikan, bakul nasi, sendok batok kelapa, dayung, golok, cetakan kue, terompah, bubu, ambung, sampai sepeda ontel jaman belanda pun dipajang.

Makanan dihidangkan dalam satu nampan besar yang disebut dulang dan ditutup dengan tudung saji. Menunya berupa Gangan Ikan, tersedia pula Gangan Sapi. Menu lainnya adalah ikan bebulus, oseng-oseng, sate ikan, ayam ketumbar, sambal sere (serai) dan lalapan (daun singkong+timun). Saya paling suka ikan bebulusnya. Gurih dan garing. Sambal serainya mantap. 

Makanan disajikan dalam dulang

Makan bareng kawan-kawan di RM.Timpo Duluk - 01 Mei 2016

Dindingnya penuh hiasan

Restoran Pulau Kepayang (Belitung Food)
 
Baca : Singgah Makan di Pulau Kepayang

Sajian wisata bahari berupa aktivitas jelajah pulau menjadi jualan utama Belitung. Ada beberapa pulau yang bisa dikunjungi seperti Pulau Batu Garuda, Pulau Batu Berlayar, Pulau Lengkuas, Pulau Kepayang. Pulau-pulau tersebut bisa dijelajahi dalam sehari karena saling berdekatan. Wisatawan biasanya berangkat dari Pantai Tanjung Kelayang. Nah, saat sedang melakukan jelajah pulau, biasanya wisatawan singgah ke Pulau Kepayang untuk makan siang.

Meski tidak dihuni oleh penduduk, Pulau Kepayang memiliki dua rumah makan dan penginapan. Dua rumah makannya tidak berdekatan. Berjarak sekitar 2 kilometer, masing-masing dekat dengan area pantai. Di sinilah para pelancong bersantai sambil menikmati makanan khas Belitung. Tersedia juga kamar mandi dan toilet yang banyak. Sengaja disediakan agar pengunjung yang datang dalam keadaan basah (usai snorkeling) bisa ganti baju kering saat makan. Tersedia pula mushola.

Di akhir pekan biasanya kedua rumah makan selalu penuh pengunjung. Sedangkan di hari biasa, hanya satu rumah makan yang buka. Menu yang tersedia sama seperti rumah makan pada umumnya yang ada di daratan utama Belitung. Ada menu Gangan dan aneka masakan seafood. Minumannya air kelapa muda utuh dari pohon kelapa yang banyak tumbuh di pulau.

Menunya banyak. Dari ikan, udang, kepiting, sampe cumi

Makan bareng di Pulau Kepayang - 02 Mei 2016

Senangnya bisa jalan bareng dan makan bareng kawan-kawanku ini

Ini resto satunya di Pulau Kepayang, berlantai pasir :D

Pulau Kepayang - Sept 2015

Sudah pernah kulineran di Pulau Kepayang?

RM. Berage (Belitung Food)
Jl. Raya Sijuk No. 31, Air Merbau, Tanjung Pandan, Belitung Telp: 0719-23780

Malam hari usai jelajah pulau makan di mana? Banyak pilihan. Coba juga RM Berage. Rumah makan ini menyajikan menu andalan khas Belitung yakni Gangan. Memang sih lagi-lagi gangan, lagi-lagi gangan. Tapi buat penyuka ikan, masakan gulai ini tetap disukai kapan pun. Menu lainnya ada udang asam manis, cumi goreng tepung, ikan bulat bakar, lalapan dan sambal serai khas Belitung.  

 
Menu di RM Berage: Gangan Daging, Cumi Goreng Tepung, Udang rica-rica, Ikan Bulat Bakar

Makan bareng di Berage - 02 Mei 2016

Restoran Dynasty (Chinese Seafood)
Jln. Dr. Susilo Tanjung Pandan Belitung

Salah satu restoran Cina terbaik di Belitung. Menyediakan menu chinese seafood. Nah, sebagai selingan biar tidak gangan lagi, coba deh ke restoran ini. Kepiting isi, sup bakso ikan, capcay isi udang dan cumi adalah menu-menu yang bisa dinikmati di sini. Kepiting saosnya sangat lezat. Selain lezat, porsi menunya rata-rata besar. Buat berdua saja kebanyakan. Kami makan di restoran ini malam hari, seusai berlelah-lelah jelajah pulau. Sampai kota lapar, dibawa ke sini langsung makan. Semua menu yang dipesan menu halal (kata mas Romi), olahan seafood semua. Moga beneran halal. Kalau tidak halal (saya belum cek lagi), restoran ini saya rekomendasikan buat yang non muslim saja ya. Oh ya, saya makan di sini waktu pertama kali ke Belitung (Sept 2015). Pada kunjungan berikutnya (Mei dan Juli 2016), sudah tidak mampir lagi ke sini. 

Kepiting isi, sup bakso ikan, capcay seafood, gurame asam manis

Makan bareng mbak Samsiah di Restoran Dynasty - Sept 2015

Kong Djie Coffee
Terletak di persimpangan Siburik, Jalan Gegedek, Belitung Barat.

Warung Kopi Kong Djie sudah berdiri sejak sebelum Indonesia merdeka. Tepatnya 1943. Pemiliknya kala itu bernama Ho Kong Djie, lelaki berdarah Tionghoa yang merupakan perantau asal Pulau Bangka. Saya kemari bersama Pak Toto, Mas Yopie, dan supir. Warungnya terlihat sederhana. Bisa dimasuki dari 2 pintu pada sisi yang berbeda. Tempatnya sangat dekat dengan jalan raya. Tak ada jarak. Tak ada ruang untuk parkir mobil. Hanya bisa untuk motor, itu pun terbatas.

Ada 3 petak ruangan. Salah satu petak campur dengan dapur. Suasana dapurnya terlihat sejak pertama kali masuk. Teko-teko besar model jadul seperti sengaja di taruh depan jendela. Dari lubang ceretnya keluar asap, berasal dari air panas mendidih yang ada di dalamnya. Para pria duduk di bangku panjang, menghadap lemari kaca berisi makanan.

Kalau tak tahan asap rokok, jangan masuk ke warung ini. Pria-pria mengobrol, asap rokok mengepul. Sementara kopi pahit Kong Djie, bahagia berada dalam gelas di antara para peminum kopi. Tanpa sofa, tanpa AC, tanpa balutan interior berkelas. Tapi di sinilah orisinilitas sebuah warung kopi. Meski berkeringat, tetap menyeruput kopi. Dan orang-orang tetap datang silih berganti. 

Kedai kopi legendaris di persimpangan jalan

Secangkir kopi untuk secangkir kisah

Pengunjung kedai kopi Kong Djie

Kong Djie Coffee – Pantai Tanjung Pendam
Kedai Kopi Kong Djie terus berkembang, kini sudah ada 6 cabang yang sudah berdiri. Bak starbuck-nya Belitung. Salah satunya di kawasan Pantai Tanjung Pendam. Tempatnya lumayan buat tempat nongkrong sore-sore atau malam hari. Pagi atau siang juga oke, ngopi sambil nikmati makanan ringan seperti pisgor tabur coklat keju. Suasana ala kafe lumayan nyaman buat bersantai. Setidaknya tidak sempit dan penuh asap rokok seperti kedai di persimpangan Siburik. 
Ceret tinggi seperti ini sudah jadi ciri Warung Kopi Kong Djie - (foto Yopie.P)

Di antara kami bertiga, cuma satu orang yang minum kopi O. Bisa tebak punya siapa?

Ngopi Kong Djie sambil pesan makanan di Unique Bistro ini enak juga

Warung Kopi Ake
Kawasan Kafe Senang Tanjung Pandan.

Konon katanya ini adalah warung kopi tertua di Tanjung Pandan. Menurut pemiliknya, Ake, Warung Kopi Ake didirikan oleh kakeknya bernama Abok pada tahun 1922. Pak Ake adalah generasi ketiga yang meneruskan usaha warkop ini dari ayahnya, Akiong. Hampir semua peralatan untuk meracik kopi masih menggunakan peralatan asli, seperti ketel, tempat air, maupun alas meja yang menggunakan plat besi bertuliskan iklan bir. Demikian juga meja dan kursi pengunjung, semuanya masih asli. Warung yang ada saat ini sudah berupa ruko bertingkat dua. Dulunya hanya warung kecil pinggir jalan. Setelah direnovasi, akhirnya berubah seperti sekarang.

Saya baru tiga kali ke warung ini. Pertama bareng Mbak Samsiah (Sept 2015), kedua bareng Hari dkk (Mei 2016), ketiga bareng Mas Yopie (Juli 2016).  Seperti biasa, karena saya bukan peminum kopi, dan memang harus hindari kopi demi lambung, saya cuma temani orang minum kopi sambil menyeruput teh bunga. Yang menyeduh kopi pesanan mas Yopie adalah Koh Willy, keturunan ke-empat warung kopi Ake. 

Baca juga versi yopiefranz.com : Romantika Warung Kopi Belitung

Dari pagi sampai malam, warung ini tak pernah sepi. Pengunjungnya silih berganti. Sepertinya memang tak ada hari yang tak diawali dan diakhiri dengan segelas kopi. Begitulah ciri khas masyarakat Belitung, terutama kaum pria.
Bangku dan meja masih asli seperti pertama warung berdiri tahun 1912

Kopi Ake dan telur setengah matang

Koh Akiong setia melestarikan Warung Kopi Ake

Restoran Pulau Leebong
Sudah pernah berkunjung ke Pulau Leebong? 

Pulau menawan yang terletak sekitar 3 km dari pesisir Belitung Barat ini punya daya tarik yang amat memikat. Kalau teman-teman bermalam di sana, nikmati semua keindahan, keasyikan, dan suasana yang ditawarkannya, yakin deh bakal malas pulang ke kota asal. Kenapa saya sebut demikian?

Baca dulu ceritanya di sini : 
Pulang Leebong

Bicara tentang kuliner, tentu jadi hal penting ketika kita berkunjung ke suatu pulau yang menawarkan pengalaman berlibur yang menyenangkan. Jangan khawatir, Pulau Leebong memiliki restoran yang menyajikan menu berkelas. Dari makanan Belitung, Nusantara, hingga Chinesefood, semua bisa disediakan. Mau menu lain? Bisa. Tinggal pesan saja sebelum kedatangan. Nanti disiapkan.

Berlibur tanpa menginap atau dengan menginap tetap bisa nikmati kuliner yang dimasak dengan cakap oleh koki berpengalaman restoran Pulau Leebong. Makanan enak, disantap di tempat yang sekelilingnya dipenuhi suguhan alam yang menawan, enaknya makan jadi berlipat-lipat. Mau tahu menunya? Lihat foto-foto berikut. 

Menu di restoran Pulau Leebong : Sup Bakso Ikan, Gurame Asam Manis, Ayam Kecap, Tumis Toge (Mei 2016)

Menu Belitung Gangan, Tumis Kangkung Renyah, Pizza  (Juli 2016)

Saya suka sekali sarapan dengan nasi ayam gurih ini (Juli 2016)

Suasana di Restoran Pulau Leebong - Juli 2016 - Foto oleh Yopie.P

RM. Sari (Belitung Food)
Jl. Irian, Kelurahan Kota, Kecamatan Tanjung Pandan. HP: 081929729096

Baiklah, mari kita perjelas tentang Gangan. Gangan merupakan masakan berbahan dasar ikan laut yang kaya akan kunyit dan lengkuas (bahan lengkapnya lihat foto di bawah). Bumbu tersebut digoreng terlebih dahulu sebelum dicampur air. Tujuannya agar rasa kunyit dan lengkuas tidak dominan. Terakhir baru masukkan cabai supaya rasa pedasnya keluar. Begitulah rahasia memasak gangan yang selama ini saya makan di Belitung.

Nah, menurut Pak Toto Leebong, resep Gangan Belitung kini terbagi 3 macam yaitu resep asli, resep modifikasi, dan resep ala oriental. Pak Toto menyarankan, jika ingin menyantap Gangan dengan resep asli, maka datanglah ke RM. Sari.
 

Tempat makan RM. Sari menempati bagian teras rumah. Meski tidak terlalu luas tapi tempat duduknya cukup banyak. Pengunjung yang datang ramai. Dari pakaiannya kebanyakan seperti pegawai kantoran. Dapur tempat mengolah makanan terbuka, dekat area makan. Saya bisa lihat ibu-ibu bekerja mengulek bumbu, membuat sambal, menggoreng ikan, bahkan memasak Gangan. 

Kita bisa memesan gangan ikan bagian kepala, ekor, atau badan. Mau pedas atau tidak bisa disesuaikan dengan selera. Seperti biasa, sajian gangan dilengkapi dengan sambal dan lalap. Jika ingin menu lain, bisa pesan ikan goreng. Saat itu kami pesan dua macam, gulai dan goreng. Sedaaap!
Ini lho bahan-bahan Gangan

Sedang meracik dan menghaluskann bumbu Gangan

Makan siang yang lezat

Makan bareng Pak Toto, Mas Yopie, dan supir

Hanggar 21
Jl.Sudirman KM.11,8 Buluh Tumbang, Tanjung Pandan
Reservation: 0819-29789889, 08117111689 Email: hotelhanggar21@gmail.com

Baca tulisan saya: Restoran dan Hotel Hanggar 21 Belitung

Dekat bandara, itulah kelebihan Hanggar 21. Yang baru mendarat di Belitung, atau yang mau ke bandara, tapi pesawat masih lama, menunggu di sini saja dulu. Tidak sekedar singgah dan duduk tentunya, tapi bisa sambil nikmati bermacam kuliner seperti Mie Belitung Atep, Pempek Belitung, Kopi Kong Djie, Es Jeruk Kunci, bahkan Gangan Sari. Dalam satu tempat, kuliner-kuliner andalan Belitung bisa dipesan di sini.
Minuman es cincau susu, manis dan menyegarkan

Kudapan pisang goreng tabur keju mesis

Sedia Pempek Belitung

Sedia Mie Belitung Atep


Suasana nyaman kafe Hanggar dijamin bikin betah. Suasana alam sekitarnya asri, udaranya pun sejuk. Di belakang kafe, agak jauh, berderet puncak-puncak bukit yang menghijau oleh pepohonan. Bikin mata betah memandangnya. Ketimbang duduk-duduk di bandara belum ada kafe/resto, ya mending di Hanggar. Bisa duduk santai dan tenang, nggak berisik.

Buat yang butuh penginapan juga bisa pesan kamar di sini. Ada beberapa tipe kamar dengan harga sepadan. Hotel dan cafenya sama bersih. Bikin betah.
Taman air di belakang Restoran Hanggar

Restoran Hanggar 21

Nah, itulah beberapa tempat kuliner di Belitung yang pernah saya kunjungi. Semoga bisa jadi referensi buat teman-teman yang akan berlibur di Belitung. Kalau ada tempat kuliner lainnya yang teman-teman ketahui dan pernah dikunjungi, silakan tambahkan dalam kolom komentar. Terima kasih sebelumnya ^_^

Yuk berwisata ke Belitung.


***



Tour Belitung September 2015  dan Mei 2016 bersama ViscaTour
Tour Leebong Juli 2016 bersama Leebong Island

Demo Masak Seru Bersama Bungasari di Pameran SIAL Interfood 2016

$
0
0
SIAL Interfood 2016

Rabu tgl. 09 Nopember kemarin saya hadir di pameran SIAL Interfood 2016. Pameran dibidang industri makanan dan minuman ini dipersembahkan oleh SIAL Group dan KRISTA Exhibitions bertajuk The 16th International Exhibition on Food & Beverage, Bakery, Ingredients, HORECA, Equipments, Technology and Services. Pameran berlangsung mulai 9–12 November 2016 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Indonesia.

Sebagai informasi, SIAL GROUP merupakan pameran makanan dengan jaringan terbesar di dunia dengan 50 tahun pengalaman. Sedangkan INTERFOOD adalah pameran makanan dan minuman terkemuka di Indonesia yang telah berjalan selama 16 tahun. Pameran SIAL INTERFOOD 2016 ini diikuti oleh 800 perusahaan dari dalam dan luar negeri dari 33 negara.

Saya datang di hari pertama. Karena merasa sangat antusias, berangkat jam 7.30 dari BSD, jam 9 pagi saya sudah di PRJ. Pamerannya sendiri baru buka jam 10 pagi. Saya punya waktu 1 jam untuk mengurus tiket masuk.

Harga tiket masuk pengunjung sebesar Rp 150.000,- Kalau beli online katanya gratis. Nah, kemarin saya juga beli online. Datang hanya bawa print-an tiket yang dikirim lewat email, lalu ditukar dengan badge di tempat registrasi yang tersebar di depan masing-masing hall. Saat registrasi masih sepi. Proses penukaran tiket pun cepat, tak sampai 2 menit. Saat pengunjung mulai ramai, antrian registrasi mulai panjang. Baiknya memang datang lebih awal agar terhindar dari lamanya antrian. 
Registrasi dulu sebelum masuk

Pameran dibuka dari pukul 10.00-19.00 WIB. Para pengunjung dapat melakukan registrasi online untuk tiket masuk pameran: http://sialinterfood.com/visit/visitor-reservation. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi via telepon di 021-634 5861/62, email: info@kristamedia.com dan klik website www. kristamedia.com

Tepat jam 10 saya masuk Hall D. Karena masih pagi suasana di dalam masih agak sepi. Kru dari masing-masing booth tampak sedang bersiap-siap meyambut pengunjung. Tiap booth menampilkan produk-produk terbaiknya. Berbagai peralatan pembuat makanan/minuman, alat masak canggih dari ukuran kecil sampai besar, bermacam bahan pembuat makanan dan minuman, hingga aneka produk makanan dan minuman jadi, dipajang dalam booth yang ditata dengan sangat modern dan apik.

Sebagai orang yang baru pertama kali datang ke pameran semacam ini, tentu saya kagum. Pameran ini bagai ‘surganya’ para pecinta makanan/minuman, pehobi masak, dan pebisnis kuliner. 


Hall D itu sangat luas. Tapi ada map yang disediakan panitia, sehingga tidak sulit mencari booth brand atau produk yang dicari. Saya berjalan dari blok ke blok. Lalu sampailah di booth Bungasari Flour Mills yang terletak di Hall D Blok DE 305. Saya berhenti. Cukup terkejut melihat boothnya begitu besar dan megah. Bahkan bertingkat 2. Beda sendiri dari booth booth lainnya.

Ada alasan yang membuat saya tak melanjutkan langkah untuk keliling, karena teringat dua minggu sebelumnya pernah ikut baking class di @dapurinovasibungasari. Kegiatan yang saya ikuti tersebut membuat saya terkesan dan jadi terinspirasi untuk mencoba membuat makanan sendiri, terutama dalam hal membuat roti.

Baca juga : Belajar Membuat Roti di Dapur Inovasi Bungasari
 
Booth Bungasari Flour Mills

Booth Bungasari menampilkan produk tepung unggulannya. Juga contoh-contoh roti yang dibuat dengan tepung-tepung Bungasari. Tak hanya memamerkan produk terbaiknya, Bungasari juga menampilkan demo masak bersama chef-chef handal dan terkenal, maupun chef dari @dapurinovasibungasari itu sendiri. Acara seru ini berlangsung selama pameran berlangsung yaitu demo masak.

Hari itu chef yang tampil adalah Chef Achen (chef Ny. Liem), ditemani para chef dari Bungasari. Saat demo masak, pengunjung bisa berinteraksi dengan para chef, tanya-tanya, melihat proses demi proses sampai makanan jadi, bahkan bisa icip-icip makanan yang sudah jadi. Disela-sela demo masak, ada kuis-kuis untuk pengunjung. Hadiahnya beragam lho.

Booth Bungasari Flour Mills



Usher Booth Bungasari ^_^

Saya tergoda untuk berlama-lama. Apalagi saat pengunjung yang terdiri dari ibu-ibu mulai merapat di area demo masak, saya ikut mendekat. Penasaran juga ingin tahu apa yang akan dibuat oleh chef Achen. Mumpung gratis ya, bisa dapat ilmu masak dari chef chef handal. Kapan lagi coba.

Jam 11 demo masak dimulai. Dari lembaran brosur yang dibagikan oleh para usher cantik Bungasari, saya jadi tahu makanan apa saja yang akan dibuat. Ada Pastel Ulir, Es Teler Cake, dan Lumpia Manado.



Chef Achen (Ny. Liem)
Demo masak 3 resep bersama chef Achen dan Bungasari

Makanan yang pertama dibuat adalah Pastel Ulir. Makanan satu ini terdiri dari 2 bahan utama, yaitu bahan untuk kulit dan bahan untuk isi. Bahan untuk kulit menggunakan tepung terigu Bola Salju Bungasari. Bahan untuk kulit dibuat menjadi dua bagian, yaitu bahan dengan adonan air dan bahan dengan adonan lemak. 


Dua chef bekerja, masing-masing membuat bahan adonan yang berbeda. Sementara chef lain membuat bahan isi. Sampai akhirnya pastel ulir pun jadi. Para pengunjung yang menyaksikan dapat bagian. Ikut icip-icip. Termasuk saya. Suka banget sama kulitnya. Garing dan renyah. 
Demo masak, chef sibuk, pengunjung antusias memadati meja demo


Keenakan nih icip-icip Pastel Ulir yang masih panas :D *Foto oleh Febryan*

Resep berikutnya Es Teler Cake. Jadi penasaran sendiri dengan makanan satu ini. Seketika langsung membayangkan es teler.  Seperti apa wujud es teler cake? Chef kembali beraksi. Para pengunjung makin ramai. Saya mundur agak ke belakang. Tapi tetap bisa melihat meja demo. Cake dibuat dulu dengan menggunakan Tepung Terigu Bola Salju Bungasari. Setelah cake jadi, bagian luarnya dilapisi dengan butter cream. 


Untuk toppingnya ada buah nangka, nata de coco, pudding kelapa dan kelapa. Melihat hasil akhirnya sukses bikin saya ngiler. Sayangnya saat chef membagikan cake untuk diicip-icip pengunjung, saya malah pergi ke sisi lain booth, jadi ketinggalan deh he he 




Proses bikin es teler cake


Es Teler Cake




Sebelum memasuki jam makan siang, ada satu resep lagi yang dibuat oleh Chef Achen dkk yaitu Lumpia Manado. Tepung untuk membuat kulit lumpia menggunakan Tepung Terigu Bola Salju. Melihat cara membuat kulitnya kok tampak gampang ya. Bisa tipis dan tidak robek. Saya pernah coba bikin kulit lumpia, gagal terus. Tergantung bahan tepung dan cara meramu bahan kali ya.

Isi Lumpia Manado terdiri dari wortel, bengkuang, buncis, daging dada ayam. Semua isian itu ditumis bersama bawang merah, bawang putih, ebi, daun seledri, daun bawang, chicken powder, garam, gula pasir, merica, kecap asin, dan kecap manis. Saat ditumis, aroma harum bumbu memenuhi udara sekitar booth. Bikin laper :D 



Proses bikin Lumpia Manado


Ibu-ibu antusias dan tetap semangat nyimak demok masak Chef Achen


Enak banget Lumpia Manado-nya

Lumpianya bisa dimakan tanpa digoreng. Digoreng pasti lebih enak sih menurut saya. saat icip-icip, dapat sambalnya juga. Buat cocolan lumpia. Suka banget sama lumpia satu ini, isiannya itu lho, sedap banget. Sambel buat cocolannya juga pas, ga terlalu pedas.

Usai jam makan siang demo masak masih berlanjut. Tapi kali ini dengan chef lain. Chef Achen sudah selesai. Resep yang dibuat adalah kukis. Sayangnya saya tidak melihat dari awal karena saat itu sedang makan siang. Saat kembali ke booth, kukis sudah siap dipanggang. Bahkan, beberapa sudah jadi. Saya tahunya pas Chef Kelik bagi-bagi kukis. Ternyata itu adalah kukis yang tidak sempat saya lihat cara membuatnya.  



Demo masak bikin kukis


Gampang lihat bikinnya, giliran praktek sendiri kok jadi susah ya :D


Digepengkan dengan garpu


Kukis sudah jadi, dibagi-bagikan ke pengunjung booth

Demo masak berikutnya adalah cara membuat Bali Naked Wedding Cake. Mulainya kalau ga salah jam 2. Yang demo ibu-ibu dari NCC (Natural Cooking Club). Ramai yang berpartisipasi. Ada sekitar 6 orang. Mungkin biar pengerjaannya cepat ya. Oh ya, nama kuenya bikin penasaran ya :D. Akhirnya jadi nyimak deh cara bikinnya.

Saat ibu-ibu lagi pada serius bikin kue yang lapisannya banyak sekali itu (biar tinggi katanya), ada tamu kehormatan datang. Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan Mr. Grant Lutz, presdir Bungasari. Beliau ditemani oleh Mr. Takuya Mori, vice presdir Bungasari. Dua orang penting ini masuk ke area demo masak, bergabung dengan ibu-ibu NCC. Menyapa para pengunjung yang memadati meja demo. Bahkan ikut menghias wedding cake yang sudah tersusun menjulang di atas meja. 



Ibu-ibu dari NCC berbagi mau demo masak Bali Naked Wedding Cake


Cake-nya berlapis-lapis dan dibuat tinggi


Mr. Grant (Presdir Bungasari) didampingi Mr. Takuya Mori, menghias wedding cake

Selain membuat Bali Naked Wedding Cake, ibu-ibu NCC juga membuat Hummingbird Cake. Ini cake kesukaan saya banget lho. Kenapa? Karena menggunakan pisang dan nanas dalam adonannya. Dua buah ini adalah buah favorit yang saya suka bila berada dalam kue.

Senang sekali berada di booth Bungasari ini. Banyak dapat ilmu. Jadi makin paham soal jenis-jenis tepung yang cocok untuk membuat suatu makanan. Melihat langsung cara membuat makanan itu bikin saya dapat pencerahan juga lho. Jadi punya ide bikin makanan buat orang di rumah. 



Tepung Golden Eagle ini cocok untuk berbagai jenis roti dan mie basah

Di sela-sela demo masak, chef Bungasari juga sambil menerangkan tentang jenis-jenis tepung yang terbagi menjadi teung protein tinggi, protein sedang dan protein rendah. Nah, Bungasari memproduksi tepung-tepung dengan kategori tersebut. Untuk produk tepung protein tinggi terdiri dari Golden Eagle, Golden Crown, Hikari Biru dan Kabuki. Cocok digunakan untuk berbagai jenis olahan roti, patry, dan mie. Untuk protein sedang seperti Bola Salju dan Jawara cocok untuk berbagai jenis olahan kue basah, gorengan, bolu, lapis Surabaya, martabak, pancake, brownies, dan masih banyak lagi. Untuk tepung protein rendah seperti Hana Emas, Hana Biru, dan Niji. Cocok untuk membuat berbagai jenis olahan cake, cookies, biskuit, dan aneka kue kering.

Terigu Bungasari adalah terigu kualitas Jepang. Saat ini tepung terigu Bungasari sudah tersedia dalam kemasan 1 kg, yaitu Golden Eagle, Bola Salju dan Hana Emas. Ada yang tahu berapa harga normalnya di pasaran?
 

Ada paket tepung terigu murah nih

Nah, selama pameran nih ya, produk tepung terigu Golden Eagle, Bola Salju dan Hana Emas dijual dengan harga miring. Tiga produk itu, yang dinamakan Paket Murah Mix, bisa didapatkan hanya dengan harga Rp 25 ribu saja! Woaaah… Oh iya ada lagi, namanya Paket Murah, berupa 3 kg Tepung Terigu Bola Salju hanya Rp 20 ribu aja.

Ada buku tipis berisi resep-resep yang bisa diambil gratis. Resep-resep roti ala Jepang, di antaranya Hokaido Pan (roti tawar ala Jepang), Kabocha Pan (roti manis isi labu Jepang), Sapporo (roti pastry vanilla isi cherry), Mitoboru Ramen (Ramen Bakso Seafood), Martabak Matcha (martabak the hijau), Chicken Katsu (ayam goreng tepung Jepang), Blueberry Cheese Cake (cheese cake selai blueberry), Matcha Butter Cookies (butter cookies teh hijau). Buku resep ini selain memuat informasi bahan dan cara membuat, juga saran tepung Bungasari yang digunakan. Misalnya untuk Hokaido Pan baiknya pakai Tepung Kabuki, untuk martabak matcha pakai tepung Bola Salju, untuk ramen bakso baiknya pakai Hikari Biru, dst. Saya sampai minta dua lho buku resep ini, satunya buat diberikan ke adik saya yang suka bikin kue dan roti-roti. 

Sedang tanya jawab dengan Mr.Grant (Presdir Bungasari), Mr. Takuya Mori (Vice Presdir), dan Budianto W.  :))) *Foto by Febryan*

Saya merasa senang sekali bisa hadir di pameran Interfood ini. Nggak sia-sia datang pagi-pagi dari jauh. Banyak yang bisa didapat (ilmu masak) dan dilihat. Mampir di satu booth saja puas bukan main. Apalagi ke banyak booth lainnya. Aroma makanan yang dibuat dari booth-booth yang saya lewati saat berkeliling, sangat menggoda, bikin tertarik untuk singgah dan melihat-lihat.

Bisa belanja-belanja juga di pameran. Banyak ibu-ibu yang bawa troli, penuh barang, hasil belanja dan icip-icip kali ya. Hampir tiap booth makanan menyediakan makanan gratis, hasil buatan saat demo di pameran. Kalau saya sih sudah kekenyangan icip-icip yang di Bungasari. Gimana nggak kenyang, ada 6 resep dibuat selama demo, dan semua saya icip-icip, lama-lama ya kenyang hehe. 

Booth Bungasari Flour Mills Hall D Blok DE 305

Kamu sudah ke datang ke Pameran SIAL Interfood 2016? Masih berlangsung lho, terakhir tanggal 12 Nop.

SIAL INTERFOOD 2016 ini merupakan pilihan yang tepat untuk perdagangan dan pengunjung di bidang bisnis makanan dan minuman yang mencari dan ingin menemukan inovasi baru dalam makanan dan minuman.

Fyi, berikut adalah Exhibitor Profile SIAL Interfood 2016:

  • Food & Beverage (Products and Technologies)
  • Bakery & Confectionery (Bakery & Confectionery, Machinery, Equipments, Supplies, Ingredients)
  • Food & Hospitality(Wine & Spirits, Equipments, Supplies, Storage, Services & Related Technology for Hotel, Catering, Restaurant, Cafe, Supermarket)
  • Food Ingredients, (Food Additives, Food Chemicals, Food Ingredients, Food Materials)
  • Herbal & Health Food, (Herbal & Health Food and Food Supplments)
  • Retail & Franchising, (Franchising & Licensing)
  • Coffee, Tea and Cocoa
  • Fresh and Processed Fruits
  • Agricultures Products, Halal, Organic and Natural Health Food Products
  • Frozen food
  • Fish Seafood and Meat Products
Ayo datang ke pameran SIAL Interfood tahun ini, tahun depan masih lama :D

Serunya Perayaan AirAsia Bloggers Community (AABC) 3rd Anniversary

$
0
0
AABC2016 airasia

12-14 November 2016 di Jakarta. 3 hari 2 malam. Menginap di Hotel DoubleTree by Hilton. Bersenang-senang dengan 50 bloggers, vloggers dan digital influencers anggota AABC dari negara-negara Asean, China, Taiwan, dan India. Merayakan serunya AABC 3rd Anniversary. Dapat kawan baru, cerita baru, suasana baru, dan pengalaman baru.

AABC 3rd Anniversary mengajak kami untuk mengenal lebih dekat kota Jakarta, AirAsia dan ragam kekayaan kuliner Indonesia dan Asean melalui serangkaian tantangan. Tantangan tersebut dikemas dalam suatu tema dan masing-masing tema di post di Instagram dalam bentuk foto atau pun video. Di antaranya adalah :
  • Asiknya #TravelGr8 Bersama AirAsia
  • Kenyamanan DoubleTree by Hilton Jakarta-Diponegoro
  • Nikmatnya kekayaan kuliner Indonesia dan Asean dari AirAsia
  • Seru-seruan dalam AABC Fun Race dari Cikini menuju Kota Tua dan berbagai destinasi menarik di Jakarta
Hotel bintang lima
Teman-teman blogger Indonesia yang hadir pada AABC2016 adalah Wira (wiranurmansyah.com), Mita (teronggemuk.com), Nurul (nurulnoe.com), Kadek (kadekarini.com), Atre (renjanatuju.com), Michi (michellehendra.com), Rifa (rifamulyawan.com), Daniel (danielgiovanni.com), Suci (suciutami.com), Astari (ivegotago.com), Inne (innath.com), dan saya Katerina (travelerien.com

Berdasarkan informasi yang saya terima dari PR AirAsia, ada 12 bloggers dari Indonesia+1 PR, Malaysia 4 bloggesr+1PR, Thailand 6 bloggers+1PR, Singapore 4 bloggers+1 PR, Brunei 1 blogger, Indochina 4 bloggers+1PR, Philipines 3 bloggers+1PR, China 5 bloggers+1PR, India 4 bloggers+1PR, Taiwan 2 bloggers+1PR.

blogger airasia
Indonesian Bloggers for AABC2016



Travel Great with AirAsia
Tantangan sudah dimulai sejak tanggal 11 November 2016, jam 09.00, saat kami delegasi dari Indonesia belum kumpul di hotel. Tapi di hari tersebut, beberapa blogger dari negara lain sudah datang ke Jakarta.

Tantangan 1 bertema “Travel Great With AirAsia”. Kami diminta untuk membuat video yang isinya sesuai dengan tema tersebut, lalu mempostingnya di Instagram dengan hastags #AABC2016 #AirAsia. 

 
“How You Travel Great with AirAsia”. Saya merasa tantangan ini agak sulit. Terus terang saya sama sekali belum pernah membuat video ketika sedang naik pesawat AirAsia. Saya berpikir agak lama sampai akhirnya muncul ide untuk membuat video berisi kompilasi foto-foto promosi AirAsia yang saya ambil dari web AirAsia, lalu dikombinasi dengan foto-foto ketika saya mengikuti acara AirAsia pada bulan Ramadhan tahun 2015. Hingga akhirnya jadi video dengan durasi hampir 1 menit. 




Saya lega bisa berpatisipasi dalam challenge 1, meski dengan video sangat seadanya. Kecil kemungkinan menang mengingat isinya bagi saya tidak begitu menarik. Video yang akan dilirik juri pastilah yang sangat spesial, seperti halnya hadiahnya yang juga amat spesial yaitu 1 AirAsia return ticket to international destination of choice.

Check-in Hotel DoubleTree by Hilton Jakarta
12 November 2016, pukul 13.00 saya tiba di DoubleTree by Hilton Jakarta-Diponegoro. Belum ada blogger lain saat itu. Hanya saya. Bertemu Nia (PR AirAsia Indonesia) yang sudah berada di hotel sejak hari sebelumnya. Setahun tak bersua, ia masih seperti awal berjumpa; riang, hangat, ramah, dan tentunya masih cantik. Saya biarkan ia melanjutkan pekerjaannya. Saya bersantai di lounge, menunggu yang lain.

Pukul 15.00 registrasi dan check-in di DoubleTree by Hilton Jakarta-Diponegoro. Setelah registrasi kami mendapat tantangan ke-2 yaitu Chocolate Chip Cookie Moment with DoubleTree by Hilton Jakarta–Diponegoro. Special prize untuk 2 pemenang di challenge ke-2 ini adalah Two nights stay at one of Hilton Worldwide properties in Indonesia, Malaysia, or Thailand. 


"welcome cookies" - Untuk tiap tamu menginap
 

Welcome Dinner with AirAsia New SANTAN Combo
Welcome dinner berlangsung di Thamrin 1 Room (lobby floor) DoubleTree by Hilton Jakarta – Diponegoro. Pukul 18.00 kami sudah diminta kumpul. Dress code malam itu white/ black/red, cocktail/semi formal dress


Saya memilih dress putih dengan tambahan semi blazer warna hitam. Sama seperti yang lainnya, kebanyakan bernuansa hitam putih, segelintir saja yang merah. Teman sekamar saya Tari, memakai busana warna merah. Dari atasan, bawahan, sampai sepatu. Membara pokoknya. Tapi cantik :)


Siap untuk welcome dinner ^_^

Acara dinner di hari ke-1 ini menjadi ajang temu pertama kalinya antara saya dengan seluruh delegasi dari negara-negara lain. Nurul, Mita, Wira dan yang lainnya mungkin sudah saling kenal karena pernah bertemu pada AABC2015 di Bangkok. Sedangkan saya, baru kali ini hadir di acara gathering blogger AirAsia. Belum ada satu pun yang saya kenal.

Selain menjadi ajang pertemuan pertama, welcome dinner ini juga memperkenalkan kami pada menu baru Santan AirAsia. Kami juga mendapatkan informasi harga jualnya di dalam pesawat. Terdiri dari:

    - Menu Indonesia: Nasi Padang dan Nasi Kuning Manado. Harga mulai Rp 33.900,-
    - Uncle Chin’s Chicken Rice (menu ini biasanya ada di negara Singapore dan Malaysia, dan juga popular di Thailand dan Vietnam). Harga mulai RM 10.
    - Menu Thailand: Pad Thai, Sticky Rice with Mango, Vegetarian Thai Panaeng Curry, Spicy Fried Chicken with Rice & Traditional Thai-Style Omelette. Harga mulai THB 100
    - Menu Malaysia: Pak Nasser’s Nasi Lemak, Nasi Dagang with Chicken Curry, Longevity Noodles, Nasi Kerabu, Chicken Satay harga mulai RM 10
    - Menu Filipina: Chicken Adobo, Beef Caldereta. Harga PHP 180
    - Menu India: Purani Dili Ke Raseele Rajma with Jeera Rice, Cheese Omelete, Lyonnaise Potatoes and Chicken Tikka. Harga mulai INR 189





      Nah, saat makan ini kami menerima tantangan lagi bertema “Nikmatnya kekayaan kuliner Indonesia dan Asean dari AirAsia”. Jadi kami diminta posting foto di Instagram about SANTAN meals during AABC Welcome Dinner. Challenge 3 berlaku hanya sampai pukul 22.00 GMT+7. Photonya harus foto yang diambil sendiri, bukan oleh orang lain. Jika ingin lihat foto-foto pada challenge ini, teman-teman bisa cek Instagram dengan hashtags: #AABC2016 #C3 #AirAsiaEats #AirAsiaSantanCombo

      Apa hadiah spesial dari challenge 3?
      1 AirAsia return ticket to international destination of choice!
       





      Saya sudah coba menu Nasi Kuning Manado. Kamu bisa coba menu ini saat naik AirAsia  :)

      Usai dinner acara dilanjutkan dengan pengumuman pembagian tim dan briefing untuk AABC Fun Race. Ada 9 tim terdiri dari Team Monas (6 orang), Team Cikini (6 orang), Team Batavia (6 orang), Team Lenong (6 orang), Team Ondel-Ondel (6 orang), Team Ketoprak (6 orang), Team Gado-Gado (7 orang), Team Bajaj (7 orang), Team Betawi (7 orang). Masing-masing tim didampingi oleh PR AirAsia dari negara-negara yang diundang.

      Saya tergabung dalam Team Lenong. Beranggotakan 6 orang. Saya dan Nurul (Indonesia), Auvila (Thailand), Ayen (Filipina), Hazel (Singapore), Lutfil (MAA Comms Malaysia). Tiap tim diperkenalkan satu persatu di depan, dan langsung diberi perlengkapan untuk fun race seperti e-money card untuk naik commuter line dan TransJakarta yang sudah diisi senilai Rp 50.000. Tidak ketinggalan uang cash Rp 100.000 untuk jajan di Kota Tua. E-moneynya kebanyakan he he. Kalau dipakai buat naik commuter line habisnya paling 6 ribu PP Cikini-Kota Tua.

      Team Lenong AirAsia Fun Race AABC2016 : Ayen, Lutfil, Nurul, saya, Auvila, Hazel

      Let's Enjoy Jakarta and Share Wonderful Indonesia!
      AirAsia Fun Race dimulai pukul 9, start dari hotel. Pukul 07.00 kami sudah turun ke restoran hotel, sarapan. Hari itu semua memakai dress code T-shirt AABC warna merah (pemberian AirAsia), memakai sepatu olahraga (bawa sendiri-sendiri). Pokoknya sporty style, karena bakal banyak gerak, jalan, bahkan mungkin lari-lari. Pagi itu restoran pun dipenuhi oleh orang-orang berbaju merah.

      Pukul 08.00 kami diajak tur hotel melihat dua tipe kamar paling kece. Tipe president suite di lantai 18 paling atas, serta kamar tipe lainnya di lantai 15. Kagum lihat kamar president suite, besar, luas, dan full fasilitas. Harganya pun bikin kagum, 8 juta permalam he he. 



      Sarapan sebelun Fun Race


      Tur Hotel bersama mbak Liza dari Hotel DoubleTree by Hilton Jakarta


      Tur Hotel - Melihat room tipe President Suite - Ini baru living room dan dining area-nya lho


      Kalau ini kamar saya dan Tari :D
      Kolam renang laguna Hotel DoubleTree by Hilton Jakarta

      Pukul 09.00 AABC Fun Race dimulai dari Cikini hingga ke Kota Tua. Saya bersama tim Lenong. Ada 6 tugas yang harus kami selesaikan selama di Kota Tua. Kami diwajibkan posting foto di Instagram, yaitu foto angkutan umum (public transportation) di Jakarta, landmark di Kota Tua, wayang di Museum Wayang, pentas jalanan, kuliner khas Jakarta, dan video selama fun race.

      Transportasi yang boleh digunakan hanya transportasi umum seperti bus, bajaj, dan kereta. Selain itu tidak diperbolehkan (taksi, taksi online, ojek online). Tim kami memilih naik kereta. Untuk keperluan foto, kami memotret kereta, bus dan bajaj. Tapi yang kami ikutsertakan dalam challenge adalah foto dalam bus, dimana Ayen bergantungan pada handle bus.  




      Untuk street performs kami foto bareng flying man“Pangeran Fatahillah”. Foto wayang, kami ambil foto saat sedang nonton pertunjukan wayang di lantai dasar Museum Wayang. Landmark Kota Tua kami buat foto di depan Museum Sejarah Jakarta, pose ‘ngedorong Luthil. 


      Street food kami ambil foto kerak telor. Hasil fotonya bisa dilihat di Instagram dengan hastags #AirAsiaFunRace #AABC2016. Bisa juga akai hastags #TeamLenong jika ingin lihat keseruan tim kami saja.
       

      Tadinya ini buat challenge, tapi diganti foto dalam bus :D


      Siang panas-panasan, padahal paginya hujan, tapi asyik-asyik saja


      Challenge Q4: street performs : flying man


      Challenge Q3: Indonesia's Traditional Puppet (wayang)


      Makan siang di kantin Kantor Pos


      Challenge Q5 : Indonesian food (food street : kerak telor) :D

      AirAsia Fun Race challenge berakhir pada pukul 15.00 WIB. Kami kembali ke Cikini dengan menggunakan Commuter Line. Meski badan dan kaki lelah tapi tetap semangat. Di dalam kereta, Ayen mendapatkan moment bersama penumpang kecil. Bayi laki-laki lucu jadi objek fotonya. Cukup lama. Dan saya senang melihatnya berakrab-akrab dengan penumpang.

      Lelah tapi seru. Tertawa bareng, seru-seruan bareng. Panas-panasan bareng. Pokoknya tak terlupakan. Nah hadiah spesial apa yang sudah disiapkan AirAsia untuk AirAsia Fun Race challenge? Hadiahnya adalah tiket PP AirAsia ke destinasi international yang dipilih. Hadiah tersebut bukan untuk 1 tim lho, tapi untuk tiap anggota tim. Keren!

      Pukul 13.00 AABC Fun Race selesai. Kami kembali ke hotel dan langsung melaporkan tugas-tugas yang sudah diselesaikan dan mendaftarkan postingan yang sudah dibuat. 

      Foto ini idenya Hazel, untuk challenge Q2: One of the famous landmark in the Old Town (Kota Tua)

      Berbusana Adat di Acara Gala Dinner
      Seperti yang diminta, pada gala dinner Minggu malam (13/11), kami memakai dress code: Kostum/ Baju Nasional Indonesia. Saya punya sedikit cerita tentang kostum yang akan saya kenakan. Awalnya akan memakai kostum Lampung. Karena siger besarnya tidak ada, saya disarankan oleh RDanceCostume (tempat saya menyewa kostum daerah) untuk pakai kostum Aceh saja. Saya nurut. Tapi saat suntingnya (mahkota) dipakai, tidak pas di kepala. Suntingnya juga tidak mantap, miring dan seperti mau jatuh terus. Akhirnya, karena tidak nyaman, saya ganti kostum Lampung lagi. Alhamdulillah semua pas dan cocok. Maka, jadilah gala dinner malam itu saya pakai busana adat Lampung dengan ciri khas kain tapis dan siger. 





      Teman-teman blogger Indonesia semua tampil maksimal. Nurul dengan baju Dayak, Mita baju Toraja, Wira dan Nia (PR Air Asia) baju Padang, mbak Inat/Astri baju Betawi, mbak Kadek kebaya Bali, Daniel baju Bali, mbak Suci baju NTT, Michele Batik, Rifa baju Dayak, Tari baju Srikandi. Warna-warni. Sangat meriah.

      Saya kagum pada baju sendiri, dan tentunya sangat kagum dengan baju teman-teman dari Indonesia. Khas dan sangat beragam. Begitu juga dengan kostum yang dipakai oleh teman-teman dari luar negeri. Kostum Taiwan, Thailand, China, Malaysia, Singapore, India, Brunei, semuanya mengagumkan. 


      Seluruh Blogger Indonesia dengan kostum nasional

      Senang sekali berada di antara blogger-blogger Thailand yang cantik2 dan tampan2 ini

      Acara dimulai dengan foto bareng di photo booth AirAsia. Foto per negara, per team, bahkan sendiri-sendiri. Seru deh. Foto sana sini, dengan si anu, si dia, semuanya :D Setelah itu baru makan malam, dilanjut dengan pengumuman pemenang challenge. Team Lenong (tim kami) masuk nominasi sebagai pemenang AirAsia Fun Race. Tapi akhirnya gagal menang karena yang menjadi juara adalah Team Betawi. It’s ok belum beruntung.

      Saya lupa siapa saja yang jadi pemenang challenge lainnya. Hanya ingat pemenang best kostum dari Thailand (auvila), mengalahkan kostum India dan Taiwan. Sedangkan challenge moment cookies dimenangkan oleh Wira (kalo ga salah). 

      Nominasi kostum nasional terbaik: Thailand, Taiwan, India

      Pemenangnya adalah Auvila dari Thailand. Horeee....selamat!

      Saya tidak ingat semua pemenang challenge. Pokoknya saya secara pribadi maupun tim tidak ada menang apapun. Tapi alhamdulillah tetap bahagia, karena bertemu dan kenalan dengan banyak teman blogger dari luar negeri itu saja sudah merupakan hadiah istimewa. Menginap di hotel mewah. Seru-seruan. Semua menyenangkan. Moga saja tahun depan ada kesempatan lagi bisa gabung di AABC2017 di India. Aamiin. 

      Selamat buat pemenang video AirAsia Fun Race

      Terima kasih AirAsia yang sudah mengundang saya dalam AABC016. Sangat seru dan penuh kesan. Sukses buat AirAsia. Jaya selalu di udara sebagai maskapai dengan penerbangan berbiaya murah.

      Bagi blogger yang ingin menjadi anggota AABC, dapat mengisi form registrasi AirAsia Blogger Community Indonesia (AABC_ID) di dalam link berikut: http://bit.ly/1SUT27Q


       

      Tidur Nyenyak di Hotel Inna Eight Lampung

      $
      0
      0
      inna eight hotel
      *Foto Inna Eight Lampung*

      Tiga bulan lalu, 26-27 Agustus 2016, selama 3 hari 2 malam saya dan teman-teman blogger menginap di Hotel Inna Eight Lampung. Kami berada di Lampung dalam rangka mengikuti Festival Krakatau 2016 yang digelar oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung.

      Saya bersama Lina Sasmita (Batam), Dian Radiata (Batam), Arie Ardiansyah (Jakarta), Rosanna Simanjuntak (Balikpapan), Atanasia Riant (Jogja), Hari JT (Babel), Haryadi Yansyah (Palembang), M.Arif Rahman“Maman” (Palembang), dan Indra Pradya (Lampung). Kami ditemani oleh Mas Yopie Pangkey , admin +Keliling Lampung @kelilinglampung_ Beliau yang mendampingi kami selama mengikuti festival.
      Saya dan seluruh blogger Festival Krakatau 2016 yang menginap di Inna Eight Lampung

      Kamar yang saya tempati

      Sofa dan meja kerja



      Tidak sempit


      komplimen
      channel TV lokal dan internasional
      Hotel bagus dan tidak mengecewakan. Di websitenya disebutkan masih bintang 2, tapi saya tidak yakin sebab hotel ini rasa bintang 3. Bahkan kalau dilihat dari kamar suite-nya, layak setara dengan bintang 4. Okelah, tak soal bintang berapapun, yang penting saya dapat kamar bagus dan nyaman.

      Kamar tidurnya luas, kamar mandinya pun besar. Jika dibandingkan dengan hotel bintang 2 lainnya, tentu saja fasilitas hotel ini jauh di atasnya. Terutama soal luas kamar tidur, luas kamar mandi dan amenities di kamar mandinya.
      Standing shower dengan air panas dan dingin yang berfungsi dengan baik




      bathroom amenities lengkap


      AC dingin dan tidak berisik. Akses WIFI gratis, koneksi internetnya cepat. TV kabel dengan puluhan channel. Tapi saya sama sekali tidak sempat buka TV. Masuk kamar langsung mandi, lalu tidur. Begitu tiap malam selama di sana he he. Capek.

      Komplimen berupa 2 botol air mineral. Pemanas air disertai teh, kopi dan gula. Layanan kamar 24 jam. Perlengkapan mandi lengkap. Slipper 2 pasang. Safety box. Lemari pakaian (rak + gantungan)

      Menu sarapan cukup bervariasi. Tersedia hidangan pembuka, makanan berat, pastry, dan beberapa macam minuman. Saya cukup senang dengan citarasa makannya yang tidak biasa-biasa saja.   
      Ini versi suite-nya - Foto Hotel Inna Eight

      Tipe Suite 2
      Hotel Inna Eight dapat dicapai dari Bandara Radin Intan dalam waktu 40 menit berkendara. Terletak di kawasan kota yang cukup ramai. Tapi sama sekali tidak mengganggu kenyamanan di dalam kamar. Saya bisa tidur dengan tenang, tidak terdengar suara berisik orang-orang, apalagi kendaraan yang lalu lalang.

      Terdapat 102 kamar dengan 5 macam tipe, di antaranya:
      6 standard room (single)
      48 Superior Room (king & twin) Only IDR 450.000 ++ /night
      34 Deluxe Room (king & twin) Only IDR 525.000 ++ /night
      8 Suite Room 1 (king) Only IDR 875.000 ++ /night
      6 Suite Room 2 (king) Only IDR 1.125.000 ++ /night
       
      Restoran dengan hidangan yang cukup bervariasi *Foto Hotel Inna Eight*


      Restoran *Foto Inna Eight Hotel*
      Bulan Agustus lalu, atas biaya dari Disparekraf Lampung, kami diinapkan di kamar tipe Deluxe room. 1 kamar untuk dua orang. Jadi kami mendapat kamar dengan tempat tidur twin. Saya pribadi jadi sangat berterima kasih karena ditempatkan di hotel yang baik dengan kamar yang nyaman. Lebih dari cukup untuk beristirahat seusai mengikuti Jelajah Krakatau yang mengesankan sekaligus melelahkan dan menegangkan.

      Kalau diingat-ingat, sebetulnya kami tidak banyak berdiam di hotel. Tgl. 26/08 tiba di Lampung sudah sore. Langsung keliling cari makan, sampai hotel hampir jam 9 malam. Langsung check-in, masuk kamar, tidur. Sabtu tgl. 27/08 pagi sudah berangkat ke Gunung Anak Krakatau. Pulang lewat tengah malam, langsung tidur. Minggu tgl. 28/08 jam 9 pagi sudah check-out. Langsung berwisata, siangnya mengikuti acara Festival Budaya di bundaran Tugu Adipura. 

      Coffee stall di lobi (kanan)

      Hal apa gerangan yang bikin Rian tertawa lebar? :D

      Selain kamar untuk menginap, bisnis hotel ini juga menyediakan fasilitas meeting room yang terdiri dari: Kartika (70 table), Kencana (70 table), Lenggana (35 table), Laksamana (35 table). Tersedia juga jasa laundry. Lounge dan coffee stall untuk bertemu teman sambil bersantai menyeruput kopi. Hotel juga menyediakan shuttle untuk antar jemput dari/ke bandara Radin Intan.

      Hotel Inna Eight Lampung

      Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut bisa cek websitenya atau ke nomor berikut ini:

      Inna Eight Lampung  
      Jalan Ikan Hiu No.1 Teluk Betung
      Bandar Lampung 35211 Indonesia
      P. +(62-721) 477 888
      F. +(62 721) 475 808
      Email: info@innaeightlampung.com
      Website: www.innaeightlampung.com

      Pengalaman Manis Berkunjung ke Pabrik Frisian Flag Susu Kental Manis

      $
      0
      0
      susu kental manis

      SUSU BENDERA 

      Ada empat hal yang terlintas dalam benak saya saat kata “Susu Bendera” disebut, yaitu susu kental manis, susu dalam kemasan kaleng, kaleng warna biru berlogo bendera, dan main telpon-telponan pakai kaleng susu bekas. Yang terakhir, main telpon-telponan, itu bagian dari kenangan masa kecil saya dengan susu bendera.

      Nama susu bendera merupakan sapaan akrab dari susu kental manis yang diproduksi oleh Frisian Flag. Sebutan tersebut tidak hanya familiar dalam keluarga saya, tapi juga dalam keseharian masyarakat Indonesia. Bagi saya, susu kental manis adalah susu bendera. Sulit untuk memisahkan keduanya. Sejak kecil hingga kini lebih dari 35 tahun, nama itu tetap menempel dalam benak.

      Ketika susu bendera disebut, ingatan pun tertuju pada nama besar pabrik pembuatnya: Frisian Flag.

      Dalam sejarahnya, susuk kental manis dan produk susu Frisian Flag pertama kali diekspor oleh koperasi peternak susu Belanda “Cooperatieve Condensfabriek Friesland” ke Hindia Belanda termasuk Batavia, Indonesia, pada tahun 1922. Dengan kelezatan rasa yang dimilikinya, produk susu kental manis diterima dengan hangat oleh masyarakat Indonesia. Kala itu namanya populer sebagai “soesoe tjap bendera”. Nama yang kemudian menjadi begitu ikonik, lekat dalam keseharian masyarakat Indonesia sampai kini dengan sebutan “susu bendera”.
        


      KUNJUNGAN KE PABRIK

      Rabu (23/11/2016), saya dan kawan-kawan blogger diundang berkunjung ke pabrik Frisian Flag di Ciracas Jakarta Timur. Sebuah kesempatan berharga mendapatkan pengalaman baru, minum susu kental manis langsung di tempat pembuatannya. Tapi tentu tak hanya sebatas minum susu, melainkan juga melihat langsung proses produksi di pabrik, mengetahui sejarah Frisian Flag Susu Kental Manis, mengenali manfaat minum susu kental manis, serta belajar cara membuat ragam minuman dari susu kental manis.

      Pabrik Frisian Flag terdapat di dua tempat, yakni Pasar Rebo dan Ciracas. Nah, karena kami diajak untuk mengenal lebih dekat dengan produk susu kental manis, kami diundang ke Ciracas Plant, tempat Frisian Flag Susu Kental Manis diproduksi. Kedua pabrik sama-sama memproduksi susu cair, susu kental, dan susu bubuk dengan merek Frisian Flag, Friso, dan Omela.

      Rangkaian acara dimulai pada pukul 10.00 WIB. Kami sudah berada di pabrik sejak pukul 09.00 WIB. Teman-teman blogger yang diundang tak hanya dari wilayah Jabodetabek, tapi juga dari luar daerah seperti Jogja, Bandung, dan Cianjur. Acara berlangsung di lantai 3. Saat tiba, sudah tersuguh kue-kue dalam kotak sebagai hidangan selamat datang. 



      Santai, sarapan dulu, dikeliling susu-susu :D


      Serius menyimak penjelasan sambil berbagi di medsos tentunya

      Lantai 3 Ciracas Plant jadi tempat kami berkumpul. Suasana ruangannya terasa santai. Terdapat sofa-sofa empuk dengan tata letak yang tidak kaku. Nyaman bagai di rumah. Di dalam ruangan terdapat beberapa petak ruang yang didesain sedemikian rupa dinamakan Shopper Journey.

      Shopper journey dimulai dari ibu hamil. Berikutnya saat anak sudah lahir hingga remaja. Untuk anak-anak, Frisian Flag Indonesia (FFI) bekerjasama dengan Walt Disney. Karena itu produk susu cair FF menggunakan kemasan bergambar kartun yang disukai anak anak. 


      Next journey saat anak remaja dan beraktivitas serta punya hobi. Hal ini menggambarkan Frisian Flag memproduksi susu untuk kebutuhan berbagai tingkatan usia dalam sebuah keluarga. 
      Shopper Journey : Baby


      Shopper Journey: anak-anak


      Shopper Journey: remaja *ya kali mami satu itu remaja :p
      TENTANG FRISIAN FLAG 

      Mengenal inovasi Susu Kental Manis dari Frisian Flag menjadi topik utama kami berkunjung ke Frisian Flag. Untuk itu, di antara kami hadir sebagai pembicara Bpk. Andrew F. Saputra, Corporate Affairs Director PT. Frisian Flag Indonesia, Bpk. Aryono B. Ardhyo, Corporate R&D Manager PT. Frisian Flag Indonesia, dan Ibu Tanti, Marketing Manager PT. Frisian Flag Indonesia.

      PT. Frisian Flag Indonesia (FFI) adalah perusahaan susu nomor satu di Indonesia yang memproduksi susu khusus untuk anak-anak dan keluarga dengan merek Frisian Flag, yang juga dikenal sebagai Susu Bendera. Frisian Flag telah menjadi bagian dari pertumbuhan keluarga Indonesia sejak 1922.

      Usia Frisian Flag hampir 95 tahun. Usia saya sendiri belum ada separuh usia Frisian Flag. Meski sudah cukup tua, tapi Frisian Flag selalu menjaga komitmentnya untuk terus berkontribusi membantu anak-anak Indonesia meraih potensinya yang tertinggi melalui produk-produk kaya gizi. 



      Produk-produk Frisian Flag yang di pajang di lobi utama Plant Ciracas

      Sebagai bagian dari FrieslandCampina, koperasi peternak sapi perah terbesar di dunia yang berpusat di Belanda, FFI mengacu pada pengalaman global dan kemitraan jangka panjang dengan peternak sapi perah lokal agar dapat menghadirkan sumber gizi terbaik yang terkandung dalam susu.

      Dari rumput menjadi susu. Rumput diolah alami di tubuh sapi hingga menjadi susu kaya nutrisi. Sapi yang sehat dan bahagia menghasilkan susu berkualitas tinggi. Dengan teknologi modern, sapi diobservasi untuk tahu saat yang tepat untuk pemerahan. Hasilnya, sapi tetap sehat dan memproduksi susu dengan optimal.

      Susu segar diproses dengan modern dan higienis untuk menjaga kualitas gizi. Frisian flag memproduksi susu kaya nutrisi yang aman dan sehat untuk dikonsumsi. 



      Sejarah Frisian Flag Indonesia


      Produk-produk Frisian Flag
      FAKTA UNIK TENTANG SUSU 

      Mother nature’s miracle
      Keajaiban alam pada susu bermula dari rumput dan sapi. Sapi mencerna rumput yang kaya nutrisi hingga menjadi susu. Susu sapi mengandung banyak nutrisi alam yang berguna bagi kesehatan tubuh.

      Feed, fuel, foster.
      Susu adalah makanan alami untuk menutrisi, memberi tenaga, dan membantu tumbuh kembang tubuh. Protein penting untuk membangun, mempertahankan otot dan tulang. Kalsium dan fosfor penting untuk kesehatan tulang dan gigi. Protein, lemak dan laktosa memberi energi.

      Good for you
      Susu baik bagi manusia segala usia, 2-3 gelas susu tiap hari membantu diet sehat dan seimbang. Protein susu diserap tubuh untuk membangun sel, khususnya pada bayi dan anak-anak. Bagi orang dewasa, susu membantu regenerasi sel hingga tubuh menjadi lebih sehat, berfungsi baik, dan kuat.

      One of the richest nutrients sources
      Ada lebih dari 400 komponen nutrisi dalam susu. 2-3 gelas susu per hari adalah salah satu sumber makanan yang kaya dan bermanfaat bagi tubuh. Minum susu adalah cara mudah dan lezat untuk mendapat asupan gizi.

      A glass of milk
      Susu yang lezat, sehat, dan bergizi siap diminum. Minum susu Frisian Flag 2-3 gelas setiap hati memberikan manfaat kebaikan susu yang optimal. 



      Sudah belanja susu hari ini?

      INOVASI FRISIAN FLAG SUSU KENTAL MANIS 

      Frisian Flag Susu Kental Manis tak hanya lezat, tapi juga membantu memenuhi gizi keluarga karena mengandung gizi makro (Karbohidrat, Protein, dan Lemak) dan mikro (9 vitamin dan 5 mineral) dan dianjurkan untuk diminum 2 gelas setiap hari. Dengan takaran saji yang tepat sesuai anjuran, satu kaleng Frisian Flag Susu Kental Manis dapat dibuat menjadi 9 gelas minuman susu yang lezat dan bergizi. Teknologi produksi susu yang terdepan di kedua pabrik Frisian Flag Susu Kental Manis di Indonesia, yakni di Ciracas dan Pasar Rebo Jakarta Timur, menghasilkan produk susu yang berkualitas dan tahan lama.

      Mudahnya menyajikan adalah salah satu alasan Frisian Flag Susu Kental Manis disukai oleh keluarga Indonesia, baik sebagai minuman susu hangat atau dingin. Dengan 3 varian produk yakni Frisian Flag Kental Manis Gold, Frisian Flag Kental Manis Putih, dan Frisian Flag Kental Manis Coklat, Frisian Flag Susu Kental Manis dapat dinikmati keluarga Indonesia sebagai minuman, atau dengan makanan favorit mereka. Kemasan kaleng Frisian Flag Susu Kental Manis yang kuat dan mudah disimpan membuat kandungan susu tetap terjaga. 





      Dalam ulasan tentang susu kental manis yang disampaikan oleh Pak Aryo, ada beberapa hal penting yang saya catat. Di antaranya, susu kental manis membutuhkan proses pasteurisasi lebih lama agar mengental. Gula dalam susu berfungsi mengikat air, juga sebagai pengawet alami. Jadi jangan khawatir, selama sesuai takaran, tidak akan berdampak buruk pada tubuh. Mikroba tidak bisa hidup di susu kental manis. Mikroba akan diproses dalam pemanas sehingga akan mati. Susu kental manis awetnya hanya 1 tahun.

      Tentang inovasi, dulunya permukaan kaleng susu kental manis polos/ rata. Jika jatuh mudah penyok. Sekarang, permukaan kaleng dibuat berulir, tidak mudah penyok jika terjatuh atau terkena benda keras.  Dulu, diameter kaleng bagian atas sama. Jika ditumpuk, susunan kaleng dalam rak mudah jatuh. Sekarang, bagian atas kaleng dibuat mengecil. Sehingga jika ditumpuk tidak rubuh.

      Dulu, tutup kaleng bagian bawah maupun atas dibuat rata. jika hendak dibuka, perlu benda tajam seperti pisau. Kalau saya, dibuka dengan pisau saja tidak bisa terbuka. Pisaunya harus dipukul dengan palu. Tapi sekarang, tutup kaleng susu kental manis lebih mudah untuk dibuka. Tinggal klik, tarik, dan tuang. Bentuknya mirip tutup kaleng minuman bersoda. Ada semacam kait. 

      Dulu, kemasan susu kental manis hanya berupa kaleng. Kini, ada kemasan pouch 220 gram. Kemasan produk Frisian Flag Susu kental manis saat ini terdiri dari SCM Can 375 gram (BKM), SCM Can 375 gram (Cokelat), SCM Can 375 gram (Full Cream GOLD), SCM Pouch 220 gram (Cokelat), SCM Pouch 220 gram (Full Cream GOLD).

      Kecil kalengnya tapi isinya kaya manfaat

      MELIHAT PABRIK SUSU KENTAL MANIS 

      Sebelum makan siang, kami diajak masuk pabrik untuk melihat proses pembuatan kaleng susu kental manis, pengisian, hingga pelabelan. Sebelum memasuki pabrik, kami dilengkapi dengan kostum berupa baju, sepatu, kaus kaki, penutup kepala, earplug, dan masker. Semua harus dipakai. Jika tidak, dilarang masuk pabrik.

      Standar seragam pabrik sudah disesuaikan untuk peruntukkannya. Kami diajarkan terlebih dahulu tentang cara pemakaian seragam. Ada mbak dan mas dari FF yang memperagakan, bak pramugari di dalam pesawat. Kamera dan HP tidak diperbolehkan dibawa masuk pabrik. Karena itu kami tidak punya dokumentasi di dalam pabrik. Hanya sempat foto-foto pakai kamera sendiri sebelum berangkat masuk pabrik. Yang boleh bawa kamera saat itu hanya fotografer FF. 



      Pakai kostum pabrik. Kayak dokter ya, dokter bedah pabrik :D

      Perjalanan kami di dalam pabrik tidak lama. Pintu pertama yang biasa dimasuki oleh siapapun yang akan masuk pabrik, termasuk karyawan dan tamu, adalah ruang cuci tangan. Namanya pabrik makanan/minuman ya, mesti higienis kapan pun dan di mana pun. Setelah itu baru kami keliling. Kami tidak menyebar, melainkan berjalan beriringan di jalur yang sudah disediakan. Jalur tersebut mengantar kami dari satu bagian produksi ke bagian produksi lainnya. Mulai dari tempat pembuatan kaleng, pengisian, pelabelan, hingga area pendistribusian.

      Mesin-mesin canggih memenuhi seisi pabrik. Suara-suara mesin berpadu dengan conveyor yang berjalan meliuk-liuk, naik turun, membawa kaleng-kaleng kosong, kaleng berisi, hingga kaleng-kaleng yang sudah dimasukkan ke dalam dus-dus. Jumlah pekerja dalam pabrik tentu tidak sebanyak mesin-mesin. Mereka yang ada hanya bertugas menjadi operator mesin, pengawas mesin, dan entah apa lagi. Yang lainnya menggunakan forklift untuk memindahkan dus-dus yang sudah berisi kemasan susu. Jadi, proses pengemasan susu dalam pabrik steril dari tangan manusia.

      Memang tidak terasa, tahu-tahu sudah diujung, perjalanan selesai. Bertemu dengan tumpukan dus-dus yang siap dikirim ke distributor. Begitu cepat. Wajar jika dalam sehari pabrik bisa menghasilkan ribuan susu kental maupun cair dalam kemasan.

      Teknologi canggih membuat proses produksi berjalan dengan cepat. Pabrik beroperasi 365 hari tanpa libur. Setiap hari 200 ton susu akan diolah di pabrik. 



      kaleng-kaleng susu kental manis dalam dus sedang 'jalan-jalan' naik turun conveyor *Foto: Frisian Flag*


      Semua dikerjakan oleh mesin, keluar mesin sudah dalam dus *Foto: Frisian Flag*

       
      MAKAN SIANG, GAMES, DAN DOORPRIZE 

      Usai bareng-bareng melihat pabrik, tiba saatnya makan siang. Tumpukan makan siang (chicken teriyaki), salad sayur, salad buah, telah tersaji di meja disediakan khusus untuk blogger. Kami bersantap bareng. 


      Acara selanjutnya menyaksikan cara pembuatan ragam minuman dari susu kental manis. Ada tiga minuman yang dibuat oleh barista, yaitu Frisian Chocorock, Frisian Chillhood Crumbs, dan Frisian Chocomint Mojito. Menarik? Tentu. Jadi tahu kalau susu kental manis nggak hanya diminum dengan dicampur air hangat atau dingin saja, tapi bisa dibuat ragam minuman lainnya. 

      Setelah selesai belajar membuat minuman dari susu kental manis, kami pun dibuatkan satu persatu sesuai minuman apa yang kami suka. Tenyata Frisian Chocorock paling banyak digemari.


      Makan siang dulu sebelum lanjut acara berikutnya
       
      makan siang dalam suasana santai kayak di pantai :D

      Lihat, catat, potret :D


      Cara asik menikmati susu kental manis, dibuat jadi beragam minuman enak


      Chocorock, Chillhood Crumbs, dan Chocomint Mojito

      Nah berikutnya baru acara ‘kocok nama’ buat memenangkan doorprize.  

       
      MC Tyas, yang sejak awal memandu jalannya acara, sukses bikin suasana jadi heboh. Ada saja caranya untuk bikin kami tertawa dan merasa gembira. Yang dapat doorprize ternyata banyak. Wajar, karena hadiah yang disediakan memang banyak. Dari barang-barang seperti termos, blender, mixer, wajan, spatula, hingga voucher belanja.

      Yang belum beruntung dapat apa? Tenang, semua blogger yang hadir tetap kebagian hadiah. Nih saya sebutin ya. 1 set Wajan+teflon+spatula+spons cuci, blender, tupperware, termos, mug, susu kental manis kemasan pouch, susu kental manis kaleng, dan susu kental manis kemasan sachet. Yang menang doorprize dapatnya double ya. Selamat semuanya. 



      Para pemenang doorprize


      Saya dan Arie juga dapat dong :))
      Silaturahmi yang menyenangkan, pulangnya bawa banyak hadiah bermanfaat ^_^

      Hadiah lainnya yang tak kalah berharga tentunya silaturahmi dengan sesama blogger. Ya, adanya acara ini telah mempertemukan saya dengan banyak teman blogger yang seru-seru dan asik-asik. 


      Bahkan ada teman dari Cianjur yang saya kenal di dunia maya (sesama blogger) sejak 2009 lalu, tapi baru di Frisian Flag kami bertemu. Saya juga dipertemukan dengan blogger Jogja, yang selama ini hanya berinteraksi di medsos. Banyak bertemu kawan blogger lainnya juga, seperti dari komunitas Indonesian Food Blogger (IDFB) yang anggotanya jago-jago di bidang food dan food fotografi. 


      Seru, senang, sehaaaaaat

      Hari itu, Frisian Flag telah membuat kami bahagia.

      Bahagia itu, katanya, sering mendatangkan efek sehat. Apalagi bila ditambah rajin minum susu. Manfaatnya banyak sekali untuk tubuh. Nah, ajak keluarga kita terus minum susu yuk. Biar badan sehat, hati pun bahagia. 







      Untuk informasi lebih lanjut tentang Frisian Flag dan produk-produk terbaiknya, teman-teman bisa kunjungi alamat berikut ini:
      - Website: www.frisianflag.com
      - Facebook: frisian flag indonesia
      - Twitter: susu_bendera
      - Instagram: susu.frisianflag



      Menyisir Sungai Musi, Menelisik Sejarah Kota Palembang

      $
      0
      0
      wisata palembang

      Tulisan berikut ini dimuat di inflight magazine XpressAir edisi Nopember 2016. Foto-foto dalam tulisan saya ambil saat mengunjungi Palembang pada bulan Mei 2016. Saat itu saya dan rekan-rekan blogger diundang ke Palembang oleh disbudpar Palembang untuk menyaksikan Musi Triboatton 2016, sekaligus berwisata menjelajah Sungai Musi.

      ====================================


      Menyisir Sungai Musi, Menelisik Sejarah Kota Palembang

      Kami menyisihkan waktu sehari untuk melayari Sungai Musi. Menghayati legenda cinta Pulo Kemaro. Mengenal sejarah Kampung Arab al-Munawar. Mencicipi kuliner lokal di warung terapung. Dan, menatap lanskap jelita Kota Palembang dari Jembatan Ampera.

      Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan beragam kebudayaan dan karakter. Tak hanya mewariskan peninggalan berupa benda-benda bersejarah, tetapi juga karya budaya yang tak kalah bernilai.

      Keberadaan Sungai Musi yang menjadi nadi kehidupan warga Palembang menambah kekayaan wilayah ini. Sungai dengan panjang aliran mencapai 750 kilometer menjadi saksi keberadaban dan kebudayaan khas Sumatera selatan. 

      Jembatan Ampera

      Berperahu di Sungai Musi
      Berperahu adalah cara terbaik untuk menikmati wisata sungai yang menjadi jualan utama kota yang pernah dijuluki Venice of The East. Titik keberangkatan bisa dimulai dari dermaga 16 Ilir bawah Ampera atau dermaga Benteng Kuto Besak. Kami menyewa perahu mesin bertarif Rp 200.000,- dengan tujuan Pulau Kemaro dan Kampung Arab al-Munawar.

      Jumlah kami sepuluh orang, sesuai batas maksimum kapasitas perahu. Cuaca sedang secerah kaca, kami pun duduk tenang di atas perahu, ditemani awan berarak dari utara yang melaju penuh. 

      Saya, duduk di depan agar puas menikmati angin segar.
       
      Dermaga 16 Ilir

      Beberapa kali perahu terayun-ayun terkena terjangan ombak saat berpapasan dengan speedboat lain yang melaju lebih kencang. Tak jarang cipratan air mengenai wajah dan badan. Sedikit cemas, tapi tetap banyak senangnya berlayar di sungai yang lebar. 

      Dari dalam perahu, saya dapat melihat kehidupan sehari-hari warga bumi Sriwijaya, deretan rumah tradisional, kapal-kapal besar milik PT.Pusri, hingga pelabuhan Bom Baru Pelindo yang menjadi pelabuhan sungai terbesar di Sumatera.

      Kapal-kapal besar melintas. Perahu-perahu kecil lalu lalang. Warna cokelat air Sungai Musi, rumah-rumah dan pepohonan di tepian menambah keeksotisan sungai yang jadi ikon provinsi. Tak hanya itu, langit biru dan awan seputih kapas menjadi kombinasi warna yang cantik. Sepanjang perjalanan, saya nyaris tak henti menekan tombol shutter kamera.

      Pelabuhan Bom Baru IPC

      Perahu ketek (getek) ini sempat mati mesin di tengah sungai :D

      Legenda Cinta Pulau Kemaro
      Pulau Kemaro terletak pada sebuah delta di tengah-tengah Sungai Musi, sekitar 6 kilometer dari Jembatan Ampera. Kami menghabiskan waktu tiga puluh menit untuk mencapainya. 

      Dari perahu yang masih melaju di atas sungai, menara pagoda sudah terlihat, menjulang di antara rimbun pepohonan. Perlahan perahu merapat di dermaga, kami pun berlompatan turun, jalan kaki meniti jembatan merah menuju daratan pulau. 

      Pintu gerbang Pulo Kemaro

      Jalan menuju pintu gerbang Pulo Kemaro

      Kebudayaan Cina terasa sangat kental ketika memasuki pulau. Terlihat dari arsitektur dan dominasi warna merah pada gerbang Pulo Kemaro, bangunan Klenteng Hok Tjing Rio dan pagoda bertingkat sembilan. 

      Klenteng Hok Tjing Rio atau lebih dikenal Klenteng Kuan Im dibangun sejak tahun 1962. Tempat ini biasanya dikunjungi oleh mereka yang ingin melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan masyarakat Cina. Wisatawan seperti kami tidak diijinkan masuk dan naik pagoda, kecuali di lantai dasarnya saja yang memang terbuka. 

      Di depan Klenteng, difoto oleh Wira Nurmansyah

      Kata “kemaro’ berasal dari bahasa Palembang yang berarti kemarau. Menurut masyarakat setempat, walaupun Sungai Musi sedang meluap, pulau tidak akan tergenangi air. Udara di pulau cenderung sejuk, karena di sini  banyak tumbuh pohon besar dan rindang. 

      Terdapat pula warung jajan yang menyediakan banyak kursi. Cocok untuk beristirahat sambil menyeruput air kelapa muda segar yang disediakan penjual.

      Tempat jajan di Pulo Kemaro

      Pulau Kemaro juga dikenal sebagai pulau cinta. Konon, pulau ini timbul setelah terjadinya kisah tragis yang menimpa putri raja Palembang -Siti Fatimah dan saudagar kaya raya Tionghoa- Tan Bun An. Nah, makam kedua orang inilah yang kami jumpai di Pulau Kemaro. 

      Kisah putri dan pangeran tersebut tertulis pada prasasti yang diletakkan dekat bangunan klenteng. Dibuat oleh Disparbud Kota Palembang pada tahun 2009. 

      Terbaca nggak tulisannya?

      Kini Pulau Kemaro sedang dikembangkan menjadi Eco-Park dan Eco-Tourism. Telah dibangun bungalow yang nantinya dikelilingi oleh sawah dan rawa yang asli sehingga suasana lingkungan bungalow akan asri bagaikan di pedesaan. Akan dibangun juga Historical Park, taman burung, plaza, jalur pedestrian, dan sebuah jembatan yang menghubungkan antara daratan dan Pulau Kemaro. 

      Dengan pengembangan tersebut, bukan tak mungkin nantinya berwisata ke Pulau Kemaro  akan menjadi pengalaman menarik yang tidak biasa bagi wisatawan lokal, nasional, maupun internasional.

      Pagoda bertingkat sembilan

      Kampung Arab al-Munawar
      Perahu berlayar ke arah hulu, melaju tertatih melawan arus. Kami menuju Kampung Arab al- Munawar yang terletak di kawasan 13 Ulu, salah satu kampung Arab paling termasyhur di Indonesia. Untuk mencapai lokasi kampung Arab bisa melalui dua jalur. Jalur pertama lewat darat, jalur kedua lewat jalur sungai dengan menggunakan perahu seperti kami.

      Sesampainya di daratan, kami melewati jalan tidak lebar menuju sebuah lapangan, pusat Kampung Al Munawar. Orang pertama yang kami jumpai adalah Muhammad al-Munawar, Ketua RT yang juga merupakan generasi keenam keturunan langsung leluhur kampung: Habib Hasan al-Munawar. Darinya kami memperoleh banyak cerita.

      Medekati Kampung al-Munawar
      Salah satu rumah dalam foto ini pernah dipakai untuk syuting film "Ada Surga di Rumahmu"

      Sebagai kawasan tua di Palembang, Kampung Arab memiliki delapan rumah tua berusia lebih dari 250 tahun. Ada rumah panggung tradisional bergaya limas, ada pula rumah dengan arsitektur yang kental dengan nuansa Timur Tengah dan Eropa. 

      Meski sudah tua, tapi rumah-rumah tersebut masih kokoh berdiri sampai kini. Nuansa vintage dan eksotis dari Kampung Arab ini membuat saya bagai tersedot ke masa lalu.

      Rumah tua berusia lebihh dari 250 tahun

      Salah satu Rumah Limas tua berusia ratusan tahun

      Sebagian besar rumah tua telah dihuni secara turun-temurun, sehingga lumrah bila di satu rumah dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Pak Muhammad al-Munawar mengajak kami melongok ke dalam rumah Ibu Lathifah al-Kaab, yang masih satu garis keturunan dengan Pak Muhammad. 

      Ibunya Bu Lathifah bermarga al-Munawar. Namun karena menikah dengan pria bermarga al-Kaab, Bu Lathifah dan seluruh saudaranya menyandang nama keluarga al-Kaab.

      Muhammad al-Munawar

      Anak-anak tampan Kampung Arab :)

      Rumah Bu Lathifah merupakan salah satu dari delapan rumah asli Kampung al-Munawar yang dibangun di era Habib Hasan. Berusia nyaris 300 tahun. Rumah-rumah tersebut dibangun untuk anak-anak Habib Hasan, dan kemudian menjadi cikal-bakal kampung. 

      Di salah satu dinding rumah terpajang silsilah keluarga. Nuansa Eropa terlihat dari pintu-pintu dan jendela berukuran besar dan tinggi. Bahkan, lantai rumahnya bukan marmer biasa, melainkan granit yang didatangkan langsung dari Italia. 

      Foto-foto di dinding yang menunjukkan silsilah keluarga

      Rumah lawas bernuansa Eropa dan Timur Tengah. Granitnya didatangkan dari Italia

      Dinamakan Kampung Arab karena awalnya di sinilah para pedagang-pedagang arab bermukim. Di masa lampau Habib Abdurrahman al-Munawar adalah tokoh yang dihormati. Beliau adalah salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam pertama kali di kawasan ini. Namanya kemudian dijadikan nama kawasan di Kampung Arab.

      Kampung al-Munawar dihuni oleh sekitar 30 kepala keluarga. Pada umumnya penduduk kampung berprofesi sebagai pedagang. Di pusat kampung terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kautsar, tempat belajar anak-anak Kampung Arab al-Munawar dan sekitarnya. Di sini murid sekolah diliburkan pada hari Jumat, tetapi tetap masuk pada hari Minggu. Sebagaimana kampung tua, bangunan madrasah juga mempunyai bentuk bangunan yang vintage dan eksentrik. 

      Sekolah MI Al Kautsar

      Palembang adalah kota tua yang bangga. Kampung al-Munawar tak hanya memesona dari segi bangunan lawasnya, tapi juga dari rekam sejarah dan budaya. Komunitas Arab adalah bagian dari kekayaan sejarah, budaya, dan intelektualitas kota Palembang, mereka telah memberi banyak andil dalam perkembangan kota Palembang.

      Kami hanya satu jam di Kampung Arab. Tapi pengalaman yang didapat sulit untuk dilepas. Saya nyaris tak henti mengagumi keindahan bangunan-bangunannya, mendengarkan cerita-cerita seru tentang para penduduknya, melihat keceriaan anak-anak kecilnya, juga merasakan kehangatan dan senyum warganya. 



      Sensasi Kulineran di Warung Terapung
      Jelajah Sungai Musi berlanjut jelajah rasa. Kulineran di mana? Tidak ke mana-mana, masih di sekitaran sungai saja. Wisatawan seperti kami patut bersukacita karena pinggiran Sungai Musi kini telah disulap menjadi tempat rekreasi lengkap dengan warung, kafe dan restoran yang menyediakan makanan khas Palembang. 

      Warung apung dekat dermaga 16 Ilir bawah Jembatan Ampera jadi pilihan. Ada tiga warung apung, semuanya menyajikan menu pindang pegagan, salah satu kuliner andalan Palembang selain empek-empek. Warung apung berbentuk seperti kapal tapi berukuran kecil. Kami masuk ke salah satu warung, namanya Warung Mbok Mar. 

       
      Muatan warung sekitar 25 orang saja. Di dalamnya terdapat meja panjang dengan kursi-kursi menghadap ke sungai. Di sinilah letak daya tariknya, sambil makan saya bisa memandangi kemegahan Jembatan Ampera yang membentang di atas sungai. 

      Saat perahu dihempas ombak, warung bergoyang-goyang. Sensasinya seakan seirama dengan goyangan lidah yang asyik menikmati lezatnya pindang.



      Masakan pindang merupakan salah satu kuliner yang wajib dicoba di Palembang. Sebetulnya, masakan pindang juga bisa dijumpai di daerah lainnya. Tetapi, pindang tiap daerah punya cita rasa yang berbeda. Masing-masing punya kekhasan, baik bahan maupun cara pengolahan. Begitu juga dengan pindang Palembang. 

      Di Warung Mbok Mar, kami bersantap dengan menu pindang patin, baung, dan gabus. Lengkap dengan sambal dan lalapan segar. Bagaimana rasanya? Bukan main sedapnya.



      Jelang senja, kami tak ragu mencoba kuliner khas Palembang lainnya. Empek-empek, tekwan, model, ragit, celimpungan, kue kojo, es kacang merah, martabak HAR, dan masih banyak lagi. Semua sajian khas itu seberagam budaya yang mengarungi rute Kerajaan Sriwijaya di masa silam. Sungguh, di Bumi Sriwijaya, kuliner bukanlah konsep semata, melainkan kebahagiaan ala wong kito.

      Baca juga : Jelajah Kuliner Palembang

      HOW TO GO
      Xpress Air melayani rute Bandung-Palembang, waktu tempuh sekitar 1 jam. Dari bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, ada 3 pilihan transportasi menuju pusat kota, termasuk Jembatan Ampera, yaitu : taksi, bus Trans Musi, dan gojek. Ongkos taksi Rp 80.000 – Rp 100.000. Waktu tempuh 30 menit. Tarif bus Trans Musi Rp 5.000,- Waktu tempuh 1 jam. Ongkos gojek Rp 35.000 – Rp 40.000. Waktu tempuh sekitar 30-40 menit.

      WHERE TO SLEEP
      Hotel Batiqa Palembang terletak di lokasi strategis. Hanya berjarak 3,5 kilometer dari Jembatan Ampera. Pusat kota dapat ditempuh dalam waktu 15 menit dengan motor atau 20 menit dengan mobil. Hotel Batiqa menawarkan kamar yang nyaman mulai dari Rp 475.000 (tanpa breakfast) dan Rp 525.000 (dengan breakfast). 

      Kamar Batiqa Hotel Palembang yang saya inapi :)

      WHERE TO EAT
      Warung Terapung Mbok Mar menyajikan menu pindang dan sensasi makan di atas sungai. Malam hari, nikmati menu seafood dan kuliner Palembang di Restoran River Side dalam suasana bak kapal pesiar sambil memandang kemegahan Jembatan Ampera yang bermandikan cahaya. 

      Jangan lewatkan kuliner legendaris Martabak HAR di Jalan Sudirman. Mie Celor HM.Syafei di Jalan KH. Ahmad Dahlan bisa jadi sarapan lezat di pagi hari. Empek-empek panggang Saga Sudi Mampir paling enak buat kudapan sore. Pempek Pak Raden di Jalan Sudirman cocok untuk oleh-oleh. 

      Biar kekinian, singgahlah di Toko Harum. Banyak kue khas dan makanan Palembang tempo dulu, bahkan langka, tersedia di sana.

      inflight magazine xpressair







      Rayakan Harbolnas Bersama Zalora

      $
      0
      0

      Festival belanja daring terbesar di Indonesia sebentar lagi digelar. Tempat belanja fashion favorit saya, Zalora, juga mulai bersiap menyambut Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Apa yang akan diberikan oleh Zalora pada pelanggannya? 

      Dalam Harbolnas Zalora tahun ini, setidaknya ada empat yang akan dihadirkan oleh Zalora. Ke empat hal tersebut, berbeda dari dua Harbolnas sebelumnya.
       
      Yang pertama, Zalora akan lebih khusus menargetkan jenama dan kualitas produk. Ada sekitar 900 jenama yang akan diikutsertakan dalam Harbolnas kali ini.

      Dalam dua tahun terakhir gelaran Harbolnas, produk-produk olahraga dan desainer di Zalora menjadi primadona yang dicari para pembeli. Nah, untuk tahun ini Zalora juga menyiapkan proyek khusus untuk para desainer. Ada 44 desainer dengan preferensi produk yang berbeda  akan bergabung dalam Harbolnas kali ini. Di antara jenama yang ikut serta adalah KYK, Danjyo Hyoji, Duma, ATS the Label, Aesthetic, Pleasure, dan Alexalexa. 


      Jadi, buat para pelanggan setia Zalora, terutama pembeli produk fashion, nanti akan ada beberapa label yang benar-benar baru masuk di Indonesia atau jarang dijual secara daring, akan dijual di Zalora.

      Zalora juga menyiapkan program yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Saat ini perempuan menempati 40 persen pembeli Zalora. Nah, buat kalian teman-teman sesama perempuan, ini kabar gembiranya. Zalora menyiapkan diskon hingga 70 persen untuk produk Love Bonito, (X) SML, FLY, Karen Chloe, dan Cobelini. Les Catino akan didiskon hingga 55 persen. Sedangkan produk Mango, Cotton On, Alexalexa, Keds, dan sebagainya. Tentu ada pula diskon hingga 45 persen, 30 persen dan 20 persen.

      Untuk laki-laki yang menjadi konsumen mayoritas Zalora, disiapkan diskon hingga 60 persen untuk produk Nike, 50 persen untuk produk Levi’s, Factorie, Lois, G-Shock, dan Dolce & Gabama. Untuk produk Vans, Converse, New Balance, dan Puma, ada paket diskon hingga 45 persen. 

      Yang kedua, Zalora akan memberikan penerapan sistem mobile picking. Sistem ini memungkinkan tim Zalora bekerja lebih efisien delama masa order.

      Jadi, selama Harbolnas berlangsung, para pengantar barang bisa melakukan checklist untuk memastikan barang sudah diantarkan ke alamat yang benar.

      Zalora juga menyiapkan penambahan packer sebanyak enam kali lipat selama Harbolnas. Packer bertugas memberi tanda pada barang-barang yang sudah di-pack. Dengan begitu, Zalora bisa mendapat data yang jelas terkait jumlah stock barang yang masih tersedia.

      Kantor Zalora juga akan beroperasi selama 24 jam selama masa Harbolnas, termasuk para petugas yang melakukan verifikasi transaksi bank. Zalora juga akan menambahkan jumlah layanan pelanggan sebanyak 4 kali lipat. 


      Yang ketiga, Zalora melakukan migrasi server ke Amazon Web Services untuk memastikan tidak akan ada kendala downtime selama Harbolnas. Langkah ini diharapkan dapat membantu Zalora mencapai target peningkatan jumlah transaksi 10 kali lipat daripada hari biasa dan peningkatan lalu lintas pengguna sebanyak empat kali lipat dari bulan sebelumnya.

      Yang keempat, Zalora mengupayakan arus informasi real time. Ini didukung dengan sistem mobile picking yang memungkinkan pelanggan mengetahui ketersediaan barang. Layanan 24 jam juga disiapkan untuk mewujudkan hal tersebut. 



      Dengan hadirnya empat hal tersebut selama Harbolnas, Zalora sebagai destinasi fashion online terbesar di Asia telah membantu banyak label lokal, sehingga memperluas market konsumen.

      Harbolnas juga telah menjadi ajang bagi industri niaga elektronik untuk memberikan pengalaman berbelanja yang mengesankan bagi para konsumen daring. Studi internal Zalora menyebutkan, 73 persen konsumen takut berbelanja daring karena ragu dengan kualitas barang.

      Karena itu, Zalora menyikapi hal tersebut dengan menerapkan prinsip zero tolerance untuk segala bentuk pemalsuan dan pembajakan produk. Sebanyak 51 persen konsumen takut berbelanja karena ragu dengan keamanan transaksi. Bagi konsumen tipe ini, Zalora menyiapkan metode pembayaran khusus dengan cara cash on delivery (COD) dan menjamin keamanan pembayaran dengan kartu kredit.

      Untuk konsumen yang tidak puas dan ingin mengembalikan barang, Zalora memberikan toleransi waktu 30 hari masa pengembalian dengan fasilitas penjemputan. Sebanyak 60 persen penjualan di Zalora dilakukan dengan pengepakan dan pendistribusian oleh pihak internal. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan hingga lebih dari 90 persen.

      Nah, kamu sudah siap menyambut Harbolnas? Sambut bersama Zalora yuk.

      Taman Batu Granit Tanjung Bintang Lampung Selatan

      $
      0
      0
      taman batu granit lampung selatan

      Long weekend di minggu ke 2 Desember 2016. Sabtu sampai Senin. Lumayan. Mau pergi ke mana? Lampung! Lampung lagi?

      Memanfaatkan tiket promo Sriwijaya Air, saya pesan tiket PP Jakarta – Lampung di situs penjualan tiket pesawat online tiket2.com dengan harga luar biasa murah. 


      Iya, tiket pesawatnya murah. Totalnya tidak sampai Rp 500 ribu. Biasanya tidak sejumlah itu. Jika dibandingkan naik bus Damri PP Rp 500 ribu, waktunya 8 jam, berangkat malam sampai Lampung pagi hari, ya mending naik pesawat lah. Hemat waktu juga. Lain halnya kalau longgar waktu, naik bus saja, bisa nikmati perjalanan, bisa santai-santai. 

      Terbang bersama Sriwijaya Air

      Saya bukan tipe pejalan yang melangkah ke mana angin berembus. Semua direncanakan, diniatkan, dan berusaha dilaksanakan. Perihal nanti batal, gagal, cancel, atau apa pun namanya, itu urusan nanti. 

      Nah, rencananya di Lampung saya akan ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang. Jika tidak hujan ingin pergi ke pantai. Mau kulineran ke tempat makan yang belum dikunjungi. Ingin kopdar dengan beberapa blogger Lampung. Dan tentunya mau ikut workshop fotografi!

      Yaaah walau kemudian ada beberapa yang tidak sesuai rencana, workshop fotografi-nya batal karena pengisi materinya sakit, saya tetap jalan-jalan, tetap di Lampung sampai waktunya pulang. 

      Bandara Radin Inten II Lampung seusai diguyur hujan

      Cuaca tidak begitu bagus. Minggu pagi saya berangkat, Tangerang diguyur hujan. Di langit, awan hitam tampak tebal. Saya naik pesawat tipe jadul yang kabarnya sudah tidak dipakai lagi oleh airline manapun kecuali Sriwijaya (menurut mbak penumpang di sebelah saya).

      Sebelumnya, ke Lampung naik Sriwijaya Air juga, tapi pesawat baru, bagus dan besar. Sekarang naik yang kecil. Sama seperti orangnya. Duduk di bangku 26A, di pojok, di belakang pula. Untung nggak hilang. Alhamdulillah penerbangan baik-baik saja. Meski merasa keheranan karena terasa agak lama berputar-putar di atas Lampung. Tidak turun-turun. Apa karena tidak ada celah untuk turun sebab tertutup rapat oleh awan-awan tebal?  

      “Nggak ngaruh sih mbak awan seperti itu, mestinya pesawat tetap bisa turun kok,” lagi-lagi mbak di bangku sebelah memberi penjelasan. Saya mingkem sambil manggut-manggut.

      terminal baru bandara radin inten
      Wajah baru terminal bandara Radin Inten II

      WAJAH BARU BANDARA RADIN INTEN II

      Lampung baru saja diguyur hujan. Bandara Radin Inten II yang belum kelar direnovasi tampak masih berantakan. Keluar dari terminal saya heran, kantin makan tempat biasa saya singgah untuk sekedar minum atau makan bakso, sudah tidak ada. Keadaannya sudah berbeda. 

      Jalur mobil penjemput sudah tak lewat depan pintu kedatangan seperti biasa. Saya harus keluar pagar terminal, berdiri di pinggir jalan, seret-seret koper, biar mobilnya mudah jemput. Hadeuh.

      Jalan-jalan ke Taman Batu Granit. Tahu dari mana saya tempat tersebut? Dari mana lagi kalau bukan dari blog Mas Yopie Pangkey.

      Baca : Wisata Gunung Batu Srikaton Lampung Selatan

      Lampung, The Treasure of Sumatra

      SEWA MOBIL BANDAR LAMPUNG

      Hari Senin saya ke Taman Batu Granit. Tanggal 12 bulan 12. Pas Harbolnas. Harbolnas lho. Harbolnas! Harinya para wanita pesta diskon. Tapi saya tak hirau pada semua itu. walau sempat bergumam “Coba ya perjalanan ke Taman Batu Granit bisa dibeli online. Dapat diskon gede di Harbolnas. Diskon jarak, diskon waktu.” Ngayal deh. Yang jelas, saat yang lain belanja belanji di toko online, saya sibuk mengelap air mata. Eh, air hujan maksudnya. Lampung siang itu hujan.

      Bandar Lampung ke Lampung Selatan itu dekat. Maka itu saya tidak berencana berangkat pagi. Jarak tempuh sekitar 35 kilometer, dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan berkendara motor atau mobil. Karena dekat dan tidak lama, saya pikir berangkat siang pun tak apa.

      Setelah makan siang yang telat, jam 14.30 kami baru meluncur menggunakan mobil Avanza sewaan. Sudah jelang sore. Harga sewa mobil harian Rp 250.000, supir Rp 100.000, bbm Rp 150.000. Itu perkiraan awalnya. Saat bayar, totalnya cuma Rp 400.000,- (mobil 200, supir 100, bbm 100). 


      Nah, kalau kamu butuh kendaraan sewa buat ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang, itu biayanya.

      Mencari jalan

      LAMPUNG SELATAN

      Dari Umah Bone (tempat kami makan siang itu) di daerah Pahoman, kami meluncur ke arah Panjang. Yang saya ingat dari Panjang adalah Pelabuhan IPC Pelindo. Terakhir lewat sana Agustus lalu, waktu mau ke Kalianda, jalan-jalan lihat Pulau Mengkudu. Tapi kemarin arahnya berbeda. Setelah dari Panjang lanjut ke Jl. Ir. Sutami, belok ke Desa Wonodadi Dalam, lanjut ke Batu Granit.

      Yang saya lihat selanjutnya adalah jalan yang pernah saya lalui saat mudik lewat darat ke Palembang. Kios oleh-oleh pinggir jalan, masih sama seperti yang dulu pernah saya mampiri. Tapi ingatan akan tempat-tempat itu hilang setelah mobil belok kanan. Jalan yang dilewati mulai nanjak. Karena naik bukit, saya kira di atas bakal bertemu hutan, atau semacam perkebunan. Ternyata pedesaaan dan kawasan industri. Ada pabrik Charoen Pokphand dan Coca Cola. Sisanya perkampungan, tanah-tanah kosong bertuan dan kebun-kebun singkong.

      “Taman Batu Granit ada dua, mau yang mana?” tanya mas Keliling Lampung.

      “Lho, ada dua ya? Baru tahu. Yang diposting dalam blog itu yang mana?” kaget sambil balik tanya.

      “Yang di depan itu,” sambil nunjuk sebuah belokan ke kanan.

      “Bagus yang mana?

      “Bagus semua.”

      Bingung kan jadinya? Akhirnya saya pilih yang ke dua. Yang pertama tidak saya pilih itu namanya Gunung Batu Srikaton. Masuk ke dalam sekitar 30 menit lagi katanya. Sedangkan yang kedua, namanya Taman Batu Granit. Keduanya sama-sama di Tanjung Bintang. 

      Ada sungai di tengah perkebunan karet

      BANYAK BERTANYA AGAR TAK SESAT DI JALAN


      Tidak ada papan petunjuk arah yang jelas, yang memudahkan kami menemukan Taman Batu Granit. Di beberapa persimpangan kami harus berhenti dan bertanya pada warga. Tiga kali tanya arah, tapi masih nyasar juga.

      “Katanya sudah pernah ke sana, kok nggak tahu jalannya?” tanya saya.

      “Waktu itu kami datang dari arah yang berbeda, bukan lewat sini,” jawab mas Yopie.

      Pantas kalau begitu. Hehe. Supir pun tidak tahu jalan. Ikut tanya-tanya juga. Saat sampai pada sebuah tanah agak lapang, kami belok kanan. Dari belokan itu, muncul dua pengendara sepeda motor. Tiga perempuan dan satu laki-laki. Kami bertanya kepada mereka.

      “Batu Granit di sana ya?” supir menunjuk ke depan.

      “Bukan mas, tapi ke sana,” jawan perempuan berhelm sambil menunjuk ke sebelah kiri dari posisi mobil kami.

      “Nyasar ya mas? Sama!” lanjut perempuan itu.

      Saya coba intip wajah di balik helm-nya. Dia tertawa. Meledek. Lucu. Melihat itu, saya tersenyum masam. 

      kebun karet lampung selatan
      Sunyi.....
      MASUK HUTAN KARET

      Jadi begini, jalan menuju Tanjung Bintang itu awalnya mulus-mulus saja. Aspal. Lebar. Tapi sisanya adalah jalan tanah dan batu. Bahkan, 3 kilometer jelang Taman Batu Granit, tidak ada jalurnya sama sekali. Ada celah agak lebar di antara pohon-pohon karet itu saja yang dijadikan jalan. Jalannya seperti maksa. Cuma rumput dan tanah, sesekali lubang. Sampai ujung, ada pemuda bermotor yang mengarahkan kami mendekati kumpulan batu paling besar. Akhirnya sampai.

      Bicara tentang kebun karet, Taman Batu Granit ini memang terletak di tengah perkebunan karet PTPN Afdeling VII Bergen, tepatnya di Desa Purwodadi Dalam. Kebun karetnya luaaas banget. Tapi sepi. Bukan mall sih, wajar sepi ya. 

      Agak ngeri juga kalau sendirian. Ngeri sama preman, rampok, begal, atau apalah yang semacam itu. Ada sih sesekali satu atau dua kendaraan lewat. Entah itu motor atau mobil. Kalau begalnya lebih ramai, satu atau dua mobil yang papasan belum tentu bisa menolong. Hiiii....serem juga.

      Sapi sedang bersantap sore

      JANGAN BERANGKAT SENDIRIAN


      Sebagai perempuan, saran saya sih datang ramean kalau mau ke Batu Granit. Ajak orang-orang yang bisa melindungi kalau terjadi apa-apa. Memang sih, kejahatan ada di mana-mana, nggak cuma di kebun karet yang sepi, di tengah mall juga bisa terjadi. Tapi tetaplah selalu waspada. 

      Tadi saya coba baca artikel online lainnya tentang Batu Granit. Disebutkan bahwa dulu sebelum tahun 2010, tempat ini rawan preman. Kalau malak (tukang palak yeeee) pakai golok. Ngeri nggak tuh?

      Alhamdulillah saat saya ke sana tidak ada kejadian seperti itu. Malah cewek-cewek ada yang berani bawa motor ke sana cuma ber-empat. Mungkin masa-masa begal sudah lewat. Siapa tahu sekarang sudah lebih aman. Tapi tetap harus waspada.

      Batu granit berserakan di tengah kebun karet

      TAMAN BAGUS TAPI TAK TERURUS


       Sebelum sampai lokasi, sudah tampak batu-batu besar di tengah kebun karet. Letaknya sembarang, ada di mana saja. Kadang cuma satu, kadang ada dua, kadang sampai empat batu. Diameternya kira-kira satu sampai dua meter. Belum termasuk besar. Nah, yang besar dan sangat besar ada di ujung perjalanan. Ujung perjalanan? :D

      Kesan pertama saat sampai di Taman Batu Granit, keadaannya tidak terurus sama sekali. Tempat parkir? Wah, jangan kira ada tempat parkir di sini. Sembarang pokoknya. Asal ada tempat kosong, parkir saja. 


      Rumput dan semak belukar di mana-mana. Tapi mendinglah nggak sampai bikin susah buat jalan. 

      di lokasi

      BATU GRANIT RAKSASA


      Di tempat mobil kami parkir, ada banyak sekali batu. Dari ukuran kecil (kecilnya segede kerbau hehe) sampai yang sangat besar. Saya bingung mau mendekati yang mana. Akhirnya diajak ke batu yang paling besar. 

      Seberapa besar? Kira-kira sebesar rumah tipe 21. Tingginya sekitar 10 meter. Bisa dinaiki? Bisa. Nggak perlu pakai manjat ala panjat tebing. Tinggal naik dari batu ke batu. Mudah. Saya malah naiknya pakai wedges lho. Nggak dilepas hehe. Bisa sampai atas. Pokoknya mudah dinaiki. Di atas batu saya bisa lari-lari pula :D

      Sampai atas, masha Allah, langsung nyesss rasanya badan ini. Hijauuuu semuanya. Adem lihatnya. Hutan karet di mana-mana, luas sejauh mata memandang. Mata benar-benar dimanjakan oleh panorama yang bikin hati jadi sejuuuuk. 
      Jika batu sandungan hidup sebesar itu, mampukah kamu mengangkatnya?

      PEMANDANGAN MENAWAN

      Hati yang sedang panas dijamin bakal jadi adem berada di atas batu ini. Yang sedih bakal jadi lupa sedihnya, berganti gembira dan bahagia. Yang sedang nggak punya gairah, jadi bangkit lagi gairahnya. Yang marah bisa berubah jadi sayang lagi….hehe.

      Bagi orang lain, berada di ketinggian dengan pemandangan alam nan hijau mungkin biasa saja. Apalagi yang biasa naik gunung dan lihat pemandangan alam yang spektakulernya kebangetan. Tapi buat saya yang bukan anak gunung, naik batu granit besar dengan suguhan pemandangan hutan karet saja sudah bahagiaaa banget. Seperti lepas dari segala beban hidup. 

      Hutan karet menghijau sejauh mata memandang

      FOTO-FOTO CANTIK SAMBIL NGAYAL-NGAYAL CANTIK


      Memang sih sampai di atas batu itu kerjaan saya banyakan motret. Motret juga asal-asalan. Ada juga rekam video. Sisanya ya selfie-selfie cantik. Memang cakep banget tempatnya buat foto-foto. Tapi selain itu, saya juga menikmati suasana. Walau tidak lama.

      Saya membayangkan berada di tempat ini malam hari. Sendirian. Alangkah sepinya. 


      Berbaring di atas batu, memandang langit yang kadang terang benderang oleh bulan, indah oleh kerlip bintang, atau gelap gulita tertutup awan. Tapi tak peduli apa pun itu. Tetap saja di atas batu, menunggu akhir…dalam senyap paling senyap. Lalu jadi batu. Wiiih jangan sampai.

      batu granit tanjung bintang
      Tersusun rapi tanpa campur tangan manusia

      STOP VANDALISME!


      Tak sampai satu jam, kami turun dari batu. Kembali ke mobil, membayar uang parkir ke seorang pemuda, lalu pergi meninggalkan Taman Batu Granit. Tidak ada tarif tertentu. Kami serahkan uang Rp 20.000,- lalu dikembalikan Rp 10.000,-

      Perasaan saya diliputi bahagia. Senang bisa kesampaian melihat Taman Batu Granit. Tapi sekaligus merasa sedih. Sedih melihat coretan-coretan pada batu-, ulah tak bertanggung jawab dari pengunjung alay. Entah siapa pelakunya.  


      Please tidak usah jalan ke mana-mana kalau cuma mau merusak keindahan. Diam saja di kamar, baca buku, tonton berita, berdoa, atau tidur saja. Sungguh tak ada faedahnya corat coret di batu. Kalau mau eksis bukan dengan cara membuat coretan tidak karuan yang hasilnya cuma merusak keindahan.

      Sedih lihatnya...

      LEKAS PULANG SEBELUM MALAM


      Belum jam 5 sore kami sudah keluar dari area Taman Batu Granit. Karena masih terang, di tengah jalan saya minta berhenti. Kebun karet sore itu menampakkan pesonanya. Ada kumpulan sapi sedang memakan rumput. Sapi-sapi putih, menggemaskan. Saya ingin memotret dan dipotret.

      Kebun karet yang sunyi….

      Perjalanan pulang terasa lebih cepat dari berangkat. Sebelum magrib kami sudah tiba di Bandar Lampung. 

      Mampir untuk berfoto

      Ada yang kami lewatkan di Batu Granit, yakni matahari terbenam. Menurut pejalan yang pernah ke sana, pemandangan matahari terbenam di sana sangat indah. Tapi saya membayangkan waktu pulangnya bakal kemalaman. 

      Kawasan batu granit itu gelap. Tidak ada penerangan. Jangankan di area perkebunan karet, di desa terdekatnya saja masih minim lampu jalan. Saya khawatir dengan keselamatan diri. 

      Tak apalah tak nikmati matahari terbenam. Nanti lain kali kalau sudah ada yang pasang penerangan, baru ke sana lagi untuk lihat sunset.

      Batu berserakan


      taman batu granit lampung selatan

      Kalau mau ke batu granit, baiknya mungkin di waktu pagi sampai siang. Sore kadang cuaca hujan. Buat yang mau ke sana, bawa bekal makanan dan minuman sendiri. Di sana tidak ada warung. Jauh dari rumah warga. Ingat, di sana itu kebun karet. Bawa lotion anti serangga buat jaga-jaga. Bawa mantel hujan. Nggak ada tempat berteduh kalau kehujanan.

      Apa lagi ya?

      Bawa hati yang gembira. 


      Tapi, biarpun hati sedang sedih, kalau dibawa ke Taman Batu Granit, suasana hati bisa jadi berubah senang dan bahagia. Semoga ya ^_^

      batu granit lampung selatan
      Pakai wedges naik batu :D *foto oleh yopiefranz.com*

      Datang dan menyaksikan hamparan batu-batu granit yang tersusun rapi, yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia sedikitpun, rasanya senaaaang sekali. Apalagi saat berada di atas batu yang tinggi. Tampak jelas lanskap bentangan hutan karet dengan warna hijau langsung mencumbu langit. Melihatnya, bikin enggan pulang.

      Lampung tak pernah habis untuk di jelajahi.

      Kapan ke Lampung? 


      ==================================


      Rute menuju Taman Batu Granit Tanjung Bintang
      Pahoman - Panjang - Jl. ir. Sutami - Belok ke Desa Wonodadi Dalam - Taman Batu Granit.

      Tentang situs tiket2.com
      Tiket2.com adalah website dengan fitur perbandingan penerbangan dan pemesanan tiket. Website ini telah membangun sebuah database maskapai, bandara dan rute di Indonesia dan Asia yang sangat besar sehingga harga yang akan didapat dengan memesan tiket pesawat di Tiket2.com sangatlah bersaing. 

      Sewa Mobil Bandar Lampung
      Untuk ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang bisa menggunakan mobil atau motor. Bagi yang akan menggunakan mobil sewa, harganya sekitar Rp 400 ribu sudah termasuk sewa, supir, dan BBM.
       


        

      Workshop Short Travel Video Teguh Sudarisman di Morrissey Hotel Residence

      $
      0
      0

      Sabtu, tanggal 3 Desember 2016 lalu saya belajar short travel video pada Mas Teguh Sudarisman. Sesi sharingCreate Your Travel Stories with Smartphone tersebut berlangsung di Morrissey Hotel Residences, Jakarta. Workshop ini menarik minat banyak blogger dan pengguna media sosial. Itu sebabnya ketika kegiatan ini diumumkan di facebook Mas Teguh, banyak yang mendaftar.

      Saya termasuk pengguna facebook yang jarang buka-buka beranda. Saat online, kadang hanya untuk cek notif. Setelah itu off lagi. Karena itu saat Mas Teguh buka pendaftaran, saya tidak tahu. Lihatnya setelah beberapa hari kemudian ketika status tersebut muncul di beranda paling atas. Ketika mau daftar, eh sudah tutup.

      Saya tertarik mendaftar karena belakangan saya memang sedang suka membuat video traveling. Berhubung ilmunya minim, saya merasa perlu belajar. Kebetulan yang sharing adalah Mas Teguh, seorang traveler yang nggak cuma jago travel writing, tapi juga jago travel video dan fotografi. Cocok buat saya.  




      Suatu waktu, saya dan Mas Teguh chit chat di Whatsapp soal handphone. Dari sana saya tanya tentang pendaftaran workshop. Ternyata saya masih bisa ikut karena ada pendaftar yang cancel. Wah kebetulan. Akhirnya saya terdaftar sebagai peserta.

      Oh ya, ini adalah kali kedua saya jadi peserta workshop Mas Teguh. Pertama kali 2 tahun yang lalu, di bulan yang sama, tepatnya Minggu tanggal 07 Desember 2014. Waktu itu materinya Travel Writing and Photography. 

      Dari workshop yang berlangsung di Museum Bank Mandiri tersebut, saya jadi dapat ilmu tentang bagaimana menulis cerita perjalanan untuk media cetak (koran dan majalah). Dari workshop itu saya juga jadi punya teman-teman baru yang tetap terhubung sampai sekarang. Bahkan pernah ada yang traveling bareng, seperti Cepi, Utami Putri, dan Yuk Annie. Jadi kenal Ayu, Marcel, dan Mbak Esti, wartawan RRI yang sekarang tinggal di Tarakan. 

      Nah, di workshop kali ini saya jumpa lagi dengan Ayu dan Yuk Annie. Sama-sama jadi peserta.
      Travel Writer kondang

      Saya antusias menghadiri workshop. Jam 7 sudah di lokasi meski baru mulai jam 8.30 pagi. Tempat acara di lantai 2, meeting room Klasse 2 yang berkapasitas sekitar 50 orang. 

      Suguhan makanan dan minuman menyambut di ruang workshop. Ada empat macam makanan yang tampilannya sungguh menggoda. Sambil menunggu workshop dimulai, kami icip-icip dulu, foto-foto dulu. Lumayan buat update status di medsos he he. 

      Blinisalmon Roe


      Cendol




      Cantik-cantik ya tampilan makanannya, modelnya juga :D

      Acara dimulai dengan sambutan dari pihak Morrissey yang diwakili oleh Pak Wisnu. Ada sesi singkat mengenai safety induction dari tim sekuriti Morrissey. Menariknya, personil sekuriti yang tampil berbusana kasual, tampak bersahabat, tiada kesan kaku dan seram seperti yang biasa saya jumpai. 

      Sebenarnya saya sudah lihat sejak awal datang ke hotel. Waktu turun dari mobil, 2 sekuriti berbaju kasual menyapa ramah. Menanyakan tujuan, dan memberi saya arahan. Pakaiannya memang nggak nyeremin. Malah gaya dan ganteng seperti polisi-polisi yang ada di TV.



      Oke selanjutnya sesi sharing dari Mas Teguh. Kita langsung saja ya.

      Short Travel Video

      Mengapa Video?


      Nah ini pertanyaan mudah tapi penting. Buat yang mau nyimak bagian dari workshop ini, saya bagikan langsung beberapa materinya ya. Silakan dilihat pada gambar-gambar berikut. Saya tampilkan yang penting-penting saja. Sisanya kalau kurang jelas, bisa ikuti workshop-workshop yang diadakan oleh Mas Teguh selanjutnya. Manfaat banget kalau kamu ikutan.  













      Sebelum kami datang ke workshop, Mas Teguh sudah meminta kami untuk meng-install aplikasi Power Director di smartphone masing-masing. Jadi, selain diajarkan tentang penggunaan smarthpone untuk video, kami juga diajarkan cara mengedit video melalui aplikasi Power Director. 

      Saya sendiri baru kali itu tahu aplikasi Power Director. Biasanya kalau mau edit video di smartphone saya pakai Filmora. Kalau di dekstop pakai Sony Vegas Pro 13.
       
      Foto : Danang P.

      Sesi belajar edit video menggunakan Power Director baru dilaksanakan setelah makan siang. Nah, sebelum makan siang, kami diajak hotel tour. Peserta dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing kelompok dipandu 1 orang dari tim Morrissey.

      Tempat-tempat yang kami lihat meliputi ruang meeting, kolam renang, ruang laundry, kamar tidur, play ground, restoran ocha & Bella, dan restoran hotel (saya lupa nama restonya).  Selama tour, kami diminta untuk mengambil foto dan video yang nantinya akan digunakan saat sesi belajar Power Director. 


      Hari itu saya mengandalkan ASUS Zenfone3 untuk ambil gambar, baik foto maupun video. 

      Tempat tidur di salah satu kamar yang kami kunjungi


      dilengkapi kitchen


      kalau residence biasanya lengkap ada yang beginian


      tempat santai di tangga dekat area lobi


      Nyaman buat duduk-duduk di area kolam renang


      Kolam renangnya view kota Jakarta


      Ruang laundry untuk tamu residence


      Play ground outdoor di lantai dasar
      Di resto Ocha & Bella, restoran Italia


      Menu di Resto Ocha & Bella


      Menu di Resto Ocha & Bella


      Menu di Resto Ocha & Bella


      Menu di Resto Ocha & Bella


      Salad di Resto Ocha & Bella


      Makan siangku :D


      Nyicip ini juga, Chicken Stock Noodle

      Setelah keliling dari lantai ke lantai, ruang ke ruang, baru kita makan siang bareng di restoran yang terletak di area lobi hotel. Selanjutnya masuk ke sesi belajar mengedit video. Ini dia bagian yang saya tunggu-tunggu.

      Mudah nggak belajar editing di Power Editor?

      Awalnya sulit. Tampilannya pun sedikit mirip dengan yang saya pakai di dekstop yang sampai sekarang nggak sepenuhnya paham cara pakainya. Ada beberapa kali saya mesti tanya langsung ke Mas Teguh. Beberapa kali mengulang. Tapi akhirnya video jadi juga. Saat diminta untuk menunjukkan hasilnya, saya tunjuk jari. Alhamdulillah, sudah lumayan menurut Mas Teguh. Hasil editing teman-teman yang lain juga bagus.

      Bareng Mas Teguh, Yuk Annie, Anto, Rizki, di lobby Morrissey

      Oh ya, selama sesi sharing, ada kompetisi foto di Instagram, Twitter, dan FB. Alhamdulillah ternyata jadi pemenang kategori Instagram. Selamat buat teman-teman yang lain. Selain dapat hadiah dari lomba post foto di medsos, ternyata ada hadiah juga untuk kami yang sudah berhasil membuat video. Double deh hadiahnya. Terima kasih Morrissey.

      Workshop hari itu sangat seru. Banyak foto-fotonya. Ada manekin challenge juga. Dan yang bikin senang, jadi ketemu banyak kawan blogger yang sudah lama tak jumpa. Seperti mbak Arni. Seingat saya terakhir ketemu 2 tahun lalu waktu rilis film Strawberry Surprise. Ketemu Ihwan dari Malang. Ketemu mbak Ani Bertha, Oline, Ayu, Mbak Myra. Dapat kawan baru, Anto dan Rizki. Lucunya, ada yang minta tanda tangan lho hihi. Berasa artes deh. Tapi yang minta tanda tangan ini ngerjain saya dengan ‘makanan enak’, yang ternyata asem kecut rasa rujak huhu.

      Seru-seruan :D *Photo by Danang.P*


      Kenapa pula Yuk Annie selalu mangap :)) *Photo by Danang P


      Kawan-kawan kece semua lho ini  *Photo by Danang P

      Tapi yang jelas, saya senang banget hadir di workshop seperti ini. Ilmunya manfaat banget buat yang hobi traveling. Dulu pernah belajar travel writing dan travel photography, sekarang video travel. Moga nanti bisa belajar yang lain-lain lagi yang ada hubungannya dengan traveling.

      Buat yang ingin ikutan acara seperti ini, coba deh pantengi akun medsos Mas Teguh. Kalau beliau buka pendaftaran, buruan daftar. Jangan tunda-tunda. Oh ya, daftar nggak tentu langsung diundang ya. Biasanya diseleksi dulu. Pastikan kamu punya blog. Karena yang diprioritaskan biasanya blogger.

      Sekian dulu ceritanya. Semoga bermanfaat bagi yang membaca.

      Terakhir, saya tampilkan video yang saya buat selama tour hotel Morrissey. Diedit dengan menggunakan Power Director.




       

      Hotel Batiqa Pilihan Menginap Saat Traveling ke Lampung

      $
      0
      0
      Pemandangan Kota Bandar Lampung dari lantai 15 Hotel Batiqa Lampung

      Lampung merupakan destinasi favorit saya selama lebih dari satu tahun terakhir ini. Provinsi paling selatan di Pulau Sumatera ini berulangkali saya kunjungi, baik sendiri maupun bersama teman.

      Tidak bosan? Sama sekali tidak. Yang saya alami dari waktu ke waktu, tanpa tergantung musim libur atau bukan, ada perayaan atau tidak, saya tak jua berpapasan dengan yang namanya rasa bosan pada Lampung.

      Kunjungan berulang ke Lampung telah membuahkan banyak cerita perjalanan, baik dalam blog, akun media sosial yang saya punya, maupun dalam artikel yang dimuat di majalah. Telah beberapa kali saya mendapatkan pertanyaan dan pernyataan dari teman blogger yang menyebutkan saya adalah orang Lampung dan tinggal di Lampung. Rasanya ingin tertawa. Tapi tidak salah juga kalau dianggap demikian. Mungkin karena isi blog dan medsos saya dalam satu tahun belakangan ini didominasi oleh cerita-cerita dari Lampung.

      Kejadian teranyar waktu hadir di acara workshop short travel video di Morrissey Hotel Jakarta tanggal 3 Desember lalu. Saya hitung ada empat teman peserta workshop yang mengira saya datang dari Lampung. Pertanyaannya kira-kira begini: “Mbak Rien berangkat dari Lampung ya?”Begitulah.

      Lampung dalam blog travelerien.com

      Bicara tentang Lampung tak ada habisnya. Provinsi ini menawarkan beragam pengalaman berwisata yang unik dan menakjubkan. Didukung oleh Jarak Jakarta – Lampung yang tergolong dekat dan singkat via pesawat, membuat saya bisa datang dan pulang kapan saja.

      Saya tidak pernah dibayar untuk mencintai Lampung. Segala rasa suka saya pada Lampung muncul sendiri dan mengalir apa adanya. Pada wisata alamnya, budayanya, orang-orangnya, kulinernya, dan hal-hal lainnya. Lampung yang dulu saya takuti karena dikenal sebagai daerahnya preman dan rampok, kini justru saya sebut sebagai destinasi wisata yang aman dan nyaman.

      Saya memiliki sahabat di Lampung, namanya Mbak Rosita Sihombing. Seiring waktu, berkat jalan-jalan di Lampung, teman Lampung makin bertambah. Beberapa di antaranya fotografer, penggiat media sosial, dan lainnya adalah blogger. Sebut saja Mas Yopie, Mas Eka Liwa, Mas Budhi, Kiki, Fajrin, Mas Teguh, Mas Indra, Mas Tri, Mbak Naqiyyah, Vita Rinda, Mbak Fitri. Dari kalangan pengusaha resto dan hotel ada Willy, mbak Isna, Mas Ali, Iqbal, Mbak Rossie, dll. Kadang dari mereka saya mendapat info-info berharga tentang wisata Lampung.
      Festival kopi yang wajib diselenggarakan tiap tahun

      Saya juga ingin ikut belajar

      Kedatangan saya ke Lampung di bulan Desember ini untuk melihat acara Lampung Coffee Festival atau disingkat Lacofest. Meski bukan orang Lampung, bukan pula penggemar kopi, tapi saya ikut memiliki rasa bangga atas Kopi Robusta yang dimiliki Lampung. Masyarakat Lampung bangga dengan kopi-nya, mereka meramaikan Lacofest, saya pun ingin menyaksikannya.

      Yang kedua, saya ke Lampung karena ingin mengikuti sesi sharing fotografi yang diadakan oleh Tapis Blogger. Pematerinya Mas Yopie. Saya tahu perihal acara tersebut dari akun medsos Tapis Blogger dan di salah satu komen mbak Fitri di status Mas Yopie.

      Kenapa saya ingin ikut? Karena saya ingin belajar. Meski sudah beberapa kali jalan bareng Mas Yopie, tapi sesi belajar langsung tidak pernah ada. Padahal sudah sama-sama jalan bareng ke tempat yang cocok banget buat belajar ambil foto, tapi ada saja yang bikin lupa buat curi-curi ilmunya. Yang ada, kalau sudah sampai ditempat cakep, malah sibuk foto-foto diri atau motret yang lain. Huh! 

      Kamera sudah sehat, siap belajar motret kembali

      Nah, Minggu tgl. 11/12/2016 itu saya sengaja ambil flight pagi biar waktunya keburu sampai lokasi workshop di Natar sebelum jam 9. Dekatlah ya dari bandara. Tinggal naik taksi beberapa belas menit pasti sampai. Tapi ternyata, workshop tersebut batal karena Mas Yopie sakit. Duh.

      Akhirnya, sampai bandara Radin Inten II, saya dijemput dan langsung dibawa ke Bandar Lampung. Nggak jadi workshop. Berhubung masih pagi, akhirnya mampir sarapan dulu di Encim Gendut, kedai makan yang pernah saya datangi pada bulan Oktober lalu. Setelah itu baru meluncur ke hotel Batiqa.

      Batiqa lagi? Yes!

      Baca pengalaman menginap di Batiqa sebelumnya: Menginap di Hotel Batiqa Lampung

      Hotel Batiqa Lampung

      Pejalan kece model saya ini boleh dong ya jatuh cinta pada penginapan kesukaannya he he. Yak, saya ngefans banget sama Batiqa. Sejak pertama kali menginap, saya langsung suka dan sreg dengan kamarnya. Lokasi, kamar dan tentunya sarapannya yang bervariasi, adalah alasan kenapa saya pingin balik lagi ke hotel ini.

      Siang itu, saya janjian dengan Rere. Sambil menunggu kamar siap, saya menemui Rere di Resto Fresqa Bistro. Rere ternyata bawa anaknya. Ah iya, saya lupa hari itu Minggu. Waktunya libur bersama keluarga. Tapi Rere meluangkan waktunya untuk menemui saya. Siang itu kami membicarakan ‘bisnis’. He he. Thanks Rere atas waktunya. 

      Yang motret kami senyumnya lebih manis :))

      Thanks Rere atas waktunya ^_^

      Usai ngobrol-ngobrol, Rere langsung pulang dan saya masuk kamar. Kali ini saya dapat kamar di lantai 15. Paling atas. Apakah view-nya lebih kece dari kamar lantai 10 yang saya tempati sebelumnya? Ya, memang benar.

      Sampai di kamar, udara sejuk dari AC yang tidak berisik langsung menyambut kedatangan saya. Tempat tidur double dengan sprei putihnya yang bersih, seakan memanggil-manggil untuk ditiduri. Jadi ngantuk :D

      Namun, saat mata bersirobok dengan pemandangan di balik jendela, saya malah tergoda untuk angkat kamera. Kota Bandar Lampung, atap-atap bangunan, bukit, kelok jalan, bahkan laut dengan kapal-kapal yang berlayar di atasnya, terlihat jelas dari kamar yang saya tempati. Saya melupakan kantuk. 






      Nyaman, rasa inilah yang selalu muncul ketika berada di dalam kamar Hotel Batiqa. Furniture kayu di dalam kamar berpadu dengan desain simple modern, menciptakan suasana hangat yang tak membosankan. Kamar mandi bersih. Layanan prima. Sarapannya paling juara. Banyak variasi menunya. Minuman buah disajikan segar. Makanannya pun penuh cita rasa, sehat dan nikmat di lidah.

      Saya teringat workshop fotografi yang batal, lokasinya di Natar. Lumayan jauh dari Kota bandar Lampung. Jika suatu hari dijadwalkan ulang, kenapa tidak di tempat yang dekat saja? Ingatan inilah yang kemudian mendorong saya untuk melihat-lihat ruang meeting yang ada di Hotel Batiqa. Ya siapa tahu panitia berminat mengadakan workshop di hotel ya kan?

      Hotel Batiqa memiliki 4 meeting room, di antaranya :
      Sebage : 104 m2, kapasitas 120 orang
      Sebage 1 : 52 m2, kapasitas 60 orang
      Sebage 2 : 52 m2, kapasitas 60 orang
      Kembang Telang : 46 m2, kapasitas 50 orang
      Kembang Kawung : 19 m2, kapasitas 20 orang 

      Meeting Room SEBAGE dengan desain round table

      Saat ini (bulan Desember 2016), Hotel Batiqa menawarkan 5 paket meeting dengan harga yang menarik. Nah, siapa tahu ada di antara kamu ingin mengadakan meeting akhir tahun, bisa coba cek harga paketnya berikut ini yuk:

      Coffee Break Package Rp 85.000 nett/pax
      Waktu 4 jam, 1x coffee break (pagi atau sore), 1 standard screen, 1 flip chart with marker, standard sound system, memo pad, pen, candy, and mineral water.

      Half Day Package Rp 190.000 nett/pax
      Waktu 6 jam, 1x coffee break (pagi atau sore), 1x makan (lunch or dinner), 1 standard screen, 1 flip chart with marker, standard sound system, memo pad, pen, candy, and mineral water.

      Full Day Package Rp 270.000 nett/pax
      Waktu 8 jam, 2x coffee break (pagi atau sore), 1x makan (lunch or dinner), 1 standard screen, 1 flip chart with marker, standard sound system, memo pad, pen, candy, and mineral water.

      Full Board Package Rp 360.000 nett/pax
      Waktu 12 jam, 2x coffee break (pagi dan sore), 2x makan (lunch and dinner), 1 standard screen, 1 flip chart with marker, standard sound system, memo pad, pen, candy, and mineral water.

      Residential Package; Single Occupancy Rp 875.000 nett/pax; Double Occupancy Rp 650.000 nett/pax
      Accomodation based on type of package, buffet breakfast at Fresqa Bistro, 2x coffee break (pagi dan sore), 2x makan (lunch and dinner), 1 standard screen, 1 flip chart with marker, standard sound system, memo pad, pen, candy, and mineral water. 

      Kembang Kawung



      Info lebih lanjut mengenai paket meeting tersebut bisa hubungi ke sini:

      Batiqa Hotel Lampung
      Jl. Jendral Sudirman No. 140 Pahoman
      Tanjung Karang – Bandar Lampung
      Telp: +62 721 5602900 Fax: +62 721 560 2800
      Email: reservation.lampung@batiqa.com
       
      Sarapan

      Sarapan

      Menurut GM Hotel Batiqa Lampung, Bapak Adhi Wahyu Prasetyo, Hotel Batiqa sudah menjadi pilihan menginap bagi traveler yang berkunjung ke Lampung. Baik traveler yang datang untuk berwisata maupun untuk bisnis.

      Saat ini Hotel Batiqa Lampung merupakan hotel yang menduduki peringkat pertama pilihan hotel, dan juga sebagai hotel dengan reputasi terbaik di Provinsi Lampung. 


      Bapak Adhi Wahyu Prasetyo, GM Hotel Batiqa Lampung

      Sebagai traveler yang suka berkunjung ke Lampung, saya pun menaruh pilihan pada Hotel Batiqa sebagai tempat penginapan. Lokasinya strategis, mudah dijangkau dari arah mana pun. Kamarnya cocok dengan keinginan. Sarapannya pun juara. Banyak pilihan tempat kuliner di sekitarnya. Harga kamar pun bersahabat. 

      Untuk cek harga kamar bisa kunjungi www.batiqa.com
      Hiasan dinding motif batik ciri khas Hotel Batiqa

      Dalam rangka merayakan tahun baru 2017, Hotel Batiqa Lampung memberikan penawaran spesial untuk kamar tipe Superior mulai Rp 790.000,- pada tanggal 30 - 31 Desember 2016. Sedangkan Special Offer pada tanggal 31 Desember 2016 Rp 1.040.000,- sudah termasuk sarapan, spesial dinner Teppanyaki, doorprize, magician dan music performance.


      Liburan di Lampung Bersama Airy Rooms

      $
      0
      0

      Memanfaatkan long weekend minggu ke dua bulan Desember tahun ini, saya berangkat ke Lampung selama tiga hari (11-13 Desember). Sendirian. Hanya ditemani kamera kesayangan dan sebuah koper kecil.

      Bertemu beberapa kawan, kulineran, jalan-jalan ke Taman Batu Granit Tanjung Bintang, dan sisanya beristirahat di kamar hotel. Itu saja yang dilakukan selama di Lampung. Siapa saja yang saya temui? Kulineran di mana saja? Sebelum saya ceritakan lebih lanjut, saya mau ceritakan dulu tentang penginapan yang saya tempati selama di Lampung.

      Dua malam di Lampung, ada dua hotel yang saya inapi yaitu Hotel Batiqa dan Hotel Airy Tanjung Gading Gatot Subroto. Pilihan saya pada Airy tentu karena harganya yang aman di kantong. Murah tapi tidak murahan. Kamarnya bersih, nyaman untuk beristirahat. 

      Hotel Airy Tanjung Gading Gatot Subroto

      Terdapat dua Hotel Airy Rooms di Lampung, yaitu Airy Tugu Adipura dan Airy Tanjung Gading. Bulan Oktober lalu saya menginap di Airy Tugu Adipura, Desember ini di Airy Tanjung Gading. Untuk memesan kamar Airy, saya lakukan dengan mudah lewat aplikasi Airy di smartphone.

      Hotel Airy Tanjung Gading terletak di Jl. Gatot Subroto No. 63, Tanjung Gading, Bandar Lampung. Tidak jauh dari pusat kota. Di sekitar hotel banyak tempat kuliner. Dilewati angkutan umum. Dapat dijangkau dalam waktu 45 menit dari Bandara Radin Inten II. 

      Hotel tidak menyediakan antar jemput dari dan ke bandara, tapi jika kita perlu kendaraan, kita bisa minta nomor taksi ke FO, nanti kita telpon sendiri untuk dijemput dan diantar. Tarif antar/jemput bandara Lampung Rp 125.000,- per taksi. Kalau mau sewa harian Rp 250.000 belum termasuk supir dan bbm.



      Baca juga: Taman Batu Granit Tanjung Bintang Lampung Selatan

      Hotel dua lantai

      Kamar

      Kamar double bed yang saya tempati terletak di lantai dasar, paling depan. Kamar Airy lainnya ada juga di lantai 2. Begitu memasuki kamar, disambut nuansa biru khas Airy. Di kamar tersedia 2 botol air mineral dan Airy Sunrise Meal. Komplimen ini ada di setiap kamar Airy di kota manapun. Gratis.

      Kamar mandi standing shower dengan keran air panas dan dingin yang berfungsi dengan baik. Toiletries-nya lengkap. Shower jel dalam kemasan botol, samphoo, 2 pasang pasta gigi dan sikat gigi, 2 sisir kecil, serta handuk. AC kamar dingin. Tersedia selimut di dalam lemari penyimpanan. 


      Toiletries lengkap

      Airy Sunrise Meal - free

      Sarapan

      Kantin Airy Gatsu

      Untuk cek harga kamar Airy tinggal buka website www.airyrooms.com atau lewat aplikasi Airy di Smartphone. Saat kedatangan, kita tinggal tunjukan nomor pesanan yang dikirim lewat email oleh Airy.

      Tidur nyaman, kantong pun aman

      Aktivitas selama liburan di Lampung

      Kali ini saya lebih banyak di dalam kota, ketemu teman, kulineran, dan santai-santai. Ada satu kali pergi ke luar kota, itu pun tak sampai 3 jam sudah kembali ke Bandar Lampung.

      Saya janjian dengan beberapa kawan, di antaranya founder Tapis Blogger, Mbak Naqiyyah. Kebetulan kami berdua berada dalam satu grup L’Oreal di WA, sama-sama blogger yang support promo L’Oreal. Sejak ada di grup tersebut saya mulai kerap berbincang dengannya.

      Pertama kali bertemu mbak Naqiyyah di acara Parade Budaya Festival Krakatau 2016. Mbak Naqiyyah temannya mbak Lina Sasmita, blogger Batam yang sudah saya kenal sejak masih ngeblog di Multiply tahun 2009. Sebelum bertemu di Festival Krakatau, saya sudah beberapa kali melihat nama mbak Naqiyyah di postingan mbak Rosita Sihombing, teman saya yang juga asal Lampung tapi berdomisili di Perancis. 



      Saya janjian ketemu tidak hanya dengan mbak Naqiyyah, tapi juga dengan Melly, Fajrin, dan Vita Rinda. Ada ajak mas Indra juga, tapi karena beliau sedang ada kesibukan, tidak jadi ketemuan. Saya juga ada janjian dengan Rere di Hotel Batiqa, membicarakan bisnis. Janjian ketemu dengan Mbak Helen, pemilik salah satu travel umroh di Bandar Lampung.


      Kopdar di Encim Gendut

      Yang namanya ketemuan, paling asyik sambil jalan-jalan atau kulineran. Rencananya mau jalan bareng Melly ke Taman Batu Granit, tapi dia baru balik dari Pulau Pisang Senin malam. Akhirnya kami ketemuan sambil kulineran saja.

      Melly sempat tawarkan ajak makan bareng di Seafood Story, rumah makan milik temannya. Tapi kemudian rencana berubah, tempat makannyaganti ke RM Alas Cobek. Nah, pemilik rumah makan ini Mas Zaki Senafal, temannya Melly juga. Saya merasa tidak asing dengan nama tersebut karena pernah beberapa kali melihat namanya dalam komen di status-status FB Melly.


      Hari Selasa (13/12) saya, Melly, dan mbak Naqiyyah janjian ketemu di Encim Gendut. Rumah makan ini pernah saya kunjungi pada bulan Oktober lalu. Dekat dengan Hotel Airy Tugu Adipura. Saya sudah di Encim sejak jam 10. Mbak Naqiyyah datang jam 11, Melly datang jam 12. 

      Seru ngobrol dengan mbak Naqiyyah. Dari blogger, buku, parenting, sampai jalan-jalan kami bincangkan. Mbak Naqiyyah pernah jadi guru, seorang penulis buku juga. Bukunya sudah banyak. Dia bawa putrinya Aisyah, usia 2 tahun. Sedang lucu-lucunya dan sangat aktif. Sempat kejar-kejaran saking nggak mau diam. Anaknya menggemaskan.

      Jajanan kesukaan yang ada di Encim Gendut

      Mbak Naqiyyah baru pertama ketemu Melly. Bertiga kami ngobrol sambil makan. Oh ya, Encim Gendut ini rumah makan yang cocok banget buat ketemuan sambil ngobroldan bersantap. Dekorasi ruangannya menarik. Banyak menu rumahan yang bisa dicicipi. Jajanan pasarnya enak-enak. 

      Siang itu saya nyoba makan jengkol pedas. Olala…gitu deh rasanya :D Melly paling suka sama Choy Pan dan Sun Pan. Ketagihan katanya he he. Mbak Naqiyyah makannya nambah. Dan saya ingin bergegas nyari kopi buat melunturkan bau jengkol di mulut haha
       
      Makan siang dengan tempe, tumis bunga pepaya dan jengkol balado! :D

      Dari Encim kami lanjut ke Alas Cobek. Sayang mbak Naqiyyah tidak bisa ikut. Dia mesti pulang karena dua anaknya yang lain sudah menunggu di rumah. Waktu mau ke Alas Cobek, kami ditawari oleh Willy (pemilik Encim Gendut) untuk diantar oleh pegawainya. 

      Yang antar Yeni (lagi) dan seorang yang lain. Bulan Oktober lalu, Yeni ini pernah antar dan temani saya ke ATM lho. Dianter pakai motor. Ditunggu sampai selesai. Baru kenal tapi baik banget mau antarin sana sini. Terharu!

      Temu ceria dalam nuansa ungu :D

      Makan Puyuh Goreng di Alas Cobek


      Waktu mau berangkat ke Alas Cobek, cuaca mendadak berubah mendung, gerimis pun turun. Karena gerimisnya masih kecil, kami tetap jalan, terabas saja. Di tengah perjalanan hujannya jadi deras. Baju basah. Yeni lebih basah karena di depan, nyupir. Dari pada makin kuyup, kami menepi, berteduh di samping sebuah ruko. Sedangkan Melly tidak singgah, dia terabas hujannya sampai Alas Cobek :))

      Hujannya lumayan lama. Saya mendekap helm pinjaman. Kedinginan. Dan hujan tidak benar-benar berhenti ketika kami melanjutkan perjalanan ke Alas Cobek yang terletak di Jl. Wolter Monginsidi. 


      Melly sudah lama sampai, sekitar 20 menit. Saya langsung memesan secangkir kopi untuk menghalau dingin, sambil berusaha menghilangkan aroma jengkol yang saya makan di Encim Gendut. 

      Buktikan kelezatannya di sini

      Rumah makan Alas Cobek memiliki menu andalan Puyuh dan Bebek Goreng. Tapi tak hanya puyuh dan bebek, di sini ada ayam juga. Pilihan cara masak puyuh, bebek, dan ayam sama: Alasan, Sawang, Sajo, Somat, dan Suwir. Harga mulai Rp 19.000,- hingga Rp 25.000,-

      Menu andalannya Puyuh. Melly pesan porsi double, saya tidak pesan makan lagi karena sudah makan di Encim Gendut. Meski tidak pesan, saya ikut menikmati puyuh gorengnya. Buat lidah saya, puyuh goreng somat buatan Alas Cobek sangat enak. Gurih dan garing. Bumbunya meresap hingga ke tulang. 

      Mantap rasanya!
      Ngopi dulu ngilangin bau jengkol :))

      Tak berapa lama kami kedatangan Vita Rinda, blogger Lampung, seorang dosen. Saya berteman dengannya di medsos sejak tahun lalu, lewat Melly. Baru hari itu kopdar, gadis yang seru. Suka ngobrol, suka becanda, lucu.

      Kami berbincang tentang blog, medsos, dan dunia traveling. Yang menggoda, Rinda dan Melly mengajak untuk jalan-jalan bareng ke Pulau Pisang, suatu hari nanti. Saya mengiyakan, walau entah kapan lagi ke Lampung.

      Obrolan makin seru saat mas Zaki Senafal bergabung. Pemilik Alas Cobek ini seseorang yangsSuka ngobrol dan becanda juga. Hangat. Friendly. Bahkan saat hendak ke bandara, dia sendiri yang mengantar kami. 


      Senangnya bertemu orang-orang baru, selalu terkesan dengan kebaikan yang mereka berikan. Thanks Melly sudah ajak saya ke Alas Cobek. 


      Vita Rinda, Mas Zaki Senafal, Melly, dan saya

      Sudah coba menu-menu unggulan Alas Cobek?

      Makan Siang Kesorean di Umah Bone

      Akhirnya berkesempatan makan di Umah Bone yang terletak di Jalan Way Ngison No. 3, Pahoman, Engal, Kota Bandar Lampung. Bulan Oktober lalu gagal kemari. Padahal waktu itu sudah meluncur ke Umah Bone. Tapi di tengah jalan tiba-tiba hujan, berhubung motoran, akhirnya belok ke rumah makan lain.

      Umah Bone ini pernah saya lihat di facebook-nya Mas Yopie. Dia pernah kemari makan bareng teman-teman SMA-nya. Ceritanya reunian. Nah, saya diajak Mas Yopie berkunjung ke sini karena menurutnya tempatnya nyaman buat ngobrol-ngobrol santai sambil makan.
       

      Daya tarik Umah Bone memang bukan hanya pada tempatnya yang cozy, tapi juga pada beragam menu Nusantara yang disajikannya. Rumah makan dua lantai ini tak hanya menampilkan tatanan ruang makan yang elegan dan modern, tapi juga pada karya seni lukisan bernilai yang dipajang pada dinding-dinding ruang makannya. Menurut Mas Yopie, pemiliknya memiliki kecintaan pada seni lukis karya seniman Bali.

      Menu yang tersedia terdiri dari makanan pembuka, makanan utama, seafood, sayuran, mie goreng, spaghetti, aneka minuman, teh, kopi, juice, chocolate, smooties & frappe. Banyak pilihan pada masing-masing menu. Begitu juga dengan minumannya. 


      Cocok buat makan bareng keluarga, teman, maupun relasi. 



      Hanya dua menu yang saya coba. Tapi porsinya banyak, bahkan kebanyakan. Sedang sama-sama tak doyan makan, yang dipesan hanya yang disuka dan bisa dimakan saja. Sedang terburu-buru juga mau berangkat ke Batu Granit Tanjung Bintang. 

      Jemputan datang, makan belum selesai. Akhirnya makanan dibungkus, dibawa pergi siapa tahu kalau masih lapar bisa dimakan lagi di jalan. Sampai sore setelah kembali dari Batu Granit, makanannya masih bagus, saya makan juga meski nggak habis.  

      Capcay dan udang asam manis




      Saya suka Umah Bone. Suka pada suasana di ruang makannya. Asyik buat berlama-lama. Bisa banyak ajak orang kalau ke sini, kapasitasnya banyak. Saya lihat di Instagram Umah Bone, kerap dijadikan tempat acara ulang tahun anak-anak. Acara kumpul-kumpul keluarga, arisan, dan gathering. 


      Ada saja cerita yang bisa ditulis dari Lampung, walau hanya di kotanya saja. Cerita kulineran kali ini menambah daftar tempat kuliner di Lampung yang pernah saya datangi. Kulineran tidak melulu di restoran yang ber-AC dan berlantai licin, saya juga mencicipi kulineran tenda pinggir jalan. Jika sebelumnya saya mencicipi sate pikul pinggir jalan, kemarin saya juga mencicipi seafood di warung tenda pinggir jalan. Saya lupa nama tempatnya, lupa untuk foto makanannya. Tapi ceritanya ada dalam ingatan saya.




      Desember masih musim hujan. Sejak awal datang sampai pulang, tiap hari hujan. Waktunya tidak tentu. Kadang pagi, siang, sore, dan malam. Sempat merasakan hujan-hujanan di atas motor. Pulang dari Lampung demam 2 hari. Berlanjut beberapa hari kemudian. Jebol juga pertahanan. Jatuh sakit. Tapi tidak menyesal.

      Ada yang mau merayakan tutup tahun 2016 dengan liburan ke Lampung?

      Di blog saya ini ada beberapa postingan tentang destinasi wisata di Lampung. Mungkin bisa jadi referensi. Coba cari dengan mengetik “Lampung” atau “Wisata Lampung”. Nanti akan ketemu dengan beberapa tulisan tentang wisata alam, kuliner, museum, hingga hotel di Lampung. Semoga ada yang cocok ya.

      Selamat berlibur di Lampung ^_^ 



      Jatuh Bangun Mengejar Gigi Hiu

      $
      0
      0
      batu gigi hiu batu layar pegadungan

      Travelerien.com


      Gigi Hiu. Nama itu yang melekat dalam benak. Padahal pantai penuh batu karang raksasa itu lebih dikenal dengan nama Pantai Batu Layar, atau Pantai Pegadungan, sesuai nama daerahnya.

      Ada banyak foto Gigi Hiu bertebaran di dunia maya. Sayangnya,
      ingatan saya tak begitu tajam untuk mengingatkapan pertama kali melihat dan foto siapa yang pertama kali saya lihat. Tapi yang jelas, sejak pertama kali melihat wujud Pantai Gigi Hiu dalam foto, ada rasa kagum yang menyeruak. Muncul harapan untuk bisa melihat langsung.

      Di mata saya, Pantai Gigi Hiu adalah sebuah pantai dengan sensasi eksotisme yang tak biasa. Secara fisik pun sangat berbeda dari pantai lainnya di Nusantara. Cerita yang saya baca dan dengardari para pejalan yang pernah ke sana, mengandung aroma petualangan yang mengembus dinding ruang mimpi. Hingga suatu hari di tahun 2015, saya menyelipkan Gigi Hiu sebagai salah satu tempat wisata di Lampung yang paling ingin saya kunjungi pada tahun 2016.


      Baca juga: Trip Lampung 5 hari, dari Way Kanan hingga Kiluan dan Gigi Hiu
       
      Rasa kagum terkembang jadi harapan. Harapan terkembang jadi kenyataan.
       
      Trip Kiluan dan Gigi Hiu

      Sabtu, 30 Juli 2016

      "Bagaimana jika kita bawa teman-teman mencicipi kuliner Pindang Kepala Simba di Rumah Makan Ika?"

      Mas Yopie Pangkey menyampaikan usul. Kami baru saja mengantar rombongan trip Kiluan ke Taman Kupu-Kupu Gita Persada sebelum memulai perjalanan ke Kiluan. Saya setuju. Makan siang dengan Pindang Kepala Simba bisa jadi pengalaman kuliner yang menarik bagi teman-teman yang baru pertama kali ke Lampung. Atau bagi mereka yang sudah pernah ke Lampung tapi belum pernah mencecapnya.

      Kulineran Pindang Kepala Simba tidak termasuk dalam pakettrip. Segala biaya makan hanya ditanggung selama di Kiluan saja. Jadi kami bayar masing-masing. Karena tidak murah, saya sempat khawatir yang lain keberatan. Tapi untunglah ada harga paket (paket pindang) yang bisa menyelamatkan isi kantong
       
      Baru tiga kali ke Kiluan, ini kedua kali saya makan di RM Ika, meski di lokasi yang berbeda. Ada cerita yang tak pernah sama, baik saat bersama Ratna Aulia dkk, maupun bersama mbak Dian Radiata dkk. Terselip cerita suap-suapan di dalam mobil, di depan RM Ika, candid ala-ala oleh Rian. Lucu-lucu seru, bukan saru.


      Makan siang dengan menu Pindang Kepala Simba di RM Ika, Pesawaran

      Nikmati Saja Perjalanannya

      17 orang dalam 3 mobil melakukan 2,5 jam perjalanan dari Bandar Lampung ke Desa Kiluan Negeri, Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Jalan tak mulus. Tanah berlubang, aspal berbatu, kadang tanah saja atau batu saja. Sesekali pemandangan laut, pantai, nusa kecil yang terserak, ladang garam dengan ratusan kincir, hamparan sawah, bukit-bukit menghijau, jadi selingan manis di antara rasa bosan terguncang-guncang di dalam mobil.

      Masing-masing mobil di supiri oleh Mas Yopie, Mas Indra, dan Pak Johan. Di mobil pak Johan ada orang tua, ibunya mbak Samsiah yang berusia di atas 60 tahun. Beliausatu mobil dengan keluarga Mbak Ningsih (suami dan dua anaknya). Mereka para pejalan, tak kenal usia, berangkat tanpa ragu. Saya berada di mobil Mas Yopie, bersama Rian, Dian, dan Kak Rosanna.


      Sesungguhnya badan saya masih digelayuti lelah setelah 2 hari sebelumnya berkendara mobil Bandar Lampung - Way Kanan selama 9 jam PP. Ditambah pula perjalanan 2 jam PP naik motor trail di Desa Jukuh Batu demi melihat keelokan Air Terjun Putri Malu di sudut terpencil Way Kanan.

      Tulang seperti remuk diajak naik turun melintasi bukit terjal. Kaki pun seperti diganduli batu. Tapi, Mas Yopie pasti lebih lelah karena dia mengemudi sepanjang trip Way Kanan dan Kiluan selama 5 hari. Menyadari itu, tentu tak elok jika saya mengeluh dan menggerutu. Saya beruntung bepergian bersama Dian, Rian, Indra dan Kak Rosanna. Mereka orang-orang yang bisa diajak senang dalam segala suasana. Suka bercanda. Ada saja guyonan segar yang dilontarkan. Mendengar mereka tertawa, saya ikut tertawa, badan berasa bugar. Lupa segala letih. 3 hari kemudian, saat sudah balik ke rumah, baru terasa capeknya, langsung ambruk :D

      Di gerbang Desa Kiluan Negeri, Kelumbayan, Tanggamus

      Desa Kiluan Negeri

      "Sudah di Pasar Bawang."

      Ada panggilan telpon lagi, dari Mumun, pemilik cottage yang akan kami inapi selama di Kiluan. Mas Yopie menyebutkan posisi. Ojek ke Gigi Hiu sudah siap, begitu kabar dari Mumun. Kami sudah ditunggu. Laju mobil mas Indra sudah jauh di depan, mobil kami menyusul di belakangnya. Sedangkan mobil Pak Johan tertinggal jauh di belakang kami.


      16 motor sudah menanti di Desa Kiluan Negeri. Wajah para abang ojek sumringah. Sepertinya senang melihat rombongan kami akhirnya tiba,meski kesorean. Jalan jelek menuju Kiluan memang tidak memungkinkan mobil melaju secepat Maglev Train. Itu mimpi. Tapi saat itu bulan Juli 2016. Kini jalan ke Kiluan sudah lebih baik. Bagi yang ingin tahu kondisi terbaru jalan menuju Kiluan, coba cariinfonya di portal-portal berita online Lampung.

      Rombongan pertama, Mas Indra dkk, begitu sampai langsung naik ojek. Mereka berangkat duluan. Beberapa warga yang saat itu menonton rombongan kami, menggoda abang-abang ojek yang motornya dinaiki para cewek. Saya mendengarnya. Tapi godaan itu hanya canda. Tidak ada yang nakal saat mengantar kami pergi dan pulang. 


      Apa yang saya bayangkan tentang jalan menuju Pantai Pegadungan? Jalan  buruk. Saya simpulkan begitu karena sebelumnya Mas Yopie pernah cerita. Katanya, kalau naik motor ke Gigi Hiu mesti peluk abangnya erat-erat biar tidak jatuh terjengkang. Bukan karena abang ojeknya tidak handal, tapi karena jalannya parah. 



      Apapun kondisi jalannya, Arie seru-seru aja tuh *Foto Dian Radiata*

      Naik Ojek Motor ke Gigi Hiu

      Motor ojek bukan motor trail seperti yang kami gunakan saat ke Air Terjun Putri Malu di Way Kanan. Di Kiluan, kami naik motor bebek wek wek wek. Ada yang manual, ada yang matic. Matic? Abang ojeknya beragam usia. Ada yang masih agak muda, dewasa, dan ada yang agak tua. Abang ojek saya orangnya gaya. Pakai kaca mata hitam mentereng, jaket merah, sama merah seperti warna motornya. Wajahnya coklat mengkilat. Saat tertawa, giginya pun berkilat. Usianya katanya kurang dari 35 tahun. Aih lebih muda dari saya. 

      Fyi, biaya pulang pergi ojek motor dari Desa Kiluan Negeri ke Gigi Hiu Rp 200.000,- Mahal? Awalnya saya kira mahal. Setelah tahu seperti apa perjalanannya, harga itu pantas. Baik juga kalau diberi lebih. Seikhlasnya.


      Sore menghampiri. Semua bergegas. Waktu Zuhur hampir habis, Ashar sudah dekat. Sebelum keluar dari gerbang desa Kiluan, kami mampir salat ke masjid sambil menunggu rombongan mobil Pak Johan. Mungkin karena bawa ibu-ibu tua, Pak Johan mengemudi pelan-pelan asal selamat. Kelar solat, mobil Pak Johan melintas. Beda 30 menit perjalanan. Lumayan jauh mobilnya tertinggal.

      Ojek saya nih paling depan :D

      Menaklukkan Jalan Terjal Menuju Gigi Hiu

      Keluar dari gerbang Desa Kiluan Negeri, motor belok kiri, langsung disambut jalan menanjak. Saya ingat pesan Mas Yopie, “Pegang abang ojeknya kuat-kuat, jangan sampai jatuh.” Saya lakukan itu sepenuh hati. OMG!

      Seperti apa kondisi jalan yang saya lewati?

      Jalan berbatu dan jalan tanah berlubang. Silih berganti. Sangat tidak nyaman. Badan terguncang-guncang. Kadang motor melambat, kadang berhenti mencari selamat, kadang cuek saja menerabas apapun yang dilewati. Saya alami hal itu selama kurang lebih 45 menit. Pulang pergi 90 menit. Amboiii sedapnya…


      Abang ojeknya banyak diam, mungkin menjaga kosentrasi. Saat jalan menurun, badan terdorong maju, merapat ke abang ojeknya. Saat menanjak, badan seperti merosot ke belakang. Gerak otomatis. Saya dengar cerita, dalam keadaan yang sama, Mbak Ross lupa mundur dan lupa maju lagi. Bukannya sadar, malah abang ojeknya yang mengingatkan. Ini secuil cerita lucu diantara medan jalan yang juga tak kalah "lucu".
       

      Susahnya Berfoto Tanpa Tongsis


      Dalam rombongan kedua, motor saya paling buncit. Saya memang minta ke abangnya agar tidak ngebut. Melaju sedikit lebih cepat di depan motor saya adalah motor yang dinaiki Mas Yopie. 

      "Jangan jauh-jauh ya mas, jagain saya. Nanti kalau saya hilang kamu nangis lho."

      Orangnya nyengir. Di atas tanjakan dia berhenti, berdiri sambil pegang HP yang diarahkan ke motor saya. Rupanya ambil gambar. Asik. Bakal punya foto dan video kenang-kenangan saat motoran ke Gigi Hiu. Sayangnya, sampai detik ini saya tidak pernah melihat foto dan video itu. Tidak pula di-upload di manapun. Entah disimpan di mana dan buat apa. Penasaran? Banget.

      “Bang, bisa pelanin dikit gak? Saya mau selfie sambil motoran,” ucap saya ke abang ojek. Motor pun dipelankan. Setelah kamera hp siap, motor kembali melaju lebih cepat. Saya kerepotan tanpa tongsis, HP susah dipegang, sulit ambil gambar. Kalaupun bisa ambil video, hasilnya sungguh kacau. Hanya berisik suara motor dan gambar seperempat wajah saja yang masuk frame. Sisanya entah gambar apa. Kondisi jalan benar-benar menyulitkan. Jangankan foto cantik, foto jelek saja susah.


      Dalam kondisi tidak sedang hujan saja ban motor acap tergelincir. Jika hujan, mungkin akan mengalami terjungkal dan terjatuh berkali-kali. Tapi perjalanan ini sungguh berwarna. Kami tak hanya disuguhi buruk rupa jalan, tapi juga cantik rupa alam Kelumbayan. Saat di ketinggian, terlihat garis pantai yang memisahkan daratan dan lautan. Bentangan laut berpaut kaki langit yang tak nampak ujungnya. Sebuah pemandangan yang memanjakan mata di tengah kemelut si roda dua yang berjuang menaklukkan medan jalan.
       
      Beginilah kondisi jalannya *Foto mbak Ningsih*

      Kenyamanan Sesaat


      Jalan mulus! Hore…!

      Ketemu jalan beton. Bukan main girangnya. Ini akhir segala derita di jalan? Oh ternyata, jalan mulus itu pendek. Belum sempat menikmati duduk manis manja di atas motor tanpa harus berpegangan erat pada abang ojeknya, sudah ketemu jalan berbatu dan berlubang-luban lagi. Bahkan, banyak jalan tidak rata yang isinya air bercampur lumpur. Lebih parah dari jalan menuju Air Terjun Putri Malu. Hiks...

      “Jangan nangis, lanjutkan saja jalannya…”

      Saya menghibur diri sendiri. Menyemangati diri sendiri. Kuat…kuat! Tekat ke Gigi Hiu sudah bulat. Harus tetap semangat! Ciaaaaaat!!!


      Saya teringat ibu mbak Samsiah. Beliau tidak ikut serta, tinggal saja di Kiluan, bersantai di cottage.Meskipun Mbak Samsiah cerita bahwa ibunya kuat, terbiasa jalan, sudah sejak muda bertualang, tetap saja kami tidak tergoda untuk meluluskannya ikut serta motoran ke Gigi Hiu. Sangat beresiko.


      Trip ini memang diikuti oleh beragam usia. Dari yang paling muda, Afif anaknya mbak Ningsih masih SD kelas 4, sampai yang paling tua ibunya Mbak Samsiah (> 60). Jika ibu Mbak Samsiah mau tinggal, maka lain halnya dengan Afif. Dia ikut serta, boncengan berdua saja dengan abang ojeknya. Tidak mau ditinggal. Anak kecil ini kuat, ia ikuti perjalanan penuh tantangan ini sampai Gigi Hiu, pulang pergi. Ibunya petualang tangguh, anaknya juga begitu.

      Dusun Batu Suluh

      Singgah di Jembatan


      Kami sampai di sebuah jembatan beton ber-rangka baja. Semua singgah, foto-foto. Sesaat menikmati suasana asri di sekitar jembatan. Dari gerbang berwarna kuning sebelum jembatan terbaca sebuah nama: Dusun Batuh Suluh.

      Di bawah jembatan ada sungai dengan batu-batu dan air yang mengalir tidak tenang. Segar lihatnya.  Mas Yopie cerita, dulu waktu awal-awal ke Gigi Hiu, ia pernah nyebur di sungai itu bareng kawannya. Saya lupa ia sebut tahun berapa, sepertinya 4-5 tahun yang lalu. Kalau ada yang penasaran dengan cerita tentang nyebur-nyebur itu, tanya saja orangnya, atau baca saja blognya tentang Gigi Hiu di www.yopiefranz.com. Seru buat disimak.

      Sore kian tua. Perjalanan berlanjut.

      Semua laki-laki di belakang kami itu adalah para pengojek motor yang kami sewa


      Sungai yang kami lewati. Di sini katanya Mas Yopie dkk pernah nyebur :D

      Truk Ngesot Naik Tanjakan

      Sampai pada sebuah turunan, abang ojek minta saya turun dari motor. Saya diminta jalan sampai batas yang tidak bisa ditentukan.

      “Gigi Hiu masih jauh?” tanya saya.

      “Masih jauh. Jalan dulu aja mbak. Kita nggak bisa lewat,” jawabnya sambil menunjuk ke kerumunan orang di bawah (turunan).

      Ada jeep sedang disiapkan untuk menarik truk. Truknya mati gaya, tidak bisa nanjak. Lagian sudah tahu jalan parah seperti itu kok dilewati. Katanya… katanya nih, itu truk pengangkut kayu. Kayu dari hutan Tanggamus. Abis tebang pohon di hutan? *ups…

      Jeep ini yang akan menarik truk naik tanjakan. Perhatikan kondisi jalannya.

      Disuruh jalan, kami tidak jalan. Bagaimana bisa jalan kalau jalannya terhalang truk dengan posisi melintang? Kiri kanan jalan tidak bisa dilewati dan ditembus, jadi kami menunggu sampai kepala truk itu lurus lagi.

      Lebih dari belasan menit kami menonton saja. Laki-laki (bukan rombongan kami) tampak bekerja keras menyelesaikan urusan tarik menarik truk. Ada yang meneriakan bilangan angka. Ada yang mengencangkan otot menaklukkan truk yang ngotot.

      Sekitar 20 menit kemudian, jalan kembali bebas hambatan. *lo kira tol bebas hambatan?? :))

      Naik motor lagi. Terguncang-guncang lagi. Kali ini jalannya lebih seru, sempit dan penuh semak. Hanya muat satu motor. Jalannya tidak kalah asoy, berlubang-lubang dan becek. Motor Mbak Dian jatuh, dia juga ikut jatuh. Tapi mbak Dian tidak apa-apa, malah tertawa. Mbak Dian bangkit, lanjut motoran lagi.  Kebayang kan seperti apa jalannya? Nah, jalan inilah yang mengantar kami pada akhir perjalanan bermotor. 



      Sesi jalan kaki :D *Foto by Lestari*
       
       GIGI HIU, Batu Karang Raksasa di Pantai Pegadungan

      “Selamat Datang di Pegadung Kelumbayan”. Kata-kata itu tertulis pada sebuah papan nama yang tertancap rendah di pinggir pantai. Di sanalah motor-motor berhenti. Ada pondok kayu sederhana. Tempat duduk para abang ojek selama menunggu tumpangannya.


      "Gigi Hiu ada di sana, di balik pantai yang menjorok ke laut itu."

      Saat itu punggung dan bo**ng saya masih sakit, rasanya ingin duduk sesaat, istirahat. Tapi ada waktu yang harus diburu. Hari sudah sangat sore. Harus lanjutkan perjalanan agar tidak kemalaman.
       
      Saya membangkitkan semangat pada diri sendiri, mesti kuat lanjut jalan kaki sekitar 250 meter lagi. Jalur yang dilalui pinggiran pantai. Penuh batu. Lalu pasir. Batu lagi. Lalu tanah. Batu lagi. Setelah itu baru sampai di Gigi Hiu.



      Luar biasa!

      Itulah kata pertama yang terucap ketika pertama kali melihat barisan karang di pinggir pantai menjulang membentuk seperti bangunan megah. Ujungnya lancip ke atas, sepintas mirip jejeran gigi ikan hiu.

      Baru saja hendak mengagumi batu-batu raksasa itu, tiba-tiba….

      Megah!

      Jumpa Para Petualang Lampung

      Hai Eltra, Ikram, Denish! 

      Saya berteriak. Iya, saya teriak senang melihat keberadaan tiga orang itu. Spontanitas yang keluar dari semangat yang hampir melemah. Pegalnya badan setelah motoran itu penyebabnya. Setidaknya perjumpaan itu mungkin cukup ampuh meluluhkan rasa letih yang saya rasa. Setidaknya dengan teriak begitu saya berusaha menjaga semangat saya untuk tidak layu.

      Mereka adalah teman Lampung yang saya kenal tahun 2015 lalu saat sama-sama berangkat Tur Gunung Anak Krakatau pada Festival Krakatau 2015. Saya kenalan di kapal. Kami pulang dan pergi naik kapal yang sama. Kami pernah banyak ngobrol selama di kapal, jalan bareng nanjak gunung, foto-foto, tukeran akun medsos, dan tetap terhubung sampai kini. 


      *Cek IG mereka di @parapetualanglampung

      Beberapa hari sebelum ke Lampung, Denish dan Eltra memang sudah japrian dengan saya. Janjian bertemu kalau ada waktu. Tapi belum tahu tempatnya di mana. Ternyata ketemunya di Gigi Hiu. 

      Bersama Eltra, Ikram, Denish dan dua kawannya. Senang jumpa di sini!

      Eltra bawa oleh-oleh buat saya, selembar kaos K-Hoet. Yes, saya ingat kaos itu pernah dibawanya ke Gunung Anak Krakatau. Dulu dia foto-foto pakai kaos itu bareng Henry, katanya untuk keperluan promo. Saya sempat motret mereka dan meng-upload fotonya di Instagram. 


      Saya suka kaosnya. Ada motif sulaman Tapis. Sulaman asli. Sangat mencirikan Lampung. Eltra minta saya pakai kaosnya, buat foto bareng. Untuk menghargai mereka, juga sebagai tanda terima kasih, saya tentu bersedia. Kami pun foto bareng dengan baju kaos itu.

      Thanks Eltra untuk kaos K-Hoet-nya yang berhias sulaman tapis. Kece!

      Gigi Hiu Spot Fotografi Paling Kece di Pantai Pegadungan

      Teman-teman sudah menyebar. Ada yang masih duduk-duduk saja, bersantai sambil beristirahat. Ada yang sudah sibuk foto-foto. Mas Yopie mulai mengeluarkan kameranya. Ia memotret mereka, satu persatu, dengan sabarnya.


      “Saya kapan difoto mas?”

      Ingin juga difoto. Sudah jadi harapan sejak jauh-jauh hari berfoto di Gigi Hiu. Jika punya foto cakep jepretan kamera Mas Yopie, bakal dicetak gede-gede, dibingkai, dipajang di rumah. Sebuah gambar dengan seribu cerita, untuk jadi kenangan manis di masa akan datang. Indah bukan?


      “Duduk di sini saja, saya motret mereka dulu,” jawabnya.

      Saya nurut, dudukdi batu, diam mengamati yang lain. Tampak Rian tertawa gembira. Kak Ros bergaya-gaya. Mas Indra berpose, lensa kamera Mas Yopie sedang terarah padanya. Mbak Ningsih sedang asik dengan kamera andalannya. Afif berbaring di atas batu, wajahnya mengguratkan lelah. Arie asik selfie. Mbak Samsiah dan Pupun tampak saling memotret. Yang lain tak kalah asik melakukan kesenangannya. 


      Matahari perlahan turun. Cahayanya jatuh mengenai bagian samping bebatuan, membuat batu-batu karang raksasa itu tampak kemerahan. Terjangan ombak yang menghempasnya menghadirkan rasa ngeri. Saya membayangkan jika lidah ombak itu menjilat saya, lalu dihempas, diseret, dihempas lagi. Hancur. Saya bergidik. Nyali ciut. Urung mendekat ke batu-batu karang besar.

      Buat saya tempat ini sungguh memesona tapi menakutkan

      Betapa beruntungnya Lampung memiliki Gigi Hiu. Lanskap-nya sangat indah. Keindahannya terletak pada karang menjulang ke atas hingga 10 meter. Memiliki hempasan ombak besar karena berbatasan dengan samudera Indonesia. Saya yakin, pemandangan terbaik di tempati ini bisa dinikmati pada pagi, siang, maupun sore.

      Pantai Gigi Hiu juga disebut-sebut sebagai pantai paling fotogenik di Indonesia selain Raja Ampat. Tak heran bila banyak orang penasaran dan terpesona. Bagi para fotografer, Gigi Hiu adalah destinasi utama di Kiluan. Inilah ikon spot fotografi Lampung. Telah banyak fotografer lanskap nasional berkunjung, bahkan fotografer dari negara lain seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. 

      Tempat yang oke banget buat berpose ala model

      Dalam Pelukan Lelah

      Saya mencoba memotret dengan kamera  seadanya. Ingin coba ambil foto bagus, tapi apalah daya kemampuan tiada. Kemegahan Batu Gigi Hiu hanya bisa saya simpan dalam ingatan, juga dalam tulisan yang tak sepenuhnya bisa menggambarkan keadaan real-nya.

      Pantaslah kiranya jika para fotografer pro dibuat tak henti-henti menekan tombol shutter kamera. Tempat ini memang surganya para fotografer. Bagi mereka, Gigi Hiu adalah destinasi utama saat berkunjung ke Kiluan. Sedang pelancong seperti saya, Gigi Hiu nomor dua, melihat lumba-lumba nomor satu. Makanya sampai 3x kali ke Kiluan tidak jera padahal tidak pernah benar-benar pernah bertemu lumba-lumba dalam jumlah ratusan. 10 ekor saja tidak :))

      Selain kami, sore itu ada pengunjung lain, seorang perempuan dan beberapa laki-laki. Ada yang bilang mereka dari Thailand. Datang untuk melakukan pemotretan. Terlihat nekat. Karena pemotretan dilakukan di tempat yang saya anggap cukup berbahaya. Entah foto seperti apa yang hendak mereka buat sampai berani menantang maut dekat batu karang menjulang yang dihantam ombak deras. Kalau saya, baru dengar bunyi deru ombaknya saja sudah gemetar. 

      Tidak ada yang tahu kan kalau saya takut? Tentu. Karena saya sembunyikan. Sore itu komplit. Takut dan lelah jadi satu. Canda tawa tak mempan jadi obat. Pesona batu-batu raksasa itu juga tak ampuh jadi pelipur. Perjalanan bermotor itu benar-benar telah menyergap saya ke dalam ruang penat yang tak berventilasi. Dua hal yang membuat saya tegar tidak sampai pingsan adalah melihat keceriaan teman-teman dan menunggu difoto bagus.


      Afif sedang istirahat di dekat ayahnya
      Arie Goiq!

      Petang dibalut cemburu

      ~yaelah sub judulnya :))

      Saya menoleh ke Mas Yopie. Masih sibuk motret. Sabar. Nanti pasti difoto kok. Kan dia sudah janji. Dari pada manyun, saya coba cari kesibukan. Nanti kalau sudah dapat giliran pasti dipanggil, tinggal mendekat lagi. Saya berjalan ke arah rombongan Eltra. Kebetulan dipanggil, ternyata diajak foto bareng lagi.


      Sesaat saya ngobrol, jadi dapat cerita. Katanya, pengunjung yang pernah ke Gigi Hiu ada yang menginap demi mendapatkan momen matahari terbit dan tenggelam. Mereka pasang tenda buat tempat tidur. Bawa makanan dan minuman sendiri karena tempat ini jauh dari perkampungan. Pun tidak ada penjual makanan dan minuman

      Biasanya begitu. Demi dapat momen terbaik, foto terbaik, rela lakukan apa saja, termasuk bermalam di tempat dengan keadaan apa adanya. Bahkan tidak ada apa-apa. Bagi mereka mungkin itu setimpal dengan yang akan didapat. Saya bisa bayangkan alangkah indahnya berada di tempat seperti ini saat matahari mulai merayapi langit. Mistis. Megah. Syahdu. Magis. Entah apa lagi...

      Kebanyakan foto-foto sama mereka, ada yang ngambek :D

      Kelar foto-foto dan ngobrol, saya balik lagi ke Mas Yopie.

      Eh tapi orangnya malah pergi. Jalan ke arah pondok, mendekati ranselnya. Dari gerak-geriknya terbaca kalau ia hendak menyimpan kamera. Mukanya cemberut. Kaget lihatnya, untung saya nggak sampai terjengkang :D

      “Mas, kok nggak jadi moto?”

      Mukanya masam. Lebih masam dari jeruk purut muda. Saya ngilu liatnya. Berasa banget asamnya. Langsung mual. Pingin muntah. 

      ~mendadak sakit maag :D
      Pupun dan Samsiah ~ Saya suka lihat kalian di foto ini ^_^

      Batu Gigi Hiu Petang Itu

      Ombak yang cukup deras terlihat berkali-kali menghempasnya. Nuansa mistis tampak hadir kala cahaya matahari petang menyelinap dari celah-celah karang. Begitu menawan. Begitu ingin saya berlama-lama menyaksikannya. Namun, sesuatu telah membuat saya bergerak pulang, mendahului yang lain. Saya bergegas, berlari, sebelum cahaya keemasan itu tenggelam ke peraduan.

      Saya melewatkan bagian istimewa dari tempat ini. Memilih memunggungi Gigi Hiu dengan berbagai rasa yang tak bisa dijelaskan.



      Petang yang sungguh "seru".

      Tak lama lagi matahari terbenam, tapi saya melewatkannya

      250 meter jalan kaki. Sendirian. Menyisir pantai. Setengah berlari menuju ojek sambil  menyepak batu, menghentakkan kaki kuat-kuat di atas pasir, mematahkan ranting kering, menyiramkan sisa air minum pada wajah yang basah.


      “Ayo pulang, bang!”

      Abang ojek itu diam. Matanya memandang heran. Tapi dia tak bertanya apapun. Lalu dia bawa motornya dengan kencang.


      Segala lubang, becek, batu, terhempas-hempas, terbanting-banting, tidak terasa. Ada yang lebih sakit untuk dirasa. Magrib datang, langit mulai gelap. Tak ada satu pun penerangan di pinggir jalan. Kiri kanan hutan. Kadang jurang. Kadang padang ilalang. Gerimis turun. Senja berlalu dengan nyeri

      Nun jauh di belakang, kumpulan batu karang raksasa itu mungkin sudah dalam keadaan terbaiknya. Tanpa siapa-siapa.

      Menyisir pantai ini, sejauh 250 meter, menuju Gigi Hiu

      Keesokan pagi, di Teluk Kiluan

      Seusai
      berburu penampakan lumba-lumba yang gagal, di bawah gerimis, di antara indah lengkung pelangi, lamat-lamat di kejauhan terlihat Pantai Batu Layar dengan Gigi Hiu-nya yang megah itu. 

      Degh!

      Teringat kopi pahit kemarin sore, masih hangat: “Kalau mau difoto, jangan buat fotografer marah.”

      Duh!


      Rasanya pingin lompat dari jukung, minta digigit hiu.

      Pagi itu di Teluk Kiluan...

      Kapan Kembali ke Gigi Hiu?

      Di sebuah cekungan yang sunyi, di sanalah Batu Gigi Hiu berada. Saya akui daya tariknya. Saya akui kenapa orang-orang rela bersusah payah menempuh jalan berat demi melihatnya.

      Lantas, apa yang saya kenang dari Pantai Pegadungan ini? Perjalanannya dan cerita fotografer yang ngambek itu :D Dua hal itu tampaknya lebih melekat dalam ingatan saya ketimbang hal lainnya. Kok gitu? Ya begitulah kenyataannya. Entah kenapa saya jadi tak bisa menyesap pesona yang dimiliki pantai itu. Terlalu 'hanyut' oleh perjalanannya? Mungkin. Yang saya tahu, sampai di lokasi malah mati rasa. Sudah coba dihidupkan dengan berbagai cara, tak jua berhasil. Tidak ada feel-nya.


      Entah kapan akan ke Gigi Hiu lagi. Mengingat perjalanannya yang berat, bisa jadi yang pertama dan terakhir. Hmm....nggak boleh pesimis ya. Siapa tahu suatu hari jalannya jadi bagus, akses ke sana jadi lancar jaya. Sekarang saja jalan menuju Kiluan sudah diperbaiki, jadi lebih bagus. Bukan tidak mungkin nanti jalan ke Gigi Hiu-nya juga ikut diperbaiki. Apalagi Pantai Pegadungan itu sangat terkenal. Masa iya saat objek wisata unggulan dipromosikan kemana-mana tapi kondisi jalan buruk menuju ke sana dibiarkan saja?

      Saya yakin suatu hari nanti jalan menuju Gigi Hiu bagus. Walau entah kapan. Moga saja tidak lama-lama. Sekarang keadaannya masih sama seperti yang kami lalui. Siapkan badan sehat dan niat yang kuat kalau tetap nekat berangkat.

      Tami


      Ada penampakan di belakang kak Ros :D


      Ada yang penasaran dengan jepretan Mbak Ningsih?

      Mas Yopie (jongkok dekat batu) sedang memotret teman-teman

      Perjalanan ke Gigi Hiu ini penuh warna. Meski perjalanannya sulit, tapi seru. Saya salut teman-teman bisa menjaga semangatnya sampai akhir. Mereka tangguh. Sedangkan saya pura-pura tangguh. Sudah berusaha sekuat tenaga untuk tetap kuat dan tabah, tapi segala gumpalan rasa malah pecah menjadi kesal dan marah. 


      Apapun itu, tempat ini telah memberi saya sesuatu yang bisa dikenang.

      Lima bulan berlalu sejak trip Kiluan Gigi Hiu, dan saya masih ingat setiap detailnya. Sekarang, tiap mengingatnya ulang, ada rasa kangen sama mereka:
      Mbak Ningsih+Suami+Fahri+Afifibutravel.wordpress.com,Dianadventurose.com, Indra duniaindra.com, Rosanna anarosanna.com,Rian kulinerwisata.com, Arie goiq.blogspot.com, Lestari jejaksematawayang.com,Tami ranselsaya.com, Samsiah + ibu, Pupun, Tita.


      Terima kasih buat admin +Keliling Lampung Mas +yopie franz atas perjalanan seru tak terlupakan ini. 

      Cerita ini hanya pengalaman saat ke Gigi Hiu. Pada postingan berikutnya (jangan tanya kapan waktunya), akan saya tulis cerita tentang berburu penampakan lumba-lumba di Kiluan.

      Cerita perjalanan ke Gigi Hiu pernah saya tulis untuk rubrik Pariwisata koran Kedaulatan Rakyat. Dimuat hari Sabtu tanggal 8 Oktober 2016. Tulisannya berisi informasi destinasi. Beda dari yang saya tulis di sini. Pastinya cerita tentang ngambek-ngambek itu tidak ikutditulis. Nanti dijadiin novel saja :D



      Kamu punya cerita pengalaman ke Gigi Hiu?

       


      Kuliner Thailand Sarat Bumbu, Sedap dan Pedasnya Bikin Ketagihan

      $
      0
      0
      kuliner thailand paling populer

      Travelerien.com

      Thailand memiliki kekayaan wisata alam, budaya, dan kuliner yang sangat luar biasa. Siapapun pasti tergoda untuk berkunjung dan menikmati setiap suguhan wisatanya. Namun, sependek menjadi travel dan food blogger, saya belum pernah melakukan perjalanan ke Thailand khusus untuk berwisata maupun meliput kuliner khasnya. Keinginan untuk melihat, lalu menuliskannya dalam sebuah catatan perjalanan, masih menjadi sebuah cita-cita yang belum kesampaian.

      Selama ini saya masih konsisten melakukan traveling keliling Indonesia. Namun bukan berarti saya tidak menaruh keinginan untuk berwisata lagi ke negara lain. Takdir saya saat ini adalah masih setia menunggu waktu dan kesempatan itu datang kembali. Sambil menunggu, saya mengisi kegiatan dengan menulis artikel perjalanan di beberapa majalah dan koran, blogging, dan berbagi foto perjalanan lewat Instagram. Barangkali dari sana, muncul peluang yang bisa mengantarkan saya pada tempat-tempat menarik di luar Indonesia seperti Thailand. Salah satunya dengan mengikuti Writing Challenge Competition yang diselenggarakan oleh @yukmakancom dan @wisatathailand

      Dalam kaitannya dengan aktivitas traveling, saya pernah beberapa kali menjumpai makanan Thailand di daerah-daerah (di Indonesia) yang saya kunjungi. Salah duanya saat sedang traveling ke Banyuwangi Jawa Timur dan Lampung, Sumatera. Sedangkan sependek saya menjadi food blogger, saya pernah secara khusus diundang oleh sebuah kedai Tom Yum di daerah Bintaro, Tangerang Selatan, untuk meliput dan mereview masakan Thailand. Nah, secuil pengalaman  kuliner Thailand inilah yang akan saya ceritakan di sini.

      Tom Yum Restoran Watu Dodol Banyuwangi
       
      Tahun 2015 lalu, saya berlibur ke Banyuwangi bersama empat sahabat. Tujuan kami adalah menyeberang ke Pulau Menjangan, Bali. Empat sahabat saya tersebut berangkat dari kota dan negara yang berbeda. Mereka adalah Ira (Jerman), Zulfa (India), Andriyani (Bandung), dan Lestari (Semarang). Saya sendiri berangkat dari Jakarta. Kami menginap di Hotel Watu Dodol yang terletak di kawasan pantai Watu Dodol, sebuah tempat yang menjadi titik awal penyeberangan kami ke Pulau Menjangan.
       
      Kami berlibur selama 3 hari 2 malam (31 Juli s/d 2 Agustus 2015). Selama menginap di Hotel Watu Dodol, kami lebih banyak makan makanan restoran hotel. Nah, di Restoran Watu Dodol inilah kami menemukan masakan Thailand, yaitu Tom Yum. Makanan ini merupakan hidangan pembuka yang disarankan oleh manager hotel yang saat itu dijabat oleh Pak Moses. Menu Tom Yum kami nikmati saat makan malam.  

      Tom Yum di Restoran Watu Dodol. Pedas, panassssss......

      Restoran Watu Dodol terletak di pinggir pantai. Desain bangunannya terbuka, membuat hawa dingin dan angin malam langsung mengenai badan. Untuk kondisi seperti itu, mengawali santap malam dengan Tom Yum pedas dan hangat sangat bermanfaat. Setidaknya membangkitkan selera makan untuk hidangan-hidangan berikutnya.

      Tom Yum disajikan dalam sebuah mangkok besar. Warna kuahnya orange tajam. Di dalamnya berisi potongan tahu Jepang, fillet ikan goreng, kepiting dan udang. Di atasnya, terserak irisan cabe rawit utuh dan irisan cabe hijau. Bumbunya Tom Yum terasa lebih tajam dari yang biasa saya coba. Rasa rempah begitu kuat, rasa pedas dari serai pun sangat terasa. Kelezatan Tom Yum ini membuat kami berlima ketagihan. Satu mangkok besar Tom Yum habis tak bersisa. Badan jadi terasa hangat, makan pun jadi nikmat, ditemani nyanyian ombak, juga gemerlap bintang dan cahaya purnama yang jatuh di atas laut.

      Pengalaman saat traveling dan kulineran Tom Yum di Watu Dodol : Watu Dodol, The Best Sea View Resort 


      Isi mangkuk Tom Yum nya sedikit lagi habis :D
      Nasi Goreng Tom Yum ala Tomyam Kelapa
       
      Sebagai food blogger, saya telah beberapa kali mendapat undangan untuk mereview makanan suatu restoran. Acara yang diliput bermacam-macam bentuknya. Kadang launching menu, launching restoran, perkenalan chef baru, dan sebagainya. Undangan sebagai food blogger yang datang kadang tidak sebatas mereview/meliput acara yang terkait makanan siap santap saja, kadang juga mereview bahan pembuat makanan, misal perusahaan pembuat tepung. Sebagai food blogger saya juga kadang diundang acara demo masak, pameran produk makanan, dll.

      Dari undangan review makanan yang pernah saya terima, saya pernah diundang untuk mereview masakan Thailand dari Tomyam Kelapa Saung Ibu. Rumah makan tersebut memang spesialis masakan Tom Yum dan beberapa jenis chinesefood. Pemiliknya dulu pernah tinggal di Malaysia dan Thailand. Namanya Baha, dia juga seorang blogger. Ketika tinggal di negara tersebut, Baha belajar cara memasak makanan setempat. Setelah pandai, ia kembali ke Indonesia, lalu membuka rumah makan Tom Yum.

      Sebagai menu andalan, Tom Yum menjadi makanan pertama yang saya review. Saya pernah menuliskannya di blog. Tom Yum Kelapa adalah Tom Yum yang disajikan dalam kelapa. Modifikasi ini tidak membuat ciri khas Tom Yum hilang. Justru terlihat unik. Selain Tom Yum, makanan Thailand lain yang saya gemari di Tomyam Kelapa adalah Nasi Goreng Tom Yum.
      nasi goreng thailand enak
      Nasi Goreng Tom Yum Seafood


      Dinamakan Nasi Goreng Tom Yum karena nasi goreng menggunakan bumbu khas Tom Yum. Enaknya dimakan saat masih panas. Ada rasa asin, kecut, dan pedas. Nasi goreng terbuat dari bahan-bahan antara lain nasi, minyak goreng, bawang putih dikeprek, serai diiris, cabe diiris, daun jeruk diiris, bawang bombai diiris, telur, pasta tom yum, chicken powder, minyak cumi, gula pasir, minyak wijen, sawi, kol. Untuk topping sesuai selera. Bisa ayam, udang, cumi, daging, bakso, sosis, dan tambahkan bawang goreng. Kesukaan saya Nasi Goreng Tom Yum Seafood dengan topping cumi, udang, dan taburan bawang goreng.

      Cara membuat nasi goreng tom yum cukup mudah. Berikut adalah langkah-langkah yang diajarkan oleh chef Tom Yum Kelapa, yaitu: Tumis semua bahan, masukkan nasi, aduk. Tambahkan bumbu-bumbu seperti saos tom yum, minyak cumi, gula pasir, aduk rata. Terakhir tambahkan topping sesuai selera. Taburkan bawang goreng dan beri garnis berupa tomat dan timun. Saya paling suka irisan serai dan daun jeruknya. Kalau tergigit, ada rasa kecut-kecut pedas. Tapi, makin pedas makin enak. Makin nafsu makan.

      Baca tulisan tentang Tom Yum Kelapa yang pernah saya posting : Santap Tom Yum di Saung Ibu Bintaro


      Selain Nasi Goreng Tom Yum, ini menu Thailand lainnya di Saung Ibu: Tom Yum Kelapa

      Thai Fried Rice ala Granny’sNest Resto

      Saat mengikuti Festival Teluk Semaka di Lampung pada November tahun 2015, saya dan para travel blogger yang menjadi undangan, sempat bermalam di salah satu hotel backpacker yaitu OmahAkas. Hotel yang lebih dikenal sebagai salah satu guest house syariah terbaik di Lampung ini memiliki restoran bernuansa chabby vintage style yaitu Granny’sNest Restoran. Yang menarik dari restoran ini adalah ragam sajian menunya. Tersedia makanan tradisional Indonesia, hingga makanan khas dari negara lain. Salah satunya makanan Thailand.

      Malam terakhir di Lampung kami makan malam di Granny’s Nest. Dari sekian banyak menu istimewa yang ada dalam buku menu, saya memilih Thai Fried Rice. Saya memesannya dan mendapatkan sebuah sajian nasi goreng dalam potongan buah nanas yang telah dikeruk isinya. Nasi tersebut dikenal sebagai Nasi Goreng Nanas Thailand. Orang Thailand menyebutnya Khao Pad Sapparot.
       

      Suasana makan malam di Granny'sNest bareng teman-teman travel blogger

      Nasi goreng nanas merupakan salah satu makanan populer di Thailand. Keunikannya terletak pada pemakaian nanas sebagai topping nasi goreng. Nasi goreng nanas bisa berisi udang, ayam, telur atau sayuran. Sesuai selera. Waktu itu saya pesan isi ayam dan telur. Dalam versi lebih mewah nasi goreng nanas biasanya diberi tambahan kismis dan kacang-kacangan.

      Bumbu nasi goreng nanas terdiri bawang merah, bawang putih dan cabai. Setelah ditumis, tambahkan nasi, masak dalam api besar selama 3 menit. Nasi dibumbui dengan kecap ikan, soy sauce, bubuk kari, garam dan gula secukupnya. Mudah bukan?



      Cerita kuliner Thai Fried Rice di Granny'sNest dapat dibaca di sini: Santap Malam di Granny'sNest
       

      nasi goreng nanas thailand
      Khao Pad Sapparot, nasi goreng nanas Thailand

      Demikianlah sedikit cerita saya tentang masakan Thailand yang pernah saya cicipi saat traveling, maupun saat diundang oleh rumah makan yang menyajikan masakan Thailand. Semuanya berlokasi di Indonesia. Harapannya sih, moga saja tahun ini bisa mencicipi langsung di negaranya. Tapi yang halal, karena saya muslim.

      Rasa pedas dan penuh bumbu, namun dipadu dengan keseimbangan rasa manis, asin, masam, pahit, dan pedas, merupakan ciri khas utama masakan Thailand. Di Thailand terdapat empat jenis masakan daerah yang berasal dari empat daerah utama yakni Thailand Utara, Thailand Timur Laut, Thailand Tengah, dan Thailand Selatan. Masing-masing masakan dari daerah tersebut mendapat pengaruh dari masakan Cina dan masakan negara-negara tetangga. Seperti halnya masakan Indonesia, masakan Thailand pun banyak menggunakan sayur-sayur segar, rempah-rempah segar maupun rempah-rempah kering, serta pemakaian santan dan kunyit segar dalam masakan. Hal ini mengingatkan saya pada masakan Sumatera terutama gulai-gulai bersantan dengan bumbu rempah yang sangat kental.
       

      Mango Sticky Rice, makanan Thailand yang paling saya suka dan wajib dicicipi saat berkunjung ke Thailand

      Masih banyak jenis makanan Thailand lainnya yang bisa dicoba. Khao pad (nasi goreng), Khao Tom (bubur asin), Khao Niaw, aneka Thai Curry dan Soup seperti  Gaeng Massaman (Kari yang di sajikan dengan kacang dan kari kentang), Gaeng Kiaw Wan (kari hijau Thailand), Gaeng Daeng (kari merah), Tom Kha (Sup kelapa yang disajikan di antara sup dan kari), serta Tom Yam Kung (sup Thai klasik). Ada pula aneka hidangan mie yang disajikan dalam berbagai bentuk dan ukuran, seperti Pad Thai, Rad Naa dan Gway Tiow. Makanan penutup yang populer berupa buah mangga yang dilumuri santan manis. Sedangkan salad Thai (yam) umumnya terbuat dari sayuran mentah dicampur dengan cabai, jeruk nipis, dan kecap ikan, meskipun beberapa, seperti Yam Neua (Thai salad daging sapi) mengandung daging. Som Tam, Yam som-o, Yam Neua, Yam Wonsan.

      Itulah nama-nama makanan Thailand yang saya tahu. Ada yang saya ketahui karena pernah memakannya, ada juga yang saya ketahui dari buku/majalah yang saya baca. Tidak sedikit yang saya ketahui dari artikel-artikel online. Kebanyakan makanan Thailand menggunakan daging babi. Namun di Indonesia, pada restoran tertentu makanan disajikan dengan menggunakan bahan lain seperti ayam, ikan, kepiting, dan cumi saja. 


      Tertantang untuk menikmati kuliner Thailand langsung di negaranya? Yuk ikuti writing challenge dari @yukmakancom ini. Masih ada waktu sampai tanggal 13 Januari 2017 untuk berpartisipasi. Siapa tahu beruntung menjadi salah satu dari 10 pemenang yang akan diajak berwisata di Thailand.


      Lomba diperpanjang hingga 13 Januari 2017. Yuk ikutan!

      Burger Mie Spesial Bakmi Mewah

      $
      0
      0
      Burger Mie Spesial Bakmi Mewah

      Travelerien.com

      Tampilan mewah, rasa istimewa. Dua daya pikat Bakmi Mewah yang menjadi inspirasi saya untuk membuat kreasi menu spesial dari mie instan yang belakangan ini menjadi idaman keluarga di rumah.

      Bakmi Mewah. Sudah familiar?

      Produk Bakmi Mewah dari PT. Mayora Tbk adalah satu-satunya mie instant yang menyertakan daging ayam dan jamur asli (bukan dalam bentuk kering) di dalam kemasan box berwarna hitam dan tulisan warna emas yang membuatnya tampak mewah.

      Keistimewaan dari Bakmi Mewah adalah tekstur mie-nya yang lembut. Tidak berasa tepungnya ketika digigit. Bicara tentang rasa, Bakmi Mewah mempunyai aroma minyak wijen. Sesuatu yang khas dari Chinesse food yang biasa menyertakan minyak wijen sebagai salah satu pemikat yang kerap membuat perut mendadak minta diisi. Bakmi Mewah memiliki bahan pelengkap di antaranya minyak, kecap, saus sambal, dan daun bawang kering. 

      Produk berkualitas dari PT. Mayora Tbk

      Bakmi Mewah tidak hanya terbuat dari bahan-bahan berkualitas baik, tetapi juga unggul sebagai mie instant yang tidak menggunakan tambahan penyedap rasa MSG dan pengawet sehingga aman untuk dikonsumsi setiap hari. Mengenai harga per kotaknya, menurut saya sebanding dengan keunggulan yang dimilikinya.

      Di rumah, kami terbiasa menyajikan mie instant dalam bentuk mie kuah dan mie goreng. Sesekali dibuat martabak mie. Tak jarang dibuat burger ketika ada permintaan dari anak. Biasanya untuk dimakan saat sarapan. Terkadang pernah juga buat bekal ke sekolah. 

      Cara membuat Burger Mie mudah, penambahan bahan pun tidak banyak. Maka, pada event yang diadakan Indonesian Foodblogger dan Bakmi Mewah kali ini saya mengkreasikan Bakmi Mewah menjadi Burger Mie Spesial Bakmi Mewah.

      Adapun bahan dan cara membuatnya sebagai berikut:

      Bahan mie:
      1 bungkus Bakmi Mewah, rebus
      2 butir telur
      1 batang daun bawang, iris tipis
      1 sendok makan margarin

      Pelengkap:
      1 butir telur (dimasak ceplok)
      Selada secukupnya
      Tomat, iris tipis
      Timun, iris tipis
      1 lembar keju kraft
      Mayones secukupnya
      Saus sambal secukupnya

      Menggunakan bahan-bahan yang ada di kulkas saja

      Cara membuat:
      1. Bahan mie: Campur mie, semua bahan pelengkap mie, telur, dan daun bawang. Aduk hingga rata.
      2. Panaskan pan dadar, beri sedikit margarin.
      3. Masukkan adonan mie, masak hingga matang, angkat.

      Penyajian:
      Ambil satu buah mie, letakkan selada, keju, telur ceplok, tomat, dan timun. Ambil satu buah mie lagi, letakkan paling atas. Beri mayones dan saus sambal, sajikan.

      Selesai.

      Burger Mie Spesial Bakmi Mewah ala saya :)

      Saya tidak menambahkan daging burger sebagai pelengkap karena sudah ada daging ayam dalam campuran burger mie. Nanti jadi terlalu banyak daging yang digunakan. Saya cukup menambahkan telur ceplok. Untuk memperkaya isi, saya gunakan keju. Telur dan keju adalah dua makanan kesukaan anak saya. Dengan menambahkannya sebagai pelengkap burger mie, kreasi mie instant ini jadi makin disukai anak.

      Untuk membuat menu spesial kesukaan keluarga tidak sulit, bukan? Cukup berkreasi dengan Bakmi Mewah, maka kita bisa mendapatkan hidangan ala restoran. Coba juga yuk….


      Travel Blogger Fun Off-road di Jayagiri Bersama Trizara Resorts

      $
      0
      0
      fun off-road lembang

      Travelerien.com

      Tahun baru, liburan baru. Alhamdulillah diawali dengan liburan ke Trizara Resort bareng travel blogger dari Jakarta dan Bandung. Ini merupakan kunjungan ke-2 kali ke Trizara. Tahun lalu bareng travel blogger juga, tapi dalam suasana bulan Ramadhan. Kali ini dalam suasana tahun baru, meski sudah tanggal 8 dan 9 Januari. Ada yang berbeda? Tentu.

      Perjalanan ke Bandung kali ini terasa lebih lama dari biasanya. Sejak terjadi kerusakan pada jembatan di ruas tol Cipularang, kendaraan besar seperti bus dan truk, tidak diperbolehkan melintas. Karena itu bus yang membawa saya dan rombongan travel blogger dari Jakarta, mesti melewati jalan lama yang dulu biasa digunakan menuju Bandung. Jam 10 dari Jakarta, jam 3 sore baru sampai Bandung. 


      Baca juga tulisan sebelumnya: Trizara Resorts, Tempat Glamping di Lembang
       
      Bersama rombongan travel blogger dari Jakarta

      Waktu yang cukup lama ini memang agak membosankan, apalagi saat perjalanan tersendat karena ramainya kendaraan yang sama-sama menuju Bandung. Rasa haus dan lapar membuat kami singgah jajan di pinggir jalan. 

      Perut memang jadi kenyang, haus pun hilang, tapi saya menghadapi sakit perut yang luar biasa akibat rujak buah dan lumpiah basah pedas yang saya makan. Terpaksa singgah pinggir jalan, di sebuah klinik, numpang pinjam toilet. Sampai toilet malah mual dan muntah-muntah. Bukan main siksaannya…

      Enak di mata dan di lidah, enggak enak di perut

      Pertama kali makan lumpia basah :D

      Jajanan pinggir jalan diserbu oleh kita yang pada lapar :D

      Jam 3 sore sampai Trizara. Langsung makan siang sambil temu muka dengan blogger Bandung yang sudah tiba sejak pagi. Setelah itu baru check-in. Lebih dari 20 orang yang ikut gathering kali ini. Saya lupa berapa tepatnya jumlahnya. Kami dibagi-bagi dalam beberapa tenda. Rata-rata 1 tenda 4 orang. Saya satu tenda dengan Ayuk Annie, Mbak Levina, dan Dzalika. 

      Tertawa lebar setelah 5 jam perjalanan yang lumayan lama :D

      Archery Battle

      Meski sudah kesorean sampai Trizara, kegiatan hari pertama tetap dilaksanakan meski sudah tidak sesuai jadwal. Diawali dengan Fun Games & Ice Breaking, dilanjut Archery Battle dan afternoon picnic. Malamnya dinner BBQ dan api unggun sambil sharing travel bloggers.

      Fun games yang dilaksanakan di Plaza Trizara Resorts ini merupakan pemanasan yang cukup ampuh bagi saya untuk melupakan penatnya perjalanan naik bus yang disertai mual muntah dan mulas saat perjalanan menuju Bandung. Gelak tawa dan suasana akrab yang hadir membangkitkan semangat untuk mengikuti kegiatan selanjutnya. 

      Tim saya nih, gagah-gagah dan cakep kan? :D

      Archery Battle dilaksanakan di area parking trizara resort. Kami nggak langsung main, tapi diajari dulu cara menggunakan panah. Mulai dari cara memegang, membidik, hingga melesatkan panah. Ada beberapa teknik dan tips aman yang diajarkan. Mesti nyimak, biar bisa dan nggak salah sasaran. Seneng sih, tapi sesi belajar ini malah jadi sesi selfie, bergaya ala pemanah ulung, buat update di sosmed. Padahal, saat memanah, nggak kena sasaran. Kadang melambung jauh, kadang terkulai lemah satu atau dua meter saja dari depan badan he he

      Waktunya bermain. Kami dibagi menjadi empat kelompok. Masing-masing beranggotakan 6-7 orang. Arena bermain sudah di batasi dengan jaring pengaman. Perlengkapan bermain seperti jaket pelindung badan, penutup wajah dan kepala, kami kenakan.
       
      Tim lawan nih, jago-jago banget manahnya, tapi paling banyak orangnya kena panah :))

      Dalam permainan panah memanah ini kami punya misi mengumpulkan poin melalui jumlah sasaran yang berhasil dibidik. Boleh memanah lawan supaya jumlah lawan berkurang. Untuk menghindari kena panah, ada semacam balon besar untuk tempat berlindung. Mainnya seru. Lari sana kemari, menghindari kena panah, sambil memanah. Dan saya kena panah 1 kali! :D

      Ada 4 tim, dua kali main, 1 lawan 1 tim. Jelang magrib, permainan selesai. Tapi beberapa masih ada yang penasaran, permainan dilanjut tapi sebentar.
      Gayanya sok berani ya, padahal ngumpet-ngumpet takut kena :D

      Usai main, kami kumpul di Netra Garden. Piknik di waktu magrib :D Duduk-duduk mengistirahatkan badan seusai archery. Lumayan berkeringat lho. Ngobrol bareng di atas tikar sambil makan cemilan dan minum minuman segar yang sudah disediakan. Sekitar 30 menit kemudian baru balik ke tenda. Bersih-bersih dan bersiap dinner BBQ di Terrace Café.   


      Lewat magrib di Terrace Cafe Trizara

      terdampar di suatu tempat

      cemilan piknik

      ada yang terjatuh karena kedatangan muatan baru :D

      main apa coba?

      Sebelum kembali ke tenda masing-masing, kami kumpul sejenak di tempat yang biasa digunakan untuk api unggun. Dekat tenda-tenda Svada. Sama seperti tahun lalu, malam itu ada sesi sharing travel blogger. Tapi berhubung sudah malam (jam 11), tidak semua blogger berkesempatan sharing. Kami mesti lekas istirahat karena esoknya akan off-road ke beberapa tempat di Lembang. 

      Ayam bbq

      motret yang belum mateng

      sosis bbq

      dinner dulu sama teman satu tenda

      makan..makan...

      sharing travel blogger
      Kamar kami di tenda Svada 6

      teman sekamar :D

      Off-road Sukawana-Cikole-Cikahuripan

      Mengawali pagi dengan berburu sunrise bersama mbak Levina dari area tenda Netra. Ketemu kang Ali, lalu kami hunting bareng. Sayangnya, sunrise yang dinanti sejak jam 5 sampai jam 6 lewat itu tidak kelihatan. Saya yang tadinya mengira matahari akan muncul dari balik punggung gunung yang berhadapan dengan tenda Netra, ternyata tanda-tanda kemunculannya ada di  sebelah kanan tenda. Sayangnya yang dinanti tidak hadir dalam bentuk terbaiknya. Hanya ada kilau terang memancar menyinari awan-awan yang berubah jadi kemerahan. Si bulat tersembunyi di balik awan.

      pagi begitu dingin

      andai tiap bangun pagi bisa lihat pemandangan dan suasana berkabut seperti di sini

      ga dapat sunrise, yang ancur begini pun jadilah :D

      Balik ke tenda lalu mandi. Meluncur ke Indriya Resto untuk sarapan. Tapi yang lain sedang zumba, akhirnya ikutan. Lumayan goyang badan sampai keringatan. Setelah itu baru sarapan. Beberapa waktu kemudian berangkat off-road. Kali ini kami dibagi lagi menjadi 4 tim untuk 4 jeep yang sudah disiapkan.  

      sendiri lebih baik daripada berdua tapi sakit hati :)))

      zumba duluuu

      baru sarapan

      Pukul 9.30 perjalanan dimulai. 4 jeep beriringan. Saya duduk di depan, di samping supir yang pendiam tapi banyak senyum. Teman-teman satu tim Uni Dzalika, Riska Nidy, Kang Ali, Salman, Rifa, dan Amel. Awalnya melewati jalan desa yang masih rata hingga perkebunan teh Sukawana. Setelah itu baru dihadapkan dengan jalan penuh tantangan yang membuat badan seperti diaduk-aduk di dalam mobil.
      Ini tim saya satu jeep, mas supirnya yang paling pinggir baju hitam
      Jeep yang digunakan memang sudah disiapkan untuk menghadapi medan berat. Tidak heran jika kami bisa melewati itu semua meski harus pakai teriak-teriak di dalam mobil. Tidak sepanjang jalan sih, masih ada banyak jeda buat atur nafas. Tapi lumayan menegangkan. Kami dua kali singgah. Pertama masih di area dekat kebun teh, kedua di sebuah tanjakkan di mana kami bisa melihat view Bandung dari ketinggian.

      Kebun Teh Sukawana

      Persinggahan pertama
      Foto-foto dulu yeee

      Jam 11 perjalanan berangkat berakhir di Cikahuripan. Di sana ada pondok-pondok jajan dan sebuah toilet sederhana. Mereka yang menahan kencing sudah pasti berlarian menuju toilet hehe. Udara terasa lebih dingin, saya agak menggigil. Tanpa jaket, udara seperti menusuk-nusuk kulit. Saya tidak kuat dingin. Di sana ada area outbond. Tempat kumpul untuk acara gathering. Sebuah pondok buat duduk-duduk. 
      Ternyata di sini ada benteng sejarah Belanda

      formasi lengkap

      Ada semacam setapak yang mengarah ke atas bukit. Di pangkal tanjakan ada semacam spanduk bertuliskan Selamat Datang di Benteng Sejarah Belanda. Saya kira tadinya kami akan ke atas, mungkin melihat benteng, ternyata tidak. Hanya duduk-duduk saja di bawah sambil menyantap cemilan dan minuman yang dibawa dari trizara. Sisanya dihabiskan dengan foto-foto. Saya sendiri baru tahu kalau di tempat itu ada objek wisata sejarah. Sayang tidak dibawa untuk berkunjung lebih dekat.

      Tidak sampai satu jam di sana, kami meninggalkan lokasi wisata. Kembali pulang lewat jalan yang sama. Tadinya katanya akan lewat jalan lain, tapi tidak jadi karena jalannya biasa saja. Tidak seru. Memang tidak ada sensasinya sih ya kalau naik jeep garang tapi Cuma dipakai buat lewat jalan biasa :D

      menyusup

      lumpur dalam

      Andre memang jagoan :))


      Dalam perjalanan pulang, saya kaget ada yang berani duduk di atas jeep. Padahal kalau jeepnya mendadak miring, apa tidak terbanting tuh? Winda dan entah siapa yang satunya. Sedangkan jeep di depan kami ada Andre yang gelayutan di ban cadangan jeep. Seru kali ya rasanya. Tapi saya ga berani begitu, kalau pegangan lepas, bisa kejengkang jatuh di tanah becek :))

      Jam 1 siang kami sudah kembali berada di Trizara. Makan siang sudah siap. Saat cuci tangan, air yang dipakai untuk membasuh tampak kehitaman. Rupanya badan jadi berselimut debu. Sudah pasti seluruh badan jadi kotor. Mau mandi dulu tapi perut sudah memanggil minta diisi. Akhirnya memilih makan dulu baru mandi-mandi. Jam 3 sore semua check-out. Ada yang kembali ke Bandung, sisanya ke Jakarta. Naik bus lagi bareng-bareng. Sudah kemalaman sampai di Jakarta karena perjalanan tidak lancar (ada mobil tanki terguling) Tapi alhamdulillah pulang dengan hati senang, bawa cerita dan pengalaman seru saat liburan bareng travel blogger di Trizara.

      berani duduk di atas karena jeep sedang berhenti :D

      Liburan seru bersama Trizara!

      Bagi saya, liburan ke Trizara kali ini lengkap. Bisa menikmati glamping di tempat yang tenang dan memiliki pemandangan cantik, sekaligus bisa menikmati serunya off-road di Jayagiri. Liburan tenang dan garang, perpaduan yang apik untuk liburan asyik bersama Trizara. Apalagi bareng kawan-kawan yang serunya nggak abis-abis. Bikin happy!



      Kamu kapan ke Trizara?

      Trizara Resorts
      Jl. Pasirwangi Wetan, Lembang, Bandung, Jawa Barat 
      Untuk pemesanan silakan hubungi Tel: +62858 7169 8923
      Email: trizararesorts@gmail.com
      Facebook: https://www.facebook.com/trizararesorts
      Instagram: https://www.instagram.com/trizararesorts/
      Website: http://www.trizara.com/

      Travel Blogger Gathering 8-9 Januari 2017 - Trizara Resorts Lembang

      Serudukan Mesra Gajah Way Kambas

      $
      0
      0

      Travelerien.com

      Sudah satu tahun berlalu sejak pertama kali berkunjung ke Taman Nasional Way Kambas, baru sekarang terasa bergairah untuk berkisah. Tidak ada hal khusus yang memicu, melainkan hanya dari “Your Memories 1 Year Ago Today” Facebook yang muncul secara otomatis dalam beberapa hari ini lewat foto Kiluan dan Way Kambas. Seolah hendak mengingatkan, “Hei, kamu belum menulis tentang Gajah Way Kambas, lho.”

      Baiklah.

      Tahun lalu, tepatnya 18-20 Januari 2016, saya main ke Lampung. Dua hari pertama di Teluk Kiluan, main pasir di pantai, berendam di laut, melihat lumba-lumba yang tak muncul-muncul, dan menikmati suasana pesisir yang sepi. Hari ke-3 pulang, tapi jadwal pesawat sore. Sejak bangun pagi di hari Rabu tgl 20 Jan 2016 itu masih tak ada ide mau kemana. Hingga akhirnya dapat saran, “Ke Way Kambas saja, kamu kan pernah bilang ingin ke sana.”

      Yessss! Setuju.
       

      Saya masih ingat sekitar bulan Oktober 2015 editor majalah dalam pesawat Sriwijaya Air meminta saya untuk menulis tentang Taman Nasional Way Kambas (TNWK). Saya tak bisa penuhi itu karena belum pernah berkunjung. Tidak punya foto, tidak punya cerita. Kosong.

      Bulan November saya ke Lampung, diundang dalam acara Festival Teluk Semaka. Ada niat untuk menyempatkan waktu ke TNWK, tapi belum memungkinkan. Tahun 2015 berakhir, keinginan ke TNWK belum terwujud. Baru pada Januari 2016 tercapai, tanpa rencana. 


      Taman Nasional Way Kambas

      Jam 9 pagi berangkat dari Bandar Lampung. Start dari POP Hotel. Sampai di TNWK jam 11. Nah, saya tak paham rute Bandar Lampung - TNWK. Informasi rute berikut ini saya  contek dari blog Mas Yopie Pangkey yang hari itu menemani saya ke Way Kambas. Silakan dicatat jika diperlukan.

      Rute Bandar Lampung menuju TNWK:
      Keluar dari Bandar Lampung, melewati jalan lintas Sumatera menuju Tegineneng, berbelok ke kanan ke arah kota Metro dan Sukadana. Di Sukadana berbelok ke kanan memasuki Jalan Lintas Pantai Timur, saat bertemu dengan pasar kecamatan Labuhan Ratu belok kiri yang terdapat gerbang bertulis Taman Nasional Way Kambas.

      Dari pusat kota Bandar Lampung sampai simpang kecamatan Labuhan Ratu sekitar 97 kilometer. Dari simpang tersebut kita harus menempuh jarak 7 kilometer untuk sampai di loket masuk TNWK. Dari loket ke lokasi Pusat Latihan Gajah masih harus berkendara lagi sejauh 8,5 kilometer melalui jalan aspal yang sebagian sudah diperbaiki oleh dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung pada tahun 2015. 

      Baca tulisan Mas Yopie di sini: Bermesraan dengan Gajah Way Kambas
       

      Di samping gerbang utama ada loket pembayaran tiket masuk. Harganya Rp 10.000 per orang. Karena saya mau ke toilet, kami singgah di depan kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional. Sementara Mas Yopie ngobrol dengan 2 orang petugas. Saya sempat dengar mereka bicara tentang paket wisata di TNWK. Paket bermalam lengkap dengan berbagai kegiatan. Cocok buat ajak rombongan. Karena tertarik, saya minta nomor telpon salah satu dari petugas tersebut. Buat dihubungi suatu waktu. Tapi sekarang saya lupa dimana menyimpan nomornya. Padahal paket itu akan saya rekomendasikan ke mertua laki-laki yang hendak liburan bersama teman-teman satu angkatannya di TNI.




      Melewati Dua Gerbang

      Dari gerbang pertama, mobil melaju lagi sejauh 7 km. Sepi sepanjang jalan. Jendela mobil saya buka, angin sejuk pun membelai wajah. Di kiri kanan hanya pohon. Sesekali terlihat penampakan kera, juga kepak sayap burung yang keluar dari balik rimbun daun. Suara serangga pun terdengar tak henti. Jalanan basah, sisa hujan yang baru usai. Syahdu.

      Kami berhenti sesaat. Tergoda untuk turun dan ambil foto. Hasil jepretan ternyata menampakan kerudung di bagian leher dekat kerah baju agak tersingkap. “Nanti bisa diedit,” begitu katanya. Turun hanya untuk memotret saya? Nggak, motret jalan juga. 

      Jalan ke kanan ke Pusat Konservasi Gajah


      Udara segar dan suasana asri di sepanjang jalan menuju PLG

      Kami sampai di gerbang kedua, bertuliskan “Pusat Konservasi Gajah”. Di depan gerbang itu, jalan aspalnya berlubang cukup lebar, digenangi air. Sambutan yang bikin saya nyengir. Di dalam, saya jumpai suasana yang berbeda. Terdapat area parkir, pondok-pondok jajan, pondok souvenir, toilet, kantor, asrama gajah, tempat atraksi gajah, penginapan, bahkan Rumah Sakit Gajah.

      Di area depan dinaungi banyak pohon, jadi terasa teduh. Sementara tanah di bawahnya dibalut rumput-rumput hijau yang segar. Bersih dan nyaman. Soal keberadaan kotoran gajah bulat-bulat sebesar brownies ukuran loyang large, saya anggap itu bukan sampah ya he he

      Gerbang ke-2

      Pusat Latihan Gajah
      Lantas apa yang saya inginkan setelah berada di area Pusat Latihan Gajah (PLG)? Tidak ada. Pokoknya masuk, tanpa memarkirkan mobil, teruskan laju. Menunggang gajah? Tidak ada keinginan untuk itu. Lagi pula atraksi naik gajah keliling PLG kini sudah dihentikan berdasarkan surat edaran Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait dugaan korupsi atas penerimaan tarif hiburan oleh gajah.

      Sebelum melewati kolam mandi/minum gajah, mobil berbelok ke arah asrama gajah. Berhenti di depan bangunan bernama Mahout House. Kalau tak salah Mahout House itu rumah penginapan untuk orang-orang yang datang dengan tujuan penelitian, atau kegiatan-kegiatan terkait. Saya lihat ada dua orang asing (bule), perempuan dan laki-laki. Mungkin para peneliti. 

      Kolam minum gajah

      Kotoran gajah

      Di depan Mahout House terdapat hamparan padang rumput yang luas. Di sinilah pertama kali saya melihat penampakan gajah-gajah Way Kambas. Meski agak jauh, tapi saya bisa melihat jelas beberapa ekor gajah tengah bersantap, menikmati rerumputan.

      Asrama gajah terletak di sisi kanan Mahout House. Asrama yang dimaksud adalah sebuah kandang yang luas, berlantai bumi beratap langit. Di dalamnya terdapat tonggak-tonggak yang berfungsi sebagai penambat tali pengikat kaki gajah agar tidak pergi kemana-mana di malam hari. Tampak beberapa ekor gajah dan seorang petugas yang mungkin saja seorang pawang/pelatih/perawat gajah. Tak lama kami di situ, lalu pergi, lanjut berkeliling pakai mobil.

      Penginapan

      Asrama gajah

      Suasana di dalam asrama gajah

      Saat melewati kolam besar, tempat mandi sekaligus tempat minum gajah, Mas Yopie cerita. Katanya, biasanya gajah-gajah dimandikan pada sore hari oleh pawang. Pingin sih lihat, tapi kami tak mungkin menunggu untuk melihat itu. Pukul 16.00 saya harus sudah berada di bandara Radin Inten II, karena pesawat saya take off pukul 18.30
       
      Padang rumput di depan Mahout House

      Dikejar dan diseruduk anak gajah

      Selepas melewati kolam besar, kami sampai di tempat yang lebih terbuka, berupa padang ilalang yang luas di kiri dan kanan jalan. Ada banyak gajah di sana. Tapi berkelompok agak jauh. Yang terdekat adalah seekor induk dan anaknya, dekat dengan pinggir jalan. Kami berhenti. Ada rasa penasaran untuk mendekat. 


      Dalam hati bertanya, “Inikah saatnya mengejar gajah-gajah? :D

      Jujur saya takut kalau terlalu dekat, tapi mas Yopie bilang aman. Lalu saya bilang, “Kalau kita dikejar gajah, kita lari ke mobil ya.” Dia nyengir dan berkata, “Ga akan.” Meski ragu, saya cukup tenang dengan jawaban itu.

      Dengan menggunakan kamera saya, Mas Yopie memotret. Baru beberapa jepretan, datang seorang pawang dengan motornya. Kalau tak salah namanya Edi. Ia berhenti dan mendekati kami.

      Keluarga gajah
       
      Motret induk dan anak gajah

      Dibantu pawang

      “Nggak usah takut, lawan saja kalau dia mendekat. Ayo fotonya yang agak dekatan, pegang gajahnya.”

      Begini ya rasanya, mengejar gajah tapi hati takut. Berusaha banget memberanikan diri, meski ngeri. Kebayang kan kalau diseruduk dan diinjak oleh badannya yang besar dan berat itu? Saya bakal remuk. Saya makan nasi dan daging, gajah cuma makan rumput. Tapi kekuatan dan bobotnya astaga naga, kebanting jauh.

      “Pegang saja telinga induknya, dibelai, gapapa. Ga bakal nyeruduk.”

      Sekali lagi pawang menenangkan saya. Memang sih, induk gajah itu diam saja. Tidak marah atau melakukan sesuatu yang menakutkan. Tapi tetap saja saya takut. Pawang sudah siap dengan sebatang ranting. Bukan untuk memukul tapi menakuti si gajah biar tidak macam-macam. He he. Katanya, gajah itu akan nurut dengan kata-kata tertentu, bukan karena dipukul. Jadi nggak perlu pakai teriak dan main fisik, gajah bisa mengerti apa yang diucapkan. Meski binatang, gajah juga punya perasaan.



      Saya aman dari serudukan induk gajah, malah berhasil foto-foto. Eh siapa sangka justru si anak gajah yang nyeruduk. Bukan saya yang diseruduk, tapi mas Yopie! :D


      Awalnya mas Yopie asik motret dan merekam video si anak gajah yang sedang minum di genangan air. Tapi tiba-tiba anak gajah itu mendekat, makin dekat makin cepat gerakannya. Lalu mas Yopie diseruduk dengan belalainya!

      Saya terpingkal melihatnya. Mas Yopie sampai mundur-mundur dan hampir kejengkang. Untung selamat. Si anak gajah langsung diamankan oleh pawang Saya sih tidak khawatir dia jatuh, yang saya khawatir kamera saya yang jatuh :))


      Kalau ingat itu saya tidak berhenti tertawa. Kejadian lucu yang masih saya kenang sampai sekarang :)

      Dua gajah jantan yang kami lihat

      Foto gajah jepretan mas Yopie (dari kameraku) dipakai untuk gambar billoard

      Senangnya lihat foto itu di pajang di jalan kota Bandar Lampung :)

      Kami meninggalkan anak gajah dan induknya. Berjalan ke sisi lain. Di sana ternyata ada lebih banyak gajah. Dilihat dari gadingnya ternyata jantan semua. Wiiih…bikin gemetar. Tapi pawang bilang saat itu sedang bukan musim kawin, gajah-gajahnya terkendali. Oh…jadi kalau sedang musim kawin, gajahnya beringas dan nafsuan gitu. Kayak apa ya gajah jantan bergairah hihi.

      Berhubung sudah dekat banget sama gajah, rugi dong kalau tidak ada sesi foto mesra sama gajah jantan. Jadi, saya disuruh jalan ke arah gajah. Jantung dag dig lho. Bukan karena cinta, tapi karena takut hihi. Segala perintah pawang saya dengarkan. Sementara mas Yopie sudah siap-siap dengan kamera untuk membidik moment saya bersama gajah.

      Jreng….jreng… satu jepret dua jepret hingga belasan kali.

      Akhirnyaaaa…..saya tidak diseruduk baaaaang haha. Legaaa! Bermesraan dengan gajah jantan kesampaian. Oh terima kasih Tuhan.

      Senangnya bisa berdekatan dengan gajah-gajah jantan ini

      Memang sungguh menyenangkan berada di alam terbuka dan melihat langsung gajah-gajah Lampung yang selama ini dilindungi dan dijaga keberadaannya agar tetap hidup dan berkembang biak dengan semestinya. Bisa lihat dari dekat, pegang-pegang, belai-belai, bahkan menatap mata kecilnya.

      Ah, sekarang sudah setahun saja pengalaman itu. Begitu cepat waktu berlalu. Rasanya baru kemarin dari Way Kambas.

      Kolam mandi gajah

      Tempat atraksi gajah

      Toilet untuk pengunjung

      Rumah Sakit Gajah

      Pondok jajan di kawasan PLG

      Sensasi yang berpendar dalam kotak kenangan. Tentang mengejar gajah dan dikejar gajah. Perihal upaya mendekat dan lari menjauh. Diselimuti rasa senang dan deg-degan. Diliputi rasa cemas dan ketakutan. Disaat aman bisa bermesraan. Dikala tak nyaman muncul aroma permusuhan.

      Pelajaran dari gajah. Seperti halnya hidup, dinamis. Bisa terjadi dalam satu waktu, di satu tempat. Atau di tempat dan waktu yang berbeda. Kapan saja. Akankah mendewasakan dan berujung kedamaian pada hati?

      Semoga bisa menjejakkan kaki lagi di TNWK, bertemu kembali dengan gajah-gajah gagah dengan cerita baru yang tak kalah mesra dan indah.

      Sampai jumpa lagi Way Kambas.


      Sampai jumpa lagi TNWK


       
      *Canon EOS70D
      *Difoto oleh Yopie Pangkey
      *Lampung, 20 Januari 2016

      Lomba Menulis Blog Tidore Untuk Indonesia

      $
      0
      0

      Travelerien.com

      Blogger Gathering dan Launching Lomba Menulis Blog bertema “Tidore Untuk Indonesia” telah dilaksanakan pada hari Minggu tgl. 12/2/2017 di Fola Barakati, Cibubur. Acara ini diselenggarakan oleh Ngofa Tidore bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Tidore dalam rangka menyambut dan merayakan hari jadi Tidore yang ke-909 pada bulan April 2017 nanti.

      Acara dihadiri oleh Sultan Tidore H. Husain Sjah, Walikota Tidore  Kepulauan Capt. Ali Ibrahim, MH dan Jojau (Perdana Mentri Kesultanan Tidore) M. Amin Faruk, serta Kadispar Tidore Kepulauan. Sultan dan para pejabat daerah tersebut datang langsung dari Tidore khusus untuk menghadiri acara ini. Turut hadir pula komunitas Fomakita para mahasiswa/i asal Ternate dan Tidore yang kuliah di Jakarta. Dan tentunya yang tak kalah penting, kehadiran para rekan-rekan blogger serta awak media dari beberapa TV nasional yang mengikuti dan meliput acara ini. 

      Sultan Tidore H. Husain Sjah berfoto bersama blogger

      Acara berlangsung mulai pukul 09.00 WIB hingga 14.00. Meskipun dalam suasana mendung dan gerimis yang datang dan pergi, acara tetap berjalan lancar hingga selesai. Kehadiran walikota disambut dengan tarian Soya-Soya. Sedangkan kehadiran Sultan disambut dengan tarian Kapita. Suguhan serba Tidore ditampilkan dalam ragam kuliner dan rempah asli daerah, musik dan lagu tradisional, pakaian adat, barang-barang kerajinan, kain batik, foto dan video tentang alam Tidore, hingga sejarah dan budaya Tidore. Puncak acara diisi dengan atraksi bambu gila.

      Acara inti dilaksanakan di lantai 2, terdiri dari sambutan-sambutan dari pihak Ngofa Tidore, Walikota, Kadispar, Sultan, dan budayawan Maluku Utara. Selain itu, selama acara berlangsung diadakan live post competition dan games berhadiah. Acara berlangsung seru dan para blogger sangat antusias mengikuti acara hingga selesai.
       
      Suasana launching lomba menulis blog

      Mbak Anita Gathmir selaku direktur utama Ngofa Tidore berserta tim-nya yang solid, telah membuat dan merancang acara ini dengan sangat matang. Tidak sekedar mengenalkan budaya, sejarah, dan potensi wisata Tidore lebih luas lagi melalui media, tapi juga akan mengajak serta blogger untuk menyaksikan kegiatan perayaan hari jadi Tidore pada bulan April nanti melalui lomba menulis blog bertema #TidoreUntukIndonesia.

      Lomba menulis blog telah dibuka secara resmi oleh Bapak Walikota Kepulauan Tidore dan ditandai dengan ditabuhnya alat musik tradisional Tifa. Oleh karena itu, mulai Minggu 12 Februari 2017 semua blogger, baik yang hadir saat gathering dan launching maupun yang tidak hadir bisa mulai mengikuti lomba ini. 


      Foto-foto dan liputan acara selama blogger gathering dan launching lomba menulis blog dapat dilihat di Twitter @VTidore dan Instagram @visit.tidoreisland.

      Buat rekan-rekan yang tertarik untuk mengikuti lomba blog ini, simak informasi lengkapnya berikut ini:

      Lomba Menulis Blog Tidore Untuk Indonesia 
       
      Syarat dan Ketentuan Lomba
      • Peserta membuat tulisan dengan tema “Tidore Untuk Indonesia”.
      • Tulisan diposting melalui blog dan website yang aktif.
      • Peserta dapat menulis tentang Sejarah Tidore, Wisata Alam Tidore, Adat istiadat Tidore, Kuliner Tidore. Boleh pilih salah satu, atau boleh digabung dalam satu tulisan.
      • Panjang artikel minimal 500 kata
      • Menggunakan minimal 2 buah foto yang menggambarkan Tidore. Boleh menggunakan foto pihak lain tapi dengan seijin pemilik foto dan menyebutkan sumbernya. Panitia tidak bertanggung jawab jika terjadi pelanggaran hak kekayaan intelektual dari pihak manapun juga.
      • Peserta berdomisili di Indonesia.
      • Wajib follow twitter @Vtidore dan instagram @visit.tidoreisland
      • Judul tulisan diawali “Visit Tidore Island – [Judul]”, misalnya: “Visit Tidore Island – Pulau Sarat Sejarah”
      • Gunakan kata “Visit Tidore Island” dalam tulisan dan di hyperlink ke  : www.instagram.com/visit.tidoreisland Cukup 1 hyperlink.
      • Informasikan tentang lomba ini dengan cara memasang banner lomba di akhir tulisan.
      • Panitia berhak untuk mendiskualifikasi peserta dan/atau pemenang yang dianggap melanggar sebagian atau seluruh syarat dan ketentuan kompetisi ini.

      Periode dan Pengumuman Lomba
      • Periode Lomba 12 Februari 2017 – 18 Maret 2017
      • Batas pengumpulan Tulisan : 18 Maret 2017 Pukul 23.59 WIB
      • Pengumuman pemenang lomba tgl. 23 Maret 2017 di akun Instagram @visit.tidoreisland

      Kriteria Penjurian
      • Judul dan isi artikel sejalan dengan tema lomba
      • Tidak mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).
      • Tulisan tidak boleh melanggar hak kekayaan intelektual pihak manapun juga.
      • Juri memiliki hak prerogatif untuk menentukan pemenang

      Mekanisme Penjurian
      • Tulisan dipublikasikan di blog pribadi masing-masing, bukan blog komunitas atau portal berita.
      • Peserta wajib share link blog di twitter pribadi. Mention dan tag @VTidore. Gunakan hastags #VisitTidore
      • Post 1 (satu) foto yang menggambarkan tentang Tidore (bangunan bersejarah, wisata alam, pulau, pantai) di Instagram. Tag @visit.tidoreisland dan gunakan hastags #VisitTidoreIsland.
      • Peserta wajib mengirimkan data melalui email ke alamat visittidoreisland@gmail.com berupa: Nama, alamat, nomor HP, nama blog, fotocopy KTP, akun medsos (Twitter, Instagram, Facebook) dan link tulisan blog.
      • Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat

      Hadiah Lomba blog
       
      5 (lima) pemenang akan diundang ke Tidore untuk mengikuti rangkaian kegiatan Perayaan Ulang Tahun Tidore mulai tanggal 8-13 April 2017 (6 hari). Akomodasi ditanggung oleh panitia.

      Juri lomba blog:
       
      1. Sofyan Daud (Budayawan Maluku Utara)
      2. Annie Nugraha (Tim Ngofa Tidore)
      3. Katerina (Travel Blogger)

      Segala pertanyaan yang berhubungan dengan lomba menulis blog dapat disampaikan melalui email : visittidoreisland@gmail.com

      Selamat berlomba :)
      Viewing all 779 articles
      Browse latest View live