Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all 779 articles
Browse latest View live

Santap Malam Nikmat di Restoran Dynasty Belitung

$
0
0
Restoran Dynasty merupakan salah satu dari 10 restoran terbaik di Pulau Belitung versi Tripadvisor. Saya bersama Mas Arif dan teman-teman travel blogger; Dian, Ima, Riant, Tami, Dewi, Tomi, Aji, dan Mas Elton makan di restoran ini pada hari itu Sabtu tgl. 15/7/2017. 

restoran terbaik belitung
Santap malam di Restoran Dynasty Belitung

Kembali ke Tanjung Pandan

 
Usai mengunjungi Belitung Timur selama kurang dari 5 jam (baca ceritanya di : Menghabiskan Petang di Belitung Timur), kami kembali ke Tanjung Pandan. Hujan sejak pagi masih awet. Dua mobil yang membawa rombongan kami melaju tidak santai. Pak Yudi Uban, driverMulia Rental Group yang melayani jasa transportasi kami selama di Belitung, menyetir dengan lihai. Usia boleh tua, tapi kelincahannya di jalan raya tak kalah hebat dengan anak muda. Berkelit sana sini. Wusss…

Kantuk, lelah, dan keinginan untuk lekas sampai di Tanjung Pandan menguasai rasa. Tapi, beberapa hal yang muncul saat dalam perjalanan, gagal membuat saya terpejam. Mata mendadak jadi segar saat mendengar suara wanita dari ‘google map’ Mas Arif, “Belok kiri, belok kiri, anda malah belok kanan ke arah rumah janda.” He he konyol. Awalnya saya kira itu beneran, ternyata mas Arif mengerjai kami. Suara itu bukan berasal dari Google Map, tapi dari video kerjaan usil entah siapa. 



Hujan dan Kabel Listrik

Ada pula temuan lainnya di jalan yang membuat mata jadi melek. Apa itu? Di antara remang malam yang mulai menghampiri, kami melihat sebuah truk tidak pada tempatnya, terdiam di pinggir jalan. Truk itu baru saja tersangkut kabel listrik yang melintang di atas jalan. Entah bagian mananya yang nyangkut. Satu tiang listrik ikut tertarik, miring hampir rubuh. 

Sebetulnya, saya sudah beberapa kali mengamati kabel-kabel listrik yang banyak melintang rendah di atas jalan Belitung. Entah kenapa dipasang seperti itu. Bukankah itu berbahaya bagi mobil-mobil besar dan tinggi yang lewat? *bertanya pada tiang listrik yang oleng.

Restoran Dynasty

Restoran Dynasty

Jam 7 malam kami sampai di restoran, disambut udara dingin dan hujan yang masih setia gugur ke bumi. Saya memasuki ruang resto dengan gontai, antara ngantuk dan penat. Sesaat kemudian, ada kenangan yang tiba-tiba menyeruak, menari-nari di mata. Ya, dua tahun lalu di jam yang sama, pada bulan September 2015, saya pernah datang ke resto ini, makan malam bersama mbak Samsiah.

Suasana dalam resto yang saya lihat malam itu sama seperti yang dulu pertama saya jumpai. Susunan meja, warna putih kain penutup kursi, meja bundar yang bagian atasnya bisa diputar, warna cat ruangan, serta letak meja kasir, semua masih sama. Bahkan jumlah pengunjung yang ada di ruang makan saat itu pun ramainya tak jauh beda. Ada rasa yang tak bisa saya jelaskan tiap kali kembali berada di tempat yang sama, pada waktu yang tak pernah saya duga. Antara kangen, terharu dan bahagia. Semua menjadi satu. Dan di situ terbit rasa syukur. Ternyata Allah masih membuat saya hidup, memberi saya kesehatan, sehingga bisa kembali ke tempat yang sama, bersama teman-teman, bahkan suami. 

Restoran Dynasty

Paling Laris

Restoran Dynasty terletak 2 km dari pusat kota Tanjung Pandan. Restoran ini menyediakan jasa wedding hall. Menurut keterangan, Dynasty merupakan restoran yang paling banyak digunakan di Belitung untuk keperluan wedding. Saya menebak ruangan besar yang ada di sisi kiri restoran tempat saya makan adalah hall yang biasa digunakan untuk wedding. Ada yang mau merayakan wedding di sini? Cuss lah pesen tempat hehe.

Datang ke restoran ini selalu di malam hari dan dalam keadaan terburu-buru untuk makan. Keadaan tersebut, selain membuat saya tidak punya foto tampak luar resto, juga tak sempat mengenal ruangan apa saja yang ada di Dynasty. Hanya ruangan yang menjadi tempat saya makan dan bangunan yang ada di depan resto, rumah tinggal Ibu Yuli, pemilik Dynasty Restaurant, itu saja yang saya tahu. 


Daftar Menu Dynasty Restoran

Restoran Dynasty menyediakan makanan China, Asia, dan Indonesia. Pilihan jenis menunya beragam. Ada aneka sop, aneka olahan ayam, ikan, udang, sapi, cumi, tahu, kepiting, gorengan (nasi/mie/kwetiaw/bihun), sate, sayuran, dan makanan kuah. Daftar menu dan harga bisa dilihat pada gambar berikut ini:





Kepiting Saos Padang

Kepiting Saos Padang, Ketam isi, Sup Perut Ikan, Ikan Asam Manis, dan Cah Taoge Ikan Asin, terhidang satu persatu di meja. Menu-menu istimewa yang tak hanya menggugah selera, tapi juga menggugah lensa kamera. Tapi percayalah, nafsu memotretku saat itu sudah terkapar. Posisinya tak lagi berdiri setinggi ketika makan di Sinar Laut. Tangan memang masih kuat angkat-angkat ponsel, tapi untuk berdiri dan pindah-pindah tempat demi angle-angle berbeda, sudah loyo. Ambil foto seperlunya, lalu taruh HP, dan mulai konsentrasi pada makanan. Sudah lafaaaaar men!

Lezat dan penuh citarasa

Menu Juara!

Mana menu yang paling juara? Kembali ke selera masing-masing. Buat saya, semuanya juara. Jika harus membuat rangking, Kepiting Saos Padang ada di urutan utama. Karena kepiting adalah favorit saya, di masak dengan cara apapun, tetap paling enak. Apalagi pakai saos Padang, makin juara. Yang nggak juara cuma satu, saat membuka cangkangnya. Untung ada pria kesayangan, dia yang bertugas meremukkan cangkang kepiting itu*lol.



Menu Favorit

Saya membaca beberapa testimoni di Tripadvisor, Kepiting Saos Padang paling banyak disebut dan direkomendasikan untuk dicoba. Wajar, karena setelah mencicipinya sendiri, saya tahu citarasa olahan kepiting ala Dynasty ini memang luar biasa menggoyang lidah. Rasanya pingin jilat semua saus yang menempel di piring tempat kepitingnya sampai tak bersisa setetes pun hehe. Kayak kucing deh ah.

Setelah Kepiting Saos Padang, Sup Perut Ikan dan Cah Taoge Ikan Asin adalah dua menu yang mampu menaikkan selera makan saya, bikin lidah jadi lebih bergairah, makan pun jadi nambah-nambah. Yang saya suka dari Dynasty, porsi tiap menu tidak ada yang sedikit, selalu besar (banyak). Kali ini mending saya makannya ramai-ramai. Dulu, waktu berdua mbak Samsiah, porsinya besar, padahal kami cuma berdua. Kebanyakan, jadi nggak habis. Kalau kemarin porsinya memang double, tapi pas. Malah masih lebih.



Ibu Yuli Pemilik Restoran Dynasty

Esok hari masih ada kegiatan wisata. Yang mau berangkat island hoping ke Tanjung Kelayang harus bersiap lebih pagi. Hal itu disampaikan oleh Jeffry, ownerPicniq Tur Belitung yang malam itu datang ke resto untuk menemui kami yang sedang makan. Nah, karena harus bangun pagi, kami pun bersegera meninggalkan resto, biar cepat istirahat di hotel.

Sebelum meninggalkan resto, kami sempat berfoto bareng Ibu Yuli, pemilik resto. Jarang-jarang kan ke Belitung, belum tentu tiap tahun, apalagi tiap bulan. Jadi rasanya senang kalau bisa mengabadikan kenangan lewat foto bersama dengan pemilik resto yang merupakan salah satu resto terbaik di Belitung.

Foto bersama Ibu Yuli, pemilik Restoran Dynasty

Jeffry dan putra kecilnya yang menggemaskan

Ngopi di Kedai Kopi Kong Djie Kampung Parit

Keluar resto hujan makin deras. Bener-bener ujian nih selama liburan di Belitung. Tapi kami tidak mundur apalagi ciut. Yang ada tetap jalan lanjutkan apa yang belum diselesaikan. Balik hotel? Oh belum. Kami mampir ke OS Kopi Kong Djie dulu yang terletak di Jalan Lettu Maddaud Kampung Parit. Di sana, Pak Toto dan keluarganya sudah menunggu untuk ngopi-ngopi sambil ngobrol bareng.

Yes, di Kong Djie kami bukan hanya sekedar jumpa pak Toto, tapi juga minum-minum kopi ditemani cemilan-cemilan enak seperti pisang goreng pasir dan lainnya. Kopi Kong Djie ini adalah kedai ke-8 dari 12 kedai Kopi Djie yang ada di Belitung. Yang istimewa dari Kong Djie adalah racikan kopinya yang tetap dipertahankan sejak pertama kali (tahun 1943). Walau di sini suasananya beda dengan warung aslinya, lebih modern dan bergaya, tapi keistimewaannya tetap bisa dirasakan lewat seduhan kopinya. Tahun lalu, Juli 2016 saya pernah berkunjung ke Warung Kopi Kong Djie di Siburik, warung aslinya sejak pertama didirikan. Suasana tentu saja berbeda. 

Enak!

Hangatnya kebersamaan di malam yang hujan dan dingin

Kedai KopiKong Djie versi kekinian

Saya tidak hafal teman-teman memesan apa saja. Saya hanya ingat apa yang saya pesan; telur setengah matang dan kopi hitam untuk mas Arif. Di meja sudah ada pisang goreng pasir, teman ngopi yang enaknya tiada duanya saat itu. Obrolan hangat di meja kopi, berlangsung akrab, sampai tidak terasa waktu terus berjalan. Jam 10 kami mengakhiri kebersamaan di warung kopi, selanjutnya menuju hotel untuk istirahat. 

Cerita tentang Kopi Kong Djie ini belum semuanya saya tulis. Sebagian masih saya simpan. Akan saya tulis terpisah pada postingan berikutnya. Nantikan lanjutannya ya ^_^

Pak Toto dan keluarga, dan teman-teman trip Belitung

Restoran Dynasty
Jln. Dr Susilo no. 39, Tanjung Pandan, Pulau Belitung 33414, Indonesia
62 819-2955-3557

Mulia Rental Mobil Belitung
Jalan Veteran No. 1 Tanjung Pandan - Belitung
Telp: 0878 9778 8008, 0812 7324 691, 0719 21466, 0719 21579
www.muliarentalgroup.com
 
Picniq Tour Belitung
Telp: 081949555588, 081949222216
www.yourpicniq.com

Leebong Island
Leebong Island, Belitung - Indonesia
Telp: +62 21 5438 1355 , +62 21 5438 1356
HP: +62 812 9770 0776 (WhatsApp/LINE)
www.leebongisland.com

Terima kasih Pak Toto (Leebong), Darmawan (Mulia Rental Group), dan Jeffry (Picniq Tour Belitung) atas tripnya yang seru dan berkesan.

Tiada Gundah di Tidore - Xpressair Juli 2017

$
0
0
Padanan permai antara gunung dan laut menjadi simfoni unik Bumi Marijang, bersanding sejarah yang menghidupkan julukan legendaris The Spice Island.

tidore kepulauan maluku utara
Tidore Kepulauan - Maluku Utara

Nama Tidore berasal dari rangkaian kata "To Ado Re" yang berarti "Aku Telah Sampai". Sebelum itu, Pulau Tidore dikenal dengan sebutan "Limau Duko" atau "Kie Duko" karena di pulau tersebut terdapat gunung berapi. 

Adalah Kie Marijang, gugusan pulau tertinggi kepulauan Maluku, yang berdiri tegak di sana. Kini gunung tersebut sudah tidak aktif lagi. Marijang dalam bahasa Tidore bermakna gunung atau puncak yang indah.

Tidore kerap disandingkan dengan Ternate karena letaknya bersebelahan. Dua pulau ini hanya terpisah selat dan Pulau Maitara. Keindahan pemandangannya diabadikan dalam uang kertas Rp. 1000, di mana tergambar Pulau Maitara yang berada di antara keduanya. Dengan menumpang kapal cepat, pulau kecil yang dijuluki The Spice Island ini dapat dicapai dalam waktu sekitar 15 menit dari Pelabuhan Bastiong, Ternate.


pulau maitara tidore
Pulau Maitara yang tergambar dalam uang Rp 1.000,-

BENTENG TAHULA

Bagi penggemar wisata sejarah dan budaya, ada 3 destinasi yang wajib dikunjungi di Tidore yaitu Benteng Tahula, Benteng Torre dan Kedaton Kesultanan. Ketiganya bukan hanya tercatat dalam kisah Indonesia, tapi mengguncang dunia sebagai titik pembuktian teori Heliosentri-nya Copernicus. Benteng Torre dan Tahula peninggalan Bangsa Portugis, menunjukkan bukti bahwa salah satu bangsa besar Eropa pernah berada di Pulau Tidore.

Benteng Tahula terletak di Jalan Syaifudin, Desa Soa Sio, Kota Tidore Kepulauan. Lokasi benteng berada di atas bukit yang curam di daerah pesisir. Untuk mencapai Benteng Tahula harus mendaki ratusan anak tangga hingga puncaknya. Di atas benteng terlihat jelas seluruh kota Sia Sio juga sebagian lekuk Pulau Tidore. Terdapat makam dan semacam kolam di halaman benteng.

Tonton juga video : Travel Blogger goes to Tidore

benteng tahula di soa sio
Salah satu sisi Benteng Tahula yang menghadap ke Soa Sio

Benteng Tahula dikenal juga dengan nama Benteng Tohula atau Kota Hula. Pembangunannya baru dimulai pada tahun 1610 oleh Chirstobal de Azcqueta Menchacha (1610-1612), gubernur Spanyol saat itu. Pekerjaan pembangunan selesai tahun 1615 pada masa gubernur Spanyol Don Jeronimo de Silva (1612-1617) dan benteng ini diberi nama Santiago de los Caballeros de Tidore atau Sanctiago Caualleros de los de la de ysla Tidore. Spanyol menggunakan benteng ini hingga tahun 1662. Setelah kepergian Spanyol, pada tahun 1707, Belanda yang berkuasa saat itu meminta Sultan Tidore untuk menghancurkan Benteng Tahula. Namun, sebelum Benteng Tahula sepenuhnya dibongkar, Sultan Tidore Hamzah Fahroedin (1659-1700) meminta benteng dipertahankan sebagai tempat tinggal kerajaan.

Benteng Tahula adalah salah satu penanda perdagangan rempah di masa lalu. Benteng ini menjadi saksi ribuan pelayaran setiap harinya keluar masuk Pulau Tidore. Bukan hanya angkutan rempah, tapi juga pelayaran rakyat penghubung antar pulau-pulau di Maluku Utara. 

Tangga menuju puncak benteng


BENTENG TORRE

Benteng Torre dibangun atas perintah Sancho de Vasconcelos yang mendapat ijin dari Sultan Gapi Baguna tanggal 6 Januari 1578. Ijin ini didapat setelah Portugis diusir dari Ternate oleh Sultan Baabullah karena Portugis telah membunuh Sultan Khairun pada tahun 1570. Nama Torre kemungkinan berhubungan dengan nama kapten Portugis pada saat itu yaitu Hernando De La Torre.

Benteng Torre tidak berada di tepian laut, melainkan di atas bukit, tepat di buritan Kedaton Kesultanan Tidore. Secara keseluruhan Benteng Torre telah mengalami kerusakan dan hanya menyisakan kurang lebih 30% dari keseluruhan bangunan. Hanya dinding keliling bagian depan saja yang masih berdiri. Diduga akibat gempa yang seringkali terjadi di masa lalu. Setelah berabad-abad, baru pada tahun 2014 benteng ini dipugar.

Benteng-benteng yang dulu berdiri angkuh, sekarang melamun syahdu menyaksikan angin dan ombak bersabung di lautan. Tumpukan bebatuan muntahan dari gunung masih ada di sekitar benteng. Benteng yang berada di ketinggian ini menghadap ke arah tenggara dan berbentuk persegi empat dengan tambahan bangunan setengah lingkaran di sisi barat daya atau bagian kanan depan. Duduk-duduk sore di sini, mata saya dimanjakan oleh panorama laut Tidore yang biru. Sedangkan pada pagi hari, dari atas benteng yang kian dilanda uzur dan bermetamorfosis menjadi artefak dari masa silam yang hanya dibanggakan warga sekitarnya ini, kita dapat menyaksikan betapa menawannya matahari terbit di Tidore.


cara menuju benteng torre
Benteng Torre di atas bukit


NEGERI ATAS AWAN

Gura Bunga merupakan desa tertinggi di Tidore, berada di lereng Gunung Marijang yang mempunyai ketinggian 1.730mdpl, menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Maluku Utara. Gunung berbentuk kerucut hampir sempurna ini, dindingnya digurat banyak sumber air dan dirimbuni dengan tumpukan batu untuk ritual adat.

Untuk mencapai Kie Matubu (puncak Kie Marijang) diperlukan lima jam lagi perjalanan kaki. Dari puncaknya kita dapat menikmati panorama Pulau Ternate dan Maitara, Pulau Mare yang teluknya menjadi persingggahan kahia (lumba-lumba), serta hutan-hutan hijau di lembah sekeliling gunung yang memeluk hangat rimbun pohon pala dan cengkih, muara segala pelayaran akbar bermula.

Salah satu Negeri Atas Awan di Tidore ini seringkali diselimuti oleh kabut yang menimbulkan kesan magis. Dari sudut mana pun, suasana desa ini diselimuti ketenangan. Warganya senantiasa menyapa ramah. Rumah-rumah dengan halaman yang sangat bersih dihiasi bermacam bunga yang beraneka warna, membuat desa ini tampak menawan. 

Tonton juga video : Negeri di Atas Awan Tidore

desa gura bunga tidore
Rumah tradisional Tidore di Desa Gura Bunga

Di Gurabunga masih terdapat rumah asli Tidore. Di sini pula para sowohi,  yang menjadi penghubung Kesultanan Tidore dengan roh para leluhur, menetap. Kelurahan yang berada di ketinggian 900mdpl ini dihuni oleh lima marga dengan rumah adat masing-masing marga, menjadi simbol persatuan keanekaragaman adat budaya. Berbaur dengan masyarakat setempat dan mencoba merasakan sentuhan kehidupan dan kearifan lokalnya, menjadi pengalaman berharga yang saya dapat dari Gura Bunga.

Bulan April lalu, Gura Bunga menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan Sonine Gurua, yaitu perayaan masyarakat pegunungan untuk mengekspresikan kegembiraan dan sukacita sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Dalam acara tersebut diadakan perjamuan bagi tamu yang datang dengan suguhan kuliner khas pegunungan seperti kofi dabe (kopi rempah) dll, serta atraksi-atraksi seni dan budaya masyarakat pegunungan. Di sini pula diadakan prosesi Tagi Kie, yaitu prosesi pengambilan air oleh masyarakat adat Soa Romtoha Tomayou.

kie matubu gura bunga
Gura Bunga di malam hari, berlatar Kie Matubu

KAMPUNG KALAODI

Tidore mempunyai kampung Kalaodi yang disebut sebagai Kampung Ekologi Pelindung Tidore. Terletak di bagian utara Tidore dan berada di ketinggian sekitar 900mdpl. Kebun-kebun di kampung Kalaodi termasuk dalam kawasan hutan lindung Tagafura yang kaya dengan tanaman-tanaman produktif seperti cengkih dan pala.

Kedua komoditi ini adalah penghasilan utama sebagian besar warga Kalaodi. Di sela-sela tanaman rempah itu, warga juga menanam kenari, kayumanis dan pinang. Beberapa kerajinan dari bambu seperti Saloi dan Tolu yang banyak dijual di Pasar Goto (pasar tradisional Tidore) juga dihasilkan dari sini. Saloi semacam keranjang untuk dipakai ke kebun, sedangkan Tolu  sejenis topi lebar pelindung kepala dari hujan dan panas. 

pesona kalaodi
Dari ketinggian Desa Kalaodi, terlihat Pulau Maitara dan Pulau Ternate

Suasana kampung Kalaodi sangat tenang. Jalanannya kerap lengang. Sesekali saja motor berlalu santai. Di kebun-kebunnya, pohon-pohon rempah tinggi menjulang, tumbuh rapat hampir sepanjang jalan. Buah cengkih dan pala dijemur begitu saja di tepi jalan tanpa khawatir akan hilang. 

Kampung dengan udara sejuk sepanjang waktu ini tak hanya kaya akan rempah, tapi juga kaya akan keindahan panorama. Pemandangan menawan kota Tidore dan Pulau Halmahera di timur, juga Pulau Maitara dan Pulau Ternate di sebelah barat, menjadi suguhan yang bisa dinikmati setiap saat.

desa kalaodi tidore
Sejuk, bersih, dan tenang

EKSOTISME PULAU FAILONGA

Pulau Tidore memiliki 12 pulau besar dan kecil, di antaranya Pulau Failonga, Pulau Mare, Pulau Maitara, Pulau Tamong, Pulau Pasi, Pulau Woda, Pulau Joji, Pulau Guratu, dan Pulau Sibu. Masing-masing pulau menawarkan keanekaragaman hayati laut timur yang pesonanya sulit untuk ditolak. Saya mengunjungi salah satunya yaitu Pulau Failonga. Sebuah pulau dengan air laut bagaikan cermin, membuat awan putih tidak hanya berkeliaran di langit, tetapi juga di air laut.

Failonga terkenal dengan keindahan pasir putih dan bebatuan yang indah. Cocok untuk tempat rekreasi, memancing, diving dan snorkeling.  Dari Pelabuhan Goto, pulau seluas 1,1 km2 ini dapat ditempuh selama 10 menit dengan menggunakan speedboat. Pulau Failonga masuk dalam kategori pulau-pulau kecil, hanya butuh sekitar 20 menit untuk mengitarinya

Sembilan puluh delapan persen Failonga adalah tebing batu yang sebagiannya tergolong curam. Sisanya berupa pantai dan batuan berukuran kecil yang melandai. Pantai pasir putih nan halusnya juga dilindungi batuan berukuran raksasa dari deburan ombak. Airnya yang sangat jernih, hangat, dan dangkal, membuat siapapun betah untuk menikmati panorama bawah lautnya yang menawan. Benar-benar surga tersembunyi di laut Tidore. 


pulau failonga maluku utara
Pantai pasir putih dan air jernih di laut Pulau Failonga yang menawan


KULINER KHAS TIDORE

Mempelajari pengaruh rempah dalam kehidupan masyarakat Tidore makin lengkap jika disertai dengan mencicipi tradisi kulinernya. Masyarakat Tidore yang terkenal gemar mengunyah menawarkan pilihan menu yang beragam. Beberapa diantaranya sudah sering terdengar, namun baru kali ini saya makan langsung di tempatnya.

Sagu Singkong atau biasa disebut Kasbi menjadi makanan pokok pengganti nasi di Tidore. Sagu Singkong dibuat dari parutan singkong kering yang dimasukkan ke dalam sebuah cetakan yang terbuat dari gerabah yang terlebih dahulu dibakar diatas sebuah tungku panjang. Di masa lampau, Kasbi merupakan makanan yang awet sampai satu tahun, sehingga sering dibawa oleh para pejuang dan pelaut Tidore ataupun pelaut kolonial yang singgah di Tidore sejak jaman dahulu sebagai bekal untuk perang ataupun pergi berlayar di lautan. 

kuliner gohu kasbi tidore
Beberapa kuliner khas Tidore: Gohu, Ikan bakar dabu-dabu, kasbi

Kasbi secara umum seperti roti tawar bakar, tapi bentuknya pipih persegi panjang. Kasbi lebih berserat dan lebih cepet mengenyangkan.  Lebih legit dari roti tawar. Kasbi biasanya dikonsumsi bersamaan dengan lauk ikan yang dibakar, panggang, berkuah ataupun goreng.  Bisa juga ditambahkan selai, jadi kudapan teman minum teh. Di Tidore, Kasbi yang dibuat oleh pembuat rumahan dijual seharga 10.000/8pcs. 

Ada pula Gohu, kerap disebut sashimi ala Tidore. Terbuat dari ikan mentah segar yang dicampur beberapa bumbu masak dan dibiarkan matang dengan cara disiram minyak kelapa mendidih. Salah satu kekayaan kuliner khas Nusantara ini tak hanya lezat, tapi juga sehat karena menggunakan ikan dan bahan-bahan alami yang segar. Selain teman yang cocok untuk nasi hangat, Gohu juga pasangan yang tepat untuk Popeda, kuliner khas Tidore lainnya. Olahan ikan lainnya berupa Kakap Goreng yang disiram sambal dabu-dabu, sambal khas Maluku Utara.

 
istana kesultanan tidore
Kedaton Kesultanan Tidore

KEDATON KESULTANAN TIDORE

Istana sepuh yang di sebut Kadato Kie ini berkedip manis menghadap laut. Tempat di mana semua sabda Sultan diampu dan dipatuhi di seantero wilayah kekuasaannya. Di sinilah saksi bisu sepak terjang Kesultanan Tidore, masa saat Sultan Nuku berkuasa sejak 1797, hingga berjaya dengan mempersatukan seluruh kerajaan di perairan Maluku termasuk Papua dan mengusir kompeni Belanda tanpa pertumpahan darah.

Abad berganti, masa berlalu. Kejayaan Kesultanan Tidore menjadi kenangan yang diabadikan dalam catatan sejarah. Kini Kadato Kie hanya dipakai untuk acara seremonial, juga tempat menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda pusaka milik kesultanan, seperti senjata (pedang dan perisai), mahkota, pisau keris Sultan, Al Quran tinta emas, pedang, pakaian Sultan, pakaian panglima perang/Kapita Lao.

Pada perayaan Hari Jadi Tidore ke-909 bulan April lalu, beberapa rangkaian acara dan adat istiadat Tidore dilaksanakan di Kadato Kie. Melalui kegiatan inilah saya akhirnya punya kesempatan menginjakkan kaki di dalamnya, bertemu Sultan dan Permaisuri, ikut dalam acara makan Saro (makan adat), bahkan duduk lama menyaksikan ritual Rakib Taji Besi.


Baca juga: Menjadi Juri Lomba Menulis Blog Tidore

Sultan Tidore Jou Husain Syah dan Permaisuri di Hari Jadi Tidore ke-909

Festival Tidore, April - Setiap Tahun

Prosesi Tagi Kie, Rora Ake Dango, Parade Juanga Sultan Tidore, Rora Paji, Panji Nyili-Nyili, hingga Kirab Agung Kesultanan, merupakan tradisi dan adat istiadat Tidore yang masih dilestarikan hingga saat ini. Kegiatan budaya ini bisa disaksikan saat memperingati Hari Jadi Tidore yang rutin diadakan tiap tahun pada bulan April.

Parade Juanga adalah ekspedisi hongi Tidore di mana Sultan Tidore dan Bobato melakukan pelayaran mengelilingi teritori Kesultanan Tidore dan singgah di Kadaton Sultan Ternate dalam lawatan silaturahim, juga untuk mengunjungi masyarakat Tidore yang berada di Ternate. Selanjutnya, di Kadato Tidore di Ternate, Sultan akan singgah beberapa waktu untuk bersilaturahim sekaligus mengundang (dawaro se siloloa) masyarakat adat Tidore di Ternate untuk pulang menghadiri perayaan Hari Jadi Tidore (HJT). 

festival tidore
Dua dari puluhan kapal yang mengikuti Parade Juanga
Pasukan pengamanan dari istana ikut serta Parade Juanga

Setelah Parade Juanga, malamnya dilaksanakan perjalanan Paji Nyili-Nyili. Dalam perjalanan ini, duplikat paji diarak melalui soa (kampung) menuju Kadato Kie melalui perjalanan laut dan darat sesuai rute Napak Tilas Perjuangan Sultan Nuku. Para Bobato Kesultanan Tidore ikut dalam acara Perjalanan Paji Nyili-Nyili. Kurang lebih 700 orang dari lima negeri yakni Raja Ampat, Seram, Maba, Patani, Weda dan Nyili-Nyili dalam Kesultanan Tidore. Tepat tanggal 12 April 2017, seluruh pasukan Paji Nyili-Nyili dari 4 penjuru bertemu di depan Kadato Kie, disambut oleh Sultan, Bobato dalam upacara adat.

Moment menggetarkan yang jangan dilewatkan menjelang upacara puncak HJT adalah saat Pasukan Kirab Agung Kesultanan menerima Paji Angkatan Perang, Paji Gimalaha & Famanyira di tempat penyatuan Paji (Limau Soasio), untuk kemudian diarak memasuki lokasi upacara di Sinoni Salaka, Kadato Kie. 

Paji Nyili Nyili

Mari sejenak pulang ke Tidore, tanah di mana tradisi dan kearifan dirawat dalam kebijaksanaan, kesabaran, dan kerendahhatian para sowohi dan Joguru sejak ratusan tahun lampau.  

Syukur dofu-dofu, Joo.


CARA KE TIDORE 
 
Pulau Tidore cukup mudah dicapai dari Ternate, di mana bandara yang menghubungkan Provinsi Maluku Utara dengan daerah-daerah lain di Indonesia berada. Dari Ternate naik speedboat dari pelabuhan Bastiong dengan ongkos Rp. 10.000,- selama 10 menit menuju Pelabuhan Rum di Tidore. Setelah itu baru naik angkot atau sewa bentor (becak motor) untuk membawa kita keliling Tidore. Ongkos bentor Rp 5.000,- – Rp 10.000,-

PENGINAPAN

Seroja adalah satu-satunya penginapan di Tidore yang sudah beroperasi puluhan tahun.  Rumah dengan luas sekitar 500an m2 ini, walaupun tampak sangat sederhana di bagian luar, tapi mampu memberikan kenyamanan bagi yang singgah. Terletak di jalan utama Kelurahan Soasio, penginapan ini berada tak jauh dari beberapa tempat wisata sejarah seperti Benteng Tahula, Masjid Kesultanan (Sigi Kolano), Makam Sultan Nuku, Dermaga Kesultanan (Doro Kolano), dan Kadato Kie (Istana Kesultanan Tidore). Harga sewa kamar Rp 300.000,- – Rp 350.000,-/kamar. Sudah termasuk sarapan kue dengan secangkir teh atau kopi.  Tersedia juga jasa cuci baju.

RESTORAN 
 
Tidore minim restoran. Hanya ada warung-warung makan kecil pinggir jalan atau pinggir pantai yang bisa dijadikan tempat makan. Satu dari sedikit restoran yang saya rekomendasikan sebagai restoran yang menyajikan menu-menu khas Tidore adalah Restoran Safira Beach di Cobodoe.  

Di sini tersedia Kasbi, Gohu, Soup Ikan, Kakap dabu-dabu, dan lain-lain. Restoran Safira terletak di pinggir pantai, mempunyai view ke laut lepas dan pulau-pulau di sekitar Tidore. Safira Beach:  IG @safirabeachresto, Telepon: 0813-2698-4446

inflight magazine xpressair
Xpressair inflight magazine Juy 2017

Tulisan Tidore ini dimuat di Majalah Xpressair edisi Juli 2017. Saya posting di sini dalam versi sedikit berbeda dari yang dimuat di majalah, tetapi dari segi isi tetap sama. Semoga bermanfaat :)
  
Semua foto diambil oleh saya, Katerina, dan menggunakan kamera saya. Saya tidak perkenankan kepada siapapun untuk menggunakan foto yang saya posting di sini kecuali dengan ijin saya terlebih dahulu.

Terima kasih kepada Ngofa Tidore Tour & Travel yang telah membawa saya ke Tidore selama 6 hari (plus 3 hari di Ternate) untuk mengikuti Festival Tidore 2017 dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909. Sebuah pengalaman berharga yang sangat berkesan dan tidak terlupakan 😍💜💕

Cerita tentang Tidore akan saya tulis kembali pada postingan-postingan berikutnya dalam versi berbeda dari tulisan versi majalah. Untuk video-video tentang Tidore, dapat dilihat dalam channel youtube saya di www.youtube.com/katerinas



Contacts: Anita Gathmir – 0815.1433.7014, Gathmir – 0816.829.959, Annie Nugraha – 0811.108582. Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, annie.nugraha@gmail.com, visittidore@gmail.com



Menjajal Kekuatan Baterai Zenfone 3 Max Selama Mengikuti Trip Wisata Way Kanan

$
0
0
Zenfone 3 Max digadang-gadang oleh Asus sebagai smartphone Zenfone 3 series dengan kekuatan baterai #GaAdaMatinya. Seberapa kuat? Perlu dicoba dulu. Nah, dalam postingan kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman menggunakan Zenfone 3 Max ZC553KL Rose Pink yang tidak hanya handal di baterai, tapi juga mumpuni di kamera dan cantik di rupa.

Blogger, teman-teman Wisata Way Kanan, dan Zenfone 3 Max yang dipakai untuk wefie

Pengalaman pertama menggunakan ZenFone 3 Max ZC553KL pada bulan April lalu, tepatnya saat mengikuti kegiatan Festival Radin Djambat di Way Kanan, Lampung, tgl. 21-24 April 2017. Saya ke Lampung atas undangan Dispar Way Kanan, bersama tiga rekan blogger, Mbak Dian, Yuk Annie dan Ika.

Kegiatan kami selama di Way Kanan antara lain menelisik Desa Wisata Gedung Batin, mencoba Bamboo Rafting di Way Besay, dan Trail Adventure ke Air Terjun Putri Malu. Tiga kegiatan yang menawarkan kentalnya aroma petualangan.

Semua kegiatan selama di Way Kanan bukan sekedar untuk diikuti, tetapi juga didokumentasikan. Baik untuk keperluan menulis di blog, maupun sebagai materi posting di media sosial. Menjadi penyampai pesan lewat tulisan dan foto adalah tugas dari hati bagi seorang travel blogger yang berdedikasi untuk pariwisata negerinya. Daerah manapun itu. Jadi, kami harus punya materi agar dapat berbagi. Ambil foto, video, dan wawancara narasumber sebanyak mungkin.


Baca juga: Bamboo Rafting Seru Mengarungi Way Besay di Way Kanan

Baru buka kardus

Untuk keperluan dokumentasi inilah diperlukan perangkat bernama kamera. Kamera yang handal untuk merekam gambar, video dan suara. Handal dalam artian memuaskan secara hasil dan memudahkan ketika digunakan. Untuk keperluan foto di Way Kanan, saya tidak memprioritaskan DSLR, cukup dari kamera smartphone karena hasil foto hanya untuk keperluan blog dan medsos, bukan untuk media cetak (majalah). Maksud saya begini, biasanya kalau saya ambil foto dengan DSLR berarti ada kemungkinan fotonya akan saya gunakan untuk dimuat di majalah. Meski demikian, DSLR tetap saya bawa, menemani duo ASUS smartphone Zenfone 3 dan Zenfone 3 Max.

Kenapa saya bawa 2 ponsel? Zenfone 3 itu ponsel saya yang baru berusia 8 bulan. Di dalamnya tersimpan banyak data yang enggan saya pindahkan ke HP manapun, termasuk kontak, foto-foto, rekaman chat dan telpon (rajin ya simpan2 hihi), hingga koleksi musik dan video. Lagipula, Zenfone 3 Max baru tiba di rumah saya dua hari sebelum saya berangkat ke Way Kanan. Belum ada waktu untuk utak atik fiturnya kecuali memasukkan kartu SIM saja. Kartunya penting karena berisi paket data yang banyak, sisa pemakaian selama Festival Tidore (8-16 April 2017). 

Ini wujudnya. 5,5". Tipis. Kece.

Nah, Zenfone 3 Max itu rencananya akan saya pakai untuk keperluan ambil foto, video, dan live post di media sosial. Sedangkan Zenfone 3 khusus untuk berkomunikasi dengan siapapun.

ZenFone 3 Max #GaAdaMatinya memang jadi andalan selama meliput kegiatan di Way Kanan. Dari jadwal yang dibagikan panitia, terlihat betapa padat dan panjangnya kegiatan kami. Harapan saya semoga ZenFone 3 Max bisa menemani saya beraktivitas sampai kelar, sejak pagi hingga malam di akhir kegiatan. Bukankah ada powerbank? Betul sekali. Tapi, apakah powerbank memudahkan saya ketika dipakai berbasah-basahan mengarungi sungai dan berguncang-guncang naik motor menuju air terjun? Mari kita lihat.


Baca juga : Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu Way Kanan




Hari Pertama : Perjalanan Menuju Way Kanan

Hari pertama diisi dengan perjalanan menuju Way Kanan. Saya, yuk Annie, dan Ika dari Jakarta. Sedangkan mbak Dian dari Batam. Kami bertemu di bandara Radin Inten II, Lampung, untuk selanjutnya bersama-sama menuju Way Kanan dengan menggunakan mobil yang sudah disiapkan oleh panitia festival. Ayu (PNS pemkab) dan Angga (ajudannya bupati Way Kanan) yang menjemput kami. Perjalanan berlangsung lancar sejak dari bandara, rumah makan, hingga kami tiba di Way Kanan dan bertemu dengan rombongan panitia yang sudah menunggu. Ada bang Yazed, Ajie, Angga, dan teman-teman dari komunitas K@wan. Selanjutnya kami dibawa ke Desa Gedung Batin, kampung tua yang menjadi tempat kami bermalam di salah satu rumah warganya. Setelah menaruh barang-barang, kami keluar makan malam di RM Fajar Indah. Jam 11 malam kami kembali ke Gedung Batin, bermalam di rumah Pak Rajimin. Waktunya istirahat sebelum memulai kegiatan esok hari. Tapi sebelum itu, Stop Kontak jadi benda yang sangat kami cari karena daya HP dan kamera sudah sekarat. Dan malam itu, baterai Zenfone 3 Max yang baterainya penuh sejak pagi, tersisa 5%. Foto, video, dan aktivitas posting seharian, tersimpan di dalamnya, bukti energi yang terkuras seharian. 

Zenfone 3 Max - Wefie di jembatan yang menghubungkan area bandara dan area parkir - 12.30PM


Zenfone 3 Max - Makan siang di RM Yangti - 2.05 PM


Zenfone 3 Max - Sore di Desa Banjar Masin - 5.44PM


Zenfone 3 Max - Makan malam di RM Fajar Indah - 8.31 PM

Hari Kedua : Mengarungi Way Besay

 
Pagi hari diawali dengan berkeliling Desa Gedung Batin, mengunjungi salah satu rumah tua kediaman kepala desa, makam tua bertuliskan tahun 1305, hingga mengikuti launchingbamboo rafting di Way Besay. Aktivitas di sungai besar sepanjang 12 km berlangsung selama 2 jam. Meski kami naik speedboat, tapi sensasinya tak kalah seru. Selama berperahu, saya tidak mau ambil resiko. DSLR saya simpan dalam dry bag, smartphone saya taruh dalam kantong kedap air transparan. Selama 2 jam kamera HP merekam gambar, video, dan semuanya sukses. Usai bamboo rafting lanjut makan siang bareng bupati Way Kanan di Gedung Batin. Ada sesi temu wicara sekitar 1 jam sebelum akhirnya bupati meninggalkan Gedung Batin. 


Acara selesai? Belum! Malamnya kami menyaksikan acara pemilihan Muli Mekhanai Way Kanan 2017. Nah, apa kabar Zenfone 3 Max? Saat makan malam, baterainya tinggal 5%. Kali ini energi baterai Zenfone 3 Max lebih cepat habisnya dari pada hari sebelumnya. Kenapa? Karena aktivitas di hari kedua jauh lebih banyak, dan penggunaannya pun otomatis lebih sering. Saat itulah powerbank menjalankan tugasnya. 

Zenfone 3 Max - berlatar belakang rumah tua usia 300an tahun - 9.10AM


Zenfone 3 Max - Mengarungi Way Besay - 10.58 AM


Zenfone 3 Max - Bersama Bupati Way Kanan di Gedung Batin - 4.19 PM


Zenfone 3 Max - Makan Malam di Way Tahmi - 8.47 PM


Zenfone 3 Max - Nonton acara pemilihan Muli Mekhanai Way Kanan 2017 sampai jam 00.10 AM (dini hari!) 😅

Hari ketiga : Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu

Sebelum motoran sejauh 7 km menuju Air Terjun Putri Malu, kami mengunjungi Kampung Bali Sadhar. Selain untuk melihat-lihat suasana desa, menyambangi rumah ibadah, melihat pembuatan dodol Bali, juga untuk temu wicara dengan tokoh masyarakat Kampung Bali Sadhar. Setelah itu, petualangan menuju Air Terjun Way Kanan pun dimulai. Nah, selama motoran inilah saya mengandalkan Zenfone 3 Max. Baik memotret maupun merekam video. DSLR tidak saya bawa. Akan sulit sekali menggunakannya jika motoran. Menjaga badan saja susah, apalagi kalau bawa-bawa kamera besar. Dengan sebuah tongsis saya merekam perjalanan bermotor yang termasuk ekstrem. Total perjalanan PP 90 menit dan sekitar 45 menit di air terjun. Dan selama itu pula Zenfone 3 Max bekerja. 

Kali ini, energi baterai terkuras lebih cepat. Belum magrib tersisa 10%. Kalau dilihat dari file foto dan video yang ada, jumlahnya memang lebih banyak dari 2 hari sebelumnya. Terutama video. Meski belum sampai magrib sudah mau habis, energi batrenya tetap termasuk kuat karena digunakan sejak pagi hingga jelang magrib. Setidaknya, tidak habis saat beraktivitas. Kebayang kan kalau harus pakai power bank segala saat sedang motoran sambil pegang tongsis dan HP? Selain tidak nyaman, barang juga tidak aman. Usai dari air terjun kami kembali ke Blambangan Umpu. Saat itulah hp dicas sepanjang perjalanan hingga tempat pembuatan souvenir batu. Malam terakhir di Way Kanan kami menginap di rumah Ayu. Di rumah Ayu segala gadget diisi kembali tenaganya. 

Zenfone 3 Max - Berkunjung ke Kampung Bali Sadhar - 10.43 AM


Zenfone 3 Max - Trail adventuroe Air Terjun Putri Malu - 1.34 PM


Zenfone 3 Max - Air Terjun Puteri Malu - 2.15 PM

Zenfone 3 Max - Tempat produksi souvenir batu perhiasan -  8.22PM
Zenfone 3 Max - Makan malam bareng terakhir - 10.20 PM


Hari keempat : Kembali ke Jakarta

Setelah 3 hari yang penuh petualangan, saatnya kembali ke Jakarta. Kali ini giliran Aji dan Thini yang mengantar kami ke bandara Radin Inten II. Dian pulang lebih dulu, saya dan Yuk Annie belakangan. Kami sempat jalan-jalan dulu ke rumah saudara yuk Annie. Lalu ke pasar menemani Thini beli kain. Sorenya baru ke bandara lagi, dan kami pun kembali ke Jakarta.  Trip Way Kanan selesai, tersisa ratusan foto dan video dalam smartphone Asus Zenfone 3 Max.

Banyak foto diambil seadanya dan dalam keadaan buru-buru. Sebagian bagus, sebagian lagi biasa-biasa saja. Alhamdulillah yang penting tak mengecewakan. Foto banyak, video banyak. Semua berguna dan berharga. Jadi kenangan saat trip Way Kanan. Tak terlupakan.

Zenfone 3 Max - wefie sebelum meninggalkan Lampung

Tiga kata untuk Zenfone 3 Max: Cantik, Tahan Lama, dan memuaskan.

Body tipis nan menawan dibalut warna pink. Kapasitas baterai besar dan punya fitur penghemat energi, bahkan dapat berubah fungsi menjadi sebuah powerbank. Kamera mumpuni PixelMaster Camera 3.0. dengan dukungan fokus terbaik yakni TriTech Auto-Focus.

Usai dari Way Kanan, Zenfone 3 Max selanjutnya dipakai oleh suami untuk penggunaan sehari-hari. Berhubung ponsel satu ini berwarna PINK, suami memasang cover bening agak kecoklatan. Biar tidak nge-pink banget katanya he he.

ZenFone 3 Max ZC553KL menawarkan baterai berkapasitas besar dan mendukung reverse charging, teknologi khusus agar smartphone dapat menyumbangkan energi ke perangkat lain.  Hadirnya ZenFone 3 Max ZC553KL berwarna Rose Pink tersebut menggenapi model yang sudah hadir dalam warna Sand Gold, Titanium Gray dan Glacier Silver. 

.
Yang #Pink dan Cantik memang #GaAdaMatinya 🌸 Main ke desa, ke gunung, ke hutan, bahkan main di sungai seharian, energi tetap kenceng, penampilan pun tetap trendi dan stylish 😎 Ngomongin diri sendiri? Bukan, ini lagi ngomongin smartphone yang saya pakai 😂 . Jadi gini, selama mengikuti kegiatan Festival Way Kanan kemarin, andalan saya buat motret dan video pakai smartphone #ASUSaja #Zenfone3MaxID. Kegiatan saya dan kawan2 blogger padat, dari pagi sampai malam. Banyak yang dilihat dan mesti didokumentasikan. Nah, karena perlu lincah dan banyak bergerak, saya gunakan smartphone untuk urusan foto. Selain ringan (biasanya pakai DSLR EOS70D yang berat itu), juga mudah dibawa-bawa. Untuk pemakaian terus menerus, batrenya pun sangat bisa diandalkan. Memang sih kalo abis tinggal diisi pakai powerbank. Tapi kan ribet. Kalau santai2 dan mainnya di tempat yang aman sih nggak masalah. Ini kan HP dibawa ke tempat yang rentan rusak, pakai dimasukkan ke kantong waterproof segala biar ga kena air sungai, air hujan, bahkan lumpur. Kalau bawa charger, powerbank, dll, kantong waterproof hp-nya nggak muat. Foto ini pagi hari, saya ambil sebelum mengikuti bamboo rafting. Batre masih full. Dan tetap berisi sampai tengah malam saat menyaksikan acara grand final Muli Mekhanai Way Kanan di GSG Way Kanan. Zenfone3Max warna Pink-nya nggak kelihatan? Kan sedang dipakai buat selfie. Diwakili sama pemakainya saja ya. Pink, cantik dan kuat juga kok 😛 . . Lokasi di depan tugu Desa Gedung Batin, Way Kanan. Kamu sudah pernah ke desa tua yang punya rumah2 kuno usia 4 abad ini? Kalau belum, kemarilah, kita wisata sejarah bareng2. Kalau sudah melihat tugu di belakang saya itu, berarti sudah sampai di Gedung Batin. Itu tugunya ada yang rusak, kesenggol kendaraan berat yang sedang memperbaiki jalan desa biar nyaman untuk dikunjungi. Laporan selesai 😂 #Traveler #travelblogger #WayKananAsyik #JalanJalan #TravelingLampung #Lampung #FestivalRadinDjambat
A post shared by Katerina (@travelerien) on


Baterai “GaAdaMatinya” untuk Aktivitas Seharian

 
Sebagai sebuah smartphone yang mengandalkan kekuatan baterai, ASUS ZenFone 3 Max 5.5” ZC553KL diperkuat oleh baterai jenis Lithium Polymer berkapasitas 4.100mAh yang didesain dengan densitas tinggi agar dapat dimasukkan ke dalam body yang tipis, hanya 8,3 milimeter. Dari pengujian internal, baterai tersebut mampu bertahan hingga 38 hari saat dalam kondisi standby di jaringan 4G.

Jika digunakan untuk berkomunikasi suara lewat jaringan telekomunikasi berbasis 3G, baterainya mampu bertahan hingga 17 jam. Adapun untuk penikmat musik, baterai dapat memasok kebutuhan memutar musik selama 72 non stop. Sementara untuk menjelajah Internet, baterai tersebut mampu menopang hingga 19 jam.

Masa aktif baterai yang luar biasa ini dimungkinkan oleh tiga faktor. Penggunaan baterai berkapasitas besar, yakni 4.100mAh, penggunaan prosesor dengan teknologi terbaru yang lebih efisien dalam pemanfaatan energi, dan juga modus optimalisasi baterai yang memudahkan pengguna untuk memilih setting yang paling tepat untuk berbagai aktivitas yang mereka lakukan. Mulai dari Performance, Normal, Power Saving, Super Saving ataupun Customized.


Zenfone 3 Max - Batre HP masih on, orang-orangnya sudah "off" :D - 10.42PM

Bikin Perangkat Lain “GaAdaMatinya” dengan Reverse Charging


 
Selain punya kapasitas baterai besar dan fitur penghemat energi, ASUS ZenFone 3 Max ZC553KL juga bisa membagikan kapasitas energi yang ia simpan di baterainya ke perangkat lain. Dengan fitur reverse charging capability, smartphone ini dapat berubah fungsi pula menjadi sebuah powerbank.

Cara pemakaiannya mudah.  Pengguna cukup menghubungkan smartphone atau gadget lain yang akan diisi ulang menggunakan kabel USB on the go (OTG) yang disediakan pada paket penjualan dan kabel data yang juga sudah disediakan. Pasangkan ujung kabel data (micro USB) ke smartphone yang akan diisi, dan hubungkan ujung kabel USB OTG ke ASUS ZenFone 3 Max. Dengan demikian, daya yang masih dimiliki oleh baterai milik ZenFone 3 Max akan ditransfer ke smartphone yang akan kita isi.

Pengguna juga tidak perlu khawatir ZenFone 3 Max-nya kehabisan baterai. Dengan software yang dimiliki ASUS ZenUI, ia akan mencegah ZenFone 3 Max mentransfer daya ke perangkat lain jika daya baterai yang ia miliki hanya tersisa tinggal 30 persen. 


Zenfone 3 Max - Berfungsi sebagai powerbank!

Fotografi #GaAdaMatinya dengan PixelMaster Camera 3.0 dan TriTech Auto-Focus

 
ASUS ZenFone 3 Max 5.5” ZC553KL diperkuat oleh software kamera mumpuni yakni ASUS PixelMaster Camera 3.0. Selain itu, dari sisi hardware, tersedia pula dukungan fokus terbaik yakni TriTech Auto-Focus. Kamera utama ASUS ZenFone 3 Max ZC553KL punya resolusi 16 Megapixel dilengkapi dengan sistem Tri-Tech Autofocus dapat membantu pengguna untuk mendapatkan fokus dengan lebih cepat dalam berbagai kondisi. Dengan demikian, mereka dapat membidik lebih baik dan mendapatkan foto yang lebih jelas dan tajam. Tri-Tech Autofocus sendiri terdiri dari Laser Auto Focus generasi kedua, Phase Detection Auto Focus, serta Continuous Auto Focus.

Dari sisi software, ASUS PixelMaster Camera merupakan aplikasi fotografi yang sangat lengkap. Pengguna bisa memilih hingga 20 modus pemotretan untuk kamera belakang, dan 10 modus pemotretan untuk kamera depan. Yang paling menarik adalah fitur Manual mode karena dapat mengatur banyak opsi mulai dari White Balance, Exposure Value, ISO, Shutter Speed sampai ke jarak fokus. Ada pula fitur Super Resolution yang dapat membuat ZenFone 3 Max ZC553KL bisa mengambil foto resolusi tinggi hingga 64 megapixel.

Untuk mendapatkan foto dengan resolusi setinggi ini, ASUS menggunakan teknik image-processing khusus untuk menangkap lalu mengombinasikan empat buah foto resolusi 13 megapixel hingga didapatkan sebuah foto dengan tingkat ketajaman 4x lebih tinggi dengan detail yang jauh lebih baik dan tingkat noise yang lebih rendah. 


Kamera Zenfone 3 Max - Souvenir batu perhiasan di Way Kanan

Kamera Zenfone 3 Max -  Suatu pagi di teras rumah warga Desa Gedung Batin

Kamera Zenfone 3 Max - Rumah tradisional usia 300an tahun

Kamera Zenfone 3 Max - Rumah Tradisional usia 400an tahun

Di Indonesia, ZenFone 3 Max ZC553KL Rose Pink dipasarkan di harga Rp 3.099.000. Smartphone cantik ini bisa didapatkan lewat jaringan mitra distribusi ASUS baik Erajaya ataupun Metrodata.

Saya sudah buktikan kekuatan energi si cantik berkamera mumpuni ini. Kamu?





Catatan:
- Terima kasih kepada Dinas Pariwisata Way Kanan yang telah mengikutsertakan saya dalam trip Way Kanan bersama kawan-kawan blogger dan komunitas Wisata Way Kanan K@WAN.
- Semua foto diambil dengan menggunakan kamera Zenfone 3 Max.
- Hasil video dari kamera Zenfone 3 Max dapat dilihat dalam channel Youtube Katerina S
 

Asyiknya Bersepeda Onthel Bersama Komunitas Cooperst di Hotel Grand Zuri BSD

$
0
0
Kapan terakhir kali bersepeda onthel? Agak sulit saya menyebutkan kapan tepatnya. Yang jelas ketika masih SD. Dulu dibonceng tetangga, seorang guru SD bukan tempat saya bersekolah. Sepedanya tinggi, diameter rodanya besar. Ada benda yang saya sebut lonceng di setang kanannya, semacam ‘klakson’. Nyaring jika dibunyikan. Untuk duduk diboncengannya saya dibantu dengan cara diangkat, begitu pula saat turun. Senang sekaligus takut jatuh, itu yang dulu saya rasakan.

Agustusan di Grand Zuri bersama Komunitas Penggemar Sepeda Onthel

Kenangan masa kecil itulah yang menyeruak dalam benak saya ketika mengikuti kegiatan bersepeda onthel hari Sabtu (12/8/2017) di Hotel Grand Zuri BSD. Acara tersebut digelar dalam rangka Hari Kemerdekaan RI (biasa disebut Agustusan). Grand Zuri bekerja sama dengan Komunitas Penggemar Sepeda Onthel Scooperst, menyiapkan 15 sepeda onthel untuk para partisipan.

Peserta sepeda onthel terdiri dari komunitas penggemar sepeda onthel itu sendiri, karyawan Hotel Grand Zuri, dan blogger. Mengingat jumlah sepedanya terbatas, maka tidak semua blogger ikut bersepeda. Peserta dari hotel membawa sepeda sendiri (bukan onthel) dari hotel. Alhamdulillah saya dan suami mendapat kesempatan untuk berboncengan pakai sepeda onthel yang difasilitasi oleh Dhini, marcom coordinator Hotel Grand Zuri BSD.


Mobil Grand Zuri yang mengangkut kami ke Taman Kota BSD 1
Peserta Sepeda Onthel dari Komunitas Cooperst

Bersama salah satu peserta yang memakai kostum prajurit tempo dulu

Titik start bersepeda onthel dari Taman Kota 1 BSD, finish di Hotel Grand Zuri BSD. Seluruh peserta dan sepeda onthel kumpul di Giri Loka. Pukul 7.30 perjalanan baru dimulai. Rute yang dilalui Giri Loka, Puspita Loka, BSD Autopart, Anggrek Loka, Eka Hospital, Hotel Santika, Ocean Park, dan terakhir Hotel Grand Zuri BSD.

Sebelum berangkat, sepeda-sepeda yang datang dengan cara diangkut pakai mobil bak terbuka, diturunkan di seberang Taman Kota BSD 1. Dibariskan, lalu dicek satu persatu untuk memastikan kondisinya siap jalan. Saya melihat satu sepeda terpisah di antara yang lain. Menghadap ke arah berlawanan dari rute yang akan ditempuh. Ukurannya besar. Bentuk setangnya unik, melengkung dan tampak kekaratan. Setelah melihat-lihat, akhirnya sepeda itulah yang kami (saya dan suami) pilih untuk dikendarai.


Ini sepeda yang akan kami pakai, sedang dipasangi bendera

Sepeda onthel dan sepeda kekinian satu barisan

Happy!

Ayo bersepeda, sehat dan seru!

Sebelum perjalanan dimulai, ada satu kejadian dimana kaki kiri saya terjepit di jari-jari roda. Kayuhan pertama langsung terhenti karena saya mengeluh sakit. Padahal saya bersepatu, tapi jari-jari sepeda itu menarik sepatu di bagian tumit, hampir lepas, dan tinggallah tumit berbalut kaus kaki yang kena. 

Saya tidak langsung cek apakah saat itu kaki saya luka, lecet, atau berdarah. Fokus pada jalan dan rombongan pesepeda yang mulai bergerak menyusuri jalan, membuat saya tidak memikirkan keadaan tumit.

Sepeda-sepeda melaju beriringan di jalan yang tidak sepi. Baru kali ini melewati jalan yang biasa saya lalui pakai sepeda. Ada yang beda tentunya. Apalagi bersama para peserta dari Cooperst yang tampil beda dengan busana-busana bernuansa jadul. Ada yang memakai baju prajurit, setelan baju putih ala meneer lengkap dengan topi, baju ala koboy, dan baju daerah. Sementara karyawan Grand Zuri berbusana casual dengan kaos seragam warna merah. Saya dan suami juga demikian. Kebetulan saya memang punya kaos Grand Zuri, hadiah dari hotel, 2 tahun yang lalu. 


Start dari sini

Wow, Dhini boncengan! :)))
Perempatan BSD Auto Part
 
Puspita Loka arah Anggrek Loka

Anggrek Loka

Nyentrik!

Melewati Eka Hospital

Langka rasanya bisa sepedaan onthel bareng komunitas Cooperst. Karena itu, saya nikmati perjalanan tidak jauh ini dengan bahagia, sambil mengenang perjuangan orang-orang dahulu, kala merebut kemerdekaan negeri. Kenangan tentang semangat menyala para pejuang, yang tak boleh mati meski abad telah berganti.
Mas-mas dari komunitas Cooperst itu orangnya seru-seru. Sambil melaju di atas sepeda, mereka nyanyi lagu-lagu perjuangan. Beberapa kali celetukan-celetukan kocak terlontar. Tidak jarang saya ikut tertawa. Saya dan suami sempat digodain, jadi bahan banyolan. "Tuh kayak gitu yang romantis, saat suaminya turun nuntun sepeda, istrinya tetap disuruh duduk di boncengan, bukan disuruh turun dan jalan."Saya dan suami senyum-senyum mendengar mereka saling bersahut-sahutan kata.

Pukul 08.00 WIB rombongan sampai di hotel, disambut oleh para staff hotel yang telah menunggu di depan lobby. Pak Anton Hartanto selaku General Manager Hotel Grand Zuri BSD, turut menyambut kedatangan. Pada sesi kedatangan ini, ada rasa lega dan syukur terbit dalam hati. “Perjalanan berakhir, kami telah sampai. Merdeka!” Berlebihan nggak sih saya merasa demikian? He he. Memang itulah kenyataannya. Buat saya yang tidak biasa, naik sepeda onthel, rasanya ngeri-ngeri sedap. Tampak sekali kalau suami berusaha menaklukan sepeda agar bisa melaju membawa kami berdua sampai finish. Menahan sakit di tumit, kadang sepeda oleng, panik mencari pijakan kaki saat berhenti, menjaga keseimbangan, semua itu bagian dari ‘perjuangan’ untuk mencapai akhir perjalanan.


Rombongan peserta sepeda ontel tiba di hotel


Pak Anton (GM Grand Zuri Hotel BSD) bersiap mengantar sepeda onthel masuk hotel

Pak Anton memberikan kata sambutan tentang makna dari Kemerdekaan RI melalui kegiatan bersepeda onthel yang mereka selenggarakan. Setelah itu, acara dilanjut dengan foto bersama Cooperst. Secara simbolik, sepeda onthel dibawa masuk hotel, dilakukan  oleh Pak Anton. Maksud saya, dikendarai langsung dari luar sampai masuk. Tapi tampaknya ada sedikit “drama” saat Pak Anton membawa sepeda itu, sehingga tidak bisa terus masuk hehe. Sesi terakhir pada bagian ini adalah penyerahan kenang-kenangan dari Hotel Grand Zuri BSD kepada Komunitas Cooperst dan sebuah kenang-kenangan dari Cooperst untuk Hotel Grand Zuri BSD.

Acara ditutup dengan sarapan bersama di area parkir depan lobby hotel. Karyawan, staff, manager, general manager hotel, bergabung dengan para anggota komunitas Cooperst dan blogger. Selanjutnya, blogger diajak ke Zuri Terrace di lantai 3 untuk mencicipi beberapa menu appetizer dan dessert Indonesia Merdeka.  


Sarapan bareng seusai sepedaan
Santai di Zuri Terrace menikmati aneka menu promo Indonesia Merdeka

Selama bulan Agustus, Hotel Grand Zuri BSD menawarkan menu-menu yang disebut Menu Indonesia Merdeka. Terdiri dari appetizer, dessert, dan main course. Yang kami cicipi di antaranya Perkedel, Kroket, Lapis Legit, Klapertart, Poffertjes. Menu-menu tersebut dibandrol dari IDR 30K-40K / porsi.

Menu lainnya yang termasuk promo Agustus dibandrol dengan harga yang sama yaitu IDR 60K adalah Sop Kacang Merah, Selat Solo, Macaroni Scootel, Kentang Tumbuk Sayur, dan Semur. Untuk minumannya ada Kopi Tubruk dan Jus Pahlawan Seribu. Buat yang sedang ingin kulineran di Serpong, bisa cobain menu-menu Nusantara ala Grand Zuri BSD tersebut selama bulan Agustus. 

Lapis Legit

Kroket Kentang

Perkedel Kentang

Klapertart kesukaan!!

Poffertjes alias kue cubit :D

Dari namanya, menu-menu yang saya sebutkan di atas tentu sudah tidak asing bagi kami yang hadir saat itu, atau pun bagi para pembaca. Mungkin sudah berkali-kali mencicipinya, atau pun membuatnya. Yang membedakannya adalah makanan ini adalah buatan chef hotel Grand Zuri. Klapertart ala Grand Zuri BSD, sudah pernah cicipi? Kalau belum, cobain aja..



Kegiatan blogger berakhir di Zuri Terrrace. Setelah melakukan sesi foto bersama, para blogger meninggalkan hotel.

Saya dan suami pulang paling akhir. Kami singgah beberapa saat di area kolam renang, mengambil gambar. Teringat kegembiraan anak-anak saat berenang di sini pada bulan Mei lalu, saat liburan di Hotel Grand Zuri BSD. Hotel ini memang selalu meninggalkan kesan menyenangkan, kapanpun saya berkunjung.

Sehat, kenyang, senang.
Itulah yang saya rasakan usai mengikuti kegiatan Grand Zuri BSD kali ini. 


Selamat hari Kemerdekaan RI ke-72. Damai selalu negeriku. Merdeka! 




Pak Anton Hartanto (GM Hotel Granf Zuri BSD) dan Mas Arif


HOTEL GRAND ZURI BSD
Jl. Pahlawan Seribu Kavling Ocean Park Blok CBD Lot. 6 

BSD City, Banten

Telp: 021-29404955

Email: reservation.bsd@grandzuri.com

Kedai Kopi Kong Djie Jakarta Biak, Obat Kangen Kuliner Belitung Legendaris

$
0
0


Kedai Kopi Kong Djie Jakarta Biak

Kong Djie Jakarta Biak 

Banyak alasan yang membuat saya ingin kembali lagi berkunjung ke suatu tempat, salah satunya karena kulinernya. Citarasa yang khas, suasana tempat makan, dan orang-orang yang menemani saat makan, semua menjadi satu kesatuan yang membuat rasa kangen untuk kembali berkunjung makin meninggi.

Sebut saja Belitung, Negeri Laskar Pelangi ini punya kuliner Gangan yang terkenal, Mie Belitung nan sedap, Kong Djie kopi yang legendaris, dan tentunya aneka seafood juara yang super lezat. Semuanya bikin kangen, menerbitkan rasa untuk kembali ke Belitung.

Baca juga: Santap Malam Nikmat di Restoran Dynasty Belitung


Bareng kawan hobi jalan saat ngopi di Kong Djie Kampung Parit Belitung

Lantas, kalau sedang kangen Belitung, obatnya apa?

Berkunjung lagi ke Belitung adalah cara paling afdol. Tapi, waktu dan rejeki kadang tidak langsung berpihak. Kalaupun ada, teman-teman yang akan diajak jalan belum tentu langsung bisa. Waktu dan duit mesti disiapkan dulu, baru bisa berangkat. Menunggu beberapa waktu. Bisa jadi 6 bulan atau 1 tahun kemudian baru terealisasi.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Hampir satu bulan sejak liburan ke Belitung pada tgl. 14-16 Juli lalu bareng mas Arif dan teman-teman blogger (Riant, Tomi, Dewi, Aji, Dian, Tami, Ima, mas Elton), tiba-tiba ada kesempatan untuk ‘kembali ke Belitung”. KEMBALI dalam tanda kutip yang artinya rombongan Blogger goes to Belitung bisa bertemu dan berkumpul sambil menikmati kuliner Belitung, tapi bukan di Belitung, melainkan di Kopi Kong Djie Biak Jakarta. 


Senang? Banget!

Baca juga: Santap Seafood di RM Sinar Laut Belitung Timur


Jeffry, Pak Toto, Darmawan, dan blogger trip Belitung yang bikin kangen itu...

Cerita ini bagai lanjutan dari liburan Belitung bulan Juli lalu, saat kami memakai jasa Picniq Tour Belitung selama berwisata keliling Belitung. 


Jeffry, owner Picniq Tour Belitung tak hanya manis saat kami sedang menggunakan jasanya, tapi juga sesudahnya. Kami masih saling berkabar dan menyapa. Suatu hari, sekitar dua minggu setelah liburan Belitung, Jeffry mengabari bahwa dia akan buka kedai Kopi Kong Djie di Biak, Jakarta. Kami semua diundang hadir di acara soft launching hari Jumat tanggal 11 Agustus 2017.

Undangan Jeffry kami sambut gembira. Alhamdulillah bisa hadir, teman-teman juga, kecuali Mbak Dian dan Ima, karena mereka jauh (di Batam dan Jogja). Meski tak bisa hadir, mereka turut mendoakan supaya Kong Djie Biak Jakarta dapat dibuka dengan lancar dan sukses untuk seterusnya. Aamiin


Baca juga: Tempat Wisata Kuliner di Belitung


Kedai Kong Djie di Biak Jakarta
Ceret-ceret tinggi khas Kong Djie Coffee

Kopi Kong Djie Biak Jakarta berlokasi di Jalan Biak No.32 Cideng Jakarta. Meski jauh dari tempat tinggal saya di BSD Serpong, lokasi kedai ini mudah dicapai dengan moda transportasi commuter line. Oke, saya ceritakan dulu ya bagaimana cara saya ke sana. Dari rumah, saya naik gojek ke stasiun Rawa Buntu (ongkos 7000), lanjut naik kereta jurusan Tanah Abang (ongkos 6500). Tidak sampai 30 menit sudah sampai. Dari stasiun Tanah Abang saya tinggal naik gojek 10 menit ke Kedai Kopi Kong Djie di Cideng (ongkos 7000). Sampai deh. Mudah dan murah, bukan? Apalagi buat yang tinggal di sekitaran Jakarta Pusat, tinggal ngesot deh he he.

Jumat sore itu, saya berangkat sendiri naik kereta. Suami masih di kantor, pulang kerja ia langsung menyusul saya dkk ke lokasi. Dewi dari Ciledug juga naik kereta, kami janjian ketemu di stasiun Tanah Abang, setelah itu naik Gojek sendiri-sendiri. Riant dan Tomi motoran, tiba hampir magrib. Aji datang setelah magrib, Tami datang jam 7 malam, dan akhirnya semua terkumpul. Dari arah mana pun, tempat ini memang mudah dicapai, baik dengan kendaraan umum maupun pribadi. Tinggal pandai-pandai pilih rute saja karena beberapa titik di jam tertentu arus kendaraan jadi padat dan tersendat.


Baca juga: D'Makmoer Penginapan Murah di Tanjung Pendam Belitung


Kong Djie Siburik Belitung


Kong Djie Kampung Parit Belitung


Kong Djie Tanjung Pendam Belitung

Ciri khas dari Kedai Kopi Kong Djie adalah ceret-ceret tinggi yang dipasang berjejer di depan kedai. Sependek pengalaman saya singgah ngopi di Kedai Kopi Kong Djie yang ada di Belitung (baru 3 dari 12 kedai Kong Djie yang pernah disinggahi), ceret-ceret ini memang jadi pemandangan paling menonjol yang ada di kedai. Sengaja ditaruh diluar, di depan kedai. 

Ceret-ceret tinggi yang jadi ikonnya Kong Djie ini pun bisa dijumpai di Kong Djie Kopie Biak Jakarta. Kalau sudah di Jalan Biak 32, tinggal cari saja kedai yang bagian depannya berderet ceret-ceret. Jika sudah melihatnya, tidak salah lagi itulah Kong Djie Biak Jakarta. 


Ikon Kopi Kong Djie

Kong Djie Biak Jakarta menyediakan Kopi Kong Djie sebagai menu andalannya. Minuman legendaris dari Belitung ini sudah ada sejak tahun 1943. Dengan tujuan untuk turut serta melestarikan Kong Djie, Ibu Tantri (salah satu owner Kopi Kong DJie Biak) menyatakan bahwa kopi yang mereka suguhkan diracik sesuai resep aslinya di Belitung. Jadi buat yang ingin merasakan keaslian citarasa Kopi Kong Djie, jangan ragu untuk ke sini.

Selain Kopi Kong Djie itu sendiri, kedai Kong Djie juga memanjakan lidah para pecinta kuliner Belitung dengan menyediakan menuGangan, Mie Belitung, Es Jeruk Kunci, dan Nasi Tim Belitung. 





Bicara tentang kuliner khas, kadang ada anggapan bahwa keaslian resep dan citarasa akan berbeda jika dibuat bukan di daerah asalnya. Saya pikir, anggapan itu tidak mutlak, tergantung siapa pembuatnya. 


Di sini, para owner kedai Kopie Kong Djie adalah asli orang Belitung dan tinggal di Belitung. Sebut saja Pak Irawan, beliau adalah anak dari Pak Atep, pemilik kedai Mie Belitung Atep yang terkenal itu. Beliau menjamin bahwa rasa mie Belitung yang mereka buat di Jakarta tidak ada bedanya dengan yang mereka buat di Belitung. 




Malam itu kami mencoba menu-menu khas Belitung seperti Gangan, Mie Belitung, Nasi Tim, dan Es Jeruk Kunci. Tidak ketinggalan mencoba menu-menu lainnya. Di sini tersedia 4 kategori menu yaitu Hot Drink, Cold Drink, Meal, dan light (daftar menu lihat gambar di bawah ini). 


Jeffry merekomendasikan Thai Tea, Riant dan Tomi yang mencobanya. Dimsum ceker juga disarankan untuk dicoba, Dewi yang mencicipinya. Nasi Tim Belitung? Saya dan Mas Arif baru kali ini mencobanya. 






Terasa istimewa kala Mie Belitung Atep yang saya pesan malam itu dibuat sendiri oleh Pak Irawan. Buat yang pernah makan Mie Belitung Atep di Belitung, mie buatan pak Irawan memang jadi pengobat rindu yang ampuh. Buat saya, bukan hanya soal lidah yang mendadak dimanjakan, tapi juga tentang kenangan yang tiba-tiba menyeruak memenuhi benak. 


Saya tidak akan pernah lupa kala makan Mie Belitung Atep di tahun 2015 berdua mbak Samsiah, ataupun di tahun 2016 bareng para blogger. Iya, sebuah makanan pun bisa membawa seseorang terlempar ke masa lalu, pada kenangan manis yang tidak pernah bisa hilang meski waktu telah berlalu sekian lama. 





Sebagai salah satu owner, Pak Irawan memang secara khusus datang dari Belitung. Selain untuk menghadiri soft launching, beliau juga ingin berjumpa langsung dengan para pengunjung kedai. Bersama Jefrry dan bu Tantri, Pak Irawan bahkan terjun langsung turutmelayani pesanan, mulai dari mencatat pesanan, hingga memasaknya di dapur Kong Djie.

Datang ke Kopi Kong Djie tentu akan terasa afdol jika memesan Kopi O, baik hangat maupun dingin. Saya dan suami memasukkan minuman ini sebagai prioritas. Saya bukan ahli kopi, penikmat kopi pun bukan. Kalau ada yang mencari kesan terhadap minuman kopi yang saya minum, saya nyerah hehe. Tapi yang jelas, suami berani bilang: “iya, ini Kopi Kong Djie.” 


Coba kopi khas Belitung ini :)


Mie Belitung nya sedap :)


Gangan, si juara yang menggiurkan


Coba juga Nasi Tim Belitung


Siaw May Kepiting ini kesukaan Mas Arif


Es Jeruk Kunci minuman khas Belitung yang menyegarkan


Thai Tea rekomendasi owner Kong Djie Biak JKT. Harus coba!

Pak Irawan, Jeffry, dan bu Tantri adalah orang-orang Travel dari Belitung yang telah lama bergelut di dunia wisata. Maka tak heran ketika kedainya dikunjungi oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia wisata, baik para pengusaha jasa wisata, maupun para wisatawan seperti kami. Ruangan kedai yang saat itu baru menyediakan 7 meja dengan 30 an kursi, penuh sesak. Kursi-kursi dan meja pun ditambah.

Ramai dan penuh orang. Masing-masing dengan kelompoknya, menikmati kopi dan obrolan berbagai topik. 3 buah AC dalam ruangan, syukurnya tidak kewalahan mengademkan udara di ruangan yang tidak terlalu luas. Berisik dan tidak tenang. Tapi di sinilah “rasa” dari Belitung yang dirindukan. Kalau kamu pernah datang ke Kopi Kong Djie Siburik, kamu akan tahu rasanya berada di warung kopi melayu ala Belitung. Di mana berisiknya orang bicara apapun, dengan nada suara yang bisa didengar dari jarak sekian, menjadi sensasi paling khas yang tidak kamu jumpai di kafe-kafe kopi modern yang menawarkan suasana nyaman untuk nongkrong-nongkrong tenang. Ini Kong Djie bung! Makin ramai dan berisik, masik asik.



Bu Tantri, salah satu owner Kong Djie JKT Biak bersama para pengunjung kedai

Nikmati kuliner dan suasana Belitung

Asyik buat tempat kumpul bareng teman-teman

Ngopi sambil seru-seruan bersama kawan

Jadi bagaimana, apa kangen pada Belitung sudah tuntas?

Tuntas bagi lidah yang rindu mencecap kembali rasa Kopi Kong Djie, Gangan, dan Mie Belitung. Buat yang belum pernah mencicipi kuliner asli Belitung, baik juga jika kemari dulu sebelum mencicipi langsung di tempat asalnya. Soal harga, minumannya mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 18 ribu. Sedangkan makanannya mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 35 ribu. Terjangkau banget!


Kopi Kong Djie Biak Jakarta
Jalan Biak No. 32a Jakarta Pusat
Instagram : @kongdjiejakartabiak

Tiket Kereta Api Kini Semakin Banyak Diburu Oleh Masyarakat

$
0
0

Melakukan perjalanan apapun sebenarnya ada banyak pilihan dan banyak cara yang bisa dilakukan, diantaranya adalah untuk mencari cara yang tepat dan sesuai sehingga akan memberikan kepuasan tersendiri dalam melakukannya. Bukan tidak menutup kemungkinan karena hal ini akan berpengaruh pada bagaimana nantinya Anda merasa nyaman atau tidak dalam perjalanan Anda, misalnya saja Anda bisa bebas dalam memilih cara bepergian dengan menggunakan apa dan dengan cara apa. Seperti halnya kini orang bisa melakukan perjalanan dengan menggunakan banyak jenis transportasi umum sebab kini semakin canggih segala sesuatunya, maka akan semakin memudahkan Anda untuk bisa menikmati perjalanan yang memuaskan dan juga lebih cepat dilakukan sebagai salah satu pilihan. Hal ini terbukti bahwa saat ini banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan kereta api sebagai perjalanan mereka sehingga kini tiket kereta api semakin banyak diburu.

Sebenarnya ada beberapa hal atau alasan mengapa banyak orang yang memilih untuk menggunakan kereta api sebagai alternatif pilihan transportasi mereka, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.    Lebih murah,
Kini memang banyak orang yang lebih memilih untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan kereta api dikarenakan memang dari segi ongkos lebih murah dan juga memang ada beragam pilihan harga tiket yang mana saat ini sistem pembelian tiket untuk kereta api hampir sama dengan pembelian tiket pesawat terbang yakni semakin lama jangka waktu memesan dengan hari H keberangkatan maka akan semakin murah tiket yang bisa didapatkan. Dengan demikian Anda bisa mencobanya sebagai salah satu antisipasi yang sesuai.

2.    Cara pesan mudah,
Saat ini banyak cara yang bisa dilakukan untuk memesan tiket karena memang tiket untuk kereta api bisa dibeli secara online di beberapa situs jual beli online yang memang bekerja sama dengan PT. KAI. Bayangkan dengan hanya menggunakan smartphone Anda maka Anda sudah bisa memesan tiket dengan mudahnya dan dalam waktu yang cukup singkat. Anda bisa memesan melalui portal PT. KAI secara langsung atau bisa juga dengan cara memesan online melalui situs jual beli tiket online yang mana biasanya ada promo sehingga bisa membuat Anda lebih untung. Tergantung Anda memilih yang mana sesuai dengan kenyamanan Anda.

3.    Lebih cepat dan tepat waktu,
Sebab dalam membeli tiket kereta api saat ini bisa dengan cara mudah dan hal tersebut pastinya dari segi waktu dalam perjalanan yang Anda lakukan biasanya lebih bisa tepat waktu dan lebih cepat, sebab berdasarkan UU Perkeretaapian dan juga sistem transportasi sudah sejak lama bahwa kereta api didahulukan untuk lewat lebih dulu dan memang sudah ada jalur khusus tertentu sehingga memungkinkan Anda untuk menghindari kemacetan dan hal ini akan sangat efektif dilakukan oleh Anda yang sedang terburu-buru pergi ke suatu tempat. Bayangkan dengan hemat perjalanan selama beberapa jam saja maka hal itu akan bisa membuat Anda merasa nyaman dalam menentukan pilihan perjalanan bahkan waktu yang tersisa tersebut bisa Anda manfaatkan untuk beristirahat meskipun tidak begitu lama.

4.    Nyaman dalam perjalanan,
Tidak mengherankan lagi jika Anda melakukan perjalanan melalui kereta api dan membeli tiket kereta api maka salah satu yang bisa membuat Anda merasa nyaman adalah dari segi pelayanan yang saat ini memang sudah banyak evaluasi dan juga kenyamanan pelanggan atau penumpang adalah hal yang utama bahkan di setiap gerbong kini sudah ada AC yakni sebagai kelas ekonomi AC.

To The Scenic of Pulau Pisang

$
0
0
panorama pulau pisang

To The Scenic of Pulau Pisang

One trip betting for a lot of fun began since driving the car for 6 hours from Bandar Lampung to Krui. It was 8 pm when we arrived at Labuhan Jukung, where we stayed before we continued our journey accros to Pulau Pisang the next day. Labuhan Jukung is known as a tourist area that presents the beauty of the beach and sea with spectacular sunset that can be enjoyed every afternoon. High and long waves with surfers dancing with waves.

The Port of Kuala Stabas Krui becomes the starting point of the crossing to Pulau Pisang. Just beside the harbor there is Bukit Selalau, a favorite place for people to take pictures and sit around enjoying the coastal scenery with rows of hills and Mount Pugung in the distance. 


After wearing a life jacket, installing a backpack cover, and storing the gadget tightly in a waterproof bag, jukung (a kind of traditional boat) hurried leaving the port. Ten people in one jukung, according to maximum capacity. The universe blessed our journey. It gave us clean blue sky, bright sunshine, and wind the caressed the face.

kuala stabas krui
Kuala Stabas
jukung pulau pisang
Jukung (a kind of traditional boat) hurried leaving the port - Photo taken by Arif @arifgwibowo

FOR TOURIST visit Pulau Pisang, the opportunity to see dolphins on the high seas can also be obtained. On the day of departure, we did not plan to hunt the attractions of dolphins. Focusing on the mainland exploration activities of Pulau Pisang made us want to hurry up. Even so, the eyes were still sweeping the ocean, hoping to meet with hordes of dolphins.

At 10.00 am our boat began to dock towards the beach near the pier of the east side of Pulau Pisang which is no longer functional. In this section, Pulau Pisang overlooks the mainland of Sumatra, precisely facing Tembakak Village, Karya Penggawa Subdistrict, West Coast. 


Our boat rested directly on the beach. Not far from the dock there was a large wood that was put to sleep and painted with the words “Welcome Pulau Pisang”. Yes, we had arrived on Pulau Pisang. One rare opportunity to be on a rather hectic island away from Bandar Lampung.

pelabuhan pulau pisang
Floating dock - Photo Katerina @travelerien

Photo Arif @arifgwibowo

The area of Banana Island is about 200 hectares. Located of Tembakak Beach. Currently, it has become one of its own sub-districts and is inhabited by people panorama. Charming old and antique houses to photograph. Old school and Sound Signs Towers, the heritage of Dutch. The house where the fifth Indonesian president’s husband ever lived. The activities of the residents in the morning. Clove gardens are the main commodities of the islanders. Big waves in many spots. Craftsman of gold yarn and tapis (a kind of traditional cloth). To see it all, not enough by just a short visit.

Pulau Pisang - Photo Katerina @Travelerien
Pulau Pisang Culinary - Photo Katerina @travelerien

Much can be seen on Pulau Pisang, especially the beauty of the sea and its beaches. There is a snorkel spot with an unspoiled underwater panorama. Charming old and antique houses to photograph. Old School and Sound Signs Towers, the heritage of Dutch. The house where the fifth Indonesian president’s husband ever lived. The activities of the residents in the morning. Clove gardens are the main commodities of the islanders. Big waves in many spots. Craftsman of gold yarn and tapis (a kind of traditional cloth). To see it all, not enough by just a short visit.

Spending the night here is more complete. More time can be used to see and do things. Swimming, walking around the island, enjoying the typical cuisine. Staying at a community home has added value, making it easier to recognize the culture and habits they have, whether through chatter when interacting directly, from daily activities, or from the food they serve.

Home stay - Photo taken by Katerina @travelerien
Pekon Pasar, Pulau Pisang - Photo by Katerina @travelerien

TO EXPLORE the island to the far, we rented a motorcycle at a price of Rp 60.000, - per day. It can be used to tour the island all day. The motor can be ridden alone. If required, a guide can be hired to accompany the tour.

The first place we visited was the State Elementary School (SDN) of Pasar Pulau Pisang. Based on the existing archives, the school was founded in 1892, built during the Dutch occupation, and still stands today. It has been renovated several times, without changing its original shape. The original building stands on the front, consisting of 5 classrooms. While the additional building is in the back. High and wide door shape, characterizes Europeanstyle building architecture. Without a window but the top wall is made perforated as the air circulation. 

SDN Pasar Pulau Pisang - Photo taken by Arif @arifgwibowo

The village road made of cement, its length to penetrate the clove plantation which became the main commodity of Pulau Pisang. In the clove plantation belonging to the residents there is Menara Rambu Suara (sound sign tower). The five story tower located on top of this hill can be climbed in turns and carefully. There are no guards in the tower, so no ticket has to be paid.

The undeniable charm of the West Coast is presented from the height of the tower. The view of the sea with its beautiful water color gradation. Rows of hills on the mainland of Sumatra Island in Lampung. Coastline, white sand on the beach, waving palms, rooftops, coconut and clove forests, until the endless wave of waves sweeping the beach, all looking stunning. 

Menara Rambu Suara - Photo by Katerina @travelerien


Menara Rambu Suara - Photo taken by Arif @arifgwibowo

We also went to Batu Gukhi, the last destination of the day. The rolling waves I saw in this place, created long and high waves toward the shore. Many times without stopping. But this is the paradise of surfers, as well as photographers. White sand beach to the south is suitable for a relaxing swim or just a soak.

Batu Gukhi - Photo taken by Arif @arifgwibowo
Batu Gukhi Beach -  Photo by Tama @tamaa_11

Pulau Pisang is quite famous for making Tapis Lampung fabric. Many crafters of Tapis fabric and gold embroidery can be found on this island. We came to one of them to see first-hand the making of Tapis fabric with traditional method.

Mrs. Erdalena, one of the Tapis crafters we met, welcomed us kindly. On the porch of her house there was a special table that was used for the process of fabric work. Tapis made by Mrs. Erdalena were in the form of fabric, some in shawls. While the gold embroidery was made in the form of door curtains that were usually used for certain events. The price range of Tapis fabric that Mrs. Erdalena sold was Rp 3 million per sheet, while the door curtain was Rp 1.5-2 million. The crafters of Tapis on Pulau Pisang often received fabric orders from outer island buyers or outside the region. 


Photo by Arif @Arifgwibowo

PULAU PISANG did not only reward us with valuable experience and lessons, but also the natural wonders presented in plain sight. On our way back to Kuala Stabas, we had different stories from the departure trip.

Not until 20 minutes since the boat left Pulau Pisang, a horde of dolphins emerged far more than I’ve ever seen in Kiluan. They came very close from the front, right side and left side of the boat. The camera was ready, but always lost its speed. Maybe it was just time to see with the eyes, not with the camera lens. The appearance of the dolphins did not last long, but I saw the faces of friends so pleased. All shouted joyfully and laughed satisfiedly. Until finally the dolphins did not appear anymore. Disappearing in the vastness of the oceans of the West Coast.

Dolphins - Photo by Aris Pratama @riez-aries

The trip exploring Pulau Pisang provides a rewarding experience, as well as beautiful memories. The sea and its lands offer an exciting adventure that will always be missed in the days to come. No need to spend too deep to fly hundreds to thousands of kilometers leaving the hubbub of the capital. Simply direct yourself to Lampung, to the natural beauty of Pulau Pisang.

Photo taken by Arif @arifgwibowo
Photo taken by Dwi Rino @akunrino
Photo by Katerina @travelerien
To The Scenic of Pulau Pisang - by Katerina - XPRESSAIR Inflight Magazine, August 2017

  

Jelajah Keindahan Pulau Pisang 

Keliling Krui Jelajah Pesona Pesisir Barat

Wisata Kaliber Dunia di Pesisir Barat Lampung

Liburan Long Weekend di Hotel Aston Bogor

$
0
0
hotel mewah di bogor
Hotel Aston Bogor

Ada “hari kejepit” di bulan Agustus, dan itu satu-satunya. Lantas, yang terlintas di pikiran adalah: liburan panjang akhir pekan. Hari kejepit yang saya maksud adalah hari Jumat tanggal 18/8, hari kerja yang berada di antara 2 hari libur, yaitu tgl 17/8 hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia dan tgl. 19/8 hari libur kerja bagi suami saya. Liburan selama 3-4 hari kan lumayan puas, apalagi kalau ajak keluarga. Bakal seru. Nah, liburannya kemana?

Saya dan suami senangnya bertualang ke alam. Kalau liburan, tentunya ingin jauh ke luar kota. Beli tiket, terbang ke suatu tempat terpencil, menikmati keheningan. Tapi kali ini kami menuruti maunya anak, karena liburan kali ini memang jatahnya mereka. Apa yang diinginkan anak-anak? Liburan di hotel bagus yang banyak fasilitas bermain. Wuaaah….ada nggak ya? Banyak! Hanya saja, hotel bagus dan berfasilitas lengkap biasanya harganya nggak murah *grin. 


Liburan keluarga di hotel bernuansa rumah

Liburan Gratis di Hotel Mewah


Setelah mencari berbagai info hotel di situs Traveloka, menimbang dan memilah-milah, akhirnya saya menemukan Hotel Aston Bogor. Nah, hotel sudah cocok, tinggal harganya. Cocok dikantong nggak? Sempat nyengir-nyengir rada kecut juga sih, soalnya harganya nggak murah juga buat ukuran dompet kami hihi. Tapi tahu nggak sih, liburan di hotel mewah ini akhirnya saya dapatkan dengan gratis! Kok bisa? Ya bisa dong, kan saya pelanggan setia Traveloka. Mau tahu gimana caranya? Nanti saya ceritakan di akhir tulisan ini. Sekarang saya cerita dulu bagaimana serunya kami menikmati liburan di Hotel Aston selama 3 hari 2 malam.  


Tadinya, kami ingin berangkat Kamis (17/8), tapi anak-anak masuk sekolah untuk upacara. Jadinya Jumat (18/8) baru berangkat ke Bogor. Itu pun anak-anak sekolah dulu. Pulang mereka sekolah, baru deh sorenya kami meluncur ke Bogor. Perjalanan dari BSD Serpong ditempuh dengan santai, karena liburan ini memang bukan untuk ngebut lakukan ini dan itu. Sampai Bogor sudah magrib. Sebelum sampai di hotel, kami makan malam dulu di daerah Lawang Gintung, dekat pabrik Boehringer. Usai makan, baru ke hotel. 


Baca juga : Liburan di Hotel Kristal Jakarta 


Liburan di hotel ramah keluarga

Kamar Nyaman dengan Pemandangan Gunung
 

Hotel Aston Bogor terletak di Bogor Nirwana Residence, Jl. Dreded Pahlawan, Bogor Selatan, Mulyaharja, Kota Bogor, Jawa Barat. Saat kami tiba di hotel bintang empat ini, waktu sudah menunjukkan jam 7 malam. Kami langsung check-in. 

Sambutan ramah dari para petugas dan resepsionis, serta layanan check in yang cepat, membuat saya terkesan. Pertama sampai, saya dibuat kagum dengan elemen air di area depan hotel, baik di sisi depan resto, sekeliling lobi, hingga di sisi luar lounge. Bahkan, hotel ini dilalui Sungai Cipinang Gading yang airnya mengalir tenang. Nuansa alami langsung terasa. Asri, sejuk dan menenangkan.

Lobby
Elemen air di banyak tempat sekitar area lobby

Kamar yang saya pesan terletak di lantai 6 tower 1. Saya lega ketika melihat kondisi hotel yang sesuai dengan gambar di website. Kualitas hotel bernuansa rumah dengan kamar modern yang dilengkapi teras pribadi, memiliki view langsung ke gunung. Otomatis kamar dengan dua tempat tidur ini memiliki akses kenikmatan angin gunung yang segar. Sehat untuk mata dan paru-paru. Fitur tambahan di kamar seluas 32 meter persegi ini meliputi kulkas kecil, pembuat kopi dan teh, TV 26-inch serta facilitas Wi-Fi Gratis. Ada sebuah sofa panjang yang empuk, bisa berfungsi sebagai tempat duduk-duduk sekaligus jadi tempat tidur saat kebutuhan kasur tambahan tidak disarankan. Kamar mandinya luas, menggunakan shower dengan fasilitas jubah dan hair dryer.

Dengan panorama dan suasana alam yang sejuk, kami pun berhasil mendapat kualitas tidur yang oke.  Kelebihan hotel ini tentu bukan sekedar panorama alamnya, tapi juga berbagai aktivitas lain yang patut dicoba. Mulai dari kegiatan yang gratis hingga berbayar bisa dinikmati di hotel ini. 

Superior Room
Junior Suite Room


Kamar tidur, living room, dan ruang kerja di Junior Suite Room

Pemandangan gunung di balik jendela kamar


Balkon pribadi

Menikmati Ragam Kuliner Lezat di Restoran Batu Tulis

Memanjakan lidah dengan berbagai makanan lezat akan membuat liburan menjadi lebih afdol. Bagaimana dengan Restoran Batu Tulis di Hotel Aston? Apa sudah cukup untuk memuaskan petualangan rasa? Tidak ada keraguan untuk itu. Sejak pertama kali makan di restoran ini, kami sudah mendapatkan suguhan menyenangkan yang menjamin kepuasan rasa pada lidah dan mata. Makanan enak, suasana nyaman, pemandangan yang terlihat dari resto pun indah.

Restoran Batu Tulis memiliki 4 tempat makan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Bisa pilih tempat di depan resto yang terhubung dengan area lobi (semi outdoor), di dalam (ruangan ber-AC), di teras luar bagian belakang (atas), atau di luar bagian belakang (bawah). Kami selalu memilih teras belakang yang paling bawah karena memiliki view ke taman dan sungai. Tempatnya luas dan terbuka, udara terasa lebih segar. Bikin betah dan malas beranjak dari kursi. Maunya duduk berlama-lama sambil menghabiskan makanan pelan-pelan. Meskipun pengunjung restoran selalu ramai, bahkan boleh dibilang kerap penuh, tapi suasana tetap nyaman. Restoran ini memang besar, sanggup menampung pengunjung dalam jumlah banyak sekalipun. 


Baca juga : Glamping Bahagia di Trizara Resorts

Restoran (semi outdoor)
Restoran (indoor)



Konsep open kitchen di restoran

Kebersamaan


Paling suka duduk di sini
Salah satu dari empat area makan di restoran Batu Tulis

Sebagai hotel & resort bintang 4, jumlah menu dan jenis makanan sudah sesuai standarnya.  Jaminan mutu dari makanan yang dimasak dengan cakap, membuat lidah ketagihan untuk mencoba citarasa berbagai makanan yang tersaji. 

Tidak ada kekhawatiran menjadi bosan dengan menu-menu yang itu-itu saja, sebab di sini, ragam kuliner Nusantara maupun internasional, berjejer menunggu untuk disantap. Oh ya, saya suka dengan konsep open kitchen-nya. Sambil memilih makanan, kami bisa lihat langsung kesibukan para chef dan kru mengolah makanan.

Kalau kulineran di hotel saja sudah banyak banget ragamnya, mengapa harus kulineran di luar hotel lagi, ya kan? Iya!  Jelajah rasa di hotel saja sudah memuaskan, bahkan tak habis-habis untuk dicoba di lain waktu. Pikir-pikir, sayang waktu juga sih kalau mencari di luar. Mending waktu yang ada digunakan untuk berlama-lama dengan keluarga, ngobrol berbagai hal sambil menikmati aneka kudapan hotel. 

Menu sarapan sangat bervariasi


Banyak menu kesukaan keluarga


Menu internasional atau tradisional, tinggal pilih sesuai selera


Aktifitas Menyenangkan Untuk Seluruh Anggota Keluarga

Hal pertama yang saya cari kala hendak liburan di hotel bersama anak adalah fasilitas bermain, kolam renang, dan aneka kegiatan untuk anak. Syarat ini menjadi wajib supaya liburan anak terisi dengan hal-hal menyenangkan yang membuatnya betah. Alhamdulillah Hotel Aston ini hotel ramah keluarga. Ada fasilitas-fasilitas khusus untuk anak seperti Kids Club, Chef Cilik, dan Kolam renang anak.

Kids club dan kolam renang buka tiap hari. Kalau chef cilik hanya ada tiap hari Minggu dan hari libur nasional saja. Kegiatannya belajar cara membuat hidangan sederhana, dibimbing oleh koki profesional Hotel Aston. Lokasinya di Pool Bar jam 08:00. Untuk mengikuti kegiatan ini dikenakan biaya Rp75,000nett/anak. Biaya tersebut sudah termasuk topi koki, celemek, sertifikat serta produk makanan. Karena kegiatan ini menarik, saya pun mendaftarkan anak. Tapi, ketika sudah sampai di tempat, anak saya malah tergoda untuk berenang. Akhirnya tidak jadi masak-masak. Katanya sih lain waktu saja. Gemes sih, tapi ya nggak bisa dipaksa. Kalau anak maunya berenang, ya biarkan berenang, he he.

Kolam renang anak


Paling suka berenang


Chef Cilik


Suami main tenis meja bareng tamu hotel lainnya

Nah, untuk kegiatan yang bisa diikuti oleh seluruh anggota keluarga, ada GAMES PACKAGES dengan biaya Rp100.000 nett. Kegiatannya berupa Flying Fox, Trampoline, Archery, Tunnel, Swinging Bridge, Burma Bridge, Elvis Bridge. Kegiatan ini bisa diikuti tiap Sabtu dan Minggu mulai pukul 07:00 - 17:00. Saya mendaftar untuk hari Minggu. Tapi ga jadi ikut karena Minggu pagi anak saya yang remaja terlalu sibuk berenang, dan suami memilih main tenis meja bersama bapak-bapak tamu lainnya.

Karena semua sudah sibuk dengan kesenangannya masing-masing, akhirnya saya memilih untuk jalan-jalan sekitar hotel, menikmati suasana. Udara segar dan pemandangan cantik di sekitar hotel sayang untuk dilewatkan dengan sibuk bermain gawai.  Di sini ada sungai yang berair jernih, taman yang asri, dan jembatan yang tertata apik. Setiap tempat menarik untuk dijadikan spot berfoto. Banyaknya bunga anggrek di sini menjadikan ciri khas yang cantik bagi Hotel Aston.

Kolam renang 3, dekat ruang fitnes


Play Ground outdoor


Kolam renang untuk remaja dan dewasa
Kids Club
Ruang bermain indoor

Selain itu, masih ada kegiatan lainnya yang bisa saya lakukan, seperti berenang, ikut kelas aerobic, ataupun olahraga di pusat kebugaran. Ada juga Batulampa Lounge, bagi pengunjung yang hanya ingin duduk bersantai. Saya sendiri memilih untuk menikmati minuman sembari menunggu anak-anak beraktivitas. Malam hari, di lounge ini saya menikmati hiburan live musik. Cocok banget buat malam mingguan berdua pasangan sementara anak-anak beristirahat di kamar.

Dengan banyaknya fasilitas indoor maupun outdoor ini, liburan jadi terasa menyenangkan. Selain baik untuk kesehatan, juga baik untuk hubungan keluarga. Dengan melakukan kegiatan bersama-sama, membuat kami jadi makin dekat dan akrab sehingga meningkatkan rasa kasih dan sayang antara satu sama lain. 


Lounge


Jembatan di atas sungai, penghubung antar tower


Di antara tanaman Anggrek khas Aston


Tanaman bunga Anggrek menghiasi jembatan hotel
Area hotel yang luas dikelilingi taman-taman yang tertata rapi


Live musik tiap Sabtu malam

Liburan Untung di Hotel Mewah
 
Dapat menikmati liburan selama 3 hari 2 malam di Hotel Aston yang mewah, benar-benar terasa menyenangkan buat kami. Badan dan pikiran terasa segar kembali. Agak nggak nyangka juga sih rencana untuk liburan bersama keluarga di bulan Agustus ini bisa terwujud. Sebelumnya kan agak mikir juga soal biaya. Kudu nabung lebih kalau mau liburan ke hotel mahal, apalagi rame-rame dengan seluruh anggota keluarga. Tapi itulah untungnya jadi pelanggan Traveloka, liburan di hotel mahal bisa GRATIS!

Gratis?? Nah, penasaran nggak sih gimana caranya biar bisa gratis. Buat saya yang hobi traveling dan biasa belanja tiket/hotel lewat Traveloka App, hadirnya program Loyalty Point di aplikasi ini sangat bermanfaat dalam meringankan biaya liburan, khususnya untuk pembelian tiket dan hotel. Jadi, setiap pembelanjaan tiket pesawat atau hotel di Traveloka, akan mendapatkan poin dalam jumlah tertentu yang kemudian bisa ditukarkan dengan diskon tiket pesawat atau hotel pada transaksi selanjutnya. Poin yang terkumpul berlaku sampai dengan 1 tahun setelah tanggal aktivasi pertama kali.  

.


Ketika hendak memesan hotel Aston, saya cek poin, ternyata yang terkumpul sudah lebih dari 10.000. Yessss! Dengan poin segini banyak, tunggu apa lagi, langsung deh saya pakai untuk membayar pesanan hotel. Memang sih, poin sejumlah itu bisa saja langsung habis buat bayar hotel, tapi kan nggak ada ruginya dipakai buat pesan hotel atau pun tiket, toh nanti poin saya tetap akan bertambah. Asik banget, kan? Udah gratis, dapat poin pula dari transaksi ini. Dengan begini, wajar dong kalau akhirnya saya bisa LIBURAN TERUS :D

Untuk bisa mendapatkan kesempatan liburan gratis seperti kami, pastikan telah meng-install aplikasi Traveloka di ponsel terlebih dahulu, lalu daftar. Setelah itu, tinggal pesan tiket pesawat, hotel, lalu kalian bisa “menabung” untuk liburan gratis suatu hari nanti. Kalau sudah cukup “tabungannya”, kamu bisa langsung redeem dengan proses yang gampang. Tinggal ikuti saja langkah-langkahnya. 



Reedem poin untuk pembayaran kamar 1 malam :)

Kalau biaya liburan bisa seringan ini, saya malah jadi ketagihan untuk liburan lagi. Belum sebulan kelar liburan di Aston, sekarang saya sudah mengincar hotel-hotel kece lainnya untuk dijadikan tempat liburan bersama keluarga. Kalau dalam waktu dekat sih, mau pesan tiket pakai poin yang sudah terkumpul. Ayo tebak saya mau kemana lagi dalam waktu dekat? Liburan terus pokoknya. Kamu juga ya ^_^

Hotel Aston Bogor
Telp: +62251 8200300
Alamat : Bogor Nirwana Residence 

Jl. Dreded Pahlawan, Mulyaharja, South Bogor, Bogor City, West Java, 16132
Email: info@astonbogor.com

  
Bahagia #LiburanTerus ^_^



Ketika GenPI Banten Mengirimku ke Lampung

$
0
0

Lampung Krakatau Festival 2017

Cuaca cerah yang menghiasi wajah baru Bandara Radin Inten sore itu mengundang rasa sukacita. Membuat saya tak buru-buru menuju terminal kedatangan. Berjalan santai di antara para penumpang yang bergegas, menikmati suasana sore di bandara yang kini lebih rapi dan lebih bagus dari 4 bulan sebelumnya. Mata pun berpapasan dengan billboard Festival Krakatau 2017 yang terpampang besar di pinggir bandara, menampakkan event wisata yang menjadi tujuan saya menginjakkan kaki ke-4 kali di Lampung di tahun 2017. 

Bandara Radin Inten Lampung (in frame: Mbak Terry)

Perjalanan ke Lampung ini bermula dari pesan via Whatsapp yang dikirim pada satu hari sebelumnya (23/8 jam 3.29 pagi) dari Ketua Koordinator GenPI Banten. Sebuah permintaan mendadak yang saya sambut dengan setengah ragu. Keraguan yang membuat saya menghubungi Mas OnoSembungLango, barangkali bisa berangkat menemani atau menggantikan saya. Tapi ia tak bisa, maka akhirnya saya yang pergi, sendiri. Jam 4.43 sore tiket ke Lampung sudah jadi, dikirim oleh Ayu via Whatsapp. Seperti tak percaya. Begitu cepat semua terjadi, dan esoknya (24/8) saya pun berangkat. Di Lampung saya sore itu, datang atas nama Genpi Banten, di tempat yang tak asing lagi bagi saya. 

GenPI Banten bersama Ibu Kadispar Banten, Mas Ebo & Pak Don (Kemenpar), Eko (Koordinator Genpi Banten). Lokasi: Gedung Sapta Pesona Kementrian Pariwisata RI

“Mohon potret kegiatan Lampung untuk referensi di Banten,” pesan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Ibu Eneng Nurcahyati kepada saya. 
  
Pesan yang dikirim melalui Whatsapp grup Genpi Banten itu saya ingat baik-baik. Ada harapan dan kepercayaan di dalamnya. Saya berjanji dalam hati untuk memberikan yang terbaik buat beliau. 
  
“Siap bu, mulai besok saya foto-foto kegiatannya,” jawab saya saat itu.  

Ibu Eneng (berkerudung merah) dan GenPI Banten. Lokasi: Kantor Dispar Banten di Serang


El's Coffee bandara Radin Inten, tempat pertama kalinya jumpa dengan Mbak Molly dari Medan dan Ahmad dari Kepri. Kami sudah beberapa kali saling berinteraksi di dunia maya, dan akhirnya bersua di dunia nyata. Makin sukacita rasanya, meski sesaat saja kumpulnya, karena kemudian saya dan Genpi Jateng (Mas Shafiq & Yudi) menuju hotel dengan taksi online, tidak bersama mereka. Secangkir kopi yang belum saya pesan, terlambat untuk dijadikan ingin. 

Di Els Coffee Bandara Radin Inten Lampung (in frame: Mbak Terry)


Berjumpa mereka ^_^ Ki-Ka: Mbak Molly, Ahmad, Mbak Terry, Mbak Vika

Whiz Hotel jadi tempat menginap selama di Lampung. Saya satu kamar dengan Eca, GenPI Sumbar. Selain Eca, juga ada Robby GenPI Sumsel. Jadi, ada 4 GenPI yang hadir di Festival Krakatau tahun ini. Mereka pentolan-pentolan GenPI dari daerahnya masing-masing, dan sudah lama menjadi GenPI. Sedangkan saya hanya anak baru di GenPI. Itu sebabnya sebelum tiba di Lampung saya berkomunikasi terlebih dahulu dengan Mas Shafiq, minta petunjuk dan arahannya agar selama di Lampung bisa menunaikan kewajiban dengan semestinya.  


Whiz Hotel


Whiz Hotel


Sependek saya bertandang ke Lampung, baru kali ini menginap di Whiz. Hotelnya di kota, dekat dari mana-mana. Kamarnya nyaman dan bersih. Sarapannya bisa saya nikmati tanpa ada penolakan dari lidah dan perut :D Oh ya, malam pertama di Lampung, semua kawan Genpi yang laki-laki menginap di Wisma D’Green. Sabtu malam, mereka baru menginap di Whiz. 

Dari kamar di lantai 6 yang saya tempati bersama Eca, saya bisa menyaksikan view malam Lampung dari ketinggian. Sebuah kota di balik jendela kaca dengan jutaan cerita, dan malam menyelimutinya dengan banyak rahasia.  
  
View Kota Bandar Lampung dari lantai 6


View Kota Bandar Lampung dari lantai 17
  

Malam itu kami makan di Warung Bakso Sony di Jalan Wolter Monginsidi. Bakso ini, namanya kondang di Lampung, bahkan di luar Lampung. Katanya, belum kulineran di Lampung kalau belum mencicipi Bakso Sony. Hmm…berasa dejavu. Sepertinya pernah kemari. Diingat-ingat.....ah, iya. Saya pernah makan di sini dengan para blogger. Agustus tahun lalu, di tempat yang sama, saat event FK juga.  

Usai makan bakso bareng, Mas Shafiq, Yudi, dan Robby lalu pergi. Mereka bergabung dengan Genpi Lampung dan para blogger di tempat lain. Saya bersama Ayu kembali ke hotel, menyiapkan diri untuk esok hari menuju Pulau Sebesi. 

Bakso Sony ini enak, cobalah...


Tapi malam itu saya pesan mie ayam


Robby juga makan mie ayam


Ada yang baru pada Festival Krakatau tahun ini. Peserta Tur Krakatau menginap di Pulau Sebesi terlebih dahulu. Baru pada esoknya mendaki Gunung Anak Krakatau. Karena bakal menginap, persiapan yang dibawa pun jadi lebih banyak. Sebuah ransel penuh perlengkapan dan sebuah tas kamera dengan dua lensa, cukup berat buat saya yang berbadan mungil. Tapi Bismillah, semoga aman dan kuat, nggak pakai sakit dan kelelahan.  

Pagi hari kami sudah meninggalkan Hotel Whiz tanpa sempat sarapan. Dengan menggunakan taksi online kami pergi ke Wisma D'Green, lalu berangkat bareng para peserta lain pakai bus menuju lapangan Korpri. Di sana ada acara pelepasan Tur Krakatau oleh Pak Kadis Pariwisata Provinsi Lampung. Baru setelah itu berangkat sama-sama dengan rombongan lain menuju Dermaga Bom Kalianda. Saya senang acara pelepasan berlangsung cepat, tidak pakai menunggu lama dan berpanjang-panjang kata. Yang agak lama itu nanti, saat di Dermaga Bom. 


Baca juga: Blogger Festival Krakatau 2016

Kadispar Provinsi Lampung melepas keberangkatan peserta Tur Krakatau 2017

Oh ya, Wisma D'Green itu dulunya juga dipilih panitia FK tahun 2015 sebagai tempat bermalam media dan para blogger undangan. Saya pernah menginap di sana, saat pertama kali ikut FK tahun 2015. Pada tahun 2016, saat diundang lagi ikut FK, para blogger diinapkan di hotel yang lebih besar dan bagus, Inna Eight Hotel :) Kalau tahun ini, hotel Whiz yang saya tempati disiapkan oleh kemenpar (lewat EO), karena saya datang sebagai GenPI. 

Setelah acara pelepasan oleh Pak Kadis, rombongan pun berangkat menuju Kalianda dengan menggunakan beberapa bus. Sempat gerimis saat dalam perjalanan. Tapi alhamdulilah setibanya di Dermaga Bom (jam 8 lebih 15 menit), cuaca sudah membaik.  


Baca juga: Blogger Festival Krakatau 2016 Menginap di Hotel Inna Eight


Bersama di bus, berpisah di kapal (GenPI Jateng, Sumsel, Sumbar, Banten, Lampung)

Pertama kalinya bagi saya menginjakkan kaki di Dermaga Bom, di lokasi Amphiteater. Tempat di mana terdapat dua payung raksasa dan lampu-lampu hias yang berdiri tegak. Saya membayangkan tempat ini di malam hari, pasti cantik sekali dengan cahaya lampu malamnya. Apalagi di tepi laut, dengan deretan kapal-kapal yang bersandar, menambah keindahan.  

Salah satu dari dua Payung raksasa di Dermaga Bom Kalianda



Sebelum berangkat, para peserta didaftar ulang. Sementara di panggung, ada penampilan seni daerah setempat. Panitia juga membagikan kotak-kotak makanan, buat sarapan. Saya memaksa diri untuk makan, meski belum ingin. Suasana pagi yang mulai panas, keringat tak henti menetes, membuat selera makan tidak terlalu baik. Pun perasaan tidak enak mulai menghinggapi. Entah apa. Tapi saya tetap makan. Ada lambung mudah sakit yang harus saya pikirkan.  

Dermaga BOM Kalianda jadi cantik ada beginian :)

Saya jadi ingin membandingkan 2 tempat lainnya yang pernah dijadikan titik keberangkatan tur Krakatau pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2015 di dermaga Grand Elty Krakatoa Kalianda. Tahun 2016 di Sari Ringgung Pesawaran. Dari 2 tempat tersebut, saya lebih suka di Dermaga BOM ini. Jarak tempuh dari BDL terasa lebih dekat (rasanya sih begitu). Dermaganya juga lebih nyaman. Selain itu, para peserta juga terlihat lebih tertib dan tenang. Saya melihat dan merasakannya seperti itu.  

Saatnya berangkat

Setelah satu jam berlalu dengan menunggu, akhirnya waktu keberangkatan tiba. Orang-orang mulai bergerak menuju kapal. Saya dan kawan-kawan Genpi juga demikian. Rasa sukacita kembali menyeruak, tak lama lagi berlayar, ke Pulau Sebesi lagi untuk kedua kali. Ah, senangnya. Mood memotret kembali naik, saya pun merekam suasana saat itu dengan kamera ponsel, menjadikannya foto dan video. Namun, di tengah suasana sukacita itulah sesuatu tak terduga datang....
Mana kapalmu?

Bersambung ke cerita selanjutnya: Jelajah Pulau Sebesi. 

Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang 




Kapal berangkat kapten...



 

"Kamu tidak tahu apa yang akan kamu temui dalam perjalanan. Jika itu rintangan, hadapi, lalu tetaplah tegak dan lanjutkan berjalan. Rintangan datang untuk membuatmu makin kuat dan kaya dengan pengalaman hidup." 
.

Menikmati Kelezatan Churrasco, Menu Malam Mingguan ala Brazilian di Atria Hotel Gading Serpong

$
0
0
Mencoba sesuatu yang baru untuk meramaikan akhir pekan bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat. Belakangan ini, tren makanan tidak hanya seputar menginovasi satu bahan dasar makanan untuk menjadi lebih menarik, tetapi juga mulai menginovasi makanan khas dari daerah atau negara lain. Pada kesempatan kali ini, Atria Hotel Gading Serpong menghadirkan Churrasco Brazilian Barbeque di Mezzanine-Atria Hotel Gading Serpong, setiap hari Sabtu mulai pukul 18.00 – 22.00 WIB sebagai salah satu pilihan untuk mengisi waktu di akhir pekan.

Menu Churrasco, daging panggang ala Brazilian

Mengisi Akhir Pekan dengan Kulineran

Buat saya, akhir pekan selalu ditunggu-tunggu. Hari di mana suami libur bekerja dan anak-anak libur sekolah. Hari saat semua kumpul di rumah, istirahat dari aktivitas rutin. Weekend memang selalu menyenangkan, walau kadang hanya di rumah, sekedar menikmati waktu dengan ngobrol bareng sambil nonton film kesukaan. Sesekali keluar rumah buat jajan bareng, belanja bareng, atau nonton bioskop bareng. Jalannya rame-rame dengan anak, kadang berdua saja dengan suami. Banyak cara buat mengisi akhir pekan, tak terkecuali mencoba kuliner-kuliner baru yang hampir tiap hari bermunculan di kawasan tempat tinggal saya di Serpong.

Sabtu kemarin (9/9/2017) kebetulan saya dapat info dari teman, katanya di Atria Hotel Gading Serpong ada menu baru, namanya Churrasco, barbeque ala Brazilian. Yang namanya menu baru, pasti bikin penasaran untuk mencoba, begitu juga dengan kami. Jadilah malam Minggu itu kami pergi ke Atria Hotel Gading Serpong. Selain kami berdua, ada Tami juga ikut serta.

Malam Mingguan di Atria Hotel

Restoran Mezzanine Hotel Atria

Hotel Atria tidak jauh dari rumah saya, sama-sama berada di Serpong. Kalau sedang lancar, jarak tempuh dari BSD ke Atria Serpong sekitar 10-15 menit saja. Buat Tami yang tinggal di Ciater, Atria Hotel masih terbilang dekat. Kemarin, dari Ciater dia naik ojek online ke BSD, lalu bareng saya ke Gading Serpong. Hotel Atria terletak di kawasan bisnis sekaligus pusat belanja dan kuliner di Gading Serpong. Dengan lokasinya yang strategis itu, tidak heran restoran ini selalu ramai pengunjung, terutama weekdays.

Menu Churracso yang akan kami coba tersedia di Restoran Mezzanine. Restoran bergaya modern ini sehari-harinya menyediakan menu-menu Nusantara dan internasional. Saya dan keluarga pernah tiga kali menginap di Atria, baik di Atria hotel maupun di Atria Residence. Saat menginap, kami sudah beberapa kali makan di restorannya. Sudah cukup tahu betapa bervariasinya menu-menu di hotel ini. Kami pernah bersantap di Bianco Italian Resto. Pernah juga makan di lounge hotelnya. Dulu, kalau di akhir pekan, tamu bisa menikmati menu barbeque All You Can Eat. Sekarang juga masih, sih. Bedanya, sekarang barbeque-nya Churrasco. Sudah tahu Churrasco, kan?

Restoran Mezzanine (indoor)


Restoran Mezzanine (outdoor/teras)

Churrasco, Daging Bakar ala Brazil

Ciri khas dari Brazilian Barbeque ini adalah aneka daging dan sayuran yang ditusukkan ke dalam besi panjang yang menyerupai seperti pedang lalu dipanggang.  

Di negara asalnya, Churrasco adalah jajanan pinggir jalan. Sekilas mirip sate, hanya saja potongan dagingnya jauh lebih besar. Ukuran tusuknya lebih panjang dan lebih berat dari tusuk sate. Saat saya mencoba memegangnya, ternyata satu tusuk berisi bermacam daging itu beratnya bisa sampai 2 kilo!

Daging tusuk besar dan panjang
Daging, sayur, dan sosis siap dibakar

Churrasco dengan rasa otentik Brasil meliputi berbagai pilihan potongan daging, mulai dari sirloin, rib eye, lamb chop, tenderloin hingga knackwurst dan bratwurst. Semua dagingnya dipastikan sudah mendapat sertifikat halal.  

Kekhasan lainnya dari Churrasco adalah, Chef yang akan mendatangi para tamu sambil membawa hasil dari panggangan yang sudah matang dan memotongkan dagingnya lalu menyajikan kepada para tamu.

Diiris-iris menjadi potongan kecil


Potongan-potongan daging siap disajikan

Pengolahan churrasco adalah dengan cara membakar daging yang telah ditusuk seperti membuat sate di Indonesia, namun saat penyajian daging dilepas dari tusuknya dengan cara diiris-iris menjadi potongan-potongan kecil. Irisan itu lalu diletakkan di piring kecil. 


Untuk standar kematangan daging di sini medium, namun kita bisa meminta tingkat kematangan sesuai yang diinginkan. Setiap daging punya karakteristik dan rasa tersendiri. Ada yang rasanya minimalis, ada juga yang gurih.

Tingkat kematangan bisa disesuaikan dengan keinginan




Sayur, buah, dan ayam

Agar lebih berbumbu, ada empat macam saus yang bisa dicocol. Di antaranya Brazilian, Mushroom, Pepperblack, dan Barbeque sauce. Afdolnya sih pakai Brazilian sauce. Saos ini terbuat dari potongan tomat, cabai dan bawang bombay dalam cairan cuka dan minyak zaitun. Cocok untuk menetralisasi bau pada daging tertentu seperti lamb chop.

Aneka saus Churrasco
Sayur dan Jagung Manis

Nasi dan Kentang

Churrasco All You Can Eat

Selain menikmati lezatnya Churrasco yang sangat mengenyangkan, saya juga menambahkan Spaghetti Carbonara dan Krim Sup kesukaan dalam daftar makanan yang saya santap malam itu. Kalau ke Restoran Mezzanine, Krim Sup jarang saya lewatkan. Selain suka, rasanya memang juara. Super enak!

Sup krim kesukaan. Juara!


Carbonara


Live cooking spaghetti carbonara
Minuman buah

Buat yang penasaran dengan Churrasco, tinggal datang saja ke Atria Hotel Gading Serpong. Dengan memilih paket Churrasco All You Can Eat seharga Rp 165.000,- / orang, kamu sudah bisa menikmati bermacam daging bakar yang dimasak dan disajikan ala Brazil.

Churrasco Barbeque merupakan pilihan makan malam yang tepat untuk dinikmati bersama dengan keluarga atau dengan pasangan.  Tentu tak kalah nikmat saat disantap bersama teman-teman atau sahabat. Pilihan daging yang dihadirkan juga cukup banyak dan menunya lengkap hingga menu makanan penutup.

Churrasco: Enak dagingnya, nikmat rasanya!

Churrasco Brazilian Barbeque ini dapat dinikmati di setiap hari sabtu, bertempat di Bianco Sapori D’Italia mulai dari pukul 18.00-22.00 wib.

Untuk informasi dan reservasi, silakan menghubungi :
Atria Hotel Gading Serpong
Telepon (+62 21) 2921-5999 
Website www.AtriahoteSerpong.com.   
Twitter @AtriaHtlSerpong 
Instagram @AtriaSerpong 
Facebook page ATRIA Gading Serpong


.  

Tiada Resah di Pulau Sebesi

$
0
0
Pesona Pulau Sebesi
 
Pulau Sebesi Lampung
Amuk Krakatau di Selat Sunda pada 27 Agustus 1883 turut menghabisi kehidupan di Pulau Sebesi. Sebuah pulau yang berjarak dua jam perjalanan dari Gunung Krakatau. Saat ini, setelah 134 tahun prahara yang mengguncang bumi tersebut, Pulau Sebesi menjelma menjadi pulau yang subur, banyak dikunjungi pelancong, dan menjadi gerbang ke cagar alam Gunung Anak Krakatau.

Hari Kamis (25/8/2017), dua hari jelang peringatan letusan dahsyat Krakatau, tujuh kapal menyeberang ke Pulau Sebesi, melakukan perjalanan selama 2 jam dari Dermaga Bom, membawa sekitar 180 peserta tur Krakatau 2017, salah satunya saya. Tur ini merupakan rangkaian kegiatan Festival Krakatau 2017 yang ke-27, event akbar yang rutin digelar tiap tahunnya. 


Bagaimana saya bisa ikut serta dalam tur ini, ceritanya dapat di baca pada tulisan sebelumnya : Ketika Genpi Banten Mengirimku ke Lampung.
Dermaga Pulau Sebesi

Selamat Datang di Pulau Sebesi

Pukul 11.45 WIB kami tiba di Pulau Sebesi. Siang sedang panas-panasnya. Di dekat gerbang masuk pulau, drum band anak-anak Pulau Sebesi menyambut kedatangan. Melodi riang dan penuh semangat terdengar nyaring, mengiringi ratusan langkah kaki yang berjalan meninggalkan dermaga, menuju Dusun Inpres. Saya tak bergegas menuju home stay seperti yang lain, sengaja memelankan langkah, mengamati suasana. Ada dermaga baru sedang dibangun, anak-anak berenang dekat pantai, dan perahu-perahu nelayan yang menepi. Saya mengikuti kawan-kawan Genpi luar Lampung, belok ke warung, tak melewati barisan drum band dan para penyambut.

Para pemain drum band bubar setelah rombongan terakhir lewat. Yudi (Genpi Jateng) meminta mereka berkumpul untuk difoto. Ide bagus, saya jadi bisa ikut memotret anak-anak itu dalam kondisi tidak sibuk. Setelah itu, kami kembali ke warung, memesan minuman. Secangkir teh panas meluruh pahit di mulut, sisa muntah saat mabok kapal. Lima bulan sebelumnya saya pernah berada di warung ini, bersama suami, membeli minuman. Ah iya, ini kedua kalinya saya menjejak Pulau Sebesi.


Drum band anak-anak menyambut kedatangan peserta tur Krakatau

Terima kasih adik-adik :)

Pulau Sebesi Dulu, Gunung Anak Krakatau Kemudian

Beberapa tahun lalu, pertama kali saya mendengar nama Pulau Sebesi dari Nurul Noe (travel blogger). Ternyata, bersama Nurul pula pertama kali saya melancong ke Pulau Sebesi. Dan itu telah terlaksana pada bulan Maret 2017, lima bulan yang lalu. Sekarang saya kembali dalam acara dan dengan rombongan yang berbeda. Bagaimana dengan rasa? Agak beda, karena saya berangkat bersama orang-orang yang baru saya kenal. Tapi ini menarik, saya mendapat pengalaman baru.

Tur Krakatau di Festival Krakatau tahun ini memang beda dari gelaran tahun-tahun sebelumnya. Peserta diajak menginap di Pulau Sebesi terlebih dahulu, baru mendaki Gunung Anak Krakatau pada keesokan hari.

Pulau Sebesi terletak di wilayah Desa Tejang, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan. Luas pulau ini 2.620 hektare dengan daratan tertinggi 884 meter di atas permukaan laut. Panjang garis pantainya 19,55 kilometer. Di sekitar Pulau Sebesi terdapat pulau-pulau kecil, di antaranya Pulau Sebuku, Serdang, Legundi, dan Laut Gugusan Krakatau. Menurut informasi yang saya baca, penduduk Sebesi berasal dari Jawa (Jawa Tengah dan Banten). 32,2 persen berasal dari Lampung, dan sisanya berasal dari Batak, Betawi, Padang, Palembang, dan Bima. Secara otomatis budaya Jawa Serang (Banten) dan Lampung menjadi budaya yang dipakai di Pulau Sebesi.


Mewakili Genpi Banten bersama Genpi Jateng, Genpi Sumbar, Genpi Sumsel

Villa Pemda di Tepi Pantai

Selama di Pulau Sebesi, peserta tur Krakatau diinapkan di villa milik Pemda dan rumah milik warga yang disulap menjadi homestay. Kami para wanita ditempatkan di villa Pemda. Di sini ada 6 villa. Tiga villa disediakan untuk wanita, 3 villa lain campur (cewek cowok). Masing-masing villa bisa ditempati sekitar 8-10 orang. Berhubung kami (saya, Ayu, Eca) tiba belakangan, masing-masing villa untuk wanita hanya tersisa untuk 1 orang saja. Otomatis kami bertiga tidak bisa bersama dalam 1 villa. Tapi rejeki itu datang ketika seseorang memanggil dari kamar yang menghadap pantai, yang isinya campur. Katanya, kamar mereka masih bisa muat untuk 3 orang lagi. Alhamdulilah akhirnya bisa bertiga dalam 1 villa.

Villa yang kami tempati memang lebih besar. Ada 8 tempat tidur. Kasur-kasurnya tebal dan hangat. Kami satu villa dengan sepasang orang tua (suami istri) yang datang bersama anak bujangnya. Yang lainnya dari media, TV, dan netizen Lampung. Total ada 3 laki-laki dan 6 perempuan. Ayu dan Eca satu kasur, saya sendiri. Ada 6 kipas angin terpasang di dinding, semua berfungsi dengan baik. Jendela dan pintu kaca villa menghadap ke laut, menyuguhkan pemandangan keluar yang menyegarkan. Kamar mandinya hanya satu, menggunakan kloset duduk. Air bersihnya banyak. Halaman villa bersih hingga ke pantai, dilengkapi bangku-bangku untuk duduk. Cukup nyaman.


1 villa 8 tempat tidur

Cottage No. 3

Pantai depan villa

Acara Bebas

Makan siang terhidang, menunya masakan rumahan ala penduduk Pulau Sebesi. Sederhana, tapi nikmat. Soal rasa, ada yang bilang rasanya biasa banget, ada yang bilang cukup, ada yang bilang jumlahnya kurang banyak. Hmm…saya tak bisa komentar banyak, hanya berucap Alhamdulillah disediakan makan. Dalam keadaan lapar dan tak ada pilihan, citarasa tak lagi saya pedulikan. Terima kasih buat warga desa yang sudah masak untuk kami.

Sore tak ada acara dari panitia. Peserta bebas mau lakukan apa. Mau keliling pulau dengan jalan kaki atau pun motoran, menyeberang ke Pulau Umang untuk snorkeling, main-main di pantai atau kebun, bebas saja. Teman satu villa, Bang Jek (akun medsosnya kakak zack) mengajak keluar. Katanya mau lihat-lihat suasana dusun sambil hunting foto. Ikut serta Lia dan Cindar. Saya tertarik, langsung gabung. Ayu dan Eca tidak, mereka istirahat. Jadilah sore itu saya menghabiskan waktu bersama 3 orang itu. Kawan baru, yeay!

Menu makan siang: Sayur asem, ikan goreng, teri pedas, sambal, lalapan, kerupuk

Keliling Dusun Inpres

Lima bulan lalu (Maret 2017) saat berkunjung ke Pulau Sebesi, saya sama sekali tidak menjelajah daratan Sebesi. Kami banyak di laut, snorkeling, dan main di sekitaran pantai saja. Masuk villa langsung istirahat, tidak kelayapan. Dan sekarang, waktunya melihat pedalaman, menyaksikan keindahan hidup masyarakat pulau, untuk sebuah pengalaman yang ternyata tak akan pernah disesali.

Ada empat dusun di pulau ini, yaitu Dusun Inpres, Regahan Lada, Segenom, dan Bangunan. Dusun Inpres adalah dusun yang menjadi tempat kami bermalam. Kami berkeliling di Dusun Inpres, jalan kaki hingga ke areal perkebunan. Di dusun ini penduduknya ramai, banyak rumah yang sebagian besar sudah permanen, berbahan beton, tapi ada pula yang masih berbahan kayu. Tak jarang di depan rumah terhampar jemuran kakao yang sudah mengeriput dan berwarna kecoklatan. Terdapat fasilitas pendidikan, seperti TK Swadipha, SD Negeri Tejang, SMP Swadipha, dan SMA Kelautan Swadipha. Untuk fasilitas kesehatan, saya tidak melihat adanya bangunan rumah sakit. Dengan jumlah penduduknya yang ramai, serta adanya fasilitas tersebut, dusun ini cocok disebut sebagai "kotanya" Sebesi.

Anjing-anjing kerap melintas, berkeliaran dalam jumlah yang tidak sedikit. Hewan tersebut dipelihara untuk menjaga ternak dan warga. Hewan ternak lainnya seperti kerbau, kambing, dan ayam, juga banyak dijumpai. Kondisi alam di pulau ini ternyata sangat subur. Sejauh memandang, mata dijejali perkebunan penduduk. Berbagai tanaman memenuhi area perkebunan, mulai dari petai, pisang, kelapa, kakao, hingga jagung. 


Jalan-jalan keliling dusun, jumpa ibu-ibu sedang kumpul sore di pondok depan rumahnya

Rumah-rumah penduduk Pulau Sebesi kebanyakan seperti ini

Fasilitas pendidikan

Jalan dusun
Kebun kakao

Tempat Pembuatan Gula Kelapa

Kami menjumpai jalan berbatu yang mempunyai pola segilima, dan sedikit aspal. Pada bagian lain ada yang sedang dipasangi conbloc, sebagian lagi belum. Semakin jalan ke ujung, jalan hanya tanah. Kami tak tahu tujuan, ikut saja kemana arah jalan. Hingga sampai pada sebuah rumah, di perkebunan yang sepi. Di depannya terhampar kakao yang sedang dijemur.

Asap yang muncul dari balik susunan kulit kelapa mengundang perhatian. Ternyata tempat pembuatan gula kelapa. Api dari potongan-potongan kayu menyala, memasak air nira dalam 3 wajan raksasa. Seorang pria bernama Thohir, sedang sibuk mengaduk gula yang masih cair. Kami mendekatinya, berbincang, dan melihatnya bekerja. Pak Thohir mungkin hanya salah satu dari pembuat gula kelapa yang ada di Pulau Sebesi. Kami tak bertanya siapa lagi pembuat gula selain dia. Menurut Pak Thohir, gula merah buatannya dijual seharga Rp 10.000 per kg. Harga tersebut berlaku di Sebesi, jika sudah dibawa keluar pulau, tentu beda lagi harganya. Terlalu murah kah? Lia membeli 1 kilo. Kami tidak.

Jemuran Kakao, punya Pak Thohir, pembuat gula kelapa di Pulau Sebesi

Air nira pohon kelapa sedang dibuat menjadi gula
 
Masih berupa cairan kental
Bentuknya setelah jadi gula kelapa

Bekas Tempat Pembuatan Minyak Kelapa

Kami melanjutkan berkeliling, keluar dari jalan besar, memasuki area perkebunan. Sampai beberapa puluh meter kami menemukan pabrik tua, bekas pabrik pembuatan minyak kelapa. Ada sumur tua dan sisa bangunan-bangunan, semua tak lagi digunakan. Ada semacam tempat tinggal, tapi sudah lama tak dihuni. Ada seseorang sedang di sana, bapak tua, mengijinkan kami melihat-lihat. Di kelilingi oleh pohon-pohon, tempat ini seperti tersembunyi. Tapi, saya menyukai keheningan yang ada. Angin yang berhembus, daun-daun kering yang melayang jatuh, dan sinar matahari yang menerobos dedaunan, menciptakan magis. Menyentuh rasa. 

Bang Jek dengan modelnya: Cindar Bumi - Lokasi: Bekas pabrik minyak kelapa

Sumur tua

Semacam tempat tinggal/kantor pegawai bekas pabrik gula kelapa yang sudah tak ditempati

Di Keheningan Petang

Tak jauh dari bekas pabrik minyak, ada sebuah rumah panggung tinggi, terbuat dari kayu, sendirian dikepung pohon-pohon liar. Tampak telah tua, sendiri merenda hari dalam sepi. Saya membayangkan alangkah mudahnya inspirasi menulis muncul jika berada di tempat ini. Sekitar beberapa meter dari rumah kayu, kami menemukan pantai. Gemuruh ombak terdengar seperti melodi indah yang memanggil-manggil untuk mendekat. Lantas, tatkala mata telah teralihkan dari rumah kayu, birunya laut menyambut.

Ombak. Matahari. Angin. Rumah pohon. Semua bersekongkol mengajak bergelut dalam indahnya petang. Sungguh, kami seperti tersesat di secuil surga yang tersembunyi.

Rumah pohon, tersembunyi di antara pohon-pohon

Ada sebuah villa lagi, tak jauh dari pantai. Berbentuk rumah panggung terbuat dari kayu. Tapi tak ada siapa-siapa di sana. Kami kembali ke pantai. Tampak sebuah pulau kecil di lautan, tak begitu jauh dari Pulau Sebesi. Pulau Umang-Umang namanya. Saya ingat, pulau itu adalah pulau yang pernah saya kunjungi pada bulan Maret lalu, bersama suami. Kami pernah sunset-an di sana. Main air, bergembira. Dan ternyata, sore itu kawan-kawan Genpi (Sumsel, Sumbar, Jateng) ke sana. Mereka berenang dan snorkling. Saya tidak. Tapi saya tidak sedih, karena sudah pernah. Kalau saya ikut mereka, saya justru kehilangan kesempatan berkeliling pulau.

Bang Jek @kakak_zack, Cindar, dan Lia @Nur_lia1 di villa entah milik siapa. Kosong. Dekat pantai.

Buat pelancong yang akan berkunjung ke Pulau Sebesi, cobalah susuri pinggiran pantai mulai dari depan villa Pemda ke arah utara. Pinggiran pantainya sangat indah, masih alami. Hamparan batu karang, pohon tua, dan pasir putihnya menarik untuk dinikmati. Matahari yang terbit dan tenggelam juga menjadi pemandangan yang menawan. Jika punya bujet lebih, bisa minta nelayan setempat untuk mengantar mengelilingi pulau dengan harga sewa perahu Rp 300 ribu.


Dan percayalah, dengan banyaknya hal-hal menarik yang bisa dijumpaidi pulau ini, kamu tak akan sibuk dengan hal lain selain menikmati keindahan yang ada. Keindahan hidup masyarakat pulau dan keindahan alam Pulau Sebesi. 

Sebesi terlalu indah untuk dilewatkan dengan mengurusi hal-hal tidak berfaedah.

Tour leader andalan kami nih...Bang Jek.

Di seberang itu Pulau Umang-Umang

Bahagia bisa menikmati keindahan Pulau Sebesi. Kamu juga kan? 😍
Pulau Umang-Umang (Maret 2017)

Malam Banyak Cerita 

 
Sebelum magrib kami sudah kembali ke villa. Ada rasa puas tercipta. Walau tak menjelajah sampai jauh, tetap riang bisa menemukan sebagian kecil ‘isi’ dari pulau ini. Mulai dari penduduknya yang ramah, tempat pembuatan gula kelapa, rumah-rumah kosong di tengah kebun, hingga pantai dengan air lautnya yang jernih dan berwarna biru. Lia memesan buah kelapa, dan kami menikmati kesegaran airnya di teras villa sambil ngobrol santai, menceritakan ulang temuan-temuan selama berkeliling. Petang yang menyenangkan.

Minum air kelapa seusai jalan-jalan jelajah pulau

Waktu berlalu begitu cepat, magrib tiba, malam pun merapat. Esok hari, perjalanan ke Gunung Anak Krakatau akan di mulai. Setelah siang dan sorenya berpencar, malam itu semua kumpul di pendopo villa pemda. Ada acara kecil berupa penampilan seni tari dan pemberitahuan dari panitia dan pihak BKSDA terkait tur GAK keesokan hari. Setelahnya, baru makan malam bersama. Saya senang malam itu, usai makan ada waktu buat kumpul dengan teman-teman dari Lampung. Ada Aries dari Krui, Dwi Rino, dan masih banyak yang lainnya yang selama ini hanya saya kenal di IG, akhirnya bisa jumpa. Ternyata saya sudah lama saling follow2an dengan beberapa dari mereka di IG, pernah berinteraksi juga. Mereka anak-anak muda yang aktif menjelajah keindahan wisata daerahnya, dan rajin mengangkatnya lewat media sosial. Begitulah saya mengenal mereka. Hobi yang sama yang membuat kami bisa saling kenal, dan tur Krakatau membuat kami bisa kopdar. 

Suguhan sebelum makan malam

Tari-tarian

Malam itu, ada dua hal yang saya ingat sebelum naik ranjang untuk istirahat. Pertama, kepastian untuk tidak ikut ke GAK (kembali ke BDL) dari Mas Shafiq (koordinator para Genpi luar Lampung), khusus untuk kami ber-enam. Kedua, “keramaian” terkait ketidakpastian menjejak GAK bagi seluruh peserta tur. Saya fokus pada yang pertama. Yang kedua, hmm… 

Kumpul, makan bareng, ngobrol banyak hal :) (Ki-ka : Bang Jek, Dwi Rino, Lia Aries, dkk)

Sampai Jumpa Lagi Pulau Sebesi

Dusun Inpres Pulau Sebesi kembali sepi. Rombongan tur Krakatau sudah berangkat sejak jam 3 pagi. Mereka mengejar sunrise di Gunung Anak Krakatau. Tak ada kapal yang tersisa, termasuk kapal nomor 2 yang kami tumpangi saat berangkat ke Sebesi. Menurut keterangan, bagi pelancong biasa (bukan tur dalam rangka festival) yang ingin menyeberang ke Gunung Anak Krakatau, harus membayar sewa perahu sebesar Rp 2 juta dan mengeluarkan Rp 2 juta untuk mengurus surat izin masuk ke kawasan Gunung Anak Krakatau. Mahal? Tentu.

Saya berterima kasih pada panitia festival Krakatau pernah mengundang saya jadi peserta tur Krakatau tahun 2015 dan 2016, sehingga bisa mengecap naik GAK tanpa membayar. Baru pada tahun 2017 (bulan Maret) saya membayar sendiri, tapi justru menjadi momen paling berharga, karena saya berhasil menjejak GAK yang ke-3 kalinya bersama suami, orang yang paling ingin saya ajak melihat anak gunung purba yang pernah menggemparkan dunia itu. Bersama suami saya bukan hanya sukses nanjak GAK sampai batas aman, tapi juga snorkeling melihat keindahan bawah laut Pulau Rakata, ‘emak’ Krakatau yang tersisa. Tak terlupakan.

Saat mengikuti Tur Krakatau 2015 - Photo by Yopie Pangkey (In frame: Melly, Encip, Kiki)

Saat mengikuti Tur Krakatau 2016

Trip Krakatau #edukasikonservasi - Maret 2017

Jam 6 kami meninggalkan villa, kumpul di warung dekat dermaga. Warung andalan kami selama di Sebesi. Semangkuk mie goreng dan segelas teh manis, menjadi pengisi perut sebelum perahu membawa kami kembali ke Kalianda. Kami tidak harus menyewa satu kapal karena ada perahu yang berangkat tiap hari membawa penumpang dan barang ke Dermaga Canti di Kalianda. Perahu jam reguler ini biayanya Rp 20 ribu per orang. 

"Sampai jumpa lagi Pulau Sebesi" ^_^

Pagi itu, perahu berkapasitas 35 orang penuh oleh pisang, hasil bumi Pulau Sebesi yang akan dijual ke pemborong di Kalianda.
Pisang-pisang diletakkan dalam perahu, sebagian lagi di atas atap. Ruang untuk duduk di kabin jadi sempit, itu sebabnya teman-teman duduk di atas. Perahu bukan hanya bisa mengangkut penumpang dan hasil bumi, tapi juga sepeda motor. Biasanya ditaruh di atap perahu. Ditegakkan dan diikat dengan tali. 

Saya sendirian, berusaha untuk tidur. Tapi tak bisa tidur, sebab kejadian saat berangkat ke Pulau Sebesi kembali terulang. Saya mabok lagi. Mie goreng dan teh manis keluar semua, perut pun kembali kosong. Dan lagi-lagi, saya melewatkan panorama keindahan laut dan pulau-pulau cantik yang dilewati.

Kabin kapal yang saya naiki saat Tur Krakatau 2016 ini lebih lapang dari kabin kapal yang saya naiki saat Tur Krakatau 2017 (In frame: Omnduut, Riant, Rosanna, Arie, Maman, Yopie Pangkey, Farchan) - Foto by @omnduut
 
Perjalanan 2 jam yang melelahkan. Tapi, 30 menit sebelum sampai di Dermaga Canti saya pulih. Alhamdulillah di waktu yang tersisa saya masih bisa menikmati deburan ombak, angin sepoi-sepoi, dan pemandangan menawan dari jendela kapal yang terbuka. Perjalanan penuh warna ini berakhir. Selanjutnya kami menuju Bandar Lampung, bersiap menyaksikan Parade Budaya Lampung.

Setangkup cerita dari Pulau Sebesi terbawa pulang, tersimpan rapi di hati. Begitu juga sebuah rekaman video dan foto, terangkut dalam hp, jadi "oleh-oleh"penuh kejutan untuk... (bersambung: Parade Budaya Lampung FK 2017).
 
Pesona Pulau Sebesi itu ada.
Resah itu tiada...

Happy traveling 😗(Gunung Anak Krakatau Maret 2017)



Video di tempat pembuatan gula kelapa:

Menengok Dua Objek Wisata Religi Khas Wong Kito

$
0
0
Mengunjungi Objek Wisata Religi Kota Palembang

Palembang adalah kota tua yang layak berbangga diri. Di Kota yang pernah menjadi pusat peradaban Kerajaan Sriwijaya ini terdapat banyak objek wisata bernilai tinggi. Dua di antaranya adalah Museum Alquran Raksasa dan Kampung al-Munawar. Bagi wisatawan muslim seperti saya, kunjungan ini tentu tak hanya memberikan pengalaman yang berkesan, tetapi juga membekaskan nilai spiritual.

kampung al munawa
Kampung Arab al-Munawar Palembang
Museum Alquran Raksasa 

Bayt Al Qur’an Al Akbar merupakan mahakarya asli Wong Kito berupa Alquran yang dipahat di permukaan kayu tembesu berukuran panjang 177 centimeter dengan lebar 140 centimeter dan ketebalan 2,5 centimeter. 

Museum Alquran raksasa berlokasi di Jalan M. Amin Fauzi, Soak Bujang RT. 03 RW. 01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang. Tepatnya di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah Gandus Palembang. Bagi wisatawan yang berasal dari luar kota, akses menuju lokasi bisa dimulai dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Selanjutnya naik transportasi umum seperti Trans Musi, turun di Halte Jembatan Musi II, kemudian dilanjut naik angkot jurusan Gandus. 

Sesi terakhir perjalanan yang saya tempuh melewati jalan desa yang tidak mulus dengan pemandangan rumah-rumah yang berdiri di atas rawa. Setelah menemukan papan nama bertuliskan Pondok Pesantren Al Ihsaniyah, mobil belok ke kanan, lalu lurus. Tak lama setelah itu, kami pun sampai. Di kawasan ponpes yang didirikan oleh DR. H.Marzukie Ali ini terdapat area parkir dan pondok-pondok tempat penjualan cinderamata. Museum berada di seberang ponpes, bersebelahan dengan rumah pemiliknya. Untuk masuk, kami membayar tiket sebesar Rp 5.000 per orang.

Bangunan museum tampak seperti rumah tinggal pada umumnya. Namun, siapa sangka di dalamnya tersimpan karya seni yang mendunia. Setelah melepas alas kaki, saya memasuki museum. Di dalam, mata langsung disambut Alquran raksasa berbentuk lembaran kayu yang dipasang seperti jendela di bangunan bertingkat lima. Rasa takjub langsung memenuhi ruang hati. Terdengar lantunan ayat suci Alquran yang diputar dari MP3, membuat suasana museum kental dengan nuansa religi. 


alquran raksasa di palembang
Museum Alquran Raksasa di Palembang

Sekilas Sejarah Pembuatan Alquran Raksasa

Menurut sejarahnya, gagasan pembuatan Alquran terbesar tercetus pada tahun 2002 setelah Ustad H.Syowatillah Mohzaib merampungkan pemasangan kaligrafi, pintu dan ornamen Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. Sebagai pecinta seni kaligrafi dan ukiran khas Palembang, serta demi kelestarian seni, gagasan tersebut dikerjakan dan akhirnya satu keping lembaran kaligrafi Alquran (Surat Al-Fatihah) berhasil dibuat. Tepat pada tanggal 1 Muharram 1423/15 Maret 2002, atas inisiatif H. Marzuki Alie dan pengurus Masjid Agung Palembang, satu keping Alquran raksasa yang terbuat dari kayu tembesu berukuran 177cmx140cm dengan ketebalan 2,5cm, dipajang pada acara bazar peringatan tahun baru Islam yang diketuai oleh H. Marzuki Alie sendiri.

Proses pembuatan Alquran ukir dikerjakan di kediaman Ustad H. Syofwatillah, di jalan Pangeran Sido Ing Lautan Lr Budiman, No. 1009 Kelurahan 35 Ilir Tangga Buntung Palembang. Awalnya, pembuatan Alquran raksasa diperkirakan selesai tahun 2004, tapi meleset dari target karena terkendala dana dan bahan kayu tembesu yang sudah mulai langka. 


Alquran ukir raksasa dibuat dengan tujuan utama untuk memuliakan Alquran dan mensyiarkan Islam. Supaya awet dan tahan lama, maka digunakanlah kayu tembesu. Sedangkan ornamen-ornamen ukiran khas Palembang dibuat untuk menambah keindahannya, sekaligus untuk mempromosikan budaya dan tradisi Kota Palembang dalam karya seni ukir yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Teknik pengukiran yang rumit dan tidak bisa dikerjakan sendirian, menyebabkan lamanya proses pembuatan. Proses pembuatan mendapat pengawasan yang ketat dan melibatkan berbagai keahlian personil dalam tim. Dari sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Alquran terlebih dahulu ditulis di atas kertas karton, lalu tulisannya dijiplak ke kertas minyak. Sebelumnya, tulisan ayat Alquran di atas karton dikoreksi dulu oleh tim pentashih yaitu para ulama ahli Alquran dan para hafidz sehingga jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki. 


Pembuatan Al Quran Al-Akbar rampung pada tahun 2008. Ayat Alquran dari juz 1 hingga juz ke-30 berhasil diukir dalam 630 halaman atau 315 lembar kayu. Kurang lebih ada 40 meter kubik kayu yang digunakan. Biaya pembuatan keseluruhan menghabiskan dana sekitar 2 miliar. Peluncurannya dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 Mei 2009 di Masjid Agung Palembang oleh Kepala Departemen Agama Provinsi Sumatera Selatan, H.Najib Haitami. Hadir dalam peluncuran para hafizh dan hafizhah se-Sumatera selatan.

Alquran ukir raksasa dipublikasikan pertama kali oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 30 Januari 2012. Peresmiannya bertepatan dengan momentum Konferensi Persatuan Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kota Palembang yang dihadiri oleh sekitar 51 negara Islam di dunia. Disamping peluncuran, dilakukan juga penandatanganan prasasti Al Quran Al Akbar di hadapan peserta konferensi PUIC. Seluruh peserta yang hadir saat itu sepakat menobatkan Al Quran Al Akbar sebagai satu-satunya Alquran terbesar di dunia dari jenis ukiran kayu.

Untuk melihat lebih banyak lagi lembaran kayu, kami masuk ruang galeri. Di balik lembaran kayu yang paling depan terdapat banyak lembaran kayu lainnya di bagian belakang. Beberapa pengunjung tampak berpindah dari lembar kayu yang satu ke lembar lainnya. Saat itu, pengunjung hanya bisa melihat-lihat galeri di lantai dasar. Tangga menuju lantai 2 dan 3 sedang ditutup, sepertinya terkait faktor keamanan.

Kemegahan dan keindahan Al Quran Al Akbar mengundang decak kagum bagi setiap pengunjung yang melihatnya. Tak heran bila Alquran raksasa ini menjadi terkenal di seluruh penjuru Tanah Air. Tak hanya Museum Rekor MURI saja yang memberi pengakuan, bahkan dunia internasional pun mengakuinya sebagai Alquran Ukir terbesar di dunia yang pernah ada saat ini. 


Kampung Arab al-Munawar

Kampung al-Munawar tak hanya memesona dari segi bangunan lawasnya, tapi juga dari rekam sejarah dan budaya. Komunitas Arab yang tinggal di kampung ini adalah bagian dari kekayaan sejarah, budaya, dan intelektualitas kota Palembang. Mereka telah memberi banyak andil dalam perkembangan kota Palembang.

Kampung Arab al- Munawar merupakan salah satu kampung Arab paling termasyhur di Indonesia. Terletak di Kelurahan 13 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Kota Palembang, atau di sisi bagian Ulu (Selatan) Palembang. Kampung ini tepat berada di pesisir Sungai Musi, tak jauh dari Jembatan Ampera. Untuk mencapai lokasi kampung Arab bisa melalui dua jalur. Jalur pertama lewat darat, jalur kedua lewat sungai dengan menggunakan perahu.

Saya berangkat menggunakan perahu sewa dari Dermaga 16 Ilir Palembang dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Kampung al-Munawar mudah ditemukan karena bagian tepinya yang menghadap ke sungai terpampang tulisan ‘al Munawar’ dan logo ‘Pesona Indonesia’. Ada pijakan kayu untuk mendaratkan kaki, semacam jembatan penghubung menuju daratan. Pagar hitam dan bangku-bangku kayu bercat oranye kecoklatan di jembatan bersanding dengan pot-pot bunga berbentuk kubus, menjadi bagian yang langsung menarik perhatian. 

Kampung Arab alMunawar

Ada rasa nyaman kala melihat bagian tepi sungai al-munawar yang tertata rapi. Nuansa tradisional dibalut dengan sentuhan modern membuat tempat ini menarik untuk dipandangi. Pada sebuah belokan, sebelum kaki menyentuh daratan, ada sebuah Musala yang lokasinya menjorok langsung ke permukaan sungai. Beribadah di sini tentu punya sensasi yang sangat berbeda. Sesampainya di daratan, kami melewati jalan tidak lebar menuju sebuah lapangan, pusat Kampung Al Munawar. Di sini, nuansa tradisional dan kota tua mulai terasa kental.

Di sekitar lapangan yang menjadi pusat kampung Arab terdapat rumah-rumah panggung berusia ratusan tahun yang memiliki keunikan berbeda antara satu dan lainnya. Salah satunya milik Pak Muhammad al-Munawar, Ketua RT yang juga merupakan generasi keenam keturunan langsung leluhur kampung: Habib Hasan al-Munawar. Cicitnya cicit Habib Hasan. Beliau adalah orang pertama yang saya jumpai di sini dan darinya saya memperoleh banyak cerita. 




Dinamakan Kampung Arab karena di sinilah awal para pedagang-pedagang arab bermukim. Sedangkan nama Al-Munawar diambil dari seorang tokoh yang dihormati warga setempat yakni Habib Abdurrahman Al Munawar. Ia adalah salah satu tokoh yang menyebarkan agama Islam di masa awal masuknya Islam ke Palembang. Bagi orang Palembang, nama al-Munawar sudah sangat familiar sejak dulu, tapi baru belakangan mulai ramai dikunjungi wisatawan. Tak hanya weekend, tapi juga weekdays.

Sebagai sebuah kawasan yang cukup tua di Palembang, Kampung Arab memiliki delapan rumah tua berusia hingga lebih dari 250 tahun. Terdapat rumah panggung tradisional bergaya limas, ada pula rumah dengan arsitektur yang kental dengan nuansa Timur Tengah dan Eropa. Rumah-rumah tersebut masih kokoh berdiri hingga kini. Rahasianya ada pada kayu yang dipakai sebagai material bangunan yaitu kayu Ulin. Nuansa vintage dan eksotis dari Kampung Arab membuat saya bagai tersedot ke masa lalu.



Sebagian besar rumah-rumah tua telah dihuni secara turun-temurun, sehingga lumrah bila dalam satu rumah dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Pak Muhammad al-Munawar mengajak kami melongok ke dalam rumah Ibu Lathifah al-Kaab, yang masih satu garis keturunan dengan Pak Muhammad. Ibunya Bu Lathifah bermarga al-Munawar. Namun karena menikah dengan pria bermarga al-Kaab, Bu Lathifah dan seluruh saudaranya menyandang nama keluarga al-Kaab.

Rumah Bu Lathifah merupakan salah satu dari delapan rumah asli Kampung al-Munawar yang dibangun di era Habib Hasan. Rumah-rumah tersebut dibangun untuk anak-anak Habib Hasan, dan kemudian menjadi cikal-bakal kampung. Meski berusia nyaris 300 tahun, bangunan lawas dan eksotik ini masih tampak kokoh dan gagah. Nuansa Eropa terlihat dari pintu-pintu dan jendela yang berukuran besar dan tinggi. Bahkan, lantai rumahnya bukan marmer biasa, melainkan granit yang didatangkan langsung dari Italia. 

Salah satu rumah tua di Kampung al-Munawar



Terdapat Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Kautsar, tempat belajar anak-anak Kampung Arab Al Munawar dan sekitarnya. Sebagaimana kampung tua, bangunan madrasah tersebut juga mempunyai bentuk bangunan yang vintage dan eksentrik. Di Kampung ini, Jumat adalah hari libur, termasuk untuk kegiatan sekolah. Uniknya, di hari Minggu justru sekolah tetap berlangsung. Didekat madrasah juga terdapat sebuah klinik yang dikelola langsung oleh warga setempat.

Ada sekitar 30 kepala keluarga yang mendiami Kampung Al Munawar. Mereka semua mempunyai tali darah persaudaraan karena aturan yang tidak membolehkan mereka untuk menikah dengan orang di luar kampung. Namun aturan itu hanya berlaku untuk para perempuan saja. Para pria tetap boleh menikahi perempuan di luar kampung namun tetap saja darah Arabnya masih kental dari garis keturunan Ayah. Penduduk kampung Arab umumnya berprofesi sebagai pedagang.



Di masa lampau Palembang menjadi salah satu kota tujuan utama para pendatang Arab, selain Aceh dan Pontianak. Mereka adalah pendatang Arab yang benar-benar meninggalkan tanah kelahirannya dan menetap di Palembang, bukan hanya mampir di pelabuhan Palembang dan menetap sementara. Para keluarga Arab telah menetap di Palembang sejak tahun 1732. Di antaranya adalah marga Al-Habsyi, Bin Syihab, As-Saqqaf, Al-Jufri dan Al-Munawar. Sebagian besar pendatang Arab di Palembang berasal dari keluarga Sayyid, yang diyakini sebagai keturunan langsung pendiri agama Islam.

Singkat kata, pendatang Arab yang tiba di Palembang adalah orang Arab dengan garis keturunan terhormat, dari kelas ekonomi menengah, dan terdidik dengan baik. Kombinasi ketiga hal ini yang membuat komunitas Arab di Palembang berkembang pesat secara ekonomi dan membuatnya menjadi sangat penting.



Kampung Al-Munawar dapat dikunjungi setiap hari. Untuk kegiatan wisata dapat dilakukan mulai dari jam 7:30 pagi sampai 5 sore. Hari Jumat adalah hari libur di kampung ini sehingga kegiatan wisata juga tidak diizinkan. Jika dulu bebas biaya, kini Kampung Al-Munawar sudah mematok tiket sebesar Rp 2.000 untuk tiap wisatawan yang datang berkunjung.

Nilai-nilai Islam menjadi atmosfer utama di Kampung Arab. Karena itu, para warga menyediakan sarung bagi laki-laki, serta penutup aurat bagi perempuan. Hal tersebut menunjukkan norma dan budaya kesopanan yang selalu dijaga, baik oleh warga setempat maupun wisatawan yang berkunjung. Dalam moment-momen khusus seperti Tahun Baru Islam, Maulid Nabi, dan Ramadhan, warga kampung Arab menggelar berbagai acara budaya seperti kesenian gambus. Inilah yang juga menjadikan Al-Munawar sebagai salah satu lokasi wisata religi terbaik di Palembang. 




Kampung Arab Al-Munawar tetap terjaga kelestariannya meskipun sudah berusia ratusan tahun. Sejak tanggal 11 Februari 2017, Kampung Al Munawar resmi sebagai destinasi wisata budaya dan religi di Palembang. Ke depannya, sejumlah rumah tua juga akan diplot sebagai homestay demi menyambut perhelatan Asian Games 2018 dan MotoGP. Kampung bersejarah nan unik ini termasuk luar biasa karena dari hulu dan sepanjang Sungai Musi, bergulir keberagaman budaya. Indonesia tentu bangga memiliki kampung al Munawar. 

Wisata Religi Khas Wong Kito dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2017


**

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 2017
Semua foto oleh Katerina www.travelerien.com

Berwisata di Way Kanan Semakin Asyik

$
0
0
Event Wisata Way Kanan 

Alhamdulillah dapat kembali mengunjungi Way Kanan, salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang sedang menggeliat maju diberbagai sektor, terutama di bidang pariwisata. Kedatangan kali ini untuk mengikuti event Gedung Batin Bamboo Rafting. Perpaduan antara wisata bahari, edukasi, dan sejarah.

Event ini dihadiri oleh wisatawan mancanegara (wisman), wisatawan Nusantara (wisnus), penggiat pariwisata, dan komunitas. Bangga dan haru jadi satu diundang kembali dan berkolaborasi dengan rekan-rekan di Way Kanan yang luar biasa konsisten meraih setiap tapak tangga demi kesuksesan Wisata Way Kanan.

Way Kanan Asyik

Pilihan transportasi ke Lampung kali ini dengan pesawat, masih sama seperti kunjungan-kunjungan sebelumnya. Tiket murah, durasi terbang singkat, ditambah bandara Radin Inten dengan wajah barunya yang kini tampil lebih apik dan ciamik, membuat perjalanan ke Lampung dengan pesawat jadi lebih menyenangkan. Tiket sudah di tangan sejak tgl. 3 Oktober, empat hari sebelum keberangkatan. Pada maskapai tertentu, tiket ke Lampung yang dijual mepet-mepet hari H masih stabil seperti harga yang dipesan dari jauh hari.  

Sebut saja saya sebagai wisnus, berempat bersama Yuk Annie, Riant, dan Mbak Dian dari Batam. Ya, empat wisnus ini sama-sama menuju Lampung pada hari Sabtu, tgl. 7 Oktober 2017. Kami bertemu di bandara Radin Inten, lalu merayakan pertemuan itu di El’s Coffee sambil menunggu Verry yang hari itu bertugas menjemput kami di bandara. Kami sudah kenal Verry sejak Festival Radin Djambat bulan April lalu. Dia adalah 'menteri perhubungan' Way Kanan yang kocak dan nyentrik. Bersamanya dijamin betah. Betah sakit perut 😄

Ngopi (mana kopinya? ) 😀
Happy 😍

Dijemput Verry kali ini, membuat pengalaman berkendara dari bandara Radin Inten ke Way Kanan makin kaya rasa. Jika sebelumnya disupiri ke Way Kanan dengan kalem oleh Angga ajudan Bupati Way Kanan, lalu diantar ke bandara dengan kecepatan cahaya oleh Adjie anggota Komunitas K@wan, kali ini dijemput dengan penuh gaya oleh Verry ahli persinetronan. 

Siapapun orangnya dan apapun cara menyetirnya, alhamdulillah sependek ini masih baik-baik saja. Selalu selamat sentosa sampai tujuan, kendati diwarnai gedubrak glodak byar duaar 😃

Fasilitas dan pelayanan yang baik :)
Wow !

Di El’s Coffee saya mendadak GR ketika ada fans mengenali saya dan mendekat minta tanda tangan *ngarang 😛

“Mbak Katerina kan ya?” 

Lalu pria itu menyebut nama Eka Fendiaspara, nama blog saya, dan salah satu tulisan saya tentang Liwa. Siapakah laki-laki berkaca mata yang mendadak SKSD itu? Ups.. Ternyata dia adalah seniman asal Lampung yang tinggal di Bandung. Namanya Semi, ia baru saja dari Liwa, menginap di rumah Eka. Entah apa namanya, yang jelas saya terharu saat itu. Sebuah tulisan blog tentang Lampung bisa mempertemukan saya pada orang-orang tak terduga, yang ternyata orang-orang beken di bidangnya. Semoga kita bisa bekerja sama, ya. Eaa...eaa...eaa...

Perjalanan selalu memberi kejutan 💗

Kenalan geh sama seniman ini

“Mau makan di mana?” tanya Verry.

Tawaran yang pantang ditolak karena pasal 12 mulai berlaku. Hoho. Nggak perlu bingung cari makan enak di Lampung. Banyak pilihan rumah makan dengan aneka menu menggugah selera. Tinggal sesuaikan saja dengan bujet dan fokus pada apa yang akan dimakan. Yang terlintas di kepala saat itu adalah Encim Gendut. Entah kenapa rumah makan ini mudah sekali disebut. Sepertinya saya sudah kena pelet dari racikan rempah-rempah masakannya he he. Dalam perjalanan menuju Encim Gendut kami menjemput Angga. Nah, ini dia bujang Way Kanan yang bulan April lalu pernah membuat kami terbanting-banting riang di mobil saat menuju Desa Banjarmasin. Penampilan mahasiswa Unila yang menggerutu karena kuliahnya nggak kelar-kelar ini masih tetap imut dan cengengesan. Tapi nyenengin! 

Ketika Angga bergabung, mereka serupa band 😂

Foto-foto itu penting, makan nomor sekian :))

RM Encim Gendut bagai kedatangan kelompok band, berbaju hitam-hitam kecuali saya. Seperti biasa, foto-foto dulu, berdoa dan makan jadi urutan ke sekian. Pengunjung lain mungkin mengira kami dari komunitas fotografer nyasar 😄

Usai makan dan salat, perjalanan dilanjutkan dengan mampir ke toko elektronik untuk mengambil HT dan ke suatu tempat untuk mengambil helm peserta bamboo rafting. Jangan tanya bagaimana isi mobil kami, Angga yang duduk di bangku belakang tenggelam di antara koper, tas, helm, dan tas-tas berisi perlengkapan lenong. Hanya wajah pasrahnya yang sesekali muncul menampakan senyum di antara matanya yang terkantuk-kantuk. Ok Angga, besok-besok saya bawa truk biar bisa menampung muatan lebih banyak ya 😂

Kamu kapan ke Encim Gendut?

Makanan enak
Menggiurkan!

“Mbak Keket sudah di mana? Kami sudah menunggu di rest area bareng Rinto Macho dkk Way Kanan.”

Keket itu Katerina. Panggilan kesayangan untuk si Sosialita yang Tertukar. #sinetron.

Ika mengabari posisi, saya pun tak mau kalah: “Kami masih di Bandar Lampung.” Entah apa ekspresi wajah Ika saat tahu jam 2 kami masih bersibuk ria di Bandar Lampung. Yang jelas, Ika berharap jam 3 sore para wisman dan wisnus sudah tiba di rest area yang terletak di perbatasan antara Lampung Utara dan Way Kanan. Tapi nyatanya kami dan para wisman tiba di Way Kanan selepas Magrib. Meleset jauh dari jadwal. Uwoow...gimana kabar para penyambut? Semoga tidak terpelanting resah 😂

Disambut di rest area

Rombongan kami tiba jam 6 sore, lebih dulu dari rombongan wisman yang saat itu belum satu pun nampak batang hidungnya yang mancung. Kami hanya menjumpai para penyambut yang terdiri dari polisi, tentara, komunitas K@wan, kemenpar, dan Genpi Way Kanan (Jhon Faizar dan Ria Gomay). Lewat magrib rombongan wisman tiba. Salah satu pendamping wisman bercerita, menurutnya mereka terlambat karena ada acara di Metro sampai jam 2, setelah itu baru berangkat ke Way Kanan. Ouuuhlala…pantesan. 

Bagi rombongan kami, keterlambatan mereka menguntungkan. Jadi nggak ikut-ikutan menunggu lama 😀 Tapi bagi para tim penyambut yang sudah standby sejak jam 1 siang, meleset 3 jam dari jadwal dengan total tunggu hampir 6 jam pastilah sesuatu kata Syahrini 😂

Menikmati suguhan selamat datang bareng wisman
Sambutan dari pihak kemenpar

Sebelum meluncur ke rumah dinas Sekda Way Kanan di Blambangan Umpu, semua tamu undangan diajak melepas dahaga dulu di rest area. Terhidang kopi, es kelapa, dan air putih untuk mengguyur tenggorokan. Tak ketinggalan aneka kue dan buah segar di antara suguhan selamat datang. Slurrrrp....

Diantara perjumpaan dengan para wisman itu, momen paling sukacita adalah saat bersua kembali dengan komandan kami, Rinto Macho dan si manis Ika, dua sosok yang paling giat mengangkat wisata Way Kanan. Selain itu, di sini kami juga jumpa dan kenalan dengan kawan dari Genpi Way Kanan. Pertemuan kembali dan kawan baru adalah rejeki. Inilah highlight hari ini. 

Kopi selamat datang
Obat haus setelah 4 jam perjalanan. Segeeeer

Mobil kembali bergerak, memunggungi rest area dengan cepat, meluncur ke rumah sekda. Bus wisman menyusul di belakang. Terhitung ada 17 wisman yang hadir saat itu. Hmm….bukan 27 seperti informasi yang saya dapat sebelumnya. Mereka yang hadir terdiri dari wisman asal Singapore, Belanda, Jerman, Ukraina, Palestina, Arab Saudi, Serbia dan Madagaskar. Menurut info dari Siska (EO kemenpar), masih ada sejumlah wisman lainnya yang belum datang dan masih dalam perjalanan. Tak disebut berapa jumlah yang menyusul. Saya pun tak bertanya lebih lanjut.

Berjumpa Angga di rumah sekda, ajudan bupati Way Kanan yang pernah menjemput kami di bandara

Malam ramah tamah bupati dengan wisman dan wisnus

Bupati Way Kanan Bapak Adipati Surya hadir di rumah dinas Sekda Way Kanan. Turut menyambut kedatangan para undangan yang menjadi peserta Gedung Batin Bamboo Rafting. Beliau ikut makan malam bersama rombongan. 

Bapak muda tampan dengan senyum manis yang selalu mengembang itu tak lupa pada kami, beliau menyapa dengan penuh keramahan. Bagi saya, diingat dan disapa dengan hangat itu sesuatu sekali rasanya ya 😍
Bupati Way Kanan, Bapak Adipati Surya
Sosok yang bersahabat

Acara di rumah sekda tak berlangsung lama. Usai makan malam dan ramah tamah, bupati meninggalkan tempat. Rombongan wisman diantar ke Desa Gedung Batin, tempat mereka menginap. Sedangkan kami ke rumah seorang warga yang letaknya tak jauh dari rumah sekda. Tuan rumah kami yang baik hati menyediakan kamar-kamar dengan tempat tidur yang nyaman untuk kami istirahat sebelum memulai kegiatan bamboo rafting pada esok hari. 

Makan malam

Alhamdulillah
Bupati dan rombongan wisman
Muli Mekhanai Way Kanan bersama wisman
 
Menurut informasi, sejumlah peserta Bamboo Rafting yang datang dari luar Way Kanan diinapkan di Rusunawa (rumah susun sewa). Rusunawa? Ya, di Way Kanan yang tanahnya berlimpah ini terdapat rusunawa. Hmm…heran nggak sih? 😀 

Minggu pagi (8/10/2017) kami ke rusunawa, diundang panitia untuk sarapan. Kami ke sana diantar Samgar, kapten speedboat yang pernah saya tumpangi saat mengarungi Way Besay bulan April lalu. Berhubung sudah sarapan enak dan kenyang di homestay, makanan yang terhidang di rusunawa tak saya sentuh. Apa yang saya sentuh? Cewek-cewek cantik! 😛

Di sana ada Ayu dan Thini, dua gadis anggota K@wan yang bulan April lalu banyak menemani kami jalan-jalan di Way Kanan. Bahagia banget jumpa lagi dengan keduanya! Pagi itu para peserta dari luar Way Kanan sudah bergerak ke Tiga Serangkai, lokasi start Bamboo Rafting. Di rusunawa tinggal kawan-kawan dari Komunitas K@wan saja. Ada Aji dan istrinya, Desva, Surya, dan lainnya. 

Bersama Komunitas K@wan, kompak dan bersahabat
Kawan yang asyik

Saya pribadi kagum dengan komunitas K@wan. Sejak pertama kenal dengan komunitas ini (Juli 2016), saya sudah melihat kegigihan mereka dalam mengangkat wisata daerahnya. Saling dukung, tak bosan berbagi, dan aktif di media sosial. Semangat tinggi yang mereka punya sangat positif. Hal baik inilah yang menulari saya sehingga antusias datang ke Way Kanan. Selain karena eventnya keren, juga karena orang-orangnya. Cara mereka menerima kami tercermin dari sikap ramah penuh ketulusan. Bukan hanya pada event kali ini, tapi sejak event-event sebelumnya. Kebaikan mereka melekat kuat dalam benak dan hati saya.

K@wan

Kebaikan dan keramahan adalah kemewahan. Paket menyenangkan dalam sebuah suguhan pariwisata yang membuat wisatawan seperti saya merasa SERU SETIAP SAAT apapun kondisinya.

Jika dengan orang-orangnya saja sudah asyik, mengikuti kegiatan Gedung Batin Bamboo Rafting tentu lebih asyik lagi. Baca yuk keseruannya pada postingan berikutnya : Gedung Batin Bamboo Rafting.


Lho, bersambung toh? Iya, kayak hubungan sama patjar, bersambung sampai sekian episode😂😂😂😂

Seru-seruan naik rakit bambu di Way Besay 😍

Cara menuju Way Kanan:
- Ke Lampung terlebih dahulu.
- Lampung bisa dicapai dengan pesawat, bus, dan kereta api.
- Ada penerbangan langsung ke Lampung dari Jakarta, Bandung, Batam, Jogja dan Palembang.
- Dari Jakarta bisa menggunakan bus, menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Pelabuhan Bakauheni.
- Dari Palembang bisa menggunakan kereta.
- Dari Bandara Radin Inten Lampung, sewalah mobil ke Way Kanan. Mobil sewa bisa didapatkan di bandara.
- Jarak tempuh Bandara Radin Inten di Lampung Selatan ke Way Kanan sekitar 3-4 jam.
- Untuk penginapan, di Way Kanan terdapat beberapa hotel kecil dan homestay.
- Untuk berwisata di Way Kanan, silakan cek paket wisata recommended pada gambar-gambar berikut ini :




Bamboo Rafting Seru di Gedung Batin Way Kanan

$
0
0
Gedung Batin Bamboo Rafting 2017

Gedung Batin Bamboo Rafting 2017 diselenggarakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Way Kanan bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata RI. Event yang digelar pada tanggal 8 Oktober ini diikuti oleh 25 wisatawan mancanegara (wisman) dari 12 negara, wisatawan Nusantara (wisnus), penggiat pariwisata nasional, komunitas wisata antara lain GenPI, MTMA, Pelancong, komunitas sepeda Lampung, dan komunitas Trail Adventure. 

bamboo rafting way kanan
Katerina - Bamboo Rafting di Gedung Batin Way Kanan

Gedung Batin Petjah!

Apanya yang pecah? Tunggu dulu. Hari masih pagi, masih terlalu dini untuk meneriakkan kata pecah. Mari saya mulai yang pecah-pecah itu dari kamar para wanita di sebuah rumah yang letaknya tak jauh dari rumah Sekda Way Kanan. Hari itu Minggu (8/10/2017), antusiasme untuk ber-bamboo rafting membuat saya bangun paling pagi, mandi paling awal, tapi kelar dandan paling akhir. Kerudung disetrika, bibir dipoles warna merah muda belia, wajah dilapisi berbagai krim (biar gak gosong), kelopak mata disemir dan alis mata dikelir-kelir melintir. Mau kondangan atau bamboo rafting? Pokoknya kudu dandan, siapa tahu ketemu buaya tampan di sungai. Lumayan buat digombali 😆

“Ini sarapannya, lontong sayur ala Way Kanan,” ucap ibu pemilik homestay.

Huaaa…ini dia yang bikin homestay petjah! 😍

Lontong sayur enak itu sukses bikin wajah kami dihiasi senyum memabukkan sepanjang perjalanan menuju Tiga Serangkai, lokasi start Bamboo Rafting di Kampung Gunung Katun. 

Keikutsertaan saya dalam event ini bisa dibaca pada postingan : Berwisata di Way Kanan Semakin Asyik. 

welcome
 
“Gedung Batin Bamboo Rafting. Traditional wisdom adventure. Welcome all participant at Bumi Ramik Ragom”

Tulisan tersebut terpampang pada sebuah kain spanduk di Tiga Serangkai. Melintang di atas jalan menuju Way Besay. Di sanalah kami berkumpul sebelum diangkut ke pinggir sungai dengan menggunakan mobil dinas bak terbuka. Rombongan kemenpar beserta pendamping wisman yang berbaju putih dan kuning terlihat di beberapa titik. Baju putih seragam dari kemenpar punya saya tersimpan dalam ransel, akan dipakai seusai bamboo rafting. Cukup baju warna oren buat basah-basahan, baju ngejreng yang memudahkan si mama rempong ditemukan kalau mendadak hanyut dibawa arus sungai. 


Angkut-angkut peserta

Teman-teman dari Komunitas K@wan tampak sibuk memberi arahan. Keramaian pagi itu didominasi oleh peserta bamboo rafting. Beberapa warga terlihat menonton dengan wajah-wajah penasaran bercampur senang melihat kampungnya mendadak ramai. Kemana para wisman? Zzzz……batang hidung mancungnya belum keliatan cuy. Apalagi bapak wabup dan rombongan yang pagi itu akan melakukan pelepasan peserta bamboo rafting. Belum ada kabar beritanya sudah sampai mana. Saya mulai kepanasan, mulai keringatan.

Surya Jihad

“Nanti kalian sama saya,” ucap Surya. 

“Iya, nanti kalian sama Surya,” timpal Verry

Seketika udara mendadak jadi adem. Surya memang seperti es…nyessss. Pemandu rakit dari Komunitas Wisata Way Kanan (K@wan) ini adalah salah satu guide kami saat mengarungi Way Besay bulan April lalu. Jika sebelumnya dia masih sebagai guide pendamping yang banyak diocehi oleh Samgar, kali ini dia kapten utama kami, gantian jadi tukang ngoceh! Sepertinya Surya sudah lulus pendidikan mengayuh rakit di Thailand sono dengan predikat nomor wahid sebagai pemandu terlatih *ngarang 😝 Makanya dia diamanahi untuk menjadi pendamping duo wisnus yang berdandan ala Syahrini nyasar. 

Angkut perahu karet ke sungai


Tetap cantik dong biarpun main di sungai

“Itu mobilnya, ayo cepat naik,” ucap Verry.

Tanpa ba bi bu, saya dan Ika masuk mobil. Duduk di depan, di samping Ridho, ketua K@wan yang secara spesial mengawal kami ke titik start. Perjalanan bermobil ini dekat, hanya sekitar 200 meter saja. Melewati lahan kosong yang kerontang, dan berakhir di perkebunan karet yang teduh. Pada sebuah pondok entah pondok apa, kami berhenti, bergabung dengan peserta lain. Di sini terdapat tumpukan life jacket dan perahu karet yang belum diturunkan ke sungai. Seluruh peserta diharuskan memakai life jacket. Saya mengambil satu dari sekian banyak jaket pelampung yang semuanya masih dalam kondisi bagus. Dapat 1 yang ukurannya paling kecil dan pas di badan. Lalu Akbar menawari baju pelampung milik K@wan. Masih baru. Wah salut, ternyata K@wan juga punya jaket pelampung sendiri. Tiap jaket yang diambil dari Akbar ditulisi nama K@wan terlebih dahulu agar tidak tertukar dengan jaket lainnya. Pinterrrrr 👍

ambil life jacket dulu


welfie tetep yeaa


pakai baju pelampung yang bener


Akbar membagikan jaket pelampung punya K@wan

Lokasi start bamboo rafting saat itu sudah ramai oleh tentara, Pol PP, peserta Fun Bike, peserta Trail Adventure, peserta Bamboo Rafting, dan warga setempat. Saya dan Ika turun ke sungai, mengikuti Surya yang menuntun pada rakit yang akan kami naiki. Berhubung Pak Wabup belum keliatan hilal kehadirannya, kami mengisi waktu dengan menjajal berdiri di atas rakit sambil berfoto ria.

Bulan April lalu, rute bamboo rafting sejauh 10 km. Dimulai dari Desa Banjarmasin, berakhir di Banjarsari. Kali ini jarak tempuh lebih pendek, hanya 4,2 kilometer saja. Start di Tiga Serangkai Kampung Gunung Katun, finish di Kampung Gedung Batin. Meski jarak tempuh beda, tapi yang dihadapi adalah sama: aliran Way Besay. 

Ika dan para peserta fun bike
 
Aman bersama tentara dan Pol PP


Pak Rahmad (baju biru) Kabid Olahraga Dinas Olahraga, Pemuda dan Parwisata Way Kanan dan para peserta Trail Adventure

Way Besay yang mengelilingi kampung Gedung Batin ini merupakan habitat monster ikan air tawar langka yakni ikan Wallago lerii sp, golongan cat fish, penduduk lokal menyebutnya ikan Tapah. Nah lho. Buat penakut seperti saya, mahluk air seperti hiu adalah momok paling menyeramkan. Menyebut Tapah sama saja dengan menghadirkan sosok hiu dalam benak. Tapah masalah buat elo? TIDAK. Saya tetap ikut bamboo rafting haha.

Menurut informasi, masyarakat setempat pernah mendapatkan rekor ikan terbesar pada tahun 2006 dengan berat 160 kg. Hoho. Guedeee ya. Memancing ikan Tapah masuk dalam kategori perburuan yang dikenal dengan sebutan Fishing Extreme bagi pemancing dunia. Ok, itu tentang ikannya. Sekarang bicara tentang arusnya. Way Besay memiliki arus yang cukup deras dengan didasari oleh batuan ukuran sedang dan besar, sehingga tergolong jeram grade 1. Karenanya sungai ini ramai digunakan sebagai arena Arung Jeram, River Tubing dan Bamboo Rafting. Apa yang terlintas dalam benak saat tiga aktivitas itu disebut? Kalau saya sih: PETUALANGAN. 

Cek ulang kondisi rakit

Pukul 09.30 Wabup dan rombongan tiba. Siang banget pak 😁 Warga dan peserta yang berkumpul di pinggir sungai makin tumpah ruah. Mungkin inilah saat untuk meneriakkan “Gedung Batin Petjah Episode 1”. Kok ada episode segala? Episode 2 di lokasi finish. Episode 3 di rumah-rumah tua Gedung Batin. Banyak episode, ngalahin sinetron😅

Kehadiran para wisman membuat suasana kian riuh. Warga dan peserta tampak sibuk mengajak mereka berfoto. Yang mengajak foto mukanya sumringah, yang diajak foto tampak cemberut. Tampaknya si wisman lelah. Bahkan dua wisman tercyduk menggerutu kesal. He he. Kasihan. Namanya orang, ada yang senang saja diajak foto, ada yang tidak. Kalau sudah begitu, kita mesti peka dan mau ngertiin mereka. Lihat-lihat sikon, ya, bro. Tapi, saya memaklumi kenapa warga se-agresif itu pada para wisman. Tentu momen langka kampung mereka kedatangan turis asing seramai itu, toh? Sekalinya dikunjungi, terasa istimewa buat mereka, makanya diajak foto. Ya sudahlah, jangan cemberut-cemberut. Nikmati. Bawa happy. *ngomong sama air sungai😛

Wisman tiba bikin suasana pecah


Petjah!

Rakit berlayar kapten!

Rakit-rakit dilepas dengan meriah. Kamera cekrak cekrek memotret. Drone berdesing-desing merekam dari atas. Satu persatu rakit bergerak ke hilir. Guide sekaligus pendayung bekerja dengan kekuatan seribu tenaga kerbau, menggerakan rakit dengan wajah riang. Gimana nggak riang? Yang dibawa wisman-wisman cantik dan ganteng  he he. Satu rakit berisi 4 peserta dan 1 guide. Maksimal 6 orang jika harus dengan 2 guide (saya ragu lho kala ber-6 itu aman). Susunan 12 bambu sebesar betis saya itu memang cukup lebar. Tapi kalau melebihi kapasitas, akan tenggelam juga. Apalagi jika penumpangna tidak seimut saya 😃 Alamat sulit buat hanyut. Yang ada nanti penumpangnya berenang sambil dorong rakit sejauh 4,2km😅

Saya bersama Ika dan dua orang dari Radar TV (kameramen dan reporter), serta Surya sebagai guide. Di tengah perjalanan, Aris dari tim pemandu TRC, BNPB Way Kanan, ikut gabung. Aris yang tadinya tubing, tukaran dengan Meda (reporter Radar TV).

detik-detik rakit kami berangkat 😃


Difoto oleh Chaikal

Bawa apa naik rakit? Karena di sini ada unsur senang-senang, saya bawa kamera hp dong buat mendokumentasikan keseruan selama naik rakit. HP dimasukkan ke dalam kantong anti air dulu. Siapa tahu rakit karam dan jatuh ke sungai, sayang gadget mahal jadi korban. Tapi yang jelas, bawa KEBERANIAN dulu. Tanpa itu, naik rakit nggak akan dapat fun-nya.  Kalau sudah berani, baru deh urusan foto-foto menyusul. Selain buat motret keseruan selama berada di atas rakit, juga buat mengabadikan temuan-temuan yang dilihat sepanjang mengarungi sungai.

Banyak bunga bungur sedang mekar di tepian sungai, dan itu sangat cantik untuk difoto. Buah merah “terlarang” yang menggoda untuk dimakan, kami jumpai saat rakit sedang mepet-mepet ke tepian. Aktivitas warga yang memancing, anak-anak yang berenang, dan burung-burung yang terbang, adalah objek menarik untuk ditangkap oleh kamera. Nggak rugi bawa kamera HP. Siapa tahu bisa jumpa ikan tapah yang tiba-tiba muncul ke permukaan sambil mengucap salam : “Haloooo”. He he. Kalau yang satu ini, boro-boro sempat motret, yang ada terjengkang duluan. 

💗💗 Kita bisa senyum dan ketawaaaa 💗💗


Satu rakit dengan si mas dari Radar TV


Surya guide kami dari K@wan

Ada yang tak bisa diuraikan lewat kata ketika karam, terbalik, nyebur, bahkan tersangkut di batu-batu adalah hal terseru yang bisa dirasakan saat bamboo rafting.  Sebagian orang tidak menginginkannya, sebagian lagi menunggu untuk mengalaminya. Dan saya termasuk yang  berharap itu terjadi di rakit saya. 

Tak tenang rasanya melihat rakit wisman asal Belanda tersangkut di batu-batu. Rakit rombongan Batiqa Hotel yang berulang kali karam. Rakit seorang ibu dan bapak dengan 2 guide yang mendadak terbalik dengan posisi tegak. Rakit wisman Madagaskar yang berputar-putar dimainkan arus deras dekat delta. Sementara rakit kami tenang-tenang saja. Itu sungguh mengesalkan. Tapi akhirnya, saya mengalami apa yang saya inginkan. Rakit kami “nabrak” deretan bambu. Tersangkut batu. Hampir karam. Yihaa! Rasanya ada keseruan yang meledak-ledak. 

Asyik nabrak!


Wisman Madagaskar


Rombongan dari Batiqa Hotel itu seru abis sepanjang rakit berlayar

Dua orang Radar TV yang bersama kami bahkan memilih lompat dari rakit. Nyebur-nyebur gembira. Berenang. Menyelam. Berfoto dalam air. Yah, bagi kami itu SERU. Teman saya berkata; hanya hati yang bahagia yang bisa sebut itu seru. Jadi, kalau mau bamboo rafting, bawa Keberanian dan Hati yang Bahagia biar dapat serunya. Gitu, boy.

Nyebur biar tambah seru


Santai kayak di pantai cuy

Bamboo rafting itu nggak WAH.

Hey…siapa bilang? Wisata ini buat saya tidak sederhana. Saya rela datang jauh-jauh ke Way Kanan supaya bisa mengikutinya. Kalau nggak bikin seru, mana mungkin saya datang ke Way Kanan sampai tiga kali, dan ikut bamboo rafting sampai 2 kali.  Malah masih ingin sampai ke sekian kali. Hoho ketagihan 😂

Gedung Batin tempo doeloe merupakan bandar perdagangan besar dan berakhir di sungai Way Besay. Hasil bumi kopi, karet dan lada dari hulu sungai dibawa dengan rakit bambu yang murah menuju bandar Gedung Batin. Sampai saat ini, transportasi utama di sungai Way Besay tetaplah rakit bambu bukan perahu. Jika sekarang rakit bambu dijadikan sebagai wahana wisata, saya melihatnya sebagai upaya pelestarian alat transportasi jaman baheula yang tidak hanya membuat wisatawan seperti saya bersenang-senang saja, tapi juga membawa saya pada pengetahuan tentang ekosistem sungai, peradaban hunian tepi sungai, warisan kebudayaan, dan lain-lain. Inilah alasan yang membuat saya sudi meluangkan waktu berakit-rakit di Way Besay.

W untuk Way Kanan dan L untuk Lampung 😍


FUN!


Enjoy

Saya bangga pada Lampung karena punya Way Kanan yang menyajikan wisata Bamboo Rafting. Di Indonesia, wisata jenis ini tadinya hanya ada di Loksado, Kalimantan. Kini ada di dua lokasi. Buat saya yang tinggal di Jakarta, Lampung paling dekat. Lebih mudah dan murah dari segi biaya jika ingin mengajak teman-teman berwisata bamboo rafting. Ke depannya, wisata jenis ini sangat potensial untuk berkembang karena sebagai Eco Friendly Tourism, pengelolaannya akan seiring sejalan dengan pengelolaan ekosistem dan lingkungan hidup.

“Hore sudah mau sampai.”

Ucapan Ika membuat saya sumringah. Tapi dalam hati seolah tidak terima. Rasanya baru sebentar, sedang senang-senangnya, tahu-tahu sudah mau selesai. Dulu, 10 KM kejauhan. Sekarang 4,2 KM terasa kurang. Hehe. Mungkin karena sudah merasa asyik, menikmati, jadi tidak berasa jauhnya. 

Aktivitas warga di sungai


Bungur mekar
Di garis finish - Photo by Atanasia Riant

Satu jam lebih di atas rakit. Banyak rasa, banyak cerita. Di titik finish, tepian sungai tumpah ruah oleh warga yang menonton. Saya terkejut. Sungguh berbeda dengan keadaan saat pertama kali saya pernah ke sana pada Juli tahun 2016 lalu. Tempat itu dulu sepi, terkurung oleh kebun karet dan pohon tua. Tampak muram, kelam dan agak menyeramkan, apalagi dalam remang petang. Nuansanya horor. Tapi kini begitu lapang dan terang. Sudah ada jalan setapak pedestrian, kamar mandi dan ruang ganti, mushola, beberapa gazebo, kios pedagang, taman bermain anak dan area parkir. Tembok di sisi jalan setapak menuju jembatan gantung kini warna warni, suasananya bak di taman ria. Umbul-umbul yang berderet di sekitar tepi sungai, menambah keriaan suasana.

Gedung Batin dulu (Juli 2016 - Photo by Yopie Pangkey)


Gedung Batin kini
Gedung Batin dulu


Gedung Batin kini
Jembatan Gantung kini

Gedung Batin Petjah!

Yeah! Petjah episode 2 terjadi di sini. Tempat di mana perjalanan rakit berakhir. Naik rakit memang usai, tapi kegiatan di Gedung Batin belum selesai. Dalam keadaan basah, haus, dan mulai lapar, kaki saya melangkah terburu-buru ke rumah Ibu Devi, Kepala Desa Gedung Batin.  Tanpa singgah dan tengok kiri kanan, bergegas mandi, ganti baju, lalu duduk manis bersama para wisman. Siap untuk pijok-pijok bareng wabup dan beberapa pejabat pemda Way Kanan.

Jadi, cerita Gedung Batin Bamboo Rafting belum kelar. Episode Gedung Batin Petjah masih berlanjut ke postingan berikutnya : Pijok-Pijok dan wisata Bali Sadhar.  

Pijok-pijok di rumah Kepala Desa Geedung Batin
 
Kampung wisata Gedung Batin, objek sejarah, budaya dengan atraksi Bamboo Rafting ini merupakan daya tarik wisata yang ada di Way Kanan. 


Untuk berwisata di Way Kanan, silakan cek paket wisata recommended berikut ini :




Kuliner Pijok-pijok Khas Way Kanan di Kampung Wisata Gedung Batin

$
0
0
Kuliner Pijok-pijok di Desa Gedung Batin Way Kanan

Kampung wisata “lestari” Gedung Batin menawarkan wisata ekologi dan budaya perkampungan tradisional Lampung Way Kanan. Merupakan satu diantara kampung tua di kabupaten Way Kanan. Di sini masih bisa kita lihat peninggalan budaya nenek moyang dari arsitektur khas Lampung Tempo Doeloe sampai perabotan-antik sebagai penghias ruangan. Keunikan kampung ini menjadi daya tarik wisata yang sayang untuk dilewatkan. Dalam event Gedung Batin Bamboo Rafting yang digelar pada tanggal 8 Oktober 2017, salah satu kegiatannya adalah Kuliner Pijok-Pijok yang dilaksanakan di rumah kepala desa Gedung Batin, salah satu rumah tua berusia ratusan tahun yang masih berdiri kokoh. Kegiatan kuliner ini menjadi satu kesatuan yang utuh dari aktivitas berwisata di Desa Gedung Batin. 

kuliner khas way kanan
Kuliner pijok-pijok Way Kanan

Pengalaman pertama saya kulineran Pijok-pijok pada bulan April 2017 lalu saat event Festival Radin Djambat. Tempatnya di rumah Ibu Devi, kepala desa Gedung Batin. Kesimpulan sementara dari sekilas info yang saya dapat sebelum mencoba adalah pijok-pijok merupakan cara makan, bukan sebutan yang mengacu pada makanannya. Maknanya jadi benderang buat saya kala dipraktekkan langsung oleh Bapak Adipati Surya, Bupati Way Kanan, saat kami makan siang bersamanya. 

Pada prakteknya, pijok-pijok serupa ‘nyeruit’ yang namanya lebih populer digunakan oleh masyarakat Lampung. Secara sederhana, nyeruit adalah aktivitas dari membuat seruit (sambal) dan memakannya secara bersama-sama.  

Baca juga : Trail Adventure Air Terjun Puteri Malu

Pak Bupati asyik menikmati makanannya 😍

Dalam tradisi masyarakat Way Kanan, membuat sambal dari campuran beberapa makanan dengan menggunakan tangan (tidak dibantu alat pengulek/ulekan) dan dilakukan bersama-sama disebut pijok-pijok. Sambal khas dalam tradisi pijok-pijok terdiri dari cabe, terasi, cung kediro (semacam tomat ukuran kecil), tempoyak, kuah pindang ikan (biasanya ikan baung), daging ikan baung, terong rebus/bakar, timun mentah (bagian isinya). Semua makanan tersebut dikumpulkan dalam satu wadah (piring/mangkok), dicampur dan dilumatkan dengan menggunakan tangan hingga menjadi “sambal baru” yang siap dimakan bersama nasi, lauk pauk, sayur, dan aneka lalapan mentah maupun direbus. Biasanya, pijok-pijok yang dilakukan oleh seorang laki-laki dimakan untuk dirinya sendiri. Jika dibuat oleh perempuan, sambalnya untuk dimakan bersama-sama. 

Aneka lalapan

Pindang Ikan Patin

terung rebus bagian terpenting pijok-pijok maupun nyeruit

Hidangan istimewa ala Gedung Batin

Dalam event Gedung Batin Bamboo Rafting baru-baru ini, kuliner pijok-pijok jadi bagian dari kegiatan yang saya tunggu-tunggu. Rasa rindu untuk mengecap ulang racikan sambal khas, dan memaknai filosofi di baliknya, membuat saya tidak ingin ketinggalan. Itu sebabnya seusai bamboo rafting, saya memilih bergegas mandi dan ganti pakaian kering ketimbang berlama-lama berbaur dengan warga yang tumpah ruah di lokasi finish bamboo rafting. Bukan maksud hati untuk menjauh dari keramaian, apalagi menghindar berinteraksi dengan warga, tapi sekedar mengejar jadwal ‘wajib’ agar tak ketinggalan. 


Baca juga: Tiada Resah di Pulau Sebesi

Suasana Desa Gedung Batin hari itu

Rumah kepala desa tempat kulineran pijok-pijok

Di ruang rumah kepala desa yang lapang, makan siang sudah dihidangkan. Ada dua kelompok hidangan yang ditata memanjang. Dilihat dari jumlah tempat duduk yang tersedia di depan hidangan, saya yakin tidak akan mampu memuat seluruh peserta bamboo rafting. Mungkin karena itu jumlah peserta yang ikut pijok-pijok dibatasi. Meski dibatasi, sebenarnya peserta yang belum kebagian masih bisa antri, menunggu kloter pertama selesai dulu. Lain halnya jika makanan disajikan ala buffe, tidak perlu antri. Langsung ambil saja, lalu bawa makanannya pergi menjauh dari hidangan. 

Bapak wakil bupati bergabung dengan para wisman

Di hadapan saya telah duduk rombongan bapak kepala dari dinasnya masing-masing. Di antaranya Bapak Kadarsyah Kadis Perikanan. Beliau salah seorang penyumbang ikan yang digunakan dalam kuliner pijok-pijok. Bapak Hendri Syahri Kepala Badan Pendapatan Daerah. Bapak Pardi Kadis Sosial, dan Staf Ahli Bapak Juanda. Beberapa wisman dan ibu-ibu PNS juga duduk satu hidangan dengan kami. Sedangkan Bapak Wakil Bupati duduk pada hidangan lainnya, bergabung dengan para wisman dan media.

“Ayo langsung makan saja,” ucap Pak Kadarsyah.

Seperti genderang yang ditabuh, ajakan itu menjadi tanda dimulainya acara makan. Meski acara makan ini resmi, tapi dilakukan dalam suasana santai. Bapak-bapak pejabat duduk bersila di lantai rumah, sama rendah dengan kami. Tidak ada acara sambutan sebagai tanda dimulainya pijok-pijok. Tiap yang sudah duduk di depan hidangan, langsung menyendok nasi, menyeruput minuman, dan mulai menyuap makanan. Ada sedikit tanya dalam benak saya mengenai bagian meracik sambal yang tidak diperlihatkan. Tadinya saya berharap semua peserta yang turut makan, khususnya para wisman, memperoleh penjelasan tentang apa itu pijok-pijok, dan apa makna dibalik tradisi pijok-pijok. Saya pikir itu perlu sebagai cara untuk mengenalkan kuliner khas ke wisatawan yang datang ke Gedung Batin. 

Kuliner Way Kanan Asyik

Makanan enak dan kebersamaan, nikmatnya bukan main

Acara makan tidak berlangsung cepat. Makanan enak dan suasana yang menyenangkan memang bikin betah, jadi susah beranjak. Tapi bagaimana pun, masih ada orang lain yang belum makan. Tetap harus minggir dari hadapan hidangan.

Makanan masih banyak, masih bisa dinikmati oleh kloter kedua. Tapi sayang, kloter dua yang ditunggu tak datang-datang. Entah deh kemana, mungkin sudah makan di tempat lain. Mungkin juga sudah pergi karena ngambek nggak bisa makan bareng dengan kloter pertama *kidding 😄


Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang

Lestarilah selalu Pijok-pijok

Makanan akhirnya diangkut ke belakang, khawatir nanti makanan nggak sengaja kena injak, sebab suasana rumah yang tadinya tenang mendadak jadi riuh oleh urusan foto-foto. Ibu-ibu warga desa yang hari itu berkumpul di rumah kepala desa, yang sejak pagi bergotong royong memasak makanan untuk para undangan, sibuk berfoto dengan para wisman. Bukan ibu-ibu saja sih. Beberapa peserta lokal dan anak-anak muda desa yang kebetulan berada di rumah juga jadi ikut berfoto. Acara foto-foto ini tidak sebentar. Agak lama menunggu mereka kelar. Mungkin hal yang langka buat mereka bisa sedekat itu dengan para bule. Walau jelas sekali di mata saya, beberapa bule tampak lelah karena tak henti diajak foto. Saya cuma bisa menikmati suasana saat itu sambil senyum-senyum, terutama melihat keriaan pada wajah-wajah yang berhasil berfoto dengan bule yang diincarnya. 

foto-foto bareng wisman

foto-foto bareng wisman

foto-foto bareng wisman
Wisata Kampung Bali Sadhar

Dengan berakhirnya kuliner pijok-pijok, berarti berakhir pula rangkaian kegiatan Gedung Batin Bamboo Rafting. Namun, masih ada kegiatan lainnya yang kami ikuti bersama para wisman yaitu berkunjung ke Bali Sadhar yang sedang mengadakan upacara Ruwat Bumi. Kami di ajak ke sana untuk melihat-lihat.

Bali Sadhar adalah sebuah desa di Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Desa ini dihuni oleh para transmigran dari Bali yang mengungsi ke Lampung paska letusan Gunung Agung. Setelah puluhan tahun, akhirnya mereka memilih untuk menetap di Lampung. Bali Sadhar terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu Bali Sadhar Utara, Bali Sadhar Tengah, dan Bali Sadhar Selatan. Masing-masih wilayah dipimpin oleh kepala kampung. Bali Sadhar bukanlah satu-satunya perkampungan Bali yang ada di Lampung, bahkan di Way Kanan. Selain Bali Sadhar, ada juga kampung Bali di Sopoyono, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten Way Kanan. 

Nuansa Bali dalam warna-warna cerah khas ornamen Lampung

Ramik Ragom sepertinya bukan sekadar semboyan bagi Kabupaten Way Kanan. Berbagai suku, agama, dan budaya hidup rukun berdampingan di kabupaten ini. Salah satunya adalah komunitas Bali di Bali Sadhar ini. Tak hanya bangunan berarsitektur Bali yang bisa kita lihat di sini, tapi juga kehidupan sehari-hari mereka yang masih teguh memegang adat dan budaya warisan nenek moyang.

Bulan April lalu saat pertama berkunjung ke Bali Sadhar ini, kami disuguhi dodol Bali di kediaman Eyang Resi. Selain disuguhi dodol untuk diicip-icip, kami juga diajak melihat langsung cara pembuatan dodolnya.


Baca juga: Bamboo Rafting Seru di Way Kanan

Dodol Bali produksi warga Desa Bali Sadhar

icip-icip dodol Bali

Melihat cara pembuatan dodol Bali

Sore itu kami berkunjung ke Pura Tangkas Kori Agung. Kami diijinkan masuk, tapi hanya sampai pada area tertentu. Bisa dimaklumi karena saat itu umat Hindu sedang beribadah, khawatir mengganggu kekhusyukan. Tidak banyak yang bisa kami lakukan selain berinteraksi sejenak dengan beberapa wanita Bali yang kami temui. Sisanya hanya berfoto bersama. Setelah itu kami meninggalkan pura, mengejar sunset dari sebuah ladang jagung warga Bali Sadhar. Lewat magrib kami kembali ke Blambangan Umpu, menuju rumah Pak Firdaus Rya Mayu, seorang pegusaha batu terkenal di Way Kanan, untuk menikmati makan malam nan lezat.

Wanita Bali Sadhar selepas beribadah

Perempuan-perempuan cantik

Foto bareng sebelum pulang

Senja di Banjit

Makan malam di rumah pengusaha batu, maka ‘dekorasi’ tempat makan pun dikelilingi oleh tumpukan batu. Bukan sembarang batu, melainkan batu berharga yang bila telah selesai diolah, wujudnya akan menyilaukan para penggemar perhiasan batu. 

Jamuan makan malam istimewa dari tuan rumah disertai dengan hiburan live music dari band lokal. Perut kenyang, telinga senang. Beberapa orang bernyanyi dan berjoget, menghibur diri dan orang lain. Malam berkesan bagi saya sebelum esok hari kami meninggalkan Way Kanan. 

Makan malam enak

Terima kasih suguhannya

Bersama K@wan

Jadi tamu PT. Buay Tumi Lampung

Hiburan

Wan Yazed nyanyi

Happy

Terima kasih kepada segenap rekan-rekan di Way Kanan untuk kebersamaan dan pengalaman tak terlupakan yang akan selalu indah untuk dikenang pada masa yang akan datang. Semoga pariwisata Way Kanan makin maju dan berdaya saing.

Rangkaian kegiatan Gedung Batin Bamboo Rafting dapat dibaca pada tulisan sebelumnya : 

Bersama Bupati Way Kanan Bapak Raden Adipati Surya - Festival Radin Djambat April 2017

Salah satu rumah tua di gedung Batin usia 200 tahun

Rumah tua usia 3 abad, kediaman Pak Ali

Makam tua bertuliskan tahun 1305

Di teras rumah Pak Ali, kan ku kenang selalu (Foto Yopie P)

Ukiran khas Lampung di teras rumah Pak Rajimin (Foto: Yopie P)

Mari berwisata di perkampungan tradisional Gedung Batin



Chicking Ayam Top Dubai, Keunikan Rasa Khas Timur Tengah yang Menggoda

$
0
0
Buat Pecinta Fast Food Halal dari Dubai, ChicKing Restoran Kini Hadir di BSD City Tangsel

chicking indonesia
Fast food HALAL dari Dubai
 
ChicKing Ayam Top Dubai


Restoran fast food lagi? Iya! Tapi ini bukan resto fast food western, melainkan fast food ala Timur Tengah yang memiliki citarasa yang unik dan khas, serta HALAL. Keragaman rasa dari rempah yang kaya pada pilihan menunya, menjadi pemikat yang sempurna untuk petualangan budaya dan rasa dari seluruh dunia. Untuk para penggemar ayam goreng renyah kaya rempah khas Dubai, ChicKing bisa menjadi tujuan favorit kamu💗

fast food halal
ChicKing Restoran di BSD City Tangsel

ChicKing Hadir di BSD Tangsel

Surabaya menjadi kota pertama yang menjadi lokasi resto ChicKing di Indonesia. Dibuka pada 19 Mei 2017 di Royal Plaza Surabaya. Disusul kemudian di Mall Basura Jakarta Timur dan di Lulu Q-Biq BSD City. BSD City Tangsel beruntung terpilih menjadi lokasi gerai ChicKing yang ketiga. Bagi warga Tangsel, Tangerang Raya, dan sekitarnya, kehadiran ChicKing di BSD City menjadi kabar gembira bagi para pecinta fast food, terutama penggemar sajian fast food bercita rasa Timur Tengah. Kalau kamu penasaran dengan aneka menu Chicking, kamu bisa datang ke Chicking BSD tanggal 27 Oktober 2017. ChicKing BSD resmi dibuka pada tanggal tersebut, satu hari setelah peresmian ChicKing di Mall Basura Jakarta Timur.

Chicking Ayam Top Dubai

Citarasa Timur Tengah yang Khas

ChicKing menjadi makanan halal alternatif siap saji yang selama ini didominasi oleh Barat.  Makanannya segar dan lezat, dibuat dengan menggunakan ramuan dan rempah-rempah berkualitas terbaik. Dibuat dengan penuh kehati-hatian, sehingga rasa unik khas Timur Tengah menjadi pembeda dari fast food yang selama ini sudah lebih dulu hadir di Indonesia. Buat saya, citarasa menu ChicKing cocok sekali untuk memanjakan lidah dengan resep rahasia dari ramuan-ramuan aromatik yang diolah dengan teknik khusus. Jadi, kalau kamu berhasrat dengan bumbu, menu ChicKing bisa jadi pilihan saat kamu mencari fast food.

Aneka Menu ChicKing dengan kepastian harga yang terjangkau
ChicKing. It's my choice!

Pilihan Menu yang Menggugah Selera

Fast food identik dengan ayam goreng. Maka, Chicking pun begitu. Resto ini menghadirkan sajian ayam dan nasi sebagai andalannya. Pilihan menunya beragam, di antaranya Flaming Grilled Chicken, ChicKing Rice, Original Fried Chicken, Big Beef Burger, Tandori Burger, Royal Crunchy, Royal Wrap, Crunchy Supreme, Chick Pops, dan Tandori Fries.

Flaming Grilled Chicken dan ChicKing Rice adalah pasangan serasi. Kekuatan rasa dari potongan ayam yang dibumbui secara halus, dengan perendaman rahasia, dan dipanggang dengan sempurna, membuat Flaming Grilled Chicken menjadi menu unggulan yang wajib dicoba. Chicking Rice yang middle-east banget ini berupa nasi kuning mirip nasi Biryani, terbuat dari beras Arab yang dimasak dengan rempah khusus, sangat menarik dijadikan makan favorit.

ChicKing Rice nan menggoda

Flaming Grilled Chicken si menu terlaris

Original fried chicken menu utama yang jadi favorit keluarga. Ada versi pedas bagi yang berhasrat dengan bumbu. Penggemar beef burger bisa ‘berpesta’ dengan Big Beef Burger yang terbuat dari daging sapi murni 100% dihiasi bermacam isi yang yummy. Tandoori Burger untuk rasa yang berbeda dan kelezatan yang sempurna berisi fillet ayam renyah dan pedas dilapisi tepung roti dan ditaburi bubuk tandoori untuk cita rasa India. Coba juga Royal Crunchy, simbol kemegahan yang dikemas dalam bentuk Sandwich fillet ayam lezat, asli dan pedas. Royal Wrap si item klasik dengan aksen mewah yang bisa dirasakan sejak gigitan pertama, sangat menggugah selera dan patut dicoba. 

Hmm....crunchy and delicious 😋

Chick Pops

Mencoba Chick Pops sama dengan membiarkan diri ketagihan daging ayam lembut tanpa tulang yang dibumbui rempah harum ramuan surgawi. Meskipun kecil tapi besar pada selera. Crunchy and delicious.Must try versi pedasnya. Tandoori Fries si renyah di luar lembut di dalam cocok jadi cemilan sebelum menyantap menu utama, taburan bubuk tandoori nya adalah kesempurnaan flavourful.

Dari semua menu unggulan itu, pastikan tidak melewatkan CITA RASA TERTINGGI di Chicking yaitu Big Supreme Sandwich yang lezat, besar, sehat, dan murah hati. Si JUARA ini adalah Signature kelezatan ChicKing, hadir dalam rasa asli atau pedas. Berisi fillet ayam yang dilengkapi dengan selada segar, tangiest asinn, diatapi saus ChicKing gurih.

Pilihan minumannya tak kalah unik, seperti Dubai Breeze, sejenis moktail khas Dubai yang segar dan eksotik dengan paduan daun mint dan lemon yang memiliki 2 varian rasa yaitu Passion Fruit dan Green Apple.

Aaaaaw....Apple Green
Kopi Arab dengan rempah Kapulaga dan kayu manis

Real Recipe, Real Taste, and Real Fried Chicken

Chicking bukan pemain baru di dunia per-fastfood-an. Resto yang berasal dari Dubai ini didirikan sejak tahun 2000 di bawah Banquet Foods International (bagian dari perusahaan bereputasi dan terkenal yang berbasis di Dubai Al Bayan Group of Companies), merupakan resto halal dari Uni Emirat Arab yang sangat populer dan telah tersebar di 10 negara.

Dibandingkan dengan jaringan restoran sejenis dari Amerika, ChicKing mengusung makanan halal sebagai keunggulan. Selain berasal dari Timur Tengah, ChicKing punya variasi menu beragam, yang terinspirasi dari budaya rasa dari seluruh dunia. Seperti Amerika yang autentik, Meksiko, India, dan Italia. 

Hengki Setiawan, Presiden Direktur PT Ayam Top Dubai, pemegang lisensi Chicking Indonesia saat Grand Opening Chicking Indonesia di BSD City (Minggu 22/10/2017)

Kami sudah mencicipi Kopi Arab dan Dubai Breeze

Mereka juga sudah icip-icip ChicKing Rice dan Flaming Grilled Chicken

Dua wanita cantik itu sudah icip-icip Chick Pops 😍

Sebagai restoran yang mengkhususkan diri dalam melayani aneka ayam, sandwich, hingga burger menggunakan resep rahasia yang mencakup perpaduan unik dari tumbuh-tumbuhan terpilih dan rempah-rempah, ChicKing menawarkan menu serba REAL: real recipe, taste, and fried Chicken.

Jadi, sudah siap mencoba menu di ChicKing Ayam Top Dubai?

Cerah, modern, dan unik. Kamu kapan ke Chicking?

ChicKing
Ayam Top dari Dubai, It’s My Choice!
Alamat: LULU Q-Big BSD, Tangerang Selatan
Facebook: Chicking Indonesia
Instagram: @Chicking.indonesia 

.
.

Pesona Gong Yoo Bikin Heboh Launching ASUS Zenfone 4 Selfie

$
0
0
Kolaborasi Gong Yoo dan Tatjana Safira untuk ZenFone 4 Selfie membuat acara ASUS kali ini terasa lebih seru dari biasanya. Heboh, pecah, dan bikin baper. Itu yang saya lihat dan rasa saat menghadiri peluncuran ASUS ZenFone 4 Selfie Series pada hari Rabu tgl. 25 Oktober 2017. 

Gong Yoo dan Tatjana Saphira untuk ASUS ZenFone 4 Selfie

Suatu kebahagiaan diundang kembali oleh ASUS untuk event peluncuran smartphone terbarunya. Bikin senang dan bersemangat.  Sejak satu minggu sebelum hari H, keseruan yang bakal terjadi di acara launching sudah menari-nari di depan mata. Dan itu menjadi nyata ketika tgl 24 Oktober 2017 teman-teman mulai berdatangan di Hotel Pullman Central Park.

Thanks ASUS Undangannya!

Buat saya, kegembiraan menyambut produk smartphone ASUS terbaru sama besarnya dengan menyambut perjumpaan dengan rekan-rekan dari komunitas blogger ASUS (BLUS). Ada sekitar 40 blogger yang hadir, diluar undangan lain seperti Youtuber dan Fans Gong Yoo. Banyak yang dari luar kota, banyak juga dari dalam kota. Ada yang dari Aceh, Batam, Semarang, Kalimantan, Jogja, Malang, Bogor, Bekasi, Tangerang Selatan, dan Serang. 

BLUS kumpul
Momen kumpul selalu bikin happy. Bisa ngobrol bareng, becanda bareng, makan bareng, foto-foto bareng, buka oleh-oleh bareng, dan tentunya MENUNGGU SESUATU bareng-bareng. Menunggu apa? Pertama, mungkin menunggu Gong Yoo hadir dalam wujud aslinya, bukan sekedar standee😂 Kedua, mungkin menunggu si smartphone baru. Entah itu menunggu penampakan dan harganya, maupun menunggu kapan smartphone-nya bisa mendarat di genggaman 😄 Nah, kalau yang kedua itu, kudu usaha dulu ya. Atau, tunggu faktor keberuntungan, siapa tahu dapat doorprize. Tentang Gong Yoo, terus terang sejak berada di Pullman saya mendadak ikut-ikutan ter-Gong Yoo. Nah lho. 

Welcome dinner - Photo Primastuti

Saya rasa sudah banyak yang tahu ya kalau Gong Yoo dipilih ASUS sebagai Brand Ambassador untuk Zenfone 4 Selfie. Dalam peluncurannya di Indonesia, muncul desas desus Gong Yoo bakal hadir. Apalagi, ASUS Indonesia melalui FB Fanpage-nya membuka form pendaftaran khusus untuk Fans Gong Yoo Indonesia. Wajar jika kemudian jadi heboh. Di antara rekan blogger pun ada fans-nya. Dan saya bisa rasakan bagaimana senang dan gembiranya mereka saat tahu aktor Korea idolanya dikabarkan bakal hadir. Saya jadi tertular deg-degan dan penasaran.

Siap-siap melihat kejutan dari ASUS

Semua blogger undangan menginap di Hotel Pullman Central Park, termasuk saya. Di kamar lantai enam-nya yang mewah dan nyaman, saya satu kamar dengan mbak Dian dari Batam. Senang? Banget! Dua malam sekamar dengan travelmate kesayangan, saya bisa ngobrol dan curhat banyak hal. Berkat sama-sama diundang ASUS, kami bisa jumpa lagi dan lagiiiii.  

View Jakarta di sore hari dari Kamar 609 Hotel Pullman Jakarta


Kamarku dan mbak Dian


My roommate

Acara utama peluncuran dilaksanakan Rabu siang (25/10) di Ballroom Pullman Central Park. Acara pagi kosong, jadi banyak waktu buat melakukan berbagai hal. Saya dengar, teman-teman dari luar kota ada yang ke mall, ke toko buku. Yang lainnya, menikmati suasana sambil foto-foto. Di Central Park ini memang ada beberapa spot foto kece, salah satunya Jembatan SOHO. Hoo…saya malah belum pernah tuh foto-foto di sana. Pagi itu, saya memilih berlama-lama di restoran, sarapan dengan santai. 





Jam 11  kami mulai ke tempat acara. Registrasi, makan siang, dan keliling dulu sebelum pintu ballroom dibuka. Suasana di hall ramai oleh para undangan yang terdiri dari kami para blogger, youtuber, dan para fans Gong Yoo yang mengenakan busana bernuansa ungu-ungu. Ada pemandangan unik, di mana Gong Yoo diserbu para penggemarnya, walau hanya sebuah standee Saya pun ikutan menyerbu, berfoto ala-ala dengan Gong Yoo palsu. Gimana rasanya ter-Gong Yoo? Nano-nano 😂

Gong Yoo?

Ada booth LOL Photography dengan latar balon warna warni, Booth ASUS We Love Photo, dan tentunya sebuah booth yang sangat menarik perhatian, yaitu booth Zenfone 4 Selfie. Yes, di boot inilah untuk pertama kalinya saya melihat penampakan asli Zenfone 4 Selfie Pro. Tampil MEMESONA dalam balutan warna merah, dan ISTIMEWA karena bertanda tangan Gong Yoo. Tanda tangan asli lho. So, super limited edition dong ya. Wow banget kalau bisa memilikinya. 

Limited Edition!

Waktu peluncuran tiba, kami pun memasuki ballroom, saatnya untuk menyaksikan presentasi dari pejabat penting ASUS Taiwan dan Indonesia. Jika biasanya para undangan didominasi oleh jurnalis, blogger, dan youtuber saja, kali ini ada fans Gong Yoo di deretan kursi sebelah kiri panggung utama, bersebelahan dengan tempat duduk para blogger. Sebelum acara dimulai, kehebohan sudah terjadi. Teriakan-teriakan ala fans, berulangkali menghampiri telinga. 

Heboh!

Jesicca, host cantik langganan acara Asus membuka acara. Presentasi diawali oleh Mr. Jerry Shen dari ASUS Taiwan. Beliau menyampaikan teknologi yang dibenamkan di dalam ASUS Zenfone 4 series, termasuk diantaranya pemanfaatan dual camera, 120° wide-angle lens, SuperPixel technology dan pembagian kategori ASUS Zenfone generasi ke-4. 



Selanjutnya Mr. Galip Fu, selaku Marketing Manager ASUS Indonesia. Galip memaparkan secara lebih detil fitur dan teknologi yang dibenamkan pada ASUS Zenfone 4 Selfie Pro, sekaligus memperkenalkan ASUS Zenfone 4 Selfie. Smartphone yang memiliki fitur mirip dengan versi Pro, hanya spesifikasinya saja sedikit diturunkan agar harganya lebih terjangkau.

Galip Fu

Suasana presentasi berlangsung santai. Slide demi slide ditampilkan di layar, menampilkan para ZenBassador yang memberikan testimoni tentang keunggulan dari ASUS Zenfone 4 Selfie Pro yang mereka gunakan untuk sesi foto ala cover majalah. Menyaksikan hal tersebut, suasana di bangku para Zenfans dan Blus jadi ramai oleh sahutan jenaka dan derai tawa, membuat suasana presentasi jadi terasa santai. 

Sheryl Sheinafia dan Rizky Febian (anaknya kang Sule) hadir untuk sesi testimoni. Keduanya  sempat menampilkan teaser duet lagu baru hasil kolaborasi mereka

TH Cheng, ASUS Smartphone Senior Product Manager, bos ASUS Taiwan yang memang fans Gong Yoo, sengaja memirip-miripkan penampilannya agar mirip Gong Yoo 😅
Joe Taslim merupakan ZenBassador yang selama ini cukup rajin memanfaatkan Zenfone untuk mengabadikan setiap momen yang ditemuinya


Joe Taslim memilih menggunakan ASUS Zenfone 4 Max Pro karena punya baterai besar yang mampu menemaninya beraktifitas kapan pun di mana pun selama apapun tanpa harus kuatir kehabisan daya saat lupa membawa powerbank
Tatjana Saphira memberikan kesan-kesannya selama menggunakan ASUS Zenfone 4 Selfie

Sesi sharing pengalaman menggunakan ASUS Zenfone 4 Selfie berikutnya dari Tatjana Shapira. Selain menceritakan kesan-kesannya selama menggunakan Zenfone 4 Selfie, Tatjana juga bercerita tentang kegiatan syuting yang dilakukannya di Korea beberapa waktu silam ketika pembuatan TVC bersama Gong Yoo. Tatjana kemudian memamerkan TVC baru mereka berdua yang adegan romantisnya sukses bikin para fans Gong Yoo rada-rada histeris. Tahu kan gimana rasanya melihat sang idola tiba-tiba muncul dihadapan walau hanya lewat gambar TVC, beradegan mesra pula. Baper deh tuh para fans he he... Makin baper lagi saat BTS TVC tersebut juga ditampilkan, bikin suara teriakan para penggemar kian membahana! 😂







hayo....siapa yang ga baper lihat mereka berdua 😄

Pada sesi doorprize, Mbak Dian Anthie yang duduk di bangku barisan para fans Gong Yoo beruntung mendapatkan ZenFone 4 Selfie Pro bertanda tangan Gong Yoo. Saking terharu, Mbak Dian sampai menangis. Oh ya, Mbak Dian Anthie ini juga seorang blogger, kebetulan saya mengenalnya. Jadi ikut senang tahu dia dapat doorprize. Selamat ya mbak Dian 😍

Mbak Dian Anthie pemenang doorprize ZenFone 4 Selfie Pro bertanda tangan Gong Yoo


Ekspresi terharu dari Mbak Dian Anthie

Acara launching ditutup dengan sesi product experience di mana para undangan dapat mengunjungi demo booth untuk melihat dan mencoba langsung produk-produk yang baru diluncurkan. 

Selain demo booth, terdapat juga empat photo booth, salah satunya photo 360. Di tiap photo booth tersebut, pengunjung bisa meminta stamp untuk dikumpulkan dan diikutkan doorprize sesi 2. Hadiahnya berupa ZenFone 4 Selfie dan ZenFon 4 Selfie Pro untuk beberapa orang pemenang.

Ini salah satu foto 360⁰ . Untuk berfoto di sini, saya mbak Dian mengikuti tata cara yang diajarkan oleh fotografer. Sekian belas kamera memotret serentak, kami tinggal lompat sambil diguyur kertas warna-warni bak hujan bintang-bintang. Hasilnya? Kami seperti melayang walau kaki posisi mendarat. Sudah lompat-lompat, ternyata gagal 😛


Ada yang seru saat doorprize sesi kedua tiba. Host mulai menghitung mundur mulai dari angka 20, sebagai tanda berakhirnya pengumpulan stamp. Padahal saat itu stamp saya baru terkumpul satu. Langsung deh panik. Saya dan mbak Dian yang sedang foto-foto di salah satu booth langsung lari sana sini, bahkan HP saya sampai ketinggalan di booth demi mengejar pengumpulan stamp. Lari pakai wedges itu sesuatu banget, untung tidak kecengklak 😆Kan nggak lucu, ZenFone 4 Selfie tak dapat diraih, ZenFone 3 hilang, wedges patah, kaki keseleo. Untung itu tidak terjadi 😆

Keseruan lain di sesi penutupan terjadi di panggung. Tampak bos ASUS dari Taiwan yang berbusana ala Gong Yoo berbaur dengan undangan, membiarkan dirinya dikerubuti fans Gong Yoo. Pikir para fans, tak ada Gong Yoo, Mr TH Cheng pun jadilah. Lihat fotonya berikut ini.
Fans Gong Yoo berfoto bersama Mr. TH Cheng
Foto bareng Mr. TH Cheng, sosok mirip Gong Yoo 😆


Foto bareng Galip Fu, Marketing Manager of Asus Indonesia
We are BLUS family and We Love Photo

Event peluncuran smartphone Asus kali ini terasa paling seru dan heboh. Pesona Gong Yoo mungkin jadi salah satu penyebabnya. Sang idola tidak hanya bikin suasana ballroom jadi banjir teriakan, tapi juga diselimuti rasa penasaran dan deg-degan akan kehadiran sosok aslinya. Kehadiran para artis seperti Tatjana, Joe Taslim, Sheryl, dan Rizki juga membuat acara peluncuran jadi lebih segar dan ceria hingga acara berakhir.

Malamnya kami masih di Central Park, kumpul dan makan malam bareng sebelum esok hari kembali ke kota masing-masing.  


Dinner di TGI Fridays Central Park

Terima kasih ASUS atas keseruannya. Senang bisa menjadi bagian dari momen penting perjalanan Smartphone Selfie dari ASUS.

Untuk pengalaman menggunakan ZenFone 4 Selfie, tunggu pada postingan saya berikutnya ya 😊 

Sekilas info mengenai ZenFone 4 Selfie bisa dibaca pada keterangan berikut ini:

Harga ZenFone 4 Selfie : Rp.3.499.000
Harga ZenFone 4 Selfie Pro : Rp.4.999.000

Info lengkap, ZenFone 4 Selfie klik: bit.ly/ZenFone4SelfieID
Info lengkap, ZenFone 4 Selfie Pro klik: bit.ly/ZenFone4SelfieProID




 Spesifikasi ZenFone 4 Selfie :
- 20MP Softlight Selfie Camera - 120 Wide Angle Wefie Camera - Dual Selfie Camera with Softlight LED Flash
- 5.5 Inch IPS Screen
- ASUS SuperPixel Camera with ASUS SelfieMaster Technology - 16MP Rear Camera Phase Detection Auto Focus
- Metallic finish Design, 2.5D Curved glass display - Prosesor Octa Core 64-bit Qualcomm Snapdragon - RAM 4GB, ROM 64GB - Free Google Drive 100GB (1 Year)
- Fingerprint Sensor, Unlock 0.3s
- Battery 3000mAh, Fast Charging Technology - Triple Slot, Dual SIM & MicroSD Card (Support MicroSD up to 2TB)
- ASUS SonicMaster 4.0 audio Technology - Android N with ZenUI 4.0



Spesifikasi ZenFone 4 Selfie Pro :
- 24MP Selfie Camera (DuoPixel Selfie Camera)
- 120 Wide Angle Wefie Camera - Dual Selfie Camera with Softlight LED Flash
- 4K UHD (3840 x 2160) Selfie Video - ASUS SuperPixel Camera with ASUS SelfieMaster Technology - 16MP Rear Camera Sony Image Sensor (0,03s PDAF)
- AMOLED Display 5'5 Inch, Full HD (1920 x 1080)
- Full Metal unibody Design, Frameless 2.5D, Corning Gorilla Glass - 6.85 mm Thickness
- Prosesor Octa Core 64-bit Qualcomm Snapdragon 625
- RAM 4GB, ROM 64GB (Support MicroSD up to 2TB)
- Free Google Drive 100GB (1 Year)
- Fingerprint Sensor, Unlock 0.2s
- Battery 3000mAh, Fast Charging Technology - Talk 1 hour by 3 mins charged
- ASUS SonicMaster 4.0 audio Technology - Android N with ZenUI 4.0

Beli sekarang di: http://bit.ly/BeliZenFone

#ZenFone4SelfieID #WeLoveSelfieAndWefieID #ASUSAja



Menjadi Pembicara di Workshop Blogger SMP IT Nurul Fikri Depok

$
0
0
hari blogger nasional 2017
Workshop Blog di SMP IT Nurul Fikri

Undangan menjadi pembicara Workshop Blogger di Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Depok itu datang pada pertengahan bulan September 2017. Jadwal workshop-nya bertepatan dengan Hari Blogger Nasional yaitu Jumat tgl. 27 Oktober 2017. Menurut mbak Ibad (panitia), pesertanya adalah siswa/siswi SMP, berjumlah kurang lebih 20-30 orang. 

Undangan tersebut bikin saya senang sekaligus deg-degan. Senang karena akan "merayakan" hari blogger dengan menjadi pembicara workshop blogger. Deg-degan karena akan berbicara untuk adik-adik usia SMP, sebuah pengalaman baru sependek saya menggeluti dunia blogging. Dalam rasa senang dan deg-degan itu, undangan saya terima sepenuh hati. 

Gebyar Bulan Bahasa SIT Nurul Fikri

Workshop Blogger merupakan salah satu kegiatan dari acara Gebyar Bulan Bahasa yang berlangsung selama satu bulan di Sekolah IT Nurul Fikri. Puncak acaranya dilaksanakan pada hari Jumat, tgl. 27 Oktober 2017. 

Mungkin pembaca sudah tahu bahwa sekolah Nurul Fikri ada di beberapa tempat, salah satunya di Depok. Awalnya, saya kira Nurul Fikri ini tempat dua ponakan saya pernah bersekolah SMP, ternyata nama sekolah ponakan saya Al Fikri. Namanya memang hampir mirip, lokasinya pun sama-sama di Depok. Sekolah Nurul Fikri yang di Kelapa Dua Depok ini memiliki sekolah mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA. Lokasi TK dan SMP ada di satu tempat, sedangkan SD dan SMA di lokasi lain. Berikut ini sekolahnya dalam jepretan kamera HP saya.







Selain Workshop Blogger, ada beberapa acara lain yang dilaksanakan pada puncak Gebyar Bulan Bahasa seperti Workshop Vlog, Story Telling, dan Stadium Generale mengenai Guru Menulis dan Berbahasa oleh Pak Asep Sapa'at yang pernah berkarya di Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa. 

Semacam kejutan ketika saya tahu pembicara Workshop Vlog dan Story Telling adalah Mbak Hidayati Nur, rekan sesama blogger yang sudah lama saling follow di medsos. Ya, ini semacam ajang kopdar teman di dunia maya yang akhirnya ketemu di dunia nyata. Kami pun mengabadikan pertemuan itu dalam foto-foto ceria berikut ini. 


Mbak Ibad (kiri) dan mbak Hidayati (kanan)

Kumpul sambil makan bareng di ruang perpus

Workshop Blogger berlangsung mulai pukul 9.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB di ruang lab e-learning yang sejuk dan modern. Dalam lab tersebut, ada 36 komputer yang sudah terkoneksi dengan internet, cukup untuk menampung peserta yang hadir. Oh ya, di waktu yang sama, di ruang lab komputer dan multimedia, adik-adik lainnya sedang mengikuti Workshop Vlog dari Mbak Hidayati. 

Lab e-learning SMP IT Nurul Fikri

Adik-adik peserta workshop berasal dari kelas 7 dan 8. Bertemu mereka seperti bertemu anak sendiri, karena putra saya juga seusia mereka, duduk di kelas 9 SMP. Para peserta workshop adalah para ABG kekinian yang sudah fasih menggunakan komputer dan sudah lihai berselancar di dunia maya. Jadi, bukan pekerjaan berat untuk mengenalkan mereka pada dunia blog karena mereka sudah terbiasa main internet, baik untuk membaca informasi, maupun menulis sesuatu di media sosial.

Sedang fokus ngeblog 😃

Saya mengawali workshop dengan memberikan materi mengenai MENULIS. Baru kemudian mengenai BLOG. Dari interaksi lewat Q & A, saya simpulkan adik-adik peserta sudah punya pengetahuan yang cukup baik mengenai menulis dan manfaat menulis, namun masih baru dalam menjadikan BLOG sebagai media untuk menulis. Mengajak mereka untuk menulis lalu mempostingnya di blog, adalah sebuah tantangan. Tapi adik-adik peserta punya semangat yang bagus, dan itu memotivasi saya untuk bisa membuat mereka bisa menciptakan ide dan menulis dalam 40 menit waktu yang saya berikan. 

Adik-adik sedang fokus menulis, Kak Rien dan Kak Ibad wefie dulu 😆

Para peserta masih awam soal blog, hanya beberapa orang saja (kalau tak salah 3 orang) yang sudah punya blog, itu pun belum lama. Jadi, dalam waktu 40 menit dari 2 jam jatah waktu workshop, saya deg-degan apakah peserta berhasil menulis dan memposting tulisannya di blog masing-masing. Bukan apa-apa, saya sendiri sampai saat ini masih sangat jarang menyelesaikan tulisan dalam waktu satu jam, apalagi langsung posting. Pasti lebih dari 1 jam. Bahkan bisa seharian, atau malah 2 hari baru kelar. Nah ini, 40 menit. Apa bisa? 



Saya menyukai interaksi selama 40 menit praktek menulis blog. Saat dimana pertanyaan-pertanyaan atas ketidaktahuan bermunculan. Saat di mana kendala-kendala bisa langsung diketahui sumbernya. Saat di mana solusi bisa langsung dicari tanpa bertele-tele dengan teori. Dan hasilnya, sungguh membuat saya kagum. Adik-adik peserta berhasil ngeblog! 



Berhasil ngeblog di sini belum dalam artian mereka benar-benar selesai menuliskan ide-idenya, melainkan mereka berhasil menangkap ide dan menjadikannya sebuah tulisan untuk diposting di blog. Durasi yang saya anggap pendek, memang tidak memungkinkan tulisan yang diposting tampil utuh. Satu persatu blog peserta saya baca. Ada yang menulis tentang otomotif, kuliner, tips, dunia pendidikan, traveling, dan lainnya. Tulisan mereka sudah disertai foto, dipasang dengan bagus, dan sesuai dengan isi tulisan. Saya senang mereka kini mengerti bahwa foto-foto yang diambil dari berbagai sumber harus disebut sumbernya. 

Apresiasi untuk postingan terbaik

Jaga terus semangat untuk ngeblog-nya 😗

Sewaktu saya tanya apa alasan dari tema tulisan yang dibuat, sebagian besar menjawab karena berdasarkan minat. Sip, mereka juga sudah paham bahwa sesuatu yang sesuai minat akan lebih mudah untuk ditulis, sehingga ketika menulisnya pun bisa dilakukan dengan sepenuh hati. Ketika sebuah tulisan dibuat dengan hati, maka akan sampai ke hati pembaca. 

Saya mengapresiasi semua postingan peserta, dan saya memilih enam blogpost yang paling menarik berdasarkan ide, unsur 5W+1H, struktur kalimat, penggunaan tanda baca, typo, dan foto pelengkap yang memperkuat tulisan. Dua dari enam siswa tersebut bahkan menulis blog dalam bahasa Inggris yang runut dan rapi. Saya jadi kagum sama adik-adik ini.

Bulan Bahasa

Adik-adiknya lebih gede ya dari si mom blogger 😅😆

Menulis adalah cara kita menyiapkan keabadian. Ketika raga tiada, tulisan masih ada, dan itu akan terus dikenang oleh orang-orang yang membaca tulisan kita. Jadi, menulislah dengan baik dan untuk kebaikan. Inilah pesan saya tentang menulis dalam rangka bulan bahasa kepada adik-adik peserta workshop. Pesan yang juga saya tujukan pada diri sendiri, agar selalu ingat bahwa menulis haruslah sesuatu yang bermanfaat buat orang lain, juga untuk diri sendiri. Ketika menulis di BLOG, tulisan akan tersebar luas, dan bisa menjadi viral. Kita bebas memposting apa saja, tapi harus berhati-hati terhadap apa yang kita tulis. Gunakan blog dengan bijak. Ketika blog digunakan dengan baik, kebaikan dan rejeki akan datang lewat blog. Itulah sedikit pengalaman yang saya bagi dalam workshop blogger ini.

Ruang Perpusatakaan

Depan Sekolah

Selamat menjadi penulis dan selamat hari blogger nasional untuk seluruh blogger dimana pun berada.

Terima kasih kepada Yayasan Nurul Fikri yang sudah mengundang saya jadi pembicara. Semoga secuil ilmu dan pengalaman yang saya bagi bisa bermanfaat untuk adik-adik di SMP IT Nurul Fikri.

Selamat menjadi blogger ya semuanya - Keep blogging & keep shining 😍


SMP IT Nurul Fikri
Alamat: Jalan Tugu Raya No. 61, RT. 07/07, Tugu,
Cimanggis, Depok – 16451 Jawa Barat
Telpon : 021 – 870 8300
Fax: 021 – 870 7800

Kamu Traveler yang Hobi Selfie? Ini Smartphone Selfie 24MP Hemat Energi yang Mesti Kamu Punya

$
0
0
Kamu amat menggandrungi aktivitas selfie? Juga sangat aktif meng-update aplikasi media sosial? Sepertinya catatan singkat mengenai ASUSZenFone4 SelfieID dari saya berikut ini cocok buat dibaca-baca. Eiits…sebelum membaca lebih lanjut, saya ingatkan bahwa ini hanya ulasan singkat dari ‘pertemuan singkat’ saya dengan salah satu unitnya alias pengalaman ‘hands on’ kurang dari 12 jam. Untuk ulasan mendalam, sila baca di website ASUS Indonesia, atau pengalaman para user yang memiliki unitnya secara permanen. Mari lanjuuut baca…. 

ZenFone 4 Selfie Pro

Saya suka selfie tapi bukan maniak selfie yang everywhere everytime. Kalau wefie, level sukanya di atas selfie. Apapun itu, aktifitas selfie dan wefie sama-sama untuk tujuan mengabadikan momen yang terjadi atau pun kita temukan. Soal kualitas foto, tiap orang beda-beda kehendak dan kepuasan. Ada yang cukup dengan hasil foto bagus saja, ada yang maunya bagus banget. Nah, kalau sudah bicara soal bagus banget, pasti yang dicari kualitas kamera depan yang mumpuni. Selain mumpuni di kamera, boleh dong dimanjakan oleh batre kuat sepanjang hari, biar bisa selfie terus sampai muntah he he.

Hobi Selfie or Wefie seperti ini? Kamu butuh kamera mumpuni untuk hasil terbaik!

Smartphone jaman now sudah hebat-hebat dengan berbagai fitur yang mampu menghasilkan foto selfie yang mencengangkan. Buat penggila selfie, coba juga smartphone terbaru dari ASUS khusus untuk foto selfie, yang siapa tahu memuaskan hobi selfiemu dalam waktu panjang. ASUS menyediakan 2 model ASUS ZenFone 4 Selfie untuk dipilih. Keduanya punya karakteristik berbeda dan cocok untuk berbagai segmen pengguna.

Sudah coba ini belum?

ASUS ZenFone 4 Max & ASUS ZenFone 4 Max Pro

Sebelum kenalan dengan ZenFone 4 Selfie, kita kenalan yuk dulu dengan ASUS ZenFone 4 Max yang sudah lebih dulu hadir di pasaran Indonesia sebelum ZenFone 4 Selfie. ZenFone 4 Max punya keunggulan pada kapasitas baterai yang sangat besar dan punya kemampuan sebagai powerbank. Dengan layar 5,2 inci resolusi HD serta prosesor quad-core, smartphone yang diperkuat baterai sebesar 4.100mAh ini tetap smooth dengan RAM 3GB dan storage 32GB. Memiliki fitur dual rear camera, yakni kamera utama 13MP PixelMaster dan sebuah kamera kedua dengan wide-angle lens 120o. Kamera tersebut mampu menangkap foto dengan jernih dan tajam. Pengguna juga bisa dengan mudah menggeser opsi ke view yang lebih luas agar lebih banyak objek yang bisa ditangkap dalam frame. Saat memotret, phase-detection autofocus bisa mendapatkan fokus yang cepat, hingga dalam 0,03 detik saja baik saat membidik objek diam ataupun objek bergerak. Ini penampakannya.

ZenFone 4 Max & ZenFone 4 Max Pro

ASUS ZenFone 4 Max didesain untuk bepergian dan menemani dalam menjalankan rutinitas kehidupan. Kapasitas baterainya yang besar dengan power management yang canggih dan sistem kamera ganda membuatnya siap sedia setiap kali dibutuhkan, sekaligus mengabadikan momen yang menarik yang kita temukan. Ini hasil foto dari kamera yang disetting wide angle dan tidak.

Mode biasa (bukan wide angle)
Dengan mode wide angle

ASUS ZenFone 4 Selfie Series

ASUS ZenFone 4 Selfie terbaru yang diperkenalkan ke Indonesia yaitu ZenFone 4 Selfie dan ASUS ZenFone 4 Selfie Pro. Kedua smartphone tersebut menawarkan kelebihan masing-masing dan pengguna bisa memilih model mana yang paling pas untuk di gunakan.

Kalau ASUS ZenFone 4 Selfie Pro ditujukan untuk penggemar fanatik aktivitas selfie atau wefie ataupun bagi mereka yang merupakan figur publik dan harus terus aktif memposting konten bagi penggemarnya, ZenFone 4 Selfie ditujukan bagi pengguna yang lebih casual, yang membutuhkan smartphone selfie dengan kemampuan swafoto yang bagus, performa yang baik, namun di harga yang masih masuk akal.

Tatjana wefie dengan ZenFone 4 Selfie
Gong Yoo wefie dengan ZenFone 4 Selfie Pro

Saat peluncuran perdana pada tanggal 25 Oktober lalu, saya berkesempatan menggunakan langsung unit ZenFone 4 Selfie Pro. Jadi, dalam tulisan ini saya hanya akan berbagi pengalaman dengan unit tersebut. Jika ingin melihat ulasan lebih dalam berikut foto-foto yang dihasilkan dengan serius dari jepretan kedua tipe tersebut, boleh kunjungi blog MAINHAPE dan blog DEDDYHUANG. Kalian bisa lihat hasil foto serius dari kamera dua jenis smartphone tersebut. 

ZenFone 4 Selfie & ZenFone 4 Selfie Pro tampak depan, belakang, samping kiri kanan, dan bawah. (Photo DeddyHuang)

ZenFone 4 Selfie Pro - 24MP DuoPixel Camera Technology

Didesain khusus untuk penggemar swafoto. Bodynya sangat tipis dan ringan. Diperkuat oleh prosesor yang sangat terkenal hemat energi tetapi menawarkan performa yang tinggi yakni Qualcomm Snapdragon 625 serta RAM berkapasitas lega, 64GB. Sistem operasi Android 7.1.1 Nougat sudah tersedia dengan antarmuka ZenUI 4.0 yang jauh lebih segar dan ringan.


ZenFone 4 Selfie yang girly banget 😍

Kamera selfie utama smartphone ini memanfaatkan kemampuan dua buah pixel image sensor Sony IMX362 yang setelah dikombinasikan dengan teknologi ASUS DuoPixel dapat menghasilkan foto dengan resolusi tinggi, 24 megapixel. Lensa dengan aperture besar, yakni f/1.8, diperkuat ASUS SuperPixel Engine, memastikan performa fotografi yang sangat baik pada kondisi low-light.

Berfoto menggunakan kamera utama ZenFone 4 Selfie Pro dalam kondisi low-light
Wefie dengan kamera depan (selfie) 24MP dalam kondisi low-light (tanpa mode beautification)

Dual Selfie Camera, 2x Lebih Sensitif, 200% Lebih Luas

ZenFone 4 Selfie Pro memungkinkan penggunanya mengambil foto pribadi dengan sempurna, sekaligus memberikan definisi baru apa yang bisa dilakukan saat mengambil foto selfie. Smartphone ini menawarkan pengalaman yang luar biasa dengan dual front facing camera yang memungkinkan lebih banyak orang masuk ke dalam frame, lebih banyak pemandangan bisa ditangkap, dan memanfaatkan efek beautification dengan sensitivitas cahaya hingga 2x lebih baik. Pengguna bahkan bisa merekam video selfie hingga resolusi 4K lewat kamera depan yang disertai teknologi Electronic Image Stabilization (EIS).

Saat akan mengambil foto, merekam video, ataupun melakukan live streaming, dengan ZenFone 4 Selfie Pro serta aplikasi SelfieMaster, pengguna bisa memublikasikan penampilan mereka yang sempurna ke seluruh dunia.

120 Wide Angle Wefie Camera

Performa Tinggi, Baterai Hemat dan Pengisian Ulang Cepat

ASUS ZenFone 4 Selfie diperkuat oleh prosesor octa-core Qualcomm Snapdragon 625. Prosesor ini menawarkan performa yang sangat baik dan disertai oleh efisiensi energi yang juga sangat tinggi. Yang menarik, smartphone ini juga mendukung pengisian ulang cepat dengan arus hingga 10W (5V/2A) untuk mengisi baterai 3.000mAh yang digunakan.

Dengan prosesor yang efisien, pengguna bisa lebih banyak melakukan aktivitas selfie, mengupload ke jejaring media sosial mereka, ataupun melakukan streaming video lebih banyak tanpa khawatir baterainya akan segera habis. Dan jika baterainya akan segera habis, fitur pengisian ulang cepat akan memudahkan pengguna untuk tetap dapat berkomunikasi dengan orang lain.

Foto wefie tanpa edit pakai ZenFone 4 Selfie Pro di kamar minim cahaya (Rabu 12.13AM) - Batre HP on sejak Rabu 07.00 AM
Foto pakai kamera belakang tanpa edit pakai ZenFone 4 Selfie Pro (Kamis 09.29 AM) - HP on sejak Rabu 07.00 AM


Pilihan Warna

Untuk ZenFone 4 Selfie Pro sendiri, pengguna juga bisa memilih dari tiga varian warna yang disediakan yakni Rogue Red, Sunlight Gold, Deepsea Black.

Duet Gong Yoo dan Tatjana Saphira
Nah, ini dia duet duet Brand Ambassador ASUS ZenFone 4 Selfie Pro: Gong Yoo dan Tatjana Saphira. Keduanya, aktor kenamaan asal Korea Selatan dan aktris muda jelita Indonesia yang sedang naik daun. Sejak lihat iklan TVC mereka, memang cocok banget deh sebagai pasangan yang sepadan dan pas untuk merepresentasikan ZenFone 4 Selfie series.

Duet yang serasi
Mana yang bikin baper? ZenFone 4 Selfie Pro nya? Atau adegan romantis Gong Yoo & Tatjana? 😆
Layanan Kredit

Sudah ada rencana merogoh kocek untuk ZenFone 4 Selfie Pro? Kalau iya, sama dong. Tapi saya kudu nabung dulu, sebab harganya juga cihuy 😅 Eh, tapi ternyata bisa dimudahkan beli kalau belum ada uang cash-nya. Jadi begini, pada kesempatan kali ini ASUS juga menyiapkan sebuah program pembelian dengan cicilan 0% (installment) tanpa menggunakan kartu kredit dengan menggandeng layanan Home Credit Indonesia. Nah, Calon pengguna yang ingin memiliki ZenFone 4 Selfie Pro ataupun ZenFone 4 Selfie dapat mencicil selama 6 bulan dengan bunga 0%. Tidak perlu memiliki kartu kredit, syaratnya mereka hanya cukup membayar down payment sebesar 20% dari harga produk yang bersangkutan dan sudah dapat membawa pulang smartphone terbaru yang diidamkan.




Spesifikasi ZenFone 4 Selfie Pro :

- 24MP Selfie Camera (DuoPixel Selfie Camera)
- 120 Wide Angle Wefie Camera - Dual Selfie Camera with Softlight LED Flash
- 4K UHD (3840 x 2160) Selfie Video - ASUS SuperPixel Camera with ASUS SelfieMaster Technology - 16MP Rear Camera Sony Image Sensor (0,03s PDAF)
- AMOLED Display 5'5 Inch, Full HD (1920 x 1080)
- Full Metal unibody Design, Frameless 2.5D, Corning Gorilla Glass - 6.85 mm Thickness
- Prosesor Octa Core 64-bit Qualcomm Snapdragon 625
- RAM 4GB, ROM 64GB (Support MicroSD up to 2TB)
- Free Google Drive 100GB (1 Year)
- Fingerprint Sensor, Unlock 0.2s
- Battery 3000mAh, Fast Charging Technology - Talk 1 hour by 3 mins charged
- ASUS SonicMaster 4.0 audio Technology - Android N with ZenUI 4.0

ZenFone 4 Selfie Pro : Rp.4.999.000

Info lengkap, ZenFone 4 Selfie Pro klik: bit.ly/ZenFone4SelfieProID



Spesifikasi ZenFone 4 Selfie:

- 20MP Softlight Selfie Camera - 120 Wide Angle Wefie Camera - Dual Selfie Camera with Softlight LED Flash
- 5.5 Inch IPS Screen
- ASUS SuperPixel Camera with ASUS SelfieMaster Technology - 16MP Rear Camera Phase Detection Auto Focus
- Metallic finish Design, 2.5D Curved glass display - Prosesor Octa Core 64-bit Qualcomm Snapdragon - RAM 4GB, ROM 64GB - Free Google Drive 100GB (1 Year)
- Fingerprint Sensor, Unlock 0.3s
- Battery 3000mAh, Fast Charging Technology - Triple Slot, Dual SIM & MicroSD Card (Support MicroSD up to 2TB)
- ASUS SonicMaster 4.0 audio Technology - Android N with ZenUI 4.0

ZenFone 4 Selfie : Rp.3.499.000

Info lengkap, ZenFone 4 Selfie klik: bit.ly/ZenFone4SelfieID 

Memesona?


Buat yang hobi selfie dan wefie, ZenFone 4 Selfie menawarkan selfie sempurna dengan kombinasi kamera DuoPixel Technology Sony IMX362 serta kamera wide 120०. 

Tertarik beli sekarang? Kalau iya, kamu bisa beli di Asus Official Store dengan cara klik di SINI.

Wisata Taman Mangrove Sriminosari Lampung Timur, Menikmati Alam dan Kuliner

$
0
0
Ekowisata di Hutan Mangrove Sriminosari

"Selamatkan Hutan Mangrove Demi Menyelamatkan Tempat Berpijak."Kalimat tersebut menjadi tema dalam Festival Tanam Mangrove yang digelar di Desa Purworejo, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur pada tanggal 10 Oktober 2017. 

Festival yang bertujuan untuk mempromosikan objek dan daya tarik wisata di Kabupaten Lampung Timur tersebut dimaksudkan untuk mendukung program pemerintah tentang upaya penyelamatan bumi dari pemanasan dunia, pencegahan terjadinya erosi/abrasi pantai dan juga sebagai tempat perlindungan bagi biota laut. Tepat pada hari pelaksanaan festival, saya dan beberapa rekan blogger dari Batam, Jogja, dan Cikarang sedang berada di Lampung Timur untuk mengunjungi sejumlah tempat wisata, salah satunya hutan bakau seluas 6 hektar di Labuhan Maringgai.

Gerbang masuk Taman Mangrove Sriminosari, ada payung-payungnya 😄

Terletak di Desa Sriminosari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, terhampar wilayah hutan bakau yang kini sudah menjadi kawasan ekowisata bernama Taman Mangrove Sriminosari. Berjarak kurang lebih 55 kilometer dari ibukota kabupaten, dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dari Kecamatan Labuhan Ratu. Durasi perjalanan cukup panjang karena akses tidak sepenuhnya mulus, kecepatan laju mobil pun dikurangi. 300 meter dari lokasi taman, perjalanan harus disambung dengan motor, melewati persawahan yang sedang kerontang. 


Sawah kerontang

Jalur kecil, hanya bisa dilalui motor dan sepeda

Kami membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang, lalu berjalan kaki melihat indahnya taman bakau melalui jalur trekking sepanjang 800 meter yang terbuat dari kayu dan bambu. Menurut keterangan Ibu Wahyu seorang penggiat wisata hutan bakau Sriminosari, jalur treking tersebut tak lama lagi akan diperpanjang menjadi 1000 meter hingga mencapai pulau pasir timbul yang nantinya akan dijadikan lapangan volley pantai sebagai bagian dari atraksi wisata di Taman Mangrove. 


Bisa sewa payung Rp 5000/payung

Catet ya..

Hutan bakau berkontribusi besar dalam menyerap karbon dioksida, selain berdayaguna melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi. Objek wisata ini dikembangkan oleh warga melalui Koperasi Konsumen Nelayan Rukun Sido Makmur, merupakan atraksi wisata yang sarat unsur pendidikan lingkungan. Terdapat tujuh gazebo berdiri di atas laut yang dapat digunakan untuk beristirahat, dan satu kantin jajan milik koperasi. 

di sini adem

di sini panas

Ini kantinnya, bisa pesanan makanan dan minuman

jejeran pondok-pondok buat ngadem dan duduk-duduk santai
Kumpul dan ngobrol asyik ngalor ngidul

Jus buah segar dan pisang goreng hangat teman yang pas buat bersantai

Nikmati alam dan kuliner

Senyum yuk pak 😊

Jam operasional Hutan Mangrove Sriminosari adalah pukul 07.30 – 17.30 WIB setiap hari. Berbeda dari pantai wisata lainnya yang pernah saya kunjungi di Lampung, di sini pasir pantainya berwarna hitam. Laut Jawa yang menghadap ke Pulau Kalimantan sangat kaya ikan, adalah surga bagi para nelayan yang tinggal di Labuhan Maringgai. Tak heran bila buah tangan yang kami bawa dari sini berupa ikan asin, kerupuk kulit ikan, terasi ikan, dan snack ikan. Semuanya dikemas dengan rapi dan higienis dengan kenikmatan rasa yang terjaga. 


Menu seafood dalam hidangan makan siang yang menggugah selera

Alhamdulillah

Matahari yang hangat, udara segar, serta unsur air yang menenangkan, menjadikan Taman Mangrove Sriminosari ini sebagai pilihan tempat wisata yang cocok untuk bersantai sembari menyegarkan kembali pikiran dari segala penat dan rutinitas harian.

Semoga terjaga kelestariannya

Kunjungan ke Taman Mangrove Sriminosari saya lakukan bersama Mbak Sari Marlina dari Gading Gajah Art (GGA) Lamtim, Mbak Ratna Juwita dan Mas Himawan dari Lamtim, Yuk Annie (blogger dari Cikarang), Dian Radiata (blogger dari Batam), dan Riant (blogger dari Jogja). 

Terima kasih banyak kepada Ibu Wahyu dan keluarga yang telah mengantar dan menemani kami mengunjungi Taman Mangrove Sriminosari. Terima kasih atas suguhan makan siangnya yang luar biasa lezat, juga untuk oleh-olehnya yang banyak. Sungguh berkesan dan sampai kini terbayang selalu betapa banyak kebaikan yang kami terima saat di sana. Semoga Allah limpahkan kesehatan dan umur panjang pada kita semua, agar dapat bertemu kembali pada waktu yang lain. Aamiin.

Oleh-oleh hasil laut dari ibu Wahyu 😍

Bersama Ibu Wahyu (kerudung coklat nomor 2 dari kanan), penggiat wisata di Desa Sriminosari

Viewing all 779 articles
Browse latest View live