Ketika memilih menginap di sebuah hotel, berapapun bintangnya, maka saya tidak menaruh harapan mendapat layanan dan fasilitas melebihi standar bintang hotel tersebut. Misal, jika saya menginap di hotel bintang 2, maka saya akan terima fasilitas dan layanan sesuai dengan standar bintang 2, bukan berharap layaknya standar bintang-bintang di atasnya.
Singkatnya, secara umum sebagai tamu adalah meletakkan harapan sesuai dengan standar masing-masing bintang. Itu yang saya lakukan selama ini.
Jika ternyata mendapat fasilitas dan layanan melebihi standar, itu namanya rejeki. Tentu harus berani acung jempol buat hotelnya. Jika dapatnya sesuai standar, wajar. Jika malah dibawah standar? Wajib ungkapkan keluhan ke pihak hotel supaya ada perbaikan standar :)
Baru-baru ini, saya menginap di Fame Hotel Gading Serpong. Hotel bintang 2 yang terletak di lokasi strategis Gading Serpong dan sudah beroperasi sejak tahun 2013. Ada plus minus yang saya rasakan saat bermalam. Tapi keluhan sudah saya ungkapkan.
Yang bikin saya senang, keluhan saya langsung mendapat perhatian dan tindakan dari staff dan manajemen. Bentuk kepedulian inilah yang kemudian mengobati sedikit ketidaksempurnaan yang saya temui.
Lobi
Bangku tunggu di lobi, smart & simple
Nah, seperti yang saya sebut di awal, ekspektasi saya pada Fame Hotel tidak melebihi standar. Kamar superior dengan ukuran 18 meter persegi yang saya tempati tanpa mini bar (tidak ada kettle dan minuman kopi/teh yang bisa diseduh).
Fasilitas seperti TV plasma dengan 23 channels. AC-nya dingin, tidak berisik, tidak sentral sehingga bisa dinyalakan/dimatikan sendiri dan bisa diatur sendiri suhunya. Komplimen berupa 2 botol air mineral. Kasur, bantal, sprei, dan sarung bantal dalam keadaan bersih.
Kamar tipe Superior, mungil tapi manis
Nyaman dan bersih
Ameneties di kamar mandi minim, berupa sikat gigi+pasta gigi, sabun mandi cair dan samphoo. Kalau butuh lebih atau ameneties lainnya, dikenakan biaya tambahan. Shower dengan keran air panas dan dingin berfungsi baik. Handuk memang tidak tebal.
Wastafelnya besar dan lebar, sepertinya khas grup parador ya, di hotel Atria pun punya wastafel besar. Saya paling suka wastafel besar. Leluasa buat naruh-naruh barang perlengkapan mandi dan dandan. Pintu kamar mandi memang tidak rapat, ada celah di antara dua daun pintu, tapi saya suka kamar mandinya tidak sesempit yang saya kira. Slipper tersedia 2 pasang.
Kamar mandi shower dengan wastafel cukup besar
Kamar tipe deluxe tidak jauh berbeda, baik luas kamar, fasilitas di dalam kamar, termasuk kamar mandinya. Hanya ada penambahan berupa mini bar (kettle, kopi, teh, gula, krimer), safety box, laundry box.
Jumlah kamar deluxe hanya 12 kamar saja. Tersedia kamar non smooking dan smooking di tiap lantai, tinggal pilih sesuai kebutuhan.
Kamar tipe deluxe
ada mini bar-nya di tipe deluxe
Kettle, mug, teh, kopi gula, krimer
Safety box hanya ada di kamar deluxe
Pokoknya, bagi saya kamar yang tersedia sudah sesuai standar bintang 2. Dibilang minimalis memang benar, tapi desain interior di kamar cukup manis. Perpaduan warna ungu dan putih pada sprei, bantal, tirai, gambar pada dinding di belakang tempat tidur, serta lampu tidur, menghadirkan nuansa romantis.
View kamar di sebelah timur menghadap atap bangunan supermarket dan komplek perumahan, sedangkan kamar di bagian barat menghadap jalan raya dan suasana kota Gading Serpong yang dipenuhi bangunan komersial dan kampus. Selain cocok bagi para bisnis traveler, hotel ini juga cocok bagi yang ingin singgah untuk keperluan kesehatan karena dekat dengan rumah sakit internasional RS.Betsaida.
view di kamar sebelah barat
Surprise untuk saya adalah sarapan lezat dan bervariasi diRestoran Popcorn yang terletak di lantai lobi hotel.
Jujur saya terkejut dengan menu sarapannya. Kalau saya sebut spesial, tentu bukan hal berlebihan. Saya sampai menghitung dan mencatatnya lho saking penasaran berapa banyak yang disajikan hehe
Restoran Popcorn
Mau tahu ada apa saja dalam menu sarapan di restoran Hotel Fame? Ini dia:
Main Course: Steam rice, fish sauce thai, sauteed vegetables, nasi goreng tradisional, penne grating.
Salad: mix lettuce, green paprika, onion, tomato, cucumber.
Dressing: thousand island, tartar
Juices: orange, guava, infuse water.
Fruits: watermelon, melon, papaya.
Dessert: mocktail, puding
Hot beverage: coffee, tea.
Lihat? Ada banyak variasi bukan? Menu tersebut adalah sajian harian. Berganti tiap hari dengan menu lain yang diubah tiap dua minggu.
Susu segar dan aneka minuman jus
Dua macam sereal
Croissant
danish
Salad
fruits & dessert
main course
Bubur benteng
Apa sih yang saya pikirkan tentang sarapan di hotel bintang 2 selain menu standar berupa nasigoreng/migoreng, nasi putih dengan telur omelete/mata sapi, roti, 1 macam buah, dengan minuman teh, kopi, dan air putih. Itu saja. Kadang malah pernah ada yang kurang dari itu.
Hotel boleh bintang dua, tapi sarapannya rasa bintang 3. Malahan menurut saya, mendekati sarapan di hotel bintang 4. Saya sebut begitu karena pernah menginap di sebuah hotel bintang 4 yang menu sarapannya sedikit (sedikit buat standard bintang 4), beda tipis dengan yang saya lihat di Fame Hotel.
Banyak variasi bisa jadi rasanya jadi tidak karuan. Saya sempat mengira demikian saat belum menyantap sarapan, tapi itu tidak terbukti. Saya ragu kalau menyebut rasa makanannya biasa-biasa saja. Dari beberapa macam makanan yang sengaja saya coba, cita rasa makanannya cukup baik untuk selera lidah saya.
Omelette saya pagi itu :)
Sarapan sepuasnya
All you can eat buffet breakfast Rp 40.000 net/person
Banyak pilihan yang cocok untuk anak-anak
Sarapan untuk dua orang sudah termasuk dalam harga kamar, baik tipe superior maupun deluxe. Bagi tamu luar, hanya perlu membayar Rp 40.000,- per orang sudah bisa sarapan di sini. All you can eatbuffet breakfast seharga Rp 40 ribu per orang itu murah lho.
Restoran Popcorn buka mulai pukul 6 pagi sampai pukul 10 pagi WIB. Cukup lama rentang waktunya. Jadi tidak perlu khawatir kalau bangun kesiangan, kecuali baru sampai restoran sudah lewat jam 10. Kalau sedang melintas di Gading Serpong, melewati Hotel Fame, saya juga mau lho sarapan di sini.
Restoran Popcorn tidak hanya menghidangkan sarapan pagi dengan konsep prasmanan, namun juga menghidangkan menu a la carte, baik hidangan lokal maupun international. Tamu luar yang tidak menginap di hotel juga bisa mampir dan makan di sini.
Dinding-dinding dihiasi gambar artis tenar
Restoran yang nyaman
Pengalaman sarapan di Restoran Popcorn, jadi hal paling berkesan bagi saya saat menginap di Hotel Fame. Sangat jarang menemukan menu sarapan lengkap dan banyak variasinya di hotel berbintang 2 seperti Fame.
Suasana restoran juga nyaman. Banyak pigura besar berisi gambar penyanyi dan aktor/aktris terkenal dunia terpasang di dinding resto. Suasana hotel dan restoran memang dibuat seperti nama hotel, fame. Selaras dengan tagline“stay famous, stay like a star”.
Staff yang ramah
Buka setiap hari dari jam 6.00 AM -10.00 AM
Sarapan dihidangkan ala buffet
Famehotel Gading Serpong diresmikan pada 12 Desember 2012 dan merupakan pilot project atau brand hotel bintang dua pertama yang dikelola oleh Parador Hotels & Resorts. Hotel Fame merupakan jaringan hotel pertama di Indonesia dengan fasilitas Smart Check-In. Hotel yang memiliki 144 kamar modern dan minimalis, 6 fasilitas ruang pertemuan yang variatif berkapasitas hingga 120 orang ini mulai beroperasi sejak 4 januari 2013.
Fame Hotel Gading Serpong dibangun di jantung CBD (Central Business District) Serpong untuk melayani kebutuhan pasar lokal di bidang konferensi dan perjalanan bisnis. Dekat dengan jalan tol Jakarta – Banten, merupakan tempat yang ideal untuk melayani bisnis di Jakarta Barat, Serpong dan Tangerang.
Hotel Fame terdiri dari 9 lantai , memiliki keunggulan koneksi Wi-Fi dengan kecepatan hingga 5 Mbps. Fasilitas ini tersedia untuk semua tamu yang dapat dijangkau diseluruh hotel. Fasilitas lain yang tersedia selain Restoran Popcorn adalah e-corner di lobi hotel, in-room massage, dan in-room food & beverages delivery.
Fame Hotel Gading Serpong *foto dari www.famehotelserpong.com*
Nuansa "star" di lobi hotel
Pojok butik Bateeq dan minimart di lobi hotel
Lokasi hotel termasuk strategis, hanya 25 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, serta berada tepat disamping Supermarket Giant, rumah sakit internasional, hingga komplek hiburan dan pusat perbelanjaan (mall) Serpong, membuat Fame Hotel Gading Serpong dapat memenuhi kebutuhan. Harga kompetitif sesuai budget.
Dengan lokasi strategis dan harga yang ekonomis, menjadikan “The First Smart Hotel in Tangerang” ini sebagai salah satu alternatif untuk business trip kamu :)
Fame HotelGading Serpong Tel (+62 21) 2930-3333 Fax(+62 21) 2930-4999 Email: info@FameHotelSerpong.com Address: Tivoli District Lot # 3,Jl, Boulevard Gading Serpong, Paramount Serpong Website: http://www.famehotelserpong.com/
Lihat juga video menu sarapan di Restoran Popcorn yang saya buat ini yuk :)
Inspirasi untuk melakukan perjalanan wisata ke suatu tempat bisa dari mana saja, termasuk dari sebuah festival.
Tour Gunung Anak Krakatau yang saya ikuti, serta Parade Lampung Culture dan Tapis Carnival yang saya saksikan dalam eventLampung Krakatau Festival, Pariwisata Indonesia pada bulan Agustus tahun 2015 lalu, merupakan pengalaman sangat berharga yang memberi makna tersendiri bagi saya dalam mengenal dunia pariwisata Lampung.
Jika sebelumnya saya -berani-beraninya- memandang Lampung sebagai provinsi yang miskin daya tarik wisata -maaf ya Lampung-, maka lewat Festival Krakatau pandangan itu mulai berubah. Festival Krakatau seolah jadi gebrakan untuk saya agar mulai melirik beragam potensi wisata Lampung yang selama ini luput dari mata.
Parade Lampung Culture & Tapis Carnival 2015 - Festival Krakatau 2015
Gunung Anak Krakatau #Tour Anak Krakatau 2015#Festival Krakatau 2015
Festival Krakatau merupakan salah satu perhelatan kebudayaan unggulan dari Provinsi Lampung yang rutin diadakan setiap tahun. Tahun lalu, rangkaian kegiatan berlangsung sejak tanggal 23 Agustus hingga 30 Agustus, meliputi Pesta Pantai & Food Festival, Krakatau Fes’ Expo, Petualang Nusantara, Tour Anak Krakatau dan Krakatau Jetski Adventure, serta pawai budaya bertajuk Lampung Culture dan Tapis Carnival 2015. Dari seluruh rangkaian kegiatan tersebut, saya mengikuti dua acara terakhir saja.
Kenangan saat menghadiri festival tahun lalu (atas undangan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung) kembali melintas dalam benak saya. Tapi, kenangan berkunjung ke Lampung berkali-kali usai festival yang saya hadiri hanya dua hari itu, lebih banyak memenuhi ruang ingatan saya.
Kenangan mendaki Gunung Anak Krakatau bersama rekan blogger, jurnalis, dan fotografer
Godaan Lampung Tak Terbendung Dalam Festival Krakatau tahun lalu, tidak ada kegiatan fam trip yang mengajak saya dan kawan-kawan blogger berkunjung ke tempat-tempat wisata yang ada diProvinsi Lampung. Mungkin karena keterbatasan waktu juga sih ya. Tapi saya sempat diberitahu bahwa di Lampung ada tempat-tempat istimewa yang menarik untuk dikunjungi di lain waktu. Di antaranya Way Kanan Negeri 1000 Air Terjun,Liwa Negeri Kabut, Tanggamus dengan ‘surga-surga’ yang bertebaran dari gunung hingga laut, pulau-pulau dengan panorama bawah air yang indah, kuliner-kuliner lezat,desa pengrajin kain tenun dan batik, dan seterusnya masih banyak lagi. Saya merasa normal ketika terkejut mengetahui adanya tempat-tempat tersebut. Meski dari sisi lain jadi bukti minimnya pengetahuan saya selama ini. Apa yang saya tahu hanya sebatasgajah-gajah Way Kambas, Gunung Anak Krakatau, atau pun Teluk Kiluan seperti yang sudah banyak dikenal orang. Padahal banyak tempat wisata lainnya di Lampung yang tak kalah memesona. Tempat-tempat dengan daya tarik yang sanggup menumbuhkan rasa penasaran untuk menjelajah dan mengungkap satu persatu keindahan yang masih tersembunyi.
Apakah saya penasaran? Tentu saja. Jadi kapan saya akan menjelajah Lampung?
Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo: "Usai festival ini, sering-sering berkunjung ke Lampung ya." Saya: "Tentu pak!" :D
Jelajah Lampung Sampai ke Ujung Saya mulai aktif berkunjung ke Lampung baru pada tahun 2016 ini. Berturut-turut dari Januari hingga terakhir kali di bulan Juli. Kadang sendiri, kadang bersama kawan-kawan. Pernah hanya berdua, berlima, dan pernah juga sampai berlima belas. Datang sendiri bisa tenang meresapi keindahan. Datang ramai-ramai bisa seru-seruan. Semua menyenangkan.
Saya bertandang ke sejumlah tempat. Baik ke tempat yang sudah dikenal seperti Kiluan dan Way kambas, hingga ke tempat yang tidak hanya asing di mata, tapi di telinga saya pun tak terdengar sebelumnya. Beberapa tempat dapat dicapai dengan mudah, beberapa yang lainnya dilalui dengan sulit dan melelahkan. Tidak semua destinasi punya akses yang baik. Tapi bagi saya seorang pejalan, kesulitan adalah tantangan yang harus ditaklukkan. Meski demikian, saya menaruh harapan kelak ada perubahan dan perbaikan jalan menuju tempat wisata.
Tempat apa saja yang sudah saya kunjungi di Lampung? Harta karun apa saja yang sudah saya temukan di Lampung? Ikuti terus cerita saya berikut ini yuk... Bertemu Lumba-Lumba di Teluk Kiluan Kiluan, sebuah tempat yang menjadi habitat lumba-lumba terbesar di Asia Tenggara. Tempat ini menjadi awal petualangan saya menjelajah Lampung. Objek wisata berbau petualangan ini tidak cukup dicapai dengan berkendara sejauh 75 km selama 3 jam dari Bandar Lampung ke Kelumbayan saja, tapi mesti ditambah dengan naik jukung (perahu tradisional kecil) ke tengah laut selama kurang lebih 2 jam.
Berani menantang gelombang demi bertemu lumba-lumba?
Bertemu lumba-lumba di habitatnya
Periode Januari-Juli tahun 2016 ini saya sudah 3x ke Kiluan. Pertama bulan Januari, kedua bulan Februari, dan ketiga bulan Juli baru-baru ini. Rasa penasaran yang membuat saya ketagihan datang, pun ada sensasi berbeda saat melihat langsung lumba-lumba di alam bebas. Tiap ke kiluan, pengalaman yang saya dapat selalu berbeda. Kadang bertemu sedikit lumba-lumba, kadang tidak bertemu sama sekali. Belum pernah sampai bertemu ratusan lumba-lumba. Tapi rasa senangnya tetap sama.
Kiluan jadi juara dalam daftar kunjungan saya ke Lampung. Selain jadi yang pertama kali dikunjungi (bukan perjalanan gratis/disponsori), juga jadi yang tersering.
Naik jukung ke tengah laut, demi bertemu lumba-lumba yang tak bisa diajak janjian
Tidak sulit mencari penginapan di Kiluan. Ada homestay di rumah warga, ada pula penginapan di pulau dan pinggir pantai Kiluan. Saya biasanya menginap di Anjungan Tamong Haji yang terletak di Desa Bandung. Tempatnya di pinggir pantai, tidak dekat dengan rumah penduduk, dan mesti dicapai dengan perahu. Saya suka menginap di sana karena pantai di depan cottage-nya bersih, air lautnya juga jernih, nyaman untuk berenang. Suasana pantainya pun sepi, seakan punya pantai pribadi. Panorama bawah airnya juga cukup menarik untuk dipandangi. Di seberang penginapan ada Pulau Kelapa. Tinggal menyeberang 2-3 menit kalau ingin main-main di pulau itu. Cerita dan foto-foto di Kiluan pernah saya posting di sini.
Pantai Teluk Kiluan, di depan cottage yang saya inapi
Karang baru tumbuh di antara karang mati yang bisa dilihat saat snorkeling di teluk kiluan
Saat ke Kiluan yang kedua kali, saya dan kawan-kawan diajak Mas Yopie (fotografer Lampung pemilik blog www.yopiefranz.com) berkunjung ke Laguna Gayau. Laguna Gayau merupakan daya tarik lain yang dimiliki Kiluan. Untuk sampai ke laguna, kami treking sekitar 30 menit dari pantai Desa Bandung Jaya, naik bukit, turun bukit, terakhir jalan kaki melewati pantai penuh batu. Jadi, di Teluk Kiluan itu ada gugusan karang yang membentuk lekukan berbentuk kolam dan terisi air laut dari ombak yang menerjang karang. Kolam itulah yang dinamakan Laguna Gayau. Cukup melelahkan perjalanannya, tapi terbayar ketika merasakan segarnya berendam di laguna. Berenang di Laguna Gayau pernah saya buat videonya dan pernah ditayangkan di Net TV. Bisa lihat videonya di sini.
Berenang dan berendam di Laguna Gayau ini asik lho..
Gigi Hiu, Pesona Batu Karang Raksasa di Pantai Pegadungan Tak jauh dari Kiluan terdapat gugusan batu layar yang saat ini dikenal dengan julukan Gigi Hiu. Dinamakan Gigi Hiu karena batu karang berukuran raksasa yang berjejer kokoh di dekat bibir pantai menyerupai jejeran Gigi Hiu. Pantai ini juga dikenal dengan Pantai Batu Layar karena bentuk batu-batunya menyerupai deretan layar terkembang. Tapi masyarakat setempat menyebutnya Pantai Pegadungan, sesuai nama desanya.
Jarak pantai dari Kiluan sebenarnya hanya sekitar 5 kilometer saja, tapi kondisi jalan yang belum baik memaksa perjalanan ditempuh sekitar 1 jam. Akhir bulan Juli 2016 lalu, saya dan enam belas orang teman mesti naik ojek motor dari Desa Kiluan Negeri menuju Desa Pegadungan, tempat Gigi Hiu berada. Perjalanan menuju Gigi Hiu menjadi petualangan paling seru dan sarat tantangan. Kami melewati jalan empat musim: Musim batu, musim lumpur, musim cor, musim belukar. He he. Bayangkan, untuk pergi saja perlu waktu satu jam melewati jalan seperti itu.
Ojek-ojek dari Kiluan yang mengantar kami ke Gigi Hiu. Di sini kami turun dari ojek karena ada truk melintang di tengah jalan. Lihat medan jalannya. Ini jalan "musim batu" :D
Namun, perjalanan berat itu terbayar lunas. Pantai Pegadungan sangat indah, rasanya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Barisan batu karang raksasa menjulang megah membentuk tiang-tiang tinggi di pinggir pantai. Ombak deras yang menghempasnya menambah sensasi eksotismenya. Bagi fotografer, sajian pantai penuh bebatuan raksasa ini dijamin membuat mereka bergairah. Gigi Hiu kini memang merupakan ikon spot fotografi Lampung.
Menatap keelokan bongkahan batu yang disapa mentari sore dan deburan ombak di antara karang, menerbangkan seluruh keletihan yang saya alami selama perjalanan. Gigi Hiu adalah sebuah tawaran kedamaian tak terbantahkan dari sudut pesisir Lampung
Berdiri di sini, di antara megahnya batu-batu karang raksasa dan ombak yang menghempasnya
Bermesraan dengan Gajah Way Kambas Apa rasanya bermesraan dengan gajah di tempat wisata Lampung yang sudah terkenal se-antero Nusantara? Luar biasa!
Januari 2016 lalu, saya menempuh perjalanan bermobil sejauh 112 kilometer selama 2,5 jam dari Bandar Lampung-Way Kambas demi bertemu gajah-gajah yang selama ini menjadi ikon Provinsi Lampung. Jika di bulan Agustus tahun 2015 saya hanya melihat gajah Lampung melintas di acara parade budaya Festival Krakatau, maka bulan Januari 2016 saya bisa melihat, bahkan menyentuhnya langsung di Taman Nasional Way Kambas (TNWK).
Pertama kali melihat gajah Lampung di acara Parade Budaya Festival Krakatau 2015
TNWK merupakan taman nasional perlindungan gajah dan suaka alam dataran rendah dengan luas 126.000 hektar yang terletak di daerah Lampung Timur. TNWK berdiri pada tahun 1985 dan merupakan sekolah gajah pertama di Indonesia. Taman ini menjadi pusat konservasi gajah, pengembangbiakan, pelatihan, dan penjinakan. Selain gajah, kawasan ini juga dihuni hewan Badak Sumatra yang terancam punah. Walau saya tidak berjumpa badak, tapi saya sempat melihat sekawanan monyet dan burung, hewan liar lainnya yang tinggal di TNWK.
Ketika membayar tiket masuk seharga Rp 10.000,- petugas sempat memberitahu bahwa atraksi gajah dan bersafari berkeliling menunggang gajah untuk sementara dihentikan. Perihal penghentian tersebut telah berlangsung sejak pertengahan tahun 2015. Tak masalah buat saya karena menunggang gajah bukan tujuan utama ke Way Kambas. Bertemu saja sudah sangat puas.
Sayangi gajah, maka kamu akan disayang semesta :)
Dua gajah jantan ini seperti takluk, tenang diajak foto bareng, bikin senang rasa hati :D
Berdekatan dengan gajah di ‘rumahnya’ bukan hal yang tiap hari bisa dirasakan bukan? Ada banyak gajah yang saya jumpai di TNWK. Empat di antaranya bisa saya dekati, bahkan ada dua yang bisa saya pegang. Sempat ngeri juga sih mendekati gajah yang besar badannya sekian kali lipat dari badan saya hehe. Tapi pemandu berhasil meyakinkan saya untuk berani. Dan benar, dua gajah jantan yang saya dekati seperti takluk. Tidak ganggu apalagi menyeruduk. Saya tidak melewatkan kesempatan itu untuk foto bareng. Langka lho foto dekat banget dengan gajah.
Ada momen terbaik yang tertangkap kamera saat dua gajah jantan saling berhadapan. Momen itu sempat dipotret oleh Mas Yopie dengan menggunakan kamera saya. Enam bulan kemudian, foto dua gajah tersebut dipakai untuk billboard launching Taman Nasional Way Kambas yang dinobatkan sebagai ASEAN Heritage Parks–selamat buat Lampung!- pada tanggal 27 Juli 2016 lalu. Billboard itu dipajang di beberapa tempat strategis di Lampung, salah satunya di jalan menuju bandara Radin Intan. Tiap kali melihat billboard itu, saya terkenang momen bermesraan dengan gajah Way Kambas :)
Kalau kamu ke Lampung, Way Kambas wajib dikunjungi!
Bahagia melihat gajah-gajah ini hidup aman dan nyaman di 'rumah' nya
Selamat buat TNWK dan Lampung!
Senang lihat foto gajah yang difoto oleh Mas Yopie pakai kameraku nampang di sini :) *fomo* :p
Jelajah Tanggamus Selain Kiluan dan Gigi Hiu, mutiara yang dimiliki kabupaten Tanggamus juga ada di daerah pegunungan. Saya menemukannya pada bulan November 2015 saat diundang oleh Disbudparpora Tanggamus untuk mengikuti kegiatan Festival Teluk Semaka. Bersama kawan blogger, jurnalis, dan fotografer kami diajak mengunjungi objek wisata Tanggamus yang terdapat di Kecamatan Ulu Belu. Di antaranya Air Terjun Lembah Pelangi, Danau Hijau, dan Kawah Belerang.
Dari Kota Agung, ibukota Kabupaten Tanggamus, Ulu Belu kami capai dengan mobil selama 2 jam. Untuk jarak sejauh 60 kilometer, waktu tempuh tersebut cukup lama. Mungkin karena jalan yang dilalui menanjak, menurun, dan banyak kelokan. Membuat mobil tidak melaju terlalu kencang. Di tengah perjalanan menuju Ulu Belu, saya sempat bertanya-tanya, pesona apa yang akan saya jumpai nun jauh di pelosok Tanggamus itu?
Jelajah Tanggamus bareng blogger, jurnalis, fotografer saat Festival Teluk Semaka ke-8
Air Terjun Lembah Pelangi, Mutiara Tanggamus yang Membius Tak hanya indah dan membuat saya berdecak kagum, air terjun ini membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Keelokannya meninggalkan kesan mendalam.
Air Terjun Lembah Pelangi tersimpan di Lembah Pelangi. Letaknya tersembunyi di sela-sela bukit, di antara relung hutan kopi. Butuh perjuangan selama 20 menit jalan kaki dari pemberhentian mobil untuk mencapai lokasi. Jalan yang dilewati cukup terjal. Cocok pagi penikmat wisata alam yang menyukai tantangan. Saya merasa asik-asik saja menuruni lembah. Pegal sih iya, tapi rasa itu hilang saat sudah bertemu dengan air terjun. Air yang mengalir di bebatuan, gemuruh suara air yang jatuh, dan semburat pelangi yang melengkung di dekat kolam, suasana alam yang asri, menghadirkan rasa takjub bagi siapapun yang melihatnya. Pelangi cantik yang senantiasa terlihat menghiasi air terjun membuat air terjun ini diberi nama Pelangi. Tampak begitu menawan, betapa indah ciptaan Tuhan. Menikmati segarnya air pegunungan, merasakan mandi bareng pelangi, jadi kenangan paling berkesan yang saya dapatkan dari Air Terjun Pelangi.
Air Terjun Pelangi memiliki dua bagian. Yang pertama memiliki ketinggian kurang lebih 50 meter, sedangkan yang kedua terdapat di bawah air terjun yang pertama, namun dengan medan yang lebih curam. Badan harus sedikit merosot untuk mencapainya, bukan berjalan dalam keadaan berdiri tegak. Meskipun sulit, tapi di air terjun kedua terdapat pemandian air panas yang tidak berbau sulfur. Waktu ke sana saya dan kawan-kawan tidak punya cukup waktu untuk merasakan berendam air panas.
Air Terjun Lembah Pelangi
Mandi bareng pelangi *Photo by Yopie Pangkey*
Foto mandi bareng pelangi di Majalah 'Beautiful Lampung' yang dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung edisi Tahun 2016
Jangan Lewatkan Danau Hijau dan Kawah Belerang Selain Air Terjun Lembah Pelangi, terdapat dua objek wisata menarik lainnya yang sayang untuk dilewatkan di Ulu Belu, yaitu Danau Hijau dan Kawah Belerang.
Dinamakan Danau Hijau karena air di dalam danau berwarna hijau. Danau yang terletak di pinggir jalan menuju Geothermal Ulu Belu ini mengeluarkan aroma belerang. Airnya hangat disebabkan oleh adanya bongkahan belerang mendidih di dasar danau. Di sini bisa duduk-duduk santai di pondok menikmati suasana danau sambil minum kopi, ditemani semilir angin yang berembus sepoi-sepoi. Bisa juga naik perahu getek, keliling danau, atau menyeberang, lalu naik bukit melihat kawah belerang yang ada di atas bukit.
Danau Hijau
Tak jauh dari Danau Hijau juga ada Kawah Belerang Bukit Pagar Alam. Untuk sampai ke kawah bisa dengan jalan kaki atau naik motor. Waktu itu kami para perempuan naik motor, sedangkan para laki-laki jalan kaki. Di kawah belerang terdapat sumber mata air panas yang mengeluarkan kepulan asap di beberapa titik. Tidak ada genangan air yang membentuk kolam, sehingga permukaan kawah bisa ditapaki.
Kawah Putih di Bandung penuh air, kawah di Ulu Belu kering, bisa jalan-jalan di permukaannya :D
Suasana asri di sekitar kawah, cakep buat foto-foto*Photo by Yopie Pangkey*
Menengok Keindahan Air Terjun Way Lalaan Air Terjun Way Lalaan merupakan air terjun pertama yang saya kunjungi di Tanggamus. Terletak di pekon Kampung Baru Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus, Lampung. Dikelola oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tanggamus bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang beranggotakan warga sekitar. Jika sedang berlibur ke Kota Agung bisa sempatkan mampir ke sini. Lokasinya dekat jalan raya lintas barat Sumatra (Jalinbarsum) yang menghubungkan Bandar Lampung dan Kota Agung, sekitar 300 meter dari sisi kiri jalan. Dari pintu gerbang tinggal masuk, parkir (jika bawa kendaraan), lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni anak tangga batu sepanjang 75m. Konon air terjun yang berasal dari aliran Way Lalaan yang bermuara ke Teluk Semaka ini telah di kenal sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda, sekitar tahun 1937. Tangga batu menuju lembah air terjun telah dibuat pada masa itu. Saya dan kawan-kawan tiba di Air Terjun Way Lalaan pada sore hari. Suasana tampak sepi dan terasa begitu tenang karena sudah tidak ada pengunjung lain. Usai menikmati durian di area parkir kendaraan, saya mencoba menuruni tangga batu, melihat dari dekat air yang jatuh dari ketinggian 11-an meter. Suasana hijau di sekitar, bunyi air yang jatuh, membuat saya terhanyut dalam petang yang syahdu. Ada rasa ingin main air, tapi sayangnya hari sudah terlalu sore, keinginan itu pun ditahan dulu. Mungkin lain kali saat ke Tanggamus lagi.
Menghabiskan sore di Air Terjun Way Lalaan
Tanggamus Punya Batik Pernah lihat batik Tanggamus? Atau sudah pernah pakai? Kalau saya, jangankan keduanya, baru dengar Tanggamus punya batik saja tidak percaya hehe. Kalau bukan jadi bagian dari kegiatan Festival Teluk Semaka, mana saya tahu kalau Tanggamus punya batik.
Saya dan rombongan media diajak mengenal batik Tanggamus di Sanggar Ratu binaan Dekranasda Tanggamus yang terletak di Pekon Banding Agung, Kecamatan Talang Padang yang pengrajinnya adalah Bapak Omansyah Adok Minak Jaga. Sanggar Ratu merupakan wadah para perajin lokal, juga sarana promosi handycraft Kabupaten Tanggamus, baik itu pengrajin batik maupun lainnya.
Motif batik Tanggamus bernuansa bahari. Ada motif Bung Lumba, motif Bunga Kamphai (buah tomat kecil/ cherry) dan motif batik Sanggi. Batik Sanggi ini punya motif yang kental dengan nuansa pesisirnya, berbentuk gambar ketinting atau jukung (perahu khas Lampung), cadik, pohon ara (pohon kehidupan) dan nelayan. Dilihat dari motif-motif tersebut, Tanggamus seperti ingin memperkenalkan kemaritiman Indonesia dalam bentuk batik dan pewarnaannya.
Nuansa bahari di secarik kain batik Tanggamus. Motif dan warna-warna kainnya cantik :)
Mengenal Kain Tradisional Tapis di Tanggamus Saya mulai familiar dengan Tapis saat menyaksikan Tapis Carnival 2015 di acara Festival Krakatau tahun lalu. Sebelum itu, saya ragu pernah tahu. Kain tenun khas Sumatera yang selama ini saya akrabi kebanyakan songket Palembang, Padang, Bengkulu, Jambi, dan Aceh. Sejak tahu tapis, bertambah daftar jenis kain tradisional Sumatera yang saya kagumi.
Nah, selain batik, di Sanggar Ratu yang kami kunjungi juga terdapat kain tapis dan sulam usus. Semua karya warga binaan. Menurut Ibu Oman, untuk motif dan desain, mereka yang tentukan, lalu perajin membuatnya berdasarkan pesanan. Penduduk Talang Padang, khususnya perempuan menjadikan kegiatan menenun tapis sebagai mata pencaharian. Desa ini memang merupakan sentra kerajinan tapis dan batik di Tanggamus.
Pesona kain Tapis di acara Tapis Carnival 2015 - Festival Krakatau 2015
Harga jual satu helai kain tapis berkisar mulai dari Rp 800 ribu hingga Rp 3 juta. Ada juga yang dijual dengan harga Rp 8 juta. Biasanya untuk harga mahal tersebut dibuat berdasarkan pesanan khusus. Wajar tapis mahal, karena rumitnya proses pembuatannya. Meski belum punya tapis, baru bisa menikmati keindahan motif dan kehalusan kain tenunnya saja saya sudah bahagia :)
Pesona tapis mengantarkan saya pada pengetahuan baru bahwa kain Tapis merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang berkembang dan hidup di tengah-tengah pergaulan orang-orang Lampung. Ia merupakan pengejawantahan dari kepercayaan masyarakat Lampung terhadap kesakralan, menjadi media membangun struktur sosial, menjadi simbol sifat inklusif masyarakat Lampung, dan dalam paradigma ekonomi kreatif sebagai sumber ekonomi.
Kain-kain tapis karya penduduk Talang Padang, Tanggamus. Sangat indah :)
Melihat Rekam Jejak Awal Transmigran Lampung di Museum Ketransmigrasian
Provinsi Lampung sudah lama dikenal sebagai cikal bakal daerah penempatan transmigrasi pertama di Indonesia. Transmigrasi tersebut berlangsung pada tahun 1905 saat pemerintahan Hindia Belanda melakukan perpindahan warga dari Desa Bagelen Karasidenan Kedu Provinsi Jawa Tengah ke Provinsi Lampung tepatnya di Desa Bagelen Gedong Tataan, Karasidenan Lampung (sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Pesawaran) sebanyak 155 KK yang lebih dikenal dengan istilah Kolonisasi.
Nah, kalau mau melihat rekam jejak awal transmigran asal Jawa di jaman kolonial hingga koleksi benda bersejarah yang bercorak ketransmigrasian bisa dilihat di Museum Ketransmigrasian yang terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
Gedung Museum Ketransmigrasian, besar dan banyak isinya
Museum Nasional Ketransmigrasian tergolong menarik untuk dikunjungi karena merupakan satu-satunya museum yang memberikan pembelajaran mengenai sejarah ketransmigrasian. Museum ini dibangun pada tahun 2004. Penggagasnya adalah Prof. Dr. Muhajir Utomo yang merupakan keturunan langsung dari rombongan transmigran awal yang dikirim Belanda ke Lampung tahun 1905. Pembukaan museum dimulai pada tahun 2010 dan dikelola oleh Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) di bawah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Sederet koleksi yang ditampilkan berupa benda antik seperti sepeda ontel, peralatan dapur, perabot rumah tangga, alat penerangan, mata uang tempo dulu, hingga alat penumbuk beras. Ada juga beberapa miniatur bangunan rumah yang pernah ditempati oleh transmigran. Ada foto-foto pejabat yang pernah memimpin departemen yang berkenaan dengan transmigrasi.
Perabotan dapur transmigran tempo dulu
Sepeda ontel yang digunakan transmigran tempo dulu
Danau Ranau, Permata di Lampung Barat Banyak alasan kenapa saya begitu ingin ke Danau Ranau, salah duanya adalah keindahan dan ketenangan yang dimilikinya. Jauh dari kebisingan, jauh dari polusi. Udaranya segar alami, sejuk sepanjang waktu. Pesona alam sekelilingnya yang bergunung-gunung, memberi kesan sangat mendalam bagi saya ketika berkunjung pertama kali.
Impian saya berkunjung ke Danau Ranau tercapai bulan April 2016 lalu. Perjalanan jauh (245 km) dan lama (7 jam) dari Bandar Lampung ke Liwa saya tempuh ke Bersama Mas Yopie dan keluarga Mbak Ita. Dari Liwa baru lanjut ke Danau Ranau. Melelahkan tapi tetap dinikmati.
Danau Ranau dan Gunung Seminung di latar belakang
Duduk-duduk di dermaga apung, menikmati suasana petang di Danau Ranau
Kami bermalam satu malam saja di tepi Danau Ranau. Belum banyak berinteraksi dengan warga setempat. Tapi saya langsung jatuh hati melihat kehidupan masyarakatnya yang masih kental dengan budaya tradisional, sesuatu yang sangat jarang saya jumpai di tengah hiruk pikuknya kota. Rasanya nyaman sekali kala melihat hamparan perkebunan holtikultura seperti kol, tomat, wortel, dll yang diselingi perkebunan kopi rakyat dan areal persawahan. Tempat yang menentramkan.
Gunung Seminung menjulang 1.880 meter di atas permukaan laut menjadi latar belakang dengan nuansa magis. Tebing dan barisan perbukitan menjadi pagar pembatas kemegahannya. Hamparan sawah hijau berpadu dengan air Danau Ranau yang biru seolah menjadi pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang. Panggung alam nan elok ini membuat saya rindu. Jika suatu hari berkunjung ke Danau Ranau lagi, paling sedikit 7 hari saya ingin bermalam di sana :)
Bapak dan anaknya, menyeberangi danau di pagi hari
Seorang warga mengayuh perahu, memeriksa jaring ikan di pagi hari
Kopi Luwak Liwa yang Mendunia Apa rasanya minum kopi luwak sambil melihat kotoran luwak di tempat pemeliharaan luwak? Campur-campur rasanya! :D
Dalam perjalanan menuju Danau Ranau pada bulan April 2016 lalu saya, Mas Yopie, dan keluarga mbak Ita mampir ke rumah mas Mas Eka (penggiat fotografi asal Liwa yang aktif mengangkat pariwisata Liwa lewat media sosial). Lalu kami diajak Mas Eka ke rumah produksi kopi luwak Ratu Luwak di Way Mengaku, Balik Bukit. Ada 100 ekor luwak dipelihara di sana. Tapi yang boleh kami lihat hanya beberapa ekor luwak yang ada di kandang bagian depan. Kaget juga saat pertama melihat luwak, ternyata badannya lebih besar dari kucing, berbulu tebal, dan punya gigi yang tajam.
Seekor luwak sedang memakan biji kopi di pohon kopi
Berani pegang karena luwaknya masih bayi :D
Kami bertemu dengan ibu Sapri, pemilik Ratu Luwak. Lewat beliau saya mendapat penjelasan mengenai proses pembuatan kopi luwak. Mulai dari pemberian kopi pada luwak hingga proses penggilingan dan pengemasan. Sempat diajak ke ruang produksi juga. Selain mendapatkan informasi tentang pemeliharaan luwak dan proses pembuatan kopi, kami juga mendapatkan suguhan minuman kopi luwak. Kopi luwak yang pada dasarnya sudah spesial, jadi makin spesial karena diminum di tempat pembuatannya.
Menikmati suguhan kopi luwak di Ratu Luwak. Mantap kopinya!
Air Terjun Puteri Malu, Permata Bersinar di Way Kanan Foto-foto keindahan Air Terjun Puteri Malu bertebaran di Instagram @Kelilinglampung_ Tulisan tentang Air Terjun Puteri Malu di blog Mas Yopie (www.yopiefranz.com) makin membuat penasaran. Tiba-tiba nama Way Kanan wara wiri melintas di dalam benak, seperti memanggil-manggil untuk datang. Daripada penasaran, akhirnya kunjungan ke Way Kanan saya realisasikan pada akhir bulan Juli 2016 lalu. Saya tidak sendiri, melainkan ber-enam dengan kawan-kawan blogger dari Batam, Balikpapan, Jogja, dan Lampung.
Air Terjun Puteri Malu bukanlah objek wisata yang mudah untuk dicapai. Setelah berkendara mobil berjam-jam dari Bandar Lampung-Way Kanan, kami harus melanjutkan perjalanan dengan motor trail turun bukit naik bukit selama 1 jam lebih melewati medan terjal sejauh 7 Km. Ngeri-ngeri sedap! Nuansa petualangan memang sangat terasa ketika menuju ke tempat wisata yang satu ini. Buat kamu yang menyukai wisata alam, Air Terjun Puteri Malu adalah pilihan menantang berwisata di Lampung.
Ngojek motor trail sejauh 7 kilometer
Foto bareng abang-abang ojek yang telah mengantarkan kami dengan selamat pergi dan pulang dari Air Terjun Putri Malu
Air Terjun Puteri Malu terletak di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Air yang terjun memiliki ketinggian 75 meter. Air Terjun Puteri Malu memiliki keistimewaan yang belum saya jumpai di tempat lainnya. Tebing batu cadas yang menjadi bahu tempat jatuhnya air sangat megah. Sementara di bagian bawah berbalut rumput-rumput hijau bak permadani yang dihamparkan. Suasana alami tempat ini masih sangat terasa, boleh dibilang seperti masih perawan.
Tak jauh dari Air Terjun Puteri Malu terdapat Air Terjun Bukit Duduk. Jaraknya sekitar 100 meter saja. Tinggal jalan kaki naik bukit, turun bukit, sampai di lokasi. Meski tak sederas, sebesar, dan semegah Air Terjun Puteri Malu, air terjun yang satu ini juga punya pemandangan yang amat cantik karena suasana sekitarnya masih sangat asri dan alami.
Air Terjun Puteri Malu. Keindahan dan kemegahan yang tak terbantahkan
Main air bersama teman di tempat seindah ini, terasa istimewa
Air Terjun Bukit Duduk, tak jauh dari Air Terjun Puteri Malu
Rumah Tua Empat Abad di Gedung Batin, Way Kanan Jelajah Lampung sampai ke Kampung Gedung Batin, bagai sedang jelajah waktu ke masa lampau.
Berbicara tentang rumah adat adalah hal yang biasa karena setiap suku yang ada di Indonesia memiliki rumah adat masing-masing. Tapi di kampung tua Gedung Batin terdapat deretan rumah adat yang mampu bertahan hingga 400 tahun atau sekitar 4 abad. Rumah-rumah panggung di kampung ini ada yang sudah didiami beberapa turunan keluarga. Salah satu pemilik rumah tua yang kami inapi di Gedung Batin merupakan keturunan ke-7. Sampai saat ini rumahnya masih belum goyang.
Rumah tua berusia 300-an tahun
Rumah tua berusia 400 tahun
Rumah-rumah di kampung ini belum ada yang direnovasi, termasuk tiang-tiangnya. Engsel-engsel pintu dan jendelanya masih engsel lama semua. Engsel itu ada yang buatan Inggris dan ada yang buatan Cina. Rumah-rumah desa memakai kayu Mampang. Konon, semakin lama ditancapkan ke tanah, kayunya akan semakin kuat. Sebagian kayu rumah nampak sudah berongga-rongga dimakan rayap, namun masih terlihat kokoh. Barang-barang tua seperti guci, nampan, dan dispenser jaman Belanda, semua masih ada termasuk perabotan tua seperti lemari, meja, kursi, cermin antik, dan bufet berusia ratusan tahun.
Kursi tua seusia rumah
Barang-barang tua sejak jaman Belanda
Adanya meriam Belanda seberat 3 ton dan masih utuh, menjadi saksi bisu adanya kehidupan di kampung Gedung Batin sejak ratusan tahun lalu. Makam-makam orang dulu pun masih ada. Masyarakat kampung Gedung Batin adalah masyarakat yang ramah. Mereka masih patuh pada aturan dan adat istiadat. Mereka juga teguh mempertahankan kampungnya sebagai tanah kelahiran, dan berharap supaya bisa lestari. Nama Gedung Batin yang terdengar asing justru menjadi sisi misterius yang membuat penasaran. Ada banyak cerita penting bersejarah yang belum terungkap di sini. Inilah salah satu aset berharga kebudayaan Lampung yang harus dijaga dan dilestarikan.
Yuk jelajah waktu di Kampung Gedung Batin :)
Jelajah Kuliner Lampung Provinsi Lampung sebagai daerah transmigrasi tumbuh menjadi daerah yang kaya keberagaman. Kekayaan ragam tersebut memengaruhi kekayaan kuliner yang tersaji di Lampung. Makanan seperti Bakso, Pempek Palembang, Pecel Lele, Mie Aceh, Somay Bandung, Masakan Pindang, Nasi Uduk, Nasi Padang, Gudeg Jogja, Sate Madura, Ayam Betutu Bali, Ketoprak Cirebon, hingga masakan Manado pun ada. Untuk masakan asli Lampung ada Seruit, Gulai Taboh, dan Pindang Meranjat. Jadi tidak perlu khawatir kalau kulineran di Lampung, banyak pilihan yang bisa disesuaikan dengan selera. Meskipun saya sudah beberapa kali ke Lampung, tidak semua kuliner yang ada di Lampung sudah saya cicipi. Baru beberapa saja. Berikut adalah sedikit cerita saya tentang kuliner di Lampung yang pernah saya coba.
Pindang Baung Dapoer Tatu Bandar Lampung Sama halnya dengan Palembang, di Lampung juga ada Pindang Baung. Kalau makan pindang Baung Palembang saya sudah biasa, pindang baung Lampung yang belum pernah. Pertama kali makan pindang baung Lampung tahun lalu, saat Festival Krakatau 2015.
Kalau berkunjung ke Lampung, kuliner khas yang satu ini wajib dicoba. Dapoer Tatu merupakan salah satu dari sekian banyak rumah makan pindang di Lampung. Pondok makan ini terletak di Jl. Putri Balau No 24, Kedamaian, Bandar Lampung. Coba deh pindangnya, sedap dan bikin nagih. Di sini, kuahnya pindangnya lebih merah, kaya cita rasa dengan rasa pedas dan asam yang sangat menonjol. Ikannya segar, tidak amis, dan gurih. Di Dapoer Tatu juga tersedia banyak pilihan pindang, di antaranya pindang kepala simba, pindang patin, dan pindang iga sapi.
Sudah pernah coba masakan Pindang Baung, Pindang Patin, Pepes Tempoyak Patin ini?
Bakso Sony, Bakso Paling Enak di Lampung “Kalau ke Lampung, jangan lupa mampir makan bakso Sony.” Begitu pesan teman-teman yang pernah ke Lampung. Penasaran ga sih kalau banyak yang berpesan begitu tiap kali kita mau ke Lampung? Pastinya jadi bertanya-tanya, “Emangnya seenak apa?”
Kepopuleran Bakso Sony selain karena memang sudah punya nama, juga karena baksonya memang enak. Saya sudah dua kali mencicipi Bakso Sony. Petualangan lidah saya yang telah mencicipi berbagai macam bakso kemudian bersepakat bahwa bakso Sony di Lampung ini memang enak. Kalau saya lihat daging baksonya memang banyak, minim terigu. Kuahnya pun sedap. Bikin nambah.
Pusat Bakso Sony ada di Jl. Wolter Monginsidi (dekat RS Bumi Waras). Sedangkan cabangnya ada di Jl. Z.A Pagar Alam (dekat Teknokrat), Jl. Raden Intan (sebelum Gramedia), dan di Jl. Cut Nyak Dien (dekat RM Garuda di depan Chandra pasar bawah. Bakso Sony buka dari jam 8 pagi sampai jam 8 malam.
Bakso terkenal enak di Lampung
Kami sudah mencicipi bakso Sony. Kamu?
Pindang Simba Rumah Makan Ika di Pesawaran Rumah Makan Ika terletak di pinggir jalan raya Way Ratay, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit dari Bandar Lampung. Kalau sedang dalam perjalanan dari Bandar Lampung menuju pantai Mutun, Pantai Klara atau ke Teluk Kiluan pasti akan melewati rumah makan ini.
Sebanyak tiga kali ke Kiluan, saya sudah dua kali menikmati Pindang Kepala Simba. Ikan simba adalah ikan laut besar berdaging tebal. Disebut juga ikan Kuwe. Sama seperti masakan pindang ikan lainnya, kuah pindang kepala simba ini kaya cita rasa. Disuguhkan dalam keadaan panas, ditemani sambal dan aneka lalapan segar. Kuah pindang terbuat dari aneka bumbu seperti lengkuas, serai, kemiri, jahe, kunyit, bawang putih, bawang merah, dan santan. Cabe yang digunakan cabe rawit merah, itu sebabnya kuahnya merah dan pedas. Sedapnya kuah pindang ini yang bikin ingin nambah lagi dan lagi. Selain menu utama pindang ikan, Rumah Makan Ika juga menyajikan menu seafood lain seperti ikan kerapu, bawal, gurame bakar/goreng, aneka masakan udang dan cumi serta telur ikan goreng yang jadi favorit pengunjung. Tumis kangkung terasi disini juga enak banget rasanya.
Sedapnya Pindang Kepala Simba bikin ketagihan
Bareng kawan-kawan menikmati Pindang Simba di RM Ika - Pesawaran. Kamu sudah ke sini?
Ikan Nila Bakar RM. Khang Mengan Jejama di Liwa Rumah makan ini terletak di Jalan Raden Intan, Way Mengaku, Liwa Lampung Barat. Saya makan siang di sini saat akan berwisata ke Danau Ranau bersama Mas Yopie dan keluarga mbak Ita.
Menu andalan yang jadi favorit pengunjung di rumah makan ini adalah Gulai Taboh. Taboh menurut bahasa Lampung berarti santan. Masakan satu ini bahan utamanya ikan gabus atau ikan nila. Sajiannya bisa utuh satu ekor ikan yang telah dipanggang atau dipotong dadu. Konon, dulunya Gulai Taboh merupakan sajian khusus para raja dan tamu. Di masa kini, gulai taboh sudah jadi menu sehari-sehari masyarakat Liwa.
Sayangnya saat kami datang gulai taboh sudah habis. Kami memesan menu lain yang tak kalah enak yaitu ikan nila bakar hasil budi daya Danau Ranau. Lengkap dengan sambal, lalapan, dan sayur asam. Saya suka rasa daging ikannya yang segar, terasa gurih. Cocok ya, berwisata ke Danau Ranau makannya ikan yang diambil dari danau tersebut. Rumah makan ini cukup sering jadi andalan wisatawan yang sedang berlibur ke Liwa. Jadi kalau ke Liwa, coba masakan asli daerah ini yuk.
Ikan Nila Bakar hasil budi daya Danau Ranau ini gurih dan lezaaaat banget!
Jelajah Lampung Belum Berujung Begitu banyak tempat-tempat menarik di Lampung, seperti tak habis-habis untuk dijelajahi. Contohnya di Way Kanan, baru dua air terjun yang saya kunjungi. Padahal di sana ada 45 air terjun yang belum semuanya tereksplorasi secara maksimal. Di kabupaten Tanggamus pun kabarnya ada lagi tempat wisata baru yang tak lama lagi akan diangkat sebagai destinasi andalan. Jika objek wisata di Lampung terus bertambah, kapan selesainya saya jelajah Lampung? he he. Terhitung enam kali saya bertandang ke Lampung dalam satu tahun terakhir ini, tapi masih banyak tempat menakjubkan lainnya yang belum saya kunjungi. Di antaranya Bukit Bawang Bakung di Liwa (saya suka kabut!), Suoh, Pulau Pisang, Teluk Lampung, Pulau Pahawang, Pulau Kelagian, Pulau Tanjung Putus, Air Terjun Sinar Tiga, Curup Gangsa, dan masih banyak lagi. Saya belum mencicipi Gulai Taboh. Saya belum menyaksikan pesta sekura di Liwa. Saya belum lihat ini dan itu, banyak sekali! Selalu ada alasan untuk kembali ke Lampung. Selalu ada keinginan untuk jelajah Lampung sampai ujung ^_^
Seni dan budaya Lampung nan memikat
Lampung - The Treasure of Sumatra Provinsi Lampung memiliki potensi wisata yang amat beragam dan menakjubkan dengan tiga karakteristik daya tarik wisatanya yaitu wisata alam, budaya, dan sejarah yang tersebar di beberapa kabupaten dan Kota se-Provinsi Lampung.
Keragaman budaya dan seni, kuliner, serta keindahan alamnya yang masih alami dan menyegarkan, tidak pernah berhenti memikat hati. Selalu ada rindu untuk kembali ke Lampung. Rindu pada keramahan orang-orangnya, rindu pada keelokan alamnya, rindu pada keragaman budaya hidup masyarakatnya, rindu pada aneka kuliner daerah yang dimilikinya. Dengan semua kekayaan yang dimilikinya, tak heran jika tahun ini Lampung mengklaim daerahnya dengan sebutan The Treasure of Sumatra.
Nah, kapan giliran kamu bertandang ke Lampung? Tahun 2016 ini, Festival Krakatau kembali digelar mulai tanggal 24-28 Agustus. Rangkaian kegiatannya tak kalah menarik, meliputi Pasar Seni, Jelajah Layang-layang, Jelajah Rasa, Jelajah Krakatau, Jelajah Semarak Budaya, hingga Investor Summit. Jika kamu datang dan menyaksikan, siapa tahu Festival Krakatau 2016 dapat menginspirasimu untuk melakukan perjalanan wisata ke Lampung, mengikuti jejak saya, bertualang seru jelajah Lampung dari waktu ke waktu.
Untuk keterangan lebih lanjut tentang event Festival Krakatau 2016, silakan kunjungi website http://lampungkrakataufest.com/
“Kita mampir ke Hanggar 21, istirahat dulu di restorannya, sambil menunggu pesawat kalian landing dari Jakarta,” ucap Pak Toto, GM wisata Pulau Leebong yang akan mengantar kami ke bandara H.A.S Hanandjoedin, Tanjung Pandan.
Siang itu sekitar jam 11.20, kami meninggalkan Pulau Leebong untuk kembali ke Jakarta. Speedboat yang mengantar kami hanya perlu waktu 10 menit untuk menyeberang ke dermaga Tanjung Ru. Dari sana, mobil sudah siap. Pak Toto sendiri yang mengemudi. Beliau ini, selain ramah, juga baik sekali, mau antar kami ke bandara. Padahal jauh.
Dalam perjalanan menuju bandara, kami singgah makan siang di RM. Sari Gangan. Menurut Pak Toto, rumah makan ini menyediakan kuliner gangan khas Belitung yang dimasak dengan resep asli. Ada 3 resep gangan yang saat ini bisa dinikmati di Belitung. Kalau yang asli, salah satunya ya di Sari Gangan ini. Usai dari Sari Gangan, kami diajak mampir ke kedai kopi Kong Djie. Kedai kopi legendaris ini sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Bagi penggemar kopi, bakal afdol rasanya kalau mampir dan minum kopi di sini.
Selamat datang, mari mampir di Hanggar 21 :D
Dari kedai kopi Kong Djie, kami meluncur ke teak garden, foto-foto sebentar, setelah itu langsung ke bandara. Tapi waktu keberangkatan ternyata masih lama. Itu sebabnya Pak Toto mengajak kami mampir ke Hanggar 21, sebuah hotel yang terletak sangat dekat dengan bandara HAS. Hanandjoedin, Tanjung Pandan. Waktu tempuh dengan mobil dari hotel ke bandara sekitar 3 menit saja. Dekat sekali ya.
Hotel Hanggar 21
Restoran Hanggar 21
Mobil yang melaju dari dan ke Kota Tanjung Pandan pasti melewati hotel Hanggar. Itu artinya saya sudah 5x melintasi hotel ini. Tapi saya tidak ngeh kalau di sini ada resto juga. Andai tahu, mending singgah di sini sambil nunggu pesawat. Bisa mengudap makanan dan minuman khas. Kalau di bandara kan belum ada resto, hanya kantin saja. Makanan yang dijual di kantin belum banyak variasinya. Pun suasananya juga ramai dan berisik.
Saya dan Mas Yopie senang saja diajak ke resto dulu. Apalagi suasananya lebih tenang, udaranya juga sejuk, nyaman duduk-duduk sambil nunggu jadwal keberangkatan.
Taman air di belakang resto dan bangunan hotel di bagian belakang
Cafetaria Hanggar 21
Barang jadul di dalam Cafe
Foto Presiden Soekarno saat berkunjung ke Belitung tahun 1950
Dispenser jaman Belanda
Kami tidak duduk di dalam resto, tapi di bagian belakang (semi outdoor). Pak Toto ternyata traktir kami. Asyik cuy. Haha. Sebenarnya saya masih kenyang. Waktu makan di Sari Gangan, saya makan banyak. Setelah makan kenyang di Sari Gangan, diajak minum kopi juga di kedai kopi Kong Djie, makin penuh isi perut. Tapi bagaimanapun, tawaran makan/minum tuh susah ditolak yaaaa. Haha
Saya dan Mas Yopie sepakat memesan Es Cincau Susu saja. Seger lho! Meskipun udara saat itu cenderung sejuk, tapi tenggorokan lumayan kering. Diguyur dengan es cincau, rasa manis dan dinginnya langsung bikin seger.
Es Cincau Susu
Tak berapa lama, kami kedatangan Pak Jonjon, owner Hotel Hanggar 21. Setelah berkenalan, saya baru tahu Pak Jonjon ini ternyata adalah teman akrabnya Pak Toto. Surprise! Tentu senang bisa berkenalan dengan pengusaha wisata seperti Pak Jonjon. Kami ngobrol santai. Pak Jonjon maupun Pak Toto banyak bercerita seputar hotel Hanggar dan wisata Belitung pada umumnya. Saya menyimak, sambil sesekali memotret dan menikmati makanan dan minuman yang disuguhkan.
Nah, bicara soal makanan dan minuman, resto Hanggar ini punya bermacam kudapan khas Belitung yang bisa dinikmati dengan harga terjangkau. Ikon kuliner Belitung seperti Gangan Sari, Bebulus, Mie Belitung “Atep”, dan Kopi Kong Djie bisa dipesan di sini. Minuman asli Belitung seperti Es Jeruk Kunci pun ada. Pempek ikan laut pun tak ketinggalan menambah daftar makanan khas. Selain itu tersedia juga kudapan aneka roti bakar dan pisang goreng. Jenis minuman pun banyak, mulai dari aneka teh, kopi, susu, dan es.
Es Jeruk Kunci Hamoy
Pisang goreng coklat keju
Pempek terbuat dari ikan laut
Mie Belitung "Atep"
Untuk main course, resto Hanggar 21 menyediakan Nasi Ayam Tim, Gangan Komplit, Bebulus, Nasi Goreng Kampoeng, Nasi Goreng Ikan Asin, Ayam Goreng, Ayam Goreng Komplit, dan Nasi Lemak.
Dengan pilihan menu yang cukup beragam tersebut, tidak heran kalau resto ini jadi pilihan yang tepat untuk bersantap di Tanjung Pandan. Selain lokasinya yang strategis, juga menawarkan suasana yang nyaman. Demikian pula dengan hotelnya.
Buat yang ingin mencicipi aneka kuliner khas Belitung yang terkenal seperti Mie Belitung "Atep", Gangan, Es Jeruk Kunci, Kopi O Kong Djie, semua tersedia di sini. Cukup di satu tempat, sudah bisa jelajah kuliner Belitung :D
Banyak pilihan jenis minuman
Daftar makanan dan harga. Terjangkau bukan?
Hotel Hanggar memiliki 17 Deluxe room, 2 suite room, dan 6 tipe family room. Menurut keterangan Pak Jonjon, tamu yang menginap kebanyakan wisatawan luar daerah yang berkunjung ke Belitung untuk liburan. Dari catatannya selama ini, hotel banyak menerima kesan positif dari para tamu. Lokasi strategis, fasilitas memadai, kamar yang nyaman dan bersih, merupakan kepuasan yang dirasakan para tamu.
Apa iya? Untuk membuktikannya, saya masuk hotel, berkeliling dari lobi hingga kamar-kamar di depan sampai belakang. Perlu bagi saya untuk melihat sendiri keadaan hotel. Bukan Cuma berdasarkan kata orang lain. Apalagi saya masih punya niat untuk liburan lagi di Belitung. Tentu ingin tahu dulu keadaan hotelnya sebelum nanti dipesan.
staff yang ramah
Pintu masuk menuju lobi
lobi
Staff menyambut ramah di lobi, lalu mengantar saya ke belakang, ke area kamar. Kamar-kamar tampak berjejer membentuk kotak, di tengahnya terdapat taman dan café outdoor. Terlihat bersih dan asri. Saya diberi kesempatan masuk ke kamar suite room dan melihat fasilitas di dalamnya. Design interior kamarnya simple modern, begitu juga tempat tidur dan kamar mandinya.
Family room terletak di area yang berbeda. Terpisah dari barisan kamar di bangunan utama. Serupa bangunan villa, dengan taman dan jalan yang bisa dimasuki mobil. Agak jauh di bagian belakang hotel ini, terdapat jejeran bukit yang ditumbuhi rimbun pohon. Menarik untuk dipandangi saat sedang duduk-duduk di resto.
Tipe suite room
suite room
Cafe di bagian dalam hotel
Lorong kamar-kamar
Taman di bagian dalam hotel
Untuk melengkapi liburan keluarga, Hotel Hanggar 21 menyediakan berbagai sarana permainan dan olahraga seperti sepeda, ATV, Segway, dan kendaraan antar jemput bandara atau ke tempat-tempat wisata yang ada di Belitung. Pernah main segway? Saya belum pernah hehe.
Saya diberi kesempatan mencoba, ternyata asik. Mainnya mudah. Tinggal naik (berdiri), pegang alat kemudinya. Gerakan ke kiri atau ke kanan untuk belok. Kalau mau meluncur ke depan, badan ditundukkan. Kalau mau ngerem, badan ditarik ke belakang.
Huaaa….ternyata asik! Kebayang kalau anak kecil yang main, ga mau berhenti kali ya.
Sepeda buat olah raga, bisa di bawa naik gunung :D
Penasaran main segway :))
Ikutan jadi kayak anak kecil :))
Kami cukup lama singgah di Hanggar 21. Tadinya hanya ingin sebentar, sesuai dengan sisa waktu sebelum keberangkatan pesawat. Tapi ternyata ada keterlambatan 1 jam dari pesawat yang kami tunggu. Makanya jadi lama. Dari awalnya cuma minum Es Cincau Susu, jadi minum dan makan yang lainnya. Pempek ikan (ikan laut), mie belitung “Atep”, Es Jeruk Kunci Hamoy, dan pisang goreng coklat keju. Sudah rasanya enak, bikin kenyang pula. Sampai saya merasa nggak ingin makan malam lagi karena sudah kekenyangan hihi.
Singgah di Hotel Hanggar 21 ini, menambah informasi saya seputar resto dan hotel yang bisa disinggahi untuk bersantap ataupun menginap di Belitung di lain waktu.
Jika berlibur ke Belitung, butuh tempat nyaman untuk bersantap sambil menunggu pesawat, atau singgah makan sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat-tempat wisata di Belitung, bisa mampir ke sini. Dekat dari bandara, cuma 3 menit. Ke Kota Tanjung Pandan hanya 15 menit.
Tipe family room
Suasana di belakang hotel
Untuk urusan menginap, saya jamin akan tidak akan menyesal. Hotelnya menawarkan suasana yang tenang dengan kamar-kamar yang nyaman dan terjangkau. Fasilitas lengkap, mulai dari restoran, café, rekreasi, minimart, sport, semua ada di satu tempat. Jika nanti saya berlibur ke Belitung lagi, saya tidak ragu memilih Hanggar 21 untuk tempat menginap.
Special thanks buat Pak Toto yang sudah menemani dan mengantar hingga ke bandara. Juga untuk Pak Jonjon atas obrolan menarik dan suguhannya yang lezat.
Bareng Pak Jonjon (owner Hotel Hanggar 21), Pak Toto (GM wisata Pulau Leebong), dan Mas Yopie Pangkey
Syamsul Lussa, Staf Ahli Kemenpar RI Bidang Kemaritiman saat memberikan sambutan di acara Semarak Budaya Festival Krakatau 2016
“Kata ibu kadis ada 200-an blogger yang diundang, ini sangat baik. Para influencer sangat penting untuk menyebarluaskan kegiatan ini. Kita sangat perlu bantuan berbagai elemen dan para influence seperti blogger, fotografer dan penggiat media sosial.”
Saya masih terngiang dengan kata sambutan yang disampaikan oleh Staf Ahli Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Bidang Kemaritiman, Syamsul Lussa pada puncak perhelatan Festival Krakatau yang berlangsung pada tgl. 28/8/2016 lalu. Sambutan yang cukup spesial, menunjukkan bahwa apresiasi tak hanya ditujukan pada penyelenggaraan festival yang telah berumur 26 tahun itu saja, tetapi juga pada mereka yang beberapa tahun belakangan selalu terlibat dalam pelaksanaan festival seperti komunitas, para blogger, dan orang-orang yang dianggap mempunyai influence atau memiliki pengaruh di dunia maya.
Karena itu, ketika diundang kembali oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung dalam kegiatan Festival Krakatau 2016 kali ini (tahun 2015 lalu juga pernah diundang), saya anggap sebagai sebuah kehormatan. Saya mendapat kepercayaan, mengemban tugas, itu berarti bukan sekedar blogger yang datang untuk hore-hore.
Formasi lengkap blogger undangan resmi Disparekraf Provinsi Lampung di Festival Krakatau 2016
Sanggupkah saya melakukan yang terbaik untuk event tingkat nasional yang selama ini menjadi ikon pariwisata provinsi Lampung?
Jika melihat ulang keikutsertaan saya tahun lalu, saya merasa belum maksimal dalam menyebarkan informasi tentang festival ini. Saya sadari betul itu. Namun, hal inilah yang kemudian mendorong saya untuk memperbanyak kunjungan ke tempat-tempat wisata di Lampung, lalu aktif menyebarkannya melalui blog dan media sosial dari waktu ke waktu, bukan hanya saat festival berlangsung.
Mungkinkah itu yang jadi pertimbangan sehingga kembali diundang? Saya tidak tahu. Itu rahasia dapur si pengundang.
Blogger Undangan Disparekraf Provinsi Lampung Terus terang, pada bulan Agustus lalu saya menerima dua undangan festival sekaligus, yaitu Festival Krakatau di Lampung (26-28 Agustus) dan Festival Ciletuh di Jawa Barat (26-29 Agustus). Kedua event tersebut sama-sama mengajak blogger untuk membantu pemprov setempat dalam mempromosikan pariwisata daerah ke tingkat nasional maupun internasional melalui blog dan media sosial.
Godaan Festival Ciletuh sulit ditolak, sayang sekali jika dilewatkan, apalagi saya belum pernah ikut. Blogger yang diundang pun bukan hanya blogger nasional, tapi juga blogger internasional (dari Singapore dan Malaysia). Siapa yang tidak mau bertemu dan bergabung dengan blogger luar? Siapa yang tidak mau berkunjung ke objek-objek wisata keren di Jabar? Tentu saja saya mau. Tapi saya sudah lebih dulu memenuhi undangan Festival Krakatau, dan saya tidak mungkin membatalkannya sesuka hati saya, walau panitia bisa saja dengan mudah mencari pengganti. Dua kali diundang ke Festival Krakatau tentu karena suatu alasan, dan saya harus hargai itu.
Akhirnya, undangan Festival Ciletuh pun saya tolak. Sedih sih, tapi badan saya tidak mungkin dibagi dua agar bisa ikut sana-sini, kan? Festival dari daerah manapun saya sambut antusias, sama-sama bertujuan untuk angkat pamor pariwisata yang dimiliki daerah, saya suka itu. Pilihan ke Lampung bukan karena pilih kasih. Dari mana pula pilih kasih wong justru ke Lampung sudah keseringan. Yang ada malah pingin ke tempat lain yang belum dijejaki :D
Festival Krakatau mempertemukan para travel blogger dari berbagai daerah
Ada 10 blogger dari berbagai daerah yang diundang langsung oleh Disparekraf Prov. Lampung, dan ada 10 blogger lainnya yang diundang lewat EO Dyandra Promosindo (EO resmi yang ditunjuk oleh disparekraf prov. Lampung untuk Festival Krakatau tahun 2016).
Saya termasuk dalam daftar yang diundang langsung oleh disparekraf provinsi Lampung. Selain saya (dari Jakarta), ada Lina Sasmita (Batam), Dian Radiata (Batam), Arie Ardiansyah (Jakarta), Rosanna Simanjuntak (Balikpapan), Atanasia Riant (Jogja), Hari JT (Babel), Haryadi Yansyah (Palembang), M.Arif Rahman “Maman” (Palembang), dan Indra Pradya (Lampung).
Undangan untuk kami ber-10 disampaikan melalui Mas Yopie Pangkey (www.yopiefranz.com). Admin Keliling Lampung (IG: @Kelilinglampung_ Twitter: @Kelilinglampung FB: @Keliling Lampung) ini sudah terlibat dalam kegiatan Festival Krakatau sejak beberapa tahun sebelumnya (periode 2012-2016). Jadi, mas Yopie bukan orang baru di perhelatan yang mengusung nama besar Krakatau ini. Nama Mas Yopie memang tidak muncul di media untuk urusan blogger, fotografer, maupun wartawan (cetak dan TV) yang diundang ke festival. Tapi keterlibatannya di balik layar itu ada. Tidak heran kalau beliau tahu berapa jatah undangan yang disediakan panitia. Dia pula yang mencari dan melakukan seleksi pada para blogger, yang kemudian diajukan, ditinjau, dan diputuskan oleh disparekraf. Seingat saya ada beberapa nama yang diundang namun tidak bisa berangkat karena bermacam alasan. Hingga akhirnya 10 nama di atas yang jadi berangkat, termasuk saya. Tadinya ada sekitar 20 blogger lho yang masuk list untuk diundang.
Teman-teman blogger dari EO, mas Farchan (efenerr), Mbak Lidya, dan Deasy *Foto: @LampungKrakatau *
Dari EO ada 10 blogger yang diundang untuk ikut kegiatan Tur Krakatau dan Semarak Budaya, terdiri dari 7 blogger undangan (2 diantaranya juri lomba blog) dan 3 blogger pemenang lomba blog. Saya dan kawan-kawan undangan disparekraf senang bakal bertemu 10 blogger lain tersebut, meski saat itu tidak tahu siapa saja bloggernya. Hanya tahu nama Farchan dan Takdos, itu pun karena mereka juri lomba yang sudah pasti berangkat ikut tur Jelajah Krakatau. 3 blogger pemenang lomba adalah Retno, Deasy, dan mbak Lidia (mewakili mbak Indah Nuria yang tinggal di New York). 5 blogger lainnya saya tidak tahu siapa saja.
Yang perlu saya catat di sini adalah total blogger yang diundang ada 20. Bukan 200 seperti yang dikatakan ibu kadis. 180 lagi siapa? Mungkin fotografer, wartawan, dan entah siapa lagi.
Lomba Blog “Lampung-The Treasure of Sumatra” Ada yang berbeda dengan Festival Krakatau tahun ini yaitu adanya lomba blog bertema Lampung – The Treasure of Sumatra. Ini hal baru di Festival Krakatau karena sebelumnya tidak ada. Ada peluang bagi blogger untuk mendapatkan hadiah uang tunai dan ikut tur Krakatau. Tapi yang lebih penting dari itu, lewat lomba ini, gaung Festival Krakatau akan makin terdengar di kalangan netizen. Blogger kan biasanya tidak hanya menulis di blog, tapi juga membagi link blognya ke akun-akun medsos yang mereka punya.
Setidaknya dengan adanya lomba menulis blog, mengurangi jumlah pertanyaan para travel blogger : “Kok festival Krakatau tidak ada suaranya?”
Saya dan beberapa kawan yang diundang ke Lampung pun ikut berpartisipasi menulis lomba blog. Sudah tahu diundang dan pasti berangkat ke Festival Krakatau kok masih ikutan lomba?
He he. Nggak mau muna juga lah ya. Saya suka hadiah dan jadi juara, tapi tidak setiap kali berlomba berarti semata mengejar hal-hal seperti itu. Punya rasa memiliki terhadap Lampung, punya rasa cinta terhadap pariwisatanya, merupakan alasan untuk ikut berlomba kali ini. Apalagi saya punya banyak bahan yang bisa diceritakan, sayang kalau cuma mengendap dalam benak.
Lomba ini awalnya DL tgl. 16, lalu berubah jadi tgl. 22
Ada kepuasan tersendiri bisa menceritakan tempat-tempat menarik di Lampung yang pernah saya kunjungi. Harapan saya agar orang yang membacanya jadi tahu bahwa Lampung juga punya banyak destinasi andalan yang tidak kalah menarik seperti di Bali, Lombok, Belitung ataupun daerah lainnya. Lampung juga punya wisata alam, sejarah, kuliner, serta budaya yang sangat kaya. Kebetulan ada lomba, kenapa tidak saya manfaatkan sebagai ajang promosi wisata Lampung?
Dian, Mbak Rosanna, dan Indra Pradya sudah pasti berangkat ke Lampung dan ikut tur Krakatau, tapi mereka tetap ikut lomba menulis tentang Lampung dengan sepenuh hati. Kalau ingin baca tulisan mereka, silakan cek di blog www.adventurose.com, www.rosannasimanjuntak.com, www.duniaindra.com
Lestari (www.jejaksematawayang.com), Mbak Ning (www.ibutravel.wordpress.com), dan Tami (www.ranselsaya.com) adalah kawan-kawan seperjalanan kami saat ke Lampung pada akhir bulan Juli lalu. Mereka juga ikut lomba menulis blog. Sama-sama menceritakan pengalaman saat mengunjungi Kiluan dan Gigi Hiu. Saya terharu membaca tulisan mereka. Betapa Lampung memberi pengalaman berkesan bagi perjalanan wisata mereka.
Meski tidak ada satupun tulisan kami yang jadi juara, saya pribadi tetap bahagia. Bahagia karena teman-teman tetap semangat bercerita tentang Lampung dan masih ingin ke Lampung. Itu yang paling penting.
Dari 14 orang ini, ada 7 blogger yang ikut lomba menulis blog Festival Krakatau lho.... *Lokasi. Kiluan Lampung)
Ohya, tadinya kami tidak tahu lho ada lomba blog. Bahkan sampai tgl lomba itu DL. Kami tahu info lomba blog dari akun twitter disparekraf Prov.Lampung @VISIT_Lampung yang di-share tanggal 17 Agustus, padahal DL lomba tgl. 16 Agustus. Dari sana kawan-kawan yang tertarik untuk ikut lomba mulai mention akun @LampungKrakatau (adminnya dari EO) untuk minta penjelasan soal tgl DL. Syukurnya ditanggapi, akhirnya tgl DL diubah menjadi 22 Agustus.
5 hari tidak sebentar, tapi kami lumayan megap-megap dengan tema megah “Lampung- The Treasure of Sumatra”. Banyak cerita heboh dibalik keikutsertaan kami pada lomba ini. Mulai dari urusan judul yang ga beres-beres (terkait syarat lomba), hingga begadang di tenggat waktu sampai jam 3 pagi. Grup WA yang beranggotakan teman-teman yang pernah ngetrip ke Lampung ramai bukan main oleh obrolan tentang lomba. Bukan obrolan tentang panitia yang nge-share lomba nggak ada ‘suara’ nya, tapi tentang isi tulisan kami yang isinya lebih banyak bercerita tentang petualangan menegangkan saat ke Gigi Hiu.
Ya, lomba sudah berlalu. Yang saya petik dari pengalaman berlomba kali ini adalah semangat berbagi yang tetap menyala.
Trending Topic di Twitter "Nikmati saja dulu kegiatannya. Silakan foto-foto, berbaur dengan komunitas Lampung, ngobrol dengan Blogger Lampung, dan ketemu teman-teman admin akun-akun besar Lampung, pokoknya santai saja....." ucap Mas Yopie saat ditanya tentang tugas kami saat acara berlangsung.
Kami memang santai dan bergembira saat mengikuti kegiatan, tapi tidak berarti lupa dengan tugas yang diemban. Soal tugas, tanpa tersurat pun sudah paham apa yang mesti dilakukan. Tanpa diperintah sudah otomatis akan ngetuit di Twitter, bikin status di FB, dan upload foto di Instagram. Saat sudah kelar acara, tulisan pun pasti akan diposting di blog.
Hestek #LampungKrakataufest dan #LampungKrakatauFest2016 tampak mulai bertaburan di twitter sejak saya dan kawan-kawan blogger mengikuti lomba menulis blog bertema Lampung - The Treasure of Sumatra. Aktifitas ngetuit makin kencang saat kami sudah berada di Lampung. Berikut adalah hestek FK yang jadi trending topic. Dipantau dan di-screenshot oleh Fajrin, dan di-upload di akun twitter pribadinya. Silakan cek sendiri di twitter Fajrin:
Tanggal 26/8 malam #LampungKrakatauFest urutan ke 16
Tanggal 27/8 pagi #LampungKrakatauFest2016 urutan ke 5
Tanggal 27/8 malam #LampungKrakatauFest2016 urutan ke 16
Trending Topic No. 5 tgl. 27/8 Sabtu pagi
Tidak sempat nangkring diurutan 3 besar sih, tapi Alhamdulillah sempat TT di urutan 5. Paling tidak kawan-kawan blogger yang berjumlah 10 orang sudah berupaya dan itulah hasil terbaiknya.
Trending Topic nomor 16 tgl. 26/8 Jumat malam
Trending Topic nomor 16 Sabtu malam
Fasilitas untuk Blogger Tidak seperti tahun lalu blogger undangan diinapkan di wisma (Wisma D’green) dengan fasilitas kamar dan sarapan seadanya, tahun ini saya dan kawan-kawan blogger menginap di hotel bintang 3, Inna Eight Hotel yang punya kamar bagus dan menu sarapan cukup bervariasi. Saya puas dengan fasilitas hotel yang disediakan oleh dispar kali ini.
Soal moda transportasi, tahun ini semua blogger diberangkatkan dan dipulangkan dengan pesawat Garuda, dari manapun asal dan tujuannya. Waktu keberangkatan dan kepulangan pun bebas kami tentukan sendiri. Kami mengajukan jadwal, dan semuanya disetujui oleh dispar sesuai pesanan.
Jika tahun lalu blogger dan wartawan media (cetak/TV) dijemput dan diantar pakai bus (disediakan oleh panitia), kali ini kami dijemput dan diantar oleh Mas Yopie Pangkey dan Mas Indra Pradya dengan menggunakan kendaraan pribadi mereka (bukan kendaraan yang disediakan oleh panitia).
Naik Garuda pulang pergi Jakarta-Lampung
Menginap di Inna Eight Hotel
Kamar besar dan bagus
Blogger nginap bareng di Inna Eight Hotel
Alhamdulillah selama di Lampung kami tidak ditelantarkan. Mas Yopie dan Mas Indra bertanggung jawab untuk urusan antar dan jemput kami ke hotel, kedai makan, tempat-tempat wisata, dan tempat-tempat berlangsungnya kegiatan festival. Hanya Yayan dan Maman yang tidak diantar ke bandara (saat itu kami masih berada dalam kegiatan semarak budaya) tapi ada taksi yang sudah disediakan untuk mengantar mereka pulang.
Rombongan kami ber-10 tidak pernah berpisah. Semua kegiatan kami ikuti sama-sama. Kulineran sama-sama, berwisata sama-sama. Run down yang diberikan oleh Mas Yopie sebelum kami tiba di Lampung dapat direalisasikan dengan lancar dan baik.
Jika blogger lain bersama tim EO, maka kami ber-10 berada di bawah tanggung jawab Mas Yopie, karena itu kami selalu bersamanya. Kami baru bertemu blogger lain saat berangkat Jelajah Krakatau (27/8) dan saat di lokasi Jelajah Rasa (26/8). EO punya budget sendiri, kami di bawah kawalan Mas Yopie juga punya budget sendiri. Mungkin karena itulah tempat menginap kami berbeda, jadwal pesawat pun berbeda. Kalau soal jalan-jalan dan kulineran, nah perlu ditanya tuh ke Mas Yopie hehe. Sepertinya @KelilingLampung jadi sponsor kami (di luar budget dari dinas) he he…
Aneka masakan khas Lampung
Ingin mencicipi kuliner asli Lampung? Ke Resto Cik Wo ini saja
Kulineran di Warung Mie Aceh Jambo Raya
Usai nonton Semarak Budaya, kulineran Bakso Sony
Kulineran di Kopi Oey Bandar Lampung
Jalan-jalan ke Munca Teropong Laut dulu sebelum nonton parade budaya, menikmati panorama Lampung dari ketinggian *photo by Riant*
Hiburan malam, karaokean di Inul Vizta Plaza lotus!
Tahun ini Festival Krakatau mengadakan banyak lomba bertabur hadiah. Ada lomba menulis blog, lomba foto, dan lomba desain poster. Masing-masing lomba berhadiah total Rp 10 juta. Banyak ya bagi-bagi hadiahnya :)
Saya mendengar selentingan tentang anggaran festival tahun ini berkurang jumlahnya dari tahun lalu. Benarkah? Jika ya, budget kecil untuk event besar bisa jadi bikin penyelenggara pusing hehe. Pusing khawatir eventnya ga sukses, mungkin karena itu diserahkan kepada EO yang punya nama besar dan telah berpengalaman mensukseskan banyak event konser musik dan pameran.
Apakah event budaya sekelas Festival Krakatau yang baru pertama di-handle oleh EO Dyandra Promosindo bisa sukses? Fakta di lapangan tentu akan bicara.
Nah, bicara tentang fakta di lapangan, saya akan lanjutkan tulisan ini tentang pengalaman menyeberang Selat Sunda saat mengikuti kegiatan Jelajah Krakatau. Sudah tahu ceritanya seperti apa? Menegangkan! Nantikan postingan saya selanjutnya…
Travel blogger undangan berbaur dengan blogger Lampung, komunitas penggiat wisata Lampung, penggiat media sosial, dan fotografer Lampung.
Seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, jelajah Krakatau pada 27 Agustus 2016, berupa tour menjelajahi Gunung Anak Krakatau menggunakan kapal. Menurut informasi yang saya dengar dan baca, kegiatan ini akan diawali dengan acara Ngumbai Lawok yang dimeriahkan oleh puluhan perahu hias.
Sangat menarik. Unsur culture, nature, dan adventure berpadu dalam satu kegiatan. Ini akan menjadi sesuatu yang lain dari Tour Krakatau tahun sebelumnya yang hanya menyajikan Krakatau Jetski Adventure, keren tapi tanpa muatan budaya lokal.
Ngumbai Lawok adalah sebuah upacara adat yang banyak dilakukan oleh masyarakat Lampung Pesisir. Dalam praktiknya ngumbai lawok adalah berdo’a dan menyembelih kerbau yang kemudian kepalanya diarungkan ke laut. Ngumbai Lawok bermakna sedekah sebagai refleksi rasa syukur para nelayan yang telah diberi kelimpahan rejeki berupa ikan-ikan yang melimpah dan laut yang ramah selama satu tahun berjalan.
Gunung Anak Krakatau
Gunung Krakatau merupakan ikon pariwisata Provinsi Lampung yang telah lama dikenal dunia. Sebagai kawasan cagar alam yang dilindungi negara, setiap orang yang hendak berkunjung ke Gunung Anak Krakatau tidak bisa masuk begitu saja. Harus ada ijin dari petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung. Kunjungan pun hanya diperbolehkan untuk tujuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait flora dan fauna atau dokumentasi liputan khusus. Cagar alam memang bukan sebuah “surga baru”, melainkan sebuah tempat yang dilindungi baik dari segi tanaman maupun binatang yang hidup secara alami di dalamnya agar kelak dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan di masa kini dan mendatang.
Saya berterima kasih pada disparekraf provinsi Lampung yang kembali mengundang saya pada kegiatan Jelajah Kratakau tahun ini. Meski sudah pernah merasakannya saat Tour Krakatau pada Festival Krakatau 2015 lalu, tapi antusiasme saya masih sama seperti pertama kali diajak. Menjadi pengunjung legal di Gunung Anak Krakatau itu sesuatu yang harus saya syukuri dan mesti dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Peserta Jelajah Krakatau 2016 terdiri dari blogger, fotografer, wartawan.Sangat sedikit dibanding peserta tahun lalu. Biar sedikit tapi diandalkan lho hoho
Peserta Jelajah Krakatau 2016 Saya tidak tahu persis jumlah peserta yang diikutkan dalam kegiatan ini. Tapi yang pasti ada rombongan blogger, fotografer, dan jurnalis. Sisanya adalah sejumlah kru EO dan mungkin juga ada beberapa panitia dari dinas. Dari rombongan blogger, ada 20 orang peserta yang terdiri 10 blogger dari berbagai daerah yang diundang secara resmi oleh Disparekraf Prov. Lampung, dan 10 blogger lainnya yang diundang lewat EO Dyandra Promosindo.
Saya termasuk dalam rombongan blogger yang diundang oleh disparekraf provinsi Lampung. Selain saya (dari Jakarta), ada Lina Sasmita (Batam), Dian Radiata (Batam), Arie Ardiansyah (Jakarta), Rosanna Simanjuntak (Balikpapan), Atanasia Riant (Jogja), Hari JT (Babel), Haryadi Yansyah (Palembang), M. Arif Rahman “Maman” (Palembang), dan Indra Pradya (Lampung).
10 blogger undangan resmi disparekraf Provinsi Lampung tahun 2016
Jika 200 seat yang disediakan pantia dalam tur Krakatau ini berangkat semua, saya membayangkan jumlah kapal kayu (seperti tur Krakatau tahun 2015 lalu) yang akan digunakan sekitar 8 kapal (dengan perkiraan 1 kapal 25 orang). Tidak sebanyak tahun lalu karena kuota memang dikurangi.
Ada plus minusnya juga kali ya kalau seat dikurangi. Daripada ramai tapi tidak maksimal, lebih baik sedikit tapi handal dalam urusan bantu-bantu promosi kegiatan he he. Bisa hemat biaya juga. Biaya kapal, biaya makan, biaya bus, dll. Setuju sih, asal bukan keselamatan jadi ikut dihemat.
Berangkat dari Pantai Sari Ringgung Pesawaran Sabtu tgl. 27/8, tepat di hari meletusnya Gunung Krakatau purba pada tahun 1883, adalah hari di mana kami akan melakukan perjalanan Jelajah Krakatau. Rombongan kami yang selama mengikuti kegiatan Festival Krakatau di Lampung berada di bawah tanggung jawab Mas Yopie Pangkey (www.yopiefranz.com), sudah berada di lokasi kumpul yaitu Lapangan Korpri tepat jam 6 pagi sesuai jadwal rundown yang dibuat oleh EO.
Ada 3 bus yang disediakan panitia. Karena menjadi yang pertama tiba, kami naik bus no. 1. Saat naik bus, ada snack box yang dibagikan. Isinya kue-kue dan air mineral. Lumayan buat sarapan meskipun rombongan kami sudah punya sarapan (nasgor enak) yang dibawa dari Hotel Inna Eight (hotel yang disediakan dispar untuk tempat kami bermalam selama di Lampung). Kami merasa perlu makan nasi, biar kuat selama mengarungi lautan. Biar nggak mabok dan masuk angin.
Kumpul di Lapangan Kegubernuran (Korpri)
Tiga bus bagus yang disediakan panitia untuk angkut peserta ke Pantai Sari Ringgung
Rahmi (paling depan) mendata peserta yang akan berangkat Jelajah Krakatau
Sekitar 30 menit kami di bus, sudah sarapan dan ngobrol-ngobrol, tapi peserta lain belum ada yang datang. Akhirnya kami di berangkatkan meskipun lebih dari separuh isi bus kosong. Sayang sekali. Tapi saya salut pada supir bus besar berkapasitas 50 orang itu, disiplin pada jadwal meski harusnya dia membawa banyak peserta. Untuk acara seperti ini, memang harusnya semua sesuai jadwal, sebab menyeberang ke Gunung Anak Krakatau (GAK) itu bukan sekali dayung langsung sampai, melainkan berjam-jam sampai bosan. Bukan melaju di atas kolam renang hotel, tapi di atas samudera dengan segala cuaca yang tidak bisa diprediksi. Jika molor, bakal banyak jadwal terbengkalai. Yang ada, waktu seharian hanya banyak dihabiskan di atas laut. Kapan menikmati naik gunungnya?
Tahun lalu, peserta tur Krakatau diberangkatkan dari Kalianda. Dari sana, perjalanan darat lebih lama, tapi perjalanan lautnya jadi lebih singkat. Tahun ini berangkat dari Sari Ringgung Pesawaran. Perjalanan darat lebih singkat (40 menit), tapi perjalanan lautnya jadi lebih lama. Kalau dihitung waktunya sama saja. Mungkin karena itu keberangkatan dijadwalkan jam 8, sama seperti tahun lalu.
Dermaga di Pantai Sari Ringgung dan perahu-perahu hias yang siap antar peserta ke kapal besar
Warung-warung jajan di Pantai Sari Ringgung, tempat kami duduk-duduk menunggu rombongan bus 2-4 yang belum datang
Kami yang sudah datang lebih awal, cukup lama menunggu rombongan bus lain tiba. Sempat ngopi-ngopi dulu di warung, sempat bolak balik dulu ke toilet, sempat motret banyak objek. Setelah bus 2-4 datang (di lap korpri saya tidak lihat ada bus ke 4 lho), prosesi acara pelepasan peserta tur yang dihadiri ibu kadis parekraf provinsi Lampung dan asisten Gubernur Lampung dimulai. Tidak lupa doa bersama dan foto bersama sebelum kapal-kapal hias membawa kami ke laut untuk kemudian naik kapal besar. Jam 8.30 rombongan tur baru diberangkatkan. Molor 30 menit dari jadwal rundown.
Pelepasan Jelajah Krakatau dihadiri ibu kadis parekraf Prov. Lampung dan Asisten Gubernur Lampung
Doa bersama sebelum berangkat, semoga semua selamat. Aamiin.
Panitia mengatur kami dalam barisan sesuai nomor urut bus. Kami bus no 1 tentu di depan dong. Tapi saat akan dinaikkan ke kapal, yang dipanggil lebih dahulu bus no. 4. Kalian tahu siapa saja yang berada dalam bus no 4?
Saat itu saya tidak terlalu peduli siapa di bus no. 4. Toh semua bakal sama-sama berangkat dan naik kapal. Biar saja. Yang saya agak kesal selama di Pantai Pasir Ringgung adalah acara Ngumbai Lawok yang saya nanti-nantikan ternyata tak sedikit pun kelihatan batang hidungnya. Mana acaranya? Yang ada hanya deretan kapal hias di dermaga tanpa atraksi apa-apa kecuali mengantar kami ke tengah laut untuk kemudian dipindahkan ke kapal besar.
Saya kehilangan tontonan acara budaya berisi muatan lokal.
Antri barisan sih di nomor 1, sesuai nomor bus, tapi masuk perahu bus nomor 4 yang didahulukan :D
Kapal Peserta Jelajah Krakatau Ada 3 kapal yang disediakan panitia untuk mengangkut rombongan peserta. Terdiri 2 kapal fiber dan 1 kapal kayu. Ketika perahu-perahu hias mengantar kami ke kapal fiber, saya menduga kami semua akan diberangkatkan dengan kapal tersebut. Tapi dugaan itu salah. Saat kapal fiber sudah penuh, perahu berbelok arah, menuju kapal kayu yang sudah menunggu di sisi lain. Kami pun diantar ke kapal tersebut. Yang naik kapal kayu bukan hanya rombongan kami (10 blogger + Mas Yopie), tapi juga rombongan dari bus 4. Mas Farchan, Takdos dan kawan-kawannya, serta beberapa orang dari EO juga naik kapal kayu.
Saat akan turun dari perahu hias, ada dua teman yang berniat membawa jaket pelampung ke kapal kayu, tapi dicegah tukang perahu. Saya turut mencegah teman-teman membawa jaket tersebut karena saya pikir kapal kayu yang akan menyeberangi selat Sunda pasti sudah menyediakannya. Tapi lagi-lagi saya salah duga, di kapal kayu sama sekali tidak ada life jacket.
Perahu hias yang tugasnya cuma antar dari dermaga ke kapal besar dilengkapi jaket pelampung bagus. Tapi kapal besar yang angkut puluhan peserta menyeberangi samudera sama sekali tidak dilengkapi jaket pelampung. Hmm....
Perahu hias ini yang mengantar peserta ke kapal besar yang menunggu di tengah laut
Proses perpindahan penumpang ke kapal besar
Kapal yang disediakan panitia tahun ini bagus, seneng banget!
Tapi ternyata ada kapal kayu untuk angkut peserta ke Gunung Anak Krakatau
Saya tidak mempersoalkan naik kapal kayu. Tidur di atas papan beralas tikar, di dalam kolong kapal yang sempit (tidak bisa berdiri karena atapnya pendek), dekat mesin kapal dengan aroma bahan bakar yang tidak enak untuk dihirup, bisa saya terima. Toh keadaannya masih lebih baik dari kapal kayu yang pernah saya naiki saat Tour Krakatau tahun lalu. Dulu, kapal yang saya naiki, ukurannya panjang tapi kecil. Duduk di depan rame-rame, ga bisa berbaring. Kena panas, kena angin, dan kena cipratan ombak. Kalau sekarang lebih besar dan lebar. Bisa masuk rame-rame, tidur-tiduran, ga kepanasan. Sedikit lebih enak.
Sebelum naik kapal besar, kami sempat diajak melihat musola terapung yang ada di pojok kanan gambar
Ini kapal BKSDA, bukan kapal untuk angkut peserta Jelajah Krakatau
Buat saya pribadi, naik kapal kayu lagi tidak apa. Tidak ada rasa iri pada mereka yang naik kapal fiber. Yang ada adalah kengerian mengarungi samudera tanpa ada satu pun alat keselamatan.
Jika terjadi apa-apa di lautan, mau salahkan siapa? Salah saya dan kawan-kawan karena mau saja tetap berangkat padahal sudah tahu keadaan tanpa jaket pelampung itu berbahaya. Salahnya kami merasa aman karena mengira bakal ada kawalan dari polair sepanjang perjalanan. Padahal ternyata selama penyeberangan berjam-jam itu tidak ada kawalan sama sekali. Jatah Makan di Kapal Rasa ngeri tinggal ngeri, kapal tetap melaju membawa kami. Ada yang naik atap, duduk-duduk di atas sepanjang perjalanan. Ada yang tidur dan sekedar baring-baring di dalam kapal. Ada yang duduk di depan ruang kemudi menghalau galau sambil ngobrol ngalor ngidul.
Adis Takdos duduk di atap kapal bersama kawan-kawan
Mbak Rosanna dan Mas Yopie membunuh bosan di depan ruang kemudi
Pukul 9.43, empat jam sebelum sampai di kepulauan Gunung Krakatau
Rombongan blogger imut-imut santai bareng di dalam kapal kayu, asik yaaa *Foto: Omnduut*
Selain para blogger imut dari bus nomor 1, ada mas Farchan dkk dari bus nomor 4 dalam satu kapal kayu *Foto: Yopie Pangkey*
Ada satu speedboat panitia datang mengantar makanan ke kapal kami. Konon menurut saksi mata, saat ditanya jumlah orang di dalam kapal, dijawab oleh ABK sekian (saya lupa jumlah tepatnya). Jumlah yang disebut ABK adalah jumlah penumpang, bukan jumlah termasuk ABK. Misal nih ya, rombongan peserta berjumlah 25, si ABK menyebut 25. Tidak termasuk 5 ABK. Nah, panitia sempat memastikan untuk ga salah hitung, sempat menambah kotak nasi, tapi ditolak dan yakin bahwa jumlah yang akan makan ada 25 saja. Kenyataannya? ABK juga turut makan, sehingga 5 peserta tur tidak kebagian! Dan yang tidak kebagian itu adalah blogger rombongan kami: Arie, Maman, Hari, Yayan (karena mereka tidur selama perjalanan). Termasuk Mas Yopie juga tidak kebagian.
Andai dihitung sejak awal, peserta diatur naik kapal, nasi-nasi dimasukkan ke kapal sebelum berlayar, kekurangan jatah makan tentu tidak terjadi.
Saya dapat jatah makan, tapi nasi kotak bertuliskan Puti Minang itu tidak saya makan karena keras (seperti mentah). Buah semangkanya sudah asam. Akhirnya, daripada perut kosong, ayamnya saya suir-suir, saya makan sedikit. Tidak habis, kotak itu saya tutup lagi, saya taruh di dalam kapal. Jika nanti lapar, akan saya makan. Tapi saya tidak merasa lapar sampai saat kapal berlabuh di kepulauan gunung berapi Krakatau (kenyang makan coklat dan biskuit).
Gunung Anak Krakatau akhirnya kelihatan, tak lama lagi kami sampai, oh senangnyaaaaa
Berkunjung ke Laboratorium Alam Setelah 5 jam perjalanan mengarungi lautan, akhirnya kami melihat daratan. Senyum sumringah mulai teruntai di wajah-wajah yang mengandung lelah, kantuk, dan lapar. Puncak Gunung Anak Krakatau seperti membangunkan semangat para petualang. Selamat datang kembali di gunung berapi yang pernah mengusik dunia.
Apa yang dilakukan teman-teman dari rombongan kami sesampainya di daratan?
Mencari toilet untuk buang air kecil yang ditahan selama 5 jam. Maklum di kapal tidak ada toilet. Toilet di dekat posko ternyata tidak bisa digunakan, akhirnya pada gantian kencing di dekat sumur. Satu-satu, dan itu makan waktu. Orang kebelet pipis tidak mungkin dihalangi.
Teman-teman muslim sholat. Wudhunya gantian. Dan itu lama. Orang beribadah harus diberi waktu.
Mas Yopie menemui panitia/EO, menanyakan jatah makan barangkali masih ada. Saya dengar sendiri Mas EO menjawab akan mencarikannya. Setelah dicari ternyata tidak ada. Habis. Mas EO memberi solusi dengan memasak nasi dan lauk pauknya di pos BKSDA. Ok, kami terima solusinya.
Tanpa santai-santai, yang sudah sholat dan buang air kecil langsung disuruh jalan
Teman-teman yang sudah kelar kencing dan shalat langsung disuruh pergi mendaki gunung oleh Mas Yopie. Saya lihat sendiri saat itu Mas Yopie agak keras memberi perintah, termasuk kepada mbak Rosanna yang usianya di atas Mas Yopie (hehe awas kualat mas). Saya tahu Mas Yopie bermaksud tegas, bukan tega. Mungkin biar tidak ada waktu yang terbuang percuma. Ngejar waktu juga karena saat itu sudah jam 2 siang.
Makanan yang dimasak di pos BKSDA ternyata lama baru kelar karena bahan-bahan baru akan diolah. Akhirnya, daripada menunggu lama, 5 orang yang belum makan tetap naik gunung dengan perut kosong.
Mulai naik... *mas Yopie dan pendamping dari BKSDA*
Rombongan kami baru naik saat yang lain mulai turun
Saat baru mulai naik gunung, rombongan lain yang sudah lebih dulu sampai, justru sudah mau turun. Jadi, kami naik, mereka turun. Saat baru naik, perintah turun dikumandangkan lewat toak. Alamak. Tapi teman-teman tetap naik, diikuti salah satu personel dari BKSDA. Jika saya, Dian, Riant, dan Mas Yopie cuma sampai seperempat pendakian, maka mbak Rosanna, Yayan, Maman, Arie, Hari, mbak Lina, dan Mas Indra berhasil mendaki sampai puncak pertama. Hore!
Cuaca siang itu sangat terik. Pasir-pasir dan bebatuan yang terhampar di permukaan lereng gunung terasa amat panas. Tetapi di atas sana, pemandangan yang tersuguh amatlah memesona. Pulau Panjang, Pulau Sertung, dan Gunung Krakatau Tua (ibunya Gunung Anak Krakatau) dikelilingi hamparan laut biru. Langka ada tempat seperti ini bukan? Laut dan gunung berapi bisa berada dalam jarak dekat. Turun gunung ketemu laut, sampai di darat langsung ketemu gunung.
Di sini, di gunung berapi yang pernah mengusik dunia
Bersama Adis Takdos, blogger kece baik hati dan tidak sombong
Kawasan ini bukanlah tempat wisata yang bisa dikunjungi sesuka hati, melainkan kawasan cagar alam yang harus dilindungi dan hanya bisa dimasuki dengan ijin khusus.
Satu pesan yang mesti pengunjung ingat adalah: Biarkan apa yang ada di laboratorium alam ini berposes dengan sendirinya, jangan ikut campur….
Blogger undangan dispaekraf bertemu dan berbaur dengan blogger undangan EO di Gunung Anak Krakatau
Pukul 15.32 - Arie Goiq turun gunung tetap ceria meski belum makan siang
Hari, blogger babel yang tidak kebagian jatah makan ini pun tetap semangat turun gunung tanpa pingsan :D
Indra Pradya (www.duniaindra.com) - Blogger hits Lampung ini turun gunung pakai lari!
Naik gunung bareng fotografer andalan :D
Jadi rombongan blogger terakhir yang turun gunung
Kembali Naik Kapal Kayu Kegiatan mendaki berakhir jam 3 sore, semua sudah turun, dan rombongan kami menjadi yang terakhir meninggalkan jejak di GAK hari itu. 30 menit kemudian kami sudah di bawah, di pelataran gunung, dekat pantai. Saat yang lain bergegas menaiki kapal, kami bergerak ke arah posko BKSDA. Menemani 5 teman yang belum makan sejak siang. Sebagian ada yang sholat, yang lainnya kencing.
Tiba-tiba mas EO memanggil, menawarkan kami untuk naik kapal fiber. Kami disuruh bergerak ke pantai agar nahkoda melihat keberadaan kami. Mendengar tawaran baik itu, langsung kami sambut gembira. Saya beritahu yang lain agar memanggil teman-teman yang sedang makan. Syukurnya sudah pada makan, hanya mas Yopie baru tiga suap. Demi ikut naik kapal fiber, makanannya ditinggalkan.
Tapi sayang, ketika kami sudah berlarian menunggu di pantai, kapal itu pergi tanpa pernah kembali. Sekoci yang datang tidak mengantar kami ke kapal tersebut, melainkan ke kapal kayu seperti yang kami naik saat pergi. Gagal deh naik kapal besar dan cepat.
Foto bareng dulu di pelataran Gunung Anak Krakatau, sementara rombongan lain berebut naik kapal besar
Mbak EO yang melihat kami ditinggal, meminta maaf pada kami. Dia bilang, kapal fiber itu sudah penuh. Rombongan yang awalnya satu kapal dengan kami saat pergi, sudah naik kapal fiber itu dan bikin kapal itu kelebihan muatan. Jika kami dipaksakan masuk juga, akan makin kelebihan. Alasan yang masuk akal.
Tapi kalau saya perhatikan, antara mas EO dan Mbak EO ini tidak seiring sejalan. Mas EO meminta kami bergegas masuk kapal fiber, sementara mbak EO tahu itu tidak mungkin. Akibatnya kami terjebak pada dua orang yang saling tidak paham kondisi. Kalau kapal sudah penuh, mestinya nahkoda tidak ijinkan orang lain naik lagi. Kalau sudah tahu kelebihan muatan, mestinya mbak EO larang mas EO suruh kami naik. Kalau akhirnya tetap pulang dengan kapal kayu, mending sedikit santai agar Mas Yopie bisa selesaikan makannya dengan baik. Itu aja sih.
Sesaat setelah ditinggal kapal fiber, tetap ceria kendati kecewa :D *capt. dari video Maman*
Secepat apapun kami berpacu dengan waktu, keadaanlah yang membuat kami tetap tertinggal. Sungguh ingin kami pulang cepat, bergabung dengan yang lain naik kapal bagus dan cepat, tapi jika keadaannya tidak memungkinkan, apa harus dipaksakan?
Pasrah sambil tetap membangkitkan semangat dalam diri, itu yang kami lakukan saat itu. Akhirnya, kebersamaan yang membuat kami kuat. Rasa setia kawan yang membuat kami tetap berani menaiki kapal kayu itu kembali. Tak ada tangis.
Kalian tahu rundown yang dibuat EO?
Jam 10.30 kami dijadwalkan tiba di Krakatau. Kenyataannya kami tiba di Krakatau itu jam 14.00. Jam 14.30 kami dijadwalkan berada di Pulau Sibesi. Padahal jam 14.30 itu kami baru mendaki GAK. Jam 17.30 kami dijadwalkan sudah kembali ke Pantai Sari Ringgung. Nyatanya, jam 16.00 kami baru berlayar meninggalkan kepulauan Gunung Krakatau. Saya percaya, semua jadwal kegiatan sudah dipikirkan matang-matang dan melalui diskusi panjang, tapi tentu semua akan sesuai jadwal jika pembuat rundown tahu kondisi di lapangan.
Lain rundown, lain kenyataan
Petualangan Sesungguhnya Baru Dimulai Nahkoda kapal tersenyum, mencoba menghibur kami yang tidak jadi naik kapal fiber. Melihat itu, hilang kesal yang tadi sempat ada. Sore itu saya naik ke atap kapal, mencoba menikmati suasana jelang senja bersama Mas Yopie, Mas Indra, Hari, Maman, dan Mbak Rosanna. Di atas atap kapal, goyangan kapal tidak terlalu terasa. Badan jadi lumayan segar.
Jelang magrib, gelombang terlihat tinggi. Saya perkirakan sekitar 1,5 meter. Nyali saya langsung ciut. Bayangan buruk mulai menghantui. Tiba-tiba teringat film-film badai di laut, Perfect Storm yang diperankan George Clooney. Langsung merinding. Saya berkali-kali bertanya pada mas Yopie tentang keadaan saat itu apakah aman, katanya aman. Dia pernah hadapi yang lebih seram dari itu, air laut sampai masuk kapal. Kapalnya tidak apa-apa.
Naik kapal kayu lagi, nikmati...*Gunung Krakatau tua, Pulau Sertung, dan Gunung Anak Krakatau di latar belakang*
Bisa jadi kengerian yang saya lihat karena saya tidak biasa berada dalam kondisi seperti itu. Tapi siapa yang tidak ngeri mengingat kapal ini tidak punya satu pun pelampung. Jika digulung badai, apa yang akan terjadi? Gerimis tiba-tiba turun. Kami bergegas turun masuk kapal. Hujan membuat rasa takut makin menjadi. Saat itu saya teringat pak nahkoda berkata bahwa rute pulang akan beda dengan rute pergi. Katanya dia akan lewat perairan dekat pulau, lebih jauh tapi aman. Ya semoga saja aman.
Lelah, perjalanan pulang masih panjang, tidur saja....
Malam, hujan deras, keadaan jadi kian mencekam. Air menetes ke dalam kabin. Beberapa teman yang sedang tidur langsung pindah tempat. Satu lampu kecil yang tidak cukup untuk menerangi seisi ruang kapal membuat saya tidak bisa melihat dengan jelas. Alangkah lamanya kami sampai. Entah pada jam ke berapa ketika kapal bertanya arah pada kapal lain, rupanya kapal kami kehilangan arah. Ya Tuhan pantas saja kapal tanpa GPS ini tidak sampai-sampai. Mau hubungi siapa jika tersesat? Sinyal tidak ada.
Perut lapar, dingin, terombang-ambing berjam-jam, membuat kekuatan saya untuk bertahan menurun jauh. Kepala mulai pusing, isi perut seperti diaduk-aduk, mual dan bikin muntah berkali-kali. Tapi kantong plastik yang saya tadahkan di mulut tidak terisi muntah. Bagaimana mungkin ada yang bisa dimuntahkan kalau perut kosong? Yang ada asam lambung naik dan bikin mulut terasa pahit ga habis-habis. Saya mulai tidak percaya pada diri sendiri apakah akan kuat menghadapi keadaan saat itu.
Pukul 18.56, suasana remang dalam kapal, di luar hujan, angin kencang, gelombang besar...
Ada yang saya yakini bahwa kami pasti kembali ke daratan dengan selamat meski tidak tahu kapan akan menemukan daratan. 6 jam bukan waktu yang sebentar untuk perjalanan yang harusnya bisa ditempuh dengan waktu yang lebih pendek dari itu.
Sekitar jam 9.30 malam kapal berhenti di tengah laut. Sebuah perahu datang menjemput, lalu mengantar kami kembali ke daratan. 1 jam kemudian kami pun tiba di Pantai Sari Ringgung. Orang-orang menanti dengan beragam ekspresi. Sekelebat ucapan terdengar...
“Hampir ke Pahawang” “Alhamdulillah selamat” “Hampir hilang…” “Tidak bisa dihubungi...” Saya tak berani menyimpulkan apa-apa selain menduga bahwa telah terjadi kecemasan besar atas keadaan kami.
Di dalam bus, saya mendengar obrolan seorang wartawan perempuan. Kaget saya dibuatnya, ternyata kepanikan atas kapal kami yang tidak muncul-muncul telah membuat seseorang menghubungi bazarnas dan kapolda. Ternyata segawat itu?
Kecemasan-kecemasan itu adalah bentuk perhatian dan keprihatinan. Adakah yang punya rasa dan pikiran sebaliknya?
Jam 12 malam kami baru makan.
Alhamdulillah makan
Malam bergulir, berganti hari. Cerita pun mengalir, tumpah sebagai luapan rasa. Kondisi tak sedap terceritakan, sesuai dengan apa yang terjadi. Bisa jadi sebagai bentuk luapan emosi. Bisa juga sebagai jawaban atas kegelisahan orang-orang yang menanti kepulangan kami.
Malam itu, sebuah perjalanan tak terlupakan memenuhi ruang kenangan. Entah sampai kapan akan membekas dalam ingatan.
Tidak pernah terlintas di pikiran, apalagi ingin mengalami kejadian tak mengenakkan. Tapi kalau sudah terjadi dan tak bisa dihindari lantas harus apa? Kalau ada yang menganggap saya kapok ikut Jelajah Krakatau, itu salah besar. Kejadian yang saya alami justru membuat saya makin kuat, makin berani, dan makin menyayangi sahabat-sahabat yang menjadi teman perjalanan saya.
Memaknai Perjalanan Jelajah Krakatau Nuansa jelajah pada Jelajah Krakatau kali ini benar-benar terasa. Seperti diajak ‘menjelajah’ segala rasa; rasa takut, rasa cemas, rasa lapar, rasa marah, rasa sayang, rasa kesal, rasa sedih, rasa sakit. Semua rasa itu hadir untuk diambil hikmahnya. Mungkin kami diberi rasa itu agar punya cerita berbeda dari mereka-mereka yang sama-sama pernah pergi ke Gunung Anak Krakatau.
Mungkin kami spesial. Makanya diberi kejadian spesial. Berprasangka baik itu indah.
Barangkali juga, lewat kejadian ini, kami diajak untuk merenungi keadaan super parah saat Gunung Krakatau menggelegar membangunkan penduduk planet. Di mana ledakannya setara 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II. Getarannya terasa sampai Eropa dan letusannya terdengar hingga sejauh 4.653 kilometer sampai Australia dan Afrika. Sebuah bencana besar yang merubah sebagian wajah bumi. Mengakibatkan Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan lenyap, setengah kerucut Gunung Rakata hilang. Terjadi gelombang tsunami setinggi 40 meter yang mengakibatkan puluhan ribuan penduduk tewas. Langit separuh bumi gelap gulita selama dua hari. Debu vulkanisnya menutupi atmosfer bumi, menyebabkan perubahan iklim global sampai setahun berikutnya.
Mengenang. Merenung.
Alam itu kuat, untuk itu jangan pernah menyombongkan diri di hadapannya. Di sisi lain, alam pun sangat mungkin ditaklukkan, asal mampu menyelaraskan diri terhadapnya. Jelajah Krakatau adalah perjalanan penuh tantangan. Menjaga kesehatan badan dan memperhatikan keselamatan adalah hal penting. Hal ini berlaku untuk semua orang, baik peserta maupun penyelenggara.
Jangan takut Jelajah Krakatau. Apapun kejadian yang dialami, pahit atau manis, memberi warna bagi perjalanan. Manisnya indah untuk dikenang, pahitnya tak ingin terulang.
Sebuah pengalaman tak terlupakan dari perjalanan Jelajah Krakatau. Terima kasih sudah membuat kami makin kuat dan solid!
Event ASUS Zenvolution Indonesia yang digelar di Bali pada tanggal 7 – 8 September lalu meninggalkan keriaan yang belum bisa hilang dari ingatan. Hadir di acara spektakuler ini bukan sekedar memperkenalkan saya pada lini produk unggulan ASUS berupa ultrabook, convertible, dan smartphone terbaru saja, tetapi juga mempertemukan saya dengan orang-orang baru maupun teman lama yang datang dari berbagai kota di Indonesia.
Ada 800 undangan yang hadir dalam event ini, terdiri dari para distributor, dealer, partner, dan rekan-rekan media serta komunitas ASUS Indonesia dari berbagai daerah. Lokasi acara bertempat di kawasan mewah dan private di Bali yakni Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Para undangan diinapkan di hotel mewah, di kamar-kamar tidak murah. 800 Zenfone 3 dibagikan. 800 kursi disiapkan di meja-meja yang menghidangkan jamuan bintang 5. 800 tiket pulang pergi dengan maskapai Citilink, Air Asia, Garuda, dan Lion dipesan untuk memberangkatkan dan memulangkan para undangan dari dan ke kota asal. Disediakan hadiah uang senilai total Rp 109 juta untuk peserta pemenang Incredible Race. Dua artis terkenal bintang iklan ASUS Zenfone 3, Joe Taslim dan Bunga Citra Lestari, dihadirkan saat acara launching dan gala dinner. Busana-busana glamor karya desainer ternama, Sebastian Gunawan dan Deni Wirawan dikenakan para model saat memamerkan produk terbaru ASUS di atas panggung.
Luar biasa.
Sebuah event meriah dan sangat spektakuler yang dibalut dengan kesan mewah dan elegan, menggambarkan karakter dari ASUS Zenfone 3 Series. Tak heran jika event Zenvolution diklaim sebagai ajang terbesar tahun ini yang digelar oleh perusahaan smartphone yang ada di Indonesia.
Terminal 1C, Soeta airport, bareng Afifah, Andre, dan Terren
Rombongan Media dari Jakarta Saya sempat merasa tidak percaya bakal menjadi bagian dari event ASUS Zenvolution. Ketika datang email berisi undangan resmi dari ASUS Indonesia dan tiket pesawat ke Bali yang bertuliskan nama Katerina.S, saya mulai yakin bahwa saya memang sedang tidak bermimpi.
Boleh kan merasa seperti bermimpi dapat rejeki tidak sedikit dari ASUS?
“Ah, biasa aja kali. Segitu mah biasa…biasaaa…” sekelebat ucapan terdengar.
Duh, kamu. Buat saya ini spesial lho. Bayar sendiri dan pergi sendiri justru biasa. Lha ini dibayarin, tinggal terbang enak, tidur dan makan enak, kerja enak, dapat hadiah enak, ketemu banyak teman dan orang baru, dan yang pasti dapat pengalaman baru. Apanya yang biasa? Mau kalau disuruh balikin biaya sekian puluh juta yang sudah digelontorkan panitia untuk mengikuti acara keren ini? Hihi…
Makasih banget ASUS Indonesia atas undangannya. September benar-benar ceria…
Rabu pagi tgl. 7/9 saya sudah semangat banget buat pergi. Jadwal berangkat pesawat Citilink-nya sih pukul 7.35, tapi saya sudah di bandara sejak jam 5. Sengaja pagi biar ga telat. Jangan sampai ketinggalan. Pokoknya acara launching jam 2 siang harus dikejar.
Satu pesawat dengan Mira Sahid
Dalam selembar kertas berisi 19 nama media yang akan berangkat bareng, saya hanya mengenal nama Petrus Andre, blogger yang sama-sama pernah diundang menginap di Trizara Resort Bandung. Di terminal 1C, ternyata saya tidak hanya bertemu Andre, tapi juga bertemu Afifah (blogger yang pernah keTrizara juga), Aldy Terren, Dian, dan Askar. Surprise banget ketemu Terren. Sudah lama tahu Terren, blog saya bahkan pernah di-review di blognya, eh ternyata sekarang satu rombongan pergi ke acara ASUS. Selain Terren, ada Mira Sahid (founder KEB) juga. Huaa….blogger kawakan pada kumpul!
Di pesawat Citilink yang saya naiki, ada sekitar 37 undangan yang berangkat bareng ke Bali. Rame! Selain blogger, ada para wartawan media cetak/online/TV juga, termasuk dua orang yang duduk di sebelah saya, Wisnu (JakTV) dan Isni (media online).
Sesaat setelah pesawat Citilink mendarat di bandara Ngurah Rai Denpasar
Membludak di Bandara Ngurah Rai Turun dari pesawat, kami nggak langsung cus naik bus lalu keluar terminal, melainkan kumpul dulu di depan toko/kafe Roti O. Di sana ada proses registrasi ulang, pengambilan name tag, pembagian Guide Book Zenvolution dan Guide Book Incredible Race. Kedua buku ini sangat berguna bagi saya karena berisi informasi hotel, bus, agenda acara, denah tempat acara, dan berbagai petunjuk lainnya untuk para peserta. Infonya dibuat lengkap, mungkin biar kami tidak perlu bingung lagi soal tempat dan jadwal kegiatan. Kalau sampai bertanya-tanya lagi, kasihan panitia dong ya, pasti repot meladeni 800an orang.
Saya salut lho sama tim ASUS. Persiapannya bener-bener keren. Para undangan tak hanya diberi fasilitas tapi juga kemudahan dalam menggunakan fasilitas.
Dalam ID Tag tiap peserta sudah berisi nama lengkap, nama media/blog, kode grup, warna kursi, nomor team Incredible Race, sampai nomor meja saat gala dinner pun tertera. ID Tag dilengkapi barcode yang mesti di-tap saat memasuki BNDCC, saat registrasi lomba foto malam, dan pengambilan goodie bag (Zenfone 3). Tanpa ID Tag ini, peserta tidak dapat memasuki lokasi acara, tidak dapat mendaftar lomba, dan tidak bisa mendapatkan smartphone.
Suasana antri registrasi di depan Roti O, di bandara Ngurah Rai
Perlengkapan yang didapat saat di bandara: ID Tag, 2 guide book, baggage check Courtyard Marriot
Suasana di tempat pendaftaran ulang sangat ramai. Masing-masing dengan barang bawaannya. Sempat gempor juga sih menggendong ransel besar penuh barang. Untungnya tas-tas pakaian bisa dititipkan di bus yang nantinya akan dibawa ke hotel. Lumayan banget buat mengurangi keribetan saat menghadiri launching di BNDCC.
Oh ya, di bandara Ngurah Rai inilah saya mulai bertemu dengan beberapa teman blogger dari daerah lain. Ada Primastuti dkk nya dari Jogja, ada juga Nurul Noe yang sudah tiba lebih dulu dengan pesawat yang lebih pagi dari saya.
Setelah proses registrasi, saya dan Mira mendapat bus nomor 5. Dengan bus inilah saya dan kawan-kawan media lainnya dari Jakarta berangkat bareng ke BNDCC.
Bertemu di bandara, di lokasi pendaftaran ulang :D *Foto Primastuti Satrianto*
Bertemu Banyak Blogger dan Makan Siang Bareng di BNDCC Sekitar jam 12 kami tiba di BNDCC. Di sana sudah ramai. Kami bergegas masuk dengan nge-tap ID Tag terlebih dahulu. Dari luar tampak kawan-kawan blogger sudah berkumpul dan menunggu di dalam. Ada Mbak Uniek, Dewi Rieka, Rahmi Aziza, dan Pungky. Semuanya dari Semarang.
Ada pula manda (Ima), mbak Susi Erna, Widyanti Yuliandari, Ihwan, Evrina, Noe, Shintaries, Oline, Astari, Sandy, Jumadi, Bai Ruindra dll. Senang sekali bertemu mereka di tempat ini.
Makan siang dulu
Mau salmon?
Makan siang ala buffet sudah terhidang. Kawan-kawan yang tiba lebih dulu sudah makan. Berhubung saya sudah merasa lapar sejak pertama tiba di bandara Ngurah Rai, saya langsung ajak Mira makan. Alhamdulillah siang itu bersantap dengan menu-menu ala restoran bintang lima yang tak diragukan lagi kelezatannya.
BNDCC terletak di Kawasan Nusa Dua Blok NW/1 (BTDC), Bali. Bangunannya besar, megah dan indah. Mira Sahid cerita ke saya, dulu ia pernah berada di BNDCC ini saat menghadiri acara oriflame. Kalau saya lihat, BNDCC ini memang cocok banget untuk acara-acara besar yang dihadiri oleh banyak tamu undangan. Tapi sewanya pasti mahal ya.
Demo area
Toilet dan musola di gedung ini terdapat di lantai 2. Toiletnya banyak dan bersih. Musolanya juga besar, saya perkirakan bisa menampung dua sampai tiga ratusan orang yang akan sembahyang. Nyaman banget tempat solatnya. Buat yang ingin mengadakan wedding party di Bali, BNDCC ini recommended banget deh. Kapasitasnya itu lho, gede banget.
Di lantai dasar, di lobi timur, dijadikan demo area produk ASUS yang hari itu akan dilaunching. Saya dan kawan-kawan yang melintasi area ini sempat numpang foto-foto. Mumpung sepi he he.
Yeay yeay incredible is now
Pada kumpul di buffet area
ASUS memboyong banyak produk baru, makanya ruang pamer penuh oleh produk-produk Zenfone 3 dan Zenbook 3. Padahal tidak semua produk tersebut langsung dipasarkan pada bulan September tahun ini. Ada beberapa tipe Zenfone 3 dan Zenbook 3 yang baru akan dipasarkan pada bulan Oktober, Nopember, dan Desember. Selain smartphone dan laptop, produk Zenpower (power bank) dan aneka aksesoris seperti casing HP dan lainnya juga dipajang di sini.
30 menit jelang jam 2 siang kami mulai siap-siap untuk press launch di Nusa Dua Hall 1-5. Tapi sebelum itu, kami menyempatkan foto bareng dulu di photo booth yang sudah disediakan. Lumayan difoto gratis dan langsung dapat cetak gratis he he.
Photo bareng di depan foto Joe Taslim dan BCL yang ditutupi kain :D
Thanks ASUS sudah mempertemukan saya dengan kawan-kawan blogger dari berbagai kota *Foto: Primastuti.S*
Nah, seperti apa acara press launch yang sudah dinanti-nanti itu? Tunggu sambungannya di postingan saya berikutnya.
Apa yang ditunggu-tunggu di hari Rabu tgl. 5 September 2016 itu akhirnya tiba. Semua undangan yang memadati buffet area bergerak ke arah pintu masuk Hall Nusa Dua 1-5 gedung Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC). Ada yang lewat pintu sebelah kiri, ada yang melalui pintu sebelah kanan. Antrian masuk padat dan panjang. Sementara ruang di dalam sana terlihat remang-remang, berasa sedang antri hendak masuk bioskop. Bedanya ini bukan mau nonton film, tapi menyaksikan peluncuran seluruh rangkaian produk mutakhir ASUS dalam event yang bertajuk Zenvolution. Produk-produk yang akan diperkenalkan tersebut berupa ultrabook generasi ketiga, notebook 2-in-1 terbaru dan juga smartphone mutakhir yang sangat ditunggu-tunggu kehadirannya oleh khalayak.
Press launch dibuka dengan dentuman dua drummers cewek..bum...bum
Megah! Itulah kesan pertama yang saya rasakan ketika memasuki ruangan tempat berlangsungnya acara. Panggung, cahaya dan suara ditata begitu apik. Dentuman drum yang ditabuh dua perempuan cantik, menjadi pembuka acara. Irama musiknya asik banget, bikin kaki dan badan spontan pingin gerak. Ini acara konser musik atau peluncuran produk smartphone bukan sih? Haha.
Kamera DSLR di tangan nggak henti jeprat sana jepret sini. Wifi kamera sudah disetel, tiap foto langsung masuk HP. Sambil jepret, sambil ngetuit dan update status. Biarpun asik menikmati hentakan musik, tetap ya ingat tugas hihi. Saya orangnya gitu, update sosmed sukanya pakai foto. Dan fotonya sebisa mungkin pakai hasil jepretan DSLR. Belum PD euy kalo pakai jepretan kamera ponsel. Maklumlah HP KW wkwk. Pun ga puas.
Nah kabarnya nih ya, ASUS Zenfone 3 Built for Photography yang bentar lagi akan di-launch bakal memberi kepuasan pada hasil foto. Wuiih…beneran? Jadi ngiler kan… *ambil kanebo.
Okay, mari kita lihat dan saksikan bersama-sama ya pemirsa.
Jerry Shen, Chief Executive Officer ASUS
Tanpa berpanjang-panjang waktu, usai dentuman drum duo cewek cantik yang bikin saya terpukau, Jerry Shen, Chief Executive Officer ASUS naik ke atas panggung. Nah, beliau inilah yang memperkenalkan seluruh rangkaian produk mutakhir ASUS. Dua produk pokok yang diperkenalkan oleh Jerry berupa Zenfone 3 series dan Zenbook 3 series.
Seri ZenFone 3 telah menjadi sensasi global saat diperlihatkan pertama kali pada publik di ajang Computex 2016. Sedangkan ZenBook 3 merupakan notebook premium dan prestisius, dengan body ultra tipis yakni 11,9mm namun dengan prosesor Intel Core i7. Adapun Transformer 3 Pro didesain untuk mengubah definisi komputer 2-in-1 dengan mobilitas tertinggi, ekspansi yang luas, serta kemudahan input.
ZENFONE 3 Lini smartphone ASUS ZenFone 3 terdiri dari : ZenFone 3 Deluxe ZenFone 3 Ultra ZenFone 3 ZenFone 3 Max ZenFone 3 Laser
Versi ultimate dari ZenFone 3, yakni Deluxe, merupakan wujud ekspresi ASUS terhadap teknologi smartphone, yakni dengan desain metal serta invisible antena yang mengombinasikan estetika premium dan performa luar biasa.
ZenFone 3 Ultra, smartphone untuk pecinta multimedia, dilengkapi dengan image processing sekelas televisi defisini tinggi. Varian ZenFone 3 merupakan smartphone sehari-hari uang didesain dengan sudut melengkung, diperkuat lapisan antigores Corning Gorilla Glass serta sudut berkontur 2.5D.
ZenFone 3 Laser merupakan smartphone dengan kamera 13MP yang diperkuat sensor Sony IMX214 serta fitur color correction dengan laser auto focus ultra cepat mencapai 0,03 detik. Smartphone ini cocok untuk pecinta fotografi. Adapun ZenFone Max memiliki baterai berkapasitas besar yakni 4130mAh yang juga dapat difungsikan sebagai powerbank.
Zenfone 3 series dipamerkan dalam fashion show busana karya Sebastian Gunawan
ZENBOOK 3
Sebagai notebook premium dan mewah, ZenBook 3 menawarkan performa tertinggi untuk sebuah ultrabook. Dengan ketebalan hanya 11,9 milimeter, ia sudah diperkuat oleh prosesor kelas atas yakni Intel Core i7 generasi terbaru.
Transformer 3 Pro adalah komputer mobile paling serba guna saat ini, sementara Transformer 3 memberikan definisi baru untuk sebuah perangkat 2-in-1. Keduanya diperkuat oleh kemampuan ekspansi yang luas dengan berabgai aksesoris yang disediakan. Antara lain adalah ASUS Universal Dock, ASUS AudioPod, ROG Station 2 yang VR/4K UHD ready serta ASUS Pen.
Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia bergabung bersama Jerry Shen untuk merayakan kolaborasi inovasi jangka panjang antara ASUS dan Intel, mengatakan, "Selama hampir tiga puluh tahun, Intel dan ASUS telah berkolaborasi menghadirkan PC yang luar biasa inovatif dan perangkat lainnya ke pasar. Dengan gembira, kami melanjutkan kolaborasi itu pada ZenBook dan keluarga Transformer 3 terbaru, termasuk yang menggunakan prosesor Intel Core generasi ke-7."
"Didesain untuk konektivitas internet yang luar biasa, prosesor terbaru kami mematok standar yang tinggi untuk pengalaman yang kaya, responsivitas dan performa luar biasa, serta hiburan ultra HD 4K yang sebenarnya dalam perangkat-perangkat mengagumkan untuk digunakan di rumah, di kantor, ataupun di perjalanan. Kami siap bekerjasama dengan ASUS untuk menghadirkan lebih banyak inovasi PC ke pasar," sebut Nugraha.
Zenbook 3 series tampil bareng fashion show busana karya Deni Wirawan
Lebih Jauh tentang ASUS ZenFone 3 Deluxe Pertama di Dunia dengan Full-Metal dan Invisible Antenna Design ZenFone 3 Deluxe menggunakan chassis unibody aluminim-alloy yang sangat tipis dan merupakan smartphone unibody berbahan metal pertama di dunia dengan invisible-antenna design untuk penangkapan sinyal terbaik. Desain ini mampu sedemikian rupa mengintegrasikan antena sehingga menghilangkan garis dan jeda yang mengurangi keindahan body metalnya.
ASUS ZenFone 3 Deluxe menggunakan komponen berspesifikasi tertinggi dan merupakan wujud terbaik dari ASUS ZenFone yang pernah ada. ASUS ZenFone 3 Deluxe merupakan smartphone pertama di dunia yang telah menggunakan prosesor octa-core terbaik saat ini yakni Qualcomm Snapdragon 821. Dengan kecepatan 2,4GHz, prosesor kelas berbasis arsitektur Kryo ini merupakan prosesor smartphone 14 nanometer yang paling bertenaga.
RAM 6GB
Dikombinasikan dengan GPU sekelas PC desktop yakni Adreno 530 yang berjalan pada kecepatan 624MHz, smartphone ini juga punya RAM ekstra lega, sebesar 6GB. Dari sisi konektivitas, sebuah chip X12 4G LTE modem Category 12 yang juga mendukung three-carrier aggregation (3CA) yang menawarkan kecepatan hingga 600Mbps.
ZenFone 3 Deluxe disertai RAM sebesar 6GB, jauh lebih besar dibandingkan dengan RAM smartphone rata-rata saat ini. RAM sebesar itu membuatnya mampu membuka dan berpindah antar aplikasi dengan lebih pesat, menjalankan game Android terberat sekalipun dengan mulus, dan membuat sejumlah aplikasi bisa tetap berjalan di background tanpa hambatan.
Pegang-pegang Zenfone 3 Deluxe...siapa tahu nanti punya versi ultimate ini :D
RAM sebesar itu dilengkapi oleh media penyimpanan internal yang sangat cepat berbasis UFS 2.0 sebesar 256GB. Sebagai gambaran, media penyimpanan berbasis UFS 2.0 menawarkan kecepatan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan jenis memori eMMC 5.1 yang umum digunakan pada smartphone masa kini.
Adapun kapasitas sebesar 256GB membuat smartphone ini menjadi smartphone dengan penyimpanan internal paling besar, bahkan bisa jadi lebih besar dibandingkan dengan penyimpanan internal notebook. Pengguna bisa menyimpan sangat banyak konten berkualitas tinggi misalnya 30 film FullHD atau sekitar 100 ribu foto dengan resolusi 23MP. Jika tidak cukup, pengguna juga bisa memperluas penyimpanan lewat slot Micro SD jika ia tidak menggunakan dua buah SIM card. Untuk kapasitasnya, slot tersebut mampu menampung hingga 2TB.
ASUS ZenFone 3. Lincah, Indah, Cerah Seri ZenFone 3 hadir dengan desain terbaru yang menggunakan material premium, teknik konstruksi baru dan detail desain yang jenius. ZenFone 3 punya bezel yang sangat tipis untuk mengoptimalkan screen-to-body ratio, sehingga membuatnya sebagai salah satu smartphone tertipis dan paling kompak untuk ukurannya.
Sisi depan dan belakang ZenFone 3 dibalut lapisan kaca yang sangat indah namun kuat. Panel kaca tersebut juga mendukung kontur sudut 2.5D yang merekat dengan mulus pada metal frame untuk menghadirkan daya genggam yang lebih baik. Sensor sidik jari pada body ZenFone 3 memungkinkan perangkat bisa dibuka dengan lebih cepat. Fitur ini juga sekaligus berfungsi sebagai otentifikasi biometrik.
Mendukung pengguna agar dapat mengambil foto-foto yang jauh lebih indah namun dengan cara lebih mudah merupakan salah satu faktor pendorong utama bagaimana ZenFone 3 didesain. Kamera ASUS PixelMaster 3.0 yang disediakan kini dilengkapi sejumlah fitur untuk membantu pengguna mendapatkan fokus lebih cepat di berbagai kondisi, mengambil gambar lebih baik, lebih jernih, dan akurasi warna yang lebih tinggi
Zenfone 3 yang saya dapat dari ASUS, sama seperti yang ada di genggaman Joe Taslim
Untuk mengoptimalkan pengambilan gambar, ASUS ZenFone 3 menggunakan sistem TriTech auto-focus yang mengombinasikan software eksklusif dengan tiga teknik fokus independen. Ketiganya adalah pendeteksi kontras untuk continuous focus, laser auto-focus generasi kedua dengan jarak fokus hingga 1,5 meter, dan juga phase-detection.
Jika dikombinasikan, ketiga teknologi fokus ini akan menghadirkan auto-fokus sangat cepat, mencapai 0,03 detik dalam kondisi apapun. Sistem mutakhir TriTech auto-focus juga memungkinkan pengguna mendapatkan auto-focus continuous pada objek yang bergerak.
Seluruh varian ZenFone 3 punya display layar sentuh resolusi full HD 1920 x 1080 yang membuatnya menjadi ideal untuk menyaksikan film ataupun konten multimedia lainnya. Layar ini juga menggunakan display dengan Super IPS+ yang membuat konten dapat disimak dari berbagai sudut hingga 178 derajat. Selain itu, ia juga dilengkapi dengan tambahan LED backlight untuk meningkatkan keterbacaan, khususnya saat di luar ruangan.
Desain, bahan dan warna ZenFone 3 terinspirasi dari gagasan menyampurkan kesederhanaan yang menenangkan yang merupakan sifat dari Zen, dengan keindahan alam. Hasilnya, sebuah smartphone monolithic block yang rata, dengan sudut melengkung manis yang tidak jauh lebih besar dibanding display yang ditampung, dengan profil yang sangat tipis, yakni 7,7 milimeter.
Lebih lanjut, desain ZenFone 3 yang simpel, bersih dan tenang diberi aksen konstruksi kombinasi antara material aluminium dan kaca yang premium. Efeknya, secara keseluruhan, ZenFone memiliki penampilan yang indah, cerdas, yang jauh melampaui harganya yang terjangkau untuk semua.
Ini lho harga Zenfone 3 yang kami dapat :D
ASUS ZenFone 3 Ultra, Hadirkan Multimedia Tanpa Batas Seluruh aspek dari ZenFone 3 Ultra didesain untuk hiburan berbasis audio visual. Mulai dari layar FullHD 6,8 inci yang bening dan cerah, hingga ke dual-speaker SonicMaster 3.0 yang bertenaga. ZenFone 3 Ultra juga merupakan smartphone pertama di dunia yang menggunakan video processor 4K UHD sekelas TV dan juga yang pertama dengan DTS Headphone:X virtual 7.1-channel surround-sound,” ucapnya.
Layar FullHD IPS berukuran 6,8 inci milik ZenFone 3 Ultra menawarkan color gamut yang sangat luas, yakni 95% NTSC. Nilai ini 30% lebih baik dibandingkan color gamut yang umum ditawarkan pada smartphone biasa. Hasilnya, gambar dapat ditampilkan secara luar biasa untuk menghadirkan kenikmatan multimedia dan penggunaan sehari-hari.
Dengan ZenFone 3 Ultra, semua tampak tajam seperti nyata, memungkinkan pengguna menikmati game, film, dan konten multimedia lainnya secara memuaskan, bagaikan menyaksikan di layar TV. Ukuran layar yang luas juga membuat konten lain seperti dokumen, maps dan halaman web lebih mudah dibaca dan dinavigasi.
ZenFone 3 Ultra juga memiliki fitur eksklusif berupa teknologi video processing ASUS Tru2Life+ untuk mengoptimalkan tampilan gambar. Caranya, memanfaatkan kemampuan video processor sekelas 4K UHD TV, ia akan menganalisa setiap pixel dan mengoptimalkan kontras dan ketajamannya. Tru2Life+ juga memiliki teknologi pereduksi blur yang disebut Motion Estimation/Motion Compensation (MEMC) untuk membuat video lebih mulus.
Lebih lanjut, ZenFone 3 Ultra juga dapat dihubungkan dengan TV atau monitor via port USB Type-C. Ia dapat memberikan output video lewat adapter VGA atau HDMI pada resolusi FullHD pada framerate yang sangat mulus, yakni 60fps. ZenFone 3 Ultra juga merupakan salah satu smartphone pertama di dunia yang menawarkan video output DisplayPort via USB Type-C.
Yang unik dari ZenFone 3 Ultra, meskipun sudah mengunakan full metal unibody, ASUS telah menerapkan invisible antenna design dan ini merupakan yang pertama di dunia. Smartphone ini menggunakan bahan full metal frame dan back cover tanpa perlu ada garis-garis antenna di sisi manapun. Itulah yang dimaksud dengan invisible antenna.
Ultra Vision. Ultra Sound
Untuk mengoptimalkan pengalaman fotografi, ASUS telah mengupdate fitur kamera pada lini ZenFone 3, termasuk ZenFone 3 Ultra dengan PixelMaster Camera 3.0 yang didukung oleh komponen gahar di dalamnya. Ia menggunakan sensor Sony IMX318 yang beresolusi 23 megapiksel dengan f/2.0, 6-element Largan lens.
Kombinasi hardware kamera ini dapat memberikan kemampuan TriTech autofocus yang secara cerdas mengambil fokus dengan memilih antara kemampuan deteksi kontras atau deteksi perubahan gerak atau laser autofocus generasi ke-2. TriTech autofocus ini diklaim ASUS juga memiliki kemampuan secepat 0.03 detik untuk mendapatkan fokus. Selain itu juga tersedia fitur 4 axis optical image stabilization (OIS), 3 axis video EIS (Electric Image Stabilization) dan sensor koreksi warna.
Selain itu, kamera juga mampu mendukung perekaman video dengan resolusi 4K. Yang menarik, meski menggunakan mode video stabilization, resolusinya tetap berada di 4K. Pada smartphone lain, umumnya jika kita menggunakan video stabilization, maka resolusi video akan menurun, misal dari Full HD ke HD.
Pada PixelMaster Camera 3.0, ASUS juga membawa sejumlah pengembangan terhadap fitur-fitur kameranya. Mulai dari Fitur HDR yang di enhance dengan kemampuan HDR auto dan HDR Pro, mode manual yang dapat mengambil foto long exposure dengan kemampuan shutter speed sampai dengan 32 detik!
Super Resolution mode yang diklaim dapat menghasilkan foto setara 92 megapiksel, Children Mode yang berguna ketika kita hendak mengambil foto anak-anak atau bayi, di mana fitur ini berfungsi dengan mengeluarkan suara-suara yang dapat menarik perhatian anak-anak atau bayi sehingga dapat melihat kamera secara tepat. Suara-suara yang ada cukup bervariasi seperti, suara ayam, piano, terompet, kicauan burung dan lainnya.
ASUS ZenFone 3 Laser, Smartphone Kamera dengan Fokus Ultra Cepat Varian yang hadir dengan dimensi layar 5,5 inci Full HD ini menggunakan kaca dengan sudut yang melengkung 2.5D agar lebih nyaman dalam genggaman. Ia diperkuat oleh prosesor bertenaga Qualcomm Snapdragon 430, RAM DDR3 berkapasitas 4GB dan juga internal storage lega, 32GB.
Sama seperti lini ZenFone 3 lainnya, ZenFone 3 Laser kini telah menggunakan desain terbaru yakni all-metal body yang canggih dan mewah. Kamera PixelMaster 3.0 dan laser auto focus generasi kedua yang disediakan juga kini jauh lebih cepat dan mampu menangkap gambar dengan sangat tajam.
Kamera PixelMaster 3.0 generasi terbaru mendongkrak kemampuan fotografi ZenFone 3 Laser menjadi jauh di atas rata-rata smartphone mutakhir. Menggunakan kamera dengan sensor Sony IMX 214 resolusi 13MP, lensa aperture yang lebar f/2.0 dan juga color-correction sensor, hasil tangkapan kamera ZenFone 3 Laser menjadi jauh lebih ciamik.
Demi mendapatkan kecepatan fokus yang ultra cepat, smartphone akan menembakkan sinar laser untuk mengukur jarak antara lensa dengan objek foto. Metode ini akan mendapatkan informasi jarak dengan secepat kilat, hingga dapat melakukan fokus dalam waktu 0,03 detik. Laser auto focus juga bahkan sanggup meningkatkan hasil fotografo close-up. Dengan demikian, setiap foto yang diambil akan tetap tajam, jelas, dan ditangkap secepat jari pengguna menekan tombol shutter.
Untuk merekam video, ASUS juga memberikan fitur 3-axis Electronic Image Stabilization (EIS) demi menghasilkan video yang bebas blur karena posisi tangan yang bergetar atau tidak stabil saat mengambil gambar. Video sendiri dapat direkam hingga resolusi Full HD 1080p pada kecepatan 30fps.
PixelMaster Camera juga dilengkapi berbagai modus pemotretan yang sangat lengkap dan cocok untuk setiap momen berharga. Sebagai contoh, modus backlight Super HDR memungkinkan pengguna mendapatkan foto yang jelas meski di balik cahaya yang menyilaukan. Sementara Super Resolution dapat mengambil beberapa gambar secara simultan untuk digabung ke dalam satu frame hingga menjadikannya sebuah foto dengan resolusi 52MP.
ZenFone 3 Laser menggunakan konstruksi aluminum-alloy yang modern dengan elemen desain yang menambah mewah penampilan sekaligus meningkatkan sisi ergonomis. Body yang diberi lapisan sandblasted aluminum serta sudut-sudutnya yang melengkung dan penggunaan layar sentuh kaca berkontur 2.5D membuatnya pas dalam genggaman.
Dengan layar lega berukuran 5,5 inci, resolusi Full HD dan dikelilingi oleh bezel tipis yang hanya 2,58 mm membuat smartphone berbasis Android 6.0 Marshmellow ini punya screen-to-body ratio tinggi, mencapai 77 persen. Artinya, ZenFone 3 merupakan salah satu smartphone 5,5 inci yang ukurannya paling kompak.
ASUS ZenFone 3 Max, Varian ZenFone 3 dengan Baterai Terbesar Sesuai namanya dan juga melanjutkan lini produk ZenFone Max, model ini memiliki fitur baterai yang punya masa aktif panjang, yakni lithium-polymer berkapasitas 4130mAh. Dengan baterai tersebut, dari uji internal yang dilakukan, ASUS ZenFone 3 Max ZC520TL menawarkan waktu standby hingga 30 hari. Durasi talktime di jaringan 3G hingga 20 jam, 20 jam untuk browsing WiFi ataupun di jaringan 4G LTE, 87 jam untuk memutar musik non stop, atau 15 jam non stop untum memutar video.
ZenFone 3 Max mengadopsi konsep inti dari desain industrial, yakni menggabungkan estetika keindahan dengan build quality yang tinggi untuk menghasilkan pengalaman pengguna yang memuaskan.
Untuk itu, smartphone dengan sandblasted all aluminum-alloy body ini hadir dengan sisi melengkung dan diberi layar sentuh dengan kontur 2.5D glass agar terasa lebih alami saat disentuh. Dengan bobot hanya 148 gram dan ketebalan 0,85cm, ZenFone 3 sangat tipis untuk ukuran sebuah smartphone dengan kapasitas baterai ekstra besar.
Tiap aspek dari ZenFone 3 Max didesain dengan pertimbangan khusus. Mulai dari keseimbangan tampilan display, sampai ke akurasi penempatan baut-baut yang terpasang di dalamnya. ZenFone 3 Max menawarkan desain premium di setiap detail. Tiga pilihan warna yang tersedia, yakni Titanium Gray, Glacier Silver dan Sand Gold melengkapi keindahannya.
Untuk menambahkan kenyamanan penggunaan, ZenFone Max 3 dilengkapi sensor sidik jari yang ditempatkan dengan nyaman di belakang panel. Penempatan di posisi tersebut membuat pengguna dapat dengan mudah membuka kunci pengaman smartphone-nya dengan jari telunjuk atau empat jari lain yang berbeda, sesuai keinginan pengguna.
ZenFone 3 Max punya kapasitas baterai yang cukup besar sehingga ia masih bisa berfungsi sebagai powerbank untuk mengisi ulang perangkat lain. Menggunakan kabel USB on-the-go (OTG) yang disediakan, ASUS ZenFone 3 Max bisa mengisi ulang perangkat dalam dua modus yang bisa dipilih.
Moduse pertama, default mode, akan mengisi ulang gadget yang terhubung dengan arus output standar 0,5 ampere. Adapun jika melakukan pengisian ulang dengan modus kedua, yakni Rapid Reverse Charge, seluruh fungsi telepon akan dimatikan. Dengan demikian, ZenFone 3 Max akan mampu memasok daya bagi device lain hingga output 1,5 ampere.
Pengguna juga tidak perlu khawatir. Dengan modus ini, ZenFone 3 Max juga masih mampu memonitor level daya baterai dan tidak memperkenankan baterainya sendiri terkuras hingga di bawah 30 persen.
Kapasitas baterai tidak akan pernah cukup untuk pengguna. Untuk itu, ZenFone 3 Max yang diperkuat prosesor hemat energi berbasis ARM Cortex-A53 64-bit quad-core processor 1.44GHz menyediakan teknologi penambah masa aktif baterai untuk memaksimalkan daya 4130mAh yang tersimpan dalam baterai high density lithium-polymer di dalamnya.
Ada 5 opsi penggunaan energi yang disediakan pada ZenFone 3 Max. Modus pertama adalah Performance. Di sini semua diset pada titik maksimum, sehingga cocok untuk bermain game ataupun menonton video. Di modus Normal, sistem akan mengatur kecepatan CPU dan kecerahan layar secara cermat untuk menghemat baterai.
Berikutnya, ada power saving. Di sini mobile data dan WiFi otomatis dimatikan saat smartphone sedang tidak dipakai dan akan kembali tersambung saat smartphone diaktifkan. Pada modus Super Saving, seluruh fungsi dimatikan kecuali telepon, SMS dan alarm. Dari pengujian, saat baterai tinggal 10%, smartphone masih sanggup standby hingga 36 jam.
Terakhir ada modus Customized. Pengguna bisa mengubah opsi-opsi yang ada sehingga masa aktif baterai smartphone-nya lebih sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain, kombinasi baterai bertenaga, prosesor kencang namun hemat energi dan fitur manajemen daya yang lengkap, ZenFone 3 Max merupakan smartphone dengan masa aktif baterai paling unggul.
Seri New Zenfone Go tersedia bulan Oktober dan November
ASUS ZenBook 3 UX390UA, Notebook Prestisius dengan Performa Terbaik Dengan desain dan teknologi masterpiece, ultrabook 910 gram dengan ketebalan hanya 1,19cm ini merupakan notebook berbasis Windows 10 Home paling tipis dan stylish yang pernah dibuat. Namun demikian, ia diperkuat oleh sejumlah komponen bertenaga. Dengan demikian, pengguna tidak lagi perlu memilih antara kinerja ataupun gaya.
Didesain dari awal untuk mengakomodasi tuntutan spesifikasi yang mumpuni, ultrabook premium tersebut menggunakan body aluminium alloy 6013 standar aerospace yang umum digunakan pada struktur primer pesawat terbang. Materialnya 50% lebih kuat dibanding material yang umum digunakan pada notebook. Body ZenBook 3 UX390 yang tampak lembut ini sebenarnya sangat kuat.
Zenbook 3 series
ASUS juga mengubah makna dari notebook thin and light dengan membuat standar baru yakni ketebalan hanya 1,19cm dan bobot 910 gram. Notebook yang tetap memegang konsep concentric spun-metal finish di bagian lid-nya ini juga punya dimensi yang lebih ringkas dari kertas A4.
Hadir dalam tiga pilihan warna elegan, Rose Gold, Quartz Grey dan Royal Blue, ketiganya memiliki golden metallic edge di sekeliling lid yang dibuat dalam 2 tahap anodizing untuk memastikan daya tahannya. Untuk pengetikan yang lebih nyaman, ZenBook 3 UX390UA menggunakan illuminated full size keyboard dengan travel distance 0,8mm. Jauh lebih nyaman dibanding notebook ultra tipis kompetitor yang hanya 0,4mm.
Meski punya chassis yang ultra tipis dan ultra ringan, ZenBook 3 punya komponen yang biasa ditemui di nontebook berukuran lebih besar. Beberapa komponen bertenaga tersebut di antaranya adalah prosesor Intel Core i7 generasi ke-7, memori LPDDR3 2133MHz hingga 16GB, SSD PCIe Gen 3 x4 berkapasitas 512GB. Selain itu tersedia pula port USB Type-C untuk konektivitas masa depan.
Seluruh komponen tersebut dapat dimasukkan ke dalam chassis yang tipis karena ASUS telah mengubah sistem pendinginan internal yang terpasang di dalamnya. Secara total, sistem pendinginannya hanya memiliki ketebalan 3 milimeter, dengan sirip-sirip kipasnya hanya setebal 0,3 milimeter.
Agar lebih bertenaga, material pendinginan dibuat dengan bahan yang disebut liquid-crystal-polymer. Sistem pendinginan juga memiliki heatpipe yang dindingnya setebal 0,1 milimeter namun mampu mengarahkan udara hangat ke arah ventilasi tersembunyi yang berada di balik engsel. Dengan demikian, notebook dapat bekerja dengan efisien dan sejuk meski saat full load.
ASUS ZenBook 3 UX390 memiliki layar 12,5 inci dengan resolusi FullHD dan diberi lapisan Corning Gorilla Glass 4 dari ujung ke ujung. Layar tersebut dibingkai dengan bezel yang juga tipis, hanya 7,6 milimeter sehingga membuat ZenBook 3 punya rasio screen-to-body yang sangat besar, yakni mencapai 82 persen.
ASUS Transformer 3 Pro, PC 2-in-1 Serba Bisa Transformer 3 Pro bisa berfungsi sebagai tablet mumpuni dengan stylus ASUS pen yang menawarkan akurasi dan kontrol yang mulus. Dengan dipasangi Transformer Cover Keyboard yang tipis, notebook berbasis Windows 10 Home ini bisa berfungsi sebagai notebook. Bisa juga sebagai PC desktop dengan menghubungkannya dengan “Universal Dock” sehingga ia punya port tambahan untuk memasang monitor dan keyboard.
Diposisikan sebagai PC paling serba bisa di dunia, Transformer 3 Pro merupakan PC 2-in-1 pertama yang mampu berfungsi penuh sebagai tablet, notebook, music station, bahkan sampai perangkat gaming kinerja tinggi. Semua bisa dimungkinkan dengan menghubungkan berbagai aksesoris ke Transformer 3 Pro.
Yang paling menarik, Transformer 3 Pro bisa disambungkan dengan ROG XG Station 2 yang akan berfungsi sebagai docking station bertenaga. ROG XG Station 2 ini punya kartu grafis yang bisa dimanfaatkan oleh Transformer 3 Pro untuk mengolah grafis kompleks secara instan.
Didesain sebagai PC 2-in-1 bertenaga, Transformer 3 Pro menggunakan konstruksi metal premium dan punya layar 12,6 inci dengan resolusi 3K atau 2880 x 1920 piksel. Resolusi tersebut membuatnya menjadi salah satu perangkat dengan densitas piksel tertinggi di kelasnya dengan 275ppi.
Yang menarik, di belakang unit utamanya, terdapat cover yang bisa berfungsi sebagai dudukan dengan engsel mulus yang dapat digeser hingga 155 derajat. Unitnya sendiri hadir dalam dua pilihan warna yakni Icicle Gold dan Titanium Grey. Adapun cover keyboard-nya punya pilihan warna Stone, Amber, Taupe, dan Charcoal.
Transformer 3, Mobile PC Sebenarnya Serupa dengan Transformer 3 Pro, Transformer 3 juga punya layar sentuh dengan resolusi 3K. Ia juga punya port USB type-C serta Thunderbolt 3 yang memungkinkannya disambungkan dengan mesin grafis bertenaga yakni ROG XG Station 2. Bedanya, jika Transformer 3 Pro ditujukan untuk pengguna yang membutuhkan performa komputasi tinggi, Transformer 3 ditujukan bagi pengguna yang ingin memiliki perangkat untuk bekerja dan juga bermain di perjalanan.
Dengan alasan tersebut, ASUS memasangkan prosesor yang berbeda dengan Transformer 3 Pro. Pada Transformer 3, prosesor yang digunakan adalah prosesor Intel Kaby Lake low voltage yang menawarkan masa aktif baterai maksimal. Unit utamanya yang tipis dan ringan punya sleeve keyboard yang juga bisa digunakan untuk menopang produk dan menjadikannya sebagai perangkat multimedia audio luar biasa dengan quad speaker system.
Quad speaker system ini sendiri sangat jarang ditemukan pada perangkat mobile, apalagi sebuah perangkat 2-in-1 yang tipis. Speaker yang tersedia pada Transformer 3 dilengkapi voice coil terbesar di keasnya. Dan dipadankan dengan teknologi amplifier mutakhir, ia mampu menghadirkan suara yang kencang, bertenaga dan dalam.
Speaker yang ada juga mampu dengan cerdas mendeteksi orientasi dari tablet lalu mengatur agar suara bass selalu dikeluarkan dari dua speaker yang tersedia di bawah. Adapun suara dengan frekuensi tinggi dapat dialirkan agar kelular melalui dua unit speaker yang tersedia di bagian atas tablet.
Mendukung aktivitas mobile penggunanya, Transformer 3 dilengkapi baik kamera depan dan juga kamera belakang. Untuk kamera belakang, dia punya kamera dengan resolusi 13MP, sementara kamera depannya punya resolusi 5MP. Resolusi kamera ini jauh di atas rata-rata resolusi kamera untuk notebook.
Adapun untuk pengamanan saat di perjalanan, perangkat dengan sistem operasi Windows 10 ini dilengkapi fingerprint scanner di bagian kiri atas layar. Dengan satu sentuhan, pengguna bisa membuka kunci Transformer 3 dalam hitungan satu detik tanpa perlu mengetikkan password.
Zenfone 3 dan busana-busana yang sama mewah
Demo Area Time dan Coffee Break Acara press launch berlangsung sekitar 2 jam, kemudian ada jeda 1 jam untuk coffee break dan melihat-lihat produk yang dipajang di demo area. Meski sudah diperkenalkan dan diperlihatkan gambar-gambarnya, saya masih tetap penasaran lho dengan wujud fisiknya. Makanya seusai minum kopi dan menikmati sepotong kue dan sandwich, saya meluncur ke demo area bareng kawan-kawan.
Antara kagum dan penasaran jadi satu. Saya rasa yang lain juga begitu. Para undangan sibuk mengamati dan mencoba menggunakan produk demo satu persatu. Saya paling penasaran sama Zenfone 3 Deluxe, soalnya ini produk dijual paling mahal dan punya keunggulan paling yahud. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, spesifikasinya memang bener-bener mantap. Paling suka sama bodynya, sangat indah dan mewah. Seindah dan semewah gelaran acara peluncuran.
Bareng Dian di demo area
Satu jam kemudian acara dilanjutkan dengan technical seminar.
Saya dan 800an para undangan kembali memasuki ruangan. Sama seperti sebelumnya, pakai antri dan mampir dulu ke goodie bag table. Nah, jika sebelumnya yang kami dapatkan berupa paper bag berisi buku-buku produk, kali ini berupa tas punggung berisi baju kaos, topi, dan sebuah smartphone Zenfone 3.
Zenfone 3? Woaaaaaw!!! Melongo ga tuh?
Iya lah. Astaga naga banget saat liat ada 800-an Zenfone dibagikan gratis kepada seluruh undangan yang terdiri dari para distributor, dealer, partner, dan rekan-rekan media serta komunitas ASUS Indonesia dari berbagai daerah. Sudah dibayari PP ke Bali, nginap di hotel mewah, makan minum enak, jalan-jalan enak, dapat hadiah enak pula. Cuma ASUS yang begini!
Nah sodara-sodara, karena acara berikutnya adalah technical seminar, maka Zenfone 3 yang baru diterima itu mesti langsung digunakan. Jadi, di panggung kan ada Joko Soemitro tuh (pemuda ganteng berkaca mata yang udah saya kenal sejak masih kerjasama dengan Tokopedia) yang akan menjelaskan cara menggunakan fitur-fitur yang ada di Zenfone 3, khususnya cara menggunakan kameranya. Biar bisa, mesti sambil praktek, makanya Zenfone 3 nya kudu dikeluarkan dari kotaknya, diaktifkan, dan dipelajari sesuai petunjuk. Kalau cuma dipandangi nanti nggak pinter-pinter :D
Saya sih langsung praktek di dalam ruangan. Motret dan bikin video dalam suasana remang-remang. Berhubung masih baru, masih grogi deh. Belum bisa maksimal pakainya. Apalagi kepikiran perut yang mulai lapar. Maklum sudah jam 7 malam acara technical seminarnya belum juga kelar. Jadi gak konsen. Apalagi waktu liat para undangan mulai kabur ke belakang ambil makanan, jadi pingin ikutan ke belakang ambil nasi kotak haha
Joko Soemitro menjelaskan fitur-fitur Zenfone 3, khususnya kamera
Selain technical seminar, malam itu ada briefing untuk aktifitas selama 2 hari di Bali. Dijelaskan bahwa baju kaos dan topi yang dibagikan akan digunakan untuk acara incredible race pada hari kamis 8/9/2016. Selama kegiatan incredible race, Zenfone 3 harus digunakan oleh semua peserta. Untuk itulah kami juga diberi simcard telkomsel yang sudah diregistrasi dan diisi paket data. Kami tinggal pakai euy. Enak banget ya!
Jam 9 malam acara berakhir. Yang mau ikut lomba photo pada daftar ke pojok registrasi. Daftarnya mudah, tinggal tap ID Tag, langsung terdaftar deh. Nah, buat 200 pendaftar pertama langsung dapat hadiah tripod. Mupeng dong saya, makanya ikut daftar. Menang ga menang lombanya yang penting daftar dulu, siapa tahu dapat tripod haha. Eh ga tahunya, pas nunggu bus, saya dan Mira Sahid melirik jam. Kok udah malem? Kami saling pandang, lalu tanpa dikomando sama-sama mengajak untuk pulang ke hotel saja. Ga jadi ikut lomba :D
Mata sih belum ngantuk, tapi badan cuapek pooool. Mana gendong tas berisi laptop, jinjing goodie bag berisi buku-buku tebal, menyandang tas kamera pula. Tulang kayak mau rontok. Akhirnya saya dan Mira naik bus tujuan hotel Courtyard, bukan ke Peninsula tempat lokasi pengambilan foto malam.
Kawan-kawan blogger yang hadir di acara ASUS Press Launch
Sampai di hotel saya sibuk ngecas batre kamera DSLR, powerbank, HP lama merk S, dan yang pasti Zenfone 3 yang baru diberikan oleh ASUS. Sesuai saran panitia, batre Zenfone 3 harus diisi full, sebab besok pagi (Kamis 8/9) akan dipakai untuk kegiatan Incredible Race.
Nah, seperti apa keseruan ASUS Incredible Race? Nantikan postingan saya selanjutnya....
ASUS Incredible Race yang berlangsung pada hari Kamis tgl. 8/9/2016 di area Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Bali berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan kategori "Permainan dengan Jumlah Peserta Terbanyak oleh Perusahaan IT". Untuk para pemenang Incredibale Race, ASUS Indonesia menyediakan hadiah uang tunai dengan total senilai Rp 109 juta.
Gelaran variety games yang luar biasa, ya. Cuma ASUS yang begini.
Incredible Race merupakan rangkaian kegiatan yang digelar dalam rangka peluncuran lini produk terbaru ASUS dalam event bertajuk Zenvolution. Untuk acara press launch-nya sendiri sudah dilaksanakan pada hari sebelumnya Rabu 7/9/2016. Incredible Race diikuti oleh sekitar 800 peserta yang terdiri distributor, dealer, partner, dan rekan-rekan media serta komunitas ASUS Indonesia.
Suatu pagi di lobi Hotel Courtyard Nusa Dua, sebelum pelaksanaan Incredible Race
Persiapan Pagi Sebelum berangkat ke Bali, saya tidak punya bayangan games-nya akan seperti apa. Tapi, ada sedikit petunjuk saat Davina (team Asus Indonesia) meminta kami membawa sneaker. Dari sana terbayanglah bakal ada kegiatan outdoor dengan aktifitas jalan kaki jauh, bahkan mungkin pakai lari-lari segala.
Kamis (8/9) pagi jam 7 saya dan Isni (teman sekamar) sudah berada di restoran untuk sarapan. Tidur sudah cukup, makan juga harus cukup. Makanya pagi-pagi saya makan nasi, biar punya tenaga buat ikut games. Trus tambah pula pakai kue getas dan wajik, roti, salad buah, dan dua gelas orange jus. Banyak yaaa :))
Sarapan bareng Mira Sahid sebelum berangkat Incredible Race
Semua perlengkapan Asus Incredible Race yang diberikan pada hari Rabu sudah siap dibawa. Jam 8 teng kami berangkat ke Hotel Inaya Puteri Bali dengan jalan kaki. Bukan naik bus.
Jalan pagi di kawasan Nusa Dua itu asik. Jalannya cenderung lengang. Apalagi lingkungan sekitar amat asri dan indah dipandang, jalan 2-3 km asik-asik saja. Banyak yang bisa difoto pakai kamera Zenfone 3, termasuk air mancur dan bunga-bunga segar yang saya temukan di pinggir jalan. Beberapa teman asik selfie. Saking banyaknya spot kece, tiap berapa meter berhenti buat selfie hehe.
Jalan kaki menuju lapangan Hotel Inaya Putri
Jalan sambil ngetes Zenfone 3
Pemanasan motret sebelum sampai di titik start Incredible Race
Belum sampai lokasi tiba-tiba hujan. Acara selfie/wefie bubar, kami lari mencari tempat berlindung sambil mencoba memakai mantel hujan. Saya sayang Zenfone 3 nya lhooo, takut basah. Saat mantel sudah dipakai, eh ga berapa lama hujannya berhenti. Lalu panas. Saya, Isni, Widya, dan Nathalia saling pandang, berasa aneh pakai mantel saat matahari kembali bersinar. Sampai di lapangan Inaya hotel, ternyata banyak juga yang masih pakai mantel. Berasa kayak lihat alien terjatuh dari langit di kerumunan media ASUS haha. Buru-buru deh copot mantel.
Memasuki lokasi titik start ASUS Incredible Race
Selfie sebelum hujan
Wefie saat mulai gerimis
Seperti apa sih ASUS Incredible Race itu? Variety games ini sebetulnya mengajak kami untuk mengenal kelebihan fitur-fitur Zenfone 3 dengan cara menyelesaikan misi dari station ke station. Ada 10 station yang harus kami datangi yaitu Low light station, Design station, Performance and battery station, Long exposure 32 second station, Display station, Sonicmaster station, Eis Station, HDR station, OIS station, 4K station. Semua lokasi station berada di area ITDC.
Jadi, setiap peserta wajib membawa ASUS Zenfone 3 sebagai alat utuk menyelesaikan misi di setiap station Incredible Race. Maka itu baterai harus terisi penuh karena games berlangsung selama 6 jam, mulai pukul 09.00 sampai 15.00. Selama games tidak diperbolehkan membawa barang berharga, mesti ditinggal di deposit box hotel. Saya yang tadinya ingin bawa kamera DSLR akhirnya ditinggal. Tapi buat apa juga ya, race ini justru ngajak untuk coba kamera ASUS Zenfone 3.
Aturannya sih tiap tim terdiri dari 20 peserta, tapi sepertinya tidak sebanyak itu dalam tiap tim. Tim saya No.24 hanya berjumlah 16 orang terdiri 14 laki-laki dan 2 perempuan (saya dan Isni). Dalam tim saya hanya ada 2 blogger (saya dan Andre), sisanya wartawan dari media cetak & online. Kami didampingi 1 orang fasilitator yang tugasnya untuk menjaga keamanan dan memastikan kelancaran race. Tapi kemarin itu, rasanya kami deh yang menjaga keamanan si mas fasilitator haha. Mas nya banyak dijahili rekan-rekan se-tim :D
Suasana di lapangan Hotel Inaya *Foto: Blogdokter.net*
Banyak bekal untuk peserta Incredible Race Untuk perlengkapan mengikuti games, selain berupa Zenfone 3 juga berupa T-Shirt, topi, race bag, dan mantel hujan. Zenfone 3 sudah dilengkapi dengan Starter Pack Simpati yang sudah terisi Paket data aktif. Semua itu jadi milik pribadi masing-masing peserta dan tidak dikembalikan. Asik banget kan! :D
Saya dan tiap peserta lainnya juga mendapat 1 voucher makan siang senilai Rp 150.000,- yang dapat ditukarkan di 10 restoran yang terletak di Bali Collection. Ada voucher air mineral dan isotonik yang bisa ditukarkan di tempat yang sudah disediakan (depan Hotel Courtyard by Marriot).
Tidak cukup sampai di situ, kami juga dibekali uang sebesar Rp 50.000,- lho. Saya tidak tahu uangnya buat apa, soalnya buat beli makan dan minum sudah ada voucher. Sudah lebih dari cukup. Sempat pingin jahil, duitnya buat bayar shuttle, menghindari jalan kaki saat race wkwkw. Tapi itu uang tetap utuh kok sampai acara selesai. Besoknya baru saya pakai buat jajan nasi pedas di warung depan Joger Kuta :D
Saya berada di tim 24, bersama 14 laki-laki dan 2 perempuan termasuk saya
Jalan kaki dari station ke station Area ASUS Incredible Race adalah area ITDC, Nusa Dua Bali. Titik start berada di Hotel Inaya Putri Bali. Sedangkan titik finish di lapangan kantor ITDC. Waktu start pukul 09.00 WITA, waktu finish pukul 15.00 WITA. Kelihatannya 6 jam itu lama dan cukup untuk selesaikan misi dalam rentang waktu tersebut. Benarkah?
Berhasilkah tim No. 24 menyelesaikan misi?
Dengan sebuah guide book berisi peta area ASUS The Incredible Race, kami jalan kaki menemukan station. Dalam tim saya nih ya, ada beberapa yang jahilnya kebangetan. Contohnya ya, saat menemukan papan petunjuk arah menuju station, malah disembunyikan biar tidak terlihat oleh tim lain. Dan akhirnya si mas pendamping yang jalan paling belakangan yang mengembalikannya ke tempat semula he he.
Jalan kaki dari satu station ke station lainnya
Sosok paling jahil di tim 24 :D
Oh ya, saya ke Bali tidak bawa sneaker, tapi boot yang biasa saya pakai buat jalan-jalan. Karena selama ini merasa nyaman-nyaman saja pakai boot, saya pikir tidak masalah dipakai buat Incredible Race. Eh ternyata, baru jalan kaki ke satu station telapak kaki saya sakit dan berasa akan lecet. Makanya saat ke station ke 2 di hotel Courtyard, saya lari ke kamar ganti sepatu. Gantinya bukan sepatu flat, tapi wedges! Pakai boot flat saja sakit, apalagi wedges ya.
Tapi sodara-sodara, rasa sakit di kaki justru tiada sama sekali. Sepanjang race saya pake wedges sampai finish tidak ada masalah.
Woaaah….warbiyasaaaak ikut race pake wedges haha. Besok-besok kalau ada race begini lagi, saya mau coba pakai high heel saja. Bakal incredible banget kayaknya ya. Entah kenapa ini kaki lebih cocok pakai wedges :D
Awalnya jalan ke 1 station pake boot, sisanya pake wedges sampai finish :D
Sebelum tiba makan siang, tim 24 berhasil menyelesaikan misi di 4 station. Kalau tidak salah sonicmaster station, low light station, display station, dan performance and battery station. Nah, di station ke 4 ini kami diminta mengumpulkan jumlah pokemon yang berhasil ditangkap.
Astaga, saya kan ga pernah main pokemon?! Haha. Jadilah siang itu saya belajar kilat pada rekan-rekan tim seperti Andre, Yoga, dan yang lainnya. Termasuk belajar dulu pada mas-mas dari tim Asus yang jaga station. Baru pertama kali main games pokemon dan lumayan bisa nangkep 6 pokemon hihi.
Menuju station ke-3
Berburu pokemon di station ke 4
Makan siang di Coco Bistro Bagimana dengan batre Zenfone 3 sampai tengah hari, apa masih banyak? Banyak! Yang berkurang justru tenaga yang pegang HP, sudah mulai ngos-ngosan dan lapar. Nah, waktunya makan.
Tim 24 memang sengaja datang ke station 4 jelang makan siang, karena lokasinya di Bali Collection. Usai menyelesaikan misi di sini bisa langsung cari resto. Kami ke resto terdekat saat itu, Coco Bistro.
Satu tim makan bareng di Coco Bistro
Di Bali Collection ada 10 resto yang sudah ditandai oleh Asus untuk dijadikan tempat makan para peserta, yaitu Aroma resto 1, Aroma Resto 2, Ocean Restaurant, Coco Bistro, Tropical Restaurant, Naty’s Café, Laguna Garden, Laguna Garden 2, Prada Exclusive Lounge and Grill, dan Prada Priority.
Untuk makan di resto-resto tersebut kami tinggal bayar pakai voucher yang sudah diberikan ASUS. Siang itu Bali Collection jadi ramai oleh para peserta ASUS Incredible Race. Bisa terlihat dari T-Shirt putih bertuliskan ASUS yang tersebar di mana-mana.
Wisnu dan kawan-kawan Tim 24
Yoga cocok jadi ketua tim, seru dan asik, bikin semangat jalan sama dia
Makanan di Coco Bistro alhamdulillah enak-enak. Untuk 1st course saya pesan Soup Ikan Kalas. Grilled fillet tuna steak sebagai main course. Warm apple crumble untuk dessert, dan pineapple juice sebagai minumannya. Karena ramai, makanan kami cukup lama dihidangkan.
Saya dan Isni pergi solat dulu seusai menyantap soup dan steak. Saat kembali ternyata teman-teman ngajak bubar, katanya mau buru-buru lanjut ke station berikutnya. Apple crumble pesanan saya di-cancel Yoga, ga jadi makan deh huhu
Soup ikan kalas
Grilled fillet tuna steak
Pineapple Juice ini enak dan segeeer banget
Finish dengan menyelesaikan 6 station Usai makan siang, hanya ada 2 station yang mampu kami datangi. Station terakhir jadi station paling mengesankan di mana kami menari Bali mengikuti dua penari yang sudah disiapkan oleh team Asus. Yoga bertugas merekam video, karena video itulah yang nantinya akan dinilai oleh team Asus.
13 laki-laki menari, sehelai selendang diikatkan dipinggang mereka. Saya mulai cengar-cengir melihatnya, dan akhirnya terbahak-bahak saat melihat mereka mulai menari. Gerakan pinggulnya itu lho haha. Nanti lihat videonya di channel Youtube saya ya :)
4K Station ini paling heboh LD
Saya tidak tahu kami jadi peserta finish yang ke berapa. Saat itu yang terpikir oleh saya yang penting finish dan tiba di lapangan perkantoran ITDC dengan selamat dan sehat. Tidak pingsan dan tidak terpisah dari tim. Lomba bukan sekedar tentang menjadi juara, tapi juga soal kebersamaan dan kekompakan tim selama race berlangsung. Jadi juara dan dapat hadiah adalah bonus.
“Berbeda dengan peluncuran produk terdahulu, tahun ini ASUS tidak hanya memperkenalkan produk terbaru ke khalayak Indonesia,” sebut Juliana Cen, Country Product Group Leader, ASUS Indonesia. “Kami berharap event ini dapat mempererat tali silaturahmi dan kekeluargaan antara ASUS dengan mitra-mitranya di Indonesia,” sebutnya.
Ya, itu dia intinya. Silaturahmi dan kekeluargaan.
Hanya 6 jam saja bersama tim 24, setelah itu berpisah, tapi rasa kekeluaragaan yang hadir, tidak selesai hanya saat race usai. Inilah yang paling membekas dari Asus Incredible Race. Selain tentunya, jadi makin kenal dan akrab dengan produk terbaru ASUS. Ya, gimana ga kenal, sebab semua tugas yang tersedia dalam Incredible Race berhubungan dengan ASUS Zenfone 3, ASUS Transformer 3, dan ASUS Zenbook 3.
Semua peserta dapat medali. Dikalungi satu-satu karena semua adalah juara. Juara sejak pertama melangkahkan kaki dari titik start, sebab tetap menjaga semangat dan kebersamaan sampai finish.
Semua finish, semua juara
Siapa pemenang ASUS Incredible Race 2016? Setiap berhasil menyelesaikan tugas di station, tim akan mendapat poin. Setiap poin dikonversi menjadi uang senilai Rp 100.000,- Total poin maksimal di 10 station adalah 200 poin. Bonus poin tersebut akan ditambahkan kepada tim dengan waktu finish tercepat dan mampu menyelesaikan seluruh station (10 station) dengan ketentuan: Finish ke-1 dapat tambahan bonus 50 poin Finish ke-2 dapat tambahan bonus 30 poin Finish ke-3 dapat tambahan bonus 10 poin
Nah, hanya pemenang 1-5 yang berhak mendapatkan hadiah uang sesuai dengan banyaknya poin yang diperoleh. Peserta yang berhak mendapat hadiah adalah peserta yang mengikuti acara mulai dari titik start sampai finish. Tantangannya berat ya? :D Tapi sesuailah ya dengan hadiah cash RP 109 juta yang dijanjikan.
Foto di salah satu banner ASUS yang tersebar di kawasan Nusa Dua Bali
Salah datang, disuruh ke tempat lain :D
Banyak lagu yang bisa ditebak di sonicmaster station ini berkat Isni
Tukar voucher air mineral dan isotonik di sini
Mencari gambar dan tulisan sesuai petunjuk yang diberikan
Masnya panas-panasan jaga station
Kami tim nomor 24 peserta ASUS Incredible Race ^_^
Nah, siapa dong pemenang ASUS Incredible Race?
Nanti ya, tunggu di postingan Gala Dinner ASUS berikutnya… Nanti saya sambung lagi :D
*semua foto oleh Katerina kecuali satu foto yang sudah disebutkan sumbernya
Gala dinner yang digelar di ballroom Nusa Dua Hall 1-5 gedung Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada hari Kamis (08/09/2016) lalu menjadi puncak event ASUS Zenvolution Indonesia. Acara ini dihadiri oleh para petinggi ASUS Indonesia, dua artis bintang iklan ASUS Zenfone 3 Joe Taslim dan Bunga Citra Lestari, team ASUS Indonesia, serta 800 undangan yang terdiri dari media, distibutor, retail, dan komunitas ASUS Indonesia yang datang dari berbagai daerah di Indonesia.
Acara gala dinner berlangsung mulai pukul 18.30 WITA hingga pukul 22.00 WITA dengan agenda utama makan malam, hiburan dan pengumuman pemenang kompetisi foto dan juara Asus Incredible Race. Nah, penasaran nggak siapa yang jadi juaranya?
Sebelum lanjut, baca dulu yuk cerita saya sebelumnya tentang keseruan acara Incredible Race yang kami ikuti selama 6 jam sejak pukul 09.00 WITA hingga pukul 15.00 WITA. Klik di sini: ASUS Incredible Race Pecahkan Rekor MURI
Diberi waktu 2,5 jam buat istirahat di hotel sebelum berangkat gala dinner
Istirahat sore Incredible race yang saya ikuti ternyata cukup menguras tenaga. Badan banjir keringat, kaki pegal, sampai hotel ngantuk. Syukurnya ada waktu sekitar 2,5 yang diberikan oleh ASUS untuk istirahat melepaskan segala lelah. Tapi, sampai hotel saya malah beres-beres, ngecas HP, powerbank, hingga batre kamera. Niatnya ingin tidur sebentar, malah sibuk bersih-bersih badan, siapin baju, sempat setrika baju dulu, dan kemudian dandan. Tanpa terasa waktu istirahat habis. Nggak jadi tidur :D
Malam itu, teman sekamar saya Isni, mengenakan pakaian yang sangat berbeda dari yang ia kenakan sebelumnya. Sejak pertama bertemu di dalam pesawat menuju Bali, sampai hari kedua di Bali, ia selalu mengenakan celana panjang lengkap dengan sneaker. Nah malam itu dia menggunakan rok dan sepatu wanita yang membuatnya terlihat sangat feminim. Cantik deh.
Bagaimana dengan saya?
Baju buat gala dinnernya sih biasa, wedges batik koleksi The Warna nya yang cihuy :))
Saya tidak membawa baju khusus untuk gala dinner. Malam itu saya hanya mengenakan celana panjang dengan atasan yang biasa saya pakai ke tempat-tempat yang tidak terlalu formal. Bukan semacam gaun pesta yang anggun dan feminim. Untuk sepatu, saya memakai wedges batik koleksi The Warna (cek koleksinya di IG @thewarna) . Sepatu ini memang sengaja saya bawa karena untuk endors hihi.
Sebelum shuttle bus datang menjemput, saya sempat jeprat jepret sepatu batik anyar di lobi Hotel Courtyard dibantu oleh Isni. Fotonya buat apa? Buat apa lagi kalau bukan buat upload di Instagram. *lalu nyanyi; endoooors..I always love youuuu :D
Teman-teman bloggerku pada cantik-cantik *_*
Gala Dinner Area lobi BNDCC malam itu kembali ramai. Semua orang tampak berpakaian rapi. Saya sempat memperhatikan pria-pria berjas dan berdasi, juga wanita-wanita bergaun dan berdandan cantik. Tampaknya bukan dari rombongan media maupun distributor, tapi dari team ASUS dan undangan khusus di luar media, distributor, dan komunitas ASUS.
Perhatian saya tumpah pada penampilan teman-teman blogger, khususnya yang wanita. Mereka berbusana ala pesta, pakai gaun, tampak begitu anggun. Lha saya, pecicilan pakai celana panjang dan baju yang biasa dipakai buat ke mall haha.
Sebelum memasuki ballroom, saya dan kawan-kawan blogger menyempatkan untuk foto bareng di photo booth yang sudah disediakan. Jika saat press launch pigura besar di belakang bangku ditutupi kain hitam, malam itu dibuka lebar. Ternyata berisi gambar Joe Taslim dan BCL. Olala. Saya kira gambar Zenfone 3 Deluxe haha.
Ikut foto bareng keluarga blogger *_*
Kami masuk ruangan dengan tertib, tanpa rebutan karena tiap undangan sudah punya nomor meja. Nomor tersebut tertera pada ID Tag yang selalu kami bawa-bawa selama di Bali. Untuk masuk ID Tags di-scan dulu di registrasi.
Di dalam sudah ada usher yang membantu mengarahkan ke lokasi meja. Saya berada di meja 72. Ternyata satu meja dengan teman-teman tim 24 Incredible Race. Horee….ketemu lagi.
Satu meja dengan teman-teman Tim 24 Asus Incredible Race :D
Makan malam yang lezat, menu-menu ala resto bintang lima satu persatu di hidangkan. Dari appetizer, main course, hingga dessert, semuanya enak dan mengundang selera. Sementara di atas panggung, tersuguh gerak dan tari dari para dancer yang diiringi musik bernada riang.
Appetizer
Main Course
Dessert
Senangnya dinner bareng kawan-kawan media ^_^
BCL membawakan lagu-lagu terbaiknya, bahkan satu kali duet dengan Joe Taslim. Aktor laga itu ternyata punya suara merdu. Nggak sangka banget bisa nyanyi.
Terakhir, momen paling ditunggu-tunggu banyak orang adalah pengumuman pemenang kompetisi foto dan Incredible Race.
Mejaku di belakang, jauh dari panggung, motret dari layar di kiri panggung saja :D
Penampilan Bunga Citra Lestari
Untuk foto, ada tiga kategori yang dilombakan yaitu kategori long exposure, kategori low light, dan kategori bebas. Masing-masing kategori ada tiga pemenang. Alhamdulillah Nurul Noe jadi salah satu pemenang di kategori bebas. Untuk kompetisi foto, masing-masing pemenang mendapatkan hadiah 1 buah Zenfone 3. Berarti Nurul bawa pulang 2 buah Zenfone 3 dong ya. Asiiik.
Untuk juara Asus Inscredible Race, ada 5 pemenang terpilih. Saya tidak memperhatikan nama-nama tim yang menjadi juara karena saat itu ada Joko Soemitro dan Advent Jose menghampiri saya ke meja. Saya berbincang dengan keduanya. Karena itu tidak tahu siapa pemenangnya. Tapi saya sempat ingat siapa yang jadi juara 1 dan 4 karena di dalam tim tersebut ada teman blogger yaitu Nurul Noe dan Bai Ruindra. Juara 4 diraih tim 29, dengan 118 poin. Sedangkan juara 1 disabet oleh tim 22 dengan jumlah poin 144+50. Semua juara mendapatkan hadiah uang tunai senilai belasan juta rupiah. Untuk incredible race ini, total hadiah yang disediakan Asus adalah 109 juta rupiah.
Juara lomba foto kategori long exposure menggunakan kamera Zenfone 3
Juara lomba foto kategori low light menggunakan kamera Zenfone 3
Juara lomba foto kategori bebas menggunakan kamera Zenfone 3
Selamat buat Nurul Noe menang lomba foto
Ini hadiah spesial buat saya, dihampiri oleh duo team ASUS; Joko Soemitro dan Advent Jose ke meja. Thanks untuk bincang-bincangnya yang bergizi!
Hore juara 4 Incredible Race! Dapat hadiah Rp 11,8 juta yeaaaay
Acara malam itu bertabur hadiah, kegembiraan, dan tentunya produk Zenfone 3 di dalam genggaman tiap orang.
ASUS Indonesia mempersembahkan kemegahan sebuah event, selaras dengan kemewahan produk-produk mutakhir ASUS yang baru diluncurkan. Senang bisa menjadi bagian dari event ini. Tidak sekedar menjadi saksi dan membantu menyampaikan informasi lewat media yang saya punya, tapi juga menikmati indahnya pertemuan dan kebersamaan dengan kawan-kawan blogger/media dari berbagai daerah.
“Berbeda dengan peluncuran produk terdahulu, tahun ini ASUS tidak hanya memperkenalkan produk terbaru ke khalayak Indonesia,” sebut Juliana Cen, Country Product Group Leader, ASUS Indonesia. “Kami berharap event ini dapat mempererat tali silaturahmi dan kekeluargaan antara ASUS dengan mitra-mitranya di Indonesia,” sebutnya.
Aamiin.
Kemesraan bersama ASUS janganlah cepat berlalu *nyanyik* :)))
Nah, buat kamu yang ingin tahu produk ASUS terbaru yang diluncurkan pada hari Rabu tanggal 7/9/2016 lalu, bisa baca informasinya di postingan saya sebelumnya, klik di sini : ASUS Zenvolution Indonesia – Incredible is now.
Kamu juga bisa kunjungi website resmi ASUS Indonesia di www.asus.com/id Twitter: @ASUS_Indonesia Instagram: @asusid Facebook: @ASUSidOfficial
Hotel Grand Zuri BSD City Tangerang Selatan memperkenalkan menu baru kreasi Chef Yan Hari Triputra. Acara berlangsung pada hari Kamis tgl. 15/9/2016 di Restoran Cerenti yang terletak di lantai dasar Hotel Grand Zuri BSD. Acara ini dihadiri oleh media dan blogger.
Chef Yan merupakan chef baru di Restoran Cerenti. Dalam keterangan singkatnya Chef Yan bercerita bahwa ia pernah bekerja sebagai chef hotel di 5 negara, salah tiganya Libya, Amerika, dan Perancis. Kemudian ia kembali ke Indonesia dan bekerja di beberapa hotel ternama di Jakarta sampai akhirnya bergabung di Hotel Grand Zuri BSD.
Chef Yan Hari Triputra (berdiri baju hitam)
Sebelum melihat sosoknya, saya menebak Chef Yan sebaya dengan Chef Roby (chef sebelumnya di Resto Cerenti), tapi tebakannya saya keliru, ternyata Chef Yan lebih muda. Dhini, Executive Secretary Asst Public Relation Grand Zuri BSD sempat mengatakan Chef Yan ini biasanya suka berbicara dalam bahasa asing. Setelah bertemu kami, Chef Yan berbahasa Indonesia. Tapi dalam salah satu sesi, tiba-tiba dia bicara dalam bahasa Perancis. Nah!
Chef Yan memang menguasai beberapa bahasa internasional, salah satunya bahasa Perancis itu. Oh ya, wajah Chef Yan ini mengingatkan saya pada Jimmy, adiknya Jean teman saya. Sama-sama berwajah kebulean, pandai beberapa bahasa asing, dan sama-sama chef. Bedanya, Jimmy bekerja sebagai chef di kapal pesiar yang berlayar dari satu negara ke negara lain. Chef-chef ganteng… he he.
Bareng kawan-kawan blogger, siap kenalan dengan chef baru dan menu-menu baru
Nah, selanjutnya mari kita kenalan dengan menu-menu kreasi Chef Yan. Ada 53 menu baru yang tersedia di buku menu. Tapi tidak semua menu tersebut ditampilkan kepada kami. Hanya beberapa menu unggulan saja yang terdiri dari appetizer, main course, dan dessert.
Menu pembuka yang disajikan terdiri dari 4 Soup dan 5 Gorengan. Empat gorengan terdiri dari Stuffed Bean Cud (tahu goreng), Nachos, Vegetable Samosa, Calamary Ring, dan Potato Croquette. Untuk Soup di antaranya Hearty Chicken Noodle Soup, Onion Soup, Potato Cream Soup, dan Minestrone Soup.
Beberapa menu andalan yang ada di buku menu disajikan untuk dicicipi bersama-sama
Hidangan Pembuka Ada tiga gorengan saja yang saya coba di antaranya Nachos, Vegetable Samosa dan Calamary Ring. Saya coba sedikit saja karena mesti berbagi dengan blogger lainnya.
Pertama-tama saya coba Vegetable Samosa. Pastel gaya India yang terbuat dari kulit pastry tipis dan berbentuk segitiga ini saya cicipi lebih dulu karena saya suka isiannya yang biasanya berupa sayur-sayuran dicampur daging, bahkan keju. Camilan satu ini mirip-mirip lumpia Semarang. Iya ga sih? :D
Vegetable Samosa, crispy dan isinya sangat lezat!
Ada saos sambal dan saos tomat sebagai cocolan Samosa, tapi saya tidak makan Samosa dengan kedua saos tersebut, melainkan dengan saos yang digunakan untuk makan Calamary Ring. Sekilas sih mirip mayones. Tapi yang terlintas di pikiran saya justru saos Chutney dari India yang biasanya memang jadi teman camilan sejenis Samosa atau pakoras. Haha. Anggap saja begitu ya. Soalnya kemarin memang saya tidak tanya itu saos apa. Btw, kebetulan saya memang penggemar saos Chutney yang dominan terbuat dari yoghurt dan buah.
Nah, ketika makan Calamary Ring, saya gunakan saos sambal dan saos tomat yang digunakan untuk cocolan Vegetable Samosa. Jadi ceritanya tukaran saos deh he he.
Calamary Ring, cumi putih empuk berbalur tepung yang renyah
Spring roll
Nachos saya coba belakangan. Sayang kondisinya sudah lembek karena sudah kelamaan dipajang di meja untuk difoto-foto. Saat sudah waktunya untuk dimakan pun masih saya tinggal ngobrol dulu. Akibatnya makin lembek. Kalau masih kering dan crispy pasti lain cerita. Jadi kalau pesan ini, segera dimakan sebelum jadi lembek. Bakal terasa enaknya.
Nachos
Penasaran dengan kroket kentang, akhirnya saya cicip sedikit, minta punya mbak Tanti.
“Coba deh, enak banget yang ini. Recommended banget pokoknya,” begitu kata mbak Tanti.
Penasaran dong. Setelah dicoba, woaah…memang tidak salah kalau kroket kentangnya patut direkomendasikan. Buat yang ingin menikmati sajian di Restoran Cerenti, jangan lewatkan camilan yang satu ini ya.
Kalau kamu ke Resto Cerenti, jangan lupa masukkan Kroket kentang ini dalam daftar pesanan
Stuffed Bean Cud alias tahu goreng, renyah dan lezat.
Aneka soup
Hidangan Utama Sebelum main course disajikan, kami diminta mengambil kertas undian. Dalam kertas itu tertulis nama makanan yang nantinya akan dimakan oleh masing-masing kami. Saya kebagian Kwetiau atau Mie Goreng Jawa. Saya pilih mie goreng jawa. Untuk minuman saya pilih jus kiwi, minuman buah favorit sejak jaman dahulu kala he he
Jus Kiwi kesukaan
Hidangan utama yang disajikan kemudian merupakan beberapa menu unggulan ala carte, terdiri dari Australian striploin, Boneless chicken leg steak, Australian beef tenderloin, dan Salmon Norwegia. Menu-menu ini hanya bisa saya pandangi sambil hampir ngiler haha… Saya lupa menu-menu menggiurkan tersebut hanya untuk difoto atau sudah termasuk dalam menu yang diundi untuk dijadikan santapan malam salah satu dari kami.
Spaghetti Carbonara
Australian striploin
Boneless chicken leg steak
Salmon Norwegia
Chicken Teriyaki
Kemudian berturut-turut tersaji nasi timbel, soto ayam, sop buntut, mie goreng jawa, chicken teriyaki, dan lain-lainnya. Saya tergiur dengan sop buntut dan soto ayamnya. Menurut mbak Tanti yang saat itu mencicipi rasa kuah soto, rasanya kuahnya hampir mirip kuah soto lamongan. Lebih kaya rasa dari kuah soto ayam biasa. Mungkin inilah kreasi dari Chef Yan.
Begitu juga dengan sayur asam pelengkap nasi timbel, agak berbeda dari sayur asam biasa. Ada rasa ebi yang sangat dominan, membuat kuah sayur asamnya jadi gurih dan sedap.
Sop buntut dan Soto ayam
Menu tradisional Indonesia ini kudu dicoba ya, sayur asamnya maknyuss
Porsi mie goreng jawa yang saya makan cukup besar, agak kesulitan saya menghabiskannya. Telur dan dua tusuk satenya membuat saya makin cepat kenyang. Tapi sebetulnya porsi tersebut sangat normal untuk ukuran orang kebanyakan.
Lain kali jika ke Restoran Cerenti lagi, saya ingin mencoba Sop Buntut-nya. Ini makanan kesukaan saya. Pingin tahu rasanya kalau di sini seperti apa. Hmm…bicara tentang masakan buntut, saya teringat saat buka puasa bareng di Grand Zuri BSDpada bulan Juli tahun 2015 lalu pernah mencicipi enaknya buntut bakar olahan chef Robby. Waktu itu makannya bareng mas Tikno Bolang, Cumi Lebay, Wira dll. Lezatnya itu lho, nempeeeel banget di lidah.
Nah, sop buntut kreasi Chef Yan pasti tak kalah enak. Jadi penasaran deh…
Coba juga Mie Goreng Jawa ini, lezat :)
Hidangan Penutup Dessert selalu tampil menggoda. Makanya saya jarang melewatkan sajian penutup, apapun rasa yang kemudian melekat di lidah.
Ada 4 dessert yang dihidangkan, salah satunya Creme Brulee. Chef Yan sampai 3 kali mengulang nama dessert yang satu ini. “Huruf e nya dua ya,” ucapnya sambil mengucapkan Brulee. Logat Perancisnya keluar :D
Creme Brulee ini bikin nagih!
Selain Crème Brulee, ada juga Strawberry Cheese Cake, Chocolate Fudge, Tiramisu, dan Pisang Goreng saus Vanila.
Cheese cake dengan rasa cream cheese dan whip cream yang paaaas banget
Pisang Goreng saus vanila ini bikin ingin nambah lagi dan lagi
Tiramisu dengan rasa kopi yang cukup tajam...so yummy
Chocolate fudge
Bagi saya, cukup satu hal saja untuk membuktikan suatu makanan penutup yang saya icip itu enak atau nggak, yakni ketika saya tidak merasa eneg dan terus menghabiskannya hingga tak bersisa. Nah, buat saya, lima menu dessert yang disajikan kali ini bikin saya ingin nambah lagi, dan lagiii.
Restoran Cerenti menyediakan menu Nusantara dan western yang sangat bervariasi. Jadi, buat kamu yang berencana hendak kulineran di Tangerang Selatan, khususnya BSD dan sekitarnya, Restoran Cerenti ini bisa jadi pilihan menarik. Semoga jadi referensi juga buat kamu yang akan menginap di Hotel Grand Zuri BSD City.
Terima kasih Grand Zuri BSD atas peluncuran menu-menu barunya ^_^
Saat berwisata di Lampung, ada kalanya saya ingin bermalam dulu di kota. Tidak langsung berangkat melakukan perjalanan jauh ke luar kota, lalu menempuh perjalanan berjam-jam lamanya. Atau, sesudah beberapa hari keliling Lampung mengunjungi tempat-tempat wisata yang tersebar di beberapa kabupaten, ingin rasanya singgah dulu di kota barang semalam atau dua malam, setelah itu baru kembali ke Jakarta.
Rasanya ada yang kurang kalau tidak singgah di kota. Entah untuk sekedar melepas lelah usai jalan-jalan jauh, atau memang untuk menikmati suasana kota sambil kulineran. Jika sudah di kota, inginnya bermalam di hotel yang nyaman dan bikin betah. Bisa istirahat dengan tenang, tidur nyenyak, dan menikmati makanan enak.
Lampung memiliki banyak pilihan tempat menginap. Mulai dari guest house hingga hotel berbintang nan mewah. Saya sudah mencicipi beberapa penginapan di sekitaran kota, dan sependek ini belum ada yang mengecewakan. Pernah menginap di Wisma D’Green (kini bernama Hotel Airy Tugu Adipura), OmahAkas, POP Hotel, dan Inna Eight. Masing-masing memberi pengalaman yang berbeda sesuai standar fasilitas dan layanan yang diberikan.
Hotel Batiqa Lampung
Kali ini saya berkesempatan menginap di Hotel Batiqa Lampung. Hotel ini adalah Hotel Batiqa pertama yang ada di Lampung. Grand Opening Hotel Batiqa dilaksanakan pada hari Jumat tgl. 16 September 2016 lalu. Tapi, hotel sudah melayani tamu sejak bulan Juni 2016. Dan saya beruntung menjadi salah tamu yang menganyari hotel ini di bulan Agustus.
Grand opening Hotel Batiqa dihadiri oleh Bapak Walikota Bandar Lampung, Bpk. Drs. H. Herman H.N, MM, Putri Indonesia Lampung 2017, Feriska Anggrelita serta Manajemen Surya Internusa Group, Ibu Reggy Suriadjaja, dan Bpk. Eddy Purwana Wikanta, Bpk. Michael & Ibu Siska Tjahaja.
A photo posted by BATIQA Hotels (@batiqahotels) on
Hotel Batiqa Lampung memiliki 15 lantai yang terdiri dari 98 Superior Rooms dan 10 Suites Room. Saya mendapat kamar Superior yang terletak di lantai 10. Lagi-lagi ini sebuah keberuntungan, sebab dari ketinggian lantai 10, saya mendapatkan pemandangan yang baik. Sesuai dengan harapan saya agar bisa istirahat dengan tenang namun sekaligus mendapatkan kenikmatan memandangi view kota pada waktu-waktu yang berbeda.
Ranjang empuk, sofa di pinggir jendela, dan pemandangan kota di balik kaca
Kamar Superior yang saya tempati memiliki ukuran yang cukup luas dengan desain interior perpaduan antara simple modern dan sentuhan tradisional. Terdapat sofa yang diletakkan di dekat jendela kaca. Dari jendela inilah saya dapat melihat suguhan suasana kota Bandar Lampung dari ketinggian. Sofanya agak panjang, bisa digunakan untuk berbaring sambil melihat cahaya lampu-lampu yang menerangi kota di kala malam, bayangan bukit-bukit di kejauhan saat pagi menjelang, atau matahari pagi yang perlahan naik.
Fasilitas di dalam kamar Superior
Sentuhan tradisional terlihat dari motif batik yang menghiasi dinding di belakang ranjang. Interior kamar juga mengandung unsur alam. Hal ini terlihat dari lemari baju, bangku kecil di dekat pintu kamar mandi, dan juga meja panjang yang terbuat dari kayu. Di atas meja terdapat TV Cable dengan puluhan channel. Komplimen yang saya terima terdiri dari 2 botol air mineral, teh, kopi, dan dilengkapi kettle. Masing-masing kamar dilengkapi AC dan telpon.
Safety box, lemari pendingin, TV Cable
Komplimen
Kamar mandinya tidak terlalu luas, tapi penempatan kloset duduk dan wastafel tepat, membuat kamar mandinya tidak terasa sempit. Tersedia dua handuk tebal pada rak gantung. Kamar mandinya menggunakan shower dengan air panas dan air dingin. Saya suka wastafelnya, cukup lebar dan leluasa untuk menaruh perlengkapan mandi yang saya bawa. Kalau sedang dandan juga bisa menaruh kosmetik lebih banyak.
Kamar mandi, simple dan bersih
Hotel Batiqa Lampung memiliki Resto Fresqa Bistro yang terletak di lantai 1. Resto ini buka dari jam 6 pagi sampai jam 12 malam. Tamu dari luar (bukan tamu hotel), bisa bersantap di sini. Sedangkan area lounge yang merupakan teras resto (semi outdoor) buka 24 jam. Saya makan di sini saat sarapan. Menu sarapan yang dihidangkan cukup bervariasi, sesuai dengan standar restoran hotel bintang 3 yang pernah saya jumpai. Buat saya sendiri, menunya cukup membangkitkan selera.Untuk menu tersedia menu western, chinese food, dan Indonesia.
Teras resto menghadap ke jalan raya. Asik saat makan sambil melihat lalu lalang kendaraan yang melintas. Apalagi udara luar lebih segar. Bikin betah duduk, nggak sadar makanan sudah habis aja. Kalau nongkrong malam hari sambil ngobrol dengan teman akrab, pasti menyenangkan.
menu makanan berat dalam hidangan pagi
Sarapan bubur ayam
Saya belum sempat makan di resto di waktu malam. Jadi saya belum tahu ada menu apa saja yang bisa dipesan di Restoran Bistro. Malam hari saya kulineran di luar, mencicipi Sate Madura pinggir jalan. Menurut Mas Yopie Pangkey, admin @KelilingLampung, sate madura yang saya datangi malam itu merupakan salah satu sate terenak yang ada di Kota Bandar Lampung. Benarkah?
Namanya Sate Bang Kumis #benar ga ya? Saya lupa namanya hehe. Pelanggannya ramai. Antrinya agak lama. Tapi saya tidak sia-sia menunggu. Warungnya boleh kaki lima, tapi soal rasa bintang lima. Rasa bumbunya benar-benar juara. Sangat jarang saya menemukan sate dengan bumbu seenak sate bang Kumis. Kalau kamu ke Lampung, cobain deh satenya. Recommended.
Sarapan saya pagi itu...
Tidak seperti umumnya hotel di mana resepsionis biasanya ada di lantai dasar, di hotel ini resepsionis ada di lantai 1. Jadi tamu mesti naik dulu, bisa lewat tangga atau menggunakan lift, baru kemudian check in.
Rate Superior Room yang berlaku saat ini adalah Rp 390.000 Nett. Ini benar-benar special price bagi hotel bintang 3 yang baru buka. Saya katakan spesial karena harga tersebut tidak jauh berbeda dengan rate hotel dengan bintang yang ada di bawahnya. Artinya, dengan harga tersebut, tamu bisa dapatkan fasilitas dan layanan yang lebih baik.
Rate Superior Room Rp 390.000 / malam sudah termasuk sarapan untuk dua orang. Untuk tipe Suite Room tarif permalam Rp 890.000,-
Selamat datang di Hotel Batiqa Lampung ^_^
Fasilitas lainnya selain resto adalah 4 meeting rooms, gym, free wifi, transportation, dan 24 jam room service. Hotel ini tidak memiliki kolam renang. Hal ini perlu diketahui bagi tamu yang mau ajak keluarga dengan anak-anak yang suka berenang.
Jika butuh penginapan di Lampung, jangan lewatkan hotel ini dari daftar pesanan. Saya sudah merasakan fasilitas dan layanannya yang menyenangkan. Tarif kamarnya reasonable. Keunggulan berupa lokasi strategis, punya view kota yang menawan dan suasana yang cukup tenang, bisa jadi pertimbangan yang baik sebelum memesan. Cocok untuk traveler yang ingin beristirahat seusai jalan-jalan Keliling Lampung, atau pun bagi bisnis traveler yang sedang ke Lampung.
View dari kamar lantai 10
Yuk catat alamat dan nomornya.
Hotel Batiqa Lampung Jl.Jenderal Sudirman No.140 Pahoman, Tanjung Karang Bandar Lampung, Indonesia Telp: +62 721 560 2900 Fax: +62 721 560 2800
“Pergi ke Kalianda, Rien. Pantai-pantainya cukup bagus. Di sana juga banyak penginapan dan kamu bisa main ke Pulau Mengkudu sekaligus berkunjung ke Batu Lapis.” Mas Yopie Pangkey admin @KelilingLampung merekomendasikan Kalianda untuk saya kunjungi di akhir bulan Agustus lalu. Saat nama Kalianda disebut, ingatan saya melayang pada acara Festival Krakatau 2015. Saat itu saya mengikuti Tur Krakatau bersama para undangan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung. Kalianda menjadi titik keberangkatan kami menuju Gunung Anak Krakatau, tepatnya dari dermaga Grand Elty Krakatoa Resort. Dalam acara Tur Krakatau itulah pertama kali saya ke Kalianda. Dari dalam bus yang saya tumpangi, saya tidak terlalu memperhatikan keadaan pantai-pantai yang dilewati. Hanya melihat sekilas saja, dan rasanya saya tidak melihat ada pantai yang bikin saya tertarik dan ingin mengunjunginya suatu waktu. Itu sebabnya ketika Mas Yopie menyebut Kalianda saya tidak begitu antusias. Tetapi, Pulau Mengkudu dan Batu Lapis itu yang membuat saya penasaran. Pesona seperti apa yang dimiliki Batu Lapis dan Pulau Mengkudu?
Pulau Mengkudu tanpa pohon mengkudu
Berwisata ke Lampung Selatan Selasa tgl. 30 Agustus 2016 saya berangkat ke Kalianda bersama @KelilingLampung. Kalianda merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang terletak di kaki Gunung Rajabasa. Kota kecil nan bersahaja ini juga terletak di tepi pantai di sepanjang Teluk Lampung. Saya berangkat dari Bandar Lampung dengan menggunakan kendaraan admin #KelilingLampung. Waktu tempuh menuju Rajabasa diperkirakan sekitar 2,5 jam. Memasuki wilayah Lampung Selatan, kami melewati Pelabuhan Panjang Pelindo. Saat mengamati keadaan sekitar kiri dan kanan jalan, saya merasa seolah pernah melintasi jalan tersebut. Seperti jalan menuju Pelabuhan Bakauheni. Hal itu dibenarkan oleh mas admin @KelilingLampung. Lampung Selatan memang merupakan sebuah kabupaten yang menjadi pintu gerbang Provinsi Lampung. Di kabupaten ini terdapat Pelabuhan Bakauheni, tempat bersandar kapal-kapal yang membawa penumpang/barang dari Pulau Jawa.
Kulineran di Kalianda, Pindang Patin dan Pindang Simba
Kulineran di Kalianda Memasuki jam makan siang, mobil kami menepi ke sebelah kanan jalan di sebuah rumah makan pindang pegagan. Pengunjung sedang ramai. Mas admin @KelilingLampung sudah beberapa kali makan pindang di tempat ini. Rasanya biasa tapi ikannya segar, begitu menurutnya. Biasanya kalau rumah makan ramai pengunjung, ikan dan bahan makanan yang digunakan yang segar karena stock bahan yang ada tidak disimpan lama-lama. Di rumah makan ini kami hanya menghabiskan Rp 82 ribu untuk pindang patin, pindang simba, 2 nasi dan minum 2 buah air kelapa bulat. Cukup murah? Usai makan siang yang mengenyangkan itu, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Rajabasa. Suasana pesisir mulai tampak. Desa-desa di pinggir laut dengan warga yang tengah beraktifitas, serta rumah-rumah yang berbaris rapi, memperlihatkan kehidupan yang cukup makmur. Plang-plang bertuliskan home stay dan paket wisata mulai terlihat di beberapa tempat. Pertanda kami sudah memasuki kawasan wisata.
Pantai Canti Lampung Selatan
Pantai Canti dan Pantai Wartawan Jalan yang kami lalui di Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa, makin lama makin ke pinggir laut. Mobil melintasi dua pantai ternama di Lampung Selatan yaitu Pantai Canti dan Pantai Wartawan. Karena pemandangan yang terlihat di kedua pantai itu cukup menarik, kami sempat berhenti beberapa saat untuk mengambil foto. Pelabuhan Canti merupakan salah satu titik keberangkatan wisatawan yang hendak berangkat ke Gunung Anak Krakatau. Menurut cerita, jika berangkat dari Canti, maka jarak tempuh menuju gunung tidak terlalu panjang. Pantai Canti memiliki hamparan pasir putih. Di antara rimbunnya pepohonan yang melengkapi keindahan pantai ini, tedapat saung-saung yang asik untuk duduk-duduk santai atau rebahan, atau sekedar menatap pulau-pulau kecil di kejauhan. Pantai Wartawan adalah pantai yang tak terlalu luas tetapi memiliki keunikan karena terdapat sumber air panas. Jika mampir ke pantai ini kita bisa memanfaatkan sumber air panasnya untuk merebus telur.
Pantai Wartawan di Lampung Selatan
Pantai Kahai Kahai adalah nama tempat yang terletak di Kecamatan Rajabasa, tepatnya di Desa Batu Balak - Lampung Selatan yang berjarak tempuh kurang lebih 30 km dari pelabuhan Bakauheni. Kahai sendiri merupakan tempat yang subur dengan pemandangan alam yang sangat memukau, panorama laut yang indah dengan udara yang segar yang tentunya dapat memanjakan mata manusia. Pukul 13.30 kami sampai di Krakatau Kahai Beach Hotel. Penginapan pinggir laut ini terletak di Jl. Raya Pesisir Batubalak No.99 Rajabasa, Lampung Selatan. Dari jalan raya, lokasinya ada di sebelah kanan jalan. Setelah melewati gerbang, ada turunan, kemudian belok kanan ada jalan agak naik. Tepat di atas bukit/tebing terdapat beberapa bangunan berupa restoran, hotel, campingground room (rumah kayu). Sedangkan di area pantai terdapat water boom yang bisa digunakan oleh tamu hotel maupun umum.
Water Boom di Pantai Kahai, Krakatau Kahai Beach Hotel
Sebelum kemari, saya sempat melakukan pencarian beberapa hotel di Google, sampai akhirnya menemukan website www.krakataukahaibeach.com. Di antara kamar-kamar yang ditawarkan, saya tertarik dengan campingground room berupa bangunan rumah kayu di atas tebing yang menghadap ke laut. Harga per malam nya Rp 600.000 include sarapan untuk dua orang dan dua tiket masuk water boom. Ada disc 30% untuk weekdays.
Nah, karena harganya bersahabat dengan kantong, kamar inilah yang saya pesan. Harga bagus, view bagus, dan kamar kayunya pun unik, sempurna.
Rumah kayu dengan kamar mandi di luar
Fasilitas di Rumah Kayu: double bed, AC, TV, slipper, 2 botol air mineral, WIFI
Tarif kamar rumah kayu (campingground room) include sarapan untuk 2 orang
Pulau Mengkudu Perahu untuk menyeberang ke Pulau Mengkudu kami pesan melalui hotel Krakatau Kahai Beach. Per orang dikenakan biaya Rp 40.000 untuk pulang dan pergi dari/ke Pulau Mengkudu. Biasanya di akhir pekan pengunjung lebih banyak dan harga sewanya bisa lebih murah. Dari hotel ada motor yang disediakan untuk berangkat menuju titik persewaan perahu yang akan menyeberang ke Pulau Mengkudu. Jaraknya tidak terlalu jauh tapi kalau jalan kaki lumayan. Sempat mau pakai mobil, tapi orang hotel bilang nanti repot parkirnya. Akhirnya kami naik motor. Security hotel yang mengikuti dari belakang berencana membawa motor itu kembali ke hotel. Tidak ditinggal selama kami pergi ke Pulau Mengkudu. Tiba di tempat persewaan perahu ada yang minta bayaran parkir sebesar Rp 10.000. Guide dari hotel yang mengikuti dari belakang terlihat tidak setuju dengan tagihan uang tersebut karena motor kami tidak parkir, melainkan cuma mengantar lalu pergi lagi.
Jukung (perahu) yang mengantar kami ke Pulau Mengkudu
Sore itu kami menyeberang ke Pulau Mengkudu. Pulaunya cukup dekat, 20 menit saja kami sudah sampai. Ternyata perahu tidak bersandar di Pulau Mengkudu, melainkan di pulau pasir timbul yang menghubungkan antara daratan Sumatera dengan Pulau Mengkudu. Pasir timbul ini tidak akan terlihat ketika air laut pasang. Jadi sebenarnya Pulau Mengkudu bisa dicapai lewat daratan. Tapi tidak disarankan karena medannya sulit berupa bukit-bukit terjal. Karena itu menggunakan perahu lebih mudah dan aman.
Jalan ini adalah pulau pasir timbul yang menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Mengkudu
Ada biaya tiket masuk pulau sebesar Rp 10.000 perorang. Hari itu hari Selasa, pengunjungnya sedikit, hanya ada 4 anak muda sedang bermain air di pinggir pantai. Saat kami tiba, mereka berjalan ke arah bukit, menuju Batu Lapis. Di akhir pekan, pengunjung pulau cukup ramai, bisa mencapai seratus orang per hari nya. Sedangkan di hari libur nasional, atau libur hari raya, pengunjung bisa mencapai 500-an orang. Demikian keterangan dari mas-mas yang menyewakan alat snorkling di warung dekat pantai. Di sini memang ada warung, tapi cuma satu-satunya. Bagi yang ingin membeli air minum, mie instant, atau sekedar jajan gorengan, bisa ke warung tersebut. Nah, di warung itu pulalah terdapat persewaan alat-alat snorkeling.
Selamat datang di Pulau Mengkudu
Satu-satunya warung
Kami memilih untuk menikmati suasana pulau saja. Oh ya, jalan kaki di pulau pasir timbul perlu menggunakan sandal. Lumayan sakit kalau jalan kaki karena ada banyak batu-batu berbagai bentuk dan ukuran berserakan di atas pasir. Jarak antara daratan Lampung dengan Pulau Mengkudu tidak panjang, sekitar 50 meter saja. Sorenya kami berenang karena tidak tahan dengan godaan airnya yang jernih dan kebiruan. Air lautnya terasa hangat, bikin saya betah berlama-lama berendam. Apalagi sambil menikmati pemandangan bukit-bukit di daratan pulau Sumatra yang terlihat begitu hijau, sangat memanjakan mata.
Banyak batu di permukaan pasirnya, kudu pakai sendal biar nyaman jalan kaki
Jalan-jalan di pulau, eh ketemu biawak besar *Foto oleh Yopie Pangkey*
Pulau Mengkudu memiliki luas sekitar dua hektare. Pulau mungil tak berpenghuni ini terletak di Desa Batu Balak, Kecamatan Rajabasa. Dinamakan Pulau Mengkudu karena pada tahun 1980-an di pulau ini banyak dijumpai pohon mengkudu. Namun kini pulau ditumbuhi pohon bakau. Saat berjalan-jalan di pulau ini, udara terasa sejuk karena banyak pohon yang menaungi. Mesti hati-hati selama berjalan di antara bakau sebab saya menemukan seekor biawak besar sedang melintas di antara daun-daun kering dan akar pohon. Ngeri juga kalau digigit he he.
Memotret sampai basah-basahan
"Tegar seperti karang" - Foto oleh Yopie Pangkey
Airnya jernih dan hangat, enak buat berendam dan berenang
Batu Lapis Sebelum hari terlalu petang, perahu datang menjemput. Kami pun pulang. Sekitar 10 menit setelah berangkat dari Pulau Mengkudu, perahu merapat ke pinggiran untuk singgah di Batu Lapis. Agak sedikit sulit perahu bersandar. Hempasan ombak cukup kuat, begitu juga angin sore. Karena itu perlu hati-hati. Apalagi batu-batunya licin. Perahu benar-benar harus ditarik dan dipegang dengan kuat agar kami bisa turun dengan selamat. Batu karang berlapis-lapis yang berundak-undak itu berwarna kehitaman, tersusun rapi, dan terlihat sangat unik. Sesuatu yang langka dan belum pernah saya jumpai. Mirip bebatuan di Tanah Lot Bali. Lapisan-lapisan pada batunya sangat rapi. Seperti dipahat. Seperti ada yang menyusunnya. Padahal semua terbentuk secara alami. Bisa jadi karena faktor alam, terkena hempasan ombak, arus deras, terjangan gelombang, angin atau apa saja yang ada di sekitarnya. Ombak yang menghantam dan laut biru jernih di dekatnya membangun estetika tempat tersebut.
Bebatuan unik dan cantik *Foto oleh Yopie Pangkey*
Di salah satu sisi, ada celah di antaran bebatuan itu sehingga membentuk semacam kolam. Saya berjalan dari satu undakan ke undakan lainnya. Di undakan paling atas, bapak pengemudi perahu duduk menghisap rokok. Matanya lekat memandang lautan. Seolah sedang berbincang mesra dengan alam. Sementara guide tinggal di perahu, menjauh dari batu agar tidak terkenan dorongan ombak yang menghempas bebatuan. Mas admin #KelilingLampung sibuk membuat foto dan video dari kamera Theta 360. Hari kian petang, matahari sebentar lagi tenggelam. Saya mengambil gambar sebanyak mungkin selagi alam raya belum kehilangan cahaya. Setelah puas, baru duduk-duduk saja, menikmati pemandangan petang yang mulai menyajikan nuansa romantis. Langit mulai berhias selendang jingga.
Tak salah jika Batu Lapis menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat bertualang di Lampung Selatan. Tempat ini menghadirkan inspirasi, juga sebait puisi sunyi. Cara mudah menuju Lampung Selatan Pertama-tama, datanglah ke Lampung. Ada dua cara untuk menuju Lampung yaitu lewat darat dan udara. Jika dari Jakarta lewat udara, ada banyak maskapai rute Jakarta-Lampung yang melayani penerbangan sejak pagi sampai sore. Lalu, dari bandara Radin Intan Lampung, sewalah mobil untuk menjangkau daerah pesisir di Lampung Selatan. Jika dari Jakarta lewat darat, sesampainya di Pelabuhan Bakauheni, sewalah kendaraan mobil ataupun ojeg motor dalam waktu kurang lebih 45 menit saja. Sementara jika datang dari arah Kota Kalianda, jaraknya hanya sekitar 30 Km dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun ojeg motor. Waktu terbang dari Jakarta-Lampung tergolong singkat karena jaraknya memang dekat. Meski dekat, tidak berarti tiket pesawatnya murah. Jika memesan jauh hari sebelum keberangkatan, atau saat ada tiket promo, saya kadang bisa dapat harga ramah di kantong. Tapi jika memesan sudah dekat hari H, tak jarang mengoyak kantong. Buat saya yang sedang hobi banget ke Lampung, tiket-tiket pesawat ini jadi urusan yang bikin kantong tidak cuma koyak, tapi hancur. Maklumlah, pejalan dengan duit pas-pasan. Hehe.
Jelang senja di Batu Lapis
Belanja Tiket Pesawat Murah ke Lampung Belakangan saya memang kecanduan berwisata di Lampung. Provinsi satu ini seperti crème brulle yang manis dan lembut. Makin dijilat makin enak. Makin banyak objek wisata dijamah, makin penasaran bikin ingin datang lagi dan datang lagi. Sesekali sih ada dapat sponsor, entah itu tiket pesawat atau pun penginapan. Tapi jarang. Seringnya bayar sendiri. Untuk menyiasati agar tetap bisa jalan-jalan tanpa bikin kantong koyak sana sini, saya kudu pinter-pinter mencari tiket pesawat murah. Ada cara untuk mendapatkannya, yakni melalui tiket2.com Tiket2.com adalah website dengan fitur perbandingan penerbangan dan pemesanan tiket. Website ini telah membangun sebuah database maskapai, bandara dan rute di Indonesia dan Asia yang sangat besar sehingga harga yang akan didapat dengan memesan tiket pesawat di Tiket2.com sangatlah bersaing.
Belakangan, dari tiket2.com lah saya menemukan harga tiket pesawat termurah untuk setiap penerbangan, setiap hari. Dengan begini, urusan tiket untuk jalan-jalan ke Lampung atau ke daerah lainnya, bukan masalah lagi. Andai pun sanggup bayar tidak murah, tiket pesawat promo tetap jadi incaran. Kalau ada uang lebih sisa beli tiket, bisa digunakan untuk membayar keperluan lainnya seperti untuk bayar taksi, ojek, ataupun belanja oleh-oleh.
Mau ini? Cek www.tiket2.com
Oh ya, saya juga ingin menginformasikan bahwa Tiket2 saat ini sedang mengadakan kontes tiket pesawat gratis, dimana setiap orang bisa memenangkan tiket gratis ke tujuan favorit di Indonesia dan luar negeri. Kalau mau ikutan, bisa cek di website Tiket2.com ya. Siapa tahu beruntung. Kalau sudah dapat tiket pesawat murah, yuk terbang ke Lampung mengunjungi Pulau Mengkudu dan Batu Lapis di Lampung Selatan.
Sriwijayainflight magazine edisi nomor 66 bulan Agustus 2016 memuat artikel dan foto Pulau Kepayang dalam rubrik Discover Island. Tulisan dan foto lebih banyak mengenai Pulau Kepayang bisa dibaca dan dilihat pada postingan saya terdahulu. Di sini saya tampilkan ulang dalam versi lebih pendek dan foto lebih sedikit. Semoga dapat menjadi referensi teman-teman yang berencana untuk liburan ke Pulau Belitung.
~~~~~~~~
Pulau Belitung memiliki keindahan alam berupa pantai dan pulau-pulau kecil yang mempunyai ciri khusus dengan adanya batu-batu granit berbagai ukuran. Dari ukuran kecil hingga sangat besar terhampar di sepanjang pantai hingga di lautan yang berjarak beberapa ratus meter dari tepian pantai. Keberadaan batu-batu tersebut merupakan suguhan alam yang tergolong langka dan jarang dijumpai di pulau-pulau lainnya di Indonesia.
Jelajah pulau menjadi kegiatan paling digemari ketika berwisata di Belitung. Ada banyak pulau yang bisa dikunjungi, salah satu yang tidak boleh dilewatkan adalah Pulau Kepayang. Pulau Kepayang merupakan salah satu pulau kecil tak berpenghuni yang terpisah dengan pulau utama Belitung. Sebelum dinamakan Pulau Kepayang, pulau yang berdekatan dengan Pulau Lengkuas ini dinamakan Pulau Babi oleh masyarakat setempat.
Sriwijaya inflight magazine 66 / Agustus
Pulau Kepayang terdiri dari dua pulau yakni Pulau Kepayang Besar dan Pulau Kepayang kecil. Letaknya berdekatan. Memiliki pemandangan yang sama indah berupa hamparan bebatuan granit, air jernih yang dangkal, serta beragam jenis ikan dan terumbu karang. Air lautnya berwarna biru kehijauan, berpadu dengan pantai yang ditutupi pasir putih berkilau. Daratannya ditumbuhi hutan hujan dengan pohon yang banyak.
Pulau Kepayang tidak terlalu luas, tetapi memiliki fasilitas penunjang wisata seperti penginapan, rumah makan, dan area outbound. Tidak ada tiket yang harus dibayar untuk memasuki Pulau Kepayang. Wisatawan yang melakukan kegiatan jelajah pulau di Belitung biasanya mampir ke pulau ini untuk istirahat dan makan siang. Menu yang disediakan kebanyakan masakan berbahan ikan. Karena merupakan satu-satunya pulau yang memiliki rumah makan, tak heran pulau ini jadi andalan sebagai tempat melepas lapar dan dahaga.
Gugusan batu-batu besar di perairan sekitar Pulau Kepayang
Selain memiliki gugusan batu-batu besar, di Pulau Kepayang terdapat Kepayang Eco Resort, penangkaran penyu, serta pelestarian batu karang yang dikelola oleh Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (KPLB). Untuk memasuki area tersebut dikenakan tiket masuk sebesar Rp 10.000,- per orang. Di sini pengunjung bisa melihat tempat penyu bertelur, tempat penetasan, serta kolam-kolam tempat pemeliharaan bayi penyu dan penyu dewasa. Sedangkan untuk pelestarian karang, pengunjung dapat terlibat dalam upaya konservasi dengan mengadopsi karang seharga Rp 50.000 / stek. Tidak wajib, tapi dianjurkan.
Pulau Kepayang sangat cocok untuk tempat refreshing. Suasananya tenang, sejuk, dan memiliki pemandangan pantai yang indah. Di hutan kecilnya banyak tumbuh pohon kelapa yang buahnya kerap dipetik untuk disuguhkan kepada pengunjung yang datang. Bagi yang senang menikmati keindahan pemandangan bawah laut, pulau ini menjadi salah satu tempat favorit untuk snorkeling. Pulau-pulau kecil yang mengelilingi Pulau Kepayang seakan menjadi benteng, membuat perairan yang ada di depan pantai Pulau Kepayang menjadi tenang. Cocok untuk berenang, snorkeling, diving, atau pun memancing.
Restoran di Pulau Kepayang
Penginapan di Pulau Kepayang
Untuk mencapai Pulau Kepayang dapat menggunakan perahu nelayan bermesin katinting dari Pantai Tanjung Kelayang. Harga sewa sekitar Rp. 450.000 per hari. Dengan perahu tersebut wisatawan dapat berlayar dari pulau ke pulau seperti Pulau Lengkuas, Pulau Burung, Pulau Batu Berlayar dan Pulau Kepayang. Jika hanya ke Pulau Kepayang, waktu tempuh sekitar 15 menit saja dari Pantai Tanjung Kelayang.
Menikmati keindahan Pulau Kepayang tidak cukup dalam satu hari, idealnya mesti beberapa hari. Apabila menginap di Pulau Kepayang, makan akan punya banyak waktu untuk menjelajah. Dan tentunya akan lebih banyak hal berkesan yang didapatkan dari Pulau Kepayang.
Dikelola oleh Kelompok Peduli Lingkungan Belitung
di pulau ini kamu bisa menyaksikan daur hidup penyu
Dukung pelestarian penyu yuk...
Info: Kunjungan ke Pulau Kepayang sudah saya lakukan sebanyak dua kali. Pertama bulan September 2015 dan kedua bulan Mei 2016. Wisata Pulau Kepayang merupakan bagian dari paket wisata Belitung yang saya beli lewat Viscatour. Paketnya bisa dilihat di sini: Paket Tour Belitung 3D2NJika kamu tertarik, kamu bisa hubungi ViscaTour melalui nomor telpon dan email yang tertera di websitenya. Selain pelayanan yang baik, harganya pun terjangkau. Pengalaman saya menggunakan jasa Viscatour sangat baik. Saya rekomendasikan pada siapapun yang ingin berwisata ke Belitung.
“Mas Yopie, nanti saat di Lampung, ajak kami kulineran di rumah makan yang menyajikan menu khas Lampung ya. Kita ingin cicip masakan yang benar-benar khas dari Lampung.”
Permintaan itu saya sampaikan lewat grup Festival Krakatau 2016 di WhatsApp. Sekitar 1 minggu sebelum saya dan teman-teman travel blogger dari Balikpapan, Jogja, Babel, Batam, Jakarta, dan Palembang berangkat ke Lampung untuk mengikuti kegiatan Festival Krakatau 2016 pada tgl 27-28 Agustus 2016.
Teman-teman di grup pun setuju, mereka mendukung permintaan saya. Mas Yopie Pangkey tidak mengiyakan, tidak pula menolak. Hanya merespon dengan satu kata : “Noted”. Hadeuh…
Jumat tgl. 26/8 kami sudah di Lampung. Malamnya kulineran di Warung Mie Aceh Jambo Raya. Sabtu pagi berangkat ke Gunung Anak Krakatau. Pulang sudah tengah malam. Minggu siang sebelum menyaksikan Semarak Budaya di Tugu Adipura, kami baru punya kesempatan untuk kulineran.
Ternyata mas Yopie Pangkey, adminnya @Kelilinglampung_ ini, memenuhi usulan kami. Minggu siang setelah diajak main-main ke Munca Teropong Laut, kami diajak ke Restoran Cikwo yang terletak di Jl. Nusa Indah 3 No. 1 Pakis Kawat Bandar Lampung.
Kita makan di Resto Cikwo ya mbak Lina....
Nama Restoran Cikwo tidak asing lagi di telinga saya. Sejak berteman dengan blogger Lampung seperti Mas Yopie, Mas Indra, dan Fajrin, nama Resto Cikwo sudah beberapa kali disebut-sebut. Meski begitu, setelah beberapa kali ke Lampung (sekitar 5 kali), saya belum juga kesampaian mampir. Seringnya sih karena tidak sempat. Entah itu terburu-buru berangkat ke luar kota Bandar Lampung, atau pun buru-buru kembali ke Jakarta.
Sepintas yang saya tahu tentang Restoran Cikwo adalah rumah makan yang menyajikan beragam jenis kuliner asli dari Provinsi Lampung. Tadinya, nama makanan yang saya ketahui bisa dinikmati di rumah makan ini hanya seruit, gulai taboh, dan pindang. Tidak ada yang lain. Dan selama ini yang paling buat penasaran adalah seruit.
Girly banget ya warna cat restorannya :D
Beberapa kali saya tanya mas Yopie, katanya seruit itu semacam sambal yang dicampur-campur dan dimakan dengan terung. Sambalnya tidak langsung jadi, tapi baru dibuat saat akan makan. Dan katanya, untuk membuat seruit ada caranya. Penjelasan mas Yopie tidak membuat saya bisa membayangkan seperti apa rupa seruit. Entah karena mas Yopie sengaja tidak membuat jelas biar saya penasaran, atau memang sayanya yang terlalu sulit mencerna. Nah, karena dalam rombongan kami ada blogger Lampung nge-hitz bana-bana bernama Indra pemilik blog www.duniaindra.com, si pendiri genk chebox bernama TBC, dia pun didaulat oleh Mas Yopie untuk mempresentasikan cara membuat seruit. Girang dong kita bakal lihat MC terkenal di Bandar Lampung itu memperagakan bikin seruit. Pasti seru pakai chebox chebox segala he he Tapi tunggu dulu, sebelum kami duduk manis di meja yang sudah dipesan oleh Mas Yopie, kita lihat-lihat isi RM. Cikwo dulu yuk.
Pada nyobain pakai Siger :D
Jadi, di rumah makan ini, nggak cuma makanannya yang khas Lampung, pernak-pernik di dalam ruang makannya juga dihiasi beberapa barang yang mencirikan Lampung. Ada mahkota siger yang terkenal itu. Lengkap dengan perhiasan kalung, serta kain peghias leher. Kita para perempuan langsung deh pingin pakai. Gantian satu-satu. Mulai dari mbak Dian, Rian, Mbak Ros, saya, dan mbak Lina. Lalu, cekrak cekrek foto.
Nggak cuma siger mahkota wanita, mahkota laki-lakinya pun ada. Yang paling bergaya siapa lagi kalau bukan Maman. Dia pakai itu mahkota, udah ganteng ga ketulungan mirip pangeran, tapi pas lihat baju kaosnya, aduh….hilang deh pesona seorang pangeran.
Yayan kemana? Dia nggak nyobain pakai mahkota. Bujang tuna asmara itu mungkin takut kena kutukan, pakai mahkota bisa bikin 3 kali gagal kawin. He he percaya aja. Di sini juga ada aneka oleh-oleh khas Lampung seperti Kopi Lampung dan bermacam snack.
Ada kopi lampung, ayo dibeli buat yang hobi ngopi
Semacam peralatan tradisional masyarakat Lampung yang dipajang di restoran
Aneka oleh-oleh dan buku-buku tentang Lampung buat dibaca-baca di tempat
Makanan cukup lama dihidangkan, mungkin karena diolah dulu, agar disajikan segar. Sementara, Indra sudah siap-siap untuk memperagakan cara membuat seruit. Saat makanan mulai satu persatu dihidangkan, langsung dong heboh moto-moto. Pakai naik kursi segala pokoknya.
Nah, setelah semua makan tersaji, baru deh melongo nggak tahu namanya. Saya sampai sulit lho menyebut dan menghafalnya. Akhirnya minta tolong mas pelayan untuk mencatatnya. Mau tahu nggak apa saja? Ini nih:
Di antara semua nama itu, hanya pindang baung dan pepes baung yang saya tahu. Lantas, di mana seruitnya? Oh iya, mana ya??
Gulai Taboh
Terong bakar bahan utama untuk membuat seruit
Inilah saatnya melihat Indra membuat seruit.
Jadi ternyata, seruit itu terdiri dari beberapa macam makanan yang diolah menjadi makanan utama. Apa saja campurannya? Ini yang ditunjukkan oleh Indra:
1 sendok sambal terasi
2 sendok kuah pindang
1 potong terung bakar/terung rebus
1 sendok tempoyak (durian yang dipermentasi)
ikan pepes beserta bumbu pepesnya (ambil satu atau dua suir)
2 sendok kuah gulai taboh ikan tapa yang diasap
Semua bahan tersebut lalu diaduk dengan tangan sesuai budaya dan tradisi masyarakat Lampung, baik dari suku pepadun maupun suku saibatin. Dengan cara diaduk, maka bercampurlah rasa gurih dari ikan, rasa asam dari tempoyak, dan rasa sedap sambal terasi. Setelah diaduk rata, baru dinamakan seruit.
Seruit buatan Indra (www.duniaindra.com) sudah jadi, yuk disantap...
Buat yang masih penasaran cara membuatnya, bisa lihat dalam video di akhir postingan ini ya.
Sebagai informasi, pada tahun 2015, Seruit Lampung telah masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) provinsi Lampung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tradisi makan seruit bersama disebut ‘Nyeruit’. Nyeruit telah menjadi budaya makan bersama masyarakat suku Lampung sejak dulu, baik dalam aktivitas makan bersama dilingkup keluarga hingga dalam gelaran pesta adat atau pesta pernikahan. Di masa kini, aktifitas nyeruit ini juga dilakukan di acara-acara pemerintahan. Karena judulnya untuk kebersamaan, aktivitas nyeruit ini memang lebih afdol kalau dilakukan bersama-sama.
Seruit disebut juga sebagai sambal, pelengkap hidangan gulai taboh, pindang, dan aneka lalapan.
Oh ya, buat kamu yang tidak suka durian, mungkin bakal mikir dua kali ya makan seruit hehe. Saya sih ga ada masalah dengan durian, baik rasa maupun aroma. Jadi, sambal seruit ini ok ok saja melewati lidah saya. Unik sih rasanya, dan baru kali ini coba. Masih penasaran ingin coba lagi.
Kulineran di Lampung kali ini benar-benar spesial, lidah saya akhirnya bisa merasakan kuliner asli yang sudah lama saya idam-idamkan. Rasanya baru sah kulineran di Lampung kalau sudah mencecap masakan aslinya.
Sebuah cita rasa yang amat khas.
Senang bisa memperkaya khazanah kuliner Nusantara lewat sajian di Restoran Cikwo.
Mbak Isna Subana (tengah baju hitam) foto bersama travel blogger: Yayan, Lina Sasmita, Dian Radiata, Arie goiq, Maman, Rian, Hari JT, mbak Rosanna, dan Indra. - Foto oleh Yopie Pangkey
Kamu sudah mampir ke rumah makan ini? Kalau belum, mampir deh, sekalian kenalan dengan pemilik restonya, Mbak Isna Subana. Baik dan ramah banget orangnya. Tidak sulit dimintai informasi tentang menu-menu di restonya. Bikin pingin mampir lagi kalau besok-besok kalau ke Lampung lagi.
Semoga seruit dan aktifitas nyeruit ini dapat lestari. Aamiin.
Batik merupakan warisan budaya Indonesia, ia juga dijadikan sebagai lambang busana dari masyarakat dalam negeri. Tak heran jika seandainya diwajibkan bagi siapa saja paling tidak memiliki satu koleksi busana batik.
Dari sekian banyak jenis batik yang ada di Indonesia, Jawa Tengah menjadi salah satu surganya, hampir semua kawasan yang ada di Jawa Tengah memproduksi batik mereka masing-masing, tentunya dengan motif yang berbeda-beda. Tak kalah dengan Yogyakarta maupun Solo, Pekalongan juga menjadi salah satu produsen batik yang cukup dikenal. Ia lebih sering dinamai sebagai batik Pekalongan.
Koleksi baju batik sebenarnya tak hanya bisa digunakan pada saat acara-acara penting seperti kelulusan atau juga pernikahan saja, sekarang ini banyak sekali model baju harian yang ditawarkan dalam motif batik. Diantaranya adalah babydoll untuk tidur atau juga kemeja, semuanya cocok digunakan pada hari-hari biasa, jadi tak harus menunggu nanti. Siapa pun bisa mulai mengoleksi pakaian dengan motif batik ini sekarang juga.
Sebenarnya pilihan batik yang ada di Indonesia sangat beragam mulai dari jenis tulis hingga cap. Namun tentunya batik yang dikerjakan secara tulis atau asli jauh lebih unggul dibandingkan yang lain. Nilai estetikanya jauh lebih terlihat, belum lagi dengan kualitasnya, batik ini sangat awet dan tak mudah luntur karena terbuat dari pewarna alami yaitu malam. Berbicara mengenai karakteristik batik Pekalongan, paling tidak ada beberapa karakteristik atau ciri yang harus diketahui untuk membedakannya dengan yang lain, diantaranya adalah:
1. Didominasi oleh warna-warna cerah, umumnya banyak diantara anak muda yang kurang senang untuk menggunakan baju batik, salah satu alasannya karena nampak seperti orangtua. Bukan tanpa alasan jika sebenarnya batik ini didominasi oleh warna-warna gelap seperti biru tua, cokelat dan juga hitam. namun batik dari Pekalongan berbeda. Ia justru lebih banyak mengeluarkan warna cerah seperti merah, hijau, biru dan juga kuning, jadi cocok digunakan untuk semua usia, termasuk anak muda.
2. Motif yang digambarkan dalam batik yang satu ini terbilang riil, kebanyakan motif batik hanya beberapa gambar garis atau juga floral yang diulang-ulang, semuanya nampak sama saja. Namun berbeda dengan jenis batik yang berasal dari Pekalongan ini karena ia nampak jauh lebih real, baik dari dimensi maupun penggunaan warnanya.
3. Ciri khas gambar dari batik yang diproduksi oleh keturunan Tionghoa memiliki motif naga, tak hanya penduduk asli Indonesia saja, nyatanya banyak juga diantara produsen yang memiliki datang China disini, mereka menerapkan motif yang agak berbeda yaitu gambar naga yang menjadi ciri khasnya.
4. Flora dan fauna juga mendominasi motif batik tersebut, untuk produsen batik dari Pekalongan asli umumnya lebih senang mendominasi warna batiknya dengan motif flora dan juga fauna yang lebih hidup. Sehingga bukan hal yang mustahil untuk menemukan lebih banyak corak dibandingkan dengan batik dari daerah yang lainnya.
5. Umumnya memberikan full color, warna yang dituangkan selalu bertabrakan dari satu motif ke motif yang lainnya sehingga memang nampak sangat full color.
Bagaimana, tertarik untuk menjadikan batik Pekalongan ini sebagai salah satu koleksi di rumah? Tak harus datang ke Pekalongan terlebih dahulu untuk mendapatkannya, karena ia juga sudah dijual hingga ke seluruh kawasan yang ada di Indonesia. Bahkan kamu juga dapat memesannya secara online, sangat mudah bukan jika ingin membeli :)
Semerbak kopi jelang sore di El’s Coffee House. Salah satu kedai kopi lokal yang ada di Bandar Lampung.
Saya sengaja mampir ke sini seusai perjalanan 2,5 jam dari Kalianda, Lampung Selatan, sebelum menuju bandara Radin Intan. Tujuannya untuk makan siang dan minum kopi, sambil meng-copy foto dari laptop Mas Yopie.
Apakah saya minum kopi? Tidak. Saya sekedar menghirup aromanya, mengamati, dan memotretnya. Secangkir kopi hitam yang dipesan siang itu diseruput oleh Mas Yopie.
Turun dari mobil, saya jalan lebih dulu, mendahului Mas Yopie yang masih diparkiran. Saya cermati baik-baik bagian depan kafe, sepertinya tempat ini berbeda dari yang pernah saya lihat. Saya masih ingat pernah melintas di Els Coffee, tapi penampilan bangunannya tidak seperti ini.“Oh itu gerai yang lain,” ucap Mas Yopie.
Ternyata, El’s Coffee punya tiga gerai di kota Bandar Lampung. Pertama di jalan Mayor Salim Batubara (yang saya kunjungi), di Jalan Kartini (Hotel Citihub), dan di Mal Boemi Kedaton.
Jadi menurutnya, kalau mau yang lengkap minuman dan makanannya, disarankan mampir ke gerai yang di jalan Mayor Salim Batubara. Selain makanan dan minumannya enak, tempatnya pun instagramable banget. Kesempatan buat saya untuk buktikan itu.
Di Jakarta, terkadang saya dan teman-teman menyeruput espresso yang dibawa pergi, tapi Bandar Lampung adalah kota untuk bersantai.
Kedai kopi dengan banyak hiasan modern dan klasik ini menghormati pusaka Lampung, Kopi Robusta. Juga kopi-kopi terbaik Nusantara.
Saya seharusnya segera pergi mengejar pesawat, tapi malah memesan minuman Ice Lychee, dan berlama-lama menghabiskannya. Saya telah belajar bahwa di Lampung jarang ada ketergesa-gesaan.
Satu tempat berjuta rasa, restoran yang menyuguhkan konsep segar dengan citarasa hotel berbintang ini mampu menjadi surga baru bagi para pencinta kuliner.
Tersedia 12 single origin coffee, 9 espresso based, 8 flavoured latte, dan 3 signature drink dari El’s. 7 non espresso based, 4 parfait, 3 popcorn frappe, 4 pudding, 13 frappe, 6 tea, 4 mocktails. Buat yang minum bir, ada 9 jenis beer tersedia di El’s.
Menu makanan
Menu minuman
Buat kaum berjas dan pemburu sajian unik dapat berpesta dengan menu pencicipan yang diolah dengan cakap. Pizza, pasta, dan Asian Fusion adalah sajian dengan citarasa yang dapat memanjakan lidah.
Saya makan siang dengan beef Hamburg. Ada selintas kenangan masa lampau ketika menemukan makanan ini dalam buku menu. Memesannya membuat saya seakan hendak bernosltagia.
Sementara Mas Yopie bahagia dengan menu kesukaannya; Thai Minced with Basil.
Menyeruput Ice Lychee, menghirup aroma kopi
Beef Hamburg dan Thai Minced with Basil
El’s Signature Food terdiri dari The new black coffee chicken. Kalau makan ini, lidah yang terbiasa minum kopi akan biasa-biasa saja menikmatinya. Yang tidak terbiasa patut coba. Ada pula Excotic sensasion spaghetti ikan asin cabe idjo, Green chili ribs, Beef Hamburg rice burger, Southeast asian beauty Vietnamese lemongrass chicken, winning combination crispy cornflake chicken.
Mengusung gaya artsy pada setiap sentuhan dekorasinya. Furniture kayu dan karya seni gambar 3 dimensi yang menghiasi setiap sudut restoran ini berpadu serasi, menciptakan kenyamanan tanpa batas. Konsep dapur terbuka menampilkan aksi menarik dari para barista yang tengah membuat kopi. Pemandangan ini menjadi nilai lebih untuk para tamu sembari menanti kudapan pilihannya.
Sepenuh hati, bulan Oktober ini, berkunjung ke Lampung lagi.
Gerbang Pulau Sumatera yang begitu kaya, indah dan beragam.
Sejumlah ikon wisata Lampung seperti Taman Nasional Way Kambas, Teluk Kiluan, Gigi Hiu, Air Terjun Puteri Malu, Danau Ranau, serta pulau dengan pantai yang masih alami sudah pernah saya sambangi. Meski demikian, sampai saat ini saya masih penasaran dan ingin datang lagi melihat tempat-tempat lainnya.
Wisata alam Lampung tersebar di beberapa kabupaten. Perlu waktu yang tidak singkat untuk menjangkaunya, bahkan harus menginap. Jika aksesnya sulit, bakal lebih panjang lagi jarak dan waktu yang ditempuh. Memang tidak semua mutiara tersembunyi di Lampung bisa dicapai dengan mudah, tapi di situlah tantangannya.
Di Way Kambas, berjumpa gajah Sumatera *Foto oleh +yopie franz *
Di Teluk Kiluan, tempat untuk melihat lumba-lumba di habitatnya *Foto oleh Yopie Pangkey*
Tempat apa yang akan saya kunjungi di Lampung kali ini?
Tidak seperti biasanya saya memburu tempat-tempat eksotis nan jauh, kali ini saya hanya ingin menikmati suasana kota, wisata kulineran, dan bertemu kawan. Rasanya menyenangkan bersantai di kota saja, memanjakan lidah dengan mendatangi beberapa kedai kopi lokal dan menjajal beberapa makanan tradisional. Bagi saya, hal ini tak kalah asik dengan bertualang menikmati wisata alam.
Ada banyak kedai kopi lokal di Lampung. Sependek enam kali saya ke Lampung dalam tahun 2016 ini, ada beberapa kedai kopi lokal yang sudah saya kunjungi yaitu Kedai Kopi Aceh Jambo Raya (sudah 3x), Dr. Coffee (sudah 2x), El’s Coffee House, Kopi Oey (sudah 2x), dan Selebriti Kafe.
Masih ada kedai kopi lain yang tak kalah asik untuk dijadikan tempat ngopi sambil ngobrol bareng kawan, di antaranya Warung Kopi Dunia II, Keiko Bahabia, Lapakkopi, Flambojan Kafe, Yellow Truck, Ros 3, Chocotiers, Hardi’s Espresso Bar, The Coffee, N8 Coffee, dll. Lain waktu, saya mau coba juga kedai-kedai itu.
Menyeruput Kopi Lanang di Dr. Coffee, kamu sudah ke sini?
Makan, ngopi dan ngobrol bareng di Kedai Kopi Aceh Jambo Raya
Kulineran di Selebriti Kafe
Coba juga aneka makanan dan minuman di DeLotuz Kitchen, jangan lupa kopinya...
Belum lengkap berwisata kuliner di Lampung kalau belum mencoba masakan aslinya. Dengan mencicipi masakan tradisional, tak hanya mengayakan lidah dengan cita rasa khas Lampung, tapi juga mengenal budaya masyarakatnya. Di Bandar Lampung, restoran yang menyajikan menu tradisional cukup banyak, bahkan hotel pun menyediakan dalam menu restorannya.
Salah satu restoran di Bandar Lampung yang menyediakan makanan khas Lampung adalah Restoran Cikwo. Di resto ini terdapat sejumlah menu tradisional seperti Sop Tuhuk, Sate Tuhuk, Taboh Iwa Tapa, Pandap, Khetak Belulang, Bekasam, Sambal Khalipu, Pindang Baung, Pepes Baung.
Coba juga kuliner aneka pindang ikan dan pepes ikan ini di Dapur Tatu
Restoran lain seperti Dapur Tatu juga menyediakan kuliner tradisional berupa aneka pindang ikan dan pepes ikan bumbu tempoyak (durian yang dipermentasi).
Restoran Encim Gendut menyajikan aneka menu otentik yang tidak kalah menggoda. Kedai makan yang terletak tak jauh dari Hotel Airy Tugu Adipura ini menyajikan menu-menu ala warteg yang sangat lengkap dan bisa dinikmati dengan harga terjangkau dalam suasana kedai yang nyaman.
Kedai Makan Encim Gendut dekat Hotel Airy Rooms
Aneka menu rumahan di Encim Gendut
Jika ingin melengkapi kegiatan wisata kota, Bandar Lampung memiliki beberapa tempat wisata alam yang menarik untuk dikunjungi sendirian, bersama teman maupun keluarga.
Terdapat Taman Kupu-kupu Gita Persada, Tahura Wan Abdurachman, Lembah Hijau, Alam Wawai, dan Hutan Kera. Bagi penggemar wisata museum, bisa kunjungi Museum Lampung yang terletak di Jl. ZA. Pagar Alam, Bandar Lampung.
Tempat penangkaran aneka jenis kupu-kupu di Taman Gita Persada
seekor kupu-kupu di Taman Kupu-kupu Gita Persada
Suasana teduh di Taman Kupu-Kupu Gita Persada *Foto Yopie Pangkey*
Kota Bandar Lampung adalah kota yang nyaman sekaligus aman. Dari segi biaya, kota ini juga cukup aman bagi kantong wisatawan. Banyak pilihan kedai yang menyajikan makanan dan minuman enak tapi harganya terjangkau. Penginapan nyaman dengan harga aman juga mudah didapat.
Untuk kebutuhan penginapan di Lampung kali ini saya mempercayakan pada Airy Rooms. Situs pemesanan kamar online ini melayani akomodasi dengan standar kenyamanan kamar hotel yang sama di Indonesia. Ada jaminan yang diberikan kepada pelanggan yang memesan kamar lewat Airy Rooms seperti tempat tidur bersih, wifi gratis, TV layar datar, AC, air hangat, perlengkapan mandi, dan air minum gratis. Adanya jaminan inilah yang membuat saya tertarik.
Hotel Airy Tugu Adipura - Bandar Lampung
Ada dua hotel airy di Bandar Lampung, yakni Airy Tanjung Gading Gatot Subroto dan Airy Tugu Adipura Jendral Suprapto. Cara pesan kamar di Airy Rooms ada banyak cara, bisa lewat situs resminya di www.airyrooms.com, bisa juga lewat aplikasi ponsel.
Saya pesan Airy Tugu Adipura lewat aplikasi Airy Rooms di Android. Saat ini pun sudah ada juga aplikasinya di App Store. Tak sampai 5 menit, pesanan diterima dan dikonfirmasi. Setelah melakukan pembayaran melalui ATM, voucher pun dikirim lewat email. Sangat mudah. Mengenai cara pembayaran, selain transfer bank (ATM), bisa juga dengan credit card. Tapi saat itu saya tidak membawa credit card, hanya debet card, karena itulah saya pergi ke mesin ATM.
Saya mendapat kamar dengan tempat tidur twin, dan memang hanya itu yang tersedia di Airy Tugu Adipura. Rate Rp 287.000 per malam saya pikir sudah murah. Sudah termasuk sarapan untuk dua orang.
Kamar saya di lantai dasar, pintu kamar menghadap area parkir bagian dalam. Tempat tidurnya bersih, ada TV layar datar, AC dingin, 2 botol air minum gratis, dan ada komplimen berupa dua biskuit coklat, dua bubur instan, dan dua botol minuman Teh Pucuk. Komplimen ini bernama Airy Sunrise Meal. Yang kurang paling teko pemanas air untuk keperluan memasak bubur instan gratis tadi. Tapi saya bisa mendapatkan air panas gratis dengan memesan lewat layanan kamar.
Airy Sunrise Meal
Gratis dua botol air minum
Kamar mandi menggunakan shower dengan air dingin dan air panas. Untuk perlengkapan mandi tersedia dua handuk dan alat-alat mandi seperti 2 sikat gigi dan pasta gigi, sisir, shower gel, dan samphoo. Terdapat wastafel di sudut kamar mandi yang dilengkapi cermin.
Kamar mandi shower dengan air panas dan dingin
Perlengkapan mandi
Sarapan pagi di kantin dekat area lobi hotel. Pagi itu menu sarapannya berupa nasi bumbu merah, cah tahu sawi, kwetiau, ikan goreng tepung, kerupuk, acar dan saos sambal. Ada buah semangka dan puding untuk pembuka sarapan. Minumannya air putih, teh dan kopi. Memang tak banyak pilihan, tapi menu yang ada sudah cukup menarik bagi yang terburu-buru untuk sarapan.
Jika ingin mencari menu sarapan yang bervariasi, tidak tergesa-gesa hendak bepergian, tinggal keluar hotel. Jalan kaki saja sekitar 20 meter ke arah belakang hotel, di sana ada kedai makan Encim Gendut seperti yang saya ceritakan di atas. Di kedai makan ini ada banyak kue jajanan tradisional seperti di pasar-pasar. Menu makanan berat pun sudah tersedia sejak jam 7 pagi. Mau nasi uduk lengkap dengan aneka lauk pauk kita tinggal ambil di meja prasmanan.
Sarapan dengan menu yang tersedia di hari saya menginap
Restoran hotel
Add caption
Hotel Airy Tugu Adipura berlokasi di tempat strategis. Dekat dengan ATM, minimarket, warung makan, kafe, restoran, dan pertokoan.
Jika ke Lampung lagi, Hotel Airy ini masih akan jadi pilihan saya untuk menginap. Kamarnya nyaman, harganya pun aman di kantong. Cara pesannya pun mudah, bisa lewat web, aplikasi Android dan iOS, ataupun via telpon. Tidak pakai lama, kamar murah yang dipesan langsung didapat. Coba Airy Rooms deh, pasti puas dan kantong aman.
Bukan satu atau dua kali saya membaca dan mendengar tentang kedai makan Encim Gendut. Lumayan sering, baik dengar langsung dari Mas Yopie Pangkey, maupun dari akun-akun instagram kawan-kawan Lampung. Dan seperti biasa, saya selalu dibuat penasaran oleh cerita tentang tempat kulineran, di daerah mana pun, termasuk di Lampung.
Tempat Makan yang Nyaman Saya membuka pintu dengan sangat yakin. Tak ragu bahwa kantin yang saya masuki saat itu adalah kantin makan Encim Gendut seperti yang pernah saya dengar dari Mas Yopie. Alamat yang tertera di instagram Encim Gendut pun cocok dengan alamat yang saya datangi.
Setelah masuk saya tak langsung duduk. Berdiri beberapa saat, menyapu pandangan ke seluruh ruangan. Tampak tiga perempuan berkerudung, berbaju seragam, sedang menikmati makanannya. Ada seorang pria berkaca mata, bercelana selutut, berada di antara tiga perempuan itu. Di meja lain, ada seorang ibu dan anaknya, sepertinya baru saja mulai makan.
Ruang tempat makan cukup lapang sebab tanpa sekat. Dinding paling belakang yang ada di dalam ruangan bisa terlihat dari pintu masuk. Sebuah meja di tengah ruangan penuh oleh wadah-wadah berisi makanan. Meja prasmanan, tempat pengunjung mengambil sendiri makanan yang diinginkan.
Meja dan kursi tempat bersantap terbuat dari paduan kayu dan baja. Permukaan meja kayu ada yang dibiarkan polos saja, ada yang dilapisi keramik, ada pula yang beralas kain batik. Di dinding sebelah kanan, berjajar puluhan piring baki tempo dulu sebagai hiasan. Baki warna-warni dengan bentuk berbagai ukuran itu tertata apik. Unik.
Apa yang pertama saya rasakan? Nyaman. Rapi, bersih, mengkilap dan suasana di dalam ruangan pun tenang. Empat hal itu cukup untuk menghadirkan kesan pertama bernama Nyaman.
Langit-langitnya tinggi, membuat ruang makan terkesan luas. Lampu-lampu gantung dengan kap berbentuk sangkar burung yang terbuat dari kayu, menambah cantik ruangan yang didominasi oleh warna putih.
Di bagian sebelah kanan ruangan, ada bangku sofa terpasang memanjang, bersandar pada dinding. Sejumlah bantal bersarung kain batik berjajar di ujung sofa bagian depan. Di sanalah saya duduk.
wastafel
Piring dan teko-teko model jadul
Foto-foto dulu baru makan Saya ingin segera makan. Tapi keinginan untuk memotret makanan dan ruangan tampaknya lebih kuat.
“Mbak, saya boleh ambil foto makanan dan ruangannya?” tanya saya pada seorang mbak pelayan. Ia mengenakan baju warna ungu muda, seragam yang sama seperti mbak-mbak lainnya.
“Boleh mbak,” jawabnya sambil tersenyum. Sesaat kemudian ia kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Merasa belum puas dengan jawaban itu, saya hampiri pria berkaca mata yang sedang berdiri di belakang meja dekat aneka kue jajanan. Sepertinya dia ‘orang penting’. Tebak-tebak buah manggis. Barangkali dia si pemilik rumah makan.
“Mas, saya mau minta ijin ambil foto makanan dan ruangannya. Apakah boleh?”
“Oh iya, silakan foto saja gapapa. Mbak dari mana?” tanyanya ramah. Saya tak langsung menjawab, melainkan mengamati wajah, senyum, dan kaca matanya. Mendadak teringat Daniel Radcliffe, pemeran Harry Potter. Selintas ada kemiripan. Tapi yang ini versi Asia dan lebih dewasa. Haha.
A photo posted by Kantin Encim Gendut (@encim.gendut) on
Kembali ke pertanyaan. Dari mana? Nah, saya jawab apa ya? Hehe. “Dari Jakarta. Saya blogger.” Usai menjawab seperti itu, jadi mikir sendiri. Apa perlu pakai sebut blogger segala? Haha. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur disebut. Yang penting saya lega sudah dapat ijin.
Saya ambil banyak gambar. Dari ruangan dalam, sampai area makan di luar. Ya, di sini terbagi dua area makan. Di dalam ruangan ber-AC dan di luar (di samping ke arah belakang) untuk area merokok.
Motret itu bikin hepi, meskipun sebentar tapi ujung-ujungnya lelah dan jadi lapar he he. Saya bergegas ambil makanan.
Tempat makan di luar
Menu Otentik Di sini, pengunjung tinggal pilih dan ambil sendiri makanannya. Setelah dibawa ke meja, apa saja yang sudah kita ambil akan dicatat oleh mbak pelayan. Nanti setelah kelar makan, baru bayar ke kasir. Kalau minuman, mesti pesan dulu. Jenis minumannya ada dalam daftar menu.
Ada menu apa saja? Banyak. Kalau kamu pernah ke warteg, kira-kira ga jauh bedalah. Tapi ingat ya, di sini warteg rasa resto he he. Suasananya beda.
Untuk pilihan makan ada nasi uduk, nasi putih, dan lontong.
Ada 15 menu sayur ala rumahan, di antaranya tauge tahu, bihun, urap, daun singkong, tumis kates, tumis bunga kates, terong, tumis genjer, lodeh, sayur asem, sayur nangka, tumis oncom, soto betawi, dan lalapan.
Jenis lauk pauknya cukup banyak. Terdiri dari tempe mendoan, tempe orek, bakwan jagung, ikan merem melek, ikan asin peda, telor rendang/sambel, jengkol, dendeng, cumi item maskeran, sate cumi bedakan, sate udang, perkedel, sate bakso, ayam balado, ayam goreng, bibir sexy, ikan asin balado, tempe/tahu bacem, kikil, sate ampela, rajungan kecil, rajungan besar.
Buat penggemar kudapan tradisional seperti saya nih, ada aneka jajanan pasar yang sayang untuk dilewatkan saat sarapan. Ada kue lupis, klepon, pastel, kue lapis, dadar ijo, onde-onde. Harganya hanya Rp 2.500,- saja. Ada juga asinan buah, uyen, sunpan, choy pan, siomay, otak-otak, dan pempek. Untuk teman makan ada kerupuk kepang, kerupuk jange, dan kerupuk kemplang. Tersedia juga keripik pedas dan asin.
Choy Pan dan Sun Pan
Ga lupa dong makan kue lupis kesukaan :D
Otentik! Itu yang bisa saya komentari dari menu-menu yang tersaji di Encim Gendut.
Kalau dekat rumah, mungkin sudah tiap hari main ke sini. Entah untuk sarapan, makan siang, nongkrong bareng teman (mungkin nunggu anak pulang sekolah) sambil ngemil-ngemil aneka jajanan pasar, atau main sore-sore ajak keluarga makan rujak dan asinannya. Sayang jauh, mesti beli tiket pesawat dulu baru bisa ke Encim Gendut he he.
Oh ya, Encim Gendut buka dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore saja.
Daftar minuman dan harganya
Menu makanan dan harganya
Ngobrol Bareng Willy, Pemilik Encim Gendut Pria berkaca mata tempat saya minta ijin ambil gambar tadi menghampiri. Kami kenalan. Namanya Willy, pemilik Kantin Makan Encim Gendut. Ahaaay!
Kami berbincang santai. Saya sambil makan.
Hei…saya baru pertama kali datang lho. Baru pertama jumpa. Dihampiri ke meja, diajak ngobrol, ngobrol banyak, itu kan gaya orang sudah kenal lama? Lha ini?
Ooouh saya bersyukur banget dipertemukan dengan sosok humble dan sangat friendly seperti Willy! Saya yang awalnya lapar pingin makan, jadi lapar pingin dengar cerita-ceritanya tentang awal-awal membuat usaha rumah makan.
Sempat ditanya kenal sama siapa saja di Lampung. Main ke mana saja. Saya sebut beberapa nama, salah satunya Mas Yopie Pangkey. Dan heeeii….Willy ternyata kenal Mas Yopie. Ah, tapi gak perlu heranlah kalau soal itu.
Willy beberapa kali bolak balik meninggalkan saya. Ngapain? Ikut menyambut dan melayani tamu yang datang dan mau makan. Sempat ragu dalam hati, ini beneran nih dia owner Encim Gendut? Bercelana pendek. Melayani tamu makan. Memeriksa sajian di meja prasmanan. Menghampiri meja tamu sambil keringatan hehe. Tapi dia memang pemilik Encim Gendut!
“Mas Willy, dekat-dekat sini ada bank atau ATM BCA nggak ya?” tanya saya tiba-tiba.
“Ada. Tapi ga dekat banget. Ada apa mbak?” tanyanya.
“Saya mau transfer pembayaran hotel yang akan saya inapi malam ini. Harus sekarang, karena 2 jam lagi saya mau check-in. Kalau tidak segera, nanti saya nggak dapat kamar,” jawab saya agak panik. Ya, saat itu ada sedikit masalah dengan hotel yang endors saya. Ada kesalahan cara pesan. Akibatnya saya pesan ulang lagi dan harus transfer saat itu, ga bisa bayar cash ke hotelnya.
“Di antar mau gak? Nanti saya minta sekretaris saya yang antar mbak Katrin.”
Ucapan Willy membuat saya melongo. Diantar sekretarisnya? Bukan diantar satpam? He he.
Yenni (kerudung merah jambu), yang antar saya ke ATM
Singkat cerita, saat itu juga saya meluncur naik motor ke ATM. Diantar Yenni. Ya, namanya Yenni. Sekretarisnya Willy. Gadis berkerudung yang setiaaaaa banget nganterin dan temani saya ke ATM. Kami sempat salah datang, ternyata mesin ATM setoran tunai ada di seberang jalan. Nyebrang jalan berdua, deg-degan karena jalannya ramai sekali. Mana ngebut-ngebut dan nggak mau ngalah. Nggak ada jembatan penyeberangan. Nggak ada pula tempat khusus pejalan kaki nyeberang.
Sekitar 20 menit saya pergi dengan Yenni, lalu balik lagi ke Encim Gendut. Urusan bayar hotel selesai. Lega. Saya lanjut makan lagi. Lanjut ngobrol lagi dengan Willy.
Cinta Kuliner Lokal “Menu yang kami sajikan adalah menu otentik. Kami ingin mereka yang menyukai menu daerahnya sendiri tahu bahwa di sini mereka bisa mendapatkannya. Mereka tidak perlu malu makan jengkol. Mereka bisa makan sayur genjer. Mereka bisa nikmati tumis bunga kates. Makan sambal. Makan nasi uduk. Makan kue lupis. Makan onde-onde. Dan lain sebagainya,” terang Willy.
Saya menyimak.
Willy pernah lama tinggal di luar negeri untuk studi. Sebagai anak bungsu, saat itu ia jauh dari keluarga. Sambil kuliah, ia pernah mengecap dapat uang dari menjadi pekerja resto, di bagian bersih-bersih. Tapi ia tak malu, justru bangga dapat uang dari hasil keringat sendiri. Padahal ortunya mampu, punya beberapa bidang usaha, salah satunya pariwisata (perhotelan).
Meski pernah lama tinggal di luar negeri, lulusan Curtin Unversity ini tidak kebarat-baratan. 16 tahun tidak kembali ke Lampung sibuk studi, lalu kerja sebagai jurnalis.
Rujak segeeeer
Willy seorang jurnalis?
Ya. Willy pernah bekerja sebagai jurnalis FHM Singapore. Majalah THAT’S Shanghai. Penulis The Star Newspaper Malaysia. Dan yang terakhir The Jakarta Post sebagai editor hari Minggu.
Sejak studi hingga bekerja, Willy tidak kembali ke Lampung hingga 16 tahun lamanya. Waktu yang tidak singkat. Karena sebuah alasan akhirnya ia kembali ke Lampung, bantu usaha orang tua. Kemudian baru pada 18 April 2016 ia membuka Kantin Makan Encim Gendut, hingga sekarang.
Saat kembali ke Lampung, daerah asalnya, ia justru prihatin dengan anak muda yang tidak punya jati diri. Tidak bangga dengan kekhasan daerah yang dipunya. Ia mencontohkan anak muda Lampung yang bergaya ala ke-bandung-bandungan, atau ke- Jogja-jogjaan. Padahal, jadi Bandung enggak, Jogja enggak. Seperti tinggal di kota pura-pura. Kenapa tidak bisa menjadi “ini lho saya, tinggal di Lampung, bergaya Lampung?"
Encim Gendut baru berjalan 6 bulan. Pelan tapi pasti, pelanggannya bertambah dari hari ke hari. Kebanyakan kalangan berkeluarga. Ada pula para PNS dan para ibu-ibu sosialita wannabe (sebutan yang diberikan oleh willy untuk sosialita nanggung hehe). Kalau anak-anak muda (kekinian), masih sangat jarang makan di Encim Gendut.
“Mungkin anak muda nggak mau makan jengkol dan tumis genjer, nanti nggak keren,” canda Willy sambil terkekeh.
“Saya suka masak meski tidak ahli,” ucapnya dengan rendah hati.
Nama Encim Gendut terinspirasi dari tante Willy yang tinggal di Lampung Tengah. Tapi kini tantenya telah tiada. Dulu tantenya pernah 30 tahun jualan makanan. Willy kecil sering diajak ke pasar. Belanja sayur, bumbu-bumbu, dan juga jajanan pasar. Willy dan keluarganya amat mencintai makanan lokal. Itu sebabnya saat membuka rumah makan, menu yang ia sajikan adalah menu tradisional Nusantara.
Meski sudah total mengurus kedai makan, saat ini Willy masih menerima job lain, yakni sebagai konsultan menulis untuk PBB. Misalnya ada dokumen yang harus diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Ia juga memberikan pelatihan bahasa Inggris 3 bulanan.
“Saya tidak menjual makanan. Saya menjual pengalaman,” jawab Willy saat saya tanya teknik marketing Encim Gendut.
Orang datang ingin makan, lalu makan apa yang ia ingin makan. Tanpa harus berpura-pura tidak suka jengkol. Makan sayur asam, tanpa harus pura-pura suka sayur asam. Makan tumis genjer, tanpa pura-pura suka genjer.
Kami sediakan masakan ala rumah di meja. Mereka tinggal ambil tanpa merasa “dijatahi”. Biarkan mereka bersantai saat memilih dan saat menghabiskannya. Kami beri kenyamanan. Pasang AC. Lampu terang. Lantai bersih. Ruangan harum bebas bau tak sedap. Kami sediakan juga tempat di luar, buat mereka yang ingin duduk makan sambil merokok.
Meski makanan ndeso, tapi rasa dan suasana dibuat ala resto. Kebersihan dan kerapian harus nomor satu.
A photo posted by Kantin Encim Gendut (@encim.gendut) on
Di sini, saya ingin orang tak hanya makan, tapi juga saling bertemu. Saya ingin bikin suatu acara di hari Sumpah Pemuda nanti. Saya mau kumpulkan orang-orang yang berdedikasi untuk Lampung. Ga harus tokoh-tokoh terkenal, bisa dari kalangan penggiat wisata, entah itu penulis, fotografer, blogger, pemilik usaha resto lokal, pemilik kedai kopi lokal, semacam itu…
“Saya mau undang Mas Yopie. Mbak Katrin juga. Apa mbak Katrin bisa datang ke Lampung akhir Oktober nanti?” tanya Willy.
Wah.
Saya belum bisa jawab bisa datang atau tidak. “Saya lihat nanti ya mas,” hanya itu yang bisa saya ucapkan padanya.
Waktu sudah menunjukkan jam 12 siang. Saya mesti ke hotel. Obrolan berbobot itu terhenti.
“Kalau butuh penginapan, kapan-kapan ke tempat saya juga boleh. Di Wisma Delima. Tarif kamarnya berkisar antara Rp 200.000 sampai Rp 250.000,- ,” ucap Willy, sebelum saya pamitan.
“Oh, tentu mas,” sambut saya senang. Saya tinggalkan kartu nama untuknya, lewat Yenni sekretarisnya yang tadi antar saya ke ATM.
“Salam ya buat Mas Yopie. Nanti saya kirimi dia undangan,” pesannya sebelum akhirnya saya berjalan ke pintu, meninggalkan Encim Gendut.
Siang itu saya makan nasi uduk pakai orek tempe yang diberi nama “Istri sayang suami”, sate udang, dan sayur genjer. Minumnya es teh tarik. Sempat mencicipi kue lupis favorit, dan juga sepotong Choy Pan. Pulangnya dibekali pisang goreng dan oncom goreng yang masih hangat. Alhamdulillah rejeki.
Kalau ke Lampung lagi, saya mau mampir ke Encim Gendut lagi. Makan dan mendapatkan pengalaman.
Kantin Encim Gendut Jalan Lindu No. 6 Tanjung Karang, Bandar Lampung (dibelakang kursus inggris LIA Jln Kartini) BBM: 5D7B4242 SMS & WA: +62 823-0608-7294 Waktu buka Pukul 07.00-17.00 WIB
*semua foto menggunakan kamera ponsel ASUS Zenfone 3
Tulisan Pulau Mengkudu dan Batu Lapis ini pernah dimuat di Lovely Magazinepower of tourism edisi bulan Oktober 2016. Salah satu foto Pulau Mengkudu digunakan sebagai cover majalah edisi ini. Dimuat 4 halaman dengan 8 foto. Lampung Selatan memiliki kekayaan wisata bahari berupa Pulau Mengkudu dan Batu Lapis. Kedua objek wisata ini berdekatan. Dengan sekali berlayar, kita dapat menikmati keindahannya sekaligus.
Kunjungan saya ke Lampung Selatan berawal dari obrolan dengan Yopie Pangkey, seorang penggiat wisata di Lampung, sekaligus blogger dan fotografer Lampung. Saya ceritakan padanya bahwa seusai mengikuti Festival Krakatau pada tanggal 27-28 Agustus, saya masih ingin pergi berwisata ke tempat yang belum pernah saya kunjungi. Lalu, saya disarankan olehnya untuk mengunjungi pantai-pantai di Kalianda.
Ketika nama Kalianda disebut, ingatan saya melayang pada acara Festival Krakatau 2015 saat menjadi peserta Tur Krakatau. Kala itu Kalianda menjadi tempat keberangkatan kami menuju Gunung Anak Krakatau. Itulah pertama kali saya menjejak Kalianda. Namun, saat itu nama Pulau Mengkudu dan Batu Lapis tak disebut. Hanya Pantai Canti dan Pantai Wartawan yang diceritakan. Saya pun beranggapan bahwa Lampung Selatan hanya punya dua pantai itu sebagai destinasi wisata.
Anggapan saya ternyata keliru. Ternyata Lampung Selatan punya Batu Lapis dan Pulau Mengkudu yang menarik untuk dikunjungi.
Batu Lapis Lampung Selatan
Berwisata di Lampung Selatan Titik awal keberangkatan saya menuju Lampung Selatan adalah Kota Bandar Lampung. Perjalanan ditempuh selama 2,5 jam. Melintasi Kalianda dan berakhir di Rajabasa.
Lampung Selatan merupakan sebuah kabupaten yang menjadi pintu gerbang Provinsi Lampung. Di kabupaten ini terdapat Pelabuhan Bakauheni, tempat bersandar kapal-kapal yang membawa penumpang/barang dari Pulau Jawa. Sedangkan Kalianda merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang terletak di kaki Gunung Rajabasa. Kota kecil nan bersahaja ini juga terletak di tepi pantai di sepanjang Teluk Lampung.
Kami sudah berada di Kalianda saat memasuki jam makan siang. Di kota kecamatan ini, kami singgah makan di sebuah rumah makan pindang pegagan. Setelahnya, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Rajabasa. Suasana pesisir mulai tampak. Desa-desa di pinggir laut dengan warga yang tengah beraktifitas, serta rumah-rumah yang berbaris rapi, memperlihatkan kehidupan yang cukup makmur. Papan-papan bertuliskan home stay dan paket wisata mulai terlihat di beberapa tempat. Pertanda kami sudah memasuki kawasan wisata.
Kulineran Pindang Pegagan di Kalianda
Pantai Canti dan Pantai Wartawan Jalan yang kami lalui di Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa, makin lama makin ke pinggir laut. Mobil melintasi dua pantai ternama di Lampung Selatan yaitu Pantai Canti dan Pantai Wartawan. Pemandangan yang terlihat di kedua pantai itu cukup menarik. Kami sempat berhenti beberapa saat untuk mengambil foto.
Pelabuhan Canti merupakan salah satu titik keberangkatan wisatawan yang hendak berangkat ke Gunung Anak Krakatau. Dari Pelabuhan Canti jarak tempuh menuju gunung tidak terlalu panjang. Pantai Canti memiliki hamparan pasir putih. Di antara rimbunnya pepohonan yang melengkapi keindahan pantai ini, tedapat saung-saung yang asik untuk duduk-duduk santai atau rebahan, atau sekedar menatap pulau-pulau kecil di kejauhan.
Pantai Wartawan tak terlalu luas. Yang membuatnya unik karena terdapat sumber air panas. Jika mampir ke pantai ini pengunjung bisa memanfaatkan sumber air panasnya untuk merebus telur.
Pantai Canti - Kalianda Lampung Selatan
Pantai Kahai Kahai adalah nama tempat yang terletak di Kecamatan Rajabasa, tepatnya di Desa Batu Balak, Lampung Selatan. Berjarak tempuh kurang lebih 30 km dari pelabuhan Bakauheni. Kahai sendiri merupakan tempat yang subur dengan pemandangan alam yang memukau, udara segar, dan panorama laut yang indah memanjakan mata.
Kahai cukup menjanjikan sebagai tempat wisata. Di sini terdapat hotel dengan kamar-kamar menghadap ke laut, restoran, hingga water boom pinggir laut. Bahkan hotel pun menyediakan perahu dan guide untuk tur Pulau Mengkudu dan Batu Lapis. Dengan fasilitas selengkap ini, sulit bagi saya untuk menolak bermalam di Kahai.
Penginapan di Kahai "Kahai Beach Resort"
Pulau Mengkudu Desa Batu Balak merupakan salah satu desa di Kecamatan Rajabasa yang biasa dijadikan titik keberangkatan menuju Pulau Mengkudu. Selain dari Batu Balak, penyewaan perahu dan keberangkatan ke Pulau mengkudu juga bisa dilakukan dari Desa Kunjir.
Biaya sewa Rp 40.000 per orang untuk pulang dan pergi dari/ke Pulau Mengkudu. Biasanya di akhir pekan pengunjung lebih ramai, tapi harga sewa perahu bisa lebih murah. Hotel menyediakan fasilitas antar jemput dengan motor dari dan ke tempat titik keberangkatan. Bagi yang membawa motor, ada biaya parkir Rp 10.000 per motor.
Perahu yang digunakan untuk menyeberang ke Pulau Mengkudu adalah perahu kecil tanpa atap. Tapi jangan khawatir, perahu tidak menyeberang melewati tengah laut, melainkan melaju dekat pinggiran pulau. Jaraknya pun cukup dekat, sekitar 15-20 menit saja kami sudah sampai.
Guide Pulau Mengkudu
Perahu yang mengantar kami ke Pulau Mengkudu
Perahu tidak bersandar di Pulau Mengkudu, melainkan di pulau pasir timbul yang menghubungkan antara daratan Sumatera dengan Pulau Mengkudu. Pasir timbul ini tidak akan terlihat ketika air laut pasang. Jadi sebenarnya Pulau Mengkudu bisa dicapai lewat daratan. Tapi tidak disarankan karena medannya sulit berupa bukit-bukit terjal. Menggunakan perahu lebih mudah dan aman.
Ada biaya masuk pulau sebesar Rp 10.000 per orang. Hari itu hari biasa, pengunjungnya sedikit, hanya ada empat anak muda sedang bermain air di pinggir pantai. Saat kami tiba, mereka berjalan ke arah bukit, menuju Batu Lapis.
Di akhir pekan, pengunjung pulau cukup ramai, bisa mencapai seratus orang per hari. Sedangkan di hari libur nasional, atau libur hari raya, pengunjung bisa mencapai 500-an orang. Demikian keterangan dari seorang penyewa alat snorkling di sebuah warung dekat Pulau Mengkudu. Di sini memang ada warung, tapi cuma satu-satunya. Bagi yang ingin membeli air minum, mie instant, atau sekedar jajan gorengan, bisa ke warung tersebut.
Pulau Mengkudu
Saya dan teman memilih untuk menikmati suasana pulau saja, jalan kaki menyusuri hutan bakau, melewati bebatuan, dan sesekali menceburkan kaki di laut. Di permukaan pulau pasir timbul banyak batu-batu agak tajam dalam berbagai bentuk dan ukuran, sehingga agak sakit di telapak kaki. Perlu menggunakan sandal saat berjalan.
Sorenya kami berenang, tergoda oleh jernihnya air laut yang berwarna biru kehijauan. Saya suka airnya, terasa hangat, bikin betah berlama-lama berendam. Mata pun dimanjakan oleh pemandangan bukit-bukit di daratan pulau Sumatra yang terlihat begitu hijau oleh pepohonan.
Pulau Mengkudu memiliki luas sekitar dua hektare. Pulau mungil tak berpenghuni ini dinamakan Pulau Mengkudu karena pada tahun 1980-an di pulau ini banyak dijumpai pohon mengkudu. Namun kini pulau ditumbuhi banyak pohon bakau. Cukup teduh jika berjalan-jalan di pulau. Saat berjalan di pulau, perlu hati-hati terhadap hewan biawak yang kerap melintas di antara daun-daun kering dan akar pohon.
Jernih dan bersih, enak buat berenang atau pun berendam
Batu Lapis Sebelum hari terlalu petang, perahu datang menjemput. Kami lanjut berlayar menuju Batu Lapis. Sekitar 10 menit kemudian perahu perlahan merapat.
Hempasan ombak cukup kencang, begitu juga angin petang. Perahu jadi agak sedikit sulit untuk bersandar. Salah seorang turun, lalu menarik dan memegang perahu dengan kuat agar kami bisa turun dengan aman.
Akhirnya saya bisa menjejak Batu Lapis. Seperti namanya, batu karang di tempat ini berlapis-lapis dan berundak-undak. Berwarna kehitaman dan tersusun rapi.Terbentuk oleh kondisi alam, mungkin selama ribuan tahun.
Sesuatu yang tergolong langka dan jarang dijumpai. Mirip bebatuan di Tanah Lot Bali.
Hempasan ombak yang mengenai batu lapis cukup kuat, perlu hati-hati
Saya lebih banyak duduk-duduk saja di tempat ini, menikmati suasana, mendengarkan debur ombak. Sempat tergoda untuk menceburkan diri ke dalam salah satu kolam kecil mirip laguna (belum bisa disebut laguna juga sih). Tapi hari sudah terlalu sore untuk berendam, saya sudah mulai kedinginan karena badan masih basah seusai mandi di Pulau Mengkudu.
Setelah merasa cukup duduk diam menikmati suasana, saya mulai berjalan dari satu undakan ke undakan lainnya. Di undakan paling atas, bapak pengemudi perahu duduk menunggu. Matanya sedang lekat memandang lautan, seolah sedang berbincang dengan petang. Sementara guide dan temannya tinggal di perahu, tampak menjauh menghindari dorongan ombak yang berlari mengejar tepian.
Hari kian petang. Langit mulai berhias selendang jingga. Tak lama lagi alam menjadi gelap. Tapi rasanya saya enggan pulang. Tempat cantik ini membuat saya betah.
Tak salah jika Batu Lapis menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat bertualang di Lampung Selatan. Tempat ini menghadirkan inspirasi, juga sebait puisi sunyi bagi mereka yang sedang dirundung kesepian.
Yopie Pangkey di Batu Lapis
Jelang senja di Batu Lapis - Foto oleh Yopie Pangkey
Cara mudah menuju Lampung Selatan Pertama-tama, datanglah ke Lampung. Ada dua cara untuk menuju Lampung yaitu lewat darat dan udara. Jika dari Jakarta lewat udara, ada banyak maskapai rute Jakarta-Lampung yang melayani penerbangan sejak pagi sampai sore. Lalu, dari bandara Radin Intan Lampung, sewalah mobil untuk menjangkau daerah pesisir di Lampung Selatan.
Jika dari Jakarta lewat darat, sesampainya di Pelabuhan Bakauheni, sewalah mobil ataupun ojeg motor dalam waktu kurang lebih 45 menit saja. Sementara jika datang dari arah Kota Kalianda, jaraknya hanya sekitar 30 Km dan dapat ditempuh dengan mobil maupun ojeg motor.
Oktober 2016.Hujan, kabut tebal, jarak pandang jadi pendek, jadwal penerbangan Jakarta - Lampung pun ditunda. 130 menit pertama sejak jam 5.30 pagi ditambah 30 menit di ruang tunggu, dan 50 menit di dalam pesawat. Jam 8.20 baru terbang. Mundur 1 jam 20 menit dari jadwal. Sabar.
Hujan di luar, menular ke dalam ruang hati. Bagi saya syahdu. Namun bagi jiwa yang sedang dirundung sendu, hujan itu kelu, bahkan sembilu.
Sudah 3x jadwal penerbangan saya ubah. Rencana sempat maju mundur. Semangat turun naik. Galau. Risau. Entah kenapa. Saya sendiri gamang menerkanya. Ada rasa enggan bepergian, tapi ada kewajiban. “Seperti apa pun suasana hati, ada kerjasama yang sudah disepakati, kamu mesti profesional,” ucap seseorang.
Baiklah. Biarkan hujan jadi teman.
Menikmati delay 30 menit
50 menit di dalam pesawat, sebelum take off
Terbang bersama Sriwijaya Air dengan tiket pesawat yang dibeli dari www.tiket2.com. Boeing 737-900ER. Ah iya, ini pesawat beda dari yang biasa saya naiki saat ke Lampung pada waktu-waktu sebelumnya. Beda jenis pesawat, beda pula yang dilihat dan dirasa. Menikmati kelebihannya, seperti sedang dijamu penghiburan.
“Mbak, kok kita masih di atas pulau Jawa ya?” tanya gadis muda di sebelah saya. Saya lupa namanya. Hanya ingat ia berasal dari Way Kanan, sedang kuliah di Jakarta. Pertanyaannya membuat saya merasa aneh sendiri. Padahal sejak take off mata terarah ke luar jendela. Tapi pikiran ke mana-mana. Melamun. Tak menyadari apapun. Hanya sadar saat merasakan pesawat bergetar 2-3 kali. Seperti getaran rindu, bercampur guncangan amarah. Sensitif dirasa.
“Mungkin karena cuaca sedang buruk, terbangnya lambat,” jawab saya sekenanya. Beberapa detik kemudian terdengar pemberitahuan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat. Ha? Sudah mau sampai?
Ada foto dan tulisan sendiri di inflight magazine Sriwijaya Air edisi Oktober 2016
Jalan tol Sumatera?
Sudah biasa terbang ke Lampung dalam waktu singkat, tapi sekarang terasa lebih singkat dari biasanya. Pemandangan yang terlihat dari atas pun berbeda. Pulau-pulau kecil berbentuk seperti gunung. Saya tak pernah lihat itu.
“Mungkin itu Pulau Sebesi dan pulau lain di sekitarnya,” ucap mas Yopie saat saya ceritakan hal itu di lain waktu. Apa mungkin pesawat besar punya rute berbeda?
Cuaca di Bandara Radin Intan Lampung mendung. Terminal pun tampak amburadul, masih dalam proses renovasi dan perluasan. Bandara ini, bagai wajah duka pria patah hati. Tak sedap dipandang, tapi bikin kasihan.
“Nanti mbak Katrin turun lebih dulu, saya belakangan saja,” ucap Mas Sony, sesaat setelah taksi yang kami naiki melaju meninggalkan bandara.
landing.....disambut mendung
Mendung perlahan menyingkir, berganti terang. Cuaca telah berubah cerah. Seperti halnya perasaan. Obrolan seru tentang Lampung besama Mas Sony membuat mata saya berbinar. Ia bercerita banyak hal. Saya menyimak dengan rasa penuh ingin tahu.
Cukup seorang teman, sebuah cerita, lalu ceria. Sesederhana itu. Mudah untuk membuat senang, bukan?
Kami bicara tentang gadget, tempat wisata, kuliner, trip, dan kegiatan sehari-hari. Nyambung. Ah iya, Mas Sony bekerja di Lampung. Sudah 7 tahun. Tak heran kalau ia lebih tahu banyak hal ketimbang saya yang datang ke Lampung cuma datang sesekali sebagai pelancong.
“Nanti sama siapa kulinerannya?” tanyanya.
“Sama teman, tapi dia sedang meliput acara, katanya nanti nyusul,” jawab saya.
Dari bandara ke Kota Bandar Lampung kami tempuh satu jam saja dengan taksi. Jam 10 saya sudah di kota. Teringat rencana naik bus Trans Lampung yang batal karena suatu hal. Tapi ada hikmahnya, kalau naik bus mungkin jam 12 baru sampai kota. Taksi bertarif Rp 115.000 bisa berangkat kapan saja, sedangkan bus bertarif Rp 20.000 berangkat sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Pilih mana? Tergantung sikon.
Perjalanan lancar. Berkat arahan Mas Sony, supir menemukan lokasi Encim Gendut dengan mudah. Di depan Encim Gendut kami pun berpisah. Saya kulineran, Mas Sony ke kantor.
Kantin Makan Encim Gendut
Ada dua pekerjaan yang saya lakukan di Lampung kali ini. Tapi sebetulnya, sebutan “pekerjaan” itu terlalu serius. Apa yang saya kerjakan bagai bukan pekerjaan. Maksud saya begini; saya ke Lampung jalan-jalan. Naik pesawat, makan-makan, dan menginap di hotel. Nah itu pekerjaan saya. Paham?
Kulineran di Encim Gendut Punya waktu dua hari di Lampung, apa yang bisa dilakukan?
Berwisata tentu saja. Tapi musim hujan begini, mau kemana? Saya ulang, saya sedang malas dan enggan banyak ke mana-mana, kecuali kulineran. Itu saja mau saya. Ke mana? Ke tempat-tempat baru di dalam kota Bandar Lampung.
Encim Gendut sudah saya masukkan dalam daftar tempat makan yang harus saya kunjungi kali ini. Yang lainnya, biar mengalir mengikuti arah jalan, ke mana kaki melangkah, atau ke mana tuan mengajak.
Bareng Willy, owner Encim Gendut
Hal menarik yang membuat saya begitu ingin ke Encim Gendut adalah menu makanan yang disajikannya. Menu otentik. Sangat lokal. Citra Nusantara. Jangan datang ke sini kalau punya selera kebarat-baratan. Apalagi kalau merasa nggak keren jika makan sayur genjer dan sambal jengkol. Jangan!
Bagian berkesannya, perbincangan hangat bersama Willy pemilik Encim Gendut. Saya kagum dengan kisah inspiratif di balik berdirinya kantin yang mulai dibuka pada tgl 18 April 2016 itu. Juga, terhadap prinsip dan semangat melestarikan menu tradisional dalam diri Willy.
Menu makanan Encim Gendut banyak, yang makan juga ramai
Sayur genjer Encim Gendut. Mau?
HotelAiry Rooms Siang hari di hotel. Saya mulai kerja. Ambil gambar sebanyak mungkin. Dari berbagai sudut. Lalu selesai. Istirahat. Tidur. Tapi tak bisa tidur. Malah sibuk mengamati ulang foto-foto kamar hotel yang saya ambil dengan kamera HP Asus Zenfone 3.
Saya tak bawa kamera DLSR. Memang tak ada syarat itu. Yang penting ada foto, dan hasilnya nggak malu-maluin jika dipajang dalam blog. Saya merasa cukup dan percaya diri memakai kamera Zenfone 3. Bukan kali ini saja. Sebelumnya, saat diminta untuk memotret ice cream di Ice on Pan Summerecon Mall Serpong, saya juga pakai kamera HP. Dan itu cukup. Lain halnya kalau saya butuh foto untuk dipakai oleh majalah, mengambil foto pakai kamera DLSR sudah suatu keharusan.
Kamu sudah punya ASUS Zenfone 3 belum? Kalau punya, mungkin akan percaya diri seperti saya, memotret untuk ‘pekerjaan’ blog cukup pakai Zenfone 3 saja. *kalimat ini mengandung iklan. Percayalah :p
Jelang sore hujan kembali turun. Rencana pergi ke pantai buyar. Mau keluar malas. Menunggu petang berlalu, barangkali malam hujan reda. Berharap bisa kelayapan, cari makan. Kulineran malam. Dan itu terkabul. Sebelum magrib hujan berhenti.
Sate Pikul Lagi Teringat pesan Willy, cintai makanan lokal. Ah iya, bagaimana jika makan sate pikul? Tanpa ragu kami ke sana, berkendara, angin-anginan. Setengah ngebut. Disaksikan langit tertutup awan tebal. Jam 8 sudah di tempat.
Akhir Agustus 2 bulan lalu pernah ke sini, makan malam. Saat itu saya bilang enak, sebab bumbu satenya memang enak. Mungkin karena itu saya kemari lagi. Ingin menikmatinya ulang. Ternyata masih sama enak seperti sebelumnya. Nggak ada yang berubah, sama seperti rasa cinta pada kekasih pujaan hati: enak lagi, suka lagi, cinta lagi, dia lagi.
Sate Pikul di pinggir jalan
Malam masih banyak yang beli
Jika sebelumnya saya tidak mengambil gambar sama sekali, kali ini Zenfone 3 beraksi. Memotret sate di antara kepulan asap, memotret dua porsi sate dalam piring beralas daun pisang, dan memotret mereka yang makan sate malam itu.
Tempat jualan sate pikul tidak berada dalam suatu bangunan. Melainkan menumpang pada teras sebuah bangunan entah apa. Ada dua buah meja dengan bangku-bangku plastik tanpa sandaran. Jumlahnya terbatas, sedangkan pelanggan ramai, belum memadai. Pengunjung bermobil, parkir di pinggir jalan, memesan sate, dan memakannya di dalam mobil. Mungkin sadar tempat duduk kurang.
Ini yang bikin saya ketagihan
Sukanya pakai lontong, tapi habis
Warung sate pikul memang ala kadarnya. Tapi saya tak merisaukan itu. Tetap nikmati sate sambil dengar nyanyian pengamen pertama, kedua, atau bahkan pengamen ketiga. Mereka hadir silih berganti. Berkali-kali.
Makan dan membaur bersama suasana pinggir jalan. Bunyi motor, klakson mobil, celotehan orang-orang, asap dari arang pembakar sate, cahaya kekuningan lampu jalan, dan juga gerimis yang perlahan turun. Lengkap.
Saya tidak hanya sedang menikmati sate. Tapi juga merangkai cerita menikmati kisah.
Makan ramai-ramai
Ada Mas Tri Yuliawan juga (kanan)
Enak...
Belok ke Sambel Rumah Siang keesokan hari, cuaca berubah-ubah. Awalnya panas, kemudian mendung, lalu hujan. Hari kepulangan selalu tergesa-gesa. Tak bisa banyak kunjungi tempat yang diinginkan. Apalagi cuaca tak mendukung. Rasa takut ketinggalan pesawat pun turut menghantui.
Ingin ke sana, ingin ke sini. Tapi akhirnya hanya Omah Bone Café yang akan dituju. Berkendara lagi, tanpa kebut. Langit mendung. Di tengah jalan, disergap hujan. Oh, lagi.
Hujan keburu lebat, bermotor, basah. Bakal basah kuyup jika terus memaksakan ke Omah Bone Café. Keputusannya: belok kiri, masuk ke rumah makan Sambel Rumah. Singgah, berteduh, sekaligus makan. Saat itu memang sudah waktunya makan siang.
“Itu Taman Jajan Pertiwi, tempat kita makan siang bareng mbak Rosanna dan Rian waktu itu.” “Omah Bone Café itu tempat aku makan bareng kawan-kawan SMA, fotonya yang kamu lihat di FB waktu itu.”
Tentu saya ingat itu semua.
Sekarang kami di Pahoman, di Sambel Rumah. Alamatnya di Jl.Dr.Susilo No.101. Makan siang dengan ayam goreng, lele bakar, cah toge, sambal, lalapan. Minumannya es shanghai.
Total Rp 77.000,-
Hujan-hujan minum yang dingin
Di luar masih hujan, bahkan kian deras. Di ruangan belakang tempat kami duduk, hujan menetes dari lubang atap yang bocor. Cipratan air yang jatuh mengenai celana bagian bawah. Kami bergeming, tak mengeluhkan itu. Malah tertawa. Biarkan saja. Toh tidak mengenai makanan di meja. Indahnya hidup bila dibawa asik-asik saja ya.
Udara terasa dingin, minum minuman hangat sepertinya cocok.
“Mau ngopi?”
“Ayo.”
Rumah Makan Sambel Rumah
Rumah Makan Sambel Rumah
Ngopi di DeLotuz Kitchen
Kopi dan waktu tanpa ketergesa-gesaan adalah teman akrab.
“Tunggu di dalam, nanti saya kembali.”
DeLotuz Kitchen bukan coffee shop, lebih tepat resto. Tapi di sini tersedia kopi, peminum kopi bisa memesan kopi.
“Saya pesan jus kiwi. Pure kiwi. Tanpa gula.”
“Cicongfan Stuffed Cakwe favorit tamu kami, apa ibu mau coba ini?”
“Saya baru saja makan, masih kenyang. Ah….es krim ini saja.”
“Itu juga enak bu.”
“Tapi, sepertinya saya ingin Cicongfan Seafood ini saja.”
Kelihatannya saya sedang plin plan dan lupa pada ucapan “baru saja makan” itu. Tapi sungguh, cicongfan itu memang menggoda. Cocok dengan udara dingin saat itu. Di luar pun hujan. Hangatnya cicongfan jadi penawar. Membuat kebersamaan jadi semanis jus kiwi murni yang saya pesan. Enak di mulut hingga perut.
Cicongfan Seafood
Jus Kiwi kesukaan *_*
Chee cheong fun, menu klasik ini berbentuk bulat panjang, lentur dan kenyal ketika digigit. Tidak menggunakan daging babi, hanya udang, dan bahan-bahannya dijamin halal.
Satu gigitan. Dua gigitan. Tiga gigitan. Akhirnya cicongfan habis satu potong. Ketagihan? Tentu.
Satu seruput. Dua seruput. Tiga seruput. Akhirnya isi cangkir kopi mendekati dasar cangkir.
HP berdering. Taksi sebentar lagi tiba. Mulai tergesa. Hujan masih ada.
“Keburu ya sampai bandara jam 5?”
“Keburu pak.”
Taksi ngebut.
Sejak kemarin, hujan di kota ini sukses menghalangi saya pergi ke pantai-pantai terdekat. Tapi gagal menghalangi saya kulineran menjajal tempat-tempat baru yang belum pernah saya datangi. Begitulah, di satu sisi gagal, di sisi lain berhasil.
Saya bahagia.
Karena pada akhirnya, masih ada cerita yang dibawa pulang. Masih ada kisah yang tidak usai. Masih ada yang bisa dituturkan.
Perjalanan memang tak berujung. Nikmati proses. Mari terus melangkah.
@ deLotuz Kitchen - Foto by Yopie Pangkey +yopie franz