Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all 779 articles
Browse latest View live

Jangan Lewatkan 3 Destinasi Ini Saat Berwisata ke Palembang

$
0
0
Travelerien.com 

Liburan Asyik di Palembang - Menutup bulan April dengan jalan-jalan ke Palembang bersama keluarga. Hanya dua hari, Sabtu dan Minggu, tapi berkesan. Anak-anak pun senang. Hari Sabtu menghadiri acara diskusi “Ngeblog itu Asyik” di Stisipol Candradimuka dari siang sampai sore. Baru pada hari Minggu mulai jalan. Bersama Yayan, Deddy, Mbak Tati, kami sekeluarga berkunjung ke Bayt Al Quran Al Akbar (Al Quran ukir terbesar di dunia), Museum Balaputra Dewa dan Rumah Limas (rumah adat Palembang). 

al quran ukir raksasa
Bayt Al Quran Al Akbar

Museum Al Quran Ukir Terbesar di Dunia


“Mbak Rien wajib lihat Al Quran ukir raksasa. Bagus, mbak. Mesti ke sana pokoknya,” ujar Yayan berpromosi.

Saya memang tidak membuat rencana akan mengunjungi apa saja. Hanya ikut kemana Yayan menyarankan. Yayan sempat sebut Pulau Kemaro dan Kampung Al Munawar. Saya bilang sudah ke sana. Baru kemudian Yayan sebut Museum Al Quran raksasa. Nah, setelah mendengar kata “wajib”, saya langsung setuju. Kalau sudah disebut ‘wajib’, tentu istimewa untuk dikunjungi.

Nama Al Quran Al Akbar sudah lama santer terdengar. Rasa kagum dari cerita orang-orang yang pernah berkunjung sukses bikin saya penasaran. Seindah apa? Sebesar apa? 

Berkunjung bareng keluarga, Yayan, Deddy, dan Mbak Tati

Museum Al Quran raksasa berlokasi di Jl. M. Amin Fauzi, Soak Bujang RT. 03 RW. 01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang. Tepatnya di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus Palembang. Bagi wisatawan yang berasal dari luar kota, akses menuju lokasi bisa dimulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Selanjutnya naik transportasi umum seperti Trans Musi, turun di Halte Jembatan Musi II, kemudian dilanjut naik angkot jurusan Gandus.

Kami berangkat dari rumah Yayan di Silaberanti sekitar jam 10 menggunakan mobil. Mas Arief yang menyetir. Meski pernah lama tinggal di Palembang, Mas Arif sudah tidak begitu hafal jalan. Kami beruntung sekali ada Yayan dan Deddy yang menemani. Jam 11 kami tiba di lokasi. 


Baca juga: Menikmati Liburan Akhir Pekan di Palembang Bersama Keluarga





Sesi terakhir perjalanan kami melewati jalan yang tidak terlalu mulus. Setelah menemukan papan petunjuk bertuliskan Ponpes Al Ihsaniyah kami belok kanan, kemudian lurus terus sampai di ponpes. Ada area parkir yang tidak terlalu luas di sebelah kiri dekat gerbang ponpes. 


Terdapat beberapa pondok souvenir di sisi lainnya. Setelah memarkirkan mobil, kami jalan kaki menuju museum yang terletak di seberang jalan. Museum berada di pinggir jalan, bersebelahan dengan rumah pemiliknya. Untuk memasuki museum kami membeli tiket di loket dekat pintu masuk. Harga tiket Rp 5.000 per orang.




Usai melepas sepatu dan meletakkannya di rak yang tersedia, kami melangkah masuk. Rekaman suara orang mengaji, terdengar mengalun syahdu menyambut kehadiran setiap pengunjung museum. Seiring dengan itu pula mata disambut oleh pemandangan lembaran-lembaran kayu yang bertuliskan ukiran ayat-ayat suci. Tertata rapi mulai dari lantai dasar hingga lantai 3 paling atas. 


Ayat suci Al Quran sebanyak 30 juz terukir indah pada lembaran-lembaran kayu trembesi (kayu ulin). Berhiaskan ukiran khas Palembang yang dicat warna emas. 

Menurut keterangan tertulis yang terbentang tinggi pada sisi kiri dinding museum, kurang lebih ada 40 meter kubik kayu yang digunakan untuk membuat Al Quran raksasa. Biaya pembuatan keseluruhan sekitar 2 miliar.  Masing-masing lembaran kayu berukuran 177x140 dengan ketebalan 2,5 cm. 


Photo taken by Yayan @omnduut

Saya jadi tahu kenapa ayat suci Al Quran diukir di atas lembaran kayu trembesu (kayu ulin). Tujuannya agar mushaf jadi awet dan tahan lama. Kayu trembesu dikenal sebagai kayu terbaik dan berkelas. Penggunaannya mempermudah dan memperindah ornamen-ornamen ukiran khas Palembang sehingga disamping untuk mensyiarkan Islam, juga untuk mempromosikan budaya dan tradisi Palembang.

Untuk melihat lebih banyak lagi lembaran kayu, kami masuk galery. Di balik lembaran kayu yang paling depan ternyata ada banyak lembaran lainnya di belakang. Humayra tampak asyik berpindah dari lembar kayu yang satu ke lembar lainnya sambil sesekali menatap kagum ukiran huruf-huruf hijaiyah yang dilihatnya. Mungkin merasa ajaib melihat ada Al Quran raksasa seindah itu. 




Pengunjung hanya bisa melihat-lihat galery di lantai dasar. Tangga menuju lantai 2 dan 3 ditutup terkait faktor keamanan. Hari itu pengunjung museum ramai. Ruang galery penuh. Jika lebih banyak orang lagi kemungkinan tidak leluasa untuk lalu lalang. Berfoto di antara lembaran-lembaran kayu pun jadi buru-buru.

Proses pembuatan Al Quran ukir raksasa memakan waktu sekitar 7 tahun. Dipublikasikan pertama kali oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada 30 Januari 2012. Peresmiannya dihadiri oleh seluruh delegasi parlemen OKI. Ayat-ayat Al Quran yang diukir pada kayu berwarna dasar coklat terdiri dari 630 halaman dilengkapi dengan tajwid serta doa khataman bagi pemula.

Kemegahan dan keindahan Al Quran Al Akbar sangat mengagumkan. Tak heran bila Al Quran raksasa ini menjadi terkenal di seluruh penjuru Tanah Air. Tak hanya Museum Rekor MURI saja yang memberi pengakuan, bahkan dunia internasional pun mengakuinya sebagai Al Quran Ukir terbesar di dunia yang pernah ada saat ini. 





Museum Balaputra Dewa dan Rumah Limas

Usai mengagumi keindahan Bayt Al Quran Al Akbar di Gandus, kami meluncur ke Museum Balaputera Dewa yang berlokasi di Jalan Srijaya I No.288 KM 5.5, Alang Alang Lebar, Sukaramai, Srijaya, Kota Palembang. Museum ini jadi destinasi terakhir sebelum kami kembali ke Jakarta.

Dalam perjalanan menuju museum, kami mencari tempat makan siang. Sayangnya rumah makan pindang yang dicari tidak dijumpai. Hari itu saya ingin makan gulai pindang. Memang sudah diniatkan sejak dari Jakarta agar tidak melewatkan masakan pindang jika sedang di Palembang. Berhubung belum ketemu, akhirnya pencarian ditunda. Kami teruskan perjalanan menuju museum. 




Hari itu Minggu, hari libur, tapi museum tampak sepi. Area parkir kendaraan mobil pun kosong. Yayan sudah lebih dulu masuk dan membelikan kami tiket saat kami masih di luar. Di dalam saya jumpai pengunjung lainnya, hanya tiga orang pemuda.

Bangunan museum terlihat megah dari luar, begitu pula di dalamnya. Dinding lobinya berhiaskan ukiran khas Palembang. Museum Balaputera Dewa memiliki luas lahan sekitar 23.565 m2. Di dalamnya tersimpan 10 jenis koleksi. Jumlah koleksi mencapai 3.882 item terdiri dari koleksi dari zaman pra-sejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga ke zaman kolonialisme Belanda. Berbagai koleksi tersebut dipamerkan di dalam tiga ruang pamer utama. 




Karena waktu terbatas, kami tidak memasuki ruang pamer museum. Kami hanya bisa  menyaksikan berbagai koleksi arca yang ada di selasar museum saja. Berbagai replika arca tersebut berasal dari zaman megalith di Sumatera Selatan. Menurut keterangan, benda-benda pra-sejarah berupa arca yang menjadi koleksi Museum Balaputera Dewa berasal dari 22 lokasi pemukiman budaya megalith yang berada dalam rangkaian Pegunungan Bukit Barisan di sisi sebelah barat Sumatera Selatan, yakni wilayah dataran tinggi Pagaralam. 


Berbagai arca yang saat ini menjadi koleksi museum antara lain arca megalith ibu menggendong anak, arca orang menunggang kerbau, hingga arca manusia dililit ular. 




Mungkin lain waktu saat punya waktu lebih lama, saya akan kembali lagi ke museum untuk melihat-lihat koleksi yang tersimpan di ruang pamer. Sebab dari koleksi-koleksi di ruang pamer itulah pengunjung seperti saya bisa mendapatkan informasi tentang awal mula sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya di Nusantara.

Museum Balaputera Dewa dibuka setiap hari kecuali Senin mulai pukul 08.30 WIB hingga 15.00 WIB. Untuk bisa menikmati kekayaan sejarah yang tersimpan di dalam museum, pengunjung cukup membayar tiket dengan harga Rp 2.000 untuk orang dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Relatif murah, ya :) 


Baca juga: Diskusi "Ngeblog Itu Asyik" Bersama Kompasianer Palembang

Rumah tradisional Palembang
Rumah Limas - Rumah tradisional Palembang

Rumah Limas Rumah Tradisional Palembang

Pernah mengamati lembaran uang kertas Rp 10.000,-? Gambar pada lembaran uang tersebut sangat mewakili Palembang, Sumatera Selatan. Selain gambar Sultan Badaruddin, di baliknya ada gambar Rumah Limas yang bisa ditemukan di halaman belakang Museum Balaputra Dewa. 


Saya jadi teringat bulan April lalu saat berkunjung ke Tidore dan Ternate. Pemandangan Pulau Maitara dan Tidore yang saya lihat dari Ternate juga tergambar dalam lembaran uang kertas senilai Rp 1.000,- 

Bagian paling depan dekat tangga adalah beranda yang tertutup
 
Rumah Limas merupakan rumah tradisional Palembang yang seluruh bagiannya terbuat dari kayu. Dinamakan Rumah Limas karena mempunyai bentuk limasan dengan gaya panggung. Kalau belum pernah melihat langsung wujud asli Rumah Limas, bisa lihat dulu gambarnya pada lembaran uang Rp 10.000,-. Bentuknya sama persis.

Secara kebetulan di dompet ada uang Rp 10.000 yang masih bagus dan kaku. Langsung deh dipakai buat foto. Saya dan Mas Arif bergantian memegang uang tersebut, lalu berfoto dengan latar Rumah Limas. Mungkin norak ya, tapi kami senang-senang aja :) Bangga saja rasanya ada pahlawan Palembang dan rumah adat Palembang tergambar dalam lembaran uang Indonesia.


Terdapat semacam jembatan penyambung antara dua bangunan rumah

Anak-anak juga senang. Abang Al berkomentar soal ukuran rumah Limas yang besar dan juga halamannya yang luas. Lalu saya tanya, suka rumah besar dengan halaman kecil atau rumah kecil dengan halaman luas? Al suka yang kedua. Kenapa bukan suka dengan rumah besar dan halaman luas? “Nanti kalau sudah tua kesepian, capek pula ngurusnya.” Saya tersenyum mendengar jawabannya. Sepertinya Al bercermin pada rumah eyang putrinya (ibu mertua) dan rumah buyutnya (kakek saya) :))

Setelah puas mengambil foto dari luar rumah, kami diajak Yayan masuk Rumah Limas dengan ijin khusus :D  


Oh ya, saya kira untuk masuk bisa lewat bangunan pertama yang paling depan, ternyata lewat bangunan kedua yang paling belakang. Setelah melepas alas kaki, kami menaiki tangga kayu yang berjumlah 5 anak tangga. Di ujung tangga sudah berdiri seorang penjaga sekaligus guide yang siap memberikan informasi terkait rumah Limas dan isinya. 

Ukiran khas Palembang berbentuk bunga, fauna, dan alam menghiasi perabotan dan dinding dalam rumah

Saat menaiki tangga itulah saya merasa dejavu. Sebuah kenangan masa kecil tiba-tiba muncul. Rasanya saya pernah ke rumah ini. Pernah menaiki tangganya. Pernah masuk dan melihat kamar-kamar di dalamnya. Pernah berfoto di berandanya. Pernah….Ya, saya pernah ke sini! Dulu sekali ketika masih SD, seusai mengikuti lomba cerdas cermat di TVRI Palembang. Masa ketika saya masih ingusan, menjadi siswi di Sekolah Yayasan Pertamina Pendopo. Ah, iya, saya ingat itu.

Di masa kini, Rumah Limas sebagai rumah tradisonal sudah jarang digunakan oleh masyarakat Palembang. Selain keterbatasan lahan, membangun rumah limas harus memiliki lahan yang sangat luas dan membutuhkan dana yang lebih banyak ketimbang membangun rumah pada umumnya. Oleh karena itulah, masyarakat Palembang percaya, pemilik rumah limas di zaman kesultanan Palembang adalah mereka yang memiliki kedudukan sosial dan ekonomi yang tinggi di masyarakat. 


Kursi singgasana untuk pengantin dan timbangan cinta

Rumah Limas didirikan sejak tahun 1830. Pemilik awalnya Pangeran Syarif Abdurrahman Al-Habsi dan berakhir di tangan Belanda pada awal abad ke-20. Setelah sering dipindahkan oleh pemiliknya, pada 1985, rumah ini dipindahkan ke Museum Balaputra Dewa, dan dijadikan museum tersendiri yang diberi nama Museum Rumah Bari. 

Terdapat sejumlah koleksi barang tua peninggalan masa lampau seperti meja dan kursi yang sudah ada sejak jaman Belanda. Ratu Beatrix dari Belanda bahkan pernah duduk di kursi ruang tamu ini. Di depan pintu masuk terdapat piano antik yang masih berfungsi hingga sekarang. Petugas museum memperbolehkan kami mencobanya. Humayra yang tampaknya penasaran langsung memainkan jemarinya dengan sedikit malu-malu. Di lain waktu, Yayan memintanya bermain piano lagi, lalu merekamnya. Saya jadi penasaran ingin lihat videonya :D 

Perabotan dalam salah satu kamar Rumah Limas
 
Di ruang utama terdapat sejumlah perabotan, antara lain kursi singgasana untuk pengantin, timbangan cinta, kulkas tradisional, radio dan pemutar piringan hitam dari tahun 1896.

Total ada sekitar 6 kamar di dalam Rumah Limas. Ada yang berfungsi sebagai kamar tidur pengantin, kamar tidur utama, serta ada pula kamar pembantu di bagian belakang rumah. Semuanya punya ciri khas tersendiri, beberapa kamar dilengkapi Grobok Leket, yaitu lemari penyimpanan yang menyatu dengan dinding rumah.


Pondasi rumah limas terbuat dari kayu ulen. Pemilihan kayu ini bukan tanpa sebab mengingat kayu ulen mempunyai struktur yang kuat dan tahan air. Sementara bagian rumah yang lain  seperti pintu, pagar, dan lantai terbuat dari kayu trambesi tanpa menggunakan satu pun paku.


"Jembatan" penyambung antara rumah depan dengan rumah belakang

Rumah limas dalam budaya Palembang mempunyai makna filosofis yang mendalam. Tiap ruangan diatur dengan menggunakan filosofi kekijing. Dalam kekijing terdapat lima tingkatan ruangan yang diatur berdasarkan penghuninya, yaitu usianya, jenis kelamin, bakat, pangkat, dan martabat.

Rumah Limas kini menjadi koleksi terbesar Museum Balaputra Dewa Palembang. Mata uang pecahan 10.000 rupiah yang bergambar rumah limas merupakan upaya pemerintah untuk menjaga dan melestarikan bentuk Rumah Limas Palembang yang kaya akan makna filosofis.


Jembatan Ampera di latar belakang, landmark Kota Palembang

Liburan Menyenangkan di Akhir Bulan


Rumah Limas menjadi penutup jalan-jalan kami di Palembang. Meski durasi kunjungan sekitar 1 jam saja, tapi sudah cukup untuk mengenalkan anak-anak pada bentuk asli rumah tradisional Palembang. Ini menjadi pengalaman pertama mereka dalam berwisata di Palembang, kota kelahiran mamanya. Saya juga senang melihat Mas Arif terkesan saat wisata religi mengunjungi Bayt Al Quran Al Akbar. Masih ingin balik lagi katanya, mau ajak bapak dan ibu mertua.

Usai dari Museum Balaputra Dewa, kami kembali mencari tempat untuk makan. Waktu sudah menunjukkan pukul 13.37. Humayra sudah mulai merintih lapar. Disaat seperti itu kami diberi kemudahan, rumah makan yang dicari cepat ketemu. Alhamdulillah akhirnya makan siang di French Bakery & Bistro.


Di French Bakery & Bistro

haus...

Aneka pempek, gulai pindang ikan patin, mie rebus jawa, ayam keriting, ayam keremes, kwetiaw,  jadi menu makan siang kami. Tak ketinggalan minuman-minuman segar seperti es ‘darah dingin’, coral blue, jus kedondong, jus kiliminjaro, dan jus alpukat. Senang deh, akhirnya kesampaian juga makan gulai pindang patin di Palembang.

Bertujuh kami makan bareng sebelum akhirnya berpisah. Mbak Tati pulang lebih dulu karena pesawatnya jam 3. Kemudian berpisah dengan Yayan di Gramedia. Sedangkan Deddy ikut kami mengantarkan mobil ke rumah kak Digno dekat YPAC. Setelah itu saya dan keluarga melanjutkan perjalanan ke bandara, Deddy pulang ke rumahnya. 


Pindang Patin idaman

Paket nasi ayam keremes

Makanan terenak di dunia :D  - Pempek Pistel, Pempek Kulit, Pempek Telok, Pempek Lenjer

Paket Perjalanan Hemat

Dua hari di Palembang terasa berkesan. Meski akhir bulan, saat duit di dompet sudah menipis, tetap bisa jalan-jalan senang dan makan-makan kenyang. Padahal lumayan lho tiket pesawat PP buat 4 orang hehe. Belum lagi hotelnya. Tapi syukurlah kemarin belanja tiketnya di Traveloka. Dapat harga hemat. Liburan akhir bulan tetap aman di kantong.

Sore itu kami tiba di bandara tepat waktu. Tidak telat, tidak pula terlalu cepat. Saat menunggu di ruang tunggu pesawat, saya teringat kembali kejadian di awal bulan April saat memesan tiket ke Palembang. Seperti biasa, saya memesan tiket pesawat lewat Traveloka


Nah, tiket ke Palembang yang sudah saya beli terpaksa di-reschedule karena saya mendapat jadwal menjadi narasumber diskusi “Ngeblog Itu Asyik” di Kampus Stisipol Palembang. Urusan resechedule ini sempat membuat saya mengira bakal ribet. Tapi itu tidak terjadi, dengan adanya fitur Easy RescheduleTraveloka ternyata urusan ubah jadwal tiket pesawat jadi mudah. Saya tidak perlu telpon maskapai. Hanya dengan beberapa klik saja langsung selesai.

Liburan asyik bawa pulang oleh-oleh dan cerita seru. Terima kasih krupuknya, Om!

Selain kemudahan reschedule, Traveloka kini juga memberikan kemudahan berlibur dalam bentuk paket tiket pesawat dan hotel. Karena yang  namanya liburan tentu tidak hanya butuh tiket tapi juga hotel. Jika biaya tiket dan hotel bisa lebih hemat, dana lebih bisa digunakan untuk hal lain. Misalnya untuk tambahan biaya makan-makan, beli kebutuhan saat di perjalanan, bahkan untuk tambahan beli oleh-oleh.

Selain lebih banyak, memesan paket tiket pesawat dan hotel di Traveloka juga praktis tanpa repot. Prosesnya cepat dan mudah. Tinggal melakukan beberapa klik, tiket pesawat dan hotel sudah ditangan.

Keuntungan lainnya adalah Pilihan Variatif, di mana ada ratusan tawaran ekslusif yang bisa diubah sesuka hati untuk mendapatkan kombinasi terbaik. Kita bisa tentukan sendiri paketnya sampai benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Beragam Pilihan Pembayaran juga makin mempermudah kita dalam bertransaksi. Kita bisa bayar dengan cicilan, Transfer & ATM, dan kartu kredit. Berapapun nilainya.


Baca juga: Pengalaman Merencanakan Liburan Tanpa Ribet

Pergi liburan senang, pulang liburan tenang

Liburan nyaman dengan harga aman di kantong adalah harapan banyak orang. Merencanakan liburan tanpa ribet juga keinginan banyak orang. Nah, kalau dengan bertransaksi di Traveloka saya bisa dapatkan itu, yang lain mestinya juga bisa.

Tepat pukul 18.00 kami boarding. Anak-anak membawa tasnya masing-masing. Barang bawaan bertambah karena ada oleh-oleh yang dibawa pulang. Ada kantong besar berisi kerupuk oleh-oleh dari Yayan. Ada dus isi pempek Candy yang kami beli saat dalam perjalanan menuju bandara. Dan yang paling penting, ada oleh-oleh cerita dan pengalaman jalan-jalan yang kami bawa pulang. Semua menjadi kenangan dalam benak dan hati kami masing-masing.

Sampai jumpa lagi Palembang. Kota kelahiran dengan seribu kenangan.


Liburan berkesan bersama mereka. Terima kasih! :)


**

Palembang, 29-30 April 2017


Trail Adventure Air Terjun Putri Malu Way Kanan

$
0
0

Air Terjun Putri Malu Way Kanan - Sebuah pengalaman tidak terlupakan saat mengikuti kegiatan Trail Adventure Air Terjun Putri Malu di Way Kanan hari Minggu tgl. 23 April 2017. Naik motor sepanjang 7 KM dengan jalur ekstrem. Melewati perkebunan, perkampungan, dan hutan desa. Menanjak dan menurun di jalan tanah, berbatu, becek, lumpur, bahkan jalan di sisi tebing curam pun dilalui. Perginya aman meski banyak meringis sambil menahan badan takut jatuh. Sampai di air terjun basah-basahan kena hujan. Makanan yang dimakan bercampur air hujan hujan. Pulangnya lebih menantang. Jalan licin. Ban motor dipasangi rantai guna menghindari terpeleset. Di tengah perjalanan, motor terbalik, berdua jatoh. Kapok? Bagaimana bisa kapok dengan petualangan seseru ini? 

Air Terjun Putri Malu Way Kanan 2017
Peserta Trail Adventure Air Terjun Putri Malu Way Kanan 2017


Trail Adventure


Desa Jukuh Batu Kec. Banjit menjadi titik awal perjalanan menuju Air Terjun Putri Malu. Rumah Pak Daruni, mantan Kepala Kampung Jukuh Batu, jadi tempat rombongan peserta trail adventure berkumpul. Saat tiba, waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Kami datang kesiangan karena berlama-lama di Kampung Wisata Bali Sadhar. Mobil langsung diparkir dibelakang. Beberapa dari kami bergegas menumpang kamar mandi, toilet, dan salat di rumah Pak Daruni.

Tahun lalu, Juli 2016, saat pertama kali mengunjungi Air Terjun Putri Malu bareng Mas Yopie, Indra, Dian, Riant, dan mbak Rosanna, kami juga singgah di rumah Pak Daruni. Saat itu keluarga Pak Daruni sedang tidak di rumah. Kami hanya menaruh mobil di halaman samping rumahnya dan sesaat melongok ke belakang yang menghadap sawah/kebun. Ada pondok kecil di sana, tempat yang asyik buat duduk-duduk santai, mungkin sambil bercengkerama dan menyeruput kopi. Kemarin saya tak sempat melangkahkan kaki ke belakang. Sudah diburu-buru waktu untuk segera berangkat ke air terjun.



Halaman samping rumah Pak Daruni


Titik kumpul peserta trail adventure


Sekelompok orang dari
klub motor trail Way Kanan Tribal Chapter sudah ramai berkumpul di depan rumah Pak Daruni. Jumlahnya 10 orang. Di antara mereka juga terdapat abang-abang ojek desa yang sudah dipesan untuk mengantar rombongan kami. Dari kostum yang dikenakan, bisa keliatan mana yang dari klub motor trail dan mana yang bukan. Bunyi motor dan orang-orang yang berbicara, membuat suasana jadi ramai dan berisik.

Rombongan kami terdiri dari Bang Rinto, Yuk Annie (blogger), Dian (blogger), Ika (blogger), Mbak Sari (fotografer), Oqta (tv), Angga, Adjie, Ayu, Thini, Chaikal, dan Mas Verry Lumut. Turut serta Ibu Henny yang merupakan tokoh masyarakat setempat, dan adiknya.



Klub Motor Trail Tribal Chapter

Motor sudah siap. Kami langsung pilih sendiri mana motor yang mau dinaiki. Sebelum motor-motor mulai jalan, saya teringat Mbak Dian masih di dalam, menunaikan salat. Saya beritahu berulang-ulang ke Bang Rinto Macho bahwa mbak Dian belum keluar. Saya khawatir mbak Dian ketinggalan. Kan nggak lucu sudah pada sampai di air terjun lalu balik lagi buat jemput :D

Sementara yuk Annie sudah anteng di motor pilihannya. Sempat kepikiran gimana rasanya Yuk Annie bakal motoran melewati medan sulit. Apa dia akan baik-baik saja tanpa ada tragedi kejengkang? Apa dia takut lalu minta turun lanjut jalan kaki sampai gempor? Atau malah minta ojeknya putar balik. Syukurnya itu tidak terjadi. Yuk Annie tetap perkasa sejak berangkat hingga pulang. Jika tahun lalu Mbak Rosanna saja mampu hadapi segala rintangan, mestinya Yuk Annie pun sama. 



Sesekali melewati jalan sempit banyak semak seperti ini

Kami mengurus ransel masing-masing. Adjie kebagian mengurus bekal makan siang kami yang akan dibawa ke lokasi air terjun. Ada Nasi Ibat dan Gulai dalam buloh yang dimasak di Jukuh Batu untuk dimakan beramai-ramai. Bungkusannya cukup besar. Saya bisa bayangkan bagaimana repotnya Adjie membawa bungkusan nasi itu. Tapi bukan Adjie namanya kalau tidak berkorban demi menyelamatkan perut-perut yang belum makan di jam 1 siang :D
 


35 MENIT UNTUK PERJALANAN PENUH TANTANGAN

Saya merekam perjalanan bermotor dengan smartphone. Teringat tahun lalu tidak bawa tongsis, tidak bisa mengabadikan diri saat naik motor. Kalau bukan sedang bertualang, mana pernah motoran pakai trail lewati sungai dan lembah :D Makanya sekarang persiapan lebih lengkap. Sejak mulai berangkat, selama di perjalanan, hingga sampai tujuan, semua ada foto dan videonya.

Mengalami terguncang-guncang di atas motor. Melewati jalan berbatu yang bikin badan sakit. Kadang menurun, kadang menanjak. Kadang harus memiringkan badan kala menerabas semak-semak. Di tempat-tempat tertentu saya harus turun, lanjut jalan kaki beberapa meter sampai motor bisa berada di tempat aman lagi untuk dinaiki. Tangan kanan memegang tongsis, tangan kiri berpegangan pada motor. Kadang-kadang pegangan pundak abang ojeknya. Dan tidak sadar si abangnya sampai ter-tarik ke belakang. Untung baju si abang tidak ikut robek. Kalau robek bisa lain kisah, disangka si abang kena perkosa penumpangnya :D



ojek-ojek handal

Banyak cemasnya, takut badan jatuh, takut HP jatuh, dan takut motornya tiba-tiba mogok, lalu saya harus jalan kaki. Wiiih… tapi tentu lebih banyak senangnya. Seru!

Beberapa kali saat sedang sampai di atas tanjakan, suguhan panorama alam berupa hutan-hutan yang lebat dan lekuk bebukitan yang memanjang tampak memanjakan mata. Terlihat indah dan menenangkan. Begitu pula saat melewati turunan, bertemu sungai berair jernih yang mengalir tenang, tampak begitu menyegarkan. Menggoda untuk singgah. Sayang si abang ojek mengemudi seperti dikejar guk guk. Tidak nengok kiri kanan, jalan terus tanpa peduli rintihan hati penumpangnya #halah lebay :p

Saya membayangkan jika trip Air Terjun Putri Malu ini tidak hanya tentang mengejar waktu agar lekas sampai, tapi juga menikmati apa-apa yang ditemui selama perjalanan, pasti akan makin menyenangkan. Selain jadi punya kesempatan untuk singgah, sejenak melepas lelah, juga punya waktu untuk menikmati pemandangan dan ambil foto. 



Biji kopi sedang di jemur

Buat saya, perjalanan naik motor dengan jalur ekstrem itu menegangkan, lho. Ngeri-ngeri sedap. Mungkin kalau pakai singgah di beberapa titik yang punya pemandangan cakep, bisa bikin ketegangan itu menurun. Mungkin nggak ya jika pada titik-titik tertentu dibuatkan pondok kecil, semacam spot pandang untuk menikmati bentangan alam?

Kami melewati kebun kopi. Di sana ada rumah-rumah pemilik kebun. Ada buah-buah kopi yang sedang dijemur. Lagi-lagi saya berangan-angan mesra pada angin yang menerpa wajah, tentang betapa menariknya jika tempat itu menjadi salah satu titik pemberhentian. Mungkin jadi tempat singgah sambil minum kopi, berbincang tentang kopi, dan bawa pulang souvenir kopi bubuk siap minum. Gitu loooh… :D

Bagi para penggemar wisata petualangan, perjalanan bermotor sejauh 7 KM dengan jalur yang sulit menjadi sebuah kenikmatan. Semakin menantang, semakin menyenangkan. Tapi kalau mesti tiap hari ke sana, mikir juga sih ya. Bisa rontok tulang di badan. Paling tidak 2-3 minggu sekali oke lah.



Rombongan baru tiba di lokasi Air Terjun Putri Malu

Sampai pada sebuah turunan, perjalanan berakhir. Sebuah papan nama bertuliskan Air Terjun Putri Malu terpasang di tempat pemberhentian motor. Kami melanjutkan jalan kaki sekitar 20 meter. Suara gemuruh air yang jatuh mulai terdengar. Selangkah demi selangkah kaki menaiki tanjakan. Sesaat kemudian terpampanglah Air Terjun Putri Malu. Mereka yang baru pertama kali langsung berdecak kagum. Tapi saya yang sudah kedua kali, lebih dari berdecak, tapi berteriak WOW! Alay pun kumat. Langsung narsis tralala berfoto dan membuat video penuh wajah, lupa kalau air terjun mestinya lebih ditonjolkan dari pada muka. Video jelek. Hapus! :))
 


Putri Malu, Kami Datang!

Adjie menggelar nasi ibat dan gulai dalam buloh. Bukan untuk makan, tapi untuk difoto berlatar belakang derasnya air terjun. Setelah itu makanan dibawa ke bawah. Kami menuruni tangga bambu, kecil, licin dan goyang-goyang. Di bawah disambut tanah dan bebatuan licin. Gemuruh air terjun seperti menghentak, memburu, menggetarkan. Bikin deg-degan takut terpeleset.



Air Terjun Putri Malu (foto tahun 2016)

“Lewat mana nih nyebrangnya, kayu atau air?” tanya saya grogi takut hanyut.“Lewat air aja mbak, lebih aman,” ucap salah satu abang ojek yang sudah lebih dulu nyebrang. Gile, dia udah duluan aja, penumpangnya masih semaput ditinggal di belakang.

Sebagian orang dengan lancar berpindah tempat. Menyeberangi aliran air deras dengan mudahnya. Sementara saya dan beberapa perempuan lainnya, mesti tertatih dan ditolong bak nenek tua yang ringkih. Air deras lebih kuat dari pada badan saya yang mungil. Kebawa arus siapa yang nangis? Ga sedih kehilangan travel blogger yang banyak fans-nya ini? Mulai dari fans seneng, sampai fans sebel ingin menjatuhkan juga ada hihi

Singkat cerita, hujan tiba-tiba turun. Tetes demi tetes hingga akhirnya deras. Saya tidak memakai dry bag, melainkan ransel tanpa cover bag. Untunglah diransel selalu sedia mantel plastik biru peninggalan bersejarah nenek moyang ASUS saat launching Zenfone3 di Bali tahun 2016 lalu. Selamat deh badan dan tas dari air hujan dan air terjun. oh basah badan ini, kering hati ini…lagu Betharia Sonata sepertinya lamat-lamat terdengar di ujung pilu. Ketahuan ya saya wanita era tahun berapa.



Tangga bambu dan air yang mengalir deras

Makan Siang di Bawah Hujan

Selanjutnya mari kita lihat Adjie yang mulai membuka bungkusan makanan. Batang-batang bambu dibuka, dikeluarkannya gulai pindang yang dimasak di Jukuh Batu oleh chef yang dirahasiakan namanya. Mungkin ajian pelezat makanan bakal luntur kalau namanya disebut hihi. Just kidding chef


Potongan-potongan ikan berwarna keemasan (namanya juga ikan mas), mulai pindah tempat masuk baskom. Iya, baskom. Bukan mangkok lagi. Seketika liur menetes. Usus di perut makin heboh.  

“Sudah boleh ambil, Ji?” tanya saya tak sabar.“Boleh, mbak.” Seusai Ajie mengiyakan, saya langsung ambil satu. Saat itu teringat Mbak Dian. Kemana dia? Tak tampak orangnya. Entah di mana. Jangan-jangan beneran ketinggalan. Saya jadi kepikiran. Tanya yang lain, tak ada yang tahu. Jangan-jangan dia mampir di kebun kopi. Metik kopi. Jemur kopi. Giling kopi. Lalu ngopi-ngopi girang sama abang ojeknya. Diiih…!
Makan di tengah rintik hujan


Suap aja terus


Cuekin aja penampakan tanpa baju yang ada di belakang


“Sisain buat mbak Dian, ya Ji,” ucap saya. Suara saya mungkin terdengar kecil, bersaing dengan bunyi air terjun dan hujan. Saya ulangi beberapa kali. Apalagi saat melihat satu persatu para peserta trail adventure mengambil nasi dan ikan. Begitu juga para abang ojek. Dalam hati moga tersisa buat Mbak Dian.

Kalau tak salah, Adjie menahan nasi yang ada di tangannya. Buat mbak Dian katanya. Duh, adjie bak malaikat banget deh hari itu.
“Angga juga belum kebagian,” ujar Adjie. Olala…


Mbak Dian datang. Angga datang. Ya, nasi buat mbak Dian masih ada. Saya lega. Kami makan dekat air terjun. Di bawah rinai hujan. Di antara percikan air terjun yang tak pernah berhenti. Duduk di batu-batu, berdiri, jongkok, bahkan sambil jalan. Semua apa adanya, menyatu dalam kebersamaan, menikmati gulai ikan bonus air hujan. Tak ada keluh. Makan dalam diam, menikmati kuliner khas Jukuh Batu.


Nasi Ibat dan Gulai Dalam Buloh


Nasi ibat adalah nasi yang dimasak tradisional menggunakan tungku, kayu bakar, dan kuali, dibungkus menggunakan daun pisang yang dapat mempertahankan panas selama 12 jam, dan nasi dapat bertahan hingga 36 jam tanpa bantuan penghangat nasi modern. 

Gulai dalam buloh (sayur dalam bambu) adalah masakan pindang ikan yang dipanggang/dibakar dalam bambu sehingga memiliki citarasa khas. Semuanya masih dipertahankan oleh masyarakat Kampung Jukuh Batu, Banjit, Way Kanan. Kuliner ini merupakan khas suku Semendo yang ada di Way Kanan sejak jaman dahulu.



Gulai dalam buloh 


Makanan khas dari Jukuh Batu, pindang ikan mas yang dimasak dalam bambu yang dibakar

Air terjun Putri Malu, Mutiara Tersembunyi di Way Kanan

Saya tak lihat ada yang mandi di kolam air terjun, kecuali Angga yang tampak bersuka ria membasahi badannya yang tak berbaju. Jebur-jebur senang, tapi tak lama. Kondisi hujan memang menyurutkan keinginan untuk mandi. Tapi tak apa, tahun lalu sudah pernah mandi-mandi girang di Air Terjun Putri Malu. Sekarang lebih menikmati suasana saja.

Semua sampah bekas makanan dan minuman kembali dimasukkan ke dalam kantong plastik. Saya cukup senang melihat beberapa tukang ojek ikut memunguti daun bungkus nasi, serta gelas bekas air mineral. Meski beberapa lainnya tidak, setidaknya sudah ada yang tidak diam saja. Soal kebersihan adalah tugas semua orang, bukan satu atau beberapa orang. Pengunjung atau guide, mesti sama-sama saling mengingatkan tentang menjaga kebersihan.



Bahagia bersama


Cinta pada Way Kanan membawaku kembali ke sini :)

Hari sudah makin sore. Hujan juga belum berhenti. Kami tak begitu lama di air terjun. Usai ngobrol-ngobrol pendek dan foto-foto seru, kami beranjak pulang.

Air Terjun Putri Malu punya pesona yang tak terbantahkan keindahannya. Tak cukup sehari untuk mengaguminya. Suasana sekitarnya yang begitu asri, udara sejuk sepanjang waktu, sunyi yang menentramkan, adalah daya tarik yang bikin siapapun ingin berlama-lama.

Untuk menyaksikan keindahan Putri Malu, disarankan datang pagi dan pulang sebelum sore. Di sana, hujan sering kali turun jelang petang. Kalau ingin bernyaman ria di lokasi air terjun, saat cuaca bersahabat pasti lebih asyik. Kecuali ingin berkemah, ingin rasakan segala cuaca dan kondisi alam di sana, ya monggo.

Air Terjun Putri Malu adalah bonus dari nikmatnya perjalanan seru yang ditempuh. Pergi dan pulang sama asyiknya. Naik motor yang sama, melewati rute yang sama. Namun, perjalanan pulang yang dilalui ditengah hujan, beda rasanya. Lebih menantang. Mau uji nyali? Mari.



Berjuang!

Pengalaman Jatuh dari Motor

Hujan membuat jalan jadi licin. Agar aman, ban motor dililit dengan rantai, katanya biar tidak terpeleset. Pengemudi ojek wisata Air terjun Putri Malu sudah terlatih. Mereka bisa diandalkan. Sudah paham kondisi medan, juga cuaca. Kalau sampai terjadi sesuatu, terbalik misalnya, faktor tidak beruntung saja. Jangan salahkan mereka juga. Yang penting berusaha tetap hati-hati dan berdoa semoga tidak celaka. Semua ada resikonya, mau sedang duduk manis saja dalam mall, atau sedang motoran di alam terbuka, kapan saja bisa alami celaka kalau sudah takdirnya.

Sebelum meninggalkan lokasi, saya sempat wawancara Ibu Henny, tokoh masyarakat setempat yang ikut serta dalam rombongan trail adventure. Saya juga mewawancara salah seorang dari klub motor trail. Pesan dan kesan yang disampaikan oleh keduanya dapat disaksikan pada video di
Youtube Channel  Katerina S yang ada pada akhir tulisan ini.



Bersama Ibu Henny dan mbak Dian blogger Batam

Dengan tetap mengenakan mantel, saya duduk diboncengan, pulang bersama ojek motor yang sama seperti berangkat. Perjalanan pulang lebih berat. Jalan licin. Hujan gerimis belum juga berhenti. Antara ngeri dan rasa ingin cepat sampai campur aduk. 

Lebih dari separuh perjalanan, motor yang saya naiki beriringan dengan 4 motor lainnya. Paling depan saya lihat motor yang dinaiki Oqta. Suatu kejadian menimpa Oqta. Motornya terbalik. Karena jarak kami dengan motor Oqta masih agak jauh, kami terus jalan, mendekat. Eh, motor lain yang persis di depan motor yang saya naiki berhenti mendadak. Akibatnya ojek saya kaget, hilang keseimbangan, motor jatoh ke kanan. Saya dan abang ojeknya ikut jatoh. Parahnya ketimpa motor pula. Bagian yang tertimpa tidak sakit.  Sakitnya terasa pada bagian badan yang jatuh duluan. Saya tidak bisa bergerak. Terdiam beberapa saat.



Beberapa saat sebelum saya jatuh dari motor

Yang lain mendekat. Termasuk Oqta. Kaki saya dipegang, lalu diluruskan. Saya masih terduduk dan tertunduk. Setelah mengambil nafas panjang, saya mencoba bangkit, dibantu Oqta. Alhamdulillah bisa tegak lagi. Tidak ada luka. Setelah dirasa aman, kami lanjut jalan lagi. Abang ojeknya minta maaf dan ia pun lanjut mengemudi dengan lebih hati-hati.

Jatoh dari motor, kenangan paling tak terlupakan dari Trail Adventure Air Terjun Putri Malu kali ini. Jika tahun lalu aman saja pergi dan pulang, kali ini tidak aman tapi inilah yang paling berkesan dan tak terlupakan. Baru benar-benar terasa petualangannya. 


Senang, sakit, seru, semua jadi satu. Dan pastinya, kisah perjalanan ke Air Terjun Putri Malu kali ini jadi lebih penting ketimbang tujuannya. 



Kesan dan Pesan Untuk Wisata Alam Air Terjun Putri Malu

Memasuki desa kami disambut hujan. Semua peserta kembali kumpul di rumah Pak Durani. Beberapa dari rombongan kami bergegas mandi, ganti baju, dan beres-beres. Setelah para ojek dan mas-mas dari klub motor trail pergi, kami pindah ke rumah Bu Henny. Kumpul di sana dulu sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Blambangan Umpu.

Masih belum ada tanda-tanda hujan akan berhenti saat kami sudah di rumah bu Henny.  Menunggu magrib lewat sambil ngobrol dan menikmati suguhan kopi, mie instant rebus, dan cemilan ringan. Rasa hangat pun menjalari badan. 


Obrolan santai dan menarik tentang rencana dan harapan-harapan Bu Henny sebagai tokoh masyarakat setempat. Betapa ia ingin agar wisata Air Terjun Putri Malu ke depannya dapat lebih dimaksimalkan lagi, sehingga selain bisa menjadi destinasi andalan yang mampu menarik banyak wisatawan untuk datang, juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.


Air Terjun Putri Malu [Photo by Yopie Pangkey - 2016]


Air Terjun Batu Duduk, sekitar 50 meter dari Air Terjun Putri Malu, [Photo by Yopie Pangkey - 2016]

Mumpung sedang diminta memberi masukan, kami bersama-sama menyampaikan harapan. Alhamdulillah bu Henny tampak senang mendengar apa yang kami utarakan. Ia berjanji akan membawa ide-ide tersebut ke ‘divisi’ tempat ia bekerja.

Kalau ditanya soal harapan, saya sih pinginnya kondisi jalan jadi lebih aman, namun bukan berarti harus diaspal tebal dan hitam. Paling tidak diratakan untuk menghindari terpeleset, terjatuh, terguling, dan terbalik. 


Pinginnya ada pos-pos singgah pada spot tertentu, semacam pos pandang. Ada pondok kecil untuk ganti baju di lokasi air terjun. Pondok sederhana saja, dibangun menyatu dengan alam, menggunakan kayu sebagai material dan alang-alang sebagai atap. Tidak dengan seng apalagi terpal yang justru mengganggu pemandangan dan tidak selaras dengan lingkungan alam sekitar. Kalau bisa tangga turun tebing juga dibuat lebih aman, tapi materialnya juga bernuansa alam. 


(Photo Yopie Pangkey - 2016)

Cerita Yuk Annie tentang air terjun yang dikunjunginya di Bali, tentang keberadaan jembatan kayu di atas aliran air terjun, menarik hati bu Henny. Jembatan sebagai alternatif untuk menyaksikan keindahan air terjun bagi yang tidak mampu turun untuk melewati aliran air deras yang mengalir di antara batu-batu. Saya tahu jembatan yang dimaksud yuk Annie, mirip jembatan Air Terjun Bedegung di Muaraenim. Jembatan seperti itu memang memudahkan wisatawan untuk melihat air terjun dari dekat. Ide ini ditampung bu Henny. Beliau bahkan berencana untuk studi banding ke Bali untuk melihat langsung seperti apa jembatan yang dimaksud. 

Ada kopi di tengah “serunya” perjalanan bermotor. Ya, menambahkan sesi “ngopi” dalam trip sepertinya menarik. Misal dengan mampir ke pondok di kebun kopi, duduk-duduk sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke air terjun. Menikmati minuman kopi asli yang diolah secara tradisional oleh warga. Kalau ada souvenir kopi segala, bakal lebih menarik lagi.  

Kuliner ikonik Jukuh Batu. Memasukan sesi kulineran dalam trip. Kuliner yang disajikan adalah kuliner khas seperti nasi ibat dan gulai dalam buloh. Dengan begitu, kuliner ini akan dikenal oleh setiap pengunjung yang datang. Bakal diingat dan bukan tak mungkin akan muncul dalam postingan-postingan para pengguna media sosial yang gemar berbagi info wisata.

 Mengedukasi para ojek agar lebih informatif selama membawa wisatawan.  Sadar kebersihan dan bisa tegas kepada pengunjung yang tidak bisa buang sampah pada tempatnya, baik saat diperjalanan maupun ketika berada di air terjun. Memberi pelatihan mengenai standar keamanan, baik pada kendaraan yang digunakan, maupun saat mengemudi. Ada standar tertentu untuk motor-motor yang digunakan.


Bareng Kak Rossana, Dian, Riant, Indra (Photo by Yopie Pangkey - 2016)


Kenangan indah di arter Putri Malu bareng Riant dan Kak Ros

Para pejalan yang gemar bertualang biasanya lebih suka kondisi alam yang APA ADANYA. Bersusah payah mencapai tujuan malah jadi sebuah kebahagiaan buat mereka. Kalau jalan sudah mulus, tidak ada lagi tantangannya, sudah tidak asik lagi katanya. Hal-hal seperti ini bisa subjektif sih menurut saya. Karena tipe pelancong kan tidak sama. Adanya harapan untuk beberapa perubahan, tujuannya supaya lebih aman, dan bisa dikunjungi oleh berbagai kalangan. Tidak hanya kalangan anak muda dan mereka yang berani menantang bahaya saja, tapi juga kalangan keluarga (anak-anak dan orang tua) juga bisa diajak kalau sudah memungkinkan. 

Buat yang ingin merasakan sensasi petualangan, wisata Air Terjun Putri Malu ini sangat
recommended untuk didatangi. 
Mengingat lokasinya di hutan, tersembunyi dalam relung hutan Way Kanan, sebaiknya sih jangan sendiri. Bawa rombongan. 4-5 orang paling sedikit. Agak gimana gitu kalau sendirian :D


Tulisan saya tentang Air Terjun Putri Malu dimuat di Intisari edisi April 2017


Air Terjun Batu Duduk, dimuat di Majalah Sriwijaya Air edisi Oktober 2016

Trail Adventure Air Terjun Putri Malu ini sangat berkesan dan tak terlupakan. Perjalanan naik motornya seru. Di ujung perjalanan dapat bonus suguhan Air Terjun Putri Malu yang pesonanya mampu menggetarkan jiwa. 


Tertarik ingin merasakan sensasi jadi petualang di alam yang masih perawan? Yuk ke Lampung, datang ke Way Kanan. Saya sudah dua kali ke tempat ini, tidak ada kata kapok. Setiap kali datang, justru ingin kembali lagi dan lagi. Saat ini belum tahu kapan akan ke sana lagi. Dengan siapa juga belum ada rencana. Tapi yang pasti, saya masih ingin kembali dengan pengalaman dan kisah yang berbeda.

Way Kanan Asyik dalam rangka HUT ke-18 Way Kanan. Maju terus dan berdaya saing.


**

24 April 2017

Foto dan video diambil dengan menggunakan ASUS #Zenfone3Max #Pink #GaAdaMatinya



Video Trail Adventure Way Kanan :


Pesan Tiket Kereta Api Online, Proses Mudah dan Cepat

$
0
0

Di era globalisasi seperti sekarang ini, orang-orang sudah diberikan berbagai macam kemudahan di dalam mengerjakan setiap kebutuhan yang diperlukan setiap harinya. Kemudahan itu juga bisa di dapatkan dan juga di nikmati ketika Anda membutuhkan dan menginginkan sebuah tiket kereta api. Sekarang ini Anda bisa melakukan pesan tiket kereta api secara online yang tentu saja akan memberikan Anda banyak kemudahan di dalam proses pemesanan tiket kereta api dengan tujuan daerah atau kota sesuai dengan yang Anda inginkan dan juga Anda butuhkan. Selain proses pemesanannya yang mudah, melakukan pesanan tiket kereta api yang dilakukan secara online juga dilakukan dengan proses yang cepat.


tiket online kereta api


Perkembangan dan juga kemajuan teknologi dan juga digital sekarang ini memang memberikan banyak dampak yang sangat banyak di dalam kehidupan manusia setiap harinya. Kemajuan dengan dibuatnya sistem online di setiap pemesanan tiket kereta api yang ada di Indonesia tentu saja memberikan hal baru yang pasti akan sangat membantu banyak orang yang memiliki kesibukan dan aktifitas yang banyak, sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan pembelian tiket kereta api yang dilakukan secara langsung. Dengan adanya sistem online memberikan mereka kemudahan untuk melakukan pemesanan tiket kereta api yang dilakukan secara online.

Melakukan pemesanan tiket secara online bisa dilakukan dari mana saja dan juga kapan saja. Bagi Anda yang memiliki kesibukan dengan pekerjaan Anda yang mengharuskan Anda untuk lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kantor, Anda bisa melakukan pemesanan tiket kereta api dari kantor Anda yang bisa Anda pilih sendiri tanggal pemberangkatannya dan juga tempat duduk yang sesuai dengan keinginan Anda. Begitu juga dengan Anda yang menjadi ibu rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaan rumah, Anda bisa memesan tiket kereta api yang Anda butuhkan dari rumah, sehingga tidak mengganggu pekerjaan rumah Anda yang lainnya.

Pesan tiket kereta api secara online ini menjadi sebuah langkah dan juga cara yang tepat di dalam mengurangi masalah antrian tiket yang kerap menjadi satu persoalan di dalam proses pembelian tiket. Selama ini untuk bisa mendapatkan tiket yang dibutuhkan, orang-orang harus antri terlebih dahulu untuk bisa mendapatkan tiket kereta api yang mereka butuhkan, dan itu tentu saja membutuhkan waktu dan juga membutuhkan kesabaran untuk bisa mendapatkan tiket yang Anda butuhkan. Dengan adanya sistem penjualan secara online, bisa mengurangi permasalahan tersebut yang akan banyak bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Melakukan pemesanan tiket untuk kereta api yang dilakukan secara online juga bisa membuat orang-orang dapat melakukan pemesanan dalam jauh-jauh hari sebelumnya, yang pasti akan membuat mereka tidak akan kehabisan atau kesusahan untuk mendapatkan tiket kereta api yang mereka butuhkan. Manfaat yang bisa diberikan dengan adanya sistem pemesanan tiket kereta api yang dilakukan secara online membuat masyarakat Indonesia lebih mudah untuk berkunjung dan bepergian ke berbagai kota dan daerah yang ada di Indonesia.

Mengenai sistem pesan tiket kereta api yang dilakukan secara online ini juga dapat mengurangi dan membuat para oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menjual tiket dengan harga yang lebih mahal atau biasa disebut calo menjadi berkurang dan bahkan menjadi hilang. Hal tersebut merupakan sebuah dampak yang sangat positif yang ditimbulkan dengan adanya pemesanan tiket untuk kereta api yang dilakukan via online.

Serba Keren dari ASUS Zenfinity 2017

$
0
0

Dua varian smartphone terbaru dari ASUS yaitu ZenFone Zoom S dan ZenFone Live ZB501KL resmi dipasarkan di Indonesia pada hari Selasa tgl. 16/5/2017. Bertempat di Pullman Jakarta Central Park, acara berlangsung sejak pukul 13.00 WIB hingga 20.30 WIB. Selain menjadi ajang peluncuran produk, event yang dikemas modern dan sangat elegan ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi para Blogger, Media, Youtuber, dan Zenfans dari berbagai daerah di Indonesia.

Seru, meriah, sarat kesan dan tak terlupakan.

zenfone zoom s zenfone live


Undangan Keren

Gaung Zenfinity 2017 menggema dengan sangat lincah. Selincah gerak cepat teman-teman blogger dalam me-repost postingan ASUS berisi hitung mundur sejak H-9. Zenfinity 2017 memang disambut gembira. Tak sedikit yang berkreasi dengan berbagai properti terkait ASUS untuk di-post di medsos. Media sosial jadi ramai. Timeline Twitter, Faccebook, dan Instagram wara wiri oleh kata-kata yang membuat penasaran, “Bersiaplah menyambut kedatangan 2 produk terbaru ASUS ke Indonesia. Saksikan Live Launching Event ZenFinity, langsung melalui ASUS Indonesia Official Fans Page dan ASUS Indonesia Official Youtube Channel.”

Sihir ASUS bekerja. Sejumlah teman-teman non Blus Community mulai penasaran lalu bertanya-tanya. Saat penasaran sama-sama menjalari rasa, sebuah kejutan datang menghampiri: Undangan! Bukan undangan biasa, melainkan undangan yang di dalamnya tersemat teknologi Augmented Reality. Performa teknologi tersebut dapat dilihat dengan menggunakan aplikasi Zenfinity 2017 yang dapat diunduh secara gratis di Play Store maupun App Store. 


Kece bana-bana, deh! 



 

Sejak menerima undangan keren inilah saya mulai ‘memainkan' ASUS di medsos pribadi. Mulai dari berfoto dengan Undangan Zenfinity 2017, Zenfone3 (black), hingga berfoto dengan Zenfone3Max Pink. Apapun kreasi fotonya, yang penting saat diposting isinya bermuatan ASUS dan Zenfinity 2017 :D

Satu undangan untuk satu orang. Mesti kami bawa dihari H untuk di-scan dan ditukar dengan tanda pengenal yang sudah berisi sejumlah informasi terkait identitas dan petunjuk tempat duduk. Datang tanpa undangan silakan balik badan he he. Saya jadi ingat event Zenvolution di Bali tahun lalu. Mereka yang tidak membawa undangan tidak bisa masuk ke tempat acara. 



Menyambut Zenfinity 2017

Blogger-Blogger Keren

H-1 para blogger dari luar Jakarta mulai berdatangan. Semua menginap di Pullman Jakarta Central Park. Foto-foto dan cerita kedatangan mereka berhamburan di dunia maya. Foto di bandara, di Jembatan Neo Soho Central Park, hingga foto di kamar hotel. Kemeriahan ini bisa dicek di medsos dengan hestek #Zenfinity2017

Ada 45 blogger yang diundang dalam event kali ini. Semuanya tergabung dalam Blus Community. Buat teman-teman blogger yang belum tergabung dalam Blus Community bukan berarti tidak keren, ini soal keterbatasan anggota dalam grup saja. Anggota blus juga tidak semua diundang kok :)



Moment berharga jumpa kawan-kawan dari berbagai kota dan daerah :)

Saya dan kawan-kawan yang tinggal di Jabodetabek tidak menginap. Kami dekat dari Jakarta. Tinggal datang saja pada hari H. Buat saya yang tinggal di BSD Serpong, Pullman Jakarta Central Park bisa dicapai dalam waktu 30 menit tanpa macet. Kalau macet, bisa 1-1,5 jam lebih. Ada juga yang dari Cilegon, Bekasi, dan Bogor. Beberapa dari mereka menginap di hotel lain yang dekat dari lokasi acara.


Sementara itu, dalam Grup Whatsapp Blus saya ‘menonton’ foto aneka oleh-oleh makanan yang dibawa dari berbagai daerah. Luar bisa menggoda. Andai saat itu ada pintu doraemon, saya ingin mencelat ke Pullman biar bisa ikut mencicipi segala macam makanan yang mereka bawa he he. Dari rumah saya cuma bisa lap iler. Lalu kebawa mimpi. Tahu-tahu sudah pagi. Saatnya bersiap untuk menuju Pullman. Saatnya untuk ASUS Zenfinity 2017, bukan bermimpi.

Baca juga : ASUS Zenvolution Indonesia, Incredible is Now


Blogger dari berbagai kota dan daerah :)

Hotel Keren Pullman Jakarta Central Park

Pullman Jakarta Central Park terpilih sebagai tempat pelaksanaan acara, sekaligus tempat menginap para blogger. Tempat yang modern dan berkelas. Asus memang tidak pernah tanggung-tanggung memberikan fasilitas. Selaras dengan kemewahan ASUS, Blogger pun dimanjakan dengan kemewahan, semewah produk-produknya yang tidak pernah gagal menjadi produk yahud.

Tahun lalu pernah mencicipi kemewahan menginap di Hotel Courtyard, serta megahnya ballroom BNDCC saat event Zenvolution 2016 di Bali. Pernah pula mengecap party di Skye Bar & Restaurant di rooftopMenara BCA saat launching Zenfone3Max. Dari dua pengalaman sebelumnya itu saya jadi tahu bagaimana rasanya dimanja oleh ASUS.  


Acara Zenfinity 2017 bertempat di ballroom Hotel Pullman di lantai lobby. Seperti biasa, untuk memasuki lokasi acara, undangan yang dikirim oleh ASUS menjadi syarat untuk masuk. Jika barcode pada undangan telah di-scan dan cocok, baru bisa melangkah ke karpet merah. Untuk seterusnya menuju beberapa booth yang sudah disiapkan. 



View dari lantai kamar sekian Hotel Pullman Jakarta Central Park :)

Booth Keren di Karpet Merah

Melangkah di karpet merah, tiba di depan logo Zenfinity besar disambut belasan fotografer yang ‘menyerang’ dengan bidikan berbagai macam kamera. Berasa artis :D Kalau sebelumnya cuma bisa foto-foto dengan logo Zenfinity yang ada dalam fisik undangan, maka siang itu saya bisa berfoto di depan logo Zenfinity yang ukurannya lebih besar dari badan.

Namanya banci kamera, tidak cukup sekali berfoto di depan logo Zenfinity. Melainkan berkali-kali. Mulai dari sendiri-sendiri, berdua dengan teman kesayangan, berlima bersama grup JJS, ramai-ramai dengan Grup Blus, hingga membajak Mas Firman ASUS yang sedang melintas. Dari pose serius, sampai pose kacau apalah apalah. Dan di sini pula saya ikut boomerang dengan gaya memalukan akibat masih jetlag :D



Mas M. Firman dan para fans #KotakKayu :))
Konco-konco JJS :)

Selanjutnya ada LOL Photobooth. Nah, di sini kami bisa foto-foto girang dengan berbagai properti ASUS dan logo media sosial. Satu sesi untuk tiga kali foto dan mendapatkan versi cetaknya. Uniknya, kami juga bisa dapat versi digital foto dengan cara mengunduh aplikasi LOL Photobooth terlabih dahulu melalui Play Store. Setelah melakukan scan pada barcode, foto yang diambil bisa diunduh, baik dalam bentuk satuan foto maupun kolase dalam versi video.

Menariknya lagi, video foto-foto dari aplikasi LOL Photobooth bisa langsung di share di media sosial. Inilah yang membuat saya dan beberapa kawan blogger seperti punya ‘mainan baru’ yang sayang banget jika tidak diposting di instagram. Apalagi ada kompetisinya segala. Untuk 8 post terunik akan mendapatkan 8 smartphone ASUS terbaru terdiri dari 3 unit Zenfone Zoom S dan 5 unit Zenfone Live. Siapa yang tidak ngiler? Saya saja ngiler. Makanya foto-foto dari LOL Photobooth ini pun beredar ramai di medsos mereka yang hari itu berfoto di LOL Photobooth.



Foto bareng di LOL Photobooth
Foto bareng blogger dan brand ambasador ASUS (Joe Taslim, Tatjana, Sheryl)

Event Keren ASUS Zenfinity 2017

Usai makan siang dengan suguhan lezat penuh citarasa dari Hotel Pullman, kami memasuki ruang acara. Saatnya untuk Zenfinity 2017. Semua tamu undangan yang terdiri dari Media, Zenfans, Youtuber, dan blogger duduk sesuai dengan kursi-kursi yang telah ditentukan. Tertata rapi dan sangat tertib.

Panggung besar terlihat polos, sepi dari berbagai dekorasi. Tapi di sinilah keanggunan ASUS yang sebenarnya. Cukup dengan 1 layar besar dan panjang di latar belakang, 2 layar besar di kiri dan kanan panggung, serta pembicara yang hadir di tiap sesi. Kemegahan tersaji lewat slide materi yang ditampilkan dengan begitu memesona. Se-memesona 2 smartphone baru yang diluncurkan secara resmi hari itu, Selasa 16 Mei 2017.

Zenfinity merupakan gabungan dari Zen dan Infinity. Gabungan dua kata tersebut menggambarkan kemungkinan yang tak terbatas yang ditawarkan oleh kedua produk yang dihadirkan oleh ASUS kali ini.



Blogger Outskirt
 
Mas M. Firman




Cindy Ferlany, Product Manager ASUS Indonesia


Suguhan di acara launching

2 Smartphone Keren

Dua varian smartphone yang dihadirkan ASUS ke pasaran Indonesia kali ini adalah ASUS Zenfone Live ZB501KL dan Zenfone Zoom S ZE553KL. Varian yang diresmikan kali ini menyasar pengguna segmen tertentu. Zenfone Live ditujukan secara spesifik untuk video live streaming dan Zenfone Zoom untuk all day professional photography.

ASUS ZenFone Zoom S, Smartphone Fotografi Dual Lens. Teknologi SuperPixel menawarkan 12x zoom dan baterai 5.000mAh untuk hunting foto seharian. ASUS ZenFone Live ZB501KL, Smartphone Khusus Live Streaming. Modus beautification kini diperluas, tak hanya saat berfoto, namun juga pada video.


Baca juga: Mengapa Kamu Harus Punya Zenfone Zoom S dan Zenfone Live?


ASUS Zenfone Zoom S dan Zenfone Live resmi dipasarkan di Indonesia

Infinite Live Stream

 
ASUS ZenFone Live merupakan perangkat yang khusus dibuat untuk pengguna yang gemar dan kerap melakukan live video streaming ataupun video conference secara mobile. Dimensi layarnya yang 5 inci membuat smartphone ini sangat kompak sehingga sangat mudah digenggam oleh satu tangan saat pengguna akan melakukan video call.

Pada smartphone ini, aplikasi BeautyLive akan membuat pengguna tampak semakin menarik dengan fitur skin softening yang bekerja secara instan dan terus menerus sepanjang durasi video live streaming. Dengan dukungan BeautyLive, pengguna juga tidak perlu repot melakukan editing video tambahan, khususnya agar pengguna tampak cantik sempurna. Bagi pengguna yang terpaksa melakukan streaming dari ruangan yang berpencahayaan kurang, ASUS juga menempatkan sebuah LED flash yang dapat diaktivasi dari aplikasi BeautyLive, saat akan melakukan streaming.



ASUS Zenfone Live Rp 1.799.000

Siaran langsung di media sosial seperti Facebook, Instagram, ataupun YouTube juga tak hanya untuk sekadar menyapa rekan-rekan atau kerabat mereka. Lebih dari itu, pengguna juga bisa menyiarkan secara langsung apapun aktivitas yang sedang pengguna lakukan kepada siapapun, kapanpun, dari seluruh dunia ke seluruh dunia. Infinity. Tidak ada batasan kreativitas.

Untuk membuktikan kecanggihan teknologi BeautyLive, pada event Zenfinity 2017 ini ASUS menggandeng secara resmi Facebook, Instagram, YouTube, Bigo dan 17. 





Infinite Photography


Penggemar fotografi yang membutuhkan smartphone berkemampuan mumpuni, akan terbantu dengan hadirnya ASUS ZenFone Zoom S. Smartphone dengan sistem dual camera inovatif tersebut punya kamera utama dengan aperture f/1.7 serta 25mm wide-angle dipadankan dengan sensor Sony IMX362 resolusi 12MP dan ukuran sensor besar yakni 1.4µm pixel (ukuran sensor 1/2.55”).

Selain kamera utama tersebut, di bagian belakang juga tersedia sebuah kamera zoom 59mm 12MP dengan dukungan 2,3x optical zoom serta total 12x zoom. Kombinasi kedua kamera belakang tersebut memastikan fokus yang tajam dari jarak manapun. Dengan tersedianya dua pilihan kamera yang bisa digunakan, akan semakin luas peluang kreativitas yang bisa dilakukan oleh pengguna.  



ASUS Zenfone Zoom S Rp 5.999.000,- /

Bagi para mobile photographer, ASUS ZenFone Zoom S juga diperkuat oleh baterai berkapasitas besar, yakni 5.000mAh. Dikombinasikan dengan salah satu platform yang paling hemat energi saat ini, yakni Snapdragon 625 Mobile Platform, ZenFone Zoom S dirancang untuk mampu bertahan hingga 6,4 jam non stop saat digunakan untuk merekam video 4K Ultra HD, atau waktu standby yang mencapai 42 hari.

Selain luasnya kreativitas yang dimungkinkan oleh dual camera system, baterai berkapasitas 5.000mAh juga membuat produktivitas tak terhambat oleh keterbatasan energi. Ini yang disebut ASUS dengan infinite photography.



Joe Taslim dan Zenfone Zoom S

Tamu-Tamu Keren

Perhelatan launching poduk ASUS kali ini bertabur orang-orang keren. Dari jajaran ASUS hadir Benjamin Yeh (Regional ASUS SEA), Rex Lee (ASUS APAC General Manager). Ada pula perwakilan Facebook, serta Shannedy Ong (Country Director Qualcom Indonesia).

Dari deretan brand ambasador ada Joe Taslim (kali ini tanpa ditemani BCL) sebagai BA Zenfone Zoom S (eyes of tiger), serta Tatjana Saphira dan Sheryl Sheinafia sebagai BA Zenfone Live. Saya berkesempatan berfoto dengan tiga brand ambasador ini saat berada di LOL Photobooth. 





ASUS memberi kejutan dengan menghadirkan Darwis Triadi, ahli fotografi glamour dan fashion Indonesia yang tak lagi diragukan kemampuannya di bidang fotografi. Om Darwis mengatakan betapa hebatnya teknologi kamera yang dimiliki Asus Zenfone Zoom S. Tidak hanya ‘berkata-kata’, pembuktian akan hasil kamera Zenfone Zoom S tampil dalam bentuk foto yang dipajang di ruang unit demo. Pernah melihat langsung karya-karya Om Darwis? Nah, saya baru kali ini melihatnya, dan itu karena event Zenfinity 2017.

ASUS menghadirkan Indra Herlambang sebagai MC. Selebriti kondang ini sangat familiar di dunia entertainment. Siapa yang tak kenal dia? Fansnya banyak. Tak terkecuali blogger yang hadir di Zenfinity 2017. 



Galeri Foto Keren

Ada ratusan unit Zenfone Zoom S dan Zenfone Live yang dipajang di ruang unit demo. Semua yang hadir di acara Zenfinity 2017 bisa mencoba pengalaman menggunakan kedua produk tersebut dengan bergantian. Selain mencoba pengalaman menggunakan Zenfone Zoom S dan Zenfone Live, di ujung dekat pintu keluar ruang unit demo juga bisa menyaksikan pameran foto karya para fotografer-fotografer kondang Indonesia.

Foto-foto yang dipamerkan dalam galeri tersebut menggunakan Zenfone Zoom S. Terdapat 12 foto karya Darwis Triadi. 4 foto karya Roy Genggam. Beberapa foto lainnya merupakan karya Chandra Chung, Karina Yasmine, Ahmad Ilmi, Mancil Harsoyo, Okie Haryadi. Takjub? Pasti.



Galeri foto-foto karya Om Darwis Triadi
Ada ASUS di mataku :)
Ruang unit demo Zenfone Live dan Zenfone Zoom S

Suguhan Keren di acara Gala Dinner

Acara terus belanjut sampai malam. Tidak akan berhenti sebelum ditutup dengan hiburan. Bukan ASUS namanya kalau tidak membuka acara dengan spektakuler dan diakhiri dengan spektakuler pula. Jika siangnya mata sudah dihibur oleh pesona duo smartphone terbaru, malamnya giliran telinga dihibur oleh pesona suara duo penyanyi yaitu Tulus dan Sheryl.


Malam penuh rasa bahagia, bertabur sukacita. Makan bersama, bercengkerama, dan menikmati lagu-lagu indah. Lebih membahagiakan lagi kala pengumuman doorprize. Satu persatu nama-nama pemenang disebutkan, baik yang mendapatkan Zenfone Zoom S maupun Zenfone Live. Turut senang buat semua yang beruntung malam itu. 




Gala Dinner
Makan bareng kawan-kawan blogger :)

Para pejabat ASUS berkeliling dari meja ke meja, menghampiri dan mengajak bersulang bersama. Hal mengejutkan sebenarnya, karena saya sendiri sempat beberapa saat tidak menyadari kehadiran mereka di meja.

Pada akhirnya acara sampai pada ujungnya. Ada rasa seolah acara ini terlalu cepat buat saya. Baru 10 jam bersama mereka, seolah baru 1 jam. Perpisahan memang tidak bisa dihindari. Usai berfoto bersama dengan seluruh blogger Blus, saya pulang. Bagaimanapun, 10 jam itu sangat berarti. ASUS telah mempertemukan saya dengan mereka yang selama ini berjauhan jarak.



penyanyi tulus
Penampilan TULUS untuk ASUS


Para pemenang doorprize berhadiah Zenfone Live dan Zenfone Zoom S


Zenfinity 2017, moment keren yang tak terlupakan. 
Terima kasih ASUS Indonesia!
  
 




Menu Buka Puasa "Ramadan Nusantara" di Fame Hotel Serpong

$
0
0
Travelerien.com

Fame Hotel Gading Serpong mengadakan “Cucurak Ramadan
pada hari Jumat tanggal 19 Mei 2017. “Cucurak” merupakan Bahasa Sunda (Bogor), yang artinya adalah tradisi makan bersama untuk menyambut datangnya bulan puasa. Acara bertempat di POPCORN Resto yang terletak di lantai dasar Fame Hotel. Selain blogger dan media, pihak hotel juga mengundang beberapa client corporate untuk bersilaturahmi, sekaligus turut menyaksikan peluncuran paket menu berbuka puasa yang dinamakan Ramadan Nusantara.

paket buka puasa fame hotel serpong
Menu khas Nusantara, menu buka puasa di Fame Hotel Serpong

Tradisi Menjelang Puasa

Ramadan sudah di depan mata. Umat muslim di seluruh dunia tinggal menghitung hari menuju bulan mulia tersebut, tak terkecuali saya dan keluarga. Segala persiapan sudah saya lakukan agar ibadah selama bulan puasa dapat berjalan dengan lancar. Utamanya persiapan badan agar selalu sehat selama menjalankan ibadah puasa.

Sebagaimana tradisi keluarga kami, baik dari pihak keluarga saya maupun suami, ada acara kumpul bersama menjelang masuk puasa. Biasanya tempat berkumpul di rumah orang yang paling tua, dalam hal ini orang tua. Saya dan keluarga pun melakukan tradisi ini di rumah orang tua (ortu suami).

Dalam tradisi keluarga saya di Palembang, kumpul bersama jelang puasa dinamakan “roa”, pelaksanaannya dinamakan “Meroai” (me-roa-i). Beberapa daerah di Sumsel punya acara yang sama tapi beda nama/sebutan. Selain untuk mempererat silaturahmi, acara roa juga bertujuan untuk melestarikan tradisi makan bersama. Dalam hidangan makan, biasanya ada menu khusus yang disajikan seperti burgo, bubur talam, serta beberapa masakan khas Palembang lainnya.

Cucurak Ramadan

Ramadan Nusantara

Cucurak Ramadan yang di adakan di Fame Hotel Serpong pun hampir serupa dengan “roa”. Acara Cucurak Ramadan diadakan sebagai bentuk rasa cinta akan tradisi nusantara dan untuk terus dilestarikan bersama-sama. Dalam kesempatan ini, pihak Fame Hotel Gading Serpong ingin bersilahturahmi, menjalin hubungan yang lebih erat lagi dan bertukar informasi.

Setelah sukses dengan menu khas nusantara rekomendasi Pak Bondan Winarno (Maknyus), kini POPCORN Resto menawarkan menu untuk berbuka puasa dengan tema “Ramadan Nusantara”. 

Chef Rismiantoro
 
Chef Rismiantoro, selaku Head Chef dari Fame Hotel Gading Serpong, mengutarakan “Menu yang kami sajikan khusunya pada bulan Ramadhan nanti adalah menu-menu yang tradisional yang selalu berbeda disetiap harinya. Tentu hal ini akan menjadi daya tarik tamu dan pecinta kuliner. Dimana para tamu dapat menikmati sajian tersebut seperti di kampung halaman masing-masing”, ujarnya.  





Menu Tradisional

Acara  peluncuran menu Ramadhan yang diselenggarakan di POPCORN Resto menghadirkan berbagai menu khas Nusantara seperti: Ayam Tuturuga (Manado), Pindang Patin (Palembang), Ayam Bakar Bumbu Rujak (Jawa Timur), Daging Masak Tuha (Kalimantan), Rujak Cingur, Soto Lamongan, dan berbagai dessert tradisional lainnya. 

Sebagai orang Palembang, saya bangga masakan Pindang Patin jadi salah satu menu andalan dalam menu buka puasa di PopCorn Resto. Di rumah, suami adalah orang yang paling suka dengan pindang patin. Saking sukanya, hampir tiap 2 hari sekali minta dibuatkan pindang patin. Kadang saya yang bosan, tapi karena suami suka, bosannya disingkirkan dulu he he. Tiap belanja ke pasar, ikan patin pasti selalu masuk dalam daftar belanja. Entah itu untuk dimasak langsung, atau pun jadi stock untuk di masak pada hari berikutnya. Rasa sedikit pedas dan dominan asam menjadi alasan kenapa kuah pindang patin begitu disukai suami. Selain tentunya karena daging ikan patin memang gurih. Apalagi kalau banyak ‘gaji’nya, makan pindang patin sudah seperti menyeruput kopi :D

Untuk takjil, tersedia kue-kue tradisional seperti getuk lindri, kue lupis, kue lapis, nagasari, Kue Ku, kue bika ambon, es buah, kolak pisang, asinan, kurma, aneka buah, dan lainnya masih banyak lagi.

Kurma dan buah-buahan lainnya


Es buah


Aneka jajanan pasar


Aneka gorengan: Pisang Goreng, Bakwan Goreng, Tempe Goreng


Ayam Tuturuga Manado

Ayam Tuturuga merupakan masakan khas Manado yang berbeda dengan citarasa ayam pada umumnya. Tampilannya yang seperti opor ayam dipadukan dengan daun pandan membuat cita rasa menjadi unik. Biasanya hidangan ini juga disajikan saat hari raya lebaran Idul Fitri di Manado.

Ayam Tuturuga Manado

Daging Masak Tuha Kalimantan

Olahan makanan yang berbahan dasar daging sapi dicampur dengan parutan kelapa yang sudah melegenda. Seperti di Jawa, orang menyebutnya Srundeng. Konon asal usul nama Tuha dari Tua. Sampai saat ini belum ada yang bisa mengartikan maksud dari istilah tersebut. Terlepas dari nama ini, soal rasa tidak perlu diuji lagi kelezatannya.

Daging Masak Tuha Kalimantan

Ayam Bakar Bumbu Rujak Jawa Timur

Masakan Indonesia yang sangat khas, dan menjadi kekayaan kuliner Nusantara asal Jawa Timur. Cita rasa yang manis, asam, pedas, menjadi perpaduan yang lezat. Selain itu cita rasa khas rempah akan lebih keluar dan aroma saat dihidangkan akan lebih harum. Hidangan ini sering dijumpai di restaurant dan selalu menjadi andalan setiap penikmatnya.

Ayam Bakar Bumbu Rujak Jawa Timur

Pindang Patin Palembang

Pindang Patin adalah salah satu menu favorit dari Palembang. Selain pempek, menu khas ini juga tidak kalah segar. Ikan patin juga merupakan salah satu ikan yang mengandung nutrisi tinggi dan baik untuk kesehatan. Kuah kuning dan rasanya yang sedikit pedas, dan dominan asam. Perpaduan antara belimbing sayur, Bawang Merah, Bawang Putih, jahe, kunyit, dan serai menjadi sayur yang diminati banyak orang.

Pindang Patin Palembang

All You Can Eat

Paket menu buka puasa “Ramadan Nusantara” dibandrol dengan harga Rp 88.000 net / orang. Pesan untuk 10 orang dapat gratis 1 orang. Buat saya dan keluarga, untuk menu khas dengan cita rasa istimewa, harganya tersebut masih terjangkau. Tamu menginap atau tidak menginap, akan mendapatkan harga yang sama.

Paket yang pas buat sendiri, berdua pasangan, bersama keluarga, atau dengan grup. Suami pun berminat untuk ajak keluarga besar ke sini nantinya. Seperti biasanya dalam bulan puasa, keluarga suami suka bikin acara buka puasa bersama secara bergilir. Misal minggu ini di rumah kami, minggu depan di rumah saudarinya, minggu berikutnya di rumah saudarinya yang lainnya. Kadang seminggu sekali, kadang bisa tiap 4 hari sekali. Tergantung kesepakatan saja.

Nah, kalau sedang tidak masak, mengajak keluarga buka puasa bersama di resto kan lebih praktis. Tinggal pesan tempat lalu datang. Mengajak keluarga menikmati aneka makanan khas yang disajikan secara istimewa pasti akan menyenangkan. Moment buka puasa bersama keluarga besar tercinta jadi terasa indahnya. 







Tentang Fame Hotel Gading Serpong

Famehotel Paramount Serpong adalah “The First Smart Hotel in Tangerang “ yang dibangun di jantung CBD (Central Business District) Serpong untuk melayani kebutuhan pasar lokal di bidang konferensi dan perjalanan bisnis. Hotel Fame memiliki 144 kamar modern dan minimalis, 6 fasilitas ruang pertemuan yang variatif berkapasitas hingga 120 orang.

Lokasi yang strategis hanya 25 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, serta berada tepat disamping Super market, rumah sakit internasional, hingga komplek hiburan dan pusat perbelanjaan (mal) Serpong, membuat Famehotel Paramount Serpong dapat memenuhi kebutuhan. Sebagai Business Traveler yang Smart Famehotel menyediakan ruang pertemuan modern, dan mempunyai outlet F & B “Popcorn Resto” sebagai pilihan untuk Sarapan, Makan siang hingga makan malam dengan buffet atau menu a ala carte sesuai dengan selera.


Baca juga: Banyak Pilihan Menu Sarapan di Fame Hotel Serpong

Kamar tipe Deluxe - Fame Hotel Serpong

Fame Hotel Serpong tidak asing lagi bagi saya dan keluarga. Selain pernah menginap, suami pun pernah mengadakan acara di ruang pertemuannya. Pengalaman paling berkesan menjadi tamu Fame Hotel adalah menu sarapannya. Banyak variasinya sehingga banyak pilihan, dan selalu berganti di setiap hari. Hotel bintang dua ini punya sajian menu sarapan ala hotel bintang empat. Jadi, untuk menu sarapannya, sangat saya rekomendasikan.

Normalnya, harga kamar Rp 388.000,- / malam. Tapi selama ramadan, rate-nya spesial menjadi Rp 350.000 / malam.

Untuk menginap atau pun kulineran selama bulan ramadan, Fame Hotel Serpong merupakan pilihan yang menarik di Gading Serpong, Tangerang Selatan.



Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi :
Public Relations Executive
FAMEHOTEL PARAMOUNT SERPONG
T.   (+62) 21 – 2930 333
E.   pr@famehotelserpong.com
W.  www.famehotelserpong.com

.
.

Hotel Kristal Untuk Liburan Keluarga di Jakarta

$
0
0
Travelerien.com

Menginap di hotel bisa jadi alternatif agar liburan keluarga tetap berkualitas. Tetapi, mencari tempat liburan dengan akomodasi yang ramah bagi seluruh keluarga terutama anak-anak bukan perkara mudah. Kebanyakan hotel yang ada memang tidak secara khusus mengakomodir berbagai aktivitas khusus untuk anak-anak, padahal tentu saya ingin menghabiskan waktu liburan yang menyenangkan dengan keluarga. Hotel Kristal Jakarta yang saya pilih untuk liburan kali ini, tak hanya nyaman untuk menginap, namun juga bikin anak gembira.  

pesan hotel traveloka


Liburan Akhir Pekan

Minggu ke-3 bulan Mei (tgl.15-19) anak-anak libur sekolah. Kakak kelas mereka di kelas 6 dan kelas 9 sedang ujian kelulusan. Karena suami tidak libur, kami di rumah saja. Kegiatan anak-anak banyak diisi dengan mengulang pelajaran. Pada minggu ke-5 (tgl.29 Mei-2 Juni) giliran mereka yang akan ujian. Saya kebetulan sedang tidak ada jadwal keluar kota. Jadi bisa menemani mereka. Acara sih ada, seperti ASUS Zenfinity kemarin (16/5). Tapi tidak pakai menginap. Usai acara bisa kembali ke rumah, kumpul lagi dengan keluarga.

Melihat anak-anak di rumah saja, saya jadi ingin ajak mereka liburan. Bukan liburan besar, sekedar liburan akhir pekan saja. Biar mengurangi ketegangan mereka dalam belajar, sekaligus untuk mendapatkan suasana yang segar. Terlintas untuk berlibur ke Puncak, Bogor. Tapi, bayangan bermacet-macet ria membuat ide untuk ke sana saya urungkan. Akhirnya saya mencari lokasi yang dekat, tidak macet, hemat waktu, tapi tetap menyenangkan.

Jalan-jalan akhir pekan

Akomodasi Mudah

Pergi bersama keluarga berarti harus memikirkan soal akomodasi. Tapi saya tidak khawatir karena ada banyak hotel di Jakarta yang bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Nah, mengenai reservasinya pun mudah. Saya bisa melakukan reservasi hotel kapan saja melalui online travel agent seperti Traveloka.com

Sebelum melakukan pemesanan, saya harus mencari tahu dulu hotel mana yang sesuai dengan kebutuhan. Di Traveloka ternyata cara mencarinya gampang banget. Pertama, buka dulu situs Traveloka. Masuk menu HOTEL. Kemudian mulai dengan 3 langkah mudah:
1. Ketika nama kota/tempat/hotel yang ingin dituju. Dalam hal ini saya memasukkan nama kota. Sebab saya belum tahu nama hotel yang cocok buat saya. Saya ketik : Jakarta Selatan
2. Ketik tanggal menginap
3. Ketik jumlah orang yang akan diajak menginap.

Selanjutnya tinggal klik Search Hotel. Tunggu sesaat. Kemudian…taraaaa…muncullah nama-nama hotel yang direkomendasikan Traveloka. Untuk pencarian yang lebih spesifik, saya tinggal atur dengan mengklik beberapa pilihan seperti: harga, bintang, fasilitas, dan tipe akomodasi yang diinginkan. Baru setelah itu Traveloka menampilkan hanya hotel-hotel sesuai dengan yang saya butuhkan.
Berlibur di Hotel Kristal :)
Setelah melihat-lihat beberapa pilihan hotel, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada hotel Kristal di Cilandak Jakarta Selatan. Hotel ini tampaknya family-friendly banget. Punya kolam renang (anak dan dewasa), banyak tempat bermain untuk anak, bahkan di kamarnya ada dapur. Yang tak kalah penting kamarnya luas, cocok untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya. 

Setelah mantap memilih Hotel Kristal, saya langsung melakukan pemesanan untuk tgl. 20 Mei 2017. Pesan hotel lewat Traveloka ternyata mudah banget. Nggak pakai ribet. Tak sampai 5 menit, pesanan selesai, voucher hotel dari Traveloka langsung saya terima lewat email.  
Lobi Hotel Kristal

Hotel Kristal di Cilandak Jakarta Selatan

Untuk mencapai Hotel Kristal yang beralamat di Jl. Terogong, Cilandak, Jakarta Selatan, saya hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit dari BSD Serpong. Lewat jalan tol Bintaro, keluar Pondok Indah, langsung ke arah Terogong melewati komplek perumahan Pondok Indah. Alhamdulillah lancar dan tidak macet. Mood anak tetap baik, begitu juga suami. Senang kalau begini. Bawaannya tetap ceria.

Tidak sulit menemukan letak Hotel Kristal. Apalagi kalau menggunakan Google Map. Jika datang dari bundaran Pondok Indah, ambil jalan ke arah sekolah BPK Penabur. Dari sana sudah dekat. Bangunan hotel ada di sebelah kanan jalan, menjulang di antara bangunan lainnya. Di sebelahnya ada Hero. Di depannya ada Hamptons Park. Di pintu gerbang bagian depan ada tulisan Hotel Kristal. Tinggal masuk :) 



Saat check-in, saya tinggal menunjukkan kode voucher dalam email yang saya terima dari Traveloka. Proses check-in sangat mudah dan cepat. Selanjutnya saya tinggal masuk kamar. Kamar Studio Suite yang saya pesan terletak di lantai 2 menghadap ke kolam renang.

Suasana asri di sekitar hotel saya jumpai mulai sejak pertama kali melewati gerbang masuk. Area parkir hingga bagian depan lobi dihiasi oleh taman-taman yang hijau dan tertata rapi. Area kolam renang hingga taman bermain anak juga tak kalah asri. Ada kolam ikan koi serta taman yang hijau dan bersih. 

Taman di samping restoran hotel


Laguna Bar di tengah kolam renang
Kolam ikan Koi

Menikmati Kenyamanan Kamar Studio Suite

Hotel Kristal hotel bintang 4 berkonsep hotel dan residence. Cocok bagi yang ingin menginap bersama keluarga, terutama yang akan menginap dalam waktu lebih lama. Ada 3 tipe kamar yang bisa disesuaikan dengan budget dan kebutuhan. Studio Suite, Suite Superior (2 kamar tidur), dan Suite Superior (3 kamar tidur). Masing-masing tipe bisa dipesan dengan sarapan atau tanpa sarapan.

Tadinya saya mau pesan Suite Superior karena mau ajak ibu juga. Berlima dengan 2 kamar saya pikir sudah cukup. Tapi anak lanang batal ikut karena ada tugas bikin video dari sekolah yang belum selesai. Karena dia tidak ikut, ibu pun pilih tinggal. Akhirnya saya pesan Studio Suite buat bertiga saja. Kamarnya luas dengan tempat tidur queen-sized.

Luas

Nyaman

view bagus di balik jendela

Luas kamar Studio Suite yang saya tempati 40m2. Ada area living room dengan sofa berkapasitas 3 orang dan dilengkapi sebuah meja. Kasur double bed-nya besar, bisa buat bertiga. Bahkan masih lega. Fasilitas lainnya LCD TV 32", Internet Connection, Safe Deposit Box, dan Individual Controlled AC. 

Studio Suite dilengkapi pula dengan kitchen set. Terdapat dispenser yang sudah dipasangi galon Aqua. Kulkas dengan 2 macam minuman (free). Peralatan makan seperti piring dan gelas. Teh, kopi, cream, dan gula untuk membuat minuman. Tersedia juga kompor listrik dan peralatan masak (on request). Kalau sedang malas keluar, punya bahan praktis yang bisa diolah, bisa masak sendiri. Biarpun kamarnya mahal, tapi bisa hemat buat makan, kan lumayan :D

Dapur

Kamar mandi

Makan di Luar Hotel

Rate Studio Suite yang saya tempati Rp 2.126.373 / malam. Dengan memesan hotel lewat Traveloka, saya mendapatkan harga Rp 938.455 / malam.


Mengenai makan selama berlibur ke hotel, dari awal kami memilih untuk makan di luar hotel. Dari hasil pencarian restaurant di sekitar Cilandak, saya menemukan beberapa pilihan resto. Ada Dapur Sunda, Fish & Co, Rempah Wangi, Warung Bu Kris, dll. Kami mengincar salah satunya untuk dijadikan tempat makan malam.

Ada yang ultah di bulan Mei :)

Kondisi lalu lintas Sabtu malam ternyata tidak selancar dugaan. Padat dan macet. Bahkan kami mengalami tersendat-sendat hampir 30 menit. Humayra mulai rewel. Berulangkali dia bilang lapar, lapar, lapar. Rupanya sudah tidak tahan lagi untuk makan. Di tengah kemacetan saya lihat ada gerobak bakpau. Penjualnya kakek-kakek. Saya beli dua. Cukup buat penahan lapar. Bakpaunya besar. Saya dan suami ikut makan. Humayra kenyang, saya dan suami tidak. Saat itu macet belum juga usai. Rasanya sudah tidak tahan lagi berlama-lama. Sewaktu lihat ada McD, kami langsung belok. Pencarian tempat kuliner yang diincar terpaksa dihentikan. Perut sudah tidak bisa diajak kompromi :D

Berbeda dengan saat sarapan. Kondisi jalan di waktu pagi masih sepi. Mungkin karena hari Minggu, tidak ramai oleh pengendara yang hendak berangkat kerja. Kami keluar hotel, meluncur ke arah perumahan Pondok Indah, ke kawasan ruko yang saya lupa apa namanya. Di sana kami sarapan dengan nasi ayam, nasi goreng, chicken katsu, kue-kue, roti, minuman coklat hangat, kopi, dan air putih. Usai sarapan langsung balik hotel.

Ada dapur buat yang ingin masak :)

Berenang dan Bermain Gembira

Untuk rekreasi, Hotel Kristal menyediakan fasilitas kolam renang, restoran, fitness center, dan spa. Selain fasilitas kolam renang untuk anak, hotel ini juga menyediakan fasilitas playground dan taman tropis yang cukup luas. Anak-anak pun bisa bermain bebas. Ada sejumlah wahana bermain seperti ayunan, perosotan, jungkitan, dan panjatan. Anak-anak juga bisa asyik main di Kiddy Land yang terletak di depan restaurant hotel. 


Setelah kembali dari sarapan di luar hotel, kami langsung ke kolam renang. Keperluan renang memang sudah disiapkan dan ditaruh di mobil. Jadi tidak perlu ke kamar lagi buat ambil barang-barang. Anak saya, Humayra, seperti sudah tidak sabar untuk nyebur ke kolam. Meski kelihatan tidak sabar untuk masuk kolam, dia masih sempat menghampiri beberapa wahana di area kering. Ayunan dan jungkitan dilewati, seluncuran yang dia dekati. Mencoba sekali, lalu pindah lagi ke kolam. Selanjutnya dia hanya main di kolam renang sampai dua jam berikutnya.

Trampolin

Seluncuran

Jungkitan

Ayunan

Selama dua jam itu pula saya dan suami tidak kemana-mana. Bahkan ke fitness center pun tidak. Cuma duduk santai berdua, menikmati pagi. Merasakan segarnya udara pagi, bercengkerama sambil disaksikan matahari yang terus meninggi. Sesekali berjalan ke pinggir kolam, mendekati Humayra yang memanggil untuk minta tolong sesuatu. Atau turun ke kolam, lalu naik lagi. Duduk lagi dengan saya. Begitu saja. Santai-santai. Senang-senang.

Seru

Banyak teman berenangnya :)

Ditemani sama papa :)

Jam 10 Humayra baru keluar kolam renang. Kami kembali ke kamar. Mandi. Beres-beres barang. Tepat jam 12 kami check-out. Liburan akhir pekan selesai. Tinggal bawa pulang cerita bahagia.

Hotel Kristal bisa menjadi salah tempat pelarian yang cocok untuk menenangkan pikiran ataupun liburan bersama keluarga. Lokasinya pun cukup strategis. Liburan berarti quality time bersama keluarga dan hotel ini menawarkan suasana berlibur yang membuat keluarga jadi semakin akrab.

Santai
 
Menginap nyaman, anak pun gembira

A post shared by Katerina (@travelerien) on


Hotel Kristal
Jl. Tarogong Raya, Cilandak Barat, Jakarta 12430
Phone : +62 (021) 750 7050 | Fax : +62 (021) 750 7110
Email : info@hotelkristal.com
Website : http://www.hotelkristal.com 

.
.
.

Ini Asyiknya Staycation di Hotel Grand Zuri BSD

$
0
0
Travelerien.com

Liburan seru bersama keluarga tidak selalu tentang pergi ke lokasi wisata luar kota atau bahkan luar negeri. Berlibur bisa kapan saja dan di mana saja. Pergi ke tempat yang dekat tanpa bujet dan waktu khusus, misalnya staycation di hotel yang ramah keluarga, juga bisa dilakukan untuk mengisi liburan. Beragam pilihan kelas hotel dengan fasilitas yang lengkap tetap mampu membuat agenda berlibur keluarga tak kalah berkesan dibanding ke luar kota. Salah satu hotel family-friendly yang saya sukai di daerah Serpong, khususnya di BSD tempat saya tinggal, adalah Hotel Grand Zuri BSD. Hotel bintang empat yang terletak di jantung kota BSD ini menawarkan liburan ala hotel yang mampu menyenangkan seluruh anggota keluarga.

hotel grand zuri bsd
Hotel Grand Zuri BSD
Family Time

Bulan Mei tahun ini anak-anak banyak libur sekolah. Terhitung ada tiga kali libur. Minggu pertama libur UNBK, minggu ke-3 libur UKS, minggu ke-5  libur awal puasa. Banyak libur, banyak di rumah, banyak pula belajar untuk persiapan ujian kenaikan kelas yang akan dilaksanakan di awal Juni. Di tengah kesibukan belajar inilah saya berusaha untuk mengajak mereka sesekali berganti suasana. Caranya tentu dengan pergi keluar bersama, melakukan kegiatan yang sifatnya untuk refreshing. Misalnya kulineran, belanja (anak-anak paling suka lho diajak belanja), bahkan menginap di hotel.

Nah, mengenai liburan di hotel, bulan ini sudah 3 kali saya mengajak keluarga staycation. Yang terakhir di Hotel Grand Zuri BSD, saat memanfaatkan hari libur nasional tgl. 25 Mei 2017 (kenaikan Isa Al Masih). 

Hotel grand Zuri BSD
Check-in dulu yaaaa...

Mengapa Hotel Grand Zuri BSD? 

Saya memilih Hotel Grand Zuri karena hotel ini memiliki tingkat kenyamanan yang baik untuk tinggal. Punya fasilitas lengkap yang mampu memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga. Punya restoran dengan beragam menu spesial yang memanjakan lidah. Dikelilingi oleh berbagai pusat belanja, kuliner, bahkan terdapat wisata Ocean Park yang bisa dicapai dalam waktu 2 menit jalan kaki dari hotel.

Berganti suasana dari rutinitas sehari-hari sekaligus menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dengan cara staycation di hotel, mampu menghadirkan pengalaman seru yang mampu menyenangkan seluruh anggota keluarga.

Pengalaman seperti apa yang didapatkan oleh keluarga saya saat staycation di Hotel Grand Zuri BSD? Yuk simak cerita saya berikutnya.


Ada bedug 'Ramadan' di lobby hotel

Enaknya Kulineran di Lounge

Memanjakan lidah merupakan salah satu kegiatan paling menyenangkan saat liburan. Di Hotel Grand Zuri, saya tidak perlu keluar hotel untuk sekedar mencari kuliner favorit yang disukai oleh keluarga. Mau kuliner tradisional atau internasional, tersedia banyak pilihan yang bisa disantap oleh anak-anak maupun dewasa. Tinggal fokus saja pada apa yang disukai. Soal citarasa, saya sudah tidak ragu lagi. 

Dari pengalaman saya, baik ketika menginap  (sebelumnya pernah 2 kali menginap di Grand Zuri), atau pun sekedar mampir untuk bertemu dan berkumpul dengan teman, lidah saya sudah terbiasa dengan sajian kuliner yang dibuat oleh chef-chef handal Hotel Grand Zuri. Belum pernah membuat kecewa. Malah ketagihan. Selalu ingin lagi, dan lagi. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan saya suka kembali ke Grand Zuri BSD. 

Bersantai sambil kulineran di lounge

Rabu siang (24/5) sekitar jam 2 kami tiba di hotel. Saya datang bersama suami, dan anak bungsu saya. Hanya bertiga. Anak lanang tidak ikut karena ada janji dengan teman-teman kelasnya untuk mengerjakan tugas kelompok. Usai check-in kami tidak langsung ke kamar, melainkan ke lounge yang terletak di lantai 2. Di sana kami bersantai sambil memesan makanan kesukaan.

Ada banyak pilihan menu ala carte yang ditawarkan. Mulai dari menu pembuka, makanan berat, hingga dessert yang menggugah selera. Kami tidak memesan makanan berat karena 1 jam sebelumnya sudah makan siang di rumah. Perut masih dalam keadaan belum butuh makanan yang mengenyangkan. Memanjakan lidah tidak berarti perut ikut dimanjakan he he.


Aneka dessert yummy di lounge : Banana Split, Banana Fritter, Nachos

Suami memesan Zuri Coffee dan Nachos. Kerenyahan keripik jagung Nachos yang dicocol sambal matah baginya adalah JUARA. Mas Arif juga menyukai Papua Waimena Coffee Mix dengan chocolate dan whipped cream dalam Zuri Coffee. Saya terlena dengan kelezatan Banana Fritter dan segarnya Strawberry Smoothies. Sedangkan anak saya bahagia dengan Banana Split yang dipesannya. Dessert yummy berupa pisang dan 3 macam es krim itu juara baginya.

Zuri Lounge buka dari jam 9am-11pm. Terletak di lantai 2. Ada live music tiap Minggu-Sabtu.

Zuri Coffee & Strawberry Smoothies

Memanjakan Badan di Wellness Center

Mengisi waktu libur bisa dengan melakukan kegiatan menyenangkan sekaligus menyehatkan. Nah, Grand Zuri punya Wellness Center yang terdiri dari kolam renang, gym, indoor spa dan sauna. Mau memanjakan badan bersama keluarga? Bisa banget.

Usai bersantai di lounge, kami pergi ke kamar. Menaruh barang, salat asar, dan selanjutnya ke Wellness Center. Suami pingin olah raga di Gym. Anak pingin berenang. Saya? Pinginnya sih sauna atau spa gitu. Tapi karena suami mendadak harus balik ke rumah untuk ambil barang yang ketinggalan, jadilah saya hanya menemani anak berenang. Saya tidak mungkin meninggalkan anak sendirian, meski kolam tidak dalam. Urusan sauna nanti-nanti saja. Yang penting bersama anak. Lagipula menemaninya berenang juga happy  :) 

kolamnya bagus dan bersih


Segar main air

Anak saya kalau sudah masuk kolam susah keluar. Apalagi sudah ketemu anak-anak tamu lainnya. Makin asyik. Sampai suami balik ke hotel dia masih berendam. Selama 1,5 jam saya menikmati suasana sekitar kolam yang dikelilingi taman. Nuansa asri dan sejuk, bikin betah berlama-lama duduk di pinggir kolam. Jelang magrib, lampu-lampu taman menyala. Lampu-lampu teras kamar yang menghadap kolam juga menyala. Humayra keluar kolam. Renang sore selesai. Renang dilanjut lagi keesokan pagi. 



Suami suka berolahraga. Ada fasilitas GYM gratis di hotel tentu tidak dilewatkan. Ruang GYM modern yang terletak di sebelah kolam renang jadi tempat yang menyenangkan buat mengencangkan otot-otot yang kendur. Di bagian belakang ruang fitnes terdapat kamar mandi yang bisa digunakan mandi atau berganti pakaian oleh setiap orang yang berenang maupun fitnes. Kamar mandinya bersih dan sangat nyaman. Untuk mereka yang tidak membawa sepatu olah raga, tersedia sepatu-sepatu yang bisa dipinjam selama berolah raga.





Mau olahraga lainnya? Grand Zuri menyediakan sepeda-sepeda yang bisa disewa untuk jalan-jalan sekitar hotel. Kami tidak mencoba sepedaan. Suami dan anak asyik olah raga bareng di Gym. Anak asyik di kolam renang. Saking asyiknya jam 9 baru kelar. He he. Mengisi kegiatan pagi dengan berolahraga memang menyenangkan. Sehat bareng. Bugar bareng. Bahagia bareng.

GYM buka jam 6 pagi – 10 malam. Kolam renang buka jam 7 pagi – 8 malam. Inroom spa 10 pagi – 10 malam.





Menikmati Kenyamanan Kamar Executive Grand Zuri

Bagi saya, leyeh-leyeh di kamar sambil bercengkerama, ngobrol hal-hal seru dan lucu lalu tertawa bareng, atau nonton film kesukaan bareng anak sambil ngemil-ngemil enak, semua adalah hal menyenangkan yang bisa dilakukan saat berlibur.

Liburan memang tidak melulu tentang pergi menjelajah dan menghabiskan waktu di luar. Sesekali bisa juga dengan bersantai saja di dalam kamar. Kadang, jalan kemana-mana bikin waktu jadi terbuang di jalan. Tenaga pun terkuras. Apalagi jika liburan di kota, jalan macet bisa dijumpai dimana-mana. Buat liburan yang sifatnya cuma sebentar seperti libur akhir pekan, sebisa mungkin waktu dihemat agar lebih banyak dihabiskan dengan kumpul bersama keluarga. Pun saya harus harus bisa menjaga mood anak agar tidak cranky dan mengakibatkan liburan keluarga menjadi tidak nyaman.





Welcome food

Kamar Executive yang kami tempati di lantai 5 menawarkan kenyamanan tanpa batas. Terdapat balkon pribadi yang menghadap ke kolam renang. Punya view cantik sepanjang waktu sehingga morning view yang didapat membuat mood keluarga selalu terasa lebih baik. Suasana private yang dimiliki oleh kamar kami juga memberikan ketenangan yang membuat kebersamaan dengan keluarga terasa lebih sempurna. 



Executive Room


Modern dan nyaman

Hotel services : Laundry & dry cleaning service, Nonsmoking Floor, Wireless internet access. 24 hours room service.  24 hours operator. All major creditcards accepted.  Pick up and drop off service to international airport, Soekarno Hatta (fees apply). Bilingual hotel staff. Business center. Doctor on Call. Guest praying room / musholla. 7 meeting/ function rooms with a
spacious pre function area. Parking Area.


Room Ameneties:Complimentary of Tea & coffee making facilities, 2 bottles of drinking water, National newspaper.

Amenities : Individually controlled air conditioning. Black out curtain. IDD telephone. Electronic key card system. Mini bar. Safe deposit box. Multi channel satellite LCD television. Hair dryer. Bathrobe. Iron board. Zuri Dream – high quality beds for aguaranteed good night sleep by King Koil.



Balkon pribadi


Kamar kami menghadap ke kolam renang

Sajian Bervariasi dari Restoran Cerenti

Berlibur di hotel itu, pinginnya sih nggak tanggung-tanggung. Jika bujet memang tersedia, maunya semua kebutuhan terpenuhi di hotel. Dari tidur, olahraga, bermain, belanja, sampai makan, semuanya di hotel. Nah, untuk urusan jelajah rasa, saya juga pinginnya cukup di hotel saja. Memang sih, kalau kulineran di luar kan bisa lebih banyak pilihan. Tapi, kalau di restoran hotel sendiri sudah tersedia banyak pilihan menu, bahkan nggak cukup di jelajahi dalam satu hari, mengapa harus ke luar lagi?




Hotel Grand Zuri memiliki restoran di lantai dasar, dekat lobi. Namanya Cerenti Restaurant. Tersedia aneka menu istimewa, baik makanan tradisional Nusantara, maupun internasional. Banyak pilihan makanan dengan tampilan yang menggoda dan memiliki citarasa yang menggugah selera. Semua bisa dipesan sesuai dengan keinginan. 





Selama tinggal di Hotel Grand Zuri, saya dan keluarga memenuhi kebutuhan makan di Restoran Cerenti. Baik makan siang, maupun untuk makan malam. Menu sarapan sangat bervariasi. Memudahkan saat memilih makanan yang ingin disantap. Anak saya juga tidak kesulitan mendapatkan makanan yang disukainya. 







Belajar Membuat Pudding Oreo

Senangnya menginap di Grand Zuri itu saya kerap merasa seolah datang ke rumah sendiri. Orang-orangnya ramah. Tiap bertemu seperti jumpa dengan keluarga sendiri. Hangat dan menyenangkan. Pernah beberapa kali saat sedang duduk di lounge, staffnya yang cantik-cantik itu menghampiri. Sekedar bertanya kabar, atau menawarkan sesuatu. Pernah juga saat sedang sarapan, chef-nya menghampiri ke meja. Kadang menanyakan rasa makanan yang saya makan. Kadang malah menawarkan cara membuat makanan yang saya makan.

Nah, kemarin Chef Yan Hari, Executive Chef Grand Zuri BSD, mengajak saya menyaksikan cara membuat Pudding Oreo. Berasa dapat kesempatan langka, saya langsung mengiyakan mau. Oh iya, saat menginap di Grand Zuri, secara tak sengaja saya bertemu teman sesama blogger, Mbak Hana dari Subang. Mbak Hana rupanya sedang staycation juga sama keluarganya. 


Video membuat Pudding Oreo bisa di lihat di sini: Cara Membuat Pudding Oreo


Motret Pudding Oreo :D *Photo: Mbak Hana-HM Zwan*

Saya dan mbak Hana sama-sama ikut melihat cara membuat pudding oreo. Yang masak Chef Nanditha, disaksikan oleh Chef Yan Hari. Pudding oreo ternyata sangat mudah dibuat. Bahannya pun sederhana. Hanya menggunakan susu cari, gula, agar-agar, dan oreo. Tak sampai 10 menit, pudding yang dimasak sudah jadi. Tinggal didinginkan. Kalau sudah dingin, baru dikasih topping. Kami mencicipi versi sudah jadi yang disimpan dalam lemari pendingin. Enak. Dingin, manis, dan lembut. Anak saya suka banget makan dessert satu ini. Saya jadi terinspirasi membuat pudding oreo untuk takjil. 



resep pudding oreo
Pudding Oreo ala Grand Zuri

Liburan Menyenangkan

Keluarga adalah harta paling berharga. Bersama mereka adalah hal terindah. Mengajak keluarga liburan bersama, membuat keakraban makin terasa.

Staycation kali ini jadi pengalaman yang ke-3 kali bagi keluarga kami merasakan menginap di Grand Zuri. Tidak pernah bosan. Selalu ada pengalaman baru dan seru. Hotel Grand Zuri tak pernah gagal memberikan pengalaman berkesan bagi keluarga saya.

Terima kasih Grand Zuri BSD.



Happy :)


Happy :)
Bersama mbak Hana, sama-sama sedang staycation di Grand Zuri :D

Buat kamu yang akan bepergian ke Serpong, atau punya rencana untuk berlibur di Serpong pada bulan Ramadan ini, Grand Zuri BSD memberikan penawaran spesial. Di antaranya:

  • Ramadan Room Package IDR 689.000 nett valid from 25 May – 24 June 2017. Free takjil.
  • Lebaran Room Package IDR 1.438.000 nett. 3 days 2 night. Free kids corner+es dung dung.
  • Kids corner IDR 25.000 nett: colouring, drawing, movie corner.
  • Paket Dug Dug IDR 135.000 nett/person
  • Halal Bihalal start from IDR 145.000 nett/person for 100 pax.
  • Ramadan Meeting Package start from IDR 275.000 nett/person
  • Chef Signature: Tunisian Brik
  • Es Dung-Dung IDR 20.000 nett
  • Lebaran Hampers IDR 275.000 nett
    

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

HOTEL GRAND ZURI BSD
Jl. Pahlawan Seribu Kavling Ocean Park Blok CBD Lot. 6 
BSD City, Banten
Telp: 021-29404955
Email: reservation.bsd@grandzuri.com
 
.

Kulineran di Grand Zuri BSD Sambil Melihat Cara Membuat Puding Oreo

$
0
0
Travelerien.com

Salah satu kegiatan asyik yang biasa saya lakukan saat liburan adalah kulineran. Selain menyenangkan, tentu mengenyangkan. Kulineran bisa dilakukan di mana saja, termasuk jika hanya berlibur di hotel. Seperti saat saya dan keluarga staycation di Hotel Grand Zuri BSD pada hari Rabu lalu (24/5/2017), kami memanjakan lidah di restoran hotel, menikmati beberapa menu favorit.


Lihat juga: Ini Asyiknya Staycation di Hotel Grand Zuri BSD

foto banana split
Banana Split ala Hotel Grand Zuri BSD

Dessert Yummy di Lounge Grand Zuri BSD

Ada banyak pilihan menu ala carte yang ditawarkan di lounge. Menu makanan terdiri dari appetizer, main course, hingga aneka dessert yang menggugah selera. Tersedia aneka minuman segar dan jus buah. Ada pula kopi khas Grand Zuri, serta minuman hangat lainnya.

Beberapa menu appetizer dan dessert pernah saya cicipi saat berkunjung ke Grand Zuri pada waktu-waktu sebelum ini. Di antaranya adalah Vegetable Samosa, Spring Roll, Kroket, Crème Brulee, Cheese Cake, Tiramisu, Chocolate Fudge, Banana Fritter, dan Nachos. Semua menu dessert tersebut di-launching pada bulan September 2016 lalu dan kini telah menjadi dessert favorit dalam buku menu. 

Saya menyarankan Kroket, Vegetable Samosa, dan Nachos pada suami. Lalu suami memilih Nachos dan Zuri Coffee sebagai minuman. Saya tergiur dengan Banana Fritter dan Strawberry Smoothies. Sedangkan anak saya, Humayra, bahagia dengan Banana Split pilihannya.

Menikmati aneka dessert lezat di Lounge Grand Zuri

Nachos 
 
Nachos terbuat dari Corn Tortilla Chips. Berisi cheddar cheese, pinto beans, jalapenos, dan sour cream. Keripik yang disiram dengan keju cair ini disajikan dengan tiga macam saus yakni saus avocado, saus mayonaise, dan sambal matah. Saya suka rasa gurihnya. Suami suka renyah keripik jagungnya. Apalagi saat dicocol sambal matah, beuh…maknyuss kata Pak Bondan. Kalau saya suka saus avocadonya. Buat suami, Nachos ini juara.



Nachos gurih

Zuri Coffee
 
Suami bukan penggemar minuman kopi. Minum sih iya. Tapi bukan orang yang setiap hari mesti minum kopi. Apalagi minta sampai beberapa kali dalam sehari. Kalau disajikan tidak menolak. Kalaupun pesan, biasanya adalah kopi khas setempat. Misalnya Zuri Coffee, minuman ala Grand Zuri. Seduhan kopi ala hotel Grand Zuri ini terbuat dari Papua Waimena Coffee Mix dengan chocolate dan whipped cream. Melihat tampilannya yang menarik, lalu saya dan Humayra dengan nakalnya ikut menyeruput kopi tersebut. Suami? Terperangah! 

Minuman pilihan si mas....

Banana Fritter
 
Orang Indonesia mana yang tak kenal pisang goreng. Makanan sejuta umat ini tampil kece di Hotel Grand Zuri. Digoreng dengan tepung roti, disiram coklat, ditaburi keju parut, dan disajikan dengan saus vanilla. Enaknya bikin dua potong ukuran besar bisa habis buat sendiri. Eh tapi kami habiskan bertiga ding :D Buat saya, Banana FRITTER ini JUARA!

Banana Fritter kesukaan


Strawberry Smoothies 
 
Mau yang lembut-lembut dan manis kayak saya? :D Coba Strawberry Smoothies. Minuman berwarna pink yang terbuat dari fresh strawberry, yoghurt, dan topping whipped cream ini cocok banget menemani suasana siang jelang sore di lounge. Manis dan segarnya tahan lama di tenggorokan. 

Segarnya lama

Banana Split
 
Nah, ini kesukaannya anak nih. Dingin-dingin, manis, dan lembut. Makanan penutup berupa pisang yang dibelah dua, lalu diberi es krim vanilla, coklat, dan strawberry. Tiga warna cantik ang menarik buat dipandang lama-lama. Bikin nggak tega buat disendokin ke mulut hihi. Harus buru-buru dimakan sebelum mencair. Buat anak saya tentu saja dessert yummy ini JUARA! Setuju banget.

Manis, lembut, meleleh di mulut...yummy!

Restoran Cerenti

Hotel Grand Zuri mempunyai restoran di lantai dasar, dekat lobi, namanya Restoran Cerenti. Di restoran inilah para tamu hotel bisa memenuhi kebutuhan makannya. Baik makan pagi, siang, maupun malam. Tersedia masakan tradisional Nusantara dan internasional dalam sajian makan ala buffet dan ala carte.

Saya merekomendasikan Minestrone Soup dan Onion Soup untuk menu pembuka. Hearty Chicken Soup yang jadi kesukaan anak saya juga patut dicoba. Beberapa menu western ala carte yang jadi unggulan di antaranya Australian Striploin, Boneless Chicken Leg Steak, Australian Beef Tenderloin, dan Salmon Norwegia. Kalau suami saya ketagihannya sama Salmon Norwegia he he. Dalam deretan menu Nusantara antara lain tersedia Nasi Timbel, Soto Ayam, Sop Buntut, Mie Goreng Jawa. Buat saya Sop Buntut-nya JUARA! Nah, bagi anak saya, Chicken Teriyaki bisa jadi menu makan siang dan makan malam :D

Restoran modern dengan 3 pilihan ruang makan: indoor, outdoor, private

Menu sarapan sangat bervariasi sehingga banyak pilihan. Ya, tidak usah diragukan lagi kalau soal ini ya. Sebagai hotel bintang 4, jumlah dan jenis menu sudah ada standarnya sendiri. Soal rasa, nah ini kembali ke lidah masing-masing. Kalau buat saya dan keluarga, sarapan di hotel Grand Zuri belum pernah gagal menghadirkan kepuasan. Oh ya, suami saya sangat menyukai Bread & Butter Pudding. Dia bisa menghabiskan makanan ini sampai 2 gelas tanpa bosan meski diulang lagi pada sarapan hari berikutnya dan seterusnya. Kalau kamu?
.


Membuat Oreo Pudding ala Grand Zuri

Jarang-jarang menginap di hotel dapat kesempatan melihat cara membuat salah satu dessert yang biasa disajikan oleh restoran hotel. Saat kesempatan itu ada, tidak saya sia-siakan tentunya. Kebetulan Executive Chef-nya sendiri yang menawarkan. Saya sambut gembira.

Menurut Chef Yan Hari, Puding Oreo itu resepnya sangat sederhana. Bahan dan sara membuatnya pun mudah. Seberapa mudah? Lihat videonya di akhir tulisan ini ya :)
Bertempat di Restoran Cerenti, Chef Nanditha mempraktekkan cara membuat Puding Oreo di depan saya dan Mbak Hana. Oh ya, Mbak Hana ini blogger yang tinggal di Subang. Teman saya sesama blogger. Kami sudah sering berinteraksi melalui medsos. Nah, Rabu lalu (24/5) tenyata mbak Hana juga sedang menginap di Grand Zuri. Pertemuan yang kebetulan. Karena saling kenal, lalu kami sama-sama melakukan kegiatan bareng, salah satunya melihat cara pembuatan Puding Oreo ini.
Mbak Hana merekam Chef Nanditha yang sedang membuat Puding Oreo
Chef Yan Hari turut berkumpul di Restoran Cerenti, menyaksikan kami melihat cara membuat pudding oreo.

Berikut bahan untuk membuat Pudding Oreo:
-Fresh Milk 500ml
-Setengah saset agar-agar
-100gr Gula Pasir
-Oreo tumbuk secukupnya

Untuk 6 porsi (6 gelas).

Semua bahan dimasak sampai mendidih. Masak susu terlebih dahulu, baru kemudian masukkan agar-agar, gula dan oreo. Setelah mendidih tuang ke dalam gelas, lalu dinginkan. Setelah dingin baru diberi topping Cherry, Oreo, dan Cream. Pudding Oreo siap disajikan.
Pudding Oreo yang baru dituang di gelas, masih panas
. .
PUDING OREO Sederhana tapi enak, cara bikinnya pun mudah. Kemarin, saat staycation di @grandzuri.bsd, saya melihat cara pembuatannya. Bareng mbak @hm_zwan yang kebetulan juga sedang menginap di Grand Zuri. Dessert yummy ini dibuat oleh chef @nandithagumay. Turut menyaksikan Executive Chef Restoran Cerenti Hotel Grand Zuri BSD @chefyanhari. Anak-anak suka, dewasa pun suka. Nantinya, pudding ini akan disajikan dalam takjil puasa selama Ramadan. Resep dan cara membuat Puding Oreo bisa dilihat di channel Yotube saya https://youtu.be/BmCOY2I6MwY . Buat yang akan bepergian ke Serpong, atau ada acara di Serpong, Hotel Grand Zuri BSD menawarkan PAKET DUG DUG dengan harga Rp 135.000 nett / orang. Spesial nih harganya. Bisa buat sendiri, bersama keluarga, atau dengan rombongan, menu istimewanya terjangkau banget. Untuk info lebih lanjut bisa hubungi Hotel Grand Zuri BSD Telp: 021-29404955 Email reservasi : reservation.bsd@grandzuri.com @grandzuri.bsd @grandzuri.bsd #paketramadan #menupuasa #hotelbsd #grandzuribsd #pudingoreo #oreopudding #dessert #pudding #kuliner #food #foodblogger #EOS70D #travelblogger #receipt #reseppudingoreo
A post shared by Katerina (@travelerien) on


Mudah, bukan? Tentunya. Bikinnya cepat dan tidak ribet. Saya jadi terinspirasi untuk bikin sendiri di rumah. Buat takjil pasti enak banget. Pudding Oreo disajikan dalam takjil selama ramadan di Grand Zuri. Saya dan mbak Hana sama-sama mencicipi puding yang kami buat. Enak. Lembut-lembut dingin dan manis. Anak-anak pasti suka.

Liburan Menyenangkan

Hotel Grand Zuri tak pernah gagal memberikan pengalaman berkesan pada tamunya. Selalu ada cerita baru dan seru yang bisa dirasakan oleh keluarga saya tiap kali staycation di Grand Zuri.

Terima kasih Grand Zuri BSD.
Bersama Chef Naditha, Mbak Hana, dan Executive Chef Yan Hari

PAKET RAMADAN

Buat kamu yang akan bepergian ke Serpong, atau punya rencana untuk berlibur di Serpongdi bulan Ramadan yang suci ini, Grand Zuri BSD memberikan penawaran spesial. Di antaranya:

- Ramadan Room Package IDR 689.000 nett valid from 25 May – 24 June 2017. Free takjil.
- Lebaran Room Package IDR 1.438.000 nett. 3 days 2 night. Free kids corner+es dung dung.
- Kids corner IDR 25.000 nett: colouring, drawing, movie corner.
- Paket Dug Dug IDR 135.000 nett/person
- Halal Bihalal start from IDR 145.000 nett/person for 100 pax.
- Ramadan Meeting Package start from IDR 275.000 nett/person
- Chef Signature: Tunisian Brik
- Es Dung-Dung IDR 20.000 nett
- Lebaran Hampers IDR 275.000 nett
Berbuka dengan Puding Oreo juga enak :)

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

HOTEL GRAND ZURI BSD

Jl. Pahlawan Seribu Kavling Ocean Park Blok CBD Lot. 6
BSD City, Banten
Telp: 021-29404955
Email: reservation.bsd@grandzuri.com


Tips Kantong Aman Sepanjang Ramadan hingga Lebaran

$
0
0
Travelerien.com

Tak sedikit orang memperlakukan THR laksana uang kaget. Begitu dapat, langsung dibelanjakan tanpa melakukan perhitungan. Ada saja pengeluaran tambahan yang sepertinya memang perlu. Setelah mencermati dengan lebih objektif, baru sadar ternyata tidak semua pembelanjaannya termasuk kebutuhan. Alhasil, uangpun habis sebelum lebaran datang. Agar kecenderungan tersebut tidak menjadi lestari, yuk kelola THR dengan bijak. Dimulai dengan mengerem diri, dan pastikan untuk selalu saving sebelum shopping.

Ditabung atau dibelanjakan?

Tak dapat dipungkiri pengeluaran selama bulan Ramadan hingga lebaran biasanya justru bertambah. Di sinilah guna THR, untuk menutupi pengeluaran tambahan tersebut. Ada sejumlah pengeluaran yang dapat didanai dari THR. Beberapa di antaranya:

1. Zakat
 
Pengeluaran ini harus mendapat prioritas untuk dibayarkan. Jadi, ketika mendapatkan THR, ambil segera dananya untuk menunaikan kewajiban membayar zakat. Mengenai penghitungan akuratnya dapat dikonsultasikan dulu dengan Badan Amil Zakat.

Sementara itu, infak dan sedekah memang tidak wajib, namun sangat dianjurkan. Mengapresiasi awak rumah tangga, baby sitter, dan supir pribadi adalah hal yang jangan sampai terlupakan. Besarannya dapat dikalkulasikan secara proporsional sesuai masa kerjanya.

Mencantumkan nama-nama saudara yang berhak menerima cipratan THR. Di daftar yang sama, kita tulis juga nominal hadiah lebaran yang akan diberikan. Bagan ini akan membantu kita dalam menyiapkan dananya.

*sumber foto: galenicafarmaci2014*

2. Makanan dan Minuman
 
Sanak saudara dan tetangga mungkin saja datang bersilaturahmi di hari raya. Kita tentu perlu menyiapkan hidangan. Sebagian dana THR bisa kita gunakan untuk menjamu tamu. Jumlah yang bertamu dapat diperkirakan dengan menanyakan langsung rencana kunjungan saudara dan kerabat saat lebaran.

Berhubung hari raya, ibu-ibu (termasuk saya) biasanya juga menginginkan “libur memasak” untuk sementara waktu. Saya biasanya mensiasatinya dengan menyiapkan makanan yang tahan hingga dua hari. Kalau mau mudah, tinggal beli sih. Tapi rumah makan biasanya tutup di hari raya.

Untuk suguhan lain seperti kue, biasanya saya siapkan 3-4 jenis saja. Tidak banyak, yang penting ada. Toh kita tak perlu memaksakan diri menyediakan makanan yang terlalu banyak dan mewah karena esensi berlebaran ialah menjalin silaturahmi dengan saling mengunjungi.

Saat merasa kesulitan untuk menyediakan banyak makanan untuk halal bihalal keluarga besar, biasanya saya minta bantuan kerabat yang datang untuk membawa hidangan untuk disantap bersama-sama.

Hidangan ramadan*dokumen pribadi*

3. Busana dan perlengkapan ibadah

Hari raya merupakan momen yang tepat untuk tampil istimewa dengan busana yang rapi, bersih, dan serasi. Tak harus baru, memang. Jika dananya tersedia, tidak ada salahnya untuk belanja busana dan perlengkapan ibadah yang baru.

Untuk urusan belanja keperluan lebaran, beberapa tahun belakangan ini saya melakukannya dengan cara praktis, yaitu belanja online. Selain agar hemat waktu dan tenaga, juga terhindar dari godaan belanja yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Situs belanja fashion online seperti Zalora menjadi pilihan saya dalam menemukan koleksi baju lebaran 2017. Banyak pilihan busana berkualitas di Zalora, belanjanya pun mudah.  

Belanja busana *dokumen pribadi*

4. Mudik

Buat yang mudik, THR bisa menjadi sumber dana yang bisa digunakan. Tentu saja setelah dikurangi zakat, infaq, dan sedekah, sebagai prioritas utama. Jika pulang mudik, maka pos pengeluaran makanan bisa ditiadakan.

Sebaiknya, mudik direncanakan jauh hari sebelum lebaran agar kita bisa menyisihkan uang sebagai dana mudik dan tidak hanya mengandalkan THR. Apalagi, jika berencana mengajak keluarga untuk pulang kampung. Akomodasi dan transportasi selama berlebaran di kampung halaman perlu dipersiapkan.
*sumber gambar: duniaku.net*

5.Lain-lain

Buat yang tidak mudik dan berlebaran di rumah, maka dana THR bisa dialokasikan untuk mempercantik tampilan rumah. Misalnya dengan mengecat ulang, menata ulang interior rumah, bahkan merenovasi rumah.

Membuat rumah dengan tampilan baru belakangan ini biasa dilakukan menjelang hari raya, namun tidak ada kewajiban melaksanakannya. Kalaupun tidak berencana mudik ataupun renovasi rumah, sebaiknya THR ditabung atau diinvestasikan saja.

Poin terpenting dalam manajemen THR adalah konsisten dengan bujet yang telah disusun. Pengeluaran yang terencana, dapat menghindarkan kita dari resiko yang menghadang. Salam Ramadan :)

Dukung Promosi Pariwisata Indonesia Lewat Goesar Tourist Souvenir

$
0
0
Travelerien.com

Ketika melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah, seringkali kita mencari sesuatu sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke rumah. Sesuatu yang disebut souvenir, untuk dijadikan kenang-kenangan dari tempat yang pernah kita kunjungi. Souvenir bukan hanya membuat ingatan kita bertahan lama, tetapi juga membuat kita jadi punya bahan untuk bercerita. Bahkan lebih dari itu, souvenir yang unik berupa ikon dari dari daerah tujuan wisata, dapat memberi andil dalam mendukung pariwisata.

Launching Goesar Tourist Souvenir

Launching Goesar

Hari Minggu tgl. 28 Mei 2017, saya bersama rekan-rekan blogger dan media diundang ke acara Launching Goesar Souvenir 2017 “Beautiful Culture of Indonesia”. Acara dimulai pukul 16.00 WIB, bertempat di Restaurant Rarampa, Jl. Mahakam 2 No. 1 Blok M, Jakarta. Acara launching dihadiri oleh Christman Desanto Goesar selaku pemilik perusahaan, serta Ibu Lina Patricia selaku Direktur Goesar Tourist Souvenir.

Bapak Christman Desanto Goesar memberikan welcome speech. Kemudian dilanjutkan presentasi produk Goesar oleh Ibu Lina Patricia. Di tengah acara, berlangsung sesi tanya jawab antara pihak Goesar dengan para blogger dan media. Acara ditutup dengan buka puasa bersama. Sejumlah souvenir dipamerkan di tempat acara, sehingga kami bisa melihat langsung contoh bentuk, bahan, dan model souvenir yang diproduksi oleh Goesar.

Goesar Tourist Souvenir

Goesar Untuk Pariwisata Indonesia

Peran aktif Goesar Trading Persada untuk mendukung program pemerintah yang mencanangkan kebangkitan Pariwisata Indonesia pada tahun 2017 dengan menetapkan 10 tujuan wisata unggulan Indonesia yaitu secara profesional mengembangkan produk souvenir yang unik, berkelas, dan kreatif sebagai bagian dari usaha mendukung pertumbuhan pariwisata di daerah tujuan wisata.

Goesar Tourist Souvenir hadir untuk membangkitkan UKM pariwisata Indonesia melalui souvenir yang berkualitas, berkelanjutan dan berdaya saing. Ide pembuatan souvenir itu sendiri berasal dari kurangnya kualitas souvenir khas Indonesia. Oleh karena itu, Goesar berkonsentrasi memproduksi souvenir kualitas baik dengan desain wisata alam dan budaya Indonesia. 

Christman Desanto Goesar, owner Goesar Tourist Souvenir

Lina Patricia, Direktur Goesar Tourist Souvenir.
Produksi Souvenir 
 
Sebelum produk dibuat, Goesar mengirim tim research terlebih dulu ke daerah tujuan wisata. Baru setelah itu souvenir dirancang oleh tim desain. Tim desain Goesar adalah anak-anak muda yang kreatif dan inovatif, sehingga desain dari souvenir menonjolkan trend kekinian, namun tanpa meninggalkan keunikan dari tiap-tiap tujuan wisata. Tak heran jika produk yang dihasilkan mampu memberikan nuansa baru dalam industri souvenir yang selama ini umumnya dikelola sebagai industri rumahan dengan desain yang monoton.

Saat ini sudah ada 25 jenis souvenir yang diproduksi dan sudah dipasarkan oleh Goesar. Diantaranya dalam bentuk gantungan kunci, magnet, tumblr, pembuka botol, hingga kain. Tetapi, ikon wisata yang digunakan dalam souvenir baru dua propinsi yaitu Sumatera Utara dan  Belitung. 11 propinsi lainnya sedang dikembangkan sampai akhirnya nanti komplit menjadi 33 propinsi. 

Contoh desain souvenir

Harga Bersaing

Umumnya ada 4 hal yang menjadi alasan seorang wisatawan (termasuk saya) dalam membeli souvenir. Pertama, karena produknya menarik, unik, dan merupakan ikon daerah tujuan wisata. Kedua, kualitas. Ketiga, packaging-nya bagus menarik. Keempat adalah harga. Dari alasan tersebut, peminat souvenir cenderung tidak peduli dengan harga. Keunikan dan kualitas produk menjadi hal utama. Hal lain yang tak kalah penting adalah produk tidak berat sehingga mudah dibawa.

Dalam hal ini, di mana turis asing menjadi pangsa pasar utama Goesar Tourist Souvenir, maka produk souvenir dibuat mengikuti mutu standar internasional. Tidak hanya menggunakan material berkualitas baik dan lebih tebal, tapi kemasannya pun berbeda dari yang lain. Pada kemasan terdapat brief info  things to do dan where to go terkait daerah yang digambarkan dalam souvenir.

Bagaimana dengan harga? Harga Goesar Tourist Souvenir dibandrol mulai dari Rp. 30.000,- hingga Rp. 1.500.000,- per pcs.

Kemasan souvenir berisi brief info dalam bahasa Inggris





Tempat Penjualan

Untuk pemasaran, Goesar bekerjasama dengan Angkasa Pura, TMII, dan beberapa hotel. Jadi, bagi yang ingin mendapatkan Goesar Tourist Souvenir, bisa mencarinya di galeri souvenir bandara, di anjungan-anjungan yang ada di TMII, serta di galeri hotel-hotel yang bekerja sama.  Nantinya akan ada 15 outlet souvenir di TMII dan 14 bandara yang ada di Indonesia (termasuk bandara Soetta).

Untuk saat ini, Goesar Tourist Souvenir baru bisa didapatkan secara online melalui website www.touristsouvenirindonesia.co.id  Telp di 021-22844171. Nanti kalau sudah siap, baru bisa didapatkan di toko-toko souvenir partner-nya. Cek juga sosial media Goesar Tourist Souvenir di Instagram/Twitter/Facebook di : @Touristsouvenirindonesia

Waktunya Belanja tapi Sibuk? Biarkan HappyFresh yang Membantu

$
0
0
Travelerien.com

Belanja online kini sudah menjadi jurus jitu dalam menghemat banyak waktu dan tenaga, membantu di tengah kesibukan tanpa jeda, bahkan menyelamatkan diri dari godaan belanja berlebih-lebihan. Selain mudah dan nyaman, juga hemat biaya dan sumber daya. Bisa pesan dengan mudah saat sedang di mana saja hanya dengan beberapa klik, lalu terima barang di depan pintu pagar/rumah. Kini, kebutuhan sehari-hari pun bisa didapatkan dengan mudah. Kita tinggal pilih pesanan, pihak lain yang mengerjakan. Semudah dan senyaman itu?

Belanja di pasar

Memaksimalkan Waktu
 
Bulan Ramadan ini saya mengurangi beberapa aktivitas di luar rumah, salah satunya traveling ke luar kota. Selain memang kehendak sendiri, juga atas permintaan suami. Mengurangi aktivitas bukan membuat diri jadi tidak produktif, melainkan agar dapat memaksimalkan waktu atas apa yang sedang menjadi prioritas. Ada 2 tawaran trip di bulan puasa ini, 1 ke timur Indonesia, 1 lagi ke Tanah Dewata. Karena saya yakin sekali bulan puasa ini tidak akan maksimal mengikuti 2 trip itu, saya mundur. Untungnya yang men-sponsori trip bersedia diundur.

Anak-anak sedang ujian kenaikan kelas. Suami punya beberapa jadwal tugas ke luar kota. Saya pun punya beberapa tulisan untuk majalah dan blog yang masih bertumpuk dan harus kelar sebelum lebaran. Di antara rutinitas sehari-hari, 3 hal tersebut sedang menjadi prioritas saya saat ini. Tentunya selain kegiatan ibadah selama ramadan itu sendiri.

Ngomong-ngomong soal PR tulisan yang numpuk-numpuk itu, kalau belum kelar rasanya kayak dikejar-kejar guk guk *lol. Maka itu, sekaranglah waktu untuk menyelesaikan semuanya sampai tuntas. Abaikan yang lain-lain…

Dikejar deadline tulisan :))

Kesibukan Berjalan, Belanja Tetap Jalan
 
Kegiatan sehari-hari selama bulan Ramadan tidak jauh beda dengan bulan lainnya. Hanya waktunya jadi lebih maju. Bangun lebih pagi untuk sahur, menyiapkan makan. Pergi pagi mengantar anak-anak ke sekolah. Setelah itu baru mengerjakan urusan rumah tangga dan menyempatkan untuk menulis, nge-blog, dan bersosial media. Siang jemput anak-anak sekolah. Jelang sore mulai menyiapkan makan untuk berbuka. Malam tarawih, lalu tidur. Kalau belum ngantuk, kadang melanjutkan draft tulisan. Begitu saja. Dan di sela-sela rutinitas itu, ada kalanya harus keluar untuk melakukan sesuatu, misalnya berbelanja untuk kebutuhan dirumah. Biasanya banyak sempatnya, tapi lebih banyak juga tidak sempatnya.

Sempat tidak sempat tetap harus belanja, baik di hari-hari biasa, maupun di bulan puasa. Yang namanya kebutuhan tidak bisa ditunda. Susu segar buat anak-anak habis, deterjen pencuci baju habis, minyak goreng habis, sabun cuci piring habis, pasta gigi habis atau apa saja yang habis dan mesti segera beli, tetap harus dibeli. Kalau sedang repot, atau malah sedang males, sementara di rumah juga nggak ada yang bisa diminta pergi, lalu bagaimana?

Tenang, sekarang jamannya serba online. Toko-toko online bertebaran. Termasuk supermarket yang menjual kebutuhan sehari-hari. Jadi, sesibuk-sibuknya di rumah, belanja tetap bisa dilakukan.

Kalau sudah ngadep laptop, babaaaay yang lain :))

HappyFresh
 
2 tahun lalu, sejak HappyFresh hadir di Indonesia, urusan belanja kebutuhan sehari-hari sudah lebih mudah. Apa yang biasa saya cari di supermarket favorit, bisa dicari dan didapatkan lewat HappyFresh. Saya tinggal bikin pesanan, lalu HappyFresh yang kerjakan.

Kini HappyFresh memiliki partner supermarket di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Pilihan hypermarket dan supermarket khusus pun sudah lebih banyak. Ada 12 toko yang berpartner, diantaranya Ranch Market, Farmers Market, LotteMart, Transmart Carrefour, Grand Lucky, Super Indo, LOKA Lifestyle Supermarket dan Red & White. Carrefour adalah supermarket favorit saya sejak lama. Jika biasanya saya ke sana mesti keluar rumah naik mobil dulu sekitar 15 menit tanpa macet, plus bayar parkir yang tidak murah, sekarang tetap bisa belanja di sana tapi hanya dengan beberapa klik. 

HappyFresh untuk belanja kebutuhan sehari-hari

HappyFresh punya Personal Shopper terlatih yang dapat memilihkan produk-produk terbaik. Kita bisa mengubah daftar belanjaan sebelum dipilih oleh personal shopper. Punya Rider yang akan mengantarkan pesanan dalam 1 jam. Metode pembayaran pun mudah, bisa dengan cash atau credit card. Banyak promo menarik dan diskon dari para mitra HappyFresh. Seperti kemarin di hari saya belanja (3/5), ada promo Buy 1 Get 1. Saya beruntung salah satu item yang saya beli ada dalam daftar promo, saya jadi dapat dua. 

Kita bebas memilih waktu pengiriman hingga lima hari ke depan. Biaya kirim hanya Rp 15.000- RP 20.000, tergantung tokonya. Masih lebih murah daripada kita jalan sendiri ke supermarket. Namun, kita bisa dapat free delivery jika belanja minimal Rp 500 ribu. 

Supermarket favorit ada dalam genggaman

Belanja Happy, Badan Tetap Fresh
 
Selincah-lincahnya saya membagi waktu, bisa keluar masuk rumah dengan mudah dan kapan saja, tetap ada saat-saat dimana saya benar-benar tidak sempat keluar rumah untuk belanja kebutuhan bulanan. Saat itulah saya mengandalkan aplikasi HappyFresh.

Bulan puasa begini, supermarket penuh pembeli. Lebih ramai dari biasanya. Aktivitas orang belanja meningkat. Antrian di kasir panjang. Belum macetnya. Tempat parkir juga penuh. Carinya juga susah. Kadang harus keluar area supermarket baru dapat. Jalan kaki jadi agak jauh. Pulang-pulang capek. Wajah kusut. Untung nggak pakai ngomel, bisa batal puasa jika marah-marah haha. Kan jadi sedih kalau urusan belanja malah bikin nggak happy. Lain halnya kalau sedang santai-santai saja.  Kita bisa belanja dengan tenang tanpa memikirkan ada pekerjaan yang menunggu-nunggu untuk dituntaskan.

Dengan HappyFresh belanja jadi mudah dan nyaman. Puasa pun jadi lebih berkualitas.

Diantar sampai depan pagar
Kebutuhan mudah, belanjanya juga yang mudah-mudah saja :)

Informasi Menarik dari HappyFresh
 
Karena belanja dengan Happyfresh ini banyak manfaatnya, saya jadi pingin ajak keluarga dan saudara-saudara untuk ikut belanja kebutuhan harian di HappyFresh. Apalagi bulan puasa ini ada sejumlah program dan promo menarik yang sayang untuk dilewatkan.

Pertama, untuk 100 user yang baru pertama kali belanja di HappyFresh hingga tanggal 30 Juni 2017 bisa mendapatkan diskon 10%. Caranya dengan memasukan kode voucher HFBLGMRA pada saat melakukan pembayaran. Kode voucher ini berlaku untuk area Jadetabek, Surabaya, dan Bandung.

Kedua, buat yang belanja di HappyFresh antara tanggal 27 Mei - 17 Juni 2017 dan memilih pengiriman pukul 4 - 6 sore akan mendapatkan kurma serta kartu ucapan berbuka puasa.

Ketiga, dengan mengikuti program Instagram This Kurma, pembeli berkesempatan mendapatkan voucher HappyFresh senilai IDR100K.  Caranya mudah, buat foto kreatif bersama kurma dan kartu ucapan buka puasa dari HappyFresh, kemudian upload ke Instagram. Beri hashtag #InstagramThisKurma #FastingIsSharing. Akan ada 3 pemenang beruntung setiap minggunya untuk mendapatkan voucher HappyFresh senilai IDR100K.

Ikuti program ini untuk mendapatkan voucher IDR 100K

Untuk informasi lebih lanjut :
www.happyfresh.id
IG: @happyfresh_id
Facebook: HappyFreshID
Twitter: @HappyFresh_ID

Nikmati Kuliner Khas Tidore Ini di Safira Beach Restaurant

$
0
0
Tidore tersohor sebagai negeri penghasil rempah sehingga dijuluki The Spice Island. Di masa lampau, Tidore pernah menghipnotis para penjelajah ulung dari berbagai belahan dunia untuk berlabuh dan membawa pulang cengkeh, pala, kayu manis dan banyak komoditas rempah lainnya untuk dijual kembali di pasar Eropa.

Abad berlalu, masa berganti. Para ‘penjarah’ rempah telah lama pergi. Dermaga Bumi Marijang kini sepi dari kapal para penjajah, tapi rempah tetap berlimpah. Adakah rempah itu bergelimang sedap dalam tiap menu masakan khas Tidore? Akankah saya mencicipi rasa dan aroma wanginya dalam hidangan-hidangan menggugah selera? Kali ini, perkenankan lidah saya “menjarah” Tidore lewat citarasa masakan aslinya.  

kuliner maluku utara
Kuliner Khas Maluku Utara

Restoran Pinggir Pantai 

 
Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIT ketika kami sampai di Safira Beach Restaurant yang terletak di Cobodoe, Tidore. Waktu makan Indonesia bagian Barat sudah 2 jam berlalu. Bagi pemilik perut kecil seperti saya, rasa lapar saat itu sudah melanda hingga tingkat dewa. Padahal, 3 jam sebelumnya ada nasi uduk berlauk ikan goreng dan telur balado yang saya santap di pelabuhan Rum. Salahnya, nasi uduk enak itu hanya mampu separuhnya saja masuk perut. Derita perut bermuatan kecil, cepat kenyang berdampak cepat lapar. Wajar ketika sampai di Safira saya rada oleng.


Baca juga: Tempat Wisata Kuliner di Belitung

Tampak depan Safira Beach Restaurant
Jalan samping menuju pondok-pondok makan yang terletak di belakang

Dari depan, Resto Safira tak nampak seperti resto pada umumnya. Mata saya menangkap bangunan di bagian depan seperti rumah tinggal biasa. Ternyata, pondok-pondok makan bertebaran di belakang, di antara taman dengan banyak tanaman hias dan pohon-pohon rindang. 


Suasana tempat makan teduh, udaranya pun sejuk, cukup ampuh menahan keringat untuk tidak bercucuran dikala bersantap. Air laut hanya beberapa meter saja dari pondok makan. Beberapa speed boat milik Safira bersandar dekat pantai. Sementara di kejauhan, Pulau Failonga tampak kecil, bergeming di antara ombak dan angin yang bersabung di lautan. 

Suasana di area pondok makan


Langsung menghadap pantai dan laut

Masakan Minim Rempah

Kenapa pulau kaya rempah ini masakannya minim rempah? Pertanyaan itu melintas dalam benak saya ketika mengetahui tak banyak makanan Tidore yang dibuat dengan menggunakan rempah.

Saya mencoba mencari tahu dari beberapa sumber online. Salah seorang penulis menuturkan bahwa ia mendapat penjelasan dari buku Kepulauan Rempah-rempah karya M. Adnan Amal (saya belum baca langsung bukunya) yang menyebutkan bahwa cengkeh dan pala memang tak banyak berperan dalam isi dapur masyarakat Tidore dan sekitarnya. Di masa lalu, penduduk tidak menanamnya dan tidak membudidayakannya. Kalaupun digunakan, kebanyakan hanya sebagai campuran obat atau minyak oles saja. Hal tersebut diperkuat oleh catatan Alfred Russel Wallace yang melawat ke kepulauan Maluku sekitar tahun 1857. Dalam bukunya yang terkenal “The Malay Archipelago”, Wallace menjelaskan bahwa pala dan cengkeh bukan kebutuhan pokok masyarakat. Bahkan pala dan cengkeh, yang menjadi komoditas 'rebutan' bagi pedagang Eropa, justru tidak banyak digunakan untuk aneka olahan yang tersaji dari dapur penduduk setempat.

Menu-menu khas Tidore dan kepulauan di Maluku rata-rata menggunakan ikan segar sebagai bahannya. Sedangkan bumbu-bumbunya kebanyakan menggunakan bumbu dasar seperti garam, bawang dan cabe saja. Bayangan saya tentang makanan kaya rempah semacam rendang, opor, soto, sayur ketupat, dll, langsung hilang tak berbekas saat Kasbi, Gohu, Kakap Dabu-Dabu, Kakap Balado, Sup Ikan tersaji di meja. Inilah beberapa kuliner minim rempah itu. 

Blogger, Ngofa Tidore, dan pemilik Safira Beach Restaurant

Kasbi

Diantara menu-menu yang terhidang, Kasbi lebih dulu menyita perhatian saya. Mungkin karena bentuknya yang sangat mirip roti tawar, sehingga menimbulkan keheranan. “Apa kami bakal  makan siang dengan roti tawar?” Oh tidak! Ternyata itu bukan roti tawar, melainkan sagu singkong. 

Kasbi dibuat dari singkong parut dan dipanggang dalam gerabah yang dipanaskan di atas api kayu bakar. Setelah saya cicipi, ternyata tidak selembut roti tawar, tapi rasanya lebih legit. Makan 1 potong (separuh dari ukuran cetaknya), sudah membuat saya merasa cukup. Jika diteruskan 2 potong, saya yakin bakal kenyang. Beda dengan roti tawar biasa, 3 lembar baru merasa kenyang.  

Baca juga: Makan Enak di Kafe Cantik The Magnolia Floral Cafe

Proses pembuatan Kasbi *Sumber foto annienugraha.com*

Kasbi bisa dimakan langsung tanpa apapun. Namun lebih enak jika disantap bersama olahan ikan bakar/goreng/panggang. Kalau saya sendiri, menikmati Kasbi dengan Gohu rasanya lebih nendang. Saya belum mencoba versi kasbi diolesi selai kenari. Tapi sudah kebayang akan lezat sekali jika jadi teman minum teh/susu/kopi.

Di masa lampau, Kasbi merupakan makanan yang awet sampai satu tahun, sehingga sering dibawa oleh para pejuang dan pelaut Tidore ataupun pelaut kolonial yang singgah di Tidore sejak jaman dahulu sebagai bekal untuk perang ataupun pergi berlayar di lautan. 

sagu singkong
Kasbi (Sagu Singkong)

Gohu

Sashimi ala Tidore, begitu orang menyebutnya. Buat yang tidak suka ikan mentah, kemungkinan akan mundur untuk menyantapnya. Bagi saya, makin mentah, justru makin menantang di lidah. Tapi tergantung ikannya juga kali ya. Kalau ikan segar, saya tidak pakai ragu lagi, begitu tersaji langsung disikat. Bagi masyarakat Tidore, hal wajib dari menu Gohu adalah IKAN SEGAR. Apapun ikannya, yang penting ikan segar, dan sangat disarankan ikan laut. Ikan Tuna misalnya. Bumbu Gohu sangat mudah. Terdiri dari campuran bawang dan cabe yang diiris tipis-tipis, serta perasan air lemon cui dan daun kemangi untuk pewangi. Semua bahan tersebut dicampur dan diaduk rata, terakhir baru diberi minyak kelapa mendidih. Sesederhana itu cara membuatnya tapi begitu lama melekat dalam tiap mili lidah yang mencecapnya. Buat saya, GOHU adalah menu JUARA yang sangat menggugah selera. Kalau ditanya kuliner Tidore mana yang paling dikangeni, GOHU tentu saja. 

kuliner maluku utara
GOHU, Kuliner JUARA dari Tidore

Kakap Dabu-Dabu
Saya penggemar sambal. Banyak jenis sambal yang saya suka, tapi banyak sambal yang tidak saya makan. Bukan tidak enak, tapi karena tiap kali hendak makan, saya kudu lihat-lihat kondisi lambung dulu. Jika sedang “luar binasa”, semua hal yang berhubungan dengan cabe akan saya abaikan hehe.

Sambal dabu-dabu tidak asing bagi saya. Meski tergolong jarang menikmatinya, sambal ini sudah beberapa kali mampir di lidah. Bedanya, jika selama ini lidah saya biasa-biasa saja merespon citarasa-nya, kali ini jadi spesial. Kemungkinan karena beberapa faktor. Pertama, ikannya tulen ikan segar. Kedua, tempat makannya di Tidore. Ketiga, makannya bareng teman-teman Ngofa Tidore dan blogger-blogger juara lomba menulis blog Tidore. Ternyata rasa tergantung apa, dimana, dan sama siapa makannya he he.

Ikan kakap digoreng matang, lalu disiram dengan sambal dabu-dabu. Gurih daging ikan kakap berpadu dengan irisan bawang dan tomat mentah, serta cabe utuh yang disiramkan pada ikan. Kalau nggak ingat malu, mungkin satu potong ikan berlumur dabu-dabu itu sudah saya habiskan sendirian! Wahaha. Kecil-kecil nafsu makannya gede juga yak!  

Kakap Sambal Dabu-Dabu

Sup Ikan

Serba ikan, termasuk sup. Masakan berkuah ini cocok jadi menu pembuka. Kuahnya gurih dan segar. Di antara makanan serba ikan yang kering dan bersambal, sup tentu jadi penyelamat untuk mereka yang tidak makan makanan pedas. Kalau sedang bawa anak kecil, bisa jadi menu favorit yang sayang untuk dilewatkan. Selain makanan yang sudah saya sebutkan tadi, ada pula Kakap Sambal Balado dan Tumis Daun Sawi. Sepertinya dua menu ini bukan khas Tidore karena di daerah lain pun punya menu serupa.

Menikmati sajian serba ikan ala Safira, bikin makan jadi nambah-nambah. Saya berani jamin, masakannya benar-benar enak. Tidak bisa dipungkiri di sinilah saya jatuh cinta pada kuliner Tidore bernama Gohu dan Kakap Dabu-Dabu. Dua menu ini saya cari-cari di Jakarta dan sekitarnya, belum ketemu. Asli, saya kangen Gohu T_T


Baca juga: Kulineran di Lemongrass Cafe & Resto Bogor

Sup Ikan

Tidak banyak restoran di Tidore. Bisa dihitung jari. Sisanya hanya warung-warung nasi biasa, dekat pasar, terminal, maupun pelabuhan. Itupun belum tentu menyediakan menu khas. Salah satu yang bisa direkomendasikan salah satunya Safira Beach Restaurant, tempat kami makan siang itu (8/4/2017). Di sini, selain menikmati citarasa, juga menikmati suasana tepi laut. 

Coba lihat foto berikut ini, wajah-wajah sumringah yang menikmati lezatnya kuliner khas Tidore di Safira Beach Restaurant :
Haryadi Yansyah, Deddy Huang, Eko Nurhuda, Rifqi, Ayu, Mbak Zulfa, Yuk Annie, Bu Woro, Fia, Mbak Anita, Kak Gathmir, Yuk Annie, Mbak Tati, dan Mas Dwi. Ada juga kawan-kawan Tidore seperti Bam dan Eros :)






Lapis Tidore

Ada banyak jenis kue khas Tidore yang saya cicipi selama berada di Tidore. Tapi, tidak semua namanya mampu saya hafal. Kue-kue tersebut saya jumpai di Penginapan Seroja, di Desa Gurabunga, dan di Kedaton Kesultanan Tidore. Bentuknya unik-unik dengan rasa yang bervariasi.

Salah satu kudapan khas Tidore adalah lapis Tidore. Nama kue ini mudah dihafal karena namanya mudah diucapkan. Yang menjadikannya khas adalah selai yang digunakan, yaitu selai kenari. Di Tidore, buah kenari banyak digunakan untuk bahan makanan dan minuman. Kenari bisa dibuat jadi selai, taburan minuman Guraka, campuran talam sagu bakar, bahkan jadi sambal. 



Restoran Safira memproduksi Lapis Tidore. Konon katanya, Lapis Tidore Safira terkenal enak dan memiliki banyak pelanggan se-Tidore hingga Ternate (delivery). Makanan satu ini dibuat dengan baik, tanpa menggunakan bahan pengawet, tentunya sehat untuk dikonsumsi. Masa awetnya sekitar 5-7 hari.

Kami diajak ke ‘dapur’ tempat produksi Safira Lapis Tidore. Letak dapurnya dekat dengan pondok tempat kami makan. Di sana, ada 5 orang pekerja sedang beraktivitas membuat kue. Kami diperkenankan melihat bahan-bahan dan cara membuatnya. Bahan utama terdiri dari terigu, telur, gula, dan susu kental manis. Untuk selainya ada 3 pilihan rasa, yaitu kenari, kacang, dan coklat. Dari ketiganya, Lapis Tidore selai kenari jadi best seller, karena khas Maluku Utara. 







Produksi Safira Lapis Tidore maksimal 70 buah per hari. Kadang tergantung pesanan. Bisa  lebih banyak dari itu jika pesanan sedang banyak. Tidak sekedar melihat cara pembuatan, kami juga diberi kesempatan untuk mencicipi lapis Tidore yang sudah jadi.  

Lidah memang tidak bisa bohong ya, kue enak itu rasanya tidak cuma sampai di lidah, tapi juga di hati. Sayangnya saat itu saya tidak membeli. Karena baru hari pertama di Tidore, masih lama kembali ke Jakarta, saya santai saja. Ternyata, ketika tiba saatnya meninggalkan Tidore, malah tidak bisa mampir lagi. Hiks. Padahal ingin beli buat oleh-oleh pulang ke Jakarta. Sekarang baru deh nyesel

Kenari yang akan dijadikan selai Lapis Tidore


Ada selai kenari di tiap lapisannya


Siap untuk dikemas


Siap untuk dijual :)

Jika berkunjung ke Tidore, Safira Beach Restaurantrecommended untuk dijadikan tempat menikmati aneka kuliner khas Tidore. Kamu juga bisa beli oleh-oleh Lapis Tidore di sini.

Harga Safira Lapis Tidore:
Lapis Tidore Kenari Rp 60.000,- per buah
Lapis Tidore Kacang Rp 50.000,- per buah
Lapis Tidore Cokelar Rp 65.000,- per buah

Safira Beach Restaurant
Instagram: @safirabeachresto
Instagram: @lapistidoresafira
HP: 08111010444 (Bukhari Fabanyo)
Jalan Kemakmuran Ling, Cobodoe, Tidore 97813 



Contacts: Anita Gathmir – 0815.1433.7014, Gathmir – 0816.829.959, Annie Nugraha – 0811.108582
Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, annie.nugraha@gmail.com, visittidore@gmail.com

HUT ke-5 Hotel Grand Zuri BSD City "Make a Difference"

$
0
0
anniversary hotel grand zuri bsd

Jumat tanggal 16 Juni 2017 Hotel Grand Zuri BSD City merayakan Hari Jadi ke-5. MAKE A DIFFERENCE menjadi tema yang diusung oleh Hotel Grand Zuri BSD City saat memperingati hari jadinya kali ini. “Make a difference” adalah sebuah tekat menciptakan pengalaman tamu yang memuaskan melalui pelayanan yang unik dan berkualitas bahagia lahir batin.

Hadir dalam acara HUT ke-5 Hotel Grand Zuri BSD adalah Bapak Yohanes Haryanto (owner Grand Zuri BSD City), Bapak Jemmy Wilson, Bapak Diaz Kurniawan (Executive Director Zuri Hospitality Management), serta Bapak Alit Nurwanto (VP Zuri Hospitality Management). 


Hadir pula media rekanan Hotel Grand Zuri BSD dari Himpunan Anak Media (HAM) Jakarta, blogger, serta HOD dan seluruh karyawan Grand Zuri BSD City. 


Saya mengikuti acara ini sejak awal karena memang datang 1 jam sebelum acara dimulai. Tadinya akan datang berdua suami, tapi suami ada acara buka puasa bersama dengan orang-orang kantornya. 

Suami juga tidak bisa antar karena di waktu yang sama mesti berangkat ke Restoran Bandar Jakarta Ancol. Jadilah sore itu saya datang sendiri ke Grand Zuri. Saya semangat untuk datang bukan semata karena jarak hotel dekat dengan rumah, tapi karena saya merasa seperti sudah punya ikatan keluarga dengan Grand Zuri BSD.
 
Sampai di hotel, saya langsung ke lantai 2, mengikuti arahan Dini (marcom Grand Zuri BSD yang mengundang saya). Tampak para karyawan mengenakan seragam kaos warna hijau (dresscode khusus acara HUT). 

Mereka sibuk mondar-mandir mengangkut makanan, memindahkan peralatan, dan menata ruangan.  Beberapa lainnya sibuk menata makanan dalam hidangan buffet.

Mulia 2, tempat berlangsungnya acara

Suasana ‘pesta’ memang tampak sekali di lantai 2 . Mulai dari lounge, Mulia 1, Mulia 2, hingga Mulia 3. Lounge yang biasanya lapang, sore itu jadi penuh oleh beberapa set meja untuk makan.

Dekorasi balon menghiasi pintu masuk menuju 3 ruang meeting room tempat berlangsungnya acara. Di depannya, berderet menu makanan berat. 


Di ruangan tengah antara Mulia 2, Mulia 3 dan Mulia 4, terhidang berbagai macam dessert dan makanan-makanan lainnya. Ada aneka cake, puding, buah, Suki Tomyam, Zuppa Soup, Mie Celor dan sebagainya. Sedangkan buffet menu utama berada di ruang Mulia 3 dan Mulia 4. 





Aneka dessert cantik :D

Jam 4 acara dimulai. Acara berlangsung santai. Bahkan, sejak awal acara ini sudah dipenuhi oleh gelak tawa, terpancing oleh ulah MC yang pandai berseloroh. Saya merasa nyaman, tidak kaku, dan merasa akrab meski tidak semua orang yang ada di ruangan acara saat itu saya kenal.

Para pejabat tinggi Grand Zuri BSD City duduk di bagian depan, di sisi kanan panggung. Sedangkan di sisi kiri para executive dalam jajaran staff Grand Zuri BSD City. 


Saya dibarisan kedua bersama para media yang menjadi tamu undangan. Di deretan belakang adalah para karyawan Grand Zuri BSD City, beberapa karyawan dari Grand Zuri Jababeka dan Zuri Express Mangga Dua. 


Acara diawali dengan kata sambutan dari Bapak Agus (Chief Engineering) selaku ketua panitia. Kemudian berturut-turut kata sambutan dari Bapak Anton Hartanto (GM GZ BSD), Bapak Alit Nurwanto (VP ZHM), dan terakhir dari Bapak Yohanes Haryanto (owner GZ BSD).

Grand Zuri BSD merupakan Unit ke-9 dari Zuri Hospitality Management, menginjakkan kaki di usia yang ke-5. 

“Grand Zuri BSD City sekalipun baru menginjakkan kaki di usia yang ke-5, namun kami sanggup bersaing dengan yang lebih mature di area ini. Malah kalau saya diijinkan menyampaikan, kami tumbuh lebih dewasa dari usia kami yang sebenarnya,” ujar Pak Anton Hartanto dalam kata sambutannya. 

Tiga MC 'unik' dalam satu panggung :D

“Karena melalui proses tempaan berbagai cobaan dan hambatan dalam tumbuh kembangnya untuk menciptakan sebuah hotel dengan pelayanan yang memuaskan, maka ketika memasuki penghujung 2016 kami berkomitment, melalui langkah konservatif pendekatan Human to Human, di mana pada hakikatnya semua manusia ingin di manusiakan dan selalu ingin dapat dipenuhi keinginannya sampai dengan titik kepuasan tertinggi,” lanjut Pak Anton. 

Pak Anton Hartanto - GM Hotel Grand Zuri BSD CITY

Pak Anton Hartanto juga mengungkapkan tentang salah satu upaya yang mereka tempuh adalah dengan meregenerasi kemampuan leadership, di antaranya dengan memilih DUTA untuk kategori:

- Kebersihan dan keindahan hotel : Duta Sampah– Pak Ferry
- Akselerasi di bidang revenue online/OTA : Duta OTA– Grace
- Eksistensinya di semua sosmed dengan komitment semua harus sosmedable : Duta Sosmed– Dhini. 

Menurut Pak Anton, suka tidak suka, mau tidak mau, bisa tidak bisa, kita harus menjerumuskan diri ke dalam era generasi Z (yang lahir dari tahun 1995 hingga sekarang). 

Dengan dibentuknya team #TFL - Social Media & Cyber Squad,  yakni dengan menunjuk Dhini sebagai ketua harian dibantu 7 staff dibidang masing-masing sebagai pendukungnya adalah untuk nejadikan Grand Zuri BSD CITY selalu narsis dan eksis di FB, Instagram, dan Youtube.

Pak Agus (Chief Engineering)


Pak Alit Nurwanto - PV ZHM


Pak Yohanes Haryanto - Owner Grand Zuri BSD

Urip iku urup, sebuah pepatah yang menjadi penutup kata sambutan dari Pak Anton Hartanto. 

Artinya, Hidup itu ‘nyala’, yakni hidup kita haruslah bisa berguna buat sesama. Karena masih ada yang hidup hanya sekedar hidup, namun tak memberi manfaat bagi sekitar. 

Kalau dalam dunia kerja: bukan hanya sekedar bekerja, tetapi berkaryalah untuk memberi manfaat terbaik kepada tamu hotel dan kepada perusahaan.

Seusai kata sambutan yang penuh makna itu, acara dilanjut dengan doa bersama yang dipimpin seorang ustadz dan kemudian potong kue ultah oleh Bapak Yohanes.


Doa bersama




Selamat ulang tahun ke-5 Hotel Grand Zuri BSD

Berhubung belum masuk waktu berbuka, potong kuenya secara simbolik saja. Sambil menunggu waktu magrib tiba, para undangan diberi hiburan Sulap yang ditampilkan oleh pesulap Winata.

Baru beberapa penampilan, waktu magrib tiba. Sulap dihentikan sementara. Para undangan yang berpuasa, mulai berbuka dengan minuman dan makanan yang sudah tersedia. Alhamdulillah.  

Makan bareng Winda dan Dita


 







Sebagian tamu hanya berbuka dengan air putih dan sedikit kue, lalu salat. Sebagian lainnya langsung makan makanan berat, baru salat. 

Setelah semua selesai, tidak ada lagi acara makan dan ibadah yang belum ditunaikan, acara kembali dilanjutkan. Sulap yang sempat terpotong, kembali dimainkan. Permainan yang cukup menghibur. 

Acara berikutnya pengumuman karyawan terbaik dengan berbagai kategori, doorprize, hiburan (nyanyi), dan ramah tamah. Semua tampak gembira dan bahagia. Larut dalam suka cita.  

Pesulap Winata
Salah satu aksi sulap Winata




Pemberian penghargaan dan penyerahan hadiah

Bagi saya pribadi yang sudah tinggal sejak 1998 di BSD, Grand Zuri termasuk baru, namun namanya begitu cepat besar dan terkenal. 

Beberapa kali menginap di Grand Zuri, saya dapat merasakan betul bahwa hotel ini memang punya komunikasi dan hubungan yang baik dengan tamu-tamunya.  

Bukan sekedar faktor kenyamanan, fisik hotel yang megah, makanan yang enak-enak, fasilitas OK, namun juga karena cara pendekatannya yang sangat baik kepada tamu. 

Sehingga, apa yang saya rasakan ketika bertamu di Grand Zuri adalah perasaan seperti sedang datang kepada keluarga sendiri, di rumah sendiri. Saya rasa, itu yang bikin seorang tamu menjadi betah dan tak ragu untuk kembali.




Selamat bertambah umur Hotel Grand Zuri BSD. Semoga makin optimal dalam memberikan pelayanan yang baik kepada tamu-tamu. Makin nyaman dan menyenangkan. Sukses dengan segala cita-cita baiknya. Aamiin.

Video acara HUT ke-5 Hotel Grand Zuri BSD CITY:


Liburan Seru di Pulau Failonga, Tidore Kepulauan

$
0
0
Failonga, pulau kecil tak berpenghuni yang menawarkan keanekaragaman hayati laut timur. Sebuah pulau dengan air laut bagaikan cermin, membuat awan putih tidak hanya berkeliaran di langit, tetapi juga di air laut. Keindahan pasir putih, bebatuan di pantainya yang landai, airnya yang dangkal dan sebening kristal, bagai magnet yang membius. Pulau sunyi dengan kecantikan alami ini dapat dicapai sekitar 10 menit saja dari Pelabuhan Goto Tidore.

tidore kepulauan
Pulau Failonga - Tidore Kepulauan

Gagal Snorkeling

Selama di Tidore, saya sering tidur larut malam. Beberapa kali memang karena ada kegiatan yang baru kelar agak malam, bahkan ada yang pernah sampai tengah malam. Tapi di luar itu, karena mata memang jadi sulit terpejam. Hal yang biasa terjadi saat saya sedang dalam keadaan haid. Ya, siklus bulanan itu menghampiri sejak pertama tiba di Tidore hingga pulang dari Tidore.

Seperti malam itu, Senin 10 April 2017, usai nyanyi-nyanyi senang di Kora-kora Kafe milik Bams, rasa kantuk tak jua berbuah tidur meski badan telah terbaring di atas kasur di salah satu kamar Seroja. Semestinya saya lekas istirahat karena esok hari rombongan blogger akan berangkat pagi-pagi untuk snorkeling di Pulau Failonga.  

Suasana nyaman di balik jendela kamar kami

Alhasil, selasa pagi saya terbangun dengan mata yang masih digelayuti kantuk. Bayangan tidak bisa ikut bersenang-senang main air di Pulau Failonga, menambah rasa kantuk itu. Urusan haid ini memang mempengaruhi mood. Syukur alhamdulillah masih sehat-sehat saja. Biasanya ada acara pusing, mual, mules, bahkan muntah segala.

Soal berendam di laut dalam keadaan haid, sebetulnya bukan masalah. Tekanan dalam air membuat darah haid berhenti keluar. Yang jadi soal adalah di pulau tidak ada tempat ganti. Bisa sih sekedar nyebur, tapi saat keluar dari air, apa yang lain bisa tahan melihat ada yang merah-merah berceceran? Kalo balik ke Pulau Tidorenya berenang sih tak apa hehe. Saya kan baliknya tetap naik speedboat bareng rombongan.

Jadi, syarat untuk nyebur saat haid itu cuma satu saja: Bisa ganti pakaian basah dengan pakaian kering, maka urusan nyebur-nyebur beres. Kalau tidak ada tempat ganti pakaian, harus rela berkering-kering ria sambil gigit jari. 


Baca juga : Nikmatnya Kuliner Tidore di Restoran Safira

Penginapan kami dan mobil oren kebanggaan :D

Keliling Tidore dengan Kendaraan BNPB

Kami berangkat menggunakan mobil bak terbuka warna oren, mobil kebanggaan blogger selama di Tidore. Ada mobil bagus semacam Avanza, tapi kami lebih suka naik mobil bak! Supir andalan kami Rifqi. Dia yang menyetir mobil itu kemanapun kami pergi.


Ada sensasi tak biasa naik mobil bak terbuka, meski naiknya rada susah. Saat naik mesti dibantu dengan ditarik. Saat turun mesti dengan sedikit meloncat.

Duduk di bak mobil jadi lebih leluasa memandangi suasana Kota Tidore yang senantiasa lengang. Kerudung berkibar-kibar ditiup angin. Mata dimanjakan oleh pemandangan gunung dan laut. Serunya, kalau sedang bicara mesti pakai nada sedikit tinggi, supaya bisa melawan deru angin dan suara jadi kedengaran.
 

Seru!

Kapan lagi bisa seseru ini?

Rifki menyetir tidak santai. Mobil Avanza yang dikemudikan mas Gathmir sudah lebih dulu di depan. Kami menuju Pantai Tugulufa. Di sana, speedboat oren sudah menunggu. 


Oren lagi?

Ya, setelah mobil BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), kali ini speedboat-nya pun pakai punya BNPB. Kendaraan penyelamat semua. 


Mungkin kami ini punya tampang-tampang yang patut diselamatkan. Atau mungkin juga kami ini punya tampang penyelamat. Makanya punya chemistry dengan kendaraan-kendaraan oren itu *lol.

Apapun kendaraannya, yang penting kami happy. Hidup tim Oren! 

Mobil oren dan speedboat oren. Hidup Oren!

Pantai Tugulufa

Turun dari mobil bak dengan sedikit gaya loncat indah, lalu menuju speedboat dengan mode slow motion*ngana pikir ini syuting film?!

Ternyata kami tidak boleh naik speedboat dari Tugulufa. Katanya, harus naik dari Pelabuhan Goto. Bayar retribusi dulu di sana, baru meluncur ke Failonga. Olala…kalau tahu gitu kami turun di pelabuhan saja.

Speedboat itu meluncur ke Goto, kami menyusul dengan jalan kaki. Siapa paling cepat? Pesawat Jet!

Saat itu mobil-mobil kami sudah tidak ada. Rifki, entah dia kemana dengan mobil orennya. Ditelpon tidak bisa, di kirimi pesan lewat WA tapi tidak ada sinyal. Ternyata Rifki mengikuti mas Gathmir, dikiranya mau menaruh mobil di rumah Bang Yudi. Pagi yang seru ketika dua orang saling cari akibat gagal paham haha. 

Suasana jalan di pinggir Pantai Tugulufa, lengang, disaksikan Kie Matubu

Suasana pagi di Pantai Tugulufa terasa syahdu. Matahari sedang merayapi langit, hangatnya terasa lembut menyentuh setiap inci kulit. Jalanan masih lengang, dan selalu begitu. 

Puncak Kie Matubu tanpa awan, menjulang gagah di pagi yang damai. Saya, Dedi, dan mas Dwi menyempatkan berfoto pada sebuah bangku di pinggir pantai.

Saya membayangkan duduk di situ bersama belahan jiwa. Menikmati pagi dengan sunrise-nya. Atau bercengkerama sore menanti terbenamnya matahari. Berduaan di bawah langit keemasan. Bicara tentang masa tua nanti, menikmati sisa hidup di tempat setenang Tidore. Alangkah indahnya..

“Ayo jalan, nanti keburu siang.” Lamunan itu buyar.   






Pantai Tugulufa merupakan salah satu pantai terkenal di Tidore. Di sini tidak ada pantai pasir, tempat di mana kita bisa berjalan kaki sambil bersentuhan langsung dengan air laut. Pinggiran pantai telah disemen, bagian atasnya dibuat trotoar. Ada jarak dengan air laut dengan ketinggian sekitar 2-3 meter. Ada taman dengan bangku-bangku di beberapa titik, tempat duduk gratis bagi siapapun yang  ingin bersantai di Tugulufa.

Jadi, kalau ke sini kita hanya datang untuk menikmati suasana pinggir laut saja. Ada pemandangan selat dan Pulau Ternate di kejauhan, juga sunrise dan sunset yang bisa disaksikan pada waktunya masing-masing.

Istimewanya, meski tempat ini gratis dan terbuka untuk umum, tapi suasananya tenang, tidak ada keramaian yang membuat orang jadi tidak nyaman. Tidak ada pedagang asongan yang hilir mudik menawarkan dagangan. Mungkin karena Tidore itu dikelilingi laut, ya. Jadi warganya tidak melulu harus ke Tugulufa untuk bersantai menikmati suasana pinggir laut, di mana saja bisa.

Ada beberapa warung di pinggir pantai yang menjual bermacam menu seperti bakso, soto, ayam bakar, mie ayam, dan cemilan-cemilan seperti pisang goreng. Kawasan pantai ini cukup bersih dan nyaman, bikin mood tetap baik ketika duduk-duduk sambil menikmati makanan yang dipesan. 



Kendaraan umum bentor melintas di jalan utama Tidore

Pelabuhan Goto

Tak lama mobil Mas Gathmir datang, begitu juga mobil yang dibawa oleh Rifky. Kami naik lagi, ngebut menuju pelabuhan yang jaraknya ternyata tidak begitu jauh dari Pantai Tugulufa. Tapi, kalau ditempuh dengan jalan kaki sih lumayan gempor.

Sampai di pelabuhan, mobil mengambil tempat di area parkir yang tersedia. Tempat parkirnya tidak terlalu luas, tapi cukup untuk menampung 10-15 mobil. Ada beberapa angkot dan bentor di bagian depan pelabuhan, menunggu penumpang. Di sisi kanannya ada warung-warung makanan dan minuman.

Kami memasuki pelabuhan dengan riang. Ada seorang petugas duduk dekat meja kecil di tengah jalan masuk menuju dermaga. Kami membayar retribusi padanya. Suasana pelabuhan Goto tidak seramai pelabuhan Rum. Mungkin karena Goto adalah pelabuhan peti kemas, tidak banyak orang mondar mandir. Oh, tapi pelabuhan ini melayani rute Tidore – Sofifi dengan kapal ferri.  


Baca juga : Lomba Menulis Blog Tidore Untuk Indonesia


Bentor, warung, dan area parkir di depan Pelabuhan Goto


Angkot di Pelabuhan Goto

Nuansa biru mendominasi Pelabuhan Goto. Mulai dari warna cat bangunan di kiri kanan gerbang pelabuhan, hingga gerbang pelabuhan itu sendiri, dari atap hingga tiangnya. 


Keluar dari gerbang utama langsung disambut laut biru nan jernih, juga langit yang tak mau kalah biru. Jika berlama-lama di sana, saya khawatir badan jadi ikut biru, seperti smurf haha.

Speedboat oren kami tampak paling ngejreng di antara speedboat lain yang dominan warna putih dengan variasi warna biru. Satu persatu kami naik. 


Jumlah kami 17 orang, terdiri dari Bang Yudi, Bang Udin, Fia, Mas Gathmir, mbak Anita, yuk Annie, saya, mas Eko, Rifqi, mbak Zulfa, Yayan, Dedi, mas Dwi, Ayu, mbak Tati, serta 2 orang awak speedboat


Pelabuhan Goto
Speedboat di Pelabuhan Goto

Menyeberang ke Pulau Failonga

Jaket pelampung, bekal sarapan pagi, alat snorkeling, dan barang bawaan masing-masing semua sudah masuk. Speedboat penuh. Entah sudah melebihi batas maksimum muatan atau belum.

Perjalanan dimulai, boat melaju dengan kecepatan maksimal. Suara mesin menderu, menerjang gelombang dan angin, menciptakan buih-buih di buritan. Orang-orang bicara agak berteriak, berusaha menaklukkan suara mesin. Tawa dan canda tercipta, menyambut gembira perjumpaan pertama dengan Failonga yang selama ini membuat penasaran bagi kami yang belum pernah ke sana.

Bagi pelancong yang ingin berkunjung ke Pulau Failonga, kapal cepat memang harus disewa, lantaran tidak ada transportasi umum yang khusus menuju Failonga. Waktu yang tepat untuk ke Failonga adalah pagi hari, saat gelombang belum terlalu tinggi, saat emosi belum meninggi #eh.



Kapal penuh, Kapten!

Waktu tempuh menuju Failonga sekitar 10 menit saja. Ini menguntungkan mereka yang mudah dilanda mabok laut, jadi tidak terlalu lama menahan derita mual dan pening. Saya bukan termasuk yang mudah mabok laut, tapi disaat haid, biasanya mendadak jadi serba sakit. Entah itu mual, mules, bahkan pingin muntah.

Saya sempat merasa keliyengan, tapi yakin banget itu bukan karena bawaan haid, melainkan karena belum makan! Yes, jam 8.30 WIT, dan saya belum makan nasi (kudu nasi!). 


Lambung yang memang mudah bermasalah, langsung deh kena. Akibatnya muncul nyut-nyutan di kepala, perut pun jadi mual. Untuk menghindari kejadian tidak enak (baca: muntah), nasi bungkus yang dibawa dari Tidore, langsung saya makan. 


Pendekar Tidore duduk di buritan

Eksotisme Failonga

Failonga nan cantik akhirnya di depan mata. Begitu dekat, begitu nyata. Dari kejauhan, pasir putihnya yang cemerlang tampak berkilau terkena sinar matahari. Perpaduan batu dan pasir di pantainya yang landai, bagai Xena, si warrior princess, cantik sekaligus garang. *siapa tuh Xena? :))

Pulau Failonga hanya seluas 1,1 km2. Sekitar 20 menit saja untuk mengitarinya dengan perahu. Hutan pulaunya yang lebat, bisa jadi tempat berteduh dari sinar matahari yang menyengat tanpa ampun. 


Bagi yang sayang kulit, pakailah sunblock tebal-tebal di sini. Sekali kena sengat, bisa menyebabkan bolak balik melakukan perawatan kecantikan kulit hihi. 


Pulau Failonga, kecil-kecil cantik

Speedboat fiberglass kami mengapung ringan. Bagian bawahnya tidak menyentuh terumbu karang, aman jika mendekati daratan. Tapi sayang tak bisa tenang, ombak terlalu kencang.

Akhirnya perahu pindah ke tempat lain. Ombaknya lebih tenang, tapi tempatnya lebih dangkal. Perahu berhenti agak jauh, sekitar 20 meter dari pantai. Teman-teman mesti berenang untuk mencapai tepian. 


Semua mengenakan jaket pelampung, lalu turun satu persatu. Saya agak cemas melihatnya, karena ada yang harus ditarik segala, tidak kuat melawan arus air.
 


Betapa susahnya untuk turun. Jika ada dermaga, tentu akan lebih mudah bagi perahu untuk bersandar. Wisatawan pun bisa mencapai daratan tanpa harus berenang-renang sambil membawa barang bawaan.  

Dan yang paling penting, dengan adanya dermaga yang menjorok agak jauh ke laut, bisa menyelamatkan terumbu karang dari kerusakan yang disebabkan oleh perahu yang mungkin saja bakal kerap merapat ke tepian tanpa menghiraukan keberadaan terumbu karang yang ada di bawahnya.

Kalau bawah laut sudah rusak, keindahan apa lagi yang bisa dilihat di Failonga? 







Kembali ke Tidore


Semua telah turun, tinggal saya sendiri. Tak ada cara untuk turun dalam keadaan tanpa basah. Saya memotret saja. Tak lama, mesin dihidupkan, speedboat kembali ke Tidore, menjemput Bams, Oji, Aka, dan semua bahan makanan untuk makan siang. Saya ikut serta.

Kembali merasakan ngebut di laut Tidore, tapi dalam keadaan lebih santai. Perahu seperti melayang, sesekali seperti melompat. Apa yang terjadi? Tampaknya gelombang tak lagi sependek ketika berangkat. 


Beberapa saat saya tercenung sendirian, memperhatikan ombak yang diterpa angin, berbuih-buih panjang di buritan. Failonga semakin jauh, makin kecil dari pandangan. Bisa kah speedboat ini membawa saya ke Surga? Fyuuuh….mulai deh berhalusinasi. 

Baca juga : Menjadi Juri Lomba Blog Tidore Untuk Indonesia


Pantai Tugulufa berlatar Kie Matubu, dilihat dari perahu yang masih dilaut

Speedboat kembali ke Pantai Tugulufa, bukan Pelabuhan Goto. Pria yang sejak awal sibuk dengan mesin, menelpon seseorang untuk minta diantar bahan bakar. 


Waktu menunjukkan jam 9.45 WIT. Saya bergegas menelpon Bam. Bam bilang, 30 menit lagi berangkat. Ditunggu 30 menit, belum ada juga. Saya SMS, bilangnya 3 menit lagi otw. Jiaaah…ujung-ujungnya jam 11.30 dia baru muncul. Hadeuuuh…1,5 jam nunggu di speedboat, hampir garing kepanasan.

Rupanya Bam mencari ikan segar dulu, buat dibakar di Failonga. Ada nasi dan sambal dabu-dabu yang mesti disiapkan dulu, ya kan? Nah iya, itu bukan pekerjaan cepat. Kalau saya jadi mereka, belum tentu juga kelar dalam 1,5 jam. Saya tak jadi ngomel-ngomel garing.

Speedboat kembali menuju Failonga. Melaju lebih kencang dari sebelumnya, seperti dikejar serigala laut. Ada ya serigala laut? :D 



Batu-batu besar di Pantai Pulau Failonga

Bersenang-senang di Failonga

Sepertinya air di laut Failonga telah lebih surut dari sebelumnya. Saya mencoba turun, sayang salah terka. Ternyata masih dalam, tetap basah juga setinggi paha. Tapi untung tidak lebih tinggi lagi, kalau iya, tamatlah apa yang sejak awal saya jaga agar tetap kering. Beruntung cuaca sedang panas-panasnya. Celana yang basah perlahan mengering.

Entah apa saja yang telah dilakukan teman-teman selama saya pergi. Saya menjumpai mereka sedang beristirahat di bawah pohon, di antara batu-batu besar pinggir pantai. Tampaknya sudah puas main air dan snorkeling. 


Saya terperanjat melihat mas Eko, kulitnya jadi lebih hitam. Alangkah cepatnya gosong.  


Yayan omnduut.com bersantai di atas lazy bed

Saya tak sabar ingin menikmati keindahan Failonga. Sekarang giliran saya bersenang-senang. Ada satu tempat yang saya incar, yakni ketinggian. Ya, di sana ada batu tinggi yang bisa dipanjat untuk mendapatkan view sekitar Failonga.

Saya ajak Oji naik, buat bantu ambil gambar. Saking terburu-buru, jadi kurang hati-hati. Dengkul kanan membentur batu. Sakitnya bukan main. Benturan itu ternyata menyebabkan memar lama hingga satu minggu kemudian. 


Memang perlu perjuangan untuk mendapatkan sesuatu yang bagus, dan saya mendapatkan itu setelah sampai di atas.  


Bareng Mbak Anita dan Kak Gathmir

Dari atas, untuk pertama kalinya saya melihat Failonga begitu menawan. Tertegun saya dibuatnya. 


Pasir putihnya yang lembut, bebatuannya, air lautnya yang bening berwarna hijau kebiru-biruan, bahkan bayang terumbu karang di dasarnya pun kelihatan. 

Nun jauh di seberang lautan, Pulau Ternate dengan Gunung Gamalama-nya dan Pulau Tidore dengan Kie Matubu-nya, menjulang gagah dengan jajaran bukit bak punggung naga. 




Saat itu ada Nale, admin akun IG @TidoreIsland. Entah kapan dan pakai apa dia datang. Ingatan saya samar tentang itu. Yang jelas, saya senang bisa ketemu Nale. Sudah sejak tahun lalu saya mengamati akun IG yang dipegangnya, akun yang berisi foto-foto indah dari Tidore. Nggak sangka malah ketemu orangnya di Failonga.

Nale itu pendiam, tapi ramah dan baik banget. Dia malah banyak bantu saya ambil foto. Nale bawa drone. Darinya kami jadi punya video bagus. Video itu diupload di IG @TidoreIsland, siapapun bisa lihat bagaimana keseruan kami saat di Failonga. 


.


Makan Siang Seru di Pinggir Pantai


Bagian terindah yang selalu saya ingat dari Failonga adalah sesi makan. Ini bagian paling berkesan. Kami makan siang di pinggir pantai, di antara batu-batu besar yang berserakan. Di bawah pohon, di antara sinar matahari yang berjuang mati-matian menerobos dedaunan.

Ikan-ikan kembung dibakar oleh Bam, Aka dan bang Yudi. Asapnya mengepul. Api sesekali ditiup. Ikan dibolak balik. 


Nasi diletakkan di atas daun pisang yang dibawa dari Tidore. Sambal dabu-dabu di dalam baskom. Satu persatu ikan matang, ditaruh di atas daun. Satu-satu mengambil jatah, lalu menikmatinya bareng-bareng. 


Mewah!

Kami mengelilingi daun pisang. Duduk dengan gaya bebas, tanpa sungkan, tanpa jaim, tanpa memikirkan soal higienis. Badan penuh pasir. Baju basah bercampur peluh. Ada yang menyilangkan kaki. Ada yang selonjoran. Ada yang menyamping. Ada pula yang setengah membungkuk. Untungnya tidak ada yang sambil salto. Semua posisi mengikuti kontur pantai yang tidak rata. 


Apapun itu, gaya tangannya tetap sama. Menyuap makanan ke dalam mulut.

Apa yang saya rasakan saat itu, adalah betapa kami begitu dekat, begitu akrab. Sama rasa, lapar, enak, kenyang, dan puas. Kapan saya pernah begini saat jalan-jalan bersama teman? Belum pernah kecuali saat itu, di Failonga.

Kemewahan itu memang relatif. Kadang berupa fisik tempat makan yang megah, hidangan mahal yang diolah oleh chef-chef handal bergaji puluhan juta per bulan, dengan pelayan berdasi yang siap membantu apapun yang kita minta. Kadang berupa hal sederhana berbiaya murah meriah, berlantai bumi beratap langit, tapi dalam suasana yang tidak bisa dicipta dengan seberapa pun banyaknya uang.  



Ikan kembung bakar, nasi, sambal dabu-dabu. Mewah!

Ada saat lidah dimanjakan oleh menu-menu spektakuler yang bikin lidah seperti menjerit-jerit keenakan, ada pula saat mulut jadi tidak berhenti mengunyah hanya karena seekor ikan bakar yang dimakan bersama sambal dabu-dabu.

Yang lebih ‘sadis’ lagi, makannya di hadapan laut yang airnya super jenih, dengan latar belakang Pulau Ternate yang terkenal itu. Diselingi obrolan segala topik, kelakar yang memancing tawa, hingga celetukan-celetukan usil yang berujung bully-bullyan yang tak menyinggung perasaan.

Hal-hal yang membuat bahagia, nikmatnya kadang bikin badan pingin kejengkang senang. Mantap jiwa! 





Selamatkan Failonga


Saya bersama orang-orang yang sangat menjaga lingkungan dan kelestarian alam. Semua barang yang kami bawa ke pulau, dibawa masuk lagi ke dalam speedboat. Termasuk sampah, semua dimasukkan dalam kantong besar, diangkut lagi ke Tidore.


Tak ada batang pohon yang dipatahkan. Tak ada batu yang dicoret dengan kata-kata alay. Tak ada sampah yang ditinggalkan. Tak ada api yang masih menyala.
 
Oh ya, asal tahu aja. Di pulau kecil dan cantik ini kami menemukan sampah bekas pengunjung sebelumnya. Tidak banyak, tapi ada, dan itu mengganggu. Kalau dibiarkan, dari sedikit bisa jadi bukit, dari satu bisa jadi seribu. Lama-lama pulau kecil ini bisa jadi pulau sampah. 



Foto-foto cantik boleh, tapi batunya jangan dicorat-coret ya :)

Yang lebih mengenaskan, kenyataan bahwa terumbu karang yang ada sudah banyak yang rusak. Saya mendapatkan pengakuan tersebut dari salah seorang teman yang hari itu snorkeling di Failonga.

Seperti yang saya ceritakan di awal ketika sampai di Failonga, perairan di sekitar pulau ini dangkal. Perahu yang mendekat ke pantai, kemungkinan tanpa sadar telah menabrak apa saja yang ada di bawahnya. 


Itu baru satu perahu. Bagaimana jika berpuluh-puluh perahu bahkan ratusan perahu? Kelak, bukan keindahan lagi yang ditemukan di Failonga, tapi kerusakan. Jembatan/dermaga memang sifatnya sudah urgent kalau kasusnya sudah seperti ini. 


Pulau Ternate di kejauhan

Vandalisme? Ada! Batu paling atas yang saya naiki terdapat coretan yang dibuat dengan cat pilox. Meski cuma satu-satunya tulisan yang saya temui, tapi jadi bukti bahwa pernah ada yang ke sana dengan kelakuan ala anak alay. Merusak banget deh.

Sejak dulu, baju pelampung yang disiapkan untuk orang yang akan snorkeling bukan hanya agar selamat dari tenggelam, tapi juga agar tetap mengapung dan tidak menginjak terumbu karang. Sudah menjadi hukum wajib agar selama snorkeling kaki tetap di atas, bukan bertumpu pada terumbu karang.

Baju pelampung WAJIB ada dan wajib dikenakan ketika snorkeling. Selain untuk menjaga keselamatan diri, juga menjaga keselamatan taman bawah laut dari kerusakan. Hal semacam ini harus menjadi perhatian penting bagi semua pihak, baik wisatawan, guide, maupun agent wisata.

Saya sayang Failonga. Pulau kecil ini terlalu cantik untuk dirusak. Jika tak ada yang dapat menjaganya, lebih baik Failonga ditutup saja sebagai tempat rekreasi. 



Kalau bersih begini, enak kan liatnya :)

Failonga, ‘surga’ tersembunyi di laut Tidore


Jam 2 siang kami mulai beranjak meninggalkan Failonga. Puas? Tentu saja tidak karena saya belum merasakan main air di lautnya. Tidak berenang, tidak berendam, dan tidak pula snorkeling.

Tidak puas bukan berarti kecewa. Saya masih bisa merasakan kesenangan lain. Terlalu lucu jika di tempat semenarik ini tidak bisa mendapatkan kesan indah selain dengan cara nyebur dalam airnya. 


Hal-hal sederhana, meski cuma duduk-duduk saja, bisa menjadi istimewa. Menikmati suasana sambil meresapi dalam-dalam apa yang tersuguh di pulau ini. 

Merasakan lembutnya hembusan angin laut. Mencium aroma batang-batang kayu dari hutannya yang kesepian. Memanjakan mata dengan pemandangan dua pulau sarat sejarah di timur Indonesia. Mengabadikan apa yang dilihat ke dalam bingkai lensa kamera.

Dan kesenangan saya adalah ketika berhasil memasukkannya semuanya ke dalam jiwa. 


Buat berenang santai, snorkeling cantik, duduk-duduk manja, atau foto-foto kece, Failonga tidak akan mengecewakan ^_^

Untuk melihat foto dan video underwater Pulau Failonga, bisa cek akun instagram @Tidoreisland. 









Sampai jumpa lagi Failonga



  
Contacts: Anita Gathmir – 0815.1433.7014, Gathmir – 0816.829.959, Annie Nugraha – 0811.108582. Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, annie.nugraha@gmail.com, visittidore@gmail.com

Video kami saat rekreasi di Pulau Failonga: 

  

Glamping Bahagia di Trizara Resorts Bandung

$
0
0
Trizara Resorts Bandung- Niat untuk mengajak keluarga berlibur di Trizara Resorts sudah ada sejak tahun lalu, tepatnya seusai glamping bareng teman-teman blogger pada bulan Juni 2016. Tapi, tahun lalu belum berjodoh waktu dan rejeki. Hingga 2016 tutup tahun, niat dan rencana itu belum terealisasi. Bulan Januari 2017 saya ke Trizara lagi, masih bareng para blogger, glamping sekaligus menjajal Archery Battle dan off-road di Sukawana Lembang. Kesempatan glamping bareng keluarga baru datang pada bulan Maret 2017. Alhamdulillah akhirnya merasakan glamour camping di salah satu kawasan wisata terbaik di Bandung.
camping mewah di lembang bandung
Morning View di Trizara Resorts Bandung

Glamping Bersama Keluarga


Perjalanan berkendara mobil dari BSD Tangsel menuju Bandung kami tempuh sekitar 2,5 jam. Kami berangkat sekitar jam 9 pagi. Mas Arif menyetir santai, tanpa buru-buru. Arus kendaraan di jalan tol tampak biasa, tidak padat, tidak pula terlalu lengang. Biasanya, hari Sabtu jalan tol menuju Puncak dan Bandung ramai. Hari Minggu giliran menuju Jakarta yang ramai. Katanya, Sabtu itu arus ‘mudik’ orang Bandung yang kerja di Jakarta, dan Minggu arus ‘balik’. Tapi Sabtu kali ini tampak biasa-biasa saja. Begitu juga hari Minggu keesokan hari.

Anak-anak senang sepanjang perjalanan, demikian juga ibu yang hari itu ikut serta, tampak bahagia. Ibu paling suka kalau diajak liburan ke Bandung. Pertama karena alasan kuliner. Kedua karena banyak tempat wisata yang bisa dinikmati oleh seluruh keluarga termasuk orang tua lanjut usia. Ketiga karena Bandung itu sejuk. Ke-empat karena Bandung itu ‘gudangnya’ produk fashion. Bagi ibu, Bandung tempatnya belanja baju. Kalau soal ini, saya kalah sama ibu. Kiblat fashion ibu di Bandung, kalau saya di mana saja :D


Baca juga : Trizara Resorts Tempat Glamping Kece di Lembang
glamping asyik di trizara
Glamping bareng keluarga

Jalan Mudah Menuju Trizara Lembang

Jika ke Bandung menuju Lembang, kami biasa keluar tol Pasteur. Begitu juga kali ini, saat akan ke Trizara. Setelah keluar tol, kami langsung ambil jalur ke Lembang lewat Sukajadi, Setiabudi, sampai Ledeng belok kiri masuk ke Jalan Sersan Badjuri. Sebelum melewati Kampung Gadjah, kami mampir makan siang dulu di sebuah resto, salat, baru melanjutkan perjalanan.

Selain keluar Tol Pasteur, pengendara dari Jakarta bisa juga keluar Tol Padalarang. Nanti belok kiri ambil arah Lembang, melewati Kantor Kabupaten Bandung Barat. Setelah itu tinggal lurus saja sampai ke Jalan Kolonel Masturi. Selanjutnya tinggal ikuti petunjuk arah ke Trizara.

Untuk mencapai Trizara Resorts, kami ambil jalan alternative masuk ke Perumahan Graha Puspa. Jalan alternative ini hanya berlaku untuk kendaraan pribadi, kalau bus tidak bisa lewat. Nah, dari perumahan tadi kami belok kanan. Setelah itu ada banyak petunjuk arah menuju Trizara. Tinggal ikuti saja. Dijamin tidak bakal nyasar. Atau, pakai aplikasi google map, lebih mudah. Oh ya, mulai sekarang kalau ke Trizara lagi, saya sudah bisa diandalkan lho buat jadi penunjuk arah jalan😁


Baca juga : Fun Off-road dan Archery Battle di Trizara Resorts
tenda glamping lembang
Tenda-tenda di Trizara Resorts

Bandung Itu Dekat dan Mudah Dijangkau


Dua kali ke Trizara bareng para blogger, pertama naik ELF, kedua naik bus. Meski sudah 2 kali, jika ada yang tanya jalannya lewat mana, saya belum fasih untuk menjelaskan. Seingat saya, dua kali ke Trizara, tidak memperhatikan mobil lewat jalan mana saja. Mungkin karena berangkat bareng orang lain, jadi mengandalkan supir dan asistennya. Duduk manis, ngobrol atau tidur saja, lalu sampai. Akibatnya, saat ditanya arah jalan oleh Mas Arif, saya tidak tahu apa-apa.

Sebagai navigator andalan mas suami, mau tidak mau harus tahu jalan, kan? Caranya mudah sih, tinggal buka google map he he. Tapi beneran deh, jika pergi sama Mas Arif itu, saya mendadak menguasai peta, dan nggak ngantuk. Kata Mas Arif, tugasku sebagai navigator emang harus melek terus, ngoceh terus, biar driver semangat dan tetap fokus. Tapi kadang kalau saya sudah  tidak tahan dengan kantuk, biasanya volume suara radio saya besarkan, buat gantiin ngoceh 😀



Tugas saya jadi navigator itu kadang-kadang hanya diminta memantau trafik lewat Google Map, untuk melihat jalur yang akan dilalui apakah berwarna hijau, biru, atau merah. Kalau merah berarti padat (baca: macet), tandanya Mas Arif bakal cari jalan alternative. 


Saya sendiri maklum, Lembang itu kawasan wisata yang sampai saat ini belum sepenuhnya bebas dari padatnya kendaraan. Apalagi pada akhir pekan atau saat musim liburan. Harus pintar-pintar cari jalan alternative agar waktu tak habis di jalan. Apalagi saat kami ke sana (Maret), ada beberapa lokasi yang menjadi tempat terjadinya longsor sehingga jalur 2 arah hanya dipakai 1 jalur. Kendaraan yang lewat mesti gantian dan itu lama.

Sebenarnya Mas Arif familiar dengan tempat-tempat dan arah jalan di Bandung. Dulu waktu adek ipar masih kuliah di Unpad, mas bojoku itu sering mondar-mandir ke Bandung. Jamannya dia masih bujang juga rajin ke Bandung. Sekarang juga masih sih mondar-mandir, tapi memang tidak se-intens dulu. Saat ada urusan kerja saja, atau saat kami mau liburan, misalnya seperti sekarang. Mungkin karena dekat dari Jakarta, makanya Bandung itu mudah didatangi kapan saja. 


Tenang...

Glamping Pertama Buat Anak-Anak

Selama perjalanan menuju Trizara Resorts, Humayra banyak bertanya tentang glamping. Ia masih penasaran dengan tenda yang akan kami tempati. Dalam benaknya, camping itu pakai tenda seperti yang ia punya di rumah. Dalam film anak-anak yang pernah ditontonnya, camping itu tidur di alam, seadanya, tidak ada kamar mandi, tidak ada toilet, apalagi kasur bagus. Meski saya sudah tunjukkan gambar tenda yang ada di website Trizara Resorts, Humayra tetap penasaran.

“Sabar ya, nanti kalau sudah sampai adik (panggilan saya kepada Humayra) akan lihat sendiri tendanya bukan seperti yang adik bayangkan. Tendanya besar. Di dalamnya seperti kamar-kamar hotel yang pernah adik tempati.”

“Ada kolam renang, ya, Ma?” tanyanya.

“Ada kolam tapi bukan kolam renang.” Pertanyaan demi pertanyaan terus berlanjut. Saya meladeninya pelan-pelan. Makin banyak tanya, berarti dia makin tertarik untuk tahu. Selama ini, kalau liburan ke Bandung, tempat menginap yang saya pilih kadang hotel, resorts, ataupun hotel berkonsep residence. Anak-anak belum pernah saya ajak glamping. Jadi, ini bakal jadi pengalaman yang pertama. 


Teras Tenda Nasika yang kami tempati

Saya jelaskan pada Humayra, juga pada kakaknya, bahwa di Trizara itu, meski konsepnya resorts dengan kamar-kamar tenda ala hotel berbintang, para tamu tetap akan dibawa menyatu dengan alam. 


Tanpa internet, tanpa TV, tanpa AC, tanpa telepon. Tinggal di lereng bukit yang sejuk, bisa lihat sunrise, sunset, lembah, bahkan bisa lihat langsung Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu dari tenda yang ditempati.

Saat saya sebut sunrise dan sunset, mata Humayra berbinar, “Aku suka lihat matahari terbit. Langit jadi merah, ungu, kuning, dan biru. Mataharinya oren. Kita bisa lihat malam berubah jadi siang.”  


Begitulah sunrise dalam benak kanak-kanaknya. 

Gerbang Trizara Resorts

Selamat Datang di Trizara Resorts

Sesi terakhir perjalanan kami melewati tanjakan cukup terjal. Mas Arif sempat ragu apa mobil kami bisa nanjak. Saya katakan padanya, elf yang saya naiki Juni 2016 lalu dan bus yang saya naiki pada bulan Januari 2017 saja bisa nanjak, mestinya mobil jenis SUV yang kami gunakan juga bisa. Mungkin Mas Arif rada keder duluan liat tanjakan 45 derajat yang akan kami lewati itu. he he. Alhamdulillah mobil aman nanjak sampai atas.

Jam 2 siang kami tiba di Trizara.  Area parkir tamu Trizara ada di depan gerbang, seberang jalan. Tempat parkirnya cukup luas, bisa menampung hingga 50-an mobil. Ada petugas keamanan yang berjaga 24 jam. Di sekitarnya ada kebun-kebun sayur milik penduduk desa.

Begitu memasuki gerbang Trizara yang mirip dengan Arc de Triomphe yang ada di Paris, lalu berjalan ke lobi, mata langsung disambut panorama lembah dan keberadaan dua gunung ternama di Bandung, yaitu Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu.  


Lobi

“Kita di Trizara, Ma.” 


Humayra menunjuk rumput sintetis bertuliskan Trizara di area terdepan Trizara dekat gerbang. Anak gadis ini lincahnya nggak berkurang, padahal baru saja menempuh perjalanan 4 jam yang cukup melelahkan. Sejak memasuki gerbang, ia sibuk memperhatikan sekeliling. Sewaktu tiba di lobi dia langsung berucap, ”Tempat kita tinggi, ya, Ma.”

“Iya, posisi kita saat ini ada di atas bukit.”

Konsep menyatu dengan alam yang diterapkan oleh Trizara sudah dimulai sejak dari bagian terdepan Trizara, yaitu area lobi, kafe, dan bar. Semua tempat utama tersebut terbuka, tanpa sekat dengan alam sekitar. Kita bisa menunggu proses check-in sambil menikmati panorama alam, ditemani semilir angin, juga sejuknya udara pegunungan. Begitu pula saat sedang menikmati makanan dan minuman dari Indriya Kafe, Trizara Bar, atau Terrace Café, kita bisa lakukan itu semua sembari menyaksikan bentangan alam Lembang dari ketinggian. 


Terrace Cafe

Sejak sampai di Trizara, ibu dan anak-anak makin gembira. Tak ada lagi pertanyaan yang diajukan. Sepertinya bayangan mereka tentang camping sudah mulai berubah.

“Ini yang disebut glamping, bu,” ucap saya ke ibu. Humayra menggumamkan kata “glamping” sampai beberapa kali. Saya yakin sekarang dia mengerti apa itu glamping.

“Camping mewah, ya, Ma.” Saya mengangguk. Gadis kecil itu mengacungkan jempol sambil tersenyum. Lesung di pipinya muncul. Manis. Sementara papanya mengedipkan mata. Entah apa maksudnya. 


Indriya Cafe

Tenda Nasika Untuk Camping Keluarga

Ada 4 tipe tenda di Trizara Resorts, terdiri dari: Netra (deluxe room Rp 1.688.000/night), Zana (standar room Rp 1.488.000/night), Nasika (superior family room Rp 1.988.000/night), dan Svada (premiere family room Rp 2.188.000/night). Masing-masing harga tenda sudah termasuk sarapan untuk 2 orang ( Netra dan Zana) dan sarapan untuk 4 orang ( Nasika dan Svada). 


CATATAN: rate tersebut valid Maret-Juni 2017. Untuk update rate, bisa cek langsung ke Trizara Resorts.

Saya memilih tenda Nasika karena cocok untuk family. Tenda dengan ukuran 38,5 m2 ini memiliki tempat tidur double bed + two in one. Pas buat kami berlima. Harga tenda Nasika sudah termasuk bonfire, board and sport games facilities. Untuk sarapan, Humayra tidak dihitung alias masih free. Jadi kami tidak dikenakan biaya tambahan untuk sarapan.

Tenda-tenda terletak di bawah, bertebaran di lereng-lereng bukit. Tenda Svada paling strategis letaknya karena berada paling tinggi, menjorok ke lembah, dan berhadapan langsung dengan gunung. Tenda ‘honeymoon’ paling bawah, di area private. 


Santai...

Melewati Tangga Air

Ada tangga untuk turun yang didesain alami dengan taman air pada bagian tengahnya. Orang-orang di Trizara menyebutnya Tangga Air. Airnya mengalir mengikuti undakan tangga, dan berakhir di sebuah kolam mini tepat pada persimpangan jalan menuju area tenda. Tangga yang menyenangkan untuk dilewati. Ada kesan alami yang hadir dari bunyi gemericik air yang terus mengalir, juga dari cantiknya bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang sisi tangga. Dari tangga ini pula panorama Lembang terlihat jelas. Gunung, lembah, bahkan matahari terbit, juga atap-atap tenda di lereng bukit.

Ada mini jeep yang bisa digunakan untuk mengantar ke tenda, tapi kami pilih jalan kaki. Selain karena bawaan tidak banyak, juga agar anak-anak bisa melihat-lihat keadaan sepanjang jalan menuju tenda. Mungkin kalau sedang hujan dan bawa banyak barang, naik jeep bisa jadi pilihan yang tepat.

Humayra dan kakaknya setengah berlari menuju tenda. Berlomba siapa yang paling dulu menemukan tenda Nasika Nomor 12, tempat kami tidur Sabtu malam itu. Di sini tidak perlu bingung mencari letak tenda. Ada papan petunjuk arah di tiap persimpangan. Meski semua tenda sama warna putih, tapi ada nama dan nomornya. Letak tenda juga dikelompokkan berdasarkan tipe-nya. Jadi tak akan salah masuk tenda tamu lainnya. 

Tangga Air

Tenda Nyaman Fasilitas Hotel

Tiap tenda ada terasnya, dilengkapi 2 kursi santai dan meja kecil buat menaruh minuman atau makanan. Terdapat kamar mandi modern dengan kloset duduk, shower air panas dan dingin, serta cermin dan wastafel yang cukup besar. Tak ketinggalan handuk lembut dan bersih, serta perlengkapan mandi seperti odol, sikat gigi, samphoo, dan sabun mandi cair dalam wadah ukuran irit.

Tempat tidur yang empuk dan bersih dilengkapi selimut untuk menghangatkan badan dari dinginnya udara Lembang. Terdapat kotak kayu besar untuk menyimpan barang berharga dilengkapi kunci gembok. Tersedia juga teko pemanas air beserta kopi+teh+gula dan 4 botol air mineral. 


Nyaman dan bersih

Yang membuat bahagia, power outletnya banyak! Ya, walaupun katanya sekarang waktunya untuk disconnect dengan gadget, tetap butuh listrik untuk mengisi daya batre kamera biar bisa foto-foto cantik,kan? Apalagi bareng anak-anak, saya pingin motret mereka. Motret suami juga. 


Ponsel juga perlu dicas buat ambil foto atau video. Sebagai blogger yang memiliki akun sosial media, saya tetap pingin punya dokumentasi yang nantinya bisa dijadikan bahan untuk posting.

Meski begitu, menikmati suasana, merasakan hangatnya kebersamaan, duduk-duduk santai sambil menikmati panorama, porsinya tetap lebih besar ketimbang urusan foto-foto dan bikin video. Apalagi buat saya yang sudah 2x ke Trizara, stock foto sudah banyak. Kali ini tidak terlalu ngoyo buat ambil foto. Ambil seperlunya untuk kenangan dengan keluarga, sisanya hanya memperbanyak menikmati dengan mata, telinga, dan perasaan. 


Yang di tengah itu pintu kamar mandinya

Memaknai Kebersamaan

Siapapun pasti ingin saat liburan itu segala harapan tentang kebersamaan dengan keluarga tercapai, nah begitu pula dengan saya. Sejauh ini, Alhamdulillah belum pernah gagal bahagia di tiap liburan bareng keluarga. Karena prinsip saya, bukanlah tempat yang membuat kami bahagia, tapi kamilah yang membuat bahagia di tempat manapun kami berada. 


Walau nggak sering-sering amat liburan bareng keluarga, tapi alhamdulillah tiap liburan selalu berkesan dan bikin ingin mengulanginya lagi meski di tempat yang sama.

Bukan sekedar bersama, tapi benar-benar menikmati kebersamaan. Itu yang ingin saya capai  saat liburan bareng keluarga.

Kebersamaan seperti apa? 

Tanpa gadget/TV bukanlah sesuatu yang sulit

Sore itu, usai menaruh semua barang di tenda, saya ajak anak-anak keluar tenda untuk jalan-jalan santai keliling Trizara. Tapi adik Ai tidak ingin banyak jalan, hanya ingin main trampoline dan main ayunan. Sedangkan Abang Al ingin bersepeda dan main ATV. Ibu ingin bersantai saja di teras tenda sambil minum teh, melihat bunga-bunga, dan juga melihat pohon-pohon alpukat. Suami ingin duduk-duduk santai di kafe. Saya? Saya jadi bingung kalau keinginan tiap orang beda-beda begini :D

Bagaimana caranya biar pada kompak?

Hmm….kebersamaan bukan melulu tentang melakukan segala sesuatunya bersama-sama. Kompak juga bukan melulu soal punya keinginan yang sama. Kadang, kebersamaan adalah memahami apa yang menjadi keinginan orang lain dan membiarkannya melakukan apa yang disenanginya. 


Kalau bisa saya temani, ya ditemani. Kalau tidak bisa, ya masing-masing saja. Yang penting semua senang. 


Piknik cantik

Kalau dalam keadaan ‘tak kompak’ begini, suami biasanya melakukan upaya negosiasi dengan anak-anak.

“Bagaimana kalau kita main trampoline dulu, setelah itu baru main sepeda bareng sampai sore?”

“Tadi mama beli seaweed lho di Indomart. Nah, bagaimana kalau kita temani nenek lihat-lihat pohon alpukat dulu, abis itu kita piknik di atas sambil ngemil snack seaweed?” *seaweed ini snack kesukaan Al dan Ai.*

“Katanya mau jadi fotografer. Gimana kalau sebelum main ATV, kita foto-foto dulu dekat pohon yang tinggi itu, nanti kita sama-sama belajar motret gunung, mau?”


Selalu ada yang bisa dinegosiasikan meski belum tentu anak-anak mau menerima apa yang ditawarkan. Setidaknya dengan negosiasi jadi cara yang paling efektif untuk mencari jalan keluar. Anak-anak pun bisa terima tanpa acara ngambek-ngambekan, apalagi terpaksa. Setelah tawar menawar, akhirnya anak-anak mau menemani neneknya dulu. Setelah itu baru jalan bareng liat-lihat suasana, main ayunan, main sepeda, duduk-duduk di area piknik, dan terakhir santai-santai di bangku depan tangga air sambil makan seaweed kesukaan. Dengan cara begini, kami tetap bisa ‘bersama’. 



Dekat, akrab...

Pohon Alpukat Berbuah Lebat

Ibu sudah cukup senang meski jalan-jalan dekat tenda saja. Beliau kepincut dengan pohon-pohon alpukat yang banyak tumbuh di sekitar tenda. Kami memang beruntung, datang saat sedang musim buah alpukat. Hampir tiap tenda ada pohon alpukatnya. Semua pohon sedang berbuah lebat. Jangankan ibu, saya saja takjub.

Buat kami termasuk langka bisa lihat pohon alpukat berbuah lebat begini. Bukan sekedar lebat lho, tapi benar-benar lebat! Sebagai keluarga pecinta alpukat yang nggak pernah absen nyetok alpukat di rumah, melihat buah alpukat bergelantungan di pohon tentu saja bikin hati klepek-klepek. Rasanya pingin petik dan makan buahnya sampai puas.

Nah, sebagai pencinta aneka tanaman, baik buah maupun bunga, tanaman hias yang tumbuh di sekeliling tenda dan pohon buah alpukat di samping tenda, jauh lebih menarik bagi ibu ketimbang ikut kami naik turun tangga jalan kaki keliling Trizara. Faktor usia juga sih ya. Mungkin bakal lelah kalau mengikuti aktivitas yang muda😁


Camping juga bisa main ayunan :D

Piknik Sore di Trizara

Setelah menemani ibu sebentar, dan beliau tak masalah sendirian, saya dan anak-anak mulai jalan ke atas. Saya tidak khawatir meninggalkan ibu. Kawasan camping Trizara bukan kawasan terbuka untuk umum. Seluruh kawasan dikelilingi pagar tinggi. Ada pos-pos penjaga di beberapa titik dengan petugas keamanan yang berjaga 24 jam. Ada kamera CCTV di banyak tempat. Ada pekerja dan petugas yang kerap melintas di jalan setapak di tiap jalur tenda. Entah untuk mengantarkan barang tamu yang baru datang, mengantar pesanan tamu, memantau lokasi, membersihkan area sekitar tenda, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Anak-anak sudah menentukan sendiri ingin melakukan kegiatan apa. Main tentu saja, tapi yang tidak banyak menguras tenaga, tidak memerlukan banyak waktu, dan tidak perlu tim. Yang ringan-ringan saja, sekedar hiburan saat menikmati suasana Lembang di sore hari. Seperti abang Al, dia cuma ingin bersepeda dan mencoba ATV. Sedangkan adik Ai cuma mau lompat-lompatan di trampoline. Setelah itu main ayunan. Itu saja. Sisanya, mereka ikut saya dan mas Arif jalan-jalan santai ke beberapa titik yang ada spot untuk foto-foto cantik.
 

Berdua saja main trampoline

Buat yang ingin beraktivitas, Trizara menyediakan fasilitas sport games, di antaranya: Jenga, Holla Hop, Rugby Ball, Pictionary, Uno Wild, Boggle, Monopoly, Giant Football, Twister, Backgammon, Dart Game, Guitar, Playing Card, Scrabble, Skip Rope, Taboo, Uno Rummy Up, Sit & Bounce, Sticky Catch Pads,Fressbee, Connect 4, Checkers, Foosball, Laybag, Handball, Volley Ball, Football, Boxing Set, Soccer Ball, Cluedo, Trampoline, Table Tennis, Volley Ball, Badminton. Ingin lakukan yang mana? Tinggal pilih dan sesuaikan dengan waktu yang ada. 

Jika menginap di Trizara pada akhir pekan, tamu bisa mengikuti kegiatan Morning Zumba, Morning Yoga, dan Evening Bonfire. Di antara ketiganya, saya dan keluarga cuma mengikuti kegiatan morning zumba. Kami tidak mencicipi evening bonfire karena malamnya kami pergi keluar, kulineran di Kampung Daun.

Harum bunga, sejuk udara, hijau rerumputan, gunung menjulang, taman-taman dengan bunga yang bermekaran, semua jadi teman dalam keindahan petang yang kami nikmati di Trizara. Lupa sudah segala penat yang dirasakan saat menempuh perjalanan hampir 4 jam lamanya dari Tangsel hingga Lembang. Segalanya terobati. 

Asyik...

Makan Malam Romantis di Kampung Daun
Sejak sebelum berangkat ke Bandung ibu sudah pesan untuk diajak kulineran ke salah satu tempat kuliner favorit di Lembang yaitu Kampung Daun. Permintaan ibu kami kabulkan. Sebetulnya bukan hanya ibu yang kepingin, saya dan mas Arif juga penasaran dengan Kampung Daun. 


Sudah beberapa kali mendengar cerita teman tentang Kampung Daun, katanya wajib dikunjungi kalau ke Lembang. Kebetulan sedang di Trizara, sekalian deh diwujudkan. Lagipula, lokasi Kampung Daun dekat dari Trizara Resorts, kami capai dalam waktu 10 menit saja. 
Kulineran di Kampung Daung

Awalnya saya mengira Kampung Daun itu hanya tempat untuk menikmati kulineran. Ternyata bisa buat belanja-belanja juga. Ada pondok-pondok souvenir, pondok jajanan jadul, pondok mainan jadul, minimarket, bahkan panggung hiburan. Kampung Daun memiliki konsep penataan kawasan wisata yang cukup unik. Kawasan tepian desa yang sunyi ini di desain dengan ornamen tradisional yang antik. Mulai dari tempat makan, saung makan, saung lesehan, hingga lampu dan obor yang menerangi kawasan ini tampak begitu indah, menghadirkan suasana romantis.

Malam itu, pengunjung Kampung Daun sangat ramai. Semua pondok baik yang lesehan maupun bangku sudah penuh. Kami beruntung masih kebagian tempat. Kami satu pondok dengan dua perempuan bule, tapi beda meja. Meski malam itu ramai tapi suasana tetap tenang. Tidak hingar bingar, tidak semrawut, tidak pula terjadi antrian. Makanan tersaji dengan cepat, pelayannya banyak, mudah dipanggil saat dibutuhkan. 



Santapan lezat

Nggak nyesel kemari

Makan enak dalam suasana romantis, ditemani lagu-lagu kekinian yang dinyanyikan secara live oleh band Kampung Daun, membuat kami semua betah berlama-lama. Ai dan Al beberapa kali jalan sendiri melihat-lihat suasana. Mereka paling suka saat melihat deretan obor dan api yang dinyalakan dekat gerbang menuju pondok-pondok makan. Kalau ibu sukanya melihat-lihat aneka souvenir dan jajanan jadul di deretan pondok dekat gerbang Kampung Daun.

Malam itu, kami kembali ke Trizara dalam keadaan kenyang dan senang. Saat melewati Kafe Indriya Trizara, tampak pengunjung yang sedang makan masih ramai. Saya bilang ke ibu, besok pagi ibu akan mencicipi masakan Trizara. Jadi jangan khawatir, menginap di Trizara tetap wajib mencicipi lezatnya kuliner Trizara.

Sampai di tenda sudah malam, anak-anak langsung bersiap untuk tidur. Saya dan suami menyisakan waktu dengan duduk-duduk di teras. Ngobrol di tengah dinginnya udara Lembang, menyaksikan bintang-bintang, juga kerlip cahaya lampu dari rumah-rumah penduduk yang ada di lembah. Sabtu malam di Trizara terasa begitu indah. 


Ada hiburan lagu-lagu


Pagi yang Syahdu

Usai salat subuh, saya dan suami mengajak anak-anak untuk melihat matahari terbit. Tapi tampaknya, udara yang sangat dingin pagi itu membuat anak-anak dan ibu tidak sanggup untuk keluar tenda. Mereka kembali ke kasur, memasang kaus kaki, dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Saya jadi teringat saat pertama kali ke Trizara, saat teman-teman satu kamar memilih hunting foto sunrise, saya memilih berkemul, menggigil kedinginan di kasur. Tapi kali ini tidak, sedingin apapun itu, saya akan keluar.

Kami keluar berdua. Jalan kaki ke atas, ke deretan tenda Svada. Di sana tempat terbaik untuk menyaksikan matahari terbit. Paling pinggir, paling tinggi, dan paling lebar jangkauan pandangan. Tapi entah kenapa kali ini nafsu untuk memotret jadi turun. Saya membiarkan diri untuk tak melakukan apa-apa. Hanya mendekapkan kedua tangan di badan, mengencangkan syal, merapatkan retsleting jaket. Mas Arif pun begitu. Sedangkan kamera yang sudah terpasang di tripod kami biarkan termangu. 



Welcome June ❤️ . . Saking sukanya, sampai 3x camping di sini. Camping mewah di tenda2 berfasilitas lengkap dengan suguhan terbaik berupa sunrise, sunset, lembah berkabut, pemandangan langsung ke Gunung Tangkuban Perahu, suasana tenang, serta layanan dan fasilitas yang baik. Tempat berkesan dan menyenangkan untuk liburan bersama pasangan atau keluarga. . Di sini, suasana libur seakan tiap hari. . Baca ulasannya di blog saya www.travelerien.com @trizararesorts TRIZARA RESORT Jl. Cihideung Gombong, Gudang Kahuripan Lembang, Kab. BANDUNG BARAT Telp 022-82780085 #morningview #trizararesorts #lembang #bandung #wonderfulmorning #sunshine #beautifulskys #leisure #travelblogger #travelerien #fresh #alifealive #photography #beautifulmorning #landscape_lovers #glamourcamping #campingmewah #glamping
A post shared by Katerina (@travelerien) on


Salah satu tenda Svada kosong. Kami duduk di terasnya. Udara masih terasa sangat dingin. Bagi saya yang tidak kuat dingin, badan benar-benar jadi menggigil. Bicarapun enggan. Hanya mata dan gerakan kecil yang bisa saya lakukan sebagai isyarat kepada mas Arif untuk melakukan sesuatu. 


Kami diam beberapa lama. Sampai akhirnya Mas Arif mengajak saya jalan. Katanya, dengan bergerak, badan jadi lebih hangat. Dan itu benar. Namun bagi saya, genggaman tangannya lah yang membuat seluruh badan jadi lebih hangat. Matahari terbit itu ada di sampingku, berjalan bersisian, intim. Sepertinya kami terbawa suasana. 



A post shared by Arif Wibowo (@arifgwibowo) on


Matahari dan Kabut yang Perlahan Pergi

Kabut tebal masih menyelimuti lembah saat mas suami mulai memainkan kamera. Dia mulai berisik. Meminta saya begini dan begitu untuk difoto. Saya berulangkali melihat ke tenda-tenda Svada yang bergeming dengan lampu-lampu yang masih menyala. Saya khawatir berisiknya kami mengusik mereka yang masih terlelap di kasur.

Saya masih enggan memegang kamera. Ponsel di saku jaket pun tak saya gunakan. Tadinya ingin merekam video, tapi tak jadi. Anehnya, enggan motret tapi antusias ketika difoto. Hehe. Mumpung yang pegang kamera lagi banyak maunya. Ya diikuti saja.

Kami tak melakukan apa-apa saat langit mulai menghipnotis dengan beragam warna yang dimilikinya. Dari biru, ungu, kuning, orange, hingga kemerahan. Pagi jadi begitu hening. Hanya hati yang sibuk bertutur tentang rasa syukur. Entah berapa lama kami duduk di bangku bawah pohon dekat tenda Svada itu. Seperti penonton bisu, kehilangan kata-kata. Sama-sama tak mampu melukiskan keindahan alam yang Tuhan cipta dan sajikan pada kami pagi itu.  


LOVE

Momen Indah itu….

Saya seringkali mendapati momen-momen indah di waktu yang tak terduga justru saat berdua Mas Arif. Dua kali ke Trizara Resorts, selalu gagal melihat sunrise. Pertama Juni 2016, saya tidak keluar tenda karena tidak tahan dingin. Kedua Januari 2017, saya keluar tenda tapi hujan. Yang ketiga, Maret 2017 saat bareng mas Arif, baru berhasil.

Ada juga contoh lainnya. Misalnya waktu mendaki Gunung Anak Krakatau di Lampung. 2x ke gunung itu (tahun 2015 dan 2016), tidak pernah berhasil nanjak sampai batas aman, selalu sampai pelataran saja. Ada saja penyebabnya. Kelelahan, kepanasan, sampai kehilangan tenaga. Maret tahun 2017 nanjak bareng mas Arif, tiada kendala sama sekali, dan berhasil naik.

Momen indah itu juga terjadi saat saya berburu penampakan lumba-lumba bulan Maret 2017 (lagi-lagi bulan Maret 2017) di Pulau Pisang, Lampung. Sebelumnya saya pernah 3x ke Kiluan Lampung di tahun 2016 (Januari, Februari, dan Juli). Tapi belum pernah sekalipun berhasil melihat lumba-lumba muncul sebanyak dan sedekat yang saya lihat saat di Pulau Pisang bareng mas Arif.  


Matahariku

Hal seperti ini seringkali terjadi. Bukan 3 momen itu saja, tapi masih ada momen-momen indah lainnya yang saya alami saat bersama Mas Arif. Saya merasa ini sungguh ajaib, membuat saya kembali sadar, bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Setiap yang terjadi pasti ada maksudnya.

Sepertinya Tuhan hendak memberitahu saya bahwa momen-momen spesial itu akan saya alami bersama orang yang tepat, pada waktu yang tepat. Bahwa ada keberhasilan dibalik tiap kegagalan, ada kemenangan yang tertunda di balik sebuah kekalahan, dan ada pelangi indah seusai hujan yang tak kunjung reda.

Tuhan Maha Baik.  


Morning view
Aktivitas Pagi

Semesta mulai benderang. Kabut-kabut beranjak pergi seiring angin yang menerpa dan matahari yang terus meninggi merayapi langit. Cahaya kemerahan menerobos dedaunan, rumput-rumput, bahkan menyalip burung-burung yang sedang terbang mengepakkan sayap. Kami mulai bercengkerama dengan kamera, mengabadikan banyak hal yang terlihat.

Anak-anak telah bangun. Mereka menyusul kami di atas, begitu juga ibu. Di lapangan atas dekat gerbang utama Trizara sudah berkumpul orang-orang, bersiap untuk zumba. Saya ajak anak-anak untuk bergabung, tapi mereka memilih untuk berolahraga sendiri. Katanya malu gabung sama mama-mama hehe. 


Mas Arif memilih merekam saya sedang zumba. Ibu asyik jalan-jalan santai dekat tangga air, menikmati pemandangan Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Perahu di pagi hari. 

zumba di trizara
Morning zumba

Usai zumba, kami berkumpul di ujung tangga air. Duduk-duduk di sana, lalu jalan kaki bareng. Turun tangga, jalan lagi. Sampai puas baru balik ke tenda. Setelah itu mandi. Berhubung kamar mandi dalam tenda cuma satu, mandinya giliran. Sambil menunggu mereka mandi, saya berkemas. Rencananya kami akan check-out sekitar jam 10. Mau lanjut jalan-jalan ke Lodge Maribaya sebelum balik ke Jakarta. Mumpung sudah dekat, wisata sekalian.

Pagi itu kami sarapan di Indriya Kafe. Namanya camping mewah, suguhan makannya pun bukan biasa-biasa saja. Nggak jauh beda dengan menu sarapan di hotel bintang 3, banyak jenisnya dan lezat citarasanya. Menunya cocok buat anak-anak, beragam dan banyak pilihan. Ada bubur ayam, nasi goreng, mie goreng, nasi putih, nasi uduk, sosis ayam, sosi sapi, nuget, ayam goreng, daging sapi masak lada hitam, sereal, roti, kue, puding, aneka buah, salad sayur, minuman buah, teh+kopi. 


Bubur Ayam

Beberapa menu sarapan yang terfoto, yang lainnya tidak sempat difoto

Sarapan biar kuat

Waktu cepat sekali berlalu. Baru Sabtu siang jam 2 tiba, Minggu pagi jam 10 sudah pergi lagi. Walau cuma semalam tapi berkesan. Saya juga mendapat pengalaman berharga di sini. Anak-anak senang dan berharap bisa datang lagi, menginap lebih lama, setidaknya 2-3 malam.

Saat kami di sana, wahana flying fox dan high ropes sedang dalam tahap penyelesaian, belum bisa digunakan. Kalau sudah, anak-anak pasti sudah mencobanya sejak pertama tiba di Trizara. Buat yang ingin beraktivitas di Trizara, bisa lihat informasinya dalam daftar berikut ini: 




The Lodge Maribaya

Saya tahu tempat ini dari Mbak Vania Samperuru dan Kang Ali Muakhir. Dari foto-foto yang ditunjukkan ke saya, tampaknya seru kalau main ke sana. Lokasinya di Cibodas, Lembang. Tidak terlalu dekat dari Trizara meski sama-sama berlokasi di Lembang. Seingat saya perjalanan menuju Lodge Maribaya itu kami tempuh sekitar 1 jam. Cukup lama. Mungkin karena baru pertama ke sana. Laju mobil kami juga lambat, banyak singgah untuk tanya arah jalan ke orang, takut nyasar. Sinyal tidak begitu baik, google map kadang jalan kadang tidak.

Sampai di Lodge Maribaya kami langsung makan siang. Setelah itu beli tiket masuk. Antrian beli tiketnya panjang. Sampai di dalam, antrian beli tiket wahana lebih panjang lagi. Begitu juga antrian wahananya. Terutama Sky Wing, Sky Bike, dan Sky Tree.  


Antriannya panjang, gagal main 3 wahana incaran :D


Saya antri lebih dari 1,5 jam, akhirnya menyerah, dan gagal foto-foto kekinian ala-ala. Tiket wahana saya jual separuh harga ke pengunjung yang sedang antri. Daripada rugi hehe. Selama saya antri, anak-anak dan ibu bersantai di kafe, makan dan minum sambil menunggu saya. Tadinya sih mau lihat saya, eh yang ditunggu malah menyerah hehe.

Buat yang ingin main ke The Lodge Maribaya, baiknya hindari akhir pekan. Ramainya bukan main. Kalaupun mau datang, sebaiknya siang. Antrian sejak pagi sudah panjang, jam 12 saja belum kelar. Tidak boleh bawa makanan dan minuman dari luar. Sebelum masuk baiknya makan dan minum dulu biar kuat berdiri di antrian. Tempat antrinya terbuka, tidak ada atap. Bisa kepanasan dan kehujanan. 


Salah satu spot foto di The Lodge Maribaya

Trizara Resorts Saja

Berwisata itu nggak melulu mudah dan asyik. Pengalaman ke Lodge Maribaya ini jadi pelajaran kalau ke sana lagi kudu milih hari dan waktu yang pas. Harus siap mental dan tenaga, biar kuat menghadapi berjubelnya antrian yang tidak hanya bikin lelah dan kehausan, tapi juga kepanasan. Kecewa sih ada, tapi tidak seberapa. Lagipula, kesenangan saat berlibur di Trizara bisa mengalahkan semua itu.

Buat yang ingin glamping di Lembang, Trizara Resorts ini bisa jadi pilihan yang tepat. Tempat yang kece buat liburan bareng teman-teman. Nyaman untuk liburan bareng keluarga. Tempat yang romantis untuk berduaan dengan pasangan (suami istri). Cocok buat honeymoon. Fasilitas outdoor-nya banyak. Asyik buat seru-seruan. Pokoknya tidak akan bosan selama berada di Trizara. Kulineran juga gampang. Mau di Trizara saja bisa, atau ke tempat-tempat lain yang dekat dari Trizara juga ada.

Tiga kata dari saya untuk Trizara: Tenang, Nyaman, dan Indah. 


Hubungi ini ya kalau mau ke Trizara Resorts :)

 

[Radar Lampung] Indahnya Wisata Alam Lampung

$
0
0
RADAR Lampung - Pariwisata

Artikel ini dimuat di Koran Radar Lampung edisi hari Minggu tanggal 18 Juni 2017. Ditulis oleh Andreas, seorang jurnalis di salah satu koran tertua di Lampung. 

Saya mempublikasikannya di blog ini sebagai tanda terima kasih kepada penulisnya, juga kepada pihak-pihak yang pernah membantu saya melihat dan menikmati keindahan wisata alam Lampung, di antaranya:

- Mas Yopie atas foto-fotonya yang indah. 

- @majestictanggamus yang pernah mengundang saya ke Festival Teluk Semaka.

- @Kruitourism yang pernah mengundang saya untuk mengikuti famtrip di Krui bulan Maret 2017. 

- Dispar Way Kanan yang pernah mengundang saya di Festival Radin Djambat bulan April 2017. 

- @Kelilinglampung yang pernah mengajak saya ke beberapa tempat-tempat menawan di Lampung.

Foto-foto yang saya tampilkan di sini adalah beberapa foto pilihan redaksi Koran Radar yang dimuat dalam koran. 

Gigi Hiu Kelumbayan Tanggamus - Difoto oleh Samsiah.


Teluk Kiluan Lampung - Difoto oleh Yopie Pangkey

Way Kambas - Difoto oleh Yopie Pangkey
Air Terjun Lembah Pelangi Tanggamus - Difoto oleh Halim Santoso

Air Terjun Putri Malu Way Kanan - Difoto oleh Yopie Pangkey
Di atas Menara Rambu Suara - Pulau Pisang, Pesisir Barat

Saya hanya punya foto korannya, tidak punya dalam bentuk fisiknya. Tulisan dalam koran tidak terbaca sehingga saya tidak dapat memuat tulisan tersebut di sini. Mudah-mudahan melalui foto yang ada bisa mewakili isi tulisan di koran :)


Pesona Wisata Lembang - Majalah Express Air Maret 2017

$
0
0
Pesona Wisata Lembang - Dataran tinggi Lembang, Bandung, terkenal dengan hawanya yang sejuk dan panorama alamnya yang indah. Lembang memiliki beragam pilihan tempat wisata yang memikat sehingga sangat ideal menjadi pilihan masyarakat kota sebagai tempat melepaskan kejenuhan dari aktivitas sehari-hari. Selain menawarkan udara sejuk dan segar, area pegunungan juga menawarkan berbagai tempat dan kegiatan yang menarik untuk dikunjungi bersama keluarga. 

Pesona Wisata Lembang - Majalah Express Air Maret 2017

Tulisan Pesona Wisata Lembang ini dimuat sebanyak 6 halaman di Majalah Express Air edisi No. 13 bulan Maret 2017 rubrik Journey. Dalam artikel ini saya menulis tentang Gunung Tangkuban Perahu dan Floating Market Lembang. Pengalaman saya berwisata di dua tempat tersebut pernah saya tulis dalam blog ini pada postingan terdahulu. Jika tertarik untuk membaca ulang, saya posting lagi versi yang dimuat oleh Majalah Express Air, tapi dalam versi bahasa Inggris.

Floating Market Lembang

Floating Market Lembang

According with its name, Floating Market Lembang (FML) is an integrated tourist attraction with the treats of floating market, lake, and various tourism objects which’s  blended with the nature. Occupying an area covering 7.2 hectares, FML it’s such a traditional village which enable the visitors do lots of activities, such as culinary tour, play, shop, and even relax at the relaxation house.

Floating market is located in the middle of a natural lake named Situ Umar. Dozens of snack boats lined up on the corridor sides. On top of the boats, various culinary are selling. Visitors just need to walk along the sides of the corridor, choose foods and beverages we want and eat there. It’s such a sensation eating food in the middle of a lake which surrounded by natural indulgent scenery. 

wisata lembang

wisata lembang
 wisata lembang
wisata lembang


For the playground arena with families, FML provides a playground created with the aim to bring the children closer to the nature. There are water rides such as paddleboats, water bikes, canoes, and a water wagon. There is also a playground for ATV, a rabbit garden, a swan pond, a fish pond, a kora-kora, speed cars, trains and a carousel.

In one corners of FML area, there is a farm village, named Kampung Leuit. In this village planted a variety of vegetables and fruits such as lemon, passion fruit, and strawberries that can be picked by own selves after paying in advance. Miniature of fields in Kampung Leuit make visitors feels as if in the real paddy fields.

On the banks of the lake there is a row of gazebo with the interior having of nature that can be used as a place to sit and rest. There are also original old and quaint houses imported directly from East Java, as well as relaxation floating houses with a unique architecture like Netherlands, Thailand, and Betawi Houses. 

wisata lembang

wisata lembang

wisata lembang

wisata lembang

wisata lembang
Kulineran di Floating Market Lembang

Tangkuban Perahu Mountain

Natural Park (NP) Mount Tangkuban Perahu is located approximately 20 km north of the city of Bandung. Though located in the north of Bandung, but it is still part of West Bandung. Though located in the north of Bandung, but it is still part of West Bandung. Mount Tangkuban Perahu itself is situated at an altitude of 2,048 meters above sea level, or about 6837 feet with an average daily temperature of 17 DC during the day and 2 DC at night.

Tangkuban Perahu is an active volcano. Some active signs are in the presence of sulfur gas and hot springs that flow at the foot of the mountain like Ciater. The last eruption was recorded in 2013. However, the mountain is still relatively safe to visit. 

wisata tangkuban perahu
National Park Tangkuban Perahu

In NP Tangkuban Perahu there is a row of kawah (craters) that is Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, and Kawah Domas. Unlike other mountains, the mountain peak of Tangkuban Perahu has elongated shape and is similar to an upturned boat. This mountain has a central eruption that is always moving from the east to the west.

Mount Tangkuban Perahu is a popular destination in Bandung because of the legend of Sangkuriang. This tourist attraction has a lot of enthusiasts, both locals and foreign tourists. Regional tourist area of Mount Tangkuban Perahu is managed by the Corporation of Forestry. 

wisata tangkuban perahu

wisata tangkuban perahu


Baca juga :




Pesona Pulau Leebong - Majalah Xpressair Januari 2017

$
0
0
Meninggalkan keramaian, demi 'surga kecil' nan sunyi di seberang pesisir Pulau Belitung.  Menghilangkan sejenak hiruk pikuk Jakarta dengan melarikan diri ke tempat nyaman dan romantis di tepian laut. Tempat di mana setiap harinya berbeda, tapi selalu menghadiahkan hal yang sama, gairah dan inspirasi.
pesona pulau leebong
Pulau Leebong - Photo Sugianto


Majalah Xpressair Januari 2017

Pulau Leebong pernah saya kunjungi sebanyak dua kali pada tahun 2016. Keindahan alam, serta suasana damai yang saya rasakan di pulau ini, meresap begitu dalam pada tiap helai kenangan yang saya simpan hingga hari ini. Jika bukan karena Hari JT yang membawa saya ke sana, saya tidak tahu kalau di Belitung ada pulau secantik ini. Lain dari pulau-pulau lainnya yang dikelilingi hamparan batu raksasa dan air jernih yang di dalamnya terdapat taman bawah laut yang indah, Pulau Leebong justru menawarkan sesuatu yang berbeda. 

Kunjungan perdana pada bulan Mei 2016 berlanjut pada kunjungan kedua pada bulan Juli 2016 atas undangan pengelola pulau. Jika yang pertama hanya datang pagi pulang sore, maka yang kedua saya tinggal selama 3 hari 2 malam. Dengan waktu yang cukup banyak itu, saya lebih leluasa untuk melihat banyak hal menarik di Pulau Leebong pada waktu pagi, siang, sore, maupun malam hari. Tiap detik adalah kisah, tiap sudut pulau adalah cerita. Semua menjadi kenangan yang tak pernah cukup kata untuk dirangkai menjadi tulisan.

Saya sudah menulis Pulau Leebong di blog ini sebanyak dua kali. Kemudian saya menuliskannya lagi untuk majalah dalam pesawat, dan alhamdulillah dimuat sebanyak 6 halaman oleh Majalah Xpressair edisi bulan Januari 2017. Adakah saya puas? Belum. Saya masih ingin menuliskannya lagi, lagi, dan lagi. 

Leebong memang menghanyutkan. Selalu ada cerita indah yang tak pernah habis untuk dituliskan. Begitulah hipnotisme Leebong bekerja, ia memasung rasa.
Majalah Xpress Air edisi Januari 2017

Gathering Wisata Halal GARUDA
Bulan Januari 2017 lalu, Pulau Leebong terpilih menjadi tempat pelaksanaan acara gathering wisata halal bertajuk "Famtrip Garuda's - Wisata Halal Consortium Agent" di Belitung pada tanggal 19-21 Januari 2017. Acara tersebut di hadiri oleh seluruh agent wisata halal Garuda se-Indonesia.

Kabar tentang acara tersebut saya dapat dari Pak Toto dan Pak Willy. Pak Toto berkabar melalui Whatsapp, Pak Willy berkabar via FB Messenger. Dengan dikabari seperti ini, membuat saya merasa 'diingat' oleh mereka. 

Kesan yang dalam tentang Leebong memang bukan hanya tentang pesona pulaunya, tetapi juga kebaikan orang-orangnya. Saya bersyukur pernah berkenalan langsung dengan para pengelolanya sejak kunjungan pertama. Mereka sangat ramah, bahkan ketika di awal berbincang sudah seperti kawan lama. Saya sangat merasakan persahabatan tulus yang mereka punya bukan hanya saat saya ke sana, tapi berlanjut hingga sesudahnya dan seterusnya sampai lama. Di FB dan Whatsapp saya diundang ke dalam  grup Pulau Leebong. Di Medsos saya kerap di-tag dan di-mention dalam postingan tentang Pulau Leebong. Saat ada event dan promo kerap dikabari. Dan lain sebagainya yang membuat saya seperti selalu diingat. Bagaimana dengan saya sendiri? Apa masih ingat mereka? Selalu dan semoga selalu.
Foto jepretan Mas Yopie Pangkey yang dipakai untuk banner gathering wisata halal Garuda
Norak-norak bergembira lihat ini :)

Banner Wisata Halal Garuda

Pulau Leebong tak pernah gagal membuat saya bahagia.

Banner event gathering Wisata Halal Garuda memuat gambar saya sedang duduk di jetty Pulau Leebong. Foto tersebut jepretan Mas Yopie Pangkey, diambil saat pertama kali kami berkunjung ke Pulau Leebong.  

Saat pertama melihat banner tersebut, rasanya saya ingin melompat girang senorak-noraknya 😆
Buat saya yang bukan siapa-siapa ini, senang bukan main melihat foto diri tampil dalam ukuran besar, bersanding dengan nama besar Garuda (salah satu maskapai penerbangan terbaik dunia tahun 2017), Pulau Leebong (pulau di Belitung yang kini banyak menjadi destinasi incaran turis internasional), Wonderful Indonesia (kemenpar), serta sederet nama besar lainnya, baik yang menjadi peserta maupun sponsor acara gathering. 

Bagi orang lain, mungkin hal ini tampak kecil dan biasa-biasa saja. Tapi, bagi saya ini istimewa. Saya tak pernah meminta agar 'nampang' dalam banner event. Jika kemudian dibuat tampil, tentu ada alasan baik yang menyertainya, dan saya sangat berterima kasih untuk itu semua.

Berkunjung ke Pulau Leebong adalah untuk 'melihat dan merasakan', lalu menulis apa yang saya lihat dan rasa tersebut. Jika kemudian saya diingat karena apa yang saya tulis, bagi saya itu adalah bonus dari hobi yang saya lakukan dengan hati.


Backdrop ini di pajang di Pulau Leebong, selama acara gathering Wisata Halal Garuda

Kawan Baik dari Leebong


Salah satu pengelola Pulau Leebong yang terus berkawan baik dengan saya adalah Pak Sugianto atau Toto, Direktur PT. Leebong Octa Samasta yang menjadi pengelola Pulau Leebong di Belitung. Saya mengenalnya sebagai sosok yang simple, sederhana dan friendly. Suatu hari di Jakarta di bulan Februari 2017 kami bertemu di kedai kopi. Saya dan Mas Arif mendengar banyak kisah darinya. Secuil dari kisah tersebut akan saya bagi di sini.


Menurut Pak Toto, Pulau Leebong dulunya hanya pulau kecil yang berisi hutan alami. Banyak serangga seperti nyamuk, dan tanpa sumber air bersih. Sangat baru dan tidak ada apa-apa. Jika sekarang Pulau Leebong semakin banyak dikenal dan dikunjungi untuk berlibur akhir pekan maupun long stay, semua berkat keoptimisan, kesabaran dan kerja sama yang baik dari Pak Toto dan rekan-rekannya dalam mengembangkan Pulau Leebong.


Meet up dengan Pak Toto di Jakarta :)
Perjuangan mengembangkan #LeebongIsland dimulai ketika para pengelola berhasil meyakinkan diri bahwa Pulau Leebong jika dikelola dengan baik dapat menjadi kawasan wisata yang sangat elok. Proses awal itu dimulai dari mencari sumber air bersih, menghilangkan serangga pengganggu seperti nyamuk, hingga membawa material serta pekerja bangunan ke lokasi yang masih sangat baru dan tidak ada apa-apa.

Tanpa bertahan dengan keyakinan dan prinsip bahwa Leebong memiliki potensi yang sangat besar, Pulau Leebong tentu tidak akan seperti sekarang. Saya pribadi sebagai wisatawan yang pernah menginjakkan kaki di Pulau Leebong, sejak belum ada villa pohon yang menjadi ikon pulau, hingga villa pohon itu berdiri dan saya merasakan bermalam di dalamnya, merasa salut dan bangga dengan Pak Toto dan rekan-rekannya yang memiliki keinginan untuk dapat mengelola dan mengembangkan Pulau Leebong dan pulau lain di kawasan Belitung tanpa merusak ekosistem awal yang ada di pulau.


Pulau Leebong terus dikembangkan. Fasilitas terus dibangun. Villa pohon terus bertambah seiring dengan jumlah pengunjung yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Postingan-postingan Pulau Leebong yang saya lihat di medsos menunjukkan banyak perubahan, memancing rasa penasaran untuk kembali datang.
Mei 2016 - Pulau cantik dengan para pengelola yang baik
Juli 2016 - Bersama orang-orang hebat yang mengelola Pulau Leebong dengan Cinta
Bergaya bareng Pak Toto di Teak Garden Babelland :D
 
Menikmati Cumbuan Pulau Leebong adalah judul tulisan saya di Majalah Xpressair edisi Januari 2017. Isinya, baik foto maupun tulisan, tidak jauh beda dengan apa yang pernah saya posting di blog ini sebelumnya. Hanya ada perbedaan dalam gaya bahasa saja. Saya coba muat lagi, dengan sedikit perubahan dari artikel aslinya di majalah. Barangkali berguna bagi yang belum pernah baca tulisan saya sebelumnya. Selain foto jepretan saya dan Mas Yopie Pangkey, saya tambahkan pula beberapa foto terkini Leebong yang saya ambil dari FB Pak Toto.

Menikmati Cumbuan Pulau Leebong


Meninggalkan keramaian, demi 'surga kecil' nan sunyi di seberang pesisir Pulau Belitung.  Menghilangkan sejenak hiruk pikuk Jakarta dengan melarikan diri ke tempat nyaman dan romantis di tepian laut. Tempat di mana setiap harinya berbeda, tapi selalu menghadiahkan hal yang sama, gairah dan inspirasi.

Senja di Pulau Leebong - Photo by Yopie Pangkey
 
Belitung tersohor dengan deretan pantainya yang indah, terutama kumpulan batu granit yang menjadi ciri khasnya. Keelokan yang dimiliki Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, Pulau Lengkuas, serta pulau-pulau di sekitarnya, membuat Belitung dibanjiri wisatawan. Namun, kali ini saya beralih pada Pulau Leebong, loka tenang nan memukau yang tersimpan di sebelah selatan Pulau Belitung. 

Surga tersembunyi, tidak salah bila Pulau Leebong dijuluki demikian. Pulau ini menyimpan banyak keindahan yang memanjakan mata, sekaligus membungakan rasa. Dikelilingi pantai pasir putih yang bersih, juga hutan bakau dengan air laut nan jernih. 

Pulau pasir timbul yang terdapat di sekitarnya menyuguhkan hamparan pasir yang luas. Tentu tidak bisa dilewatkan begitu saja hanya dengan bermain air, karena pemandangan bawah lautnya juga memesona. 


Disambut Pulau Pasir Burung

Pelabuhan Tanjung Ru menjadi titik awal keberangkatan kami menuju Pulau Leebong. Pelabuhan yang terletak di Kecamatan Badau, Belitung, kami capai dalam waktu kurang lebih 30 menit dari Kota Tanjung Pandan.

Tanjung Ru menampakkan sisi lain wajah Belitung. Berbeda dengan suasana di Pantai Tanjung Kelayang, di Pelabuhan Tanjung Ru tak saya jumpai deretan kapal nelayan pengangkut wisatawan, apalagi serakan batu granit raksasa, seliweran wisatawan, dan pondok-pondok jajan.

Pagi itu hanya ada satu kapal besar bermuatan barang dan penumpang tujuan Jakarta, dan sebuah perahu cepat yang sedang menunggu kami.

Baru lima belas menit sejak meninggalkan pelabuhan, samar-samar terlihat pulau pasir timbul di kejauhan. Pulau Pasir Burung namanya, sebuah suguhan awal sebelum menjejak Pulau Leebong. 

Pulau Pasir Burung - Photo by Yopie Pangkey
Godaan pertama pulau pasir timbul ada pada hamparan pasirnya yang berwarna putih, berpadu dengan biru laut dan hijau hutan bakau yang memagari pulau-pulau di sekitarnya. 

Hari itu kami beruntung. Langit biru sedang secerah kaca, berhias kumpulan awan putih cemerlang. Sinar matahari tumpah ruah. Di tengah pulau, ayunan kayu dan hammock yang terbiasa kesepian, bergoyang-goyang ditiup angin, seolah mengajak bermain.

Di sini, kami merayakan kegembiraan dengan menantang matahari, bermain air dan pasir, bersantai di hammock, mengamati kepiting kecil yang berlari-lari, menonton ikan yang berseliweran di bawah jetty, serta menyapa sekawanan burung yang hinggap dan terbang sesuka hati.
Burung-burung di Pulau Pasir Burung - Photo by Sugianto Leebong

Keindahan Tersembunyi

Puas menyesap suguhan pulau pasir, kami melanjutkan perjalanan menuju Pulau Leebong. Jaraknya dekat, hanya selemparan pandang. Perahu melesat beberapa saat saja sudah sampai. Pada sebuah jetty yang menjorok jauh ke laut, perahu kami mendekat, lalu merapat.

Perairan di sekeliling Pulau Leebong tergolong dangkal. Itu sebabnya pengelola pulau membangun jetty yang panjang hingga ke tempat yang agak dalam supaya kapal mudah merapat dan mempermudah tamu naik ke jembatan. Selanjutnya tinggal jalan kaki menuju daratan. 


Jetty
Di pangkal jembatan sudah menunggu rimbun hutan bakau, menawarkan keasrian bagi siapapun yang memandangnya. Pulau Leebong memang berbeda dengan pulau lainnya di Belitung yang umumnya dikelilingi pantai pasir dan bebatuan raksasa saja. Di sini terdapat pantai pasir dan hutan bakau. Perpaduan dua karakter yang menyajikan kehangatan sekaligus kesejukan.

Penampakan hewan melata yang bergegas pergi di antara tumbuhan merambat yang tengah berbunga, menjadi kejutan di awal menjejak tanah berpasir di ujung jetty. Kondisi pulau yang masih alami, memungkinkan saya dapat mendengar kicau burung di sepanjang langkah terayun menuju area utama pulau.

Serangga-serangga cantik terbang rendah, menari lincah diiringi irama desau angin. Beberapa kera di dahan pohon sedang mengunyah buah, matanya memandang tajam, seakan hendak tanya, "Rombongan dari mana yang baru datang ini?"

Kera, salah satu satwa yang tinggal di pulau - Photo Sugianto

Pesona pulau dengan luas 37 hektar ini terletak pada alamnya yang tetap pada kondisi murni yang menenangkan. Tampak jelas lanskap bentangan pantai berpasir putih berpadu dengan warna hijau rimbunan bakau, langsung mencumbu laut. 

Sedangkan daratan utama pulau merupakan sebuah hutan hujan dengan pohon yang banyak, termasuk pohon simpor, memberikan populasi kepada burung lokal. Pohon simpor merupakan tumbuhan asli Belitung. Daunnya lebar, biasanya digunakan untuk membungkus makanan. Daun simpor juga dijadikan motif batik Belitung. Selain Simpor, di pulau ini juga banyak terdapat jenis pohon buah yang menjadi santapan burung, kera, dan satwa liar lainnya. Salah satunya jambu hutan.

Anggrek liar Dendrobium Aloifolium menjadi salah satu tumbuhan cantik yang bisa ditemui di hutan pulau ini. Menurut Pak Toto, tumbuhan anggrek tersebut menjadi bagian dari program konservasi. Perbuatan baik menjaga kelestarian alam Pulau Leebong menjadi hal yang wajib diikuti oleh siapapun yang berkunjung ke pulau ini.

Simpor, tumbuhan asli pulau Belitung
Bunga liar tumbuh subur di pulau
Aktivitas di Pulau Leebong

Ketika laut, udara segar, hutan pulau nan teduh, pantai bergelimang matahari pagi, dan senja nan syahdu bertindihan di sekeliling saya, maka tak ada waktu untuk sekedar duduk atau mendekam saja di kamar. Terlalu sayang melewatkan itu semua tanpa melakukan apa-apa. 

Jika ditanya kapan waktu terbaik untuk menikmati keindahan Pulau Leebong? Jawabannya adalah sepanjang hari. Pulau kecil ini sangat menyenangkan untuk dijelajahi. Keindahan yang dimilikinya, baik di darat, laut, dan vegetasi subur nan hijaunya, bisa dinikmati sejak pagi hingga kembali bertemu pagi. 
 
Pulau ini menjadi surga hewan-hewan yang rumahnya tetap aman tanpa digusur sana sini oleh pembangunan fasilitas. Ekosistem yang dibiarkan tetap ada, saya bisa menikmati keajaiban yang memesona itu tanpa kesulitan memahami sebabnya saat saya berjalan keluar tenda menyambut fajar merekah di ufuk timur.  

Bersepeda di hutan pulau
Bersepeda di pantai
Bersepeda dimana-mana

Matahari Terbit

Pesona pagi hadir kala mentari mulai merayapi langit. Kabut yang terangkat menorehkan siluet seindah lukisan. Saya menyaksikan itu dari tepi pantai, tak jauh dari tenda yang saya tempati. Esoknya, saat bermalam di villa pohon, momen indah itu tak terulang, terhalang hujan yang tak jua reda hingga subuh menjelang.  

Hujan atau tak hujan sama indahnya. Bergelung selimut hingga siang juga sesuatu yang tak tiap hari bisa di rasakan, bukan? Tidak ada yang menunggu untuk dikejar. Saya biarkan saja waktu berjalan semaunya. Di sini tempat untuk bersantai, tempat yang nyaman untuk mengosongkan pikiran dari kesibukan yang melelahkan pikiran. 

Angin segar, udara bersih, hangat sinar sang surya, titik anjak yang sempurna untuk petualangan di pagi hari. 

Jelang matahari terbit


Keliling Pulau Leebong

Keliling pulau dengan jalan kaki, bersepeda, atau naik speed boat sama asyiknya. Sama-sama mengajak untuk melebur dalam suasana yang menjembatani sekat-sekat pengalaman dan hiruk pikuk kota. 

Jalur pejalan kaki tersedia, di dalam hutan pulau sekalipun. Begitu juga sepeda, tinggal pilih, lalu kayuh saja ke tempat yang diinginkan. Mau ke pantai, ke hutan, atau ke ujung jetty, bebas dipakai untuk memuaskan diri dengan petualangan menjelajah pulau. 

Suatu pagi kami bermain kayak,
dengan baju yang kemudian menjadi basah. Tak lupa menjajal board boat dengan bangga, padahal tak bisa. Yang penting mendayung bersama, menciptakan tawa yang berujung gembira. 


Kami berwisata mangrove pada sore hari. Naik perahu cepat, melaju di atas perairan dangkal, melintasi pulau-pulau yang dijajari bakau dan didiami burung-burung lokal. Sesekali perahu terhenti, terhalang dasar laut yang dangkal. Untuk wisata mangrove memang harus menunggu air pasang agar perahu lancar melintas.
Wisata Mangrove
Main kayak bareng Geril
Seru :)
  
Pengelola Pulau Leebong membangun beberapa rumah pohon di pinggir pantai.  Bukan sembarang rumah pohon, melainkan rumah pohon unik yang didesain dengan baik dan menarik. Kuat dan nyaman, bikin betah untuk duduk berlama-lama. 

Umumnya rumah pohon dibangun tinggi, menggunakan tangga untuk naik. Bangunannya menempel pada pohon yang tetap dibiarkan hidup. Beberapa rumah pohon mampu menampung  hingga 10 orang sekaligus. Beberapa lainnya lebih kecil dan pendek, hanya bisa dinaiki oleh 2-3 orang saja.

Setelah puas jalan-jalan keliling pulau, kami gunakan rumah pohon tersebut untuk bersantai. Sekedar duduk-duduk saja sambil menikmati hembusan angin sepoi-sepoi, atau berbincang akrab dengan seseorang sambil menyeruput minuman segar, semua sama menyenangkan. Apalagi ditemani suara debur ombak yang tak jarang membuat godaan untuk tidur jadi sulit untuk ditolak.
Bersantai di rumah pohon

Tak ada yang lebih menarik untuk ditunggu di senja hari selain sorot keemasan yang berpendar bak cincin api, yang seketika menciptakan romansa jingga, menenggelamkan saya dalam euforia kesenyapan alam Pulau Leebong.
Menunggu matahari terbenam

Malam yang Senyap

Pulau Leebong adalah pulau tak berpenghuni yang masih tersembunyi. Pengunjung baru seperti saya awalnya menduga pulau ini tak memiliki penginapan, apalagi restoran. Tapi dugaan saya keliru, pulau ini memiliki fasilitas yang lengkap.

Penginapan yang disediakan berupa rumah pohon yang dirancang dengan desain arsitektur tradisional Indonesia. Menggunakan kayu apung dan atap alang-alang sehingga berpadu dengan lingkungan. Salah satu sisi dindingnya terbuat dari kaca, memungkinkan untuk melihat pemandangan di luar.  

Villa pohon tempat bermalam

Pada siang hari, dari balik kaca saya bisa merasa dekat dengan alam. Pada rimbun dedaunan, burung-burung terbang, langit biru, juga kera yang sesekali muncul. Sedangkan pada malam hari, saya bisa menonton langit penuh bintang dari ranjang yang saya tempati tanpa khawatir ada hewan masuk yang akan mengganggu ketenangan saat beristirahat.

Menginap di rumah pohon menjadi pengalaman paling berkesan. Merasakan senyap paling senyap di malam hari. Tanpa suara-suara dari alat-alat elektronik modern. Hanya suara-suara dari alam dan hewan malam. Terkadang menghadirkan rasa takut, selebihnya dibuai oleh ketenangan. 


Rasa yang sama juga ada kala menjajal bermalam di tenda dengan sensasi  lebih fantastis. Letak tenda cukup dekat dengan laut, membuat suara debur ombak seperti begitu dekat dengan telinga. Apalagi malam hari, udara lebih terasa dingin, angin pun lebih ribut dan kencang. Menggagalkan kantuk, tapi akhirnya tertidur juga. 

Bermalam di tenda

Merengkuh insting hewan di dalam diri, keluar malam, pergi ke laut, berenang, menangkap udang dengan jaring. Sebuah tawaran yang belum sanggup saya ambil. Baru sebatas duduk-duduk santai di pantai. Menghangatkan badan di dekat api unggun yang telah dinyalakan. Berbincang apa saja, ditemani kopi panas yang sayang untuk buru-buru diseruput. Malam syahdu duduk beralas rumput, beratap langit yang mempertontonkan taburan bintang gemintang, membuat lupa untuk lekas bergelung selimut.

Kesenyapan itu, dengan hutan dan desau anginnya, dengan laut dan debur ombaknya, menjadikan Leebong bagai pulau yang “membekukan laju waktu”. Suasana malam pulau ini, adalah sepenggal dunia lain yang begitu indah, tidak ada waktu untuk berkutat dengan gawai.

Pulau Leebong adalah destinasi sempurna untuk wisatawan yang merindukan suasana senyap di tepian laut. Tempat ini membantu seseorang untuk bangkit kembali saat ia kehilangan gairah perjalanannya.


Senyap di malam hari

Senyap di pagi hari

HOW TO GO
 
Belitung dapat dicapai dari Jakarta dengan pesawat Sriwijaya Air, Lion Air, Garuda, dan Citilink. Waktu tempuh sekitar 1 jam. Dari bandara H.A.S Hanandjoeddin Tanjung Pandan, sewalah mobil ke Pelabuhan Tanjung Ru di Kecamatan Badau, Belitung Selatan. Waktu tempuh sekitar 30 menit. Dari pelabuhan Tanjung Ru tinggal naik perahu cepat selama 15 menit ke Pulau Leebong. Jika kita memesan paket tour, biasanya mobil dan perahu sudah disiapkan. Kita tinggal menunggu untuk dijemput dan diantar.

Kami dijemput dan diantar dengan speed boat ini

WHERE TO SLEEP
 
Di Pulau Leebong tersedia villa pohon yang dilengkapi AC, kamar mandi shower dengan air panas dan dingin, double bed, serta komplimen, amenities dan toiletries yang lengkap. Fasilitas di dalamnya tak ada bedanya dengan kamar hotel bintang 3. Tersedia juga tenda berkapasitas 20 orang. Di dalamnya dilengkapi kelambu yang disediakan untuk tiap orang. Terdapat AC portable sebagai pendingin ruang tenda. Kamar mandi luar dengan shower air panas dan dingin.

Kamar tidur di rumah pohon (Juli 2016)


Kamar mandi di rumah pohon (Juli 2016)

WHERE TO EAT
 
Satu tempat berjuta rasa. Pondok makan Pulau Leebong menyuguhkan konsep segar dengan citarasa hotel berbintang, menjadi surga baru bagi para pencinta kuliner. Makanan khas Belitung seperti Gulai Gangan, tersuguh bersama masakan Nusantara dan Chinesefood. Dimasak dengan cakap dan disajikan menarik. 

Restoran mengusung gaya natural pada setiap sentuhan dekorasinya. Furniture kayu menghiasi setiap sudut restoran berpadu serasi dengan alam terbuka, menciptakan kenyamanan tanpa batas. Suasana berbeda yang saya dapatkan sambil menikmati beragam kuliner khas daerah atau santapan laut yang amat segar dan lezat.






LEEBONG ISLAND
Leebong Island, Belitung - Indonesia
Telp:+62 21 5438 1355 , +62 21 5438 1356
HP: +62 812 9770 0776 (WhatsApp/LINE)
HP: D911E276 (BBM Pin)


Official website: www.leebongisland.com

D’Makmoer Penginapan Murah di Tanjung Pandan dengan Kafe Pinggir Pantai View Matahari Terbenam

$
0
0
Hampir jam 11 malam saat kami tiba di d’Makmoer, guest house & cafe di Tanjung Pandan, Belitung. Supir bergegas turun, memberitahu kedatangan kami pada orang di penginapan. Saya dan suami tetap di mobil, menunggu. Sesaat kemudian seseorang datang dengan payung, mendekati pintu mobil. Saya keluar, dan dengan payungnya laki-laki itu melindungi saya dari hujan yang tak jua berhenti sejak sore. Saya di antar ke atas, tempat di mana kamar yang akan saya inapi bersama suami berada. Suami menyusul di belakang, membawa turun semua barang.

Guest House & Cafe di Tanjung Pandan Belitung
D'Makmoer Guest House & Cafe

“Mbak Katerina?” tanya laki-laki tersebut.

“Iya, pak.”

“Oh iya, Pak Toto sudah kabari saya mbak  mau datang,” ucapnya.

Saya mengiyakan. Selanjutnya saya fokus pada tangga yang saya naiki. Hujan membuat tangga yang tak beratap itu basah, saya berhati-hati. Sampai di atas terlihat deretan kamar dengan pintu langsung keluar. Cat warna kuning yang melapisi tembok kamar tampak ngejreng di bawah sinar lampu yang benderang. Kontras dengan lantai teras terbuka yang dicat warna biru muda.


Ada 5 kamar, saya di antar ke kamar nomor 4. Setelah pintu dibuka dan saya dipersilakan masuk, laki-laki itu lalu pergi dengan payungnya, dan saya lupa menanyakan namanya. Saya sempat melihat wajahnya, tapi sekilas saja, sehingga tidak terlalu ingat. Siapa dia? Pertanyaan ini terjawab 1 minggu kemudian.


Baca juga: Tempat wisata kuliner di Belitung

Ada 5 kamar di lantai atas, 7 kamar sedang dibangun di lantai dasar

Guest House Murah di Tepi Pantai

Seperti yang diceritakan oleh Pak Toto sebelumnya (pengelola Pulau Leebong), d’Makmoer dikenal sebagai salah satu tempat makan nge-hits di Belitung yang jarang sepi pengunjung. Setelah sukses dengan kafe, pemiliknya kemudian membangun guest house di lantai 2 untuk disewakan pada para tamu yang membutuhkan tempat bermalam yang nyaman dengan harga terjangkau. Saya tertarik untuk mencobanya, hitung-hitung buat menambah pengalaman menginap di Belitung.

Guest house d’Makmoer ini memang terbilang baru. Bahkan sangat baru. Mulai disewakan sejak tanggal 10 Juli 2017. Saya menginap di sana hari Sabtu tanggal 15 Juli 2017, baru lima hari sejak mulai disewakan. Menurut pemiliknya, Pak Ronny, saya dan suami adalah tamu d’Makmoer yang ke-5. 


Baca juga : Wisata Pulau Kepayang Belitung

Musola di lantai atas

Kafe dua lantai, di belakangnya laut

Penginapan Baru 

Perabotan di dalam kamar terlihat masih serba anyar. Ada kasur ukuran besar dengan dua bantal empuk, TV, AC yang dingin, serta lemari dan rak untuk menyimpan barang-barang. Kamar mandi standing shower menggunakan kloset duduk. Handuk putih lembut yang biasanya jarang ada di penginapan bujet, tersedia untuk dua orang tamu. Maksud saya, jarang-jarang ada hotel bujet menyediakan handuk tebal selembut yang saya pakai di d’Makmoer ini. 

Tersedia dua botol air mineral, gratis. Sebuah wastafel dilengkapi cermin terpasang di pojok kamar, di depan pintu kamar mandi. Ada jendela kecil di dinding sebelah selatan, tirai kainnya tampak basah oleh air hujan yang mungkin menampar-nampar jendela dan berhasil menyusup masuk lewat celah yang ada. 

Baca juga: Pesona Pulau Leebong Belitung

kedai makmoer
Kamar d'Makmoer, nyaman. *Photo : Dian www.adventurose.com*


kedai makmoer
Kamar mandi & wastafel luar *Photo : Dian www.adventurose.com*
Shower air panas dan dingin, dan dua handuk lembut yang tebal


Kedai Makmoer

Rate kamar per malam Rp 250.000,- Harga tersebut sudah termasuk sarapan untuk dua orang. Kamarnya tidak sempit, tapi bukan yang terlalu luas. Cukup untuk dua orang, atau bertiga dengan 1 orang anak. Buat saya, penginapan ini bisa jadi pilihan yang cocok untuk wisatawan dengan bujet minimalis. Di sini, dengan harga yang ekonomis, tamu mendapat bonus manis. Apa itu?

D’Makmoer sudah lebih dulu dikenal sebagai salah satu tempat makan favorit di kawasan Pantai Tanjung Pendam. Orang Belitung mengenalnya dengan nama Kedai Makmoer. Jika sedang ke Belitung dan ingin mampir ke Kedai Makmoer, tanya saja pada supir atau orang-orang Belitung yang kita temui, kebanyakan dari mereka tahu dan bisa membantu menunjukkan lokasinya. 


Baca juga: Islands hopping di Belitung


kedai makmoer
Kedai Makmoer di lantai dasar, sisi kirinya laut


kedai kopi tanjung pandan
Coffee shop dNocturn, sisi kanannya pantai

Kafe dua lantai pinggir pantai view laut

Buat yang hobi kulineran, beruntung bisa menginap di d’Makmoer, bisa sekalian kulineran. Cuma 10-15 meter saja dari pintu kamar. Tidak perlu turun tangga lagi, karena kamar-kamar di lantai atas terhubung langsung ke kafe yang letaknya menjorok ke arah pantai. Ada beragam pilihan makanan dan minuman. Mau makanan berat atau ringan, tinggal pesan saja. Mau makan di kamar atau di kafe sambil menikmati pemandangan ke laut, terserah kita. Inilah salah satu bonus manis menginap di d’Makmoer. Mudah dalam hal urusan perut.

Tepat di sebelah kafe, ke arah laut, adalah pantai yang bila pagi airnya surut sehingga menampakkan pantai pasir yang sangat luas. Bila sore air pasang, airnya langsung berada tepat di ujung teras kafe. Tak berjarak. Kafe d’Makmoer terdiri dari dua lantai dengan dua area makan, indoor dan outdoor (balkon). Saat tak hujan, kita dapat duduk di balkonnya, bersantai sambil menikmati menu-menu kesukaan yang kita pesan. 


Baca juga: Tradisi Makan Bedulang di Timpo Duluk


tempat makan hits di pinggir pantai di tanjung pandan
Balkon kafe langsung menghadap laut

Menikmanti sejuknya udara pagi

Tempat menyaksikan matahari terbenam

Jika sedang hujan dan berangin, tinggal pindah ke dalam kafe. Ruang dalam kafe menggunakan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca, memungkinkan tamu untuk tetap bisa melihat ke luar, ke arah laut lepas. Kapal dan perahu nelayan yang sedang melaju ataupun berlabuh, jadi pemandangan yang bisa dilihat tiap saat dari kafe ini.

Yang tak kalah menarik, dari kafe d’Makmoer ini kita bisa menyaksikan matahari terbenam. Ada semacam gerbang di antara dNocturn Coffee Shop dengan kafe. Posisi tenggelamnya sang surya berada tepat dalam bingkai gerbang itu. Seakan gerbang memang dibuat dan didesain untuk mengantar sang surya menuju peraduan. Sayangnya saya tak berada di sini pada sore hari, jadi tak sempat merasakan suasana senja dengan sunsetnya yang spektakuler.

Keberadaan kafe dengan view ke laut, pantai, dan langsung menghadap ke arah matahari terbenam, adalah bonus manis yang bisa didapat saat menginap di d’Makmoer. Inilah daya tarik yang dimiliki d’Makmoer. 


Sunset di Kedai Makmoer *Foto Kedai Makmoer*

Tepat di tengah 'gerbang' Kedai Makmoer
 Sarapan di kamar atau kafe?

Minggu pagi saya terbangun dengan badan yang sudah kembali bugar. Suasana tenang di pinggir pantai, apalagi sepanjang malam hujan, membuat hati jadi terasa begitu damai dan tentram. Tidurpun jadi nyenyak, membuat segala lelah seakan luruh dari setiap inci raga. Pagi itu, seusai mandi, saya berkemas. Bersiap untuk menamatkan sisa liburan di Belitung, lalu kembali ke Jakarta pada sore harinya.

Seorang perempuan mengetuk pintu. Ia menanyakan apakah sarapan mau diantar ke kamar atau dimakan di kafe. Melihat di luar masih hujan, dan barang belum selesai disusun dalam ransel, saya minta diantar ke kamar. Perempuan itu pergi. Di dalam kamar, tiba-tiba saya baru ingat belum memotret apapun. Saya butuh foto untuk bahan bercerita (blogger mah gitu ya hehe). Ide memotret sarapan di kafe pun muncul. Sarapan yang diantar ke kamar akhirnya diangkut ke kafe lantai atas.  



A post shared by Arif Wibowo (@arifgwibowo) on


Pantai dan laut di balik jendela


sarapan di penginapan kedai makmoer
Sarapan nasi goreng beralas daun simpor, daun dari pohon yang hanya tumbuh di Belitung

Pemandangan indah di kafe


Pagi itu, hanya ada saya dan suami di kafe. Kami seakan punya kafe pribadi, bebas pindah sana sini, pilah pilih tempat duduk, keluar masuk, bahkan foto-foto di mana suka. Hujan semalam belum jua reda. Balkon kafe basah. Meja dan kursi basah. Kami makan di dalam. Langit kelabu, ditambah kabut di kejauhan, dengan kapal-kapal yang tampak samar, membuat pagi tampak begitu sendu.

Meski begitu, hujan tak mengurangi keindahan yang seharusnya dinikmati. Langit sendu justru menghadirkan syahdu. Titik-titik air yang jatuh, daun-daun yang basah, desir angin, dan perahu-perahu yang terdampar di pantai, mengundang mata untuk memandang dengan jutaan rasa sayang. Hujan itu seperti rindu. Ia tak bisa ditebak kapan berhenti, cukup ditunggu sampai reda sendiri. Nikmati saja.









Coffee Shop DNocturn

Usai makan kami menjelajah kafe atas. Melihat-lihat dari dalam hingga luar. Tentunya sambil memotret. Setelah puas, baru turun. Kami memasuki coffee shop dNocturn. Tak ada siapapun di sana. Mungkin karena masih pagi, belum buka, belum ada layanan untuk siapapun dan apapun. Kami duduk-duduk saja menikmati suasana. 

Entah kenapa, tiap sudut D’Makmoer ini enak buat dijepret. Saya pun tidak merasa sedang di sebuah kafe, melainkan seperti sedang berada di sebuah rumah tinggal dengan suasana asri dan tenang. Mungkin itu yang bikin nyaman dan nggak ingin cepat-cepat kembali ke kamar. 

Baca juga : Bertandang ke Negeri Laskar Pelangi
  
dnocturn tanjung pendam
Coffee shop dNocturn - Kedai Makmoer
Pilihan Menu DNocturn

Saat sedang melihat-lihat inilah saya berjumpa Pak Ronny Setiawan, pemilik d’Makmoer. Awalnya saya tidak tahu siapa beliau. Entah apa yang membuat saya kemudian menyangka bahwa dialah si empunya d’Makmoer. Saat saya tanya, ternyata memang benar. Saya mengenalkan diri padanya, dan mengatakan bahwa mbak Dian yang menginap pada malam sebelumnya, adalah teman saya, sesama blogger. Lantas pak Ronny mengajak duduk.

Obrolan pun tercipta, mengalir dengan hangat, sehangat kopi susu dan kopi hitam yang disuguhkan untuk kami. Sepiring mengale (singkong goreng) menemani kopi, melengkapi obrolan. Pak Ronny adalah sosok yang ramah, berpenampilan sederhana, tapi memiliki pengalaman yang ‘wah’. Ia memiliki wawasan yang luas tentang dunia pariwisata. Saya menyimak ceritanya tentang Aceh yang sudah seperti rumah keduanya. Tentang Sabang dan kapal pesiar yang akan mampir ke sana untuk suatu event. Tentang Pulau Mendanau yang bisa dikunjungi untuk perjalanan ala backpacker. Pulau yang bisa dilihat dari d’Makmoer saat cuaca cerah. Tentang pengunjung-pengunjung yang datang ke kafenya. Tentang kamar-kamar yang sedang dibangun di lantai dasar. Tentang cuaca yang kerap tak lagi bisa diprediksi.  Tentang kafe yang akan dirombak. Tentang banyak hal lainnya….



Kopi dan obrolan pagi bersama Pak Ronny, owner d'Makmoer
Ngobrol asyik ditemani Mengale (singkong goreng), kopi hitam, dan kopi susu

Menarik! Ya, obrolan yang menarik. Membuat waktu tak terasa sudah mendekati jam 11 siang. Jika pak supir tak datang menjemput, mungkin obrolan itu terus berlanjut. Saya dan suami berpamitan untuk berberes, sebab Mbak Dian dan Tami sudah menunggu di Hotel Orion untuk dijemput. Siang itu kami akan mengunjungi Museum Tanjung Pandan, Rumah adat Belitung, makan siang, membeli oleh-oleh, dan menuju bandara untuk kemudian kembali pulang ke Jakarta.

Rasanya baru sekejab saja di D’Makmoer, sudah harus pergi lagi. Tersisa rasa penasaran untuk melihat sunset dari balkon/teras kafenya, juga bayangan mencicipi kopi seduhan barista DNocturn. Waktu yang terbatas memang tak memungkinkan untuk berlama-lama.  Mungkin suatu hari jika kembali berkunjung ke Belitung, saya akan datang lagi ke D’Makmoer. Entah datang untuk menginap sebelum/sesudah keliling Belitung untuk berwisata, atau sekedar mengisi malam dengan makan-makan bersama teman-teman seperjalanan sambil menikmati suasana pantai di malam hari.

Salah satu tempat untuk menyaksikan sunset di Kedai Makmoer
Satu minggu sejak menginap di d’Makmoer, saya mulai menulis tentang pengalaman saya bermalam di sini, dan saat itulah saya teringat dengan laki-laki yang saya jumpai pertama kali di d’Makmoer. Laki-laki yang menjemput saya ke mobil dengan payung dan kemudian mengantar saya ke depan pintu kamar. Laki-laki itu ternyata Pak Ronny, pemilik d’Makmoer!

Guest house D’Makmoer bisa jadi pilihan yang hemat untuk menginap. Kafenya pun nyaman dan asyik buat nongkrong-nongkrong cantik sambil makan enak dengan suasana tepi pantai yang menenangkan.


D’Makmoer
Guest house & Cafe
Jl. Patimura, Tanjung Pendam, Tanjung Pandan Belitung

Menghabiskan Petang di Belitung Timur, Menikmati Sedapnya Seafood RM Sinar Laut dan Mengunjungi SD Laskar Pelangi

$
0
0
Wisata Belitung Timur

Museum Kata Andrea Hirata. Replika SD Laskar Pelangi. Kuliner Seafood di RM Sinar Laut Pantai Serdang.

rumah makan seafood di belitung timur

Hujan belum reda saat saya dan teman-teman travel blogger tiba di Pelabuhan Tanjung Ru, Belitung Selatan. Kami baru saja meninggalkan Pulau Leebong, pulau kecil yang menjadi tempat kami berlibur selama 2 hari 1 malam (14/7-15/7). Dua mobil dari Mulia Rental Group yang melayani transportasi kami selama di Belitung sudah menunggu. Supirnya masih sama, Pak Atok dan Pak Yudi Uban. Kami ambil gerak cepat saat memasukkan barang-barang. Berpacu dengan waktu dan air hujan yang terus turun membasahi bumi. Saat itu, waktu sudah menunjukkan jam 12 lewat 30 menit.

Banjir di Belitung Timur

Dua hari di Belitung, cuaca memang tak cerah. Mendung, gerimis, hujan deras, bahkan banjir di beberapa titik di Belitung. Inilah yang kami alami selama 1 jam perjalanan menuju Manggar di Belitung Timur. Kami menghadapi banjir di wilayah Renggiang. Air sungai pada sebuah jembatan yang kami lalui meluap, jalan dan jembatan tertutup air. Rumah-rumah di sekitar aliran sungai terendam dengan ketinggian air lebih dari 1 meter. 


Supir nekat mengajak kami menerobos banjir. Saya diliputi ketegangan, khawatir arus air mengalahkan laju mobil dan mendorongnya ke sungai. Di depan, mobil yang dikemudikan oleh Pak Atok sempat dimasuki air. Tapi Alhamdulillah kami selamat dan dapat melanjutkan perjalanan menuju RM Sinar Laut, tempat kami makan siang hari itu (Sabtu, 15/7/2017).

Video banjir Belitung yang sempat saya buat : Banjir Belitung

renggiang belitung timur
Banjir di wilayah Renggiang, Belitung Timur(15/7/2017) Foto : Dian Radiata Adventurose.com

Manggar, Negeri 1001 Warung Kopi

Bicara tentang kuliner Belitung, ada dua hal yang tersimpan dalam benak saya: Kopi dan Seafood. Bila bicara kopi, Manggar yang menjadi ibukota Belitung Timur adalah tempat berkumpulnya para penikmat kopi. Tempat di mana masyarakatnya memang sudah sejak lama memiliki tradisi minum kopi yang kuat. Dalam kesehariannya mereka akan berkumpul di warung-warung sambil menikmati secangkir kopi. Begitulah Manggar dikenal. Maka tak heran bila sebuah tugu kopi dibangun di tengah kota, berbentuk Teko/Ceret dan cangkir Kopi.

Ajakan ngopi di Manggar diajukan Mbak Dian sebelum ke Belitung. Saya setuju. Bagi penikmat kopi seperti Mbak Dian, mampir ke Manggar tentu akan terasa afdol jika merasakan menyeruput kopi di salah satu warung kopinya. Namun sayang, hari itu kami kekurangan waktu. Makan siang sudah telat, dan masih ada SD Laskar Pelangi dan Museum Andrea Hirata yang mesti dikejar untuk dikunjungi. Jadi, ketika melewati Tugu 1001 Warung Kopi hanya saya lewati dengan tatapan yang entah 😀


Baca juga : 12 Tempat Wisata Kuliner di Belitung

tugu 1001 warung kopi
Tugu 1001 Warung Kopi, ikon Manggar Belitung Timur *Sept 2015*

Kulineran Seafood di Belitung Timur

Di mata saya, kuliner Belitung identik dengan seafood. Dari pengalaman ke Belitung baru 4 kali, makanan yang saya santap di waktu pagi, siang, maupun malam tak pernah absen dari olahan ikan, udang, cumi-cumi, dan kepiting. Makan di resto atau warung pinggir jalan, seafood merajai menu. Soal enak, lidah saya ini lebih banyak berkata enak. Tapi, kdar enak bisa berubah tergantung suasana di tempat makan. Bisa jadi “enak saja”, atau “enak banget” hehe.

Di Belitung Timur, ada 1 resto yang pernah 2 kali saya kunjungi, Rumah Makan Fega di pinggir danau. Tapi kali ini, saya punya pengalaman kuliner baru yang nggak kalah berkesan bagi lidah, yaitu RM Sinar Laut di pinggir pantai. Dua tempat berbeda, dengan suasana berbeda, dan orang-orang yang membersamai berbeda. Bagaimana rasanya? Yuk saya ceritakan.

RM Sinar Laut (Ayung)

RM Sinar Laut Pantai Serdang

RM Sinar Laut terletak di Jalan Pantai Serdang. Dinamakan jalan pantai karena di depannya  memang terdapat pantai yang dinamakan Pantai Serdang. Bangunan rumah makan Sinar Laut sekilas seperti pondok-pondok makan biasa di pinggir jalan. Jangan bayangkan sebuah rumah makan besar nan megah dan mentereng. 

Bangunannya sederhana saja, beratap seng, berlantai semen tanpa keramik, dan bagian depannya terdapat semacam banner terpal bergambar menu-menu Sinar Laut sebagai penutup bagian depan rumah makan yang berkonsep terbuka.

Baca juga: D'Makmoer Guest House murah di Tanjung Pendam

Dapat menampung pengunjung dalam jumlah cukup banyak

Pelanggan tetapnya Pak Yusril Ihza Mahendra lho...

Meski penampilan luarnya sederhana, rumah makan ini menyediakan menu-menu istimewa yang siap menggoyang lidah para penggemar seafood. Dan saya baru tahu ternyata Bapak Yusril Ihza Mahendra (pada tahu beliau kan?) adalah pelanggan tetap menu seafood di rumah makan Sinar Laut. Hari itu, kami melihatnya mampir di sini, bercelana pendek, dan memilih sendiri ikan yang hendak dipesan.

Urat norak saya sempat muncul, pingin numpang foto bareng. Orang terkenal dan fenomenal gitu lho. Kan seneng kalau ada foto bareng dia, di Belitung pula, tempat asalnya hehe. Tapi sayang nggak kesampaian. Malu mau minta foto bareng. Teman-teman juga nggak ada yang berani memanggilnya. Entahlah kenapa hihi.

Kerupuk ikan dan sambal terasi segar ala Sinar laut, kudapan sebelum makan

Makan bareng, bukan jaim bareng

Jam 2 siang jelang sore, makan siang kesorean namanya. Lapar sudah melanda sejak 2 jam sebelumnya. Masuk, duduk, dan berharap makanan segera terhidang, itu saja yang ada dipikiran. Tapi apalah daya, saat makanan terhidang, nafsu memotret sejenak mengalahkan nafsu makan. 

Ya, seperti biasa, para blogger termasuk saya, mesti mengabadikan makanan-makanan itu dulu ke dalam foto, baru makan. Makanan, selain bahan untuk mengisi perut, juga bahan utama untuk mengisi blog. Kami memang blogger. Nyam…kriuk...

jangan dimakan sebelum difoto :)))
Makanannya OK

Menu-menu Seafood Sinar Laut

Gangan jadi menu favoritku di Sinar Laut, tentu tanpa mengabaikan keberadaan Ikan Ayam-Ayam bakar, Udang dimasak Asam, Cumi goreng krispi, dan sayur kangkung gurih yang ikut menemaninya. Ikan yang dimasak gangan adalah ikan Katarap. Nama yang asing ditelinga saya. Padahal sudah 3x ke Belitung sebelumnya, tak saya dengar nama ikan tersebut. Salah saya juga tak pernah bertanya, saat terhidang hanya makan, tak mencari tahu apa ikan yang dimakan. 

Ikan Katarap disebut juga ikan kakatua, begitu orang Belitung menamakannya. Jangan salah sebut ya, bukan katarak, apalagi keparat.

Gangan kuliner khas Belitung mesti dicoba bagi siapa saja yang baru pertama kali ataupun berkali-kali ke Belitung. Kekhasannya ada pada bumbu kuahnya. Perpaduan kunyit, lengkuas, cabe, bawang, terasi, asam, dan potongan buah nanas yang dimasukkan ke dalamnya, membuat masakan gurih ini terasa segar dan sedap.

FYI, semua jenis lauk dapat dibuat menjadi Gangan seperti daging sapi dan ayam. Jadi bukan hanya ikan, ya :)

kuliner gangan khas belitung
Gangan Ikan Katarap

Saya menyukai udang asam ala RM Sinar Laut, mengingatkan saya pada ibu yang gemar mengolah udang dengan bumbu asam, salah satu masakan udang favorit kami di rumah. Cumi gorengnya renyah dan gurih, jadi kesukaannya Lala, anak mbak Dian. 

Yang tak kalah sedap, Ikan Ayam-Ayam bakar yang bumbu ikannya meresap dengan baik ke dalam daging, nikmat sampai akhir. Mas Arif makan ikan ini dari badan hingga bagian kepala, dan ia tampak menikmatinya sampai tak ada yang tersisa. Entah siapa saingannya di meja. Yang jelas, sebagai penyuka ikan yang dimasak dengan dibakar, saya yakin banget mas Arif menemukan makanan kegemarannya. 

Ikan Ayam Ayam Bakar
 
Udang masak Asam


Cumi goreng tepung


Cah kangkung sedap!

Nikmat, Kenyang, Harga terjangkau

Habis makan terbitlah kenyang. Tak usah menunggu lama untuk itu. Rasa lapar, masakan sedap, udara yang dingin, serta teman-teman makan yang asyik, membuat acara makan siang kesorean itu terasa sempurna dan berlangsung cepat.
 

Tidak ada yang murah untuk makanan seafood, begitu kata orang-orang. Di sini, menu seafood dibandrol mulai dari Rp 50 ribu – Rp 200 per porsi. Mungkin buat mereka yang biasa makan seafood di resto-resto bergaya dan mewah di kota besar, biasa menemukan seafood dengan harga paling murah sekitar Rp 200 ribu per porsi. Kalau begitu, harga di Sinar laut termasuk murah, ya nggak?

Konsentrasi :D

Pernah dengar cerita yang pernah viral soal harga makanan di rumah makan dekat lokasi wisata yang bikin pengunjungnya kejengkang karena harus bayar sampai juta-jutaan? Kabarnya, hal itu terjadi karena si pembeli tidak menemukan harga di daftar menu. Hanya tertera nama makanan. Lalu, main pesan saja, saat tagihan keluar baru panik. Nah di sini tidak usah khawatir, nama menu dan harga terpampang jelas. Tidak ada tipu-tipu.

Mau tahu menu-menu dan harga seafood di Sinar Laut? Lihat pada gambar berikut ini:

Banyak pilihan menu dengan harga yang reasonable




Lokasi di Pantai Serdang, bisa sekalian rekreasi

Usai makan, hujan mulai reda, bikin kami bisa santai menuju mobil, tanpa terburu-buru seperti ketika datang. Saya melihat-lihat suasana depan rumah makan. Ada kedai kopi di depannya, terpisah oleh jalan. Sekitar 20 meter ke depannya lagi ada pantai. Ada pondok jajan/tempat ngopi lainnya. Di sekitar pantai tampak beberapa jukung sedang bersandar. Pohon-pohon yang entah apa namanya, menaungi kawasan pantai ini, terasa sejuk.

Berjumpa Yusril Ihza Mahendra, Gangan Sedap, Ikan Ayam-Ayam Bakar, Pantai Serdang, adalah hal yang saya ingat dari RM Sinar Laut. 


Baca juga: Tradisi makan bedulang di Timpo Duluk

Warung kopi di pantai Serdang, depan RM Sinar Laut


Pantai Serdang tempat rekreasi di depan RM Sinar Laut

Museum Kata dan SD Laskar Pelangi

Perjalanan wisata bersama Picniq Tour & Travel berlanjut. Tujuan akhir kami di sore itu adalah Museum Kata dan SD Laskar Pelangi. Dua tempat favorit wisatawan di Belitung Timur. Meski sudah pernah ke Museum Kata pada periode September 2015, saya masih ingin ke sana lagi. Mei 2016 pernah gagal ke sana karena museum sedang direnovasi. Juli 2016 tidak mampir karena tak cukup waktu. Dan kali ini, tentu saja saya ingin kunjung lagi. Setelah direnovasi tentu kondisinya lebih baik dan baru.

Sampai di Museum Kata saya kecewa, ternyata sudah tutup. Sebetulnya waktu tutup jam 5. Menurut Pak Atok, mungkin karena cuaca hujan, pengunjung sudah sepi, akhirnya ditutup lebih cepat. Yah, gagal ngajak Mas Arif lihat isi dalam museum. Kami hanya foto-foto sebentar di bagian luar, setelah itu lanjut pergi. Tadinya, saya mau ajak teman-teman muslim solat ashar di masjid depan museum. Tapi masjid sedang direnovasi, tidak dapat digunakan sementara. 

museum kata belitung timur
warna warni di sore yang gerimis :)

Replika SD Laskar Pelangi

Kami tiba area parkir wisata SD Laskar Pelangi. Hujan masih belum ada kabarnya kapan akan reda, bahkan makin deras. Kantuk mulai membebani mata. Teringat ada solat yang belum ditunaikan, juga keinginan untuk menemani Mas Arif melihat bangunan replika SD Laskar Pelangi, kantuk itu saya lawan dengan bersegera keluar mobil.


Musola adalah tempat yang paling kami cari saat itu. Dengan bertudung banner “Travel Blogger goes to Belitung”, Mas Arif keluar mobil bersama Dewi dan Aji, bergantian. Tami sedang halangan. Saya pinjam mantelnya buat ke musola. Ada musola kecil dekat tangga sebelum naik bukit tempat SD Laskar Pelangi berada. Di situ kami solat.
 


Di bawah hujan, saya berempat bersama Dewi, Aji, dan mas Arif melihat replika SD Laskar Pelangi. Ada beberapa pengunjung lainnya saat itu. Tampak asyik berfoto-foto dan melihat bagian dalam. Saya berharap mereka lekas pergi, biar bisa ambil gambar tanpa bocor hehe


Bangunan sekolah ini dulunya dibuat untuk keperluan syuting film Laskar Pelangi. Sejak Laskar Pelangi booming dan terkenal se-Indonesia, bangunan yang tetap dibiarkan berdiri itu jadi destinasi wisata yang tak pernah absen masuk list kunjungan di Belitung. 



Saya bahagia bisa mampir lagi ke tempat ini bersama Mas Arif. Mengulang lagi kebahagiaan di tempat yang sama seperti 2 tahun lalu saya kunjungi bersama mbak Samsiah, untuk kebahagiaan di masa kini bersama seseorang yang menjadikan saya satu-satunya belahan jiwanya😍



 
Sebelum magrib, kami menamatkan wisata Laskar Pelangi, dan kembali meluncur cepat ke Tanjung Pandan. Masih ada makan malam di Dynasty dan ngopi-ngopi asyik di OS Kong Djie yang akan mengisi malam kami di Tanjung Pandan. Ikuti cerita saya dipostingan selanjutnya ^_^


Mulia Rental Mobil Belitung
Jalan Veteran No. 1 Tanjung Pandan - Belitung
Telp: 0878 9778 8008, 0812 7324 691, 0719 21466, 0719 21579
  
Picniq Tour Belitung
Telp: 081949555588, 081949222216
Leebong Island 
Leebong Island, Belitung - Indonesia
Telp: +62 21 5438 1355 , +62 21 5438 1356
HP: +62 812 9770 0776 (WhatsApp/LINE)
Terima kasih Pak Toto (Leebong), Darmawan (Mulia Rental Group), dan Jeffry (Picniq Tour Belitung) atas tripnya yang seru dan berkesan.
Viewing all 779 articles
Browse latest View live