Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all 779 articles
Browse latest View live

Tidore Ternate Sebuah Tinjauan dari Aspek Geo Politik, Geo Strategi dan Geo Ekonomi

$
0
0
Seminar Nasional bertemakan Tidore Ternate, Titik Temu Peradaban Timur Barat, sukses dilaksanakan di Aula Sultan Nuku, Kantor Walikota Tidore Kepulauan pada Senin, 12 Februari 2018. 

Seminar berkualitas ini terselenggara atas kerjasama KSBN (Komite Seni Budaya Nusantara) di bawah komando Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH sebagai Ketua Umum dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan

Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH
Kurang lebih 200 peserta dari berbagai kalangan hadir dalam seminar yang berlangsung sejak Pukul 09.30 -16.00 WIT. Peserta yang hadir di antaranya adalah para akademisi, pengamat budaya, pecinta seni, penggiat wisata, berbagai lapisan aparat pemerintahan, serta sejumlah masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pengembangan pariwisata Tidore untuk Indonesia. Seminar budaya ini merupakan yang pertama kalinya diadakan di Tidore. Tak heran bila kemudian disambut dengan antusias sehingga menjadi subyek pembicaraan semua lapisan masyarakat. 

Tujuan dari seminar nasional ini adalah memberikan gambaran tentang  sejarah keberadaan Tidore-Ternate dan korelasinya dengan teori Heliosentris Copernicus sebagai titik awal revolusi ilmiah modern, serta membahas permasalahan Kota Tidore sebagai Titik Nol batas timur dan barat dunia dan bagian dari Suma Oriental. 

Seminar Nasional Tidore-Ternate

Seminar Nasional Tidore Ternate

KSBN bersama Pemerintah Kota Tidore Kepulauan menghadirkan sekaligus memfasilitasi beberapa akademisi dan praktisi untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan Seminar Nasional. Mereka adalah:

Hilmar Farid, PHd (Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI).  Pak Hilmar tampil sebagai Key Note Speaker (Pembicara Utama) dengan topik bahasan “Tidore – Ternate, Titik Temu Peradaban Timur Barat” 

Hilmar Farid, PHd (Dirjen Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI)

Taufik Rahzen (Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Destinasi Prioritas Nasional). Speaker di sesi ke-2 yang membawakan makalah berjudul “Kesultanan Tidore, Potensi Warisan Budaya dan Pengembangannya”

Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum (Guru Besar Sejarah Universitas Indonesia), Speaker di sesi ke-1 dengan makalah berjudul “Kesultanan Tidore Dalam Dunia Maluku Kie Raha, Sebuah Prespektif Historis”

Wuri Handoko, MSi (Peneliti Madya Bidang Sejarah Balai Arkeologi Maluku), Speaker sesi ke-2 memaparkan “Jejak Arkeologis Kesultanan Tidore dan Wilayah Periferinya” 

Taufik Rahzen, Wuri Handoko MSi, M. Amin Faroek, Idris Sudin, SP, M.Si

Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum

Wuri Handoko, MSi (Peneliti Madya Bidang Sejarah Balai Arkeologi Maluku)

Jou Lamo/Sultan Tidore ke-37, H. Husain Sjah dan M. Amin Faroek, Perdana Mentri/Jojau Kesultanan Tidore yang merupakan tuan rumah, juga hadir dalam seminar. 

Sultan mengangkat topik “Kesultanan Tidore Masa Lalu, Kini dan Yang Akan Datang”. Sedangkan Perdana mentri tampil penuh semangat memaparkan pemikiran beliau yang bertemakan “Jalur Rempah Maluku Utara di Masa Lalu dan Pengaruhnya Terhadap Kebudayaan Dunia”.

Sultan Tidore ke-37, H. Husain Sjah

Dua orang moderator yang tampil dalam proses seminar yang berlangsung dalam dua sesi ini yaitu Prof. Dr. Njaju Jenny Malik Tomi Hardjanto, SS, MA (Guru Besar UI dan Dosen Lemhanas) serta Idris Sudin, SP, M.Si (Rektor Universitas Nuku Tidore). 

Walikota Tidore Kepulauan, Bpk. Capt. Ali Ibrahim SH




Dalam sambutannya, Ketua KSBN Hendardji Soepandji mengajak pemerintah dan masyarakat Kota Tidore untuk bersiap menyambut tapak tilas 500 tahun perjalanan Magelhaens yang akan digelar pada 8 November hingga 18 November 2021. Salah satunya dengan menggelar kegiatan Sails Tidore yang melibatkan jaringan GNMC. 

“Kegiatan ini harus bermanfaat bagi pemerintah dan rakyat setempat sehingga modernisasi Tidore perlu dilakukan dengan melibatkan masyarakat,” ujar Hendardji.  

Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH
Sebagai Pemateri Awal di Sesi ke-1, Bapak Hendardji Soepandji menyampaikan ide-ide, pandangan ilmiah, dan evaluasi beliau atas peranan Tidore bagi pengembangan wisata dan budaya dunia. 

Berikut adalah materi lengkap yang disampaikan oleh Bapak Hendardjie yang berjudul: Tidore Ternate, Sebuah Tinjauan dari Aspek Geo Politik, Geo Strategi dan Geo Ekonomi.

 

TIDORE - TERNATE
 Sebuah Tinjauan dari Aspek Geo Politik, Geo Strategi dan Geo Ekonomi

Siklus kehidupan negara–negara di dunia akan mengalami pasang surut seiring dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis karena situasi, kondisi dan potensi wilayah serta kepemimpinan Nasionalnya. Sebagai contoh Romawi yang pernah sangat berkuasa pada abad 5 SM akhirnya terpecah menjadi beberapa negara, demikian juga Mongolia yang pernah sangat berpengaruh di dunia pada abad ke-13 akhirnya kehilangan eksistensinya pada era setelah itu.

Pengalaman yang melanda negara-negara tersebut seharusnya menjadi perhatian bagi Indonesia. Oleh karena Indonesia yang terletak di antara 2 Benua besar yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta diantara 2 Samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia selain merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya laut (17.504 pulau) juga negara yang sangat majemuk dengan 1.128 suku di dalamnya. 



Kondisi tersebut merupakan suatu karunia dari Allah SWT yang merupakan hal yang tidak dapat kita ingkari. Hal ini dipertegas dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke 3 yang berbunyi :

“Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan dengan keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini Kemerdekaannya”.

Maka jelaslah disini bahwa kemerdekaan yang kita peroleh adalah dari Rahmat Allah SWT, ini semua yang membedakan bangsa Indonesia dengan semua bangsa – bangsa di dunia terlebih dengan Ideologi negara yang dimilikinya yaitu Pancasila sebagai landasan Kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. 


  
Indonesia ditengah peradaban bangsa – bangsa di dunia
Secara historia Indonesia (Nusantara) punya sejarah panjang ditengah peradaban bangsa – bangsa di dunia. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke- 7 sebagai sebuah kerajaan maritim yang sangat berpengaruh pada era itu telah mempersatukan Nusantara lewat bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dan menjadikan kawasan ini berpengaruh kuat di sektor perdagangan pada bangsa bangsa – bangsa di dunia. Dilanjutkan dengan munculnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-14, sebagai sebuah kerajaan maritim memperkokoh pengaruh tersebut. Pada akhir abad ke-15 (tahun 1490) pasca runtuhnya Kerajaan Majapahit distribusi rempah – rempah di Nusantara ke berbagai negara–negara di dunia terhenti, terutama ke Eropa.
   
Terhentinya distribusi rempah – rempah ke Eropa yang menjadi komoditas andalan di sektor perdagangan menyebabkan ketegangan hubungan antara Spanyol dan Portugis yang diselesaikan oleh Paus di Vatikan lewat perjanjian Tordesilas pada tahun 1494 yang membagi wilayah perdagangan dalam mencari rempah – rempah, Portugis ke arah timur dan Spanyol ke arah barat. Pada waktu itu rempah – rempah menjadi komoditas andalan dan sumber rempah – rempah dirahasiakan karena persaingan antar negara yang sangat ketat dalam mendapatkan rempah – rempah.


Setelah pembagian tentang arah timur dan barat oleh Vatikan untuk Portugis dan Spanyol munculah tulisan TOME PIRES bangsa Portugis 1512-1515 Tentang SUMA ORIENTAL.

Tulisan Tome Pires intinya menyangkut kekuatan ekonomi di Asia terutama China, Jepang, India, dan Hindia Timur (Asia Tenggara) terutama  Indonesia. Tulisan ini telah mendorong raja Spanyol untuk membentuk ekspedisi laut terbesar di dunia yang melibatkan 9 negara anggota yang dipimpin oleh Magelhans (Portugis) untuk melanjutkan mencari rempah-rempah ke arah barat. Ekspedisi laut terbesar dunia ini melibatkan 5 kapal, 265 orang yang berasal dari 9 negara anggota di tahun 1519-1522.


Pada tanggal 08 November 1521 s/d 18 Desember 1521 ekspedisi singgah di Tidore namun ketika tiba di Tidore Magelhans telah terbunuh di Philiphina pada tahun yang sama dan ekspedisi tinggal 2 kapal yaitu Victoria dan Trinidad dengan awak kapal sejumlah 70 orang sisanya meninggal di perjalanan. Ketika ekspedisi Magelhans tiba di Tidore 08 November s/d 18 Desember 1521 pada awal 1512 bangsa Portugis sudah ada di Ternate yang sebelumnya tiba di Banda Maluku. Selama Portugis dan Spanyol di Tidore dan Ternate pada tahun 1521 memunculkan ketegangan kembali antara 2 negara yang mendorong munculnya Perjanjian SARAGOSA tahun 1529 di Vatikan dan menarik Spanyol dari Tidore ke Philiphina. 



Indonesia ditengah persaingan global di abad XXI

Era abad ke-21 merupakan era persaingan antar bangsa-bangsa di dunia yang semakin ketat, seiring dengan ledakan jumlah penduduk dunia sementara sumber daya alam semakin terbatas. Selain itu juga, perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih menyebabkan setiap orang dengan mudah memperoleh informasi  tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Dengan jumlah penduduk bumi saat ini yang telah mencapai 8 Miliar dan dengan berkurangnya sumber daya alam dapat diperkirakan 60 tahun ke depan akan terjadi krisis yang dapat menyebabkan pergeseran penduduk dunia dari yang tinggal di daerah nonekuator ke daerah ekuator untuk mendapatkan sumber energi dunia. 



Sebagaimana kita ketahui, krisis ekonomi yang terjadi di Eropa yang hingga saat ini belum sepenuhnya teratasi dan juga situasi politik di AS yang tidak menentu menyebabkan terjadinya pergeseran geopolitik, geostrategi, dan geoekonomi baru terutama dengan bangkitnya kekuatan ekonomi negara- negara Asia yang meliputi China, Korea Selatan, India, Jepang dan Indonesia. Dengan bangkitnya kekuatan ekonomi baru di Asia ini mengingatkan kembali kepada tulisan TOME PIRES (Portugis) 1512-1515 (500 tahun lalu) yang menguraikan bahwa kekuatan ekonomi dunia ada di Asia. Perubahan geo politik, geo strategi dan geo ekonomi bangsa-bangsa di dunia ini justru memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan global, sepanjang potensi yang besar ini dikelola dengan berlandaskan pada nilai-nilai budaya yang berakar pada kearifan lokal.

Untuk itulah diperlukan keterlibatan peran pemerintah dan peran aktif seluruh masyarakat untuk memberdayakan dan menggunakan sumber daya yang ada demi kemaslahatan bersama sehingga dapat bersaing di era global. Dengan demikian, kita harus memanfaatkan kekayaan budaya yang kita miliki atau dengan perkataan lain pembangunan dilakukan berbasis budaya. Hal ini sangat penting karena kita dapat  menarik pelajaran dari pengalaman bangsa lain di dunia yang melakukan hal tersebut. Misalnya, pada 150 tahun yang lalu Jepang melakukan modernisasi negaranya dan gagal mencapai kesejahteraannya karena meninggalkan akar budaya setempat. Akhirnya Jepang melakukan modernisasi dengan mempertahankan  nilai-nilai tradisi yang dijunjung tinggi, yang kita kenal dengan RESTORASI MEIJI yang pada gilirannya memberikan kesejahteraan pada masyarakatnya. 



Peran Tidore dalam Ekspedisi Laut Terbesar Dunia

Pada tanggal 08 November s/d 18 Desember 2021 Tidore akan menjadi tuan rumah Napak Tilas Exspedisi Laut Terbesar Dunia. Peristiwa ini merupakan kegiatan 500 tahun memperingati peristiwa bersejarah ekspedisi Magelhans, yang pelaksanaannya akan didukung oleh Pemerintah Daerah dan juga Pemerintah pusat dalam bentuk Sail Tidore yang melibatkan jaringan GNMC yang terdiri dari 23 kota dari 15 negara. Kegiatan ini harus bermanfaat bagi pemerintah dan rakyat setempat, sehingga modernisasi Tidore perlu dilakukan dengan melibatkan masyarakat. 

Saat ini kita sudah mempunyai UU No. 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan dimana pemerintah berkewajiban mencukupi  pembangunan yang berbasis budaya untuk mempersiapkan masa depan dan peradaban bangsa, kondisi ini menjadi peluang besar untuk melakukan modernisasi di Tidore. Masih ada waktu 4 tahun untuk menyiapkan diri dalam menghadapi peristiwa besar ini.  


 
UNCLOS 1982 memperkuat Posisi Maluku Utara (Ternate Tidore)

Pada saat Republik Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, kekayaan lautan indonesia merupakan lautan bebas yang dapat dilewati oleh semua kapal-kapal asing. Hal ini menjadi kerawanan maritim kita, laut akan menjadi ancaman bagi wilayah nusantara kita, karena batas wilayah laut kurang lebih 3 mil dari pantai tetapi sejak deklarasi juanda pada tahun 1957 di mana indonesia menetapkan batas laut, dari nilai ZEE dihitung dari pulau terluar dan laut Indonesia bukan laut bebas. Deklarasi ini diakui oleh PBB lewat UNCLOS Tahun  1982 maka yang sebelumnya luas laut indonesia hanya 30% di luar wilayah seluruhnya, menjadi 70%  di seluruh wilayah Indonesia.

Terkait dengan wacana Napak Tilas yang akan singgah di Tidore 08 November s/d 18 Desember 2021 dan UNCLOS 1982 perlunya pemberdayaan ekonomi kerakyatan berorientasi pada budaya dan kearifan lokal kuat sebagai berikut:
-Pengembangan wisata bahari di Maluku utara yang bisa segera dimulai 
-Pengolahan potensi laut di Maluku utara yang bisa memberikan  kesejahteraan bagi masyarakat nelayan 
-Peningkatan peran kuliner yang berbasis pada potensi laut sehingga pengembangan potensi laut dilakukan di hulu s/d hilir dimana masyarakat ikut berperan aktif. 



Dari berbagai hal tersebut di atas diharapkan Tidore akan lebih siap untuk menghadapi perhelatan besar dunia, yang akan berdampak pada pengembangan kota Tidore dan juga kesejahteraan masyarakatnya.

Tidore, 12 Februari 2018
Drs. Hendardji Soepandji, SH

********


Berita terkait juga dapat dibaca di :
Pemerintah Diminta Support Napak Tilas Ekspedisi Magelhans
KSBN dan Bakti Untuk Negeri - Seminar Nasional Tidore-Ternate

Jalur Rempah di Maluku Utara Masa Lalu dan Pengaruh Kebudayaan Dunia

$
0
0
Jalur Rempah di Maluku Utara Masa Lalu dan Pengaruh Kebudayaan Dunia
Oleh: M. Amin Faaroeq, S.Ip.
 Jojau Kadato Kie Kesultanan Tidore 

Disampaikan dalam Seminar Nasional dengan tema Tidore Ternate; Titik temu peradaban Timur-Barat pada Senin, 12 Februari 2018.



Pengantar

Pengetahuan tentang sejarah Maluku Utara sangat sedikit sekali bahkan sangat terbatas. Umumnya diketahui bahwa pada abad ke-15 datang bangsa Portugis kemudian Spanyol, satu abad kemudian Belanda dan yang terakhir adalah Inggris. Buku-buku sejarah Indonesia pun sedikit sekali mencatat tentang Maluku Utara. Kisah sejarah hanya membuntuti arah perhatian Belanda. Padahal Mesir kuno dan Cina merahasiakan ribuan tahun lamanya pulau-pulau penghasil rempah-rempah langka dan berkualitas tinggi yang tidak terdapat di mana-mana. 

Cengkih, pala dan kayu manis adalah primadona negeri yang bernama Maluku. Mesir kuno berburu gaharu, Cina berburu cengkih, kedua pendatang baru itu kemudian menyebut pulau-pulau dupa, mereka melabuhkan kapal mereka tak jauh dari kedua pulau ini, dan pada malam hari hembusan angin malam membawa keharuman buah rempah-rempah terutama cengkih yang jatuh berhamburan di atas tanah. Mulanya rempah-rempah ini tumbuh dan hidup secara liar terutama di Tidore, Ternate dan Makian, orang-orang di sekitar pulau-pulau ini baru mengetahui setelah hadir pedagang-pedagang Makasar, Jawa, Cina, dan Arab membeli dengan cara tukar-menukar barang seperti peralatan rumah tangga dan barang kebutuhan lainnya.  

Begitu pun pemahaman tentang pengolahan dan bagaimana cara memetik rempah-rempah tersebut. Diceritakan bahwa bila pada musim rempah-rempah akan dipanen, penduduk negeri beramai-ramai memotong bambu atau batang kayu berukuran sedang dan memukul pada dahan cabang maupun ranting sehingga berjatuhan buah dan bunga rempah-rempah terutama cengkih. Setelah ada petunjuk dari para pedagang atau pembeli cara memetik  dan mengolah sampai pada penjualnya. Di sinilah  penduduk dan orang-orang sekitar pulau-pulau penghasil rempah utama ini mulai merawat dan menanam pohon-pohon rempah tersebut. 



Persaingan ketat bangsa-bangsa Eropa
    
Ketika harga rempah-rempah utama melangit di Eropa terutama cengkih, pala, lada, dan kayu manis dan rempah-rempah ini tidak lagi didistribusikan kedua Negara Eropa yaitu Portugis dan Spanyol yang mempunyai dampak terhadap ekonomi mereka. Perubahan jalur dagang itu juga memicu konflik antara Negara di Eropa, termasuk Portugis dan Spanyol. Itu yang mendasari kerajaan Vatikan membuat perjanjian Tordesillas pada tahun 1494. Yaitu wilayah Timur diberikan kepada Portugis dan Barat menjadi bagian Spanyol. 

Atas dasar perjanjian itu, raja kedua kerajaan memerintahkan agar mereka harus berlayar mencari dan menemukan kepulauan penghasil rempah-rempah utama di timur jauh nusantara yang disebut Maluku. Portugis pun bergerak cepat dan menemukan kepulauan Banda 1512. 

Sementara ekspedisi Magelhaens melakukan pelayaran ke arah barat dengan 5 buah armada yaitu kapal San Antonio, Concepcion, Santiago, Victoria dan Trinidad dengan 270 kru kapal dan mencapai kepulauan Mariana di kawasan samudra pasifik. 

Pada 6 Maret 1521 terjadi sebuah pertikaian antar suku di pulau itu penyebab tewasnya Ferdinand Magelhaens. Termasuk 3 buah kapal pun ikut serta pada peristiwa itu (ketiga kapal dihancurkan). Sisa kru yang ada melanjutkan misi Magelhaens dengan dua kapal yaitu Trinidad dan Victoria, dikomandani Juan Sebastian Elcano, untuk mencari kepulauan rempah-rempah. Ada 5 pulau yang mereka sebut yaitu Tarante, Mathil, Thedori, Mare dan Matehin (Ternate, Moti, Tidore, Mare, dan Makian). 

Kelima pulau itu berjejer dari Utara ke Selatan serta menghasilkan cengkih, pala, dan kayu manis. Baik Portugis maupun Spanyol sangat berharap bahwa kepulauan rempah-rempah akan berada dalam garis demarkasi dan masuk ke dalam kawasan mereka masing-masing. Hanya rute perjalanan ke kepulauan rempah-rempah yang membedakan keduanya, Portugis melalui jalur Timur dan Spanyol lewat jalur Barat. 


Tidore dan Ternate Bermitra dengan Orang Asing

Ketika terbetik berita bahwa Portugis telah tiba di Banda 1512, Sultan Ternate Bayanullah (Boleif) segera mengirimkan juangan (armada perang) untuk menjemput Fransisco Serrao di Ambon. Sultan Tidore Almansyur pun melakukan hal serupa tetapi kalah cepat. Sehingga ketika utusannya tiba di Ambon, Fransisco Serrao telah lebih dulu diboyong ke Ternate. 

Dalam persaingan politik antara Tidore dan Ternate, Bacan lebih dekat pada Tidore. Kerajaan ini juga memainkan peran penting dalam sejarah Maluku. Bagi kerajaan Ternate kedatangan Fransiscco Serrao memiliki makna sangat penting. Sultan Bayanullah adalah salah satu seorang peramal (astrolog), ia telah memberitahu ramalannya kepada rakyat Ternate tentang kedatangan seseorang dari belahan bumi yang jauh serta orang-orang besi yang akan menjadi penduduk kawasan Ternate dan akan memberikan kemenangan dan kemakmuran kepada Maluku.  

Serrao diperlakukan sebagai tamu kerajaan setiba di Ternate. Dan selaku tamu kerajaan, ia memperoleh berbagai kemudahan, termasuk pemberian hak monopoli perdagangan rempah-rempah, juga diberi jabatan kerajaan sebagai penasihat sultan. Kemudian diberikan hak monopoli, dengan pemberian hak monopoli maka untuk pertama kalinya dunia tataniaga cengkih di Maluku dimonopoli oleh Portugis. 

Boleifpun berpesan kepada Serrao, apabila ia tiba kembali di Portugis ia harus berupaya meyakinkan kepada raja Don Manuel untuk membangun sebuah benteng Portugis di Ternate dan tidak di tempat lain, Portugis pun membangun sebuah benteng di Gamlamo dan selesai pada 1522 dan menempatkan Gubernur pertamanya Antonio de Brito, kemudian Boleif Sultan Ternate mengirim surat kepada raja Portugis di Lisboamenyatakan bahwa; negerinya beserta semua isinya dipersembahkan kepada Portugis. Serrao selama berada di Ternate tinggal di Istana Sultan Boleif.  



Pemberian Hak Monopoli 

Ada dua alasan Boleif memberikan hak monopoli kepada Portugis; pertama, untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dan pendapatan kerajaan, karena Portugis bersedia membayar dengan harga yang lebih mahal ketimbang dengan para pedagang Jawa, Arab, Cina dan Melayu selama ini. Kedua, membangun power kerajaan Ternate dalam persaingan dengan kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Sebab mempunyai mitra asing dipandang lebih kuat dan lebih handal ketimbang mitra lokal karena mitra asing Portugis memiliki persenjataan dan militernya yang kuat dengan senjatanya yang modern seperti bedil, meriam dan kanon.

Kedua alasan yang mendasar itu hanya mampu bertahan 10 tahun pertama, pada tanggal 6 Desember 1521. Kedua kapal Spanyol sisa kapal dari ekspedisi Magelhaens yang berlayar dari Sevila hingga sampai ke kepulauan rempah-rempah ditemukan memakan waktu 26 bulan kurang 2 hari Trinidad dan Victoria lego jangkar di pelabuhan Talangame Bandar kota Ternate yang sultannya bersaing keras dengan sultan Tidore. 

Dalam ekspedisi Magelhaens turut serta seorang  sastrawan Italia Antonio Pigaveta yang banyak menulis tentang ekspedisi ini dua hari penuh berlabuh di pelabuhan Talangame, sambutan sangat dingin karena 10 tahun penduduk Ternate telah melakukan transaksi dagang dengan orang-orang Portugis.  

Sebelum matahari terbenam pada 8 November 1521, Trinidad dan Victoria memasuki perairan Tidore, berlabuh di lepas pantai dan memberikan tembakan 20 kali, sebagai penghormatan keesokan harinya sultan Almansyur mendatangi kapal dengan menaiki sebuah juanga, sebelum naik ke kapal juanga mengelilingi kedua kapal tersebut satu kali dan salah satu sekoci diturunkan dari kapal sebagai penghormatan kepada sultan juanga pun merapat ke lambung kapal di mana anak kapal berada. Sultanpun naik ke kapal bersama beberapa bobato dan salah seorang putranya.Komandan kapal dan kru-krunya berdiri dan memberikan penghormatan, lagu-lagu dan music diperdengarkan, semua kru kapal menyalami dan mencium tangan sultan, seusai menyalami langsung mengantar menuju ke dek utama untuk acara ramah-tamah. 


Sambutan Sultan Almansyur

Sultan Tidore Almansyur menyambut kehadiran dua kapal Spanyol dengan antusias sekali. Terjadi pembicaraan antara kedua belah pihak tentang jual beli perdagangan rempah-rempah. Kemudian sultan meminta kepada nahkoda mengarahkan kapal ke pelabuhan yang aman dan lego jangkar di sana, kemudian semua kru-kru turun dan mendarat dengan aman. Kemudian sultan mengajak para perwira kapal dan kaptennya berkunjung ke istanan Sultan di Mareku. 

Pada keesokan harinya para perwira kapal dan kaptennya diundang ke istana Sultan di Mareku dan sultan mengadakan perjamuan dalam perjamuan makan sekaligus membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan politik dan perdagangan. Maka terjalinlah hubungan kemitraan antara Tidore dengan Spanyol. 

Sultan kemudian mengizinkan orang-orang Spanyol melakukan transaksi perdagangan. Untuk keperluan tersebut, dibangun sebuah pusat perdagangan. Dan inilah pusat perdagangan pertama milik orang Eropa di Maluku. Selama berhari-hari cengkih, kayu manis dikumpulkan, rempah-rempah di isi dalam drum-drum kosong dan ketika di Tidore sendiri telah habis, orang-orang sultan pergi ke Makian bahkan sampai ke Bacan. Karena Spanyol membeli cengkih dan rempah-rempah lainnya dengan harga yang lebih tinggi, maka sebagian besar cengkih Ternate dan Moti lari ke Tidore.  



Banyak transaksi yang terjadi dengan cara tukar-menukar barang yang dibawa oleh ekspedisi, seperti peralatan rumah tangga, cangkir, porselin, kain-kain tekstil dan lainnya. Dalam waktu yang sangat singkat, pada 8 November sampai 18 Desember 1521, palka kedua kapal Victoria dan Trinidad sudah penuh dengan rempah-rempah dan siap berlayar kembali ke Sevilla. 

Kedua kapalpun mengangkat sauh dan berlayar melalui Ambon dan seterusnya ke Flores. Sayang, malang tak dapat diraih, Trinidad mengalami kebocoran di lambung kapal, papan dimakan rayap yang bernama “Tambelo”, Trinidad harus harus putar haluan kembali ke Tidore. Setelah sebagian rempah-rempah dipindahkan ke Victoria, setibanya Trinidad di Tidore langsung ditarik ke darat, sayang sekali di Tidore tidak ada dok kapal. 

Selama berada di Tidore kru-kru kapal kehabisan tepung gandum untuk pembuatan roti, kru-kru kapal kemudian mengajarkan penduduk local memarut singkong, kemudian singkong atau ubi diparut lalu diperas dan dibuat tepung lalu dibakar di forno. Begitu masak dikonsumsi dengan abon pengganti roti, di Tidore disebut sagu kasbi dan masuk dalam kuliner khas.  


Kehadiran dua kapal Spanyol dari sisa lima kapal ekspedisi Magelhaens yang berhasil menemukan kepulauan rempah-rempah banyak menuai protes dari Portugis. Portugis menganggap Spanyol telah melanggar traktat Tordesilas yang telah disepakati bersama. Victoria bersama angin timur yang mengantarnya, setelah menghadapi berbagai rintangan akhirnya pada 6 September 1522, setelah 3 tahun kurang 13 hari, sejak awal ekspedisi sampai menemukan kepulauan rempah-rempah dan membawa pulang rempah-rempah tersebut yaitu cengkih, pala, kayu manis dan jahe. 

Victoria tiba di Sevilla pada sore hari itu juga tanggal 6 September 1522. Raja Spanyol menyambut hangat kedatangan Elcano dengan armadanya. Keuntungan yang diraih lebih dari segalanya, termasuk biaya pembuatan 5 buah kapal, gaji para pegawai dan kru-kru kapal serta logistic. 

Victoria membawa serta 15 orang (laki-laki Tidore) sebagai anak buah kapal. Sepulangnya Victoria dari Tidore dengan muatan rempah-rempah yang berkwalitas tinggi, membuat ekspedisi-ekspedisi Spanyol semakin banyak. Contoh ekspedisi lainnya dengan 7 buah armada lego jangkar di perairan Tidore dan melakukan transaksi perdagangan rempah-rempah.   



Dalam waktu yang tidak lama kapal-kapal tersebut berlayar kembali ke Spanyol dengan muatan yang cukup memuaskan. Hal ini membuat Portugis malakukan protes dan membentuk sebuah tim khusus yang melibatkan pakar-pakar hukum dari kedua belah pihak dan mereka bersidang kurang lebih 1 bulan setengah, tetapi tidak membuahkan suatu keputusan. Masing-masing mempertahankan argumentasinya, petinggi-petinggi Spanyol tidak menyetujui Traktat Tordesilas maupun traktat Zaragoza.
 
Ekpedisi-ekspedisi Spanyol memasuki perairan Tidore dan melakukan transaksi perdagangan rempah-rempah selain di Tidore juga ke Makian bahkan sampai ke Bacan dengan alasan yang sangat sepele dan tidak masuk akal, bahwa karena cuaca dan keganasan laut membawa kapal mereka terdampar di perairan Tidore. 

Dunia perdagangan hanya melalui jalur laut yang menghubungkan dunia barat dan timur. Jalur ini memberikan dampak budaya dan ekonomi yang luar biasa seperti perubahan peradaban hidup, sandang, pangan dan papan, mulai dengan cara berpakaian jauh sebelum kedatangan orang-orang asing seperti Arab, Cina, dan Melayu. 

Penduduk setempat orang-orang pinggiran kota terutama laki-laki masih menggunakan cawat (sabeba), sedangkan kaum perempuan memakai selembar kain hitam diikat di dada tanpa kebaya (matao). Pola makan belum teratur, belum menggunakan meja. Sebuah meja pendek yang dibuat dari bambu atau batangan gaba-gaba (baleang). Tempat tidur dari belahan anyaman bambu (dego-dego/para-para). Belum memiliki lampu, masih menggunakan dammar sebagai alat penerang. Ada sejenis alat penerang yang disebut dede/pelita memakai sumbu dengan minyak kelapa.  

Sejak kehadiran orang-orang Eropa terjadi perubahan peradaban hidup yang cukup memadai. Sudah berpakaian yang rapi walaupun sederhana. Sudah memakai perhiasan seperti anting-anting, gelang, kalung walaupun dari metasi dan perak. Begitupun cara makan sudah menggunakan sendok makan garpu, mangkuk, piring dan lainnya.

Imbas Kehadiran Portugis dan Spanyol di Maluku
 
Negara Eropa yang telah berhasil melakukan pelayanan keliling Afrika menuju Asia sebelum  Negara maritim lainnya. Sementara Spanyol adalah Negara Eropa pertama yang berhasil mengelilingi dunia lewat pengiriman ekspedisi Magelhaens sebelum Negara lain melakukannya. Portugis memulai pelayaran ke Asia pada tahun 1490-an dan mengambil  alih perdagangan rempah-rempah dari pedagang Gujarat, Jawa, Melayu dan Arab.

Baik Portugis maupun Spanyol memberlakukan  sistem monopoli dalam perdagangan rempah-rempah. Dengan sistim ini, para bobato kerajaan, baik Ternate maupun Tidore dan Bacan,merupakan alat mati yang bekerja tanpa pemilik untuk menyerahkan cengkih mereka tanpa dibayar. Praktek seperti ini sering terjadi terutama Portugis, sedangkan spanyol masih ada toleransi tidak ada diskriminasi. 



Dampaknya  Bagi  Rakyat  Maluku
 
Harga rempah-rempah yang dibayar Portugis dan Spanyol berdasarkan sistem-sistem monopoli harus diartikan sebagai sebuah pemerasan yang sangat kejam  terhadap rakyat Maluku. Rempah-rempah bagi rakyat Maluku merupakan monokultur dalam sistem ekonomi mereka yang agraris. Sebelum kehadiran Portugis dan Spanyol perdagangan rempah-rempah dilakukan dengan sistem barter. Rempah-rempah di tukar dengan beras dari Jawa. Barang pecah belah dengan pedagang Cina. Tekstil dari Gujarat. Alat rumah tangga lainnya dari malaka. Bahkan rempah-rempah ditukar dengan barang perhiasan seperti emas dan perak. 

Rakyat setempat juga menjual dengan di bayar tunai oleh pedagang Bugis dan Arab dengan harga yang cukup bersaing. Persaingan para pedagang Bugis, Jawa dan Cina, Arab dan Melayu dan perdagangan rempah-rempah yang cukup sengit itu telah menguntungkan rakyat Maluku dan menambah kemakmuran mereka. Sementara kehadiran Portugis dan spanyol di bumi Maluku justru telah melenyapkan semua itu, mudarat lebih besar ketimbang manfaatnya. 



Politik dan Pemerintahan
 
Ada empat kerajaan besar di Maluku yaitu Jailolo, Bacan, Tidore dan Ternate. Selain itu ada dua  kerajaan kecil yaitu Moro dan Loloda di Halmahera Utara. Dari kerajaan – kerajaan  tersebut, hanya Tidore dan Ternate yang paling berpengaruh. Kedua kerajaan ini memiliki daerah-daerah aneksasi yang disebut daerah seberang laut berupa kerajaan-kerajaan mini yang menjadi vazal-nya. Tidore dan Ternate sejak lama berseteru dan bersaing keras memperebutkan hegemoni politik atas seluruh kepulauan  Maluku dan daerah Jirannya. 

Persaingan memperebutkan hegemoni politik itulah yang mendorong keduanya bermitra dengan kerajaan-kerajaan Eropa. Ternate menggandeng portugis 1512. Tidore menggandeng Spanyol 1521. Sepuluh tahun kemudian di balik kebanggaan dan merasa lebih bergengsi karena bermitra dengan orang asing, Tidore dan Ternate tidak menyadari telah jatuh ke tangan imperialisme dan akan kehilangan kemerdekaannya. 

Dalam kenyataan sejarah nasib dan masa depan Ternate lebih buruk dari pada Tidore. Spanyol menyapa Tidore dengan  “Kawan Kita“ (our friend). Di tidore pengaruh ulama sangat kuat. Spanyol tidak mencampuri urusan pemerintahan, termasuk suksesi dalam pemilihan  sultan. Para Sultan melarang penduduk pribumi melakukan konversi ke agama Kristen. 

Hal  berbeda yang di alami di Ternate yang bermitra dengan Portugis yang para gubernurnya rakus dan tamak dalam kekuasaan dan ada beberapa gubernur yang tangannya tetap berlumur darah. 

Dalam bidang pemerintahan, Ternate kehilangan kebebasannya. Semua Sultan yang naik tahta harus memperoleh restu dan izin Portugis dan dilantik oleh gubernurnya sendiri. Dalam cara semacam itu, berlakulah apa yang di sebut  “Suka  dan Tidak Suka ”(like and dislike). Singkat kata, kehadiran Portugis dan Spanyol di Maluku berdampak pada kehilangan kebebasan, jati diri dan kemerdekaan kedua kerajaan  tersebut. Tragis memang. 



Sosial Budaya
 
Berbeda dengan bidang ekonomi dan politik, kehadiran Portugis selama 57 tahun dan Spanyol 142 tahun di Maluku telah memperkaya kebudayaan  Maluku. Pengaruh kebudayaan yang paling kuat adalah dibidang bahasa yang sampai saat ini masyarakat di Maluku masih dan tetap menggunakan bahasa yang berasal dari Portugis dan Spanyol. Contoh: kadera (kursi), tabako (tembakau), oras(waktu), saldado (tentara), pai (Ayah), Mai (ibu), Pastiu (bosan), Fogado (kepanasan), dan lain sebagainya. 

Dibidang musik, Maluku diperkaya dengan musik keroncong. Dibidang tari-tarian Maluku diperkaya dengan dadansa. Dibidang agama, agama Kristen Khatolik merupakan peninggalan paling signifikan yang di wariskan Portugis dan Spanyol yang eksis di Maluku sampai sekarang. 



Belanda Pendatang Baru
 
Ketika spanyol menyerang Ternate  dan menduduki Ibukota Gamlamo, hanya dua orang bobato yang meloloskan diri yaitu Jogugu Hidayat dan Kapita Laut Kaicil Ali. Sultan Saiduddin bersama keluarga ditangkap dan diasingkan ke Manila.
 
Jogugu Hidayat memerintahkan kepada Kaicil Ali (saat itu baru berumur 20 tahun) dengan ditemani Gimalaha Aja segera berangkat ke Banten untuk meminta bantuan Belanda. Setibanya Kaicil Ali di Banten dan melaporkan hal ikhwal Spanyol yang menyerang Ternate secara tiba-tiba. 

Kaicil Ali harus menunggu enam bulan kemudian. Setelah tiba laksamana Matelief de jonge dari negeri Belanda, Kaicil Ali lalu menyampaikan  permohonan atas nama kerajaan meminta bantuan  kompeni belanda (VOC) agar mengusir Spanyol dari kerajaannya. Permohonan Kaicil Ali di setujui tetapi dengan beberapa persyaratan yaitu: pemberian hak monopoli perdagangan  rempah-rempah, penyediaan sejumlah pasukan tempur, ijin mendirikan benteng dan pemukiman bagi penduduk Belanda, serta tanggungan biaya perang. 

Kaicil Ali menyepakati syarat-syarat tersebut pada 29 Maret 1607. De jonge dan Kaicil Ali bertolak dari Banten menuju Ambon. Pada akhir April 1607 sebuah armada Belanda terdiri dari 7 buah kapal, 2 kapal pemburuh, 530 tentara Belanda, 50 serdadu Ambon bertolak dari Ambon menuju Ternate, tiba di Ternate pada 13 Mei 1607. Kehadiran Belanda di Ternate tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak berimbang dengan Spanyol. 

Spanyol memiliki tentara yang cukup banyak. De Jonge lalu berupaya membangun sebuah benteng di perkampungan Melayu. Pada awalnya benteng itu di beri nama “Fort Melayu”. Kemudian diganti namanya oleh Gubernur I Belanda Paulus Van Carden menjadi “Fort Orange”. 

Ternate dibagi dalam tiga blok. Satu meliputi Gamlamo ke arah Selatan milik spanyol. Sari Taboko sampai Kastela milik Belanda. Sisanya milik kerajaan.  

Nasib kerajaan Ternate semakin terpuruk setelah Spanyol meninggalkan Maluku pada 1664. Belanda melakukan menyerangan-penyerangan ke Tidore, Makian, Bacan dan Jailolo. Kemudian ke daerah seberang laut Weda, Patani, bahkan sampai ke Kepulauan Raja Ampat, dan sampai ke Seram. Kehadiran VOC cukup lama di Ternate yakni mulai 1607-1800 dan diikuti masa penjajahan Belanda  1800-1942 yang diselingi masa penjajahan Jepang 1942-1945. Kemudian  dilanjutkan kembali oleh Belanda 1945-1950. 

Belanda, baik VOC secara langsung menjajah Maluku sekitar 431 tahun. Sementara Spanyol dan Portugis bercokol selama 142 tahun. Spanyol dari 1521-1663 dan Portugis 1512-1575. Selama 142 tahun Spanyol dan Portugis menguasai Maluku memang tragis. Mereka membeli, bahkan merampas rempah-rempah hak masyarakat dan kerajaan. Tetapi mereka tidak memusnahkan tanaman rempah-rempah. Contoh seperti seorang Gubernur portugis Antonio Galvao mengajak para masyarakat bahkan para serdadu dan Galvao membuka lahan pertanian dan perkebunan demi menunjang perekonomian dan masa depan masyarakat Maluku, khususnya penduduk Ternate.
 
Lain lagi dengan Bangsa Eropa yang satu ini, merampas, merampok, membumi hanguskan negeri-negeri jiran Tidore, Makian, Bacan, Weda, Patani dan beberapa daerah di Halmahera. Kemudian melakukan pemusnahan dengan menebang dan membakar pohon rempah-rempah diseluruh Maluku. 

Kebiadaban Belanda menghancurkan masa depan penduduk Maluku sangat biadab dan tragis. Tetapi Tuhan tidak buta. Sebuah pulau kecil yang tersembunyi di kawasan kepulauan Raja Ampat yaitu pulau pisang tumbuh subur pohon rempah-rempah yaitu cengkih, pala, dan kayu manis yang rimbun seperti hutan belukar yang tidak terurus. Sepeninggalnya Belanda mengangkat kaki dari Maluku atas perintah Sultan Tidore, orang-orang terpilih menyeberang ke Pulau Pisang dan mengambil bibit-bibit rempah-rempah tersebut dan membawa pulang untuk ditanam di Tidore dan sekitarnya. 

Bangsa Eropa yang satu ini adalah pembunuh berdarah dingin. Kolonial Belanda adalah bangsa yang paling biadab. “Robbin Island” atau kepulauan Robbin sebuah pulau yang terletak kurang lebih 50 mill laut dari kota Cape Town yang menjadi saksi bisu. Terdapat kuburan-kuburan masal di satu areal yang tak jauh dari pelabuhan Robbin. Dari sekian kuburan itu yang terbanyak adalah orang-orang Islam asal Maluku (Ambon) yang dipekerjakan sebagai buruh pada 1780. Orang-orang Ambon Islam ini di bawah ke Afrika Selatan bersama “ Tuan Guru” dari Tidore ( Imam Abdullah Bin Qadhi Abd Salam).  



Kepulauan Robbin adalah tempat pengasingan para ulama-ulama besar seperti Syekh Yusup dari Makassar, Saiyid Abdurrahman Al-Mattoru asal Turki dari Mataram, Raja Tambora dan beberapa ulama lainnya. Syekh Yusup kemudian dipindahkan ke sebuah desa terpencil ratusan kilo meter dari kota Bookap. Saiyid Abdurrahman Al-Mattoru meninggal di kepulauan Robbin dan berkubur di sana. Kuburannya terawat baik dalam sebuah bangunan.

“Tuan Guru Imam Abdullah” setelah menjalani hukuman sebelas tahun di Robbin kemudian dibebaskan. Beliau ke Cape Town dan tinggal di Bookap ibukota dan membangun sebuah masjid yang diberi nama “Masjid Awwal“. Beliau membina para budak berkulit hitam dengan sebuah visi “arti sebuah kebebasan” yang terinspirasi dari lubuk hati yang tertular dari sang ayahnya “ Qadhi Abdussalam yang menentang sahwat kompeni Belanda. Qadhi Abdussalam kemudian bergabung dengan Sultan Jailolo menentang kompeni Belanda dan pada akhirnya keduanya sahid di semenanjung Ngolopopo Patani Halmaherah.

Tuan Guru berkubur sepi di jantung kota Cape Town yaitu di kota Bookap. Arti sebuah kebebasan ini pun terinspirasi kepada Nelson Mandela hanya berukuran 2x2 meter persegi. Ada sebuah meja kecil, kursi dan sebuah tong air kecil. Sedangkan pada zaman Tuan Guru, para ulama lain dan pengikutnya hanya di lepaskan begitu saja di dalam tembok raksasa yang beratap langit. Sungguh tragis, kejam dan biadab. Para tawanan tidak bisa melarikan diri sebab suhu air laut sangat dingin enam derajat dan jarak tempuh 50 mill laut.

Terima kasih dan Syukur dofu
Jabal Tidore, 10 Februari 2018
Oleh: M. Amin Faaroeq, S.Ip. (Perdana Menteri Kesultanan Tidore).
Tahun : 2018 

M. Amin Faaroeq, S.Ip kedua dari kiri berbaju hitam

Seminar Nasional bertemakan Tidore Ternate, Titik Temu Peradaban Timur Barat ini sukses dilaksanakan di Aula Sultan Nuku, Kantor Walikota Tidore Kepulauan pada Senin, 12 Februari 2018. Seminar terselenggara atas kerjasama KSBN (Komite Seni Budaya Nusantara) dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan

Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH

 
Komite Seni Budaya Nusantara | Jl. Pejaten Raya No. 33D | Jakarta Selatan | Email: ksbnindonesia@gmail.com | Telepon +62.812.9236.345 | Website: www.ksbnindonesia.org

 

Catatan:
Sumber gambar dari panitia seminar nasional.
Penggunaan gambar dan materi harus dengan seijin pemilik. 

Tulisan terkait seminar nasional ini juga bisa dibaca pada tulisan : Tidore Ternate Sebuah Tinjauan dari Aspek Geo Politik, Geo Strategi, dan Geo Ekonomi. 



Jejak Arkeologis Kesultanan Tidore dan Wilayah Periferinya

$
0
0
Jejak Arkeologis Kesultanan Tidore dan Wilayah Periferinya
 Pusat Kekuasaan dan Diaspora Peradaban 
  
Oleh: Wuri Handoko, MSi
Peneliti Madya Balai Arkeologi Maluku
Email : wuri.handoko@kemdikbud.go.id 

Disampaikan dalam Seminar Nasional dengan tema Tidore Ternate; Titik temu peradaban Timur-Barat pada Senin, 12 Februari 2018. 
Wuri Handoko, MSi

Latar Belakang

Perjalanan sejarah Maluku Utara tidak lepas dari sejarah empat kerajaan yang dikenal dengan sebutan Moloku Kie Raha yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Dalam sejarahnya, masyarakat Maluku Utara mengenal cerita rakyat tentang terbentuknya empat kerajaan yang menjadi pilar kekuasaan politik di wilayah tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Andaya (2015), sejak masa awal kehadiran Portugis di Maluku, terdapat cerita-cerita rakyat yang menyebut empat kerajaan pertama di Maluku yaitu Ternate, Tidore, Makian, dan Moti. Keluarga-keluarga bangsawan dari Makian dan Moti kemudian berpindah untuk kemudian mendirikan kerajaan lain yaitu Makian berpindah ke Bacan dan Moti berpindah ke Jailolo (Andaya, 2015: 115).

Kesultanan Tidore adalah salah satu pilar peradaban dari empat pilar peradaban di wilayah Kepulauan Maluku. Dalam hikayat Dinasti Tang (618-906) disebutkan eksistensi suatu kawasan yang digunakan untuk menentukan arah daerah Ho-ling (Kaling) yang terletak di sebelah baratnya. Kawasan ini bernama "Mi-li-ki," yang diperkirakan sebagai sebutan untuk Maluku. Penulis- penulis Cina dari zaman Dinasti Tang, yang menyebutnya sebagai "Mi-li-ku," tidak dapat memastikan lokasi sesungguhnya kawasan yang ditunjuk dengan nama tersebut. 

Pada masa kemudian barulah diketahui bahwa yang dimaksudkan dengan "Mi-li-ku" itu adalah gugusan pulau-pulau Ternate, Tidore, Makian, Bacan dan Moti. (Abdurrahman, 1978; Amal, 2010). Diantara empat pilar peradaban di kepulauan Maluku, Ternate dan Tidore merupakan dua pilar yang paling berkembang karena, diaspora kekuasaan keduanya melebar ke wilayah-wilayah lain sebagai daerah ekspansi atau wilayah-wilayah vasal dari dua pusat kekuasaan Islam itu. Dalam karya Tome Pires, Tidore sudah disebutkan sebagai wilayah yang besar, dengan 2000 penduduk, 200 diantaranya sudah menganut Islam pada masa Raja Almancor dan membawahi setidaknya Pulau Makian dan Moti. (Cartesao, 2016: 280).

Dengan demikian, bersama Ternate, Tidore mempunyai posisi penting dalam situasi politik, ekonomi, maupun militer. Keduanya mempunyai pandangan politik yang hampir sama yaitu ekspansionis, dan karenanya mempunyai kekuatan militer yang relatif hampir berimbang. Bedanya, dalam mengimplementasikan ekspansionismenya, Ternate mengarahkan bidikannya ke barat sementara Tidore ke timur (Amal, 2010:6). Meski demikian, dalam prakteknya gerak ekspansionisme Ternate dan Tidore tidak hanya dipahami dalam kerangka politik penguasaan sumberdaya, namun juga dalam konteks diaspora agama, budaya dan perluasan jaringan niaga dan ekonomi (Handoko, 2009:19; Handoko, 2013: 27).

Leonard Andaya menyebut bahwa dalam konteks peradaban dan kekuasaan di wilayah Kepulauan Maluku, Ternate dan Tidore disebutnya sebagai ‘dunia pusat’ dari keseluruhan dunia Maluku atau yang kita pahami wilayah Kepulauan Maluku. Di luar Ternate dan Tidore, disebutnya sebagai ‘dunia pinggir’. Tentu saja penyebutan oleh Andaya ini tidak dalam pngertian batas teritori pusat kota dan pinggiran kota, namun lebih pada menunjuk geopolitik dan geokultural. Bahwa Ternate dan Tidore adalah pusat kekuasaan, pusat peradaban, yangmemperluas daerah keluasaannya dalam konteks Islamisasi dan perniagaan ke wilayah-wilayah lainnya di wilayah Kepulauan Maluku atau bahkan daerah-daerah seberang keluar dari batas teritorial kepulauan Maluku (Andaya 1993; 2015).  

Informasi historis lain menyebutkan bahwa pada awal kedatangan Spanyol di wilayah ini yaitu sekitar tahun 1527, pihak Spanyol memberi bantuan persenjataan dan pertahanan, bahkan melatih pasukan Jailolo dalam menghadapi kemungkinan serangan dari pihak lain (Amal, 2010: 29-30). Dalam konteks persaingan kedua kekuatan lokal ini pula terdapat dualisme yang ditunjukkan dalam sebuah bentuk pertentangan timur-barat yang jelas terlihat dalam ekspansi kerajaan-kerajaan ini. Wilayah penaklukan Ternate umumnya berada di wilayah barat, sementara wilayah penaklukan Tidore umumnya berada di timur (Andaya, 2015: 45).

Makalah ini dihasilkan dari studi kompilasi dari berbagai hasil penelitian yang sebelumnya sudah dilaporkan baik oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Tim Penelitian, 2006) maupun oleh Balai Arkeologi Maluku (Tim Penelitian, 2016). Selain itu juga melalui studi literatur dari berbagai kajian baik arkeologi, sejarah maupun etnografi (antropologi) berkaitan dengan perkembangan sejarah budaya di wilayah Kesultanan Tidore. 

Dengan demikian, sumber data diperoleh dari berbagai laporan penelitian dan literatur menyangkut hasil kajian tentang perkembangan sejarah dan budaya Kesultanan Tidore. Berdasarkan studi literatur ini, penulis melakukan analisis dan kajian untuk menghasilkan sintesa menyangkut perkembangan peradaban Kesultanan Tidore dan wilayah-wilayah periferi atau wilayah vasal kekuasaan Kesultanan Tidore.

Hasil dan Pembahasan
Jejak Arkeologi Kesultanan Tidore : Pusat Kota dan Kekuasaan dalam Dinamika Multibudaya

Berkaitan dengan keberadaan Kesultanan Tidore, telah digambarkan sebelumnya, bahwa Pulau tetangga Ternate di sebelah selatan, yakni Pulau Tidore, adalah lokasi berdirinya Kesultanan Tidore yang menggunakan nama yang sama dengan pulaunya. Wilayahnya meliputi, sebagian dari Pulau Halmahera, Pulau Raja Ampat dan semenanjung New guinea, sebagaimana dari lukisan yang digambarkan oleh Johannes Vingsboon untuk atlas Laurens van der Hens, bersama dengan pulau Motir dan Pulau Mare (pulau tempayan, tembikar) yang menjadi wilayah Ternate, sedangkan Pulau Mitara di sisi lain, merupakanwilayah milik Tidore (Roever dan Broemer, 2008: 259).

Kota Tidore berkembang menjadi pusat kekuasaan Kesultanan Tidore, setidaknya sejak abad 17 M. Parameter kota Kesultanan, ditunjukkan oleh jejak-jejak arkeologis adanya Kedaton Tidore, masjid, makam dan komponen kota lainnya seperti pasar dan pelabuhan juga pemukiman, yang berkembang pada awal berdirinya Tidore sebagai pusat kekuasaan Islam. Selain itu, pada masa Kolonial, perkembangan bangunan-bangunan kolonial, antara lain benteng-benteng kolonial yang menyebar di Pulau Tidore dan memusat benteng-benteng besar di pusat kota yang dekat dengan kedaton, menunjukkan Kota Tidore berkembang menjadi pusat kota Kesultanan yang ramai dan strategis berhubungan dengan pihak luar.

Namun demikian, proses perkembangan kota, seiring dengan perkembangan peradaban tidak terjadi serta merta. Ada petunjuk yang berharga baik dalam sejarah lisan maupun dukungan bukti arkeologis, bahwa perkembangan pusat kesultanan atau pusat kekuasaan mengalami proses dan dinamika dari awal berdirinya hingga terbentuknya kota Tidore sebagai kota Kesultanan yang dapat disaksikan hingga sekarang ini. 

Hikayat pada abad ke-17 pada dasarnya memiliki keseragaman tentang penggambaran bagaimana orang-orang di Maluku Utara di bawah pimpinan para kepala desa (momole) yang bersatu di bawah kolano. Di Tidore misalnya, terdapat hikayat yang dicatat oleh orang-orang Portugis tentang tradisi penduduk Tidore dalam mengingat waktu ketika perkampungan aslinya masih berada di Gunung Mareku. Perkampungan ini kemudian dipindahkan ke pinggir pantai karena para pedagang asing berdatangan dalam jumlah besar untuk mencari cengkih. Mareku tetap menjadi pusat yang suci di wilayah Tidore selama berabad-abad kemudian karena prestisenya sebagai sumber penguasa pertama Tidore (Andaya, 1993; Andaya, 2015: 43-44).

Gambaran tentang Mareko sebagai pusat kesultanan Tidore pada masa awal, juga sudah dilukiskan sebelumnya oleh pendatang dari Spanyol. Pada tahun 1613 menurut Piter Both, bahwa desa Marieko atau Mareko di Pulau Tidore sudah banyak didatangi oleh Orang-orangSpanyol. Disebutkan juga sebelumnya, bahwa di benteng Rumo (Rumi, Romtua), tahun 1605 di pantai utara - barat telah jatuh ke tangan Belanda, daerah yang penting sebagai sarana untuk mengendalikan pantai selatan Ternate, dan Pulau Mitara yang terletak antara Pulau Ternate dan Tidore. Beberapa saat kemudianRumi dikuasai kembali oleh orang Spanyol, namun akhirnya sekali lagi menjadi milik Belanda. Selanjutnta pada 162, Belanda bahkan membangun benteng persegi di sana, yang pada peta yang digambarkan diatas ini belum ada.  

Lukisan Pulau Tidore Abad 17 M (1613) yangmemperlihatkan keramaian aktivitas di perairan Tidore dan kepadatan pemukiman di pesisir Pulau Tidore yang digambar oleh Artus Gijsel (Sumber: Grote Atlas van de Verenigde Oost-IIndische Compagnie :Indische Archipel en Oceanie (Roever and Broemer, 2008; Sumber

Di sebelah selatan Mareko di pantai barat, orang Spanyol mnguasai daerah yang disebutnya Spaans Marieque, yang ditulis sebagai Cleijn Marieque (Marieque Kecil) di peta Vingsboon di atas, sampai keberangkatan mereka di tahun 1663. Ketika Laksamana Jacob Cornelisz van Neck tiba di Ternate selama pelayaran keduanya di tahun 1601, dia tidak hanya menerima sambutan hangat tapi juga diminta untuk membantu perjuangan melawan orang Portugis, yang telah membentuk diri mereka di Tidore dan dengan demikian memperkuat posisi Tidore dengan persaingan dengan Ternate. Gambar diatas menunjukkan bahwa di bawah komando laksamana Cornelisz, kapal Belanda memblokade jalan menuju Tidore dan kerusakan yang cukup besar dialami oleh Portugis, meskipun tidak sampai terusir. Tindakan ini justru menjadi mula hubungan yang baik dengan bangsa di tahun-tahun berikutnya (Roever and Broemer, 2008).

Tampaknya penelitian arkeologi harus membuktikan data-data sebagaimana yang telah dilukiskan oleh pihak Spanyol di abad 17 tentang perbentengan di Rumtao dan Mareko sebagai pusat kekuasaan Kesultanan Tidore sebelum berpindah ke Soa Sio di Kota Tidore yang sekarang. Berdasarkan penelitian arkeologi (Tim Penelitian, 2016) diperoleh data di lokasi-lokasi yang sudah dilukiskan sebagai bentuk konfirmasi data sejarah.

Situs Mareko dan Benteng Ome Temuan data di lapangan, Mareko merupakan sebuah situs arkeologi yang terletak di Kelurahan Ome. Indikasi arkeologi berupa sebaran fragmen gerabah dankeramik serta sisa struktur. Lokasi tersebut berada ± 1 km sebelah selatan Benteng Ome. Sementara itu Benteng Ome sendiri secara geografis, lokasi benteng berada di sisi barat Pulau Tidore sehingga dapat memantau arah  Benteng Kastela dan Benteng Kota Janji, di Ternate.

Situs Biji Nagara dan Benteng Toloa

Benteng ini berada di daerah perbukitan yang berada di sebelah tenggara daerah permukiman di Desa Toloa. Terdapat beberapa titik struktur yang diduga merupakan bastion berbentuk setengah lingkaran karena berada pada sudut-sudut dinding dengan kontur yang lebih tinggi. Pada sisi dinding sebelah barat tersingkap konstruksi dinding benteng berupa dua lapis susunan batuan yang mengapit lapisan yang berisi tanah. Pada sisi dinding sebelah barat dantimur  masih  menyisakan  lapisan  meski  telahrapuh namun masih dapat diamati material perekat berupa campuran pasir dan kapur bakar berwarna putih. Sementara pada sisi dinding yang lain hanya berupa susunan batu tanpa perekat. Di sekitar lokasi ini juga terdapat lokasi situs Biji Nagara dengan indikasi temuan arkeologi berupa sebaran fragmen keramik dan gerabah serta sisa struktur. Masyarakat sekitarmeyakini lokasi tersebut adalah bekas pusat Kedaton sebelum dipindahkan ke Soa Sio. Sumber lain menyebut toponim Batu Cina, sebagai pusat kekuasaan Tidore, jauh sebelum berpindah ke Soa Sio yang sekarang. Untuk toponim Batu Cina, masih memerlukan verifikasi berdasarkan penelitian arkeologi untuk menemukan bukti-bukti faktual. Hingga saat ini penelitian arkeologi di toponim yang disebut dalam informasi sumber sejarah belum pernah dilakukan.

Benteng Cobo

Secara administratif, benteng ini terletak di Kampung Cobo Kecamatan Tidore Utara Kota Tidore Kepulauan dan secara astronomis berada pada titik N 00° 45’25.9” dan E 127° 24’13.0”. Benteng berada di atas perbukitan atau tebing tanjung sehingga dapat memantau arah laut dengan cukup jelas. Lokasi benteng berada di sisi kiri jalan dekat dengan Masjid Kampung Cobo yang ada di sebelah kanan jalan.
Sementara itu, secara geografis lokasi  keberadaan benteng berada di sisi utara Pulau Tidore sehingga dapat memantau perairan di sekitarnya dan dari titik lokasi ini dapat juga memantau Benteng Oranje yang ada di Pulau Ternate. Terdapat dua struktur yang tampak terpisah di lokasi ini, Struktur I yang berada di sebelah barat memiliki tinggi ± 150 cm dan Struktur II memiliki tinggi ± 100 cm. Struktur I memiliki ukuran lebih besar dan menyerupai sebuah bastion. Material struktur terdiri atas batuan andesit dan vulkanik dengan sisi permukaan yang telah diplester.  

Benteng Rum dan Pendaratan Magelhens 

Benteng ini sering juga disebut dengan Benteng Cobe atau Tsjobe, secara administratif berada di Desa Rum Kecamatan Tidore dan keletakan astronomis berada pada titik N 00° 44’30.2” dan E 127° 23’11.3”. Titik lokasi benteng berada di sisi barat Pulau Tidore dan berhadapan langsung dengan Pulau Maitara. Benteng ini berada di atas bukit tanjung dan cukup mudah dijangkau karena berada di dekat dengan jalan utama yang menghubungkan Desa Cobo dan Desa Rum di Pulau Tidore. Benteng ini berbentuk persegi dengan areal yang relatif kecil yaitu 15 x 20 meter. 

Struktur penyusun dinding benteng didominasi oleh batuan andesit dengan lapisan perekat. Benteng ini dibangun dengan memanfaatkan kontur lahan sekitarnya sehingga sisi dinding yang berhadapan dengan laut tampak menyerupai sebuah tanggul karena memiliki ukuran yang sangat tinggi yaitu ± 20 meter. Di sekitar lokasi ini terdapat tugu pendaratan Armada Spanyol di bawah pimpinan Juan Sebastian De Elcano yang merupakan bagian dari Ekspedisi Besar Kerajaan Spanyol pada tahun 1521 yang saat itu dipimpin oleh Magelhaens. 

Dalam perkembangannya, setelah melalui serangkaian perpindahan pusat kesultanan, masa berikutnya Kota Tidore semakin berkembang semakin membentuk morfologi kota kesultanan, selain sebagai pusat kota, juga pusat pemerintahan, kekuasaan dan sekaligus pusat administartif Kesultanan Tidore. Ciri sebagai pusat kota antara lain adanya kedaton Tidore. Pada umumnya ciri atau tipe kota kesultanan baik Tidore maupun Ternate, maupun Jailolo menampilkan ciri morfologi kota yang serupa (Tim Penelitian, 2006). Selain orientasi bangunan kedaton menghadap ke laut, juga ciri lain adanya kedekatan makna terhadap kosmologi gunung dan laut. 

Gunung adalah makna simbol suci yang menempatkan dunia leluhur yang sakral (Handoko, 2015), sementara laut lebih menunjukkan makna hubungan kemanusiaan, sikap menerima dan terbuka terhadap arus datangnya masyarakat luar melalui laut, sementara posisi arah hadap kedaton ke laut di sebelah timur, jika merujuk pada makna orientasi kedaton Ternate, maka bermakna pada merupakan arah datangnya manusia dari berbagai penjuru dunia, yang membawa rezeki sekaligus berbagai cobaan, oleh karena itu di sebelah timur ditempatkan pelabuhan sultan (Tim Penelitian, 2006).
 
Kesultanan Tidore juga melengkapi aspek legalitasnya dalam berhubungan dengan pihak di luar kesultanan. Hubungan yang bersifat politis maupun maupun ekonomis di bidang perdagangan sering disertai dengan surat penguat. Naskah perjanjian dagang, surat keputusan pengangkatan suatu jabatan senantiasa perlu stempel resmi kerajaan. Minimal dari Kesultanan Tidore diperoleh 3 buah stempel logam berbentuk bulat dan oval. Stempel yang berbentuk bulat memuat nama Sultan yang pernah berkuasa. Stempel pertama tertulis Maliqu –buldan Tarnati - Stempel pertama ini berangka tahum 1216 Hijriah atau 1699 M. Stempel kedua bertuliskan Khalifatu –Almukarram Sayid Al Tsaqalayin `ala - jibaal al Tiduri. Sementara itu stempel berbentuk oval terdapat lambang Singa Netherland. (Tim Penelitian, 2006). 

Artefak koleksi kesultanan Tidore berupa stempel kesultanan. Sumber Tim Penelitian, 2006.Sumber Foto : Koleksi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional

Sementara itu, pola sebaran benteng banyak dipengaruhi oleh kehadiran Spanyol, dimana saat itu menjalin hubungan perdagangan dan politik dengan Kesultanan Tidore. Pada saat awal kehadiran Spanyol di Tidore, pusat kekuasaan Kesultanan berada di Mareku dimana terdapat benteng Spanyol di lokasi ini. Seiring dengan perjalanan historis dengan pertimbangan keamanan Spanyol kemudian mendirikan sistem perbentengan untuk melindungi kepentingan perdagangan mereka. Atas pertimbangan ekonomi pula, Kesultanan Tidore memindahkan pusat kekuasaannya hingga beberapa kali dan terakhir di wilayah Soa Sio yang saat ini menjadi pusat kota Tidore. Seiring itu pula, Spanyol mendirikan benteng di lokasi pusat kekuasaan Kesultanan Tidore sebagaimana tampak saat ini yaitu benteng Tahula dan benteng Torre yang dekat dengan Kedaton Tidore (Tim Penelitian, 2016)

Selain  benteng-benteng  kolonial  yang  sudah disebutkan diatas yang berhubungan dengan proses perpindahan pusat kekuasaan Tidore, juga terdapat dua benteng terbesar yang berdiri setelah pusat Kesultanan Tidore menetap di Soa Sio sekarang. Kedua benteng itu kini menjadi ikon wisata sejarah kolonoial Kota Tidore sekarang, yakni Benteng Torre dan Benteng Tahula.

Kota Tidore tidak banyak menampilkan penataan kota kolonial kecuali pola sebaran benteng kolonial baik yang dibangun oleh Spanyol, Portugis maupun Belanda. Penataan kota Tidore lebih banyak dipengaruhi oleh pusat kekuasaan Islam yaitu Kesultanan Tidore saat itu. Dengan demikian, tampak jelas pola sebaran benteng di Tidore dapat menjadi petunjuk awal tentang bagaimana pertumbuhan dan proses perkembangan pusat aktifitas di pulau tersebut. Kondisi keamanan sekaligus menjadi pertimbangan utama atas pemilihan sebuah lokasi sebagai pusat aktifitas baik bagi pihak Tidore. 

Tampak jelas, kehadiran bangsa Eropa berpengaruh atas proses perpindahan pusat aktifitas Kesultanan Tidore. Selain benteng dan bangunan berciri arsitektur kuno, di pusat Kota Tidore juga terdapat beberapa komponen kota yang menjadi bagian tata ruang kota. Komponen-komponen tersebut, diantaranya adalah Kedaton Tidore, Masjid Kesultanan, Pasar, Pelabuhan, dan Kompleks Makam Kesultanan, serta Kompleks Pekuburan Tionghoa. Lokasi keberadaan komponen tata ruang kota ini berada dalam satu kawasan yaitu kawasan Soa Sio yang menjadi pusat Kota Tidore (Tim Penelitian, 2016).

Tata kota Tidore di kawasan Soa Sio terbentuk oleh Kedaton sebagai pusat yang didukung oleh elemen-elemen pendukung diantaranya Kompleks Makam, Fala Hijo, Masjid Kesultanan, dan Dermaga. Elemen-elemen ini berada pada satu garis lurus yang membentang timur-barat dengan orientasi ke arah laut. Elemen lain yang membentuk tata kota di kawasan ini adalah wilayah-wilayah pemukiman yang disebut dengan soa sio atau sembilan soa. Masing-masing soa memiliki wilayah permukiman berdasarkan etnis yang mendiami. Dari kesembilan soa tersebut, dua soa merupakan soa pendatang yaitu soa Jawa dan soa Cina. Pusat perdagangan dan perekonomian berada di kawasan ini yang ditandai dengan keberadaan pasar, namun saat ini pasar tersebut telah dipindahkan ke kawasan lain. Kawasan sekitar lokasi pasar ini disebut oleh masyarakat sekitar dengan sebutan pasar lama yaitu di Jalan Sultan Zainal Abidin (Tim Penelitian, 2016.

Jadi diketahui bahwa penguasa Tidore telah memanfaatkan ruang-ruang disisi barat pulau untuk menempatkan rencana pusat pemerintahannya. Oleh karena itu dikenal dengan bekasnya kadaton Rum, yang sangat mungkin masih dipimpin oleh seorang Kolano. Kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke Kadaton Mareku yang pernah kedatangan bangsa Spanyol, dan lokasi selanjutnya dikadaton Biji Negara yang terletaknya di Toloa.  

Perpindahan kekuasaan yang terakhir yang dilakukan oleh Sultan Syaifudin atau disebut sebagai Jou Kota, perpindahannya keposisi arah timur pulau Tidore di kampung Soasio. Lokasi ini dikenal dengan nama Limau Timore (Kota Matahari Terbit). Pada masa itu Portugis sudah membangun pemukiman dibeberapa lokasi. Ketika belanda mengusir Portugis dari Tidore, maka lokasi Soasio dijadikan lokasi tidak terbatas. Hal ini dapat dilihat sisa pagar-pagar batu yang sangat kokoh untuk perlindungan rumah dan punghuninya. Perubahan yang menonjol ketika terjadinya kedatangan bangsa Belanda dan VOC. Pada masa itu terdapat bangunan-bangunan rumah untuk kebutuhan Belanda, posisi pemukiman dengan pagar-pagar batu alam seperti tembok benteng itu sendiri. (Jafar, Abdullah, 2012:16).

Dengan demikian meskipun morfologi kota menunjukkan ciri kota Kesultanan yang berkarakter kota Islam, namun dinamika peradaban menunjukkan wadah peradaban kota Tidore sebagai pusat kekuasaan yang majemuk atau multibudaya. Selain morofologi kota kuno Islam, akibat aktivitas niaga yang ramai, ciri kota majemuk juga tampak dengan deretan benteng kolonial, juga terdapat makam China (Tionghoa). 



Menyangkut keberadaan makam Tionghoa, hal ini berhubungan dengan proses jaringan niaga Tidore dengan para pedagang dari luar termasuk pedagang Tionghoa, yang tumbuh pesat pada abad 18-19 M (Tim Penelitian, 2006). Hal ini dapat dikonfirmasi dengan temuan artefaktual keramik Tionghoa yang justru paling banyak ditemukan di wilayah Kesultanan Tidore. Grafik dibawah ini dapat menjadi petunjuk untuk penjelasan itu.  


Grafik diatas menunjukkan, bahwa produk keramik dari Tionghoa mendominasi barang komoditi yang diperjualbelikan di Tidore. Kurun waktu abad 18-19, menjadi puncak perdagangan yang melibatkan berbagai pedagang asing di wilayah perairan Tidore. Dengan demikian, sesungguhnya Kota Tidore seagai pusat kekusaan Kesultanan Islam Tidore menunjukkan morofologi kota yang multibudaya (multikultural), sebab dalam pertemuan peradaban timur-barat, kota Kesultanan Tidore juga memberi ruang-ruang keberagaman untuk tumbuh dan hidup dalam dinamika budaya, sosial dan ekonomi masyarakat Tidore. Setidaknya kurun waktu abad 18-19, kemultibudayaan semakin menemukan ruangnya, pada saat puncak-puncak perdagangan tumbuh. Selain pedagang Arab dan Tionghoa yang sebelumnya telah meramaikan aktivitas perdagangan, 50-100 tahun kemudian para pedagang Eropa juga turut memberi warna peradaban di dunia pusat Maluku, dalam hal ini Ternate dan Tidore.

Jejak Arkeologis dan Diaspora Peradaban di Wilayah Kekuasaan Tidore


Sejauh yang sudah diteliti dan dikaji menyangkut wilayah-wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore, menunjukkan adanya perluasan jaringan Islamisasi dan pernigaan antara Kesultanan Tidore dan wilayah ekspansinya. Penjelasan menyangkut wilayah ekspansi dalam pengertian bukan hanya soal ekspansi politik, namun juga ekspansi budaya (termasuk agama) dan ekonomi. Menyangkut wilayah vasal, atau dalam konteks penulisan ini dimaksudkan sebagai wilayah periferi kekuasaan, maka antara wilayah vasal Ternate dan Tidore beberapa diantara secara jelas disebutkan dalam berbagai sumber literatur. 

Tidore melebarkan sayap kekuasaannya ke wilayah pesisir utara Pulau Seram dan wilayah kepulauan di sisi paling timur Pulau Seram, yakni Gorom dan Seram Laut hingga ke wilayah Kepulauan Raja Ampat, Irian Jaya (Leirissa, 2001, Putuhena, 2001, Jaffar 2006, Amal:2010). Namun beberapa diantaranya juga berbagi wilayah yang sama, misalnya terutama di wilayah Papua. Pada sub bahasan ini, akan diruaikan jejak arkeologi di wilayah-wilayah vasal kekuasaan Tidore baik di wilayah Kepulauan Maluku maupun di wilayah Papua. 

Dalam tulisan ini, yang dimaksud sebagai wilayah Kepulauan Maluku bagian selatan, adalah yang saat ini wilayah administratif Provinsi Maluku. Sementara itu wilayah vasal kekuasaan Tidore di wilayah Pulau Halmahera dan wilayah Maluku Utara lainnya, belum dilakukan penelitian arkeologi untuk maksud hal tersebut, meskipun beberapa temuan penting hasil penelitian arkeologi yang sudah dilakukan, beberapa diantaranya dapat dihubungkan dengan Kesultanan Tidore. 

Penelitian terbaru untuk menelusuri jejak arkeologis Kerajaan Loloda, berdasarkan informasi penduduk disebutkan toponim Ake Tidore, berupa sumber air yang lokasinya dekat dengan situs pemukiman yang diduga pusat Kerajaan Loloda pada masa lampau di Daerah Aliran Sungai (DAS) Loloda. Ake Tidore, tampaknya sebuah toponim, yang berhubungan dengan soal kedatangan seorang tokoh yang berasal dari Tidore dan kemudian meninggal di wilayah permukiman Loloda (Soa Sio lama) (Handoko, 2017:187). Namun, tidak diperoleh keterangan ang lebih memadai untuk memberikan penjelasan tentang hubungannya dengan Kerajaan Loloda, mengingat catatan-catatan sejarah tidak menyebut tentang hubungan Tidore dengan Loloda.

Jejak Arkeologi dan Diaspora Peradaban di Kepulauan Maluku Bagian Selatan 

Berdasarkan serangkaian hasil penelitian arkeologi yang telah di lakukan di wilayah yang kini menjadi wilayah administratif Provinsi Maluku, terdapat kerajaan atau negeri Islam yang secara meyakinkan merupakan daerah vasal Kesultanan Tidore. Pulau Gorom, Seram Bagian Timur, yang sekarang termasuk dalam wilayah administratif Provinsi Maluku, menunjukkan adanya pengaruh Tidore. 

Hubungannya dengan Tidore, catatan sejarah yang sedikit itu menyebutkan pada masa pemerintahan Sultan Nuku, Tidore mengembangkan wilayah kekuasaannya ke wilayah kepulauan Gorom, yang terletak di sisi timur Pulau Seram. Bahkan jika menunjuk pada prasasti di salah satu negeri di Pulau Gorom yakni Negeri Amar Sekaru, menegaskan adanya pengaruh kekuasaan Kesultanan Islam Tidore di wilayah Gorom. Tertulis pada prasasti tersebut antara lain Sultan Nuku dari Tidore pada tahun 1625 (?) melantik Raja Amar I Raja Mataweru Hiliuw Keliobas (Handoko, 2007). 

Catatan sejarah lainnya menyebutkan pada masa pemerintahan Nuku, wilayah Seram Timur dengan pulau-pulau antara lain Seram Laut, Gorom, Watubela, Kei dan Aru termasuk pantai selatan Irian Jaya merupakan daerah pengaruh dari Kerajaan Tidore (Pattikayhatu, 1997:1 dan 5). Bersamaan dengan itu, gerak niaga juga berkembang. Temuan keramik asing di Gorom dapat didentifikasi berasal dari China yang umumnya dari Dinasti Ming (16-17 M), Ching (17-19 M). 

Sejak abad itu, sangat mungkin pelabuhan tua Gorom sangat ramai disinggahi kapal-kapal dagang berbagai bangsa luar seperti China, Arab dan tentu saja Koonial Eropa, yakni Portugis dan Belanda. Kepulauan Gorom memegang peran penting dan strategis, menghubungkan kedua wilayah itu. Meskipun wilayah Kepulauan Gorom kecil, namun posisinya di tengah antara Pulau Seram menuju Pulau Papua dan wilayah Maluku Tenggara. Maka, bisa diduga, pada masa lampau wilayah ini cukup ramai dalam jalur lintasan budaya melalui perairan di wilayah timur ini. Wilayah ini menjadi semacam jembatan yang menghubungkan antara Papua dengan Pulau Seram (Maluku Tengah dan sekitarnya). Wilayah ini juga menghubungkan antara Maluku Tenggara dengan Maluku Tengah dan Utara (Handoko, 2007)

Di wilayah Teluk Waru, Seram Bagian Timur, indikasi diaspora peradaban yang berasal dari Kesultanan Tidore, dibuktikan adanya naskah Bebeto, yang menurut masyarakat merupakan naskah perjalanan syiar Islam oleh Sultan Tidore bernama Baba Ito. Kemungkinan yang dimaksud bebeto ataupun Baba Ito dalam tradisi masyarakat di Teluk Waru adalah Bobato, yakni utusam atau menteri yang diutus untuk urusan keagamaan (lihat Amal, 2009 dan 2010). Naskah Bebeto, menurut tua adat yang bisa membaca naskah tersebut berbahasa Tidore, yang menceritakan perjalanan penguasa Tidore dalam syiar agama, sekaligus perluasan wilayah kekuasaan (Handoko, 2010). Dukungan referensi sejarah menyebutkan pada masa pemerintahan Sultan Nuku, Tidore mengembangkan wilayah kekuasaannya ke wilayah-wilayah yang terletak di sisi timur Pulau Seram.

Data arkeologi lainnya berupa artefak alat ‘debus’ dan naskah mantranya, dapat dihubungkan dengan penyiaran Islam melalui jalan pengenalan sufi (Handoko, 2010). Jika dihubungkan dengan adanya naskah Bebeto, tentang perjalanan penguasa Tidore, maka temuan alat debus dan naskah mantra, semakin memperkuat pengaruh Tidore, mengingat tradisi badabus merupakan tradisi yang kuat berkembang di wilayah Pulau Tidore. 

Persentuhan Kawasan Teluk Waru dengan budaya Islam, dapat diperkirakan berasal dari beberapa sumber, baik langsung maupun tak langsung, yakni selain sumber para pedagang Persia dan Arab, juga kemungkinan terdapat pengaruh Islam dari Jawa, maupun dari wilayah Kerajaan Tidore. Sementara persentuhan dengan para pedagang China pada abad 17 M, menunjukkan pada abad itu aktivitas perdagangan jarak jauh juga berlangsung di wilayah itu Temuan keramik asing di Kawasan teluk Waru dapat didentifikasi berasal dari China yang umumnya dari Dinasti Ming (16-17 M), Ching (17-19 M) (Handoko, 2010).

Selain data-data arkeologi yang sudah dapat dikonfirmasi, di wilayah yang sekarang disebut Provinsi Maluku, jejak pengaruh Tidore kemungkinan juga masih terdapat di beberapa tempat, meskipun membutuhkan serangkaian verifikasi melalui penelitian sistematis. Beberapa informasi yang baru penulis peroleh dari literatur misalnya, tentang Soa Nukuhehe dan Masjid Nuku berikut tradisi pemberian zakat fitrah dua hari setelah hari raya Idul Fitri di Negeri Seith, di Jazirah Leihitu Pulau Ambon (Nukuhehe, 2014). 

Informasi ini menarik untuk diletili hubungan kesejarahannya dengan Kesultanan Tidore periode Sultan Nuku. Hal ini mengingat selama ini Jazirah Leihitu, sangat populer dengan keberadaan Kerajaan Hitu, yang lebih dekat afiliasinya dengan Kesultanan Ternate. Perlu diteliti kembali apakah Soa Nukuhehe dengan Masjid Nuku-nya serta tradisi zakat fitrah memiliki hubungan kesejarahan dan tradisi dengan Tidore atau hanya kebetulan belaka. Tentu saja hal ini juga menjadi rekomendasi penelitian lanjutan terutama untuk sejarah dan tradisi.

Jejak Arkeologi dan Diaspora Peradaban di Wilayah Papua

Selanjutnya wilayah Papua, data arkeologi dan sejarah juga banyak mengungkap tentang peran Kesultanan Tidore dalam proses diaspora peradaban Islam, juga mengikut di dalamnya proses perluasan kekuasaan dan jaringan niaga. Kerajaan Salawati sejak abad ke-16 merupakan sumber penghasil utama rempah-rempah, sagu, tempurung kura-kura, ambergris  (zat lilin abu-abu atau hitam berasal dari benih ikan paus; ditemukan terapung di laut atau terdampar di pantai; digunakan untuk pengharum) dan rempah-rempah yang dijual kepada pedagang Tidore atau keffing di Seram timur (Widjojo, 2013). Pulau Salawati sejak abad ke-16 sudah menjadi wilayah kekuasaan sultan Tidore (Sinaga, 2013; Fairyo: 2014). Di Kaimana, masjid besar merupakan sarana ibadah yang turun temurun dari kejayaan kesultanan Tidore yang menyebarkan Islam di pesisir selatan Papua (Wekke, 2013). 

Sumber lain menyebut bahwa diaspora peradaban Islam sebagaimana yang disebut seorang pedagang Spanyol, Louis vas de Torres dalam perjalanannya ke Papua pada abad ke 14 menemukan para pedagang dari Makassar, Ternate dan Tidore mengajarkan Islam sambil berdagang di Onim, Fak-fak. Pada abad ke 15 juga diketahui bahwa rakyat Papua di kawasan pantai utara dan Barat kehilangan kedaulatannya ketika kesultanan Tidore datang dan melakukan pendudukan. Islam pada awalnya tidak dibawa oleh organisasi dakwah keagamaan melainkan oleh perseorangan melalui para pedagang dan pelaut (Hamid, 2013:445).

Raja Tidore Sultan Saifuddin bahkan berhasil memperoleh legitimasi yuridis dan praktis atas daerah seberang laut Tidore dengan “menukar” hak monopoli atas cengkeh dengan pengakuan dari petinggi VOC di Batavia terhadap Kepulauan Raja Ampat dan Papua Daratan pada tanggal 28 Maret 1667 di Batavia (Amal, 2010: 177). Dengan pengakuan yang diperoleh Sultan Tidore memungkinkannya mengangkat perwakilan raja di wilayah Papua, sehingga memungkinkan pengaruh Islam memasuki fase berkembang. Pada fase pengaruh Islam berkembang, nampak mulai terbentuk koloni-koloni di peisisir baratdaya dan pulau-pulau yang menjadi satelit kesultanan atas kebijakan politik dan dagangnya. Hal ini ditandai dngan meningkatnya jumlah barang mewah di situs- situs pusat petuanan muslim di Papua, terutama keramik Ching (Abad XVII-XVIII) (Mahmud, 2012:32). Adanya bangunan masjid di distrik Fak-Fak, Kaimana, Sorong dan tumbuhnya jaringan perdagangan dan jaringan ulama, merupakan bagian dari pengaruh Kesultanan Tidore (Mahmud, 2012: 36). Di Fak-fak Diperkirakan bahwa agama Islam sudah ada dan berkembang di daerah Rumbati sebelum tahun 1724 dapat dibuktikan dengan ditemukan puing-puing bekas reruntuhan masjid. 

Di Kabupaten Fakfak terdapat beberapa kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa, diantaranya; kerajaan Ati-ati, Fatagar, Rumbati, Namatota, Kaimana, Ugar, Patipi. Dari keterangan Raja Rumbati ke-16 dikatakan bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan kerajaan Rumbati (Mene, 2013). Di Distrik fak-fak, yakni di bekas Kerajaan Fatagar, terdapat tinggalan masjid, yang dikenal dengan Masjid Merapi dan di Ati-ati, ditemukan naskah Alqur’an kuno (Mene, 2013:14,18). Pedagang Arab mendapat jalan ke Papua, lewat jalur Kesultanan Islam Tidore dan Bacan (Prasetyo, 2011: 76). Dengan demikian, sesungguhnya dalam konteks diaspora peradaban Islam, Kesultanan Tidore memainkan pula perannya di wilayah Papua.

Salah satu illustrasi lain tentang diaspora peradaban adalah misalnya tentang bentuk perahu Mansusu di wilayah Biak, nampak dipengaruhi oleh bentuk perahu di Maluku Utara, terlihat dari bentuk haluan dan buritannya yang sama. Dalam naskah portugis tentang Sejarah Maluku yang ditulis oleh Antonio Galvao kira-kira tahun 1544 dan diterbitkan oleh H.Jacobs,S.J, Galvao mengungkapkan bahwa bentuk perahu orang di Maluku Utara di tengah-tengah kapal menyerupai telur (he ovedo no meio) dan kedua ujungnya melengkung ke atas. Dengan demikian kapal bisa berlayar maju maupun berlayar mundur. 

Pengaruh ini mungkin disebabkan banyaknya kunjungan orang Biak Numfor ke Maluku Utara dan terjalinnya hubungan baik antara orang Biak Numfor dan kesultanan Tidore. Bahkan dimasa VOC, orang Biak Numfor menjadi salah satu kekuatan armada laut bagi kerajaan Tidore (Marwati DJ dan Notosusanto, 1993: 112; Usmany:2009)

Dengan demikian gerak niaga regional antara wilayah Maluku Utara dan Papua, merupakan zona ekonomi menjadi semacam rantai-rantai perdagangan yang menghubungkan wilayah-wilayah niaga di Kepulauan Maluku dengan wilayah Papua. Hal ini karena kedua wilayah itu masing-masing memiliki komiditi andalan untuk saling dipertukarkan. Wilayah yang secara geografis relatif berdekatan, serta  dihubungkan dengan wilayah-wilayah perairan yang merupakan jalur perdagangan internasional sejak awal-awal Masehi. Bagi wilayah Maluku, wilayah perairan dan daratan Papua, sangat penting untuk menguatkan basis ekonomi kerajaan (Handoko, 2010:6-7).

Demikianlah, sejak beradab-abad yang lalu, jalur perairan Maluku Utara dengan wilayah Papua, telah menjadi zona politik, budaya dan ekonomi yang menghubungkan pusat kekuasaan Tidore dengan beberapa wilayah Papua. Jejak arkeologi dan sejarah menghadirkan bukti bahwa diaspora peradaban dari Kesultanan Tidore ke wilayah Papua sudah terbentuk sejak dulu. Berdasarkan data arkeologi dan sejarah, berikut tradisi kehidupan masyarakat di wilayah-wilayah diaspora peradaban dari pusat Tidore sesungguhnya melahirkan simpul peradaban, yang lahir dari kemultibudayaan yang hadir sebelumnya di pusat peradaban Kesultanan Tidore. Tidak hanya soal kekuasaan, namun juga agama, budaya dan jaringan ekonomi Tidore dan wilayah Papua sudah terjalin sejak jalur perdagangan rempah terbentuk.

Penutup

Sejak dikenalnya jalur rempah dan terbukanya jalur laut, maka sejak itu peradaban dunia timur-barat terjalin. Oleh karenanya Kepulauan Maluku, sebagai penghasil rempah, menjadi ruang bagi bertemunya bangsa-bangsa besar baik di timur maupun dari barat. Para pedagang Arab, Tionghoa, Eropa, tidak ketinggalan juga India dengan padagang nusantara, Jawa, Sumatera, Sulawesi, bertemu di dunia yang disebut dunia Maluku. Muncullah kemudian kejayaan-kejayaan suatu bangsa karena memiliki akses dan kemampuan menguasai sumberdaya Alam. Adalah Tidore, salah satu kejayaan itu, berada di titik stratetis jalur rempah, juga menghasilkan rempah-rempah itu sendiri dan mampu memainkan peran politiknya menguasai sumberdaya alam bagi daerah-daerah satelitnya, daerah periferinya, sekaligus menyebarluaskan Islam dan membangun jaringan niaga.

Bukti-bukti berkembangnya peradaban Kesultanan Tidore dan wilayah periferinya atau wilayah-wilayah kekuasaannya masih bisa kita saksikan hingga sekarang dan patut kita jaga kelestariannya untuk menguatkan jati diri bangsa, sebagai bangsa dengan peradaban yang besar di Nusantara. Kesultanan Tidore, berdasarkan jejak arkeologi yang ditinggalkan memperlihatkan peradabannya yang maju, dan Kota Tidore saat ini, masih meninggalkan jejak-jejak arkeologi sebagai kota yang dibangun dengan kemultibudayaan, sebab pada masa puncak perdagangan, berbagai bangsa tinggal dan menetap di Tidore. 

Pemukiman-pemukiman terbentuk, benteng-benteng pertahanan berdiri, menjadi pengalaman berharga sebagai proses perjalanan peradaban. Tidak hanya di Kota Tidore atau di Pulau Tidore sebagai Kota Kesultanan, pusat peradaban, namun peradaban itu juga menyebarluas ke daerah-daerah kekuasaannya, melalui jalur penyebarluasan kekuasaan, agama, budaya juga jaringan niaga di wilayah maritim Kepulauan Maluku pada umumnya. Bukti-bukti peradaban multibudaya ini merupakan kekayaan bangsa yang patut dipertahankan keberadaan, diungkap maknanya untuk menumbuhkan semangat kebangsaan di negeri tercinta Maluku dan Indonesia ini.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Syahruddin Mansyur, yang membantu penulis dalam pengumpulan literatur yang penting, utamanya buku Gotre Atlas yang tidak banyak dimiliki oleh para peneliti di tanah air. Juga disampaikan terima kasih atas bantuan beberapa literatur dan diskusi-diskusi via telepon seputar hasil penelitian arkeologi di Pulau Tidore.

Daftar Pustaka

Abdurachman, Paramitha, 1978 "Moluccan Responses to the First Intrusions of the West," Dynamic of History, (eds) Haryati Subadio,et. a l. Amsterdam: North Holland Pub. Co.

Abdurachman, Paramita,1984. Sumber-Sumber Sejarah Tentang Salawati, Raja Ampat dalam E.K.M.Masinambow (ed) Maluku dan Irian Jaya, Jakarta. Buletin Leknas Vol.III,No.1. LIPI

Amal, M. A. (2010). Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Jakarta: Gramedia.

Andaya, L.Y. 1993. The World of Maluku: Eastern Indonesia in the Early Modern Period. Honolulu: University of Hawaii Press.

Andaya, L.Y. 2015. Dunia Maluku: Indonesia Timur Pada Zaman Modern Awal. Edisi Terjemahan dari Judul Asli: The World of Maluku: Eastern Indonesian in Early Modern Period. Penerjemah: Septian Dhaniar Rahman. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Cortesao, Armando. 2015. Suma Oriental: Karya Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina dan Buku Francisco Rodrigues. Edisi Terjemahan dari Judul Asli: The Suma Oriental of Tome Pires An Account of The East, From The Sea to China and The Book of Francisco Rodrigues. Penerjemah: Adrian Perkasa dan Anggita Pramesti. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Fairyo, Klementin, (2014) Kajian Situs Gunung Dezh Di Pulau Salawati. Jurnal Arkeologi Papua. 6 (2): 187-193

Hamid, I. Al. (2013). Islam Politik di Papua: Resistensi Dan Tantangan Membangun. Millah, XII(2), 441–459.

Handoko, W (2007) Peran Strategis Wilayah Kepulauan Gorom dalam Kontak Awal Budaya, Perkembangan Perdagangan dan Budaya Islam di Maluku”. Berita Penelitian Arkeologi (BPA) Vol. 2 Nomor 4 Tahun 2007. Balai Arkeologi Ambon.

Handoko, W. (2009). Dinamika Budaya Islam di Wilayah Kepulauan Maluku Bagian Selatan. Kapata Arkeologi, 5(9), 15–31.

Handoko, W. (2010). Gerak Niaga Maluku-Papua: Zona Ekonomi dan Kekuasaan Islam. Jurnal Papua, 2(1), 1–13.

Handoko, W. (2013). Perniagaan dan Islamisasi di Wilayah Maluku. Kalpataru, 22(1), 17–30.

Handoko, W. (2015) Tata Kota Islam Ternate. Tinjauan Morofologi dan Kosmologi. Kapata Arkeologi.11(2). 123-138

Handoko, W. (2017) Kerajaan Loloda : Melacak Jejak Arkeologi dan Sejarah. Kapata Arkeologi. 13(2). 179-194

Jafar, Abdullah, 2012 Sistem Pemerintahan Sultan Nuku dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Tidore Pada Abad Ke XVIII (suatu penelitian di Kota Tidore Kepulauan Propinsi Maluku Utara). Skripsi. Gorontalo, Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Mahmud, M. I. (2012). Pengaruh Peradaban Islam Di Papua, Jurnal Papua. 4 (2), 27–41.


Leirissa, R.Z. 2001. “Jalur Sutera: Integrasi Laut-Darat dan Ternate sebagai Bandar di Jalur Sutera”. Dalam M.J. Abdulrahman, et.al. Ternate: Bandar Jalur Sutera. Ternate: LinTas (Lembaga Informasi dan Transformasi Sosial).

Poesponegoro, Marwati Djoned dan Notosusanto N. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III.

Jakarta: Depdikbud.

Nukuhehe, Syaifud Mochamad 2014 Tinjauan hukum Islam terhadap tradisi Pembagian Zakat Fitrah di Soa Nuku Hehe di daerah Adat Ambon Negeri Seith Kecamatan Leihitu,Kab. Maluku Tengah. Skripsi. Jurusan Hukum Islam Prodi Ahwalus Syakhsiyah. Fak. Syai’ah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Surabaya

Roever, A.de. et.al. 2008. Grote Atlas van de Verenigde Oost-Indische Compagnie deel 3:

Indisvhe Archipel en Oceanie. Zierikzee: Asia Maior.

Sinaga, Rosmaida. 2013. Masa Kuasa Belanda di Papua. Depok: Komunitas Bambu.

Tim Penelitian, 2006. Jaringan Perdagangan Masa Kesultanan Ternate-Tidore-Jailolo di Wilayah Maluku Utara Abad ke-16 hingga Abad ke-19. Tahap I. Laporan Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Tidak terbit

Tim Penelitian, 2016 Pola Sebaran Benteng Dan Pengaruh Kolonial Eropa Terhadap Perkembangan Kota Ternate Dan Tidore. Laporan Penelitian. Ambon. Balai Arkeologi Maluku. Tidak Terbit

Usmany, Desyy. 2009. “Menapak Jejak Pelayaran Tradisional Orang Biak Numfor Abad 16 Hingga Awal Abad XX. Kajian Sejarah Maritim”. Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Jayapura.

Widjojo, Muridan. 2013. Pemberontakan Nuku Persekutuan Lintas Budaya di Maluku-Papua Sekitar 1780-1810. Depok: Komunitas Bambu.


Wekke, I. S. (2013). Masjid Di Papua Barat : Tinjauan Ekspresi Keberagamaan Minoritas Muslim dalam Arsitektur. El Harakah, 15(2), 124–149.


 
Seminar Nasional bertemakan Tidore Ternate, Titik Temu Peradaban Timur Barat ini sukses dilaksanakan di Aula Sultan Nuku, Kantor Walikota Tidore Kepulauan pada Senin, 12 Februari 2018. Seminar terselenggara atas kerjasama KSBN (Komite Seni Budaya Nusantara) dengan Pemerintah Kota Tidore Kepulauan
Event ini telah sukses terselenggara di bawah koordinasi Mayjend TNI (Purn) Hendardji Soepandji, Ketua Umum KSBN, bersama dengan seluruh jajaran Kantor Walikota Tidore Kepulauan

Mayjend (Purn) Drs. Hendardji Soepandji, SH

Komite Seni Budaya Nusantara | Jl. Pejaten Raya No. 33D | Jakarta Selatan | Email: ksbnindonesia@gmail.com | Telepon +62.812.9236.345 | Website: www.ksbnindonesia.org

Tulisan terkait seminar nasional ini juga bisa dibaca pada tulisan : 
.


Pasar Kampung Bekelir Destinasi Pariwisata Baru Kota Tangerang

$
0
0
pasar genpi kampung bekelir genpi banten
Pasar Kampung Bekelir

Pasar Kampung Bekelir #DestinasiDigitalKita

Sudah sejak akhir tahun lalu saya mendengar tentang Kampung Bekelir. Baru bulan Februari 2018 ini bisa berkunjung. Dulu tahu dari foto-foto yang berseliweran di sosial media, diposting oleh para anak muda kekinian yang suka dengan hal-hal baru. Tahun 2018 Kampung Bekelir makin viral, terutama dari akun Instagram @KampungBekelir itu sendiri, dan akun @GenpiBanten yang saya ikuti sejak tahun lalu. 

Beneran deh, melihat foto dan video yang banyak dibagikan di sosial media itu sukses bikin saya kepincut. Jadi penasaran dan gak sabar ingin berkunjung. Apalagi lokasinya masih di daerah sendiri, dekat pula dari BSD tempat tinggal saya di Tangerang Selatan. Masa nggak ingin lihat langsung, ya kan. Harus datang pokoknya, biar merasakan sendiri sensasi kekinian dari sebuah kampung yang dulunya katanya agak kumuh tapi kini mendunia itu. 
plang nama kampung bekelir
Plang Kampung Bekelir di tepi Sungai Cisadane

Lokasi Kampung Bekelir

Kampung Bekelir terletak di RW 01 Kelurahan Babakan, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Untuk sampai ke sini, kami mengikuti petunjuk  google map yang ada di bio akun IG @KampungBekelir. Dari Serpong ke arah Cikokol, lanjut ke arah TangCit, Taman Gajah Tunggal, dan seterusnya ikuti jalan sampai masuk Jalan Perintis Kemerdekaan. Sepanjang jalan di sisi Sungai Cisadane itu melewati Graha Malika, Jembatan Merah, dan setelah itu akan tiba di sebuah pertigaan yang di depan sebelah kirinya, persis di pinggir sungai, ada plang besar bertuliskan Kampung Bekelir.

Kalau sudah ketemu plang nama Kampung Bekelir, kudu foto dong ya. Pemandangannya cakep kok. Tepi sungai, ala kota, nggak kumuh. Yang menarik, pelataran plang nama ini bergambar 3 dimensi. Jadi kalau foto, seolah nyata. Sekitar 10 meter setelah plang nama ada deretan tenda-tenda gerobak makanan. Tertata rapi dan bersih sepanjang pinggir kali. Asyik buat duduk-duduk santai menikmati semilir angin, dan tentunya sambil kulineran.

Saat ini tidak ada tempat parkir khusus untuk pengunjung. Kalau mau parkir, lebih memungkinkan jika ambil jalan sebelah kanan dari pertigaan. Jalannya lebih lebar, bisa 3 mobil dalam satu jalur. Sedangkan jalan di sebelah kiri pertigaan jalurnya 2 arah, cukup untuk 1 mobil saja. Kalau parkir bakal bikin sempit jalan.  
 
Pertigaan di depan plang Kampung Bekelir

Jalan dua jalur pinggir sungai Kampung Bekelir

Peta lokasi Kampung Bekelir

Gambar 3 D di lokasi plang nama Kampung Bekelir

Spot foto kekinian pokoknya 😃

Jalan Masuk Kampung Bekelir

Ada beberapa mulut gang yang jadi jalan masuk Kampung Bekelir.
Pengunjung bisa lewat mana saja. Kemarin kami parkir mobil di Alfamart. Tepat di sebelahnya ada jalan masuk Kampung Bekelir. Nah, jalan inilah yang menjadi ‘gerbang’ utama Kampung Bekelir. Kenapa? Karena hanya di gang inilah saya lihat ada spanduk di mulut gang yang bertuliskan “Selamat Datang di Pasar Kampung Bekelir”. Selain itu, di tembok lorong paling depan ada mural besar bertuliskan Dariku Kotamu. Melihat ini bikin langsung ingin berfoto.

Beberapa langkah dari mulut lorong ada payung-payung bermacam warna tergantung di atas jalan gang. Pemandangan ini tidak ditemui di gang lain. Jadi kalau masuk lewat sini memang berasa banget seolah disambut langsung oleh kemeriahan kampung yang bekelir. Warna-warni! Suasana ceria langsung terasa.  

Mulut gang Kampung Bekelir di samping Alfamart

Payung-payung penuh warna menyambut di gang masuk

Mural Dariku Kotamu di mulut gang Kampung Bekelir

Sekilas Tentang Kampung Bekelir

Kampung Bekelir dulunya adalah kampung kumuh sedang yang ada di tengah Kota Tangerang. Luas seluruhnya 4 hektar. Terdiri dari 4 RT. Saat ini berpenduduk 1357 jiwa dari 353 kepala keluarga. Dicanangkan pada tanggal 30 Juli 2017 dan baru diresmikan oleh Walikota Tangerang pada tanggal 19 November 2017. Konsep kampung Bekelir adalah: mural grafity, warna-warni/bekelir, dan penghijauan. Seperti yang disampaikan oleh Pak Abu Lurah Kampung Bekelir, Konsep Kampung Bekelir sendiri mengadopsi dari Kampung Malaka di Malaysia karena di sana ada beberapa kampung yang dekat dengan sungai.

Kedepannya Cisadane akan dioptimalkan dengan pengadaan spot seperti flying deck, flying fox, becak wisata, dan transportasi air,” ujar Pak Abu.

Seperti yang saya saksikan saat berkunjung, selain bekelir, kampung ini juga terlihat cantik dengan adanya tanaman-tanaman yang ada di depan tiap rumah. Meski tak punya lahan, warga tetap melakukan penghijauan dengan menanam tanaman hias pakai pot yang digantung maupun duduk. Membuat kampung tampak segar. Jalan dalam lorong yang ditutupi konblok pun bekelir, semakin menambah keceriaan kampung. 



Keadaan bersih di tiap gang yang saya lalui, menghadirkan kenyamanan selama berkeliling. Memang belum semua gang bersih. Ada satu gang yang saya jumpai terdapat tumpukan material kayu bekas bercampur sedikit sampah plastik, cukup mengganggu penglihatan. Sepertinya berasal dari rumah tua kosong yang ada di dekatnya. Tapi secara keseluruhan, Kampung Bekelir sudah bisa diacungi jempol soal kebersihan.

“Alhamdulillah masyarakat selalu guyub dan kompak untuk menata kampungnya. Ada juga beberapa pendatang daerah dari Kota Denpasar, Kota Soppeng, Kota Bandung, dan Kota Serang. Hal ini menunjukkan lokus penilaian Adipura, juga lokus penilaian PHBS (Perilaku Hidup Bersih) di tingkat nasional,” terang Pak Abu.

Menurut catatan, tahun 2017 ada 1200 wisatawan lokal dan 25 wisatawan asing dari 17 negara yang sudah hadir ke Kampung Bekelir. Menakjubkan memang. Bagaimana tidak, kampung pinggir sungai yang dulunya kumuh kini dikenal secara nasional dan mulai punya nama di mata internasional. 

Jalan dalam gang pun bekelir

Masjid di Kampung Bekelir

Gang sempit tapi bersih

Bersama Pak Lurah dan Pak RW Kampung Bekelir

Pasar Kampung Bekelir Destinasi Digital Kita dari Genpi Kota Tangerang

Dari grup WA Genpi Banten yang saya ikuti, di mana saya adalah salah satu anggotanya, saya mendapat informasi kalau Minggu tanggal 11 Februari 2018 akan diadakan soft launching Pasar Genpi di Kampung Bekelir yang merupakan kolaborasi Genpi Kota Tangerang dan Genpi Banten selaku Genpi provinsi. Pasar ini merupakan pasar digital Kota Tangerang yang nantinya pada saat grand launching akan mengundang kementrian parisiwisata dan Genpi Nasional. Saya ingin sekali hadir saat itu. Tapi di hari yang sama saya sedang berangkat menuju Tidore, Maluku Utara. Sepulang dari Tidore barulah rencana berkunjung terlaksana, tepatnya di hari Minggu, 18 Februari 2018.

Sama seperti pasar Genpi di provinsi lain yang buka tiap hari Minggu, Pasar Kampung Bekelir pun demikian. Buka dari jam 06.00 sampai 12.00 WIB. Hari Minggu saya berangkat pagi jam 7 bersama suami. Cuaca sedang hujan, deras sepanjang jalan menuju Tangerang. Sampai di lokasi mulai reda. Udara dingin dan langit mendung bikin lapar. Begitu sampai suami langsung jajan nasi ulam.

Cocok juga datang kemari buat sarapan. Abis sarapan bisa lanjut cuci mata keliling kampung. Atau olahraga jalan pagi di sekitaran pinggir sungai. Atau lanjut janjian ketemu teman, kumpul dan nongkrong bareng di pasar.  

Kolaborasi Genpi Kota Tangerang dan Genpi Banten - @ExcitingBanten

Suasana pasar
Destinasi digital di kampung cantik

Kawan-kawan Genpi - in frame: Mas Bondan (Genpi NTT)

Souvenir

Warung di Kampung Bekelir

Kuliner Pasar Kampung Bekelir

Enaknya berkunjung ke Kampung Bekelir di hari Minggu itu kita bisa kulineran. Pasarnya memang identik dengan kuliner. Kuliner khasnya macam-macam. Kalau kemarin, baru beberapa yang saya jumpai. Penjualnya kalau menurut saya masih sepi. Tapi mungkin karena sejak pagi hujan ya. Orang-orang yang datang pun masih sedikit. Siangnya baru agak ramean. Mudah-mudahan di minggu-minggu berikutnya penjual dan pembelinya makin ramai. Makin banyak orang yang tahu ada pasar Kampung Bekelir, bukan tak mungkin pengunjung pun makin ramai. Makin banyak penjual, makin benar-benar berasa suasana pasarnya.

Kuliner paling khas dari Kampung Bekelir adalah nasi ulam. Nah, nasi inilah yang dinikmati oleh suami saya ketika baru sampai. Kalau saya, mencicipinya agak siangan, bareng Ayu, Diska, dan mas Bondan dari Genpi NTT yang hari itu kebetulan sama-sama berkunjung.  






Nasi ulam terbuat dari nasi biasa yang dimasak dengan kelapa sangrai (dicampur). Toppingnya semur jengkol. Jengkolnya dipotong kecil-kecil mirip potongan kentang yang disambal. Saya kira itu kentang, karena rasanya tidak seperti jengkol. Maka tertawalah teman saya si Ulfa saat saya sebut itu kentang he he. Selain itu, ada timun iris, mihun tumis, daun kemangi, kerupuk dan bawang goreng yang ditaburkan di atas nasi. Gurih, enak dan mengenyangkan.

Makanan lainnya yang bisa dinikmati di Pasar Kampung Bekelir di antaranya: Pepes Ikan Peda Rp8.000,- Pepes Ikan Kembung Rp8.000,- Pepes Ikan Teri Rp7.000,- Pepes Tahu Rp2.500,- Pepes Oncom Rp 2.000,-. Ada juga seblak, biji ketapang, dodol khas Tangerang, Kecap buatan Tangerang, Cilok Bumbu Rp5.000,- Cilok Kuah+Ceker Rp5.000,- Jaseku (jagung susu keju) Rp3.000,- dan lain sebagainya. Semua dijual dengan harga terjangkau.
 






Para penjual di Pasar Kampung Bekelir adalah warga Kampung Bekelir. Dengan adanya pasar ini membuat warga jadi punya kegiatan yang bermanfaat dan menguntungkan. Bagi pengunjung yang ingin membawa pulang oleh-oleh dari Kampung Bekelir, ada produk baju kaos, topi, gelang, celengan, dan mug berlogo Kampung Bekelir. Harganya bersahabat. Bisa jadi kenang-kenangan atau buah tangan buat orang di rumah.  





Ribuan Mural Indah Karya Ratusan Seniman

Hal paling saya senangi dari Kampung Bekelir tentu saja 1120 seni mural graffiti yang tergambar di tembok-tembok rumah warga. Benar-benar indah dan sangat instagramable. Rasanya setiap saat langkah jadi terhenti untuk berfoto. Suami yang pegang kamera pun tak bosan-bosan meminta saya berpose di mana pun ada mural. Karya 120 seniman yang hadir di Bekelir memang sungguh memukau. 300 rumah dicat warna-warni. Semuanya indah. Saya pernah lihat video penampakan atas kampung yang diambil pakai drone, warna-warni atapnya sangat menarik.

Menurut Pak Abu, nantinya akan dibangun menara khusus untuk memandang Kampung Bekelir dari ketinggian, sekaligus jadi spot berfoto para wisatawan. Saya langsung membayangkan, jika itu terwujud kampung ini akan makin sah disebut destinasi kekinian. 














Kampung Bekelir di kelilingi oleh sejumlah objek wisata Tangerang lainnya yang tak kalah menarik. Sebut saja Jembatan Berendeng yang baru diresmikan pada tanggal 4 Februari 2018 lalu. Jembatan warna-warni yang menghubungkan wilayah Benteng Makasar di kecamatan Tangerang dan wilayah Gerendeng di kecamatan Karawaci ini memiliki keistimewaan pada pijakan kaca yang menjorok ke sungai di tengah jembatan. Jembatan kaca masih langka ada di Indonesia. Saat ini tercatat ada di Malang dan Kota Tangerang.  

Jembatan Berendeng


jembatan berendeng
Jembatan Kaca
Bersama teman-teman TIM GENPI: Nisa Genpi Banten, Yeni Genpi Lebak, Ulfa Genpi Kota Tangerang

Masjid Tua Kali Pasir, Klenteng Boen Tek Bio, Pasar Lama, dan tepian sungai Cisadane juga dekat dari Kampung Bekelir, bisa jadi tambahan tujuan wisata setelah dari Kampung Bekelir. Tempat kuliner pun sangat banyak. Sore itu, sepulang dari Kampung Bekelir kami menikmati kuliner Laksa Tangerang yang berpusat dekat lapas wanita Tangerang. Meski sudah beberapa kali makan laksa di sini, saya nggak pernah bosan. Menu enak yang mengenyangkan. Kalau ke Tangerang, kuliner satu ini mesti dicoba. 

Laksa Tangerang

Kuliner Favorit Warga Tangerang

Nyaman, bersih, enak dan mengenyangkan

Kamu sudah ke sini?


Destinasi Digital di Akhir Pekan

Pasar Kampung Bekelir akan buka lagi di hari Minggu berikutnya, dan seterusnya. Kalau sedang tak ada kegiatan lain, main ke Kampung Bekelir bisa jadi kegiatan yang menyenangkan. Bisa banget buat ajak keluarga, teman, sahabat, atau pacar. Selain kulineran dan foto-foto seru, bisa nongkrong asyik sambil menyaksikan atraksi-atraksi dari beragam komunitas yang bernaung di Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Dinas Kominfo Kota Tangerang. Tiap minggu atraksinya berganti. Kalau kemarin, ada atraksi seni budaya yakni karate warga Babakan. Minggu sebelumnya ada aksi sosial dan pertunjukan stand up comedy hingga gowes sepeda bareng. 

Minggu depan ada atraksi apa lagi ya? Pantengi saja akun @GenpiKotaTangerang dan @GenpiBanten ya. 

Destinasi potensial di tepian Cisadane

Kulineran di tepi sungai

Kuliner

Jangan lupa bawa kamera buat foto-foto cantik

Bareng teman pasti seru

Bagus dan Berkarakter

Pasar Kampung Bekelir adalah destinasi baru yang menganut destinasi wisata digital. Bicara tentang digital, otomatis benak kita langsung tertuju pada segala sesuatu yang berkaitan dengan internet, ya kan. Nah, koneksi internet di Pasar Kampung Bekelir sangat bagus lho. Semua provider bisa diakses dengan cepat. Jadi nggak usah khawatir dengan urusan meng-upload aksi keren di sosial media, dijamin lancar. Ayo viralkan terus Kampung Bekelir 😍

Buat orang-orang luar daerah yang sudah tahu tentang Kampung Bekelir dan berniat ingin mampir, keberadaan Kampung Bekelir tak jauh dari Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang. Tinggal melipir nggak pakai lama dan sulit.



“Mudah2an Kampung Bekelir ini menjadi berkah bagi masyarakatnya dan jadi lebih sejahtera,” harap Pak Abu saat menutup perbincangan.

Aamiin.

Saat kemandirian masyarakat naik, perekonomian akan jalan dan warga punya wadah untuk berkarya. Selamat dan terus sukses ya, Kampung Bekelir.



*******

Follow akun instagram berikut ini yuk:
@Kampungbekelir 
@PasarKampungBekelir 
@GenpiKotaTangerang
@GenpiBanten
@genpi_ig

IG saya juga ya : @Travelerien 😘


Video Kampung Bekelir :
. .

Coba Kereta Api Lanjutan Jakarta – Jogja dan Rasakan Serunya Mampir Kota Transit

$
0
0
Coba Kereta Api Lanjutan Jakarta – Jogja dan Rasakan Serunya Mampir Kota Transit

Sumber: Antara Foto/Wahyu Putro A

Naik kereta api lanjutan bukan hanya alternatif pilihan ketika kehabisan tiket kereta api langsung atau tidak ada rute langsung ke kota tujuan. Tapi perjalanan ini juga seru buat dinikmati dengan tujuan mampir ke kota transit untuk jalan-jalan selama beberapa waktu. 

Seperti perjalanan dari Jakarta ke Jogja yang biasanya bisa ditempuh dengan kereta api langsung dengan pengalaman jalan-jalan hanya di Jogjanya saja. Pengalaman berbeda bakal kamu temukan kalau memilih untuk menggunakan kereta lanjutan dengan beberapa pilihan kota transit.

Jakarta – Jogja transit Bandung

Sumber: cavinteo.blogspot.co.id (Kartika Sari)
 
Pilihan pertama kereta lanjutan Jakarta – Jogja yang bisa kamu ambil adalah transit di Bandung. Rata-rata, lamanya waktu transit di Kota Kembang ini adalah 6 sampai 7 jam. Waktu yang cukup panjang buat jalan-jalan di Kota Bandung. 

Dengan rentang waktu sepanjang ini, kamu bisa puas menikmati indahnya jalan Braga, atau menambah wawasan di Museum Asia Afrika. Selain itu kamu juga bisa belanja di Kartika Sari, atau nongkrong seru di Chinese Town. 

Kalau kamu memilih Bandung sebagai kota transit, pastikan untuk selalu cek lalu lintas kendaraan di sana. Kota ini kerap kali mengalami macet, terlebih di akhir pekan. Agar tidak sampai ketinggalan kereta gara-gara macet, pastikan untuk mencari lokasi jalan-jalan yang berada di pusat kota Bandung saja, dan hindari kawasan wisata di luar kota Bandung yang jarak tempuhnya cukup lama. 

Jakarta – Jogja transit Cirebon 

Sumber: kompasiana.com/agungatv
 
Ada beberapa pilihan waktu transit kalau kamu memilih stasiun Cirebon sebagai pemberhentian utama. Kalau waktumu hanya tiga jam, sebaiknya jalan-jalan di lokasi sekitaran stasiun saja. Seperti berburu Empal Gentong, atau makanan khas Cirebon lainnya yang nggak bakal kamu dapatkan di kota lain. 

Kalau waktu transitmu lebih dari enam jam, jalan-jalan ke Keraton Cirebon bisa menjadi pilihan. Selain itu kamu juga bisa berburu batik khas Cirebon dan menikmati indahnya kota ini di sekitaran alun-alun sambil menunggu kereta lanjutan berangkat ke kota tujuan. 

Jakarta – Jogja transit Purwokerto 

Sumber: jateng.merdeka.com
 
Untuk rute Jakarta – Jogja, pilihan transit yang terbanyak adalah Purwokerto. Hampir semua kereta melewati kota ini, sehingga pilihan kereta lanjutannya pun lebih banyak dan dari berbagai kelas yang berbeda. 

Kalau kamu memilih Purwokerto sebagai kota transit, nggak ada salahnya untuk berburu batik asli kota ini yang kualitas dan motifnya sudah dikenal sampai ke manca Negara. Selain itu, Purwokerto juga memiliki makanan khas seperti Tempe Mendoan yang rasanya nggak bakal kamu temukan di tempat lain.
Mencicip tempe mendoan sambil nongkrong minum teh di alun-alun Purwokerto bisa jadi alternatif menghabiskan waktu transit di kota ini. Kamu juga bisa jalan-jalan ke tempat lain dengan tenang dan nyaman, karena Purwokerto tak semacet Bandung dan lebih sejuk dibandingkan dengan Cirebon yang tepat berada di tepi laut. 

Cara Pesan Tiketnya Mudah 

Nggak perlu pening dengan proses pemesanan kereta lanjutan, karena kamu bisa memesannya dengan mudah via Traveloka. Cukup tentukan kota keberangkatan dan tujuan, beberapa alternatif pilihan akan muncul di layar. 

Perhatikan waktu transit dari masing-masing pilihan kereta yang tertera di layar.
Sesuaikan dengan tujuan perjalanan kamu.

Pastikan juga untuk membuat itinerary singkat di kota transit agar acara jalan-jalan kamu tidak kebablasan. Segera akhiri waktu transitmu minimal satu jam sebelum kereta berangkat agar tidak terburu-buru menuju stasiun kereta api.


Naik Trans Lampung, Bus Bandara yang Nyaman dan Murah di Lampung

$
0
0
Naik Bus Bandara Trans Lampung 

Pada sebuah kesempatan saya kembali berkunjung ke Lampung untuk suatu keperluan. Kunjungan ini merupakan ke-14 kalinya. Hmm...kalau dihitung-hitung, dalam 2 tahun terakhir sering betul saya ke Lampung. Lebih sering dari pada ke Palembang 😃 Padahal Palembang adalah tanah kelahiran tempat di mana masih banyak keluarga dari orang tua yang bisa dikunjungi. Seringnya saya ke Lampung kadang bikin jealous sodara sendiri. Saya bilang ke sodara kalau Lampung itu banyak tempat wisatanya, banyak teman baek, tapi juga banyak masalahnya. He he. Masalah? Kamsud? 😲

Bus Bandara Trans Lampung

Kali ini saya ingin cerita tentang pengalaman naik bus Trans Lampung. Sependek belasan kali ke Lampung, baru belakangan ini merasakan naik bus dari bandara ke kota Bandar Lampung maupun sebaliknya. Dulu nggak pernah. Biasanya selalu dijemput oleh tuan, atau naik taksi pribadi yang sudah dipesan oleh si tuan. Tuan siapa? Tuan siapa ajalah hehe. Jadi ini tentang naik bus bandara ya, bus Trans Lampung. Kalau sekedar naik bus di Lampung sih sudah beberapa kali tapi bukan bus bandara, melainkan bus pariwisata saat mengikuti suatu event, misal Festival Krakatau.

Selain cerita tentang bus, saya juga akan cerita tentang hal lainnya. Nggak seru kan kalau cerita tentang bus saja. Buat orang yang baru pertama ke Lampung, barangkali saja perlu informasi tentang hotel, tempat makan, tempat ngopi, tempat masar (ke pasar maksudnya), atau tempat-tempat wajib foto di Bandar Lampung. Ok, cekidot yaw. 


Baca juga:Liburan Lampung di Ujung Tahun

Bus Bandara Trans Lampung
 
Bus Bandara Trans Lampung

Saya sebenarnya nggak berani-berani amat jalan sendirian. Nggak berani bukan berarti nggak mandiri lho ya. Itu dua hal yang berbeda. Selama ini kalau ke Lampung seringnya ramean. Kalau pun pergi sendiri, sampai bandara biasanya selalu ada yang jemput. Tapi kan nggak selamanya orang bisa jemput. Kalau yang jemput tiba-tiba berhalangan, terpaksa deh jalan sendiri ke Bandar Lampung-nya.

Karena nggak mau sendiri, dulu pernah lho saya nebeng mas-mas yang sama-sama mau ke Bandar Lampung (BDL). Untung si masnya baik hati, saya diajak. Sebelum memberanikan diri minta barengan, saya lihat-lihat dulu orangnya, nggak main numpang bareng aja. Kalau feeling udah bilang aman, baru ikut. Kalau nggak, ya enggak jadi. Jujur ya, stigma negatif Lampung sebagai daerah rawan begal itu masih susah banget dihilangkan. Sudah jadi stereotif di masyarakat. Dulu kalo mau ke Palembang jalan darat, sering banget diingatkan oleh orang-orang untuk hati-hati jika lewat Lampung. Sering terjadi perampokan di jalan katanya. Bus dilempari batutengah malam. Rampoknya sadis, sekali rampok bisa dibacok atau didor sampai mati. Ngeri! Alhamdulillah sih selama ini nggak ada mengalami dan ketemu yang begitu. Aman selalu. Jangan sampai terjadi. Tapi tetap harus waspada juga, kan? Gimana pun penjahat bisa ada di mana-mana. 

Bus Trans Lampung di Bandara Radin Inten II

Saya kurang tahu kapan tepatnya bus Trans Lampung mulai beroperasi di bandara Radin Inten II. Sepertinya sejak pertengahan tahun 2016. Saya baru-baru ini saja mencoba. Ternyata banyak juga enaknya. Bisa bareng penumpang lain, jadi nggak takut sendirian. Dan pastinya lebih murah, cuma Rp25.000 ke Kota Bandar Lampung


Kalau mau dibandingkan dengan taksi biasa (mobil Avanza/Xenia) Rp130.000 sekali jalan. Tentunya bus jauh lebih murah. Kalau sedang tidak buru-buru, enak naik bus.Ngetemnya nggak lama kok. Terakhir saya hanya menunggu sekitar 15 menit saja, bus langsung jalan.

Baca juga: Yang Tanpanya, Trip Pulau Sebesi Terasa Hambarnya

Nyaman

Bus Trans Lampung melewati Kota Kalianda dan Unila-Itera. Di dalam kota Bandar Lampung, bus Trans melewati beberapa titik lokasi yang berada di beberapa jalan utama kota seperti Tugu Gajah, Mall Bumi Kedaton, Tugu Juang, stasiun Kereta Api Tanjung Karang, dan beberapa tempat lainnya yang saya nggak hafal.

Di mana ujung perjalanan bus? Di pool-nya tentunya. Letaknya persis di depan Hotel Batiqa Lampung. Kebetulan sekali waktu naik bus Trans Lampung pertama kali, saya nginapnya di Hotel Batiqa. Jadi enak deh, sekali naik turunnya langsung depan hotel.  


Video naik Bus Trans Lampung bisa ditonton di Channel Youtube saya di sini: 30 Jam di Lampung

Tugu Juang Bandar Lampung, lokasi yang dilewati bus Trans Lampung

Di mana beli tiket bus?

Saya belum pernah diarahkan oleh petugas bandara ke loket penjualan tiket bus. Kalau keluar terminal biasanya langsung saja naik bus. Nanti kalau sudah mulai berangkat, tiket baru diberikan. Saat itulah baru bayar. Begitu juga kalau dari Bandar Lampung ke bandara, bayar tiketnya di bus, saat kita sudah duduk manis. Beda ya dengan bus bandara di Soekarno Hatta. Kalau di Soeta, kita mesti beli tiket dulu di loket, baru naik bus. Hal tersebut berlaku di semua terminal bandara Soeta. Samalah kayak kita mau naik pesawat, beli tiket dulu baru naik. Kayaknya belum pernah kejadian ada yang udah duduk dalam pesawat baru bayar tiket haha.

Oh ya, ngomong-ngomong soal tempat beli tiket perjalanan, kamu biasanya beli di mana? Kalau tiket pesawat sih saya biasanya belanja di situs online booking tiket yang satu itu. Eh tapi, 2 kali belanja tiket yang terakhir, saya belinya ke tempat lain karena pas dapat harga lebih murah. Ga jauh-jauh banget si murahnya, selisih Rp8000-10.000 doang. Tapi kan lumayan. Apalagi pas beli tiketnya banyak (sampai jumlah minimum syarat diskon) bisa dapat diskon sampai lebih dari 100ribu 😍

Bus Trans Lampung lewat Stasiun Tanjung Karang

Nah, kalau tiket kereta antar kota antar propinsi (misal ke Surabaya/Semarang/Jogja dll) saya sangat jarang beli. Dulu pernah tapi hanya sekali, pas mau ke Jakarta dari Semarang. Setelah itu nggak pernah lagi. Selama ini seringnya naik kereta KRL saja, buat bolak-balik dari BSD ke Jakarta. Bayarnya pakai kartu e-money dengan sistem pendebetan langsung di stasiun.

Oh ya, sekilas info nih. Buat kalian yang kerap menggunakan kereta untuk bepergian jauh, kini tiket kereta tersedia di Tokopedia. Tahu kan Tokopedia. Situs marketplace ini nggak cuma jual fashion dan barang-barang elektronik seperti yang biasa kita tahu. Tapi juga bisa bayar tagihan listrik dan tagihan-tagihan lainnya. Bahkan, kalau kamu hobi nonton konser, kamu juga bisa dapatkan di Tokopedia. Nggak percaya? Coba deh cek promo tiket konser di Tokopedia.

Upps…kembali ke cerita tentang Lampung yok😂

Di dalam Bus Trans Lampung yang sedang melaju menuju bandara

Hotel Amalia Bandar Lampung

Hotel Amalia jadi hotel ke sekian yang pernah saya inapi saat di Lampung. Salah satu hotel bintang empat yang ada di Kota Bandar Lampung ini cukup dekat dari Tugu Gajah, sekitar 200 meter saja. Mencoba menginap di hotel yang berbeda tiap ke Lampung, membuat saya jadi punya pengalaman yang berbeda pula untuk dirasakan dan diceritakan.

Beberapa hotel yang pernah saya inapi antara lain Batiqa Hotel, Pop Hotel, Inna Eight, Airy Room Tugu Adipura, Airy Room Gatot Subroto, Wisma D’green, Whiz Prime, Omah Akas, dan yang terbaru Amelia Hotel ini. Dari semua hotel itu, Batiqa Hotel paling saya suka. View Kota Bandar Lampung berlatar laut yang terlihat dari kamar-kamar yang terletak ketinggian sangat menyenangkan untuk dinikmati kala bersantai di kamar. Hotelnya juga nyaman, sarapannya enak. Pokoknya Batiqa paling sreg di hati. Yang kedua Whiz Hotel. Kamarnya juga bagus. Sarapannya enak. Saya suka restonya yang terletak di lantai 17. Dari balik dinding kacanya yang jernih bisa menyaksikan indahnya Kota Bandar Lampung dari ketinggian.

Hotel Amalia Bandar Lampung

Hotel Amalia terletak di Jalan Radin Intan No. 55, Enggal, Kota Bandar Lampung. Hotelnya besar, kamarnya juga besar. Kemarin saya dapat harga sekitar Rp400 ribuan lewat situs online booking hotel langganan. Di hotel ini, spa dan gym gratis. Jika dibandingkan dengan hotel bintang 4 lain yang pernah saya tempati, menu sarapan di hotel ini tidak tergolong mewah.
Bervariasi, tapi kurang istimewa.

Fasilitas di kamarnya sih ok, standarlah ya. Tapi entah kenapa buat saya suasananya ‘tua’. Saya nggak 100% merasa nyaman berada di kamar. Satu hal yang jadi catatan saya saat baru masuk ada noda kekuningan di spreinya. Bukan hanya itu, noda juga ada di sarung bantalnya yang putih. Itu bikin ilfil. Kamarnya tidak kedap suara. Bunyi-bunyian dari luar kamar seperti
langkah kaki, anak kecil yang berlari, juga suara dari kamar sebelah terdengar jelas. Berisik dan mengganggu ketenangan. 

Baca juga: Tiada Resah di Pulau Sebesi

Hotel Amalia Bandar Lampung

Di lantai dasar hotel ada kafe. Buat nongkrong malam atau jadi tempat ketemu teman sih oke juga. Yang bikin senang, hotel ini berada di pusat kota. Dekat dari Tugu Gajah. Staffnya ramah. Tengah malam saat saya sakit, staffnya mau bantu saya menghubungi dokter. Staff di FO juga informatif. Saat saya tanya tentang tempat kuliner, saya direkomendasikan ke Bakso Sony yang berjarak beberapa puluh meter saja dari hotel. Info sederhana seperti itu sangat berguna buat saya.

Nah, kalau kalian mencari hotel di Bandar Lampung, Hotel Amalia ini bisa jadi pilihan. Soal kekurangan yang saya sebutkan tadi, itu adalah pengalaman saya pada satu waktu, belum tentu akan sama pada waktu lain.  Bisa jadi sekarang sudah ada perubahan dan perbaikan, atau pun sudah ada hal-hal baru lainnya yang bikin senang untuk tinggal dan merasa nyaman. 

Kamar Hotel tipe Superior yang saya tempati

Menu sarapan Hotel Amalia

Kuliner Bakso Sony

Makanan bakso sangatlah umum. Hampir di seluruh daerah di Indonesia ada makanan ini dan mudah sekali dijumpai. Di tiap daerah pasti ada saja warung bakso yang terkenal dan jadi favorit pelanggannya. Nah kalau di Lampung, bakso Sony ini yang namanya kondang. Kalau sedang pingin kulineran tipis-tipis, menyambangi warung bakso Sony bisa jadi pilihan menarik. Katanya belum ke Bandar Lampung kalau belum mencicipi Bakso Sony.

Saya sedang tidak pingin banyak keliling kota untuk kulineran. Pingin yang mudah dan dekat, kalau bisa sambil ketemu teman dan teman juga gak perlu jauh-jauh nyusul saya. Maka, saya pilih Bakso Sony di jalan Radin Intan. Selain dekat dari hotel, Cuma jalan kaki sekitar 50 meter saja dari Amelia Hotel, juga dekat dari Tugu Gajah tempat saya akan menunggu bus Trans Lampung buat balik ke bandara. 

Bakso Sony dan Es Campur Sony

Siang itu, alhamdulillah senang bukan main bisa menikmati bakso Sony bareng Mbak Alya dan Yeni. Keduanya teman baik, asli orang Lampung. Saya sudah kenal agak lama, sudah beberapa kali jumpa dalam beberapa kesempatan saat ke Lampung. 

Kenal mbak Alya sejak tahun 2015 (event FK 2015). Kalau dengan Yeni kenal  tahun 2016. Dulu kenal Yeni di RM. Encim Gendut, tempatnya bekerja. Karena beberapa kali mampir, kami jadi sering ketemu dan kemudian berteman sampai sekarang. Senang rasanya punya teman baik di daerah tempat berkunjung, bisa saling berbagi cerita dan kisah tentang apa saja, terutama sharing tentang pariwisata Lampung.  

Teman Lampungku 😍



Lihat-lihat Pasar Pasir Gintung

Katanya, kalau ingin mengenal budaya dan kehidupan masyarakat setempat, datanglah ke pasar tradisionalnya. Nah, selama beberapa kali main ke Lampung, kayaknya saya belum pernah main ke pasar tradisional.

Tahun lalu pernah sih diajakin ke pasar bareng Tini dan Aji. Waktu itu abis dari Way Kanan, kami mampir ke tempat belanja yang ada di Jalan Kartini sebelum ke bandara. Di situ Tini nyari bahan kain. Gede sih pasarnya, tapi bukan pasar tradisional deh kayaknya. Hmm….apa itu mall ya? Saya lupa. 

Masuk Pasar Gintung bisa lewat Jalan Durian di samping BNI

Saya main ke Pasar Pasir Gintung karena lokasinya dekat dengan Hotel Amalia yang saya inapi. Naik GoCar nggak sampai 10 menit udah sampai. Tapi astaga mobil nggak bisa lewat. Pasarnya luber sampai ke jalan, mana hujan, jalannya becek lagi. Motor parkir sampai ke jalan, bikin sempit, susah lewat. Saat itu suasananya amburadul banget. Entah kalau di lain waktu ya.  

Pasar Pasir Gintung

Saya akhirnya nggak jadi turun buat keliling pasar. Cuma lewat dengan banyak drama. Di depan ada mobil bak sedang nurunin karung berisi buah labu dan sayur-sayuran. Di belakang ada gerobak nggak mau minggir. Driverngoceh nggak abis-abis, marahin orang-orang yang menghalangi jalan haha. Karena nggak enak, saya bilang ke dia nanti dibayar lebih deh. Eh abis dibilang begitu, drivernya malah mau nganterin kemana aja. Diajak muterin pasar sampai dua kali pun dia mau 😂


Ya udah, akhirnya saya muter dua kali, jalan pelan-pelan. Masuk dari Jalan Durian, keluar di Jalan Pisang, lanjut ke jalan Teuku Umar lagi. Pusing masuk pasar, akhirnya balik ke hotel hehe. 

Pasar Pasir Gintung

Pasar Pasir Gintung di Jalan Pisang

Tugu Gajah


Kenangan saya dari tempat ini adalah saat menyaksikan parade budaya Festival Krakatau 2016. Saat itu, acara budaya dipusatkan di Tugu Gajah. Ribuan warga menyemut di lokasi. Saya dan beberapa rekan blogger turut menyaksikan dan menikmati berbagai persembahan budaya khas Lampung dari masing-masing kabupaten dan kota yang ada di Lampung. Menuliskan kembali kenangan itu, saya jadi kangen jalan bareng Mbak Dian, Mbak Lina, Riant, Arie, Hari, Maman, dan Yayan😢

Seusai menikmati Bakso Sony, saya dan Yeni berjalan kaki ke arah Tugu Gajah. Tujuan kami minimarket Alfamart yang jadi titik tunggu Bus Trans Lampung. Kami tak terburu-buru, hanya berjalan santai dan pelan di trotoar sambil berbincang banyak hal. Sesekali kami berhenti untuk saling memotret atau pun berfoto bareng. Suasana kampanye pilkada mulai terlihat dari spanduk-spanduk lebar dan besar di beberapa titik strategis. Di bundaran Tugu Gajah bahkan ukurannya lebih besar. Foto pasangan cagub dan cawagub terpampang dalam iklan-iklan kampanye. 

Siapa pilihanmu nanti wahai Warga Lampung?





  

Icip-Icip Dimsum Moresto di Transmart Lampung

Saat itu Transmart masih baru-barunya di Lampung. Seorang teman bilang ke saya kalau mau nyari makan ke sana saja, banyak pilihan di satu tempat. Jangan lupa ke Dimsum Moresto katanya. Aih kenapa dia menyebut satu macam resto saja? Oke lah saya ke sana pakai taksi online. Meluncur gak cepat, banyak macetnya di siang jelang sore yang mulai padat. Hujan pula. Untung pakai mobil. Masih trauma naik ojek di Lampung, pernah jatoh soalnya. Waktu itu pinggang dan pinggul ngilu-ngilu karenanya. Sampai hotel langsung pijit-pijit pakai ilmu badai pengusir keseleo hehe.  




Dimsum Moresto terletak di lantai dasar, satu deretan dengan resto-resto lainnya. Dimsum Moresto ini ada di mana-mana. Yang di Transmart ini hanya salah satunya dan baru buka. Ada juga di MBK. Kata teman, dimsumnya enak. Teman saya itu tukang makan dan tukang jalan-jalan. Kalau dia bilang enak, saya percaya.

Ada banyak menu dimsum yang bisa dipesan. Tinggal pilih mana yang jadi kesukaan. Kalau saya sukanya siomay ayam dan dumpling. Dua itu saja yang saya pesan. Saat sedang makan, tiba-tiba si teman memberitahu lewat pesan WA, katanya saya kudu mencoba Mie Tek Tek. Dia bilang enak dan wajib coba. Huuu….sayangnya saya sudah terlanjur kenyang, perut udah penuh kalau mesti nampung mie tek tek lagi huhu. 

Dimsum Moresto Transmart Lampung
Siomay Ayam dan Dumpling - Dimsum Moresto Transmart Lampung

Dimsum Moresto nggak hanya punya menu dimsum, ada juga menu lainnya seperti nasi goreng, mie goreng, kwetiau, dan makanan-makanan mengenyangkan lainnya yang sudah familiar banget di lidah kita tapi tentu dengan olahan rasa ala Moresto. Kamu sudah coba ke sini? 

Video saya saat makan di Dimsum Moresto dapat ditonton di sini: Icip-Icip Dimsum Moresto di Transmart Lampung

Dimsum Moresto Transmart Lampung

Ngopi di Dr Coffee

Buat kamu yang hobi ngopi, salah satu kedai kopi yang bisa disambangi di Bandar Lampung adalah Dr. Coffee. Terakhir saya ke sini karena ingin silaturahmi dengan owner kafenya, Mas Ali. Yup, saya kenal Mas Ali sejak tahun 2015, saat event Festival Krakatau. Dulu kafenya dekat Unila, trus pindah di  gang PU sampai sekarang.  

Bersama Mas Ali, owner Dr. Coffee

Sejak pertama ketemu, kami terus berteman dan saling sapa di media sosial. Makanya pas ke Lampung, pasti selalu ingat Dr Coffee. Tahun 2016 pernah mampir dan ketemu Mas Ali lagi, bareng Mas Yopie dkk. Tahun 2017 juga ketemu lagi. Tiga tahun ketemu terus, tapi setahun sekali haha. Yang penting pertemanannya tetap jalan dan yang pasti selalu ada doa semoga Dr Coffee semakin sukses dengan kopi-kopi andalannya, baik kopi mentah maupun yang sudah diolah jadi minuman yang memanjakan tenggorokan para pecinta kopi di mana pun berada. 

Kopi Robusta Ulu Belu Honey dan Pisang Goreng

Secangkir Kopi Robusta Ulu Belu Honey saya nikmati bersama sepiring pisang goreng hangat pada suatu petang sebelum ngebut menuju bandara buat kembali ke Jakarta. Entahlah ya, saya ini kan bukan penggemar dan penikmat kopi sejati, tapi sore itu kopi yang saya teguk nikmatnya seakan sampai ke ubun-ubun. Faktor apa yang membuat saya saat itu seperti mabuk kopi? Perasaan seperti berbunga-bunga, jadi pingin tersenyum terus, dan nggak merasakan ada beban pikiran apapun.

Dr Coffee make me happy. Auuuuuw…*Pletak!

Ketika pulang, Mas Ali memberi saya oleh-oleh berupa dua bungkus kopi siap seduh. Huaaaa…sungguh saya terharu. Terima kasih Mas Ali!

Tonton video ngopi di Dr Coffee di channel youtube saya di sini: Dr. Coffee Make Me Happy. 


Bandara Radin Inten II Lampung Selatan

Jadwal di Lampung memang sebentar. Total tak lebih dari 30 jam. Tapi lumayan, sempat ke beberapa tempat. Sayang juga kalau bengong di hotel doang, nggak dapat apa-apa, nggak liat apa-apa. Kulineran, liat pasar, ketemu teman, bahkan sempat ngopi. Jadi pengalaman yang bisa diceritakan dalam tulisan, seperti di blog ini.

Tampilan Bandara Radin Inten II kini kece dan nyenengin dilihat. Ruang check in dan ruang tunggu sudah jauh lebih nyaman. Toiletnya nggak sekucel dulu, kini lebih besar dan kinclong. Bangku di ruang tunggu warna-warni. Ada tempat bermain anak. Resto banyak. Nggak susah kalau butuh makan dan minum. El’s Coffee pun ada. Mau cari oleh-oleh gampang, ada toko yang khusus jualan aneka makanan oleh-oleh khas Lampung seperti keripik pisang dan dodol. 

Tempat bermain anak di ruang tunggu bandara

Ruang tunggu keberangkatan bandara Radin Inten II

Sekali waktu saya nongkrong di El’s Coffee. Di lain waktu di kafe lainnya. Terakhir di Kedai Pempek Selamet. Selain memang pingin makan pempek, juga mau numpang ngecas HP. Ternyata enak juga pempeknya. Nggak rugi juga mampir. Kamu pernah masuk kedai ini? Bisa jadi pilihan tempat nongkrong saat sedang nunggu jadwal keberangkatan. 


Baca juga: To The Scenic of Pulau Pisang

Pempek Selamet

Flight saya balik ke Jakarta jam 6 sore. Jelang matahari terbenam. Entah kenapa tiap ke Lampung saya selalu pilih jam balik ke Jakarta di sore hari. Padahal itu adalah jam-jam rawan. Rawan mellow. 

Saya memang mudah mellow. Melihat matahari turun ke peraduan itu selalu bikin hati jadi sendu. Padahal datangnya malam adalah momen hati bergelimang harapan. Harapan bertemu pagi dengan matahari terbitnya yang tak pernah ingkar janji.

Sampai jumpa lagi Lampung. 


Senja di udara....

Informasi Bus Trans Lampung

Harga Tiket Trayek:
Bandara Radin Inten II - Bandar Lampung Rp25.000,-
Kota Bandar Lampung-Kota Kalianda Rp12.500,-
Unila-Itera Rp2.000,- (mahasiswa) Rp4.000,- (umum

Fasilitas:
Full AC, Asuransi Jasa Raharja, Tepat Waktu

Jadwal keberangkatan rute bus:

Bandara-Kota Bandar Lampung
Bandara: Tiap jam mulai Pukul 07.00WIB-21.00WIB
Shelter LJU Pahoman: Tiap jam mulai Pukul 05.00WIB-19.00WIB

Kota Kalianda-Kota Bandar Lampung
Bandar Lampung: Pukul 06.00WIB, 07.00WIB, dan 12.00WIB
Kalianda: Pukul 09.00WIB, 15.00WIB, dan 16.00WIB

Itera -Unila: Start Pukul 06.00WIB s/d 18.00WIB

Pemesanan hubungi: 0822-37588567 dan 0812-73530261

**** 


Video 30 Jam di Lampung :
 

Sandalwood Hotel dan Ingatan Rumah Cowboy di Masa Kecil

$
0
0
Sandalwood Boutique Hotel itu.....

Tentang ingatan yang melayang jauh ke masa kecil ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Dulu, ada sejumlah film barat di layar TV hitam putih, salah satu atau duanya bercerita tentang drama keluarga dan indahnya kehidupan di alam bersama kuda-kuda. Film mengesankan yang membuat kagum pada hewan bernama kuda, bercita-cita ingin punya beberapa ekor kuda, dan ingin punya rumah seperti di film-film cowboy. 

Tampak depan Sandalwood Boutique Hotel

Memasuki Sandalwood seperti kembali masuk ke masa di mana hanya ada kepolosan berpikir dan keindahan bertingkah laku sebagai gadis kecil yang belum dihajar oleh kerasnya kehidupan. Juga ada perasaan mellow sekaligus bersemangat untuk sebuah kehidupan penuh sukacita di masa tua.

Om Billy Mamola, sang owner dan juga founder De Ranch Lembang yang saya jumpai adalah sosok yang sangat inspiratif. Ia penuhsemangat dan pribadi penuh cinta dalam berbagi sukacita. Saya ingin bercerita tentangnya, tapi nanti. Sementara saya simpan saja dulu tentangnya, dalam hati.

Baca juga: Keindahan dan Kenyamanan Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands
 
Billy Mamola, owner Sandalwood Hotel dan founder De Ranch Lembang

Saya mulai saja cerita ini tentang rumah liburan bergaya country. Rumah yang secara keseluruhannya tidak terbayangkan sebelumnya akan seperti apa. Lewat sebuah foto yang dikirim oleh Rizal, bayangan saya terhadap penginapan ini tak lebih dari sebuah hotel yang memiliki kamar-kamar bergaya shabby chic. Itu saja.  

Padahal Sandalwood itu bukan sebagaimana umumnya sebuah hotel. 

Master of Indonesian Horsemanship

Saya lebih sreg menyebut Sandalwood sebagai Rumah Liburan. Rumah liburan dengan fasilitas dan pelayanan seperti hotel. Di sini, segenap jiwa merasa seperti berada di rumah, rumah tempat berlibur. 

Kalau bicara fisik bangunan, tampak depan Sandalwood hotel tergambar sebagai sebuah rumah besar dengan desain arsitektur bergaya country.

Menyebut rumah bergaya country, maka yang berseliweran di benak saya adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kekhasan dunia cowboy. Jika tampak depan Hotel Sandalwood terlihat demikian, tanpa perlu susah payah menebak-nebak, ia memang berkaitan erat dengan sosok sang owner yang bergelar Master of Indonesian Horsemanship. Seorang pecinta dan penunggang kuda sejak kecil yang kini memiliki kurang lebih 40 ekor kuda yang dipeliharanya di De Ranch Lembang.  

Rumah Liburan - Pintu masuk hotel

Sisi eksterior yang banyak mengaplikasikan material batu dan kayu pada bangunan rumah adalah ciri khas rumah bergaya country. Atapnya pun berbentuk pelana. Memiliki teras yang indah dengan aneka tanaman bunga sebagai pemanis yang membuat hotel lebih asri, dan memberi kesan seperti interior pedesaan. 

Kesan hangat dan homey sangat terasa, bahkan sebelum memasuki bagian dalam hotel. Jika di teras depannya saja sudah membuat betah, maka bagian dalamnya membuat enggan pulang. 
 
Tampak belakang hotel - Resto Savannah di bagian bawah, tempat tinggal pemilik di lantai atas

Bangunan paling belakang (kamar, resto, kantor, ruang meeting) - Dulunya kandang kuda

Tanaman hias di depan hotel

Teras depan hotel
 
Bagaimana bagian dalamnya? 

Kamar-kamarnya cantik. Uniknya, dekorasi dan desain interior tiap kamar tidak ada yang sama. Restorannya sarat benda-benda koleksi, bagai galeri. Lebih detail tentang fasilitas dan aktivitas di Sandalwood akan saya ulas pada postingan berikutnya.

Saya tertawan pada Sandalwood? Sangat! 

"Pojok Cowboy" dekat resepsionis

Di antara benda-benda khas cowboy: Topi, jaket, pelana, boot, dan belt

Dekorasi dan foto sang owner di lobby hotel

Sandalwood adalah rumah liburan yang berada dekat dengan alam. Dengan atmosfer yang bagus, serta strategi desain yang cerdas, sangatlah menyenangkan bersantai di sini dalam beberapa hari sambil mengunjungi ratusan tempat wisata menarik yang ada di sekitarnya.  

Sekilas informasi yang bisa saya bagikan pada postingan perdana tentang Sandalwood ini, sbb:Hotel terdiri dari 30 kamar, 2 meeting rooms, 1 function room (semi outdoor), kolam renang outdoor, akses internet yang cepat, area parkir yang memadai, cafe & coffee shop, sundeck & fire pit.  Waktu check-in 2 pm, check-out 12 pm. 


Bersambung ke postingan berikutnya....

Kebetulan ber- Shio Kuda 🐎

Sang owner dalam lukisan; Petualang Sejati dan Cinta Kebebasan

Sandalwood Boutique Hotel
Jl. Sesko AU no. 1, Lembang
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40391
Reservation: 022-2788070
Email: sandalwood_lembang@yahoo.com
www.sandalwoodlembang.com 


Keindahan dan Kenyamanan Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands

$
0
0
Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands

Cafe cantik yang melenakan mata.
Kesukaan para pecinta dekorasi vintage dan shabby chic.  Segar dan dinamis, kaya ornamen. Sarat pernak pernik sedap di mata. Penanda selera sang empunya pada nilai seni dan unsur estetika sebagai sebuah keniscayaan.


Kendati gaya kontemporer mendominasi, gaya klasik cowboy yang mengedepankan unsur kekunoan tetap tampil sebagai cerminan jiwa nostalgia yang sangat kental dari pemiliknya. 

Baca juga: Sandalwood Hotel dan Ingatan Rumah Cowboy di Masa Kecil

Cafe & Coffee Shop Savannah in Woddlands

Topi-topi koboi, jaket, pelana kuda, sepatu boots, hingga ikat pinggang dan beberapa materi dari bahan-bahan alam, seperti kayu dan kulit mendominasi furnitur dan perlengkapan di ruang resepsionis yang menyatu dengan kafe.


Foto gagah Om Billy sedang menunggang kuda terpajang besar di antara dekorasi ruangan. Di situlah suami dan anak-anak saya bergaya, memakai topi ala koboi sambil berfoto di depan foto Om Billy dan kudanya. 

"Pojok Cowboy" ini di depan meja resepsonis, tamu boleh berfoto d sini
"Feel like home" sudah mulai berasa sejak di meja resepsionis
Spot berfoto di depan meja resepsionis 😃

Barang koleksi pribadi Ibu Nila Purnamasari – istri Om Billy – terpajang rapi, jadi dekorasi yang mempermanis seluruh sisi ruang kafe. Rasanya, seperti memasuki sebuah galeri belanja yang membuat saya ingin memasukkan semua barang ke dalam troli.

Dekorasi kafe yang menawan, sejenak membuat saya lupa pada tujuan untuk bersantap. 

Barang-barang koleksi jadi dekorasi lobby
Seperti sedang berada di galeri IKEA 😃
Koleksi yang tertata rapi

Cafe Savannah in Woodlands
Tempat bumbu
Foto Ibu Nila Purnamasari, istri Om Billy Mamola - owner Sandalwood Hotel
Rasanya pingin diangkut pulang 😃

Kafe ini terasa bagai sebuah ruang keluarga bergaya victoria dengan beberapa tempat duduk sofa, serta dua meja makan keluarga di bagian dalam dan luar.

Karena udara Lembang senantiasa bersuhu dingin, kafe dilengkapi perapian untuk menghangatkan ruang. Berada di sini berdua saja dengan pasangan tercinta, atau bersama keluarga dengan anak-anak terkasih, kehangatan terasa bertambah berkali-kali lipat.

Homey
Feel like home

eh ada kucing lagi bersantai

Setiap bagian ruang tampak instagramable. Di mana pun sudut pengambilan gambar, semua terlihat menarik. Ini yang membuat saya sibuk dengan kamera.

Bagi ibu rumah tangga seperti saya, kafe ini jadi sumber inpsirasi untuk menata ulang isi dan dekorasi rumah. Ide-ide jadi bermunculan, mengajak untuk segera direalisasikan setelah kembali ke rumah. 

Koleksi cantik dan lucu-lucu

Gemesin jadi pingin punya


Kafe Savannah memiliki teras besar yang menghadap ke taman, kolam renang, hutan pinus, dan bangunan hotel paling belakang. Atmosfernya bagus, berada dekat dengan alam untuk melihat dan menikmati pemandangan. Sebuah strategi desain yang cerdas untuk pengalaman khusus dan unik dalam rumah liburan. 

View dari teras kafe Savannah

Kamar-kamar hotel Sandalwood di sisi kanan kafe

Ngeteh sore di teras Kafe Savannah

Material kayu mendominasi meja dan kursi kafe

Melihat Kafe Savannah secara keseluruhan seperti melihat gambaran cita-cita saya ketika awal menikah; punya kafe yang cozy dan homey, berfungsi sebagai tempat menyimpan barang-barang koleksi, berada di kawasan wisata yang tenang, menyatu dengan tempat tinggal, dan menyediakan menu-menu tradisional khas Indonesia.

Yups! Savannah adalah pengingat atas cita-cita yang belum terwujud. Saya jadi bersemangat untuk meraihnya kembali!
Kafe Savannah di lantai dasar, rumah tinggal pemilik di lantai dua

Kafe Savannah terletak di lantai dasar bangunan utama yang berada di area terdepan kawasan Sandalwood Hotel. Saya yakin sekali kafe ini dulunya adalah ruang duduk keluarga sekaligus ruang makan. Setelah menjadi hotel, disulap menjadi kafe tanpa menghilangkan fungsinya sebagai tempat berkumpul dan bersantap.

Di kafe inilah Tante Nila dan Om Billy kerap menerima tamunya untuk berbagai keperluan dan urusan. Suasana nyaman yang ditawarkan kafe memang ideal untuk jadi tempat bertemu dan membicarakan hal-hal penting dan berat, maupun yang ringan-ringan saja.

Sedangkan lantai atas, sampai kini masih jadi tempat tinggal Om Billy dan Tante Nila.  

Menu Coffee Shop Savannah in Woodlands
 
Menu di Cafe Savannah juga bisa dipesan lewat layanan kamar


Sabtu sore (24/2/2018) saya dan suami menghabiskan waktu dengan bersantai di teras kafe. Menikmati suasana, mengisinya dengan obrolan-obrolan ringan seputar keluarga sambil sesekali menyeruput minuman teh dan kopi yang tersaji bersama cemilan tradisional jadul yang bikin ketagihan.

Nasi Sunda dan Nasi Liwet merupakan menu terenak yang kami pesan lewat layanan kamar. Dengan harga yang terjangkau, makanan tradisional Indonesia yang satu ini memberi pengalaman baru bagi saya dalam menikmati sajian kuliner Sunda di Savannah in Woodlands.




Savannah in Woodlands....

Sebuah kafe dengan ruang makan yang bukan lagi sekedar tempat bersantap dan berbincang, tapi juga area yang bisa memberi keindahan.


Savannah in Woodlands
Sandalwood Boutique Hotel
Jl. Sesko AU no. 1, Lembang
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40391
Reservation: 022-2788070
Email: sandalwood_lembang@yahoo.com
www.sandalwoodlembang.com


Kamar-Kamar Cantik dan Unik di Sandalwood Boutique Hotel

$
0
0
Sandalwood Boutique Hotel

Salah satu hal terbaik saat menginap di hotel adalah, kita dapat menikmati sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang bisa membuat kita melupakan rutinitas dan kesibukan sehari-hari, merasa nyaman dan terkesan, serta mendapat kenangan manis saat kembali ke rumah. Oleh karena itu, setiap hotel menciptakan gaya, tema, dan sisi uniknya agar mereka berbeda dengan hotel-hotel lainnya. Mulai dari penataan arsitektur dan interior ruangan, dominasi warna hingga fasilitas dan menu makanan yang tersedia. 

Baca juga: Keindahan dan Kenyamanan Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands

Kamar Sandalwood Boutique Hotel

Konsep Boutique Hotel

Dalam liburan di Lembang kali ini, pengalaman berbeda dan terbaik saya dapatkan saat menginap di Sandalwood Boutique Hotel. Hotel yang saya sebut sebagai rumah liburan ini mengusung konsep boutique hotel, menawarkan suasana yang berbeda dari tipikal hotel pada umumnya. Yang paling kentara ada pada desain dan furniture yang digunakan. 

Sandalwood memiliki tidak lebih dari 30 kamar. Uniknya, tidak ada satu pun dari kamar-kamar tersebut yang sama dari segi desain, furniture, dan dekorasi.

Baca juga: Sandalwood Hotel dan Ingatan Rumah Cowboy di Masa Kecil 

Enjoy vacation...

Rosewood Room (Royal Suite)

Setiap kamar di Sandalwood memiliki nama-nama yang indah, seperti nama bunga. Kamar saya contohnya, dinamakan Rosewood. Saya menempati kamar seluas 60m2 ini bersama suami, dua anak, dan ibu. Dua king bed besar cukup untuk kami berlima. Dekorasi shabby chic dengan ornamen gaya Victoria, membuat Rosewood terlihat mewah. 

Sesungguhnya desain interior kamar Sandalwood tidak fokus pada kemewahan, tapi sentuhan mewahnya terasa. 

Rosewood terletak di lantai dasar, punya akses langsung ke kolam renang yang ada di tengah area Sandalwood. Hotel ini tidak memiliki lift. Tamu harus menggunakan tangga untuk mengakses kamar-kamar di lantai 2 sampai 4. Menempati kamar Rosewood menguntungkan kami sehingga ibu yang sudah berusia lanjut tidak perlu mengeluarkan energi ekstra untuk naik turun. 

Rosewood - Tipe Royal Suite
 
Seperti nama tipenya, Royal Suite bertarif Rp 2.788.000/malam ini membuat kami benar-benar feel like a royalty. Punya teras pribadi dengan bangku untuk bersantai menghadap ke hutan pinus di belakang. Juga teras kedua yang berada dekat kolam renang. Jendela kacanya yang lebar memiliki pemandangan luar ke kolam renang dan Gunung Tangkuban Perahu di kejauhan. 

Terdapat stand mirror berukuran besar yang membuat kamar tampak lebih dinamis dan impresif. Lantainya dibalut karpet bulu yang tebal, memberikan kesan glamor dan nyaman. Meja konsol, produk furniture dengan gaya vintage sesuai dengan selera pemilik yang mengutamakan estetika dalam memilih produk. Pencahayaan di langit-langit menggunakan lampu hias mewah berukir-ukir atau fiting lampu yang menarik perhatian. 

Rosewood kental dengan atmosfer bersih dan menenangkan. Udara segar berhembus dari jendela, senantiasa sejuk meski tanpa AC, kedamaian ada di sekeliling. Kondisinya sempurna dan menjadi lambang kenyamanan dan relaksasi. 

Rosewood - Tipe Royal Suite Sandalwood Boutique Hotel

Rosewood - Royal Suite akses langsung ke kolam renang
Dekorasi kamar, kamar mandi dan kitchen di Rosewood Room


Ebony (Royal Suite)

Ebony, tempat untuk tidur nyaman dan mimpi indah.
 

Kamar ini memiliki perpaduan desain minimalis, klasik, victoria, dan retro. Interiornya bergaya klasik didominasi oleh profil dan uraian. Bahan furniture, seperti kichen set, meja, kursi, sofa, dan wardrobe, terbuat dari kayu solid yang kokoh dan tahan lama. Kesan jadul dari gaya ini tampak terkikis karena sang desainer kamar mengkombinasikannya dengan desain kontemporer.
Ebony (Royal Suite Jasmine)
Kananga (Royal Suite)

 Junior Suite

Junior Suite

Deluxe Room

Dekorasi dan pernak-pernik menarik di kamar tipe Deluxe menghadirkan suasana kamar tidur yang berbeda. Kamar-kamarnya berdesain retro yang menonjolkan warna-warna terang, cerah, dan dinamis sehingga suasana tampil penuh keceriaan, penuh energi, dan menyenangkan. 

Beberapa kamar diterangi cahaya putih, cocok bagi yang menyukai suasana tenang, juga buat mereka pecinta kebebasan dan petualangan, akan semakin bebas untuk bermimpi. 

Tak ada yang lebih menyenangkan selain merebahkan diri di tempat tidur yang empuk berlapis seprei bersih dan lembut. Selimut tebal dan bantal tambahannya adalah jaminan tidur nyenyak tanpa kedinginan meski di Lembang yang selalu bersuhu dingin.

Tipe ini bertarif Rp 1.388.000 / malam.

Acasia (Deluxe Room)
Deluxe Room
Deluxe Room

Deluxe Room

Aquila – Junior Suite

Aquila. Saya menyebutnya Kamar Romantis.


Kamar romantis tak selalu berarti ditujukan untuk mereka yang berpasangan, bukan? Kamar tidur romantis juga memiliki arti sebagai sebuah tempat di mana seseorang bisa menikmati saat-saat terbaik seorang diri. Kamar ini berisi furniture dan dekorasi mahal. Saya sempat menguping harga-harganya. Hmm...jadi kagum dengan kesungguhan pemiliknya dalam menghadirkan sesuatu yang bernilai lebih untuk dinikmati oleh orang lain. Meski kamar berisi barang-barang mahal, tarif untuk tamu tetap reasonable.  

Saya suka dengan tata letak perabotannya yang tepat, terlihat manis dari sudut mana pun memandang. Tata cahayanya baik, kekuningan dan menyebar, ide sempurna untuk menyamankan diri di tengah kesendirian.
Aquila - Junior Suite Sandalwood Boutique Hotel

Aquila - Junior Suite Sandalwood Boutique Hotel

Aquila - Junior Suite Sandalwood Boutique Hotel

Aquila - Junior Suite Sandalwood Boutique Hotel

Fasilitas Hotel:
30 rooms, 2 meeting rooms, 1 function room (semi outdoor), Outdoor pool, Parking area, Café & Coffee Shop, Sundeck & fire pit

Fasilitas kamar:
Free coffee & tea making facilities, In-room safe depostie box, Non-smoking room, Free internet access, Standing shower with hot & cold water, Hair dryer, Fridge, Cable TV, Toiletries
Towels.

Fasilitas lain-lain:
Bonfire, BBQ Equipment, Zumba & Yoga Class. 


Kolam renang outdoor
Family time

Enjoy

Tipe dan tarif Kamar:

 
Deluxe: 24m2, 3 twin, 10 double, King bed (single twin), total 17 room. Rp1.388.000/malam


Junior Suite: 40m2, 2 twin, King bed, total 3 room. Rp1.788.000/malam


Family Suite: 40m2, 2 twin, Queen (twin), total 2 room. Rp2.188.000/malam


Royal Suite: 60m2, King (Double)+(Single Twin), total 8 room. Rp2.788.000/malam


Royal Suite Jasmine: 60m2, 2 single bed & 1 King size. Rp3.088.000/malam
 

Pojok instagramable di dalam kamar

Meja konsol

Dekorasi di kamar mandi

Saya terlena dan jatuh cinta dengan segala yang ditawarkan Sandalwood; kenyamanan, ketenangan, kerapian, dan kebersihan. Kamarnya yang cantik dihiasi dengan dekorasi yang apik. Tempat yang indah untuk bersembunyi dari keriuhan dunia.


 
Sandalwood Boutique Hotel
Jl. Sesko AU no. 1, Lembang
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40391
Reservation: 022-2788070
Email: sandalwood_lembang@yahoo.com
www.sandalwoodlembang.com   
 




Sinar Mentari Menemani Bersantap Pagi di Pine Restoran

$
0
0
Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel

Sinar mentari pagi menembus bebas kaca-kaca jendela yang berada di sisi timur restoran, menyinari semua bagian ruang yang dilewatinya. Cahayanya jatuh mengenai makanan, minuman, dan orang-orang yang sedang menikmati sarapan. Sementara di sisi barat yang berdampingan dengan hutan pinus yang teduh, udara segar melingkupi seisi restoran yang berkonsep terbuka. Suasana tenang dan nyaman menyertai waktu-waktu sepanjang bersantap. Di sini, makanan tradisional khas Bandung menjadi menu-menu kesukaan yang tidak bosan saya nikmati selama 3 hari 2 malam menginap bersama keluarga di Sandalwood Boutique Hotel, Lembang, Bandung.

Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel

Tempat Sarapan Tamu Hotel

Sandalwood Hotel memiliki dua tempat makan. Pertama, Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands. Yang kedua Pine Restoran. Savannah in Woodlands bisa dikunjungi kapan saja oleh tamu maupun bukan tamu hotel. Sedangkan Pine Restoran difokuskan untuk tamu hotel sebagai tempat sarapan. Jika ada acara tertentu, Pine Restoran bisa dipesan sebagai tempat makan rombongan tapi di luar jam sarapan (07.00-10.00 WIB). 

Savannah terletak di area terdepan hotel, sedangkan Pine Restoran berada di area paling belakang hotel. Menurut cerita, dulunya lokasi restoran adalah kandang kuda, tempat Om Billy Mamola (pemilik Sandalwood Hotel) menyimpan kuda-kuda peliharaannya. Di dekat kandang kuda itu pula, sekitar 26 tahun yang lalu, Om Billy menanam pohon-pohon pinus. Ketika hotel mulai dibangun pada 2014, kuda-kuda dipindahkan ke De Ranch (kawasan wisata berkuda milik Om Billy). Kandang kuda diubah menjadi salah satu bangunan hotel yang terdiri dari kantor, ruang meeting, kamar hotel, dan restoran. Sedangkan pohon-pohon pinus kini telah tumbuh tinggi, membuat teduh kawasan hotel dan menambah keasrian.

Baca juga: Kamar-kamar Cantik dan Unik di Sandalwood Boutique Hotel
Pine Restoran berada di balik pohon-pohon pinus

Restoran Berdekorasi Cantik 

Saya dan keluarga menempati kamar Rosewood yang bangunannya berada di tengah kawasan hotel, terpisah dengan Pine Restoran yang terdapat di bangunan lain yang terdapat di area belakang. Jika hendak sarapan, kami harus jalan kaki melewati area kolam renang yang terbuka dan taman pinus. Jaraknya tidak jauh, sekitar 20 meter dari kamar. 


Pine Restoran terletak di lantai tiga. Untuk mencapainya menggunakan tangga. Sekadar informasi, seluruh lantai atas yang ada di Sandalwood hanya dapat diakses melalui tangga, tidak ada lift. Tapi jangan khawatir, lantai tertinggi hanya sampai empat. Naik turun tangga masih aman. Kalau buat saya malah bagus, bisa sambil olah raga buat melatih kekuatan kaki he he.  

Seperti yang pernah saya ceritakan pada tiga postingan sebelumnya, Sandalwood bagi saya adalah hotel dengan suasana rumah yang menyenangkan. Saya menyebutnya Rumah Liburan. Hotel berkonsep boutique ini memiliki keunikan dari segi desain dan dekorasi. Hal tersebut memberi sentuhan yang berbeda dari tipikal hotel pada umumnya. Di Sandalwood, saya nyaris tak menjumpai ruang dengan lantai dan dinding-dinding tanpa dekorasi. Bukan sekadar dekorasi pemanis, tapi mengandung estetika dan inspirasi. Di sudut manapun berada, selalu tampak menarik untuk difoto atau pun jadi tempat berfoto. Pine Restoran pun tak luput dari dekorasi-dekorasi yang sedap dipandang.
It's a feeling -  Pine Restoran


Homey& Cozy - Pine Restaurant


Berlimpah cahaya mentari


Dekorasi Pine Restaurant


Love Home
Love You - Love What You Do

Rak dekorasi di restoran

Live Simply

Menu Tradisional Kesukaan
   
Menikmati menu khas yang menjadi kesukaan adalah salah satu hal terbaik yang saya rasakan di Sandalwood. Saya amat senang dan tidak bosan selama dua hari berturut-turut sarapan dengan Mie Kocok Bandung, Kue Serabi, Pisang Goreng, dan meminum minuman jamu. Dua hari dengan menu yang sama persis itu sesuatu lho, pertanda bahwa makanan itu memang menjadi kesukaan. Mau dibilang ndeso? Huahaha...saya malah bangga menyukai makanan-makanan itu. 

Sebagaimana hotel pada umumnya, menu makanan tentulah bervariasi, apalagi sekelas Sandalwood Boutique Hotel. Restoran juga menyajikan menu-menu lainnya, baik makanan Indonesia, maupun internasional. Ada lontong, spaghetti, nasi goreng dengan aneka lauk, omelet, aneka roti, kue-kue, bakwan, combro, sereal, teh, kopi, dan lain sebagainya yang saya tidak hafal namanya tapi ingat rupa makanannya. Jenis menu memang tidak terlalu banyak, tapi soal cita rasa, apa yang saya makan berhasil menjamin kenikmatan indra pencecap.

Seperti yang disampaikan kepada saya, Pine Restoran tidak memiliki chef seperti chef-chef di restoran hotel. Pihak hotel mempekerjakan warga sekitar hotel yang pandai memasak dan memiliki kemampuan membuat makanan khas Bandung dengan resep aslinya menjadi juru masak andalan. Meski demikian, mutu makanan yang disediakan tetap sesuai standar hotel.

Semua suguhan di resto dibuat sendiri, bahannya diolah oleh para juru masak untuk kemudian menjadi hidangan lezat para tamu hotel. Misalnya jamu, minuman tersebut dibuat oleh mbak-mbak di dapur Pine Resto dengan menggunakan bahan-bahan alami. Informasi tentang ini saya dapatkan langsung dari Tante Nila (istri Om Billy) yang menyapa saya ketika sedang sama-sama sarapan di Pine resto. 

Baca juga : Sandalwood Hotel dan Ingatan Rumah Cowboy di Masa Kecil


Menu-menu sehat dan mengenyangkan


Serabi Bandung


Combro


Pisang Goreng


Bakwan


Cemilan jadul dan Jamu buatan sendiri


Pilihan sarapan kesukaan anak-anak


Serabi - terenak dan paling kusukai


Mie Kocok Bandung - terenak dan paling kusukai

Buah dan puding


Santap!

Menyenangkan dan Mengenyangkan

Ada banyak alasan untuk berlama-lama di Pine Restoran. Tempat makan ini bagi saya bukan sekadar tempat untuk menunaikan kewajiban mengisi perut di pagi hari, melainkan juga menikmati suasana. Kenyamanan, keindahan, dan kenikmatan bersantap menjadi satu kesatuan yang membuat betah.

Saya menyukai sisi timur resto yang menghadap ke arah Tangkuban Perahu. Pemandangan pegunungan yang memanjang bak punggung naga, terlihat kebiruan di bawah langit pagi yang berawan. Sinar mentari pagi tumpah ruah menembus bebas kaca-kaca jendela. Cahayanya mengenai seisi ruang resto; makanan, minuman, dan orang-orang yang bersantap. Sedangkan di sisi barat yang terbuka, udara segar dan sejuk senantiasa melingkupi restoran. Pemandangannya langsung ke hutan pinus dan kolam renang. Suasananya sangat tenang dan nyaman, membuat betah.

Baca juga : Keindahan dan Kenyamanan Cafe & Coffee Shop Savannah in Woodlands

Pemandangan Gunung Tangkuban Perahu di balik jendela


Family time - Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel


Family time - Pine Restaurant Sandalwood Boutique Hotel
   
Inspirasi dari Sang Owner

Pada hari kedua di Sandalwood, saya berjumpa Om Billy Mamola di Pine restoran, tapi bukan di jam sarapan. Pria kelahiran tahun 1954 ini adalah owner Sandalwood Hotel dan juga merupakan founder De Ranch Lembang. Sapaan hangat dari beliau membuat momen berkenalan yang seharusnya berlangsung dalam waktu singkat malah menjadi acara bincang-bincang yang akrab dan agak lama. Akhirnya terciptalah obrolan penuh makna dari seorang Master of Indonesian Horsemanship yang berbicara tentang hidup untuk merayakan sukacita, apapun yang kita alami dalam hidup. Beberapa point penting tentang kehidupan, menjadi masukan manis yang saya resapi dalam-dalam.

Saat sarapan di hari ketiga, tanpa sengaja saya berjumpa Tante Nila, istri Om Billy. Saya sebetulnya tidak tahu siapa beliau karena belum pernah berjumpa sebelumnya. Namun wajahnya mengingatkan saya pada foto yang terpajang dekat meja resepsionis, sama persis. Ya, wanita memesona dengan penampilannya yang anggun dan berwajah cantik itu memang Tante Nila. 

Saat sarapan, saya lihat Tante Nila beberapa kali memeriksa makanan-makanan yang disajikan dalam menu sarapan. Membuka tutup wadah-wadah makanan, melihat-lihat, lalu menutupnya kembali. Beliau juga menyapa beberapa tamu yang sedang makan. Sampai akhirnya saya pun kebagian disapa ketika sedang menuang minuman jamu ke dalam gelas. 

"Enak jamunya, buatan sendiri dari bahan-bahan alami. Saya juga minum," ucapnya seraya tersenyum.

Buat saya, bahagia itu sederhana. Sesederhana disapa oleh tante pengusaha fashion yang pagi itu sedang mengambilkan makanan pagi untuk om pemilik 40 ekor kuda yang sedang duduk menunggu di sudut restoran. Pasangan usia lanjut yang berbahagia!  

Beberapa waktu sesudah sarapan, obrolan di hari sebelumnya bersama om Billy berlanjut. Rejeki bagi saya bisa dapat kesempatan ngobrol akrab dengan beliau. Dan entah mengapa, laki-laki penuh semangat yang usianya sama persis dengan almarhum bapak saya itu sangat menyenangkan untuk diajak berbincang. Aura cinta dan bahagia yang dimilikinya terpancar indah dari kata-kata dan bahasa tubuhnya. Sangat nyata.  

Kagum saya pada Om Billy karena banyak hal. Salah satunya dari gaya hidupnya. Tidur cepat di waktu malam, bangun lebih pagi lalu pergi menengok kuda-kudanya untuk diberi makan. Setelah itu baru kembali ke rumah Sandalwood, dilanjut sarapan ditemani istri tercinta. Siangnya melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat. Sungguh bergaya. Yang tak kalah mengagumkan adalah meski tak lagi muda tapi semangatnya untuk tetap berkarya dan memberi manfaat kepada siapa saja masih tinggi. Sosok inspiratif!

Tante Nila Purnamawari - Owner Sandalwood Boutique Hotel


Om Billy Mamola - Owner Sandalwood Boutique Hotel


We are here @ Sandalwood Boutique Hotel


Makan di Pine Restoran, menikmati menu-menu lokal kesukaan, merasakan kenyamanan dan ketenangan, serta mendapatkan momen bahagia bersama keluarga yang kelak akan menjadi kenangan manis bagi anak-anak, juga bagi kami orang tua yang terus menua seiring waktu. Liburan yang mengesankan 😍

 
Sandalwood Boutique Hotel
Jl. Sesko AU no. 1, Lembang
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40391
Reservation: 022-2788070
Email: sandalwood_lembang@yahoo.com
www.sandalwoodlembang.com   
 

  

Mengenal Kuliner Khas Tidore Lewat Festival Gurabunga

$
0
0
Sonine Gurua, Guruabanga

Festival dan Bazaar Gurabunga adalah perayaan masyarakat pegunungan untuk mengekspresikan kegembiraan dan sukacita sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Dalam acara ini diadakan penjamuan bagi tamu yang datang dengan suguhan kuliner khas pegunungan serta atraksi-atraksi seni dan budaya masyarakat pegunungan. Selain itu diadakan perkemahan oleh masyarakat umum yang akan mengikuti ritual Tagi Kie Mar'ijang (perjalanan ke puncak gunung) untuk prosesi pengambilan air oleh masyarakat adat Soa Romtoha Tomayou.

Kuliner Tidore di Festival Gurabunga

Desa Gurabunga

Gurabunga kerap dikenal dengan sebutan negeri di atas awan. Terletak di ketinggian sekitar 680 meter dari permukaan laut (mdpl), menjadikannya sebagai salah satu desa tertinggi di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. 

Saya dan rekan-rekan blogger berada di desa ini sejak hari pertama tiba di Tidore, 8 April 2017. Kehadiran kami untuk menyaksikan pembukaan Festival dan Bazaar Gurabunga. Acara digelar pada malam hari, dihadiri oleh sebagian masyarakat Tidore yang tinggal di pesisir maupun di pegunungan, warga Desa Gurabunga, walikota Tidore beserta para pejabat pemerintahan Kota Tidore, Kadis Pariwisata Kota Tidore, serta para tamu undangan yang berasal dari Tidore maupun luar Tidore.  

Baca juga: Tiada Gundah di Tidore

Desa Guruabanga, Tidore, Maluku Utara

Kuliner Gurabunga

Salah satu hal paling menarik yang saya saksikan dalam acara festival Gurabunga adalah aneka kuliner khas pegunungan yang disuguhkan oleh warga desa. Beragam makanan terbuat dari bahan-bahan sederhana dan mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional, tersaji istimewa dan menggugah selera.

Uniknya, beberapa kuliner yang disuguhkan termasuk kuliner langka. Jarang dibuat untuk dikonsumsi sehari-hari. Dibuat hanya untuk keperluan menjamu tamu-tamu kehormatan. Menggunakan resep asli sejak zaman dulu. Dibuat dengan rasa cinta dan bangga, berharap kuliner khas tetap lestari meski zaman terus berganti. 

Baca juga: Nikmati Kuliner Khas Tidore Ini di Safira Beach Restaurant

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Berikut adalah beberapa kuliner Tidore yang ditampilkan dalam acara Festival Gurabunga. Saya memotretnya ketika masih ditutupi plastik, beberapa saat sebelum acara dimulai. Sengaja saya potret seperti itu supaya nama makanannya masih ada  sehingga mudah dikenali ketika kapan saja saya membahasnya kembali. Semua makanan tidak sekadar dipamerkan, melainkan juga dinikmati bersama-sama oleh seluruh para undangan, termasuk saya dan rekan-rekan blogger.

1. Kupa Gibi
Terbuat dari beras yang dimasak dengan air santan dan dibungkus daun kelapa seperti ketupat lebaran yang biasa dimakan.

Kupa Gibi (ketupat santan)
2. Kboro Tela Gibi 
Lontong jagung giling (jagung yang dihaluskan) yang dimasak dengan santan dan dibungkus daun pisang.

Kboro Tela Gibi (lontong jagung santan)
3. Gohu Dalwaho 
Orang Tidore menyebutnya Sayur lilin. Makanan ini terbuat dari sayur lilin (bunga tebu) yang dimasak dengan campuran bawang merah, cabe, ikan tore, garam, minyak.

Gohu Dalwaho
4. Dabu-dabu Bawang Marau 
Sambal Daun Bawang. Terbuat dari bahan-bahan: daun bawang, bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, lengkuas, jahe, kunyit, serai, ikan tore, garam, minyak goreng.

Dabu-dabu bawang marau


5. Telagule Gibi 
Olahan jagung yang dihaluskan dan dimasak pake santan, kemudian dicetak pakai cetakan kue. Mirip bolu kukus.

Telagule Gibi

6. Hula Keta 
Sagu berbahan dasar singkong yang dibuat dengan cara dibakar dalam cetakan tahan panas. Biasa dimakan sebagai pengganti nasi.

Hula Keta (sagu berbahan singkong
7. Telagule 
Nasi jagung biasa, rasanya tawar. 

Telagule (nasi jagung)
8. Nasi Jaha 
Beras yang dimasukkan ke dalam bambu, lalu dimasak dengan cara dibakar.

Nasi Jaha

9. Gohu Bijikala Makusi 
Bahan: pucuk honje, bawang merah, rica, garam, jeruk, minyak goreng. 

Gohu Bijikala Makusi

10. Magi Labusiam Madubo  
Pucuk labusiam; bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, jahe, kunyit, lengkuas, sere, kelapa, ikan tore, garam, minyak goreng.

Magi Labusiam Madubo

11. Nasi Goreng Gosi Reno 
Nasi Goreng Spesial Guruabanga, terbuat dari: Beras, kelapa, garam, daun pandan, bawang merah, bawang putih, tomat, rica, ikan, telur, minyak goreng.  

Nasi Goreng Gosi Reno

12. Sambal Kapaya 
Sayur pepaya terbuat dari buah pepaya, bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, lengkuas, kunyit, jahe, sere, ikan tore, garam, minyak goreng. 

Sambal Kapaya

13. Ganem Bato (tumis bunga melinjo)
Bahan: bunga melinjo, bawang putih, bawang merah, cabe, tomat, lengkuas, kunyit, jahe, sere, telur, garam, minyak goreng. 

Ganem Bato

14. Daso Ngan Tutu Igo 
Singkong Rebus dicampur kelapa. 

Dason Ngan Tutu Igo

15. Hula Keta Igo
Sagu singkong yang dicampur parutan kelapa, gula aren, dan sedikit garam, kemudian dicetak. *igo=kelapa

Hula Keta Igo

16. Sayur Deburur (sayur rebung)
Bahan: rebung, bawang merah, bawang putih, cabe, tomat, lengkuas,  jahe, sere, kunyit, ikan tore, garam, minyak goreng. 

Sayur Deburur (sayur rebung)


Betapa kaya Tidore dengan kulinernya. Ragam bahan, piranti masak, teknik pengolahan, dan cita rasa memberi kekayaan tersendiri terhadap kuliner Nusantara. Ia berkenaan dengan sentuhan budaya.

Yang saya sebutkan di atas baru kuliner dari Desa Gurabunga, belum dari desa-desa lainnya yang ada di Tidore Kepulauan. 

Karunia semesta atas alam yang kaya. Tanahnya subur menghasilkan aneka buah dan sayur. Lautnya kaya ikan, banyak diolah menjadi lauk sehari-hari. Dari tangan-tangan terampil orang-orang Gurabunga, hasil bumi itu tersaji menjadi hidangan yang sepatutnya dilestarikan. 

Buah-buahan lokal

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga

Kuliner Tidore - Festival Gurabunga
  
Rasa sukacita menikmati ragam kuliner masyarakat pegunungan semakin lengkap dengan menyaksikan suguhan atraksi seni tradisional Tidore yang menjadi bagian dari rangkaian acara Festival Gurabunga. 

Ada satu persembahan seni suara berbahasa Tidore yang dinyanyikan oleh anak laki-laki usia SMP. Suaranya mengalun syahdu, walau saya tak mengerti arti liriknya. Tapi entah kenapa, nyanyiannya terdengar sedih, seperti kidung dukacita. Begitu juga irama musiknya, pilu menyayat hati. Apa makna lagu itu? Saya masih penasaran.

Tak hanya itu, para blogger pemenang lomba menulis tentang Tidore juga mendapat kesempatan 'manggung'. Di ujung acara, ada sesi bincang-bincang terkait pariwisata bersama Pak Yakub Husain kadispar Tidore Kepulauan, Bapak Abdullah Husain (Lurah Gurabunga), Ibu Dwi Woro Retno Mastuti, S.S, M.Hum, (beliau mengajar di Program studi Jawa FIB UI dan Peniliti Wayang Cina-Jawa dan Wayang Po Te Hie), dan Yuk Annie mewakili blogger.

Baca juga: Tidore di Bulan Februari dan Ingatan Menuju Napak Tilas Magelhans

Festival Gurabunga

Festival Gurabunga

Festival Gurabunga

Festival Gurabunga

Blogger di Festival Gurabunga - HJT 2017

Blogger & Ngofa Tidore Team

Gurabunga, Tidore, Maluku Utara.
Sabtu, 8 April 2017.

Bersama Annie Nugraha, Haryadi Yansyah, Deddy Huang, Eko Nurhuda, Rifki Faiza Rahman, Attini Zulfayah, Tati Suherman, Ayu, Dwi Setijo Widodo, Ibu Dwi Woro Retno, Anita Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel), Kak Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel). 

Contacts: Anita Gathmir 0815.1433.7014, Gathmir 0816.829.959 Emails: anitagathmir99@gmail.com, gathmir@yahoo.com, visittidore@gmail.com

Prosesi Tagi Kie dan Rora Ake Dango di Festival Tidore 2017

$
0
0
Festival Tidore 2017 - Rora Ake Dango
Festival Tidore 2017 - Rora Ake Dango

Prosesi Tagi Kie

Prosesi Tagi Kie adalah perjalanan ke puncak Gunung Mar'ijang, dilaksanakan oleh Pemuka Adat Soa Romtoha Tomayou untuk mengambil air di puncak Gunung Kie Matubu. Air tersebut kemudian disemayamkan di rumah adat para Sowohi Soa Romtoha Tomayou selama satu malam untuk didoakan sehingga disebut Ake Dango.

Dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017, ritual Tagi Kie melibatkan elemen organisasi kemasyarakatan dan pemuda dalam ekspedisi Tagi Kie untuk membersihkan di kawasan Puncak Gunung Mar'ijang dalam rangka merawat dan menjaga kelestarian kawasan puncak sebagai situs ritual penting bagi masyarakat adat. 


Rora Ake Dango

Rora Ake Dano dilaksanakan di Sonine Guruabunga ba'da Isya hingga menjelang Subuh. Rora Ake Dango adalah upacara untuk menyatukan air yang telah disemayamkan di masing-masing rumah Sowohi Soa Romtoha Tomayou sebelumnya. 

Dalam ritual Rora Ake Dango, anak keturunan Soa Romtoha Tomayou akan melakukan moro-moro dan kabata yang berisikan pesan-pesan leluhur untuk dijaga oleh seluruh masyarakat adat Tidore. Prosesi Rora Ake Dango juga merupakan upacara Pembukaan Festival Tidore 2017 dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909.

Selepas magrib di Gurabunga, sebelum menyaksikan pembukaan Festival Tidore 2017. Blogger dan rombongan dari Jakarta berkumpul di rumah Alloed (Gogo), menikmati santap malam dengan menu ala masyarakat pegunungan; sayur lilin, ikan tuna goreng, dan sambal merah. Kebersamaan dan kenikmatan yang haqiqi!

Masjid dan musola dekat lapangan Desa Gurabunga, lokasi acara ritual Tagi Kie dan Pembukaan Festival Tidore 2017. Dari dua rumah ibadah inilah panggilan lantang tanpa pengeras suara terdengar "Hai ngofa se dano.." diawali tiupan panjang Tahuri menggema ke seluruh desa hingga puncak Kie Matubu. Tahuri = alat musik tradisional Maluku yang terbuat dari cangkang hewan.

Seluruh lampu listrik dipadamkan, hanya ada temaram lampu minyak di area tenda tamu undangan dan obor di area lapangan tempat ritual dilaksanakan
Iring-iringan para pembawa obor yang datang dari salah satu penjuru desa. Didahului oleh Sowohi, diikuti dengan seorang wanita yang membawa air dalam bambu berpenutup kain putih. Berjalan berbaris diikuti oleh keluarga dari marga Sowohi.

Proses penyerahan air suci yang dibawa dari rumah masing-masing Sowohi. Air suci yang dibawa dituang ke dalam bambu lebih besar (berpenutup kain putih), disaksikan oleh para Babato adat (pemangku adat).
Bambu berukuran lebih besar berpenutup kain putih ini berisi kumpulan air suci yang dibawa dari masing-masing rumah Sowohi. Bambu dipagari dan dihiasi Janur serta obor.

Berselimut aura mistis, ritual ini menjadi pamungkas dimulainya Festival Tidore 2017.
Pertunjukkan tarian Kapita oleh 30 pemuda dan anak anak.

Sambutan dari Sultan Tidore, H. Husain Syah
Para tamu undangan yang hadir di malam Pembukaan Festival Tidore 2017

Blogger Haryadi Yansyah (omnduut.com) dan Deddy Huang (Deddyhuang.com)

Pertunjukkan Seni Kabata, yakni seni berbalas pantun yang dilakukan penduduk sambil menumbuk padi. (tonton videonya pada akhir tulisan ini).

Dengan menggunakan topi besu, para lelaki berdendang saling berbalas pantun dengan disesuaikan irama hentakan Dulu Ma Ngofa (tongkat penumbuk padi).
Blogger dan rombongan dari Jakarta berfoto bersama Pak Abdullah Husain, Lurah Desa Gurabunga. Gurabunga terpilih sebagai lokasi prosesi Tagi Kie karena keberadaannya sebagai nadi kehidupan masyarakat Tidore. Desa tertinggi di Tidore ini mengayomi lima marga berbeda, yakni Mahifa, Toduho, Tosofu, Tosofu Malamo, dan Fola Sowohi.

Berfoto bersama Sultan Tidore dan Permaisuri di depan alat penumbuk padi yang dijadikan alat musik pengiring Seni Kabata

Berfoto bersama 6 Sowohi
Dalam acara adat ini, semua wajib berpakaian (atasan) warna putih. diutamakan model kebaya atau baju kurung. Sedangkan bawahannya kain atau rok bernuansa tradisional seperti batik atau tenun.
Saudara baru di Tidore: Eros, Bams, Alloed (Gogo)

Untuk melihat rangkaian acara ini dalam bentuk video, silakan tonton dalam video yang saya upload di channel Youtube saya pada akhir tulisan ini.

Gurabunga, Tidore, Maluku Utara.  Minggu, 9 April 2017.  

Bersama Annie Nugraha, Haryadi Yansyah, Deddy Huang, Eko Nurhuda, Rifki Faiza Rahman, Attini Zulfayah, Tati Suherman, Ayu, Dwi Setijo Widodo, Ibu Dwi Woro Retno, Anita Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel), Kak Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel).


Baca juga:
Mengenal Kuliner Tidore Lewat Festival Gurabunga
Tiada Gundah di Tidore
Nikmati Kuliner Khas Tidore Ini di Safira Beach Restaurant
Tidore di Bulan Februari dan Ingatan Menuju Napak Tilas Magelhans  
Liburan Seru di Pulau Failonga


. . .

Festival Tidore | Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj

$
0
0
Penerimaan Ake Dango oleh Sultan Tidore H. Husain Syah di Kedaton Kesultanan Tidore

Kota Ake Dango

Pada waktu Subuh, setelah prosesi Rora Ake Dango selesai, Sowohi Kie Matiti melakukan pelepasan Ake Dango dan disaksikan oleh para Sowohi Soa Romtoha Tomayou lainnya. Ake Dango selanjutnya akan diantar oleh anak keturunan Soa Romtoha Tomayou menuju Kadato Kie dan diterima dalam upacara adat sebagaimana lazimnya oleh Bobato Kesultanan Tidore.

Dalam upacara penerimaan di Gandaria Kadato Kie, Ake Dango yang berada dalam ruas bambu kemudian dituangkan ke dalam Rau (mangkuk putih) dan ditaburi bunga Manuru lalu disemayamkan di ruang dalam Kadato Kie karena akan didoakan dalam prosesi ratib Haddad Farraj oleh Imam Syara Kesultanan Tidore ba'da Magrib serta prosesi Sadat Boso oleh Imam Togubu.

Ratib Haddad Farraj & Sadat Boso dimaksudkan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri) Kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta wilayah kekuasaannya.


Iring-iringan pengantar Ake Dango yang dibawa oleh anak keturunan Soa Romtoha Tomayou tiba di Kadato Kie

Ake Dango diserahkan kepada Sultan Tidore H. Husain Syah

Sultan Tidore menuang Ake Dango ke dalam Rau (mangkok putih)

Semua air suci dipindahkan ke dalam Rau yang sudah ditaburi bunga manuru


Doa bersama | Sultan Tidore, Walikota Tidore Kepulauan, Perdana Menteri Kesultanan Tidore, dan para Bobato

Festival Tidore 2017

Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj merupakan ritual adat masyarakat Tidore yang masuk dalam rangkaian kegiatan Festival Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Festival Tidore diselenggarakan sejak tanggal 29 Maret 2017 hingga tanggal 12 April 2017.

Rangkaian kegiatan Festival Tidore 2017 terdiri dari Kota Tupa (29/3 & 2/4), Siloloa Sultan Tidore (7/4), Festival & Bazaar Guruabunga (8/4), Prosesi Tagi Kie (9/4), Rora Ake Dango (9/4), Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj (10/4), Parade Juanga Sultan Tidore (10/4), Kota & Rora Paji (10/4), Perjalanan Paji Nyili-Nyili (11/4), Kirab Agung Kesultanan & Upacara Puncak Hari Jadi Tidore (12/4), Launching Museum Maritim Dunia (12/4), Ratib Taji Besi (12/4). 

Sultan Tidore dan Walikota Tidore

TIDORE
Momen pertama kali berkunjung ke istana Kesultanan Tidore

Panglima besar Kesultanan Tidore

Singgasana Kesultanan Tidore

Istana sepuh yang di sebut Kadato Kie ini adalah saksi bisu sepak terjang Kesultanan Tidore, masa saat Sultan Nuku berkuasa sejak 1797, hingga berjaya dengan mempersatukan seluruh kerajaan di perairan Maluku termasuk Papua dan mengusir kompeni Belanda tanpa pertumpahan darah.

Kini Kadato Kie hanya dipakai untuk acara seremonial, juga tempat menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda pusaka milik kesultanan, seperti senjata (pedang dan perisai), mahkota, pisau keris Sultan, Al Quran tinta emas, pedang, pakaian Sultan, pakaian panglima perang/Kapita Lao.

Suguhan istana: Kue-kue khas Tidore



Kedaton Kesultanan Tidore, Senin 10 April 2017.

Bersama Annie Nugraha, Haryadi Yansyah, Deddy Huang, Eko Nurhuda, Rifki Faiza Rahman, Attini Zulfayah, Tati Suherman, Ayu, Dwi Setijo Widodo, Ibu Dwi Woro Retno, Anita Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel), Kak Gathmir (Ngofa Tidore Tour & Travel). 

Lipur Hati di Lampung Timur

$
0
0
Lipur Hati di Lampung Timur

Berkunjung ke Lampung Timur bagi pecinta wisata alam seperti saya laksana sebuah hadiah. Banyak tempat yang masih alami hingga keindahannya dapat saya nikmati berlama-lama. Bermesraan dengan gajah di habitatnya, menikmati senja romantis di padang savana bersama kuda, menelusuri gelapnya gua, hingga bersantai di tengah hamparan hutan bakau di bawah langit yang sedang secerah kaca. Sebuah petualangan yang mengayakan rasa.

wisata way kambas lampung timur
Way Kambas - Lampung Timur

Pesona Nusantara - Trans Nusa Inflight Magazine
Edisi Januari - Februari 2018 
Foto & Teks: Katerina

Berkunjung ke Lampung Timur bagi pecinta wisata alam seperti saya laksana sebuah hadiah. Banyak sekali tempat yang masih sangat alami hingga keindahannya dapat saya nikmati berlama-lama. Bermesraan dengan gajah di habitatnya, menikmati senja romantis di padang savana bersama kuda, menelusuri gelapnya gua, hingga bersantai di tengah hamparan hutan bakau di bawah langit yang sedang secerah kaca. Sebuah petualangan yang mengayakan rasa. 

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018
Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

Memandikan Gajah di Camp ERU Margahayu

Petualangan menjelajah Lampung Timur dimulai dari Camp ERU (Elephant Respon Unit) Margahayu. Camp ERU berjarak kurang lebih 3 kilometer dari Dusun Margahayu, Desa Labuhan Ratu Tujuh, Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur. Jalur menuju camp berupa jalan kecil, kering, dan bergelombang. Dapat dicapai dengan kendaraan roda dua maupun jalan kaki. Sensasi bertualang akan lebih terasa jika berjalan kaki. Tapi, kami memilih bermotor karena sorenya akan berpindah tempat untuk mengejar sunset di Pusat Konservasi Gajah (PKG) Taman Nasional Way Kambas (TNWK).

Sekitar 100 meter dari ujung Desa Margahayu kami melewati tanggul yang merupakan pembatas antara desa dengan kawasan hutan TNWK. Di sini, ada titik-titik tertentu yang menjadi lintasan gajah liar, lokasinya tak jauh dari rumah penduduk desa. Itu sebabnya tanggul juga berfungsi sebagai batas untuk menghalau gajah liar.  


Desa Margahayu - Lampung Timur

Semakin jauh motor melaju memasuki kawasan TNWK, semakin memesona bentang alam yang tersaji. Way Penet dengan aliran airnya yang tenang, hutan alami, padang savana dengan kerbau-kerbau yang sedang menikmati rumput, serta burung-burung yang bermain lalu terbang menjauh, menjadi suguhan memukau. Ditambah dua kali perjumpaan dengan empat ekor gajah sedang mencari makan di pinggir hutan, membuat saya tak tahan untuk tidak memekik girang. Sungguh sebuah pertunjukan harmoni alam yang menyihir mata. Sensasi menyenangkan ini membuat durasi perjalanan menuju Camp ERU terasa sangat singkat.

Sesampainya di Camp ERU kami dibawa ke pusat informasi, tempat dimana semua hal yang berkaitan dengan kegiatan di Camp ERU bisa didapat di sini, baik berupa penjelasan lisan maupun melalui gambar pada poster-poster besar yang terpampang. Di samping pusat informasi terdapat bangunan bertingkat tempat istirahat para tim yang bertugas, sebuah musola, dan tempat pemandian gajah.

ERU merupakan program kegiatan yang muncul dari Balai TNWK dalam upaya penanganan konflik gajah liar dengan manusia. Kegiatannya bertujuan untuk menangani gajah liar yang akan keluar dari kawasan TNWK ke lahan pertanian masyarakat yang berbatasan dengan TNWK, dan mengupayakan sedini mungkin agar gajah liar tidak sampai keluar kawasan. Selain itu juga di Camp ERU kesehatan gajah jinak menjadi prioritas utama untuk diupayakan stabil dan populasinya diharapkan dapat meningkat.

Program ERU dalam operasionalnya didukung oleh lembaga konservasi (NGO) Komunitas untuk Hutan Sumatera (KHS) melalui Perjanjian Kerjasama dengan TNWK. Kegiatan ERU dilaksanakan di tiga lokasi utama yaitu Camp ERU Tegal Yoso, Camp ERU Bungur, dan Camp ERU Margahayu yang kami kunjungi. Di setiap lokasi ERU terdiri dari satu tim penanganan konflik/Mahout dengan fasilitas camp dan gajah jinak. Di Camp ERU jumlah Mahout ada lima orang dibantu warga sekitar satu orang dan polisi hutan satu orang. 

Camp ERU Margahayu - Lampung Timur

Kesempatan memandikan gajah betina bernama Melly dan anaknya Amel menjadi pengalaman menarik yang kami dapat di Camp ERU. Hanya dengan sekali perintah dari Mahout, gajah Melly merebahkan badan dengan empat kaki ditekuk, seakan hendak memudahkan kami menyentuh kulit tebalnya untuk digosok dan disiram. Kami bergantian memandikan gajah, sampai dentang waktu mengejar sunset di Pusat Konservasi Gajah (PKG) telah tiba.

Selain kegiatan memandikan gajah dan belajar tentang kehidupan gajah, kegiatan menarik lainnya yang bisa diikuti di sini antara lain safari resort Way Kanan TNWK dan treking Camp ERU Margahayu di jungle track yang sudah tersedia. Atraksi wisata desa yaitu membuat tiwul di rumah warga Dusun Margahayu juga bisa jadi pengalaman unik yang sayang dilewatkan. Tersedia homestay untuk menginap dengan kuliner nasi tiwul dan sayur santan ikan rawa suguhan makan masakan warga. Kami mengakhiri perjalanan di TNWK dengan menikmati senja di PKG, di antara ratusan gajah yang bersiap menyambut malam di rumahnya yang aman.

Berkuda di Padang Savana Braja Harjosari

Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Slebah, memaparkan rentang padang savana yang luas. Berjarak kurang lebih 33 kilometer dari Sukadana ibukota Lampung Timur, kami menghabiskan waktu sekitar satu jam perjalanan bermobil untuk mencapainya. Matahari terbenam di sini langsung di balik hutan yang memagari padang savana sehingga sangat sempurna untuk menghantar senja.

Letak Desa Braja Harjosari dengan TNWK hanya dipisahkan oleh sungai Kuala Penet. Hal ini memungkinkan untuk melihat langsung rombongan gajah liar yang jumlahnya dapat mencapai puluhan ekor, sedang mencari makan di rawa-rawa perbatasan TNWK. Tingginya keragaman hayati membuat Braja Harjosari istimewa. Keistimewaan itu kami jumpai kala menyusuri bentang Way Penet dengan perahu, tempat di mana burung-burung air seperti blekok, trinil, kuntul, dan cangak ungu, dapat terlihat dengan mudah. Di sungai ini, atraksi dari burung pemangsa seperti elang dan raja udang, memberikan atraksi alam yang memesona.  


Padang rumput di Desa Wisata Braja Harjosari Lampung Timur

Daya tarik wisata berupa nilai kearifan lokal yang tinggi dan potensi yang besar yang dimiliki, baik dari segi landscape maupun hasil bumi, membuat Braja Harjosari berkilau. Intensifikasi lahan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat desa ini membuat hasil buminya melimpah dan memberikan warna tersendiri. Beberapa hasil pertanian seperti beras organik, sayuran dan buah-buahan menjadi komoditi unggulan.

Saat ini Wisata Desa Braja Harjosari semakin ramah wisatawan. Fasilitas akomodasi telah tersedia dalam bentuk homestay. Merasakan tinggal di desa, berinteraksi dengan warga lokal, dan makan makanan khas yang dimasak oleh warga, benar-benar akan memberikan pengalaman yang unik sekaligus berkesan. Kuliner khas seperti nasi tiwul, pindang ikan baung, dan gulai ikan lais, merupakan kekayaan kuliner yang sempat saya cicipi di sini.

Mengenal Braja Harjosari adalah mengenal rasa syukur melalui kesederhanaan, tentang kebersahajaan dalam hidup, serta tentang tingginya nilai luhur dan kearifan lokal yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. 

Padang rumput di Desa Wisata Braja Harjosari Lampung Timur

Ekowisata di Hutan Mangrove Sriminosari

Terletak di Desa Sriminosari, Labuhan Maringgai, Lampung Timur, terhampar wilayah hutan bakau yang kini sudah menjadi kawasan ekowisata bernama Taman Mangrove Sriminosari. Berjarak kurang lebih 55 kilometer dari ibukota kabupaten dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam dari Kecamatan Labuhan Ratu. Hutan bakau seluas kurang lebih 6 hektar ini berkontribusi besar dalam menyerap karbon dioksida, selain berdayaguna melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi.

Objek wisata Hutan mangrove Sriminosari dikembangkan oleh warga melalui Koperasi Konsumen Nelayan Rukun Sido Makmur, merupakan atraksi wisata yang sarat unsur pendidikan lingkungan. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang, pengunjung dapat berjalan kaki melihat indahnya taman bakau melalui jalur tracking sepanjang 800 meter yang terbuat dari kayu dan bambu. Dalam waktu dekat jalur akan diperpanjang menjadi 1000 meter hingga mencapai pulau pasir timbul yang akan dijadikan lapangan volley pantai sebagai bagian dari atraksi wisata di Taman Mangrove. 


Taman Mangrove Sriminosari - Lampung Timur

Terdapat tujuh gazebo berdiri di atas laut yang dapat digunakan untuk beristirahat, dan satu kantin jajan milik koperasi. Jam operasional Hutan Mangrove Sriminosari adalah pukul 07.30 – 17.30 WIB setiap hari. Berbeda dari pantai wisata lainnya yang pernah saya kunjungi di Lampung, di sini pasir pantainya berwarna hitam. Laut Jawa yang menghadap ke Pulau Kalimantan sangat kaya ikan, adalah surga bagi para nelayan yang tinggal di Labuhan Maringgai. Tak heran bila buah tangan yang kami bawa dari sini berupa ikan asin, kerupuk kulit ikan, terasi ikan, dan snack ikan. Semuanya dikemas dengan rapi dan higienis dengan kenikmatan rasa yang terjaga.

Matahari yang hangat, udara yang segar, serta unsur air yang menenangkan, menjadikan hutan mangrove ini sebagai pilihan tempat wisata yang cocok untuk bersantai dan menyegarkan kembali pikiran dari segala penat dan rutinitas harian. 

Kuliner di Desa Sriminosari
Taman Mangrove Sriminosari - Lampung Timur

Menembus Kegelapan di Gua Pandan

Satu lagi objek menarik yang bisa dijelajahi di Lampung Timur terutama bagi pecinta petualangan, yakni Gua Pandan. Terletak di Desa Girimulyo, Kecamatan Marga Sekampung, Kabupaten Lampung Timur. Untuk mencapai Gua Pandan, kami menghabiskan waktu sekitar 2 jam dari Sukadana ibukota kabupaten Lampung Timur. Akses jalan masuk menuju gua dapat dilalui baik oleh sepeda roda dua maupun roda empat, dengan lebar jalan 2,5 meter dan panjang kurang lebih 500 meter sampai ke Gua Pandan.

Menurut Kepala Desa Girimulyo, Asmawi, sejarah awal mula diberi nama Gua Pandan karena dulu di mulut gua terdapat pohon pandan yang tinggi dan besar. Saat ini pohon pandan tersebut memang masih ada di mulut gua, walau ukurannya tidak sebesar dulu. Dalam sejarahnya, Gua Pandan telah ditemukan sejak tahun 80-an, tapi baru dalam dua bulan ini mulai dipromosikan sebagai salah satu objek wisata di Lampung Timur.

Luas areal komplek gua kurang lebih lima kilo meter persegi. Diperkirakan terdapat lebih dari sepuluh gua, tiga di antaranya adalah Gua Pandan, Gua Kelelawar, dan Gua Sumur. Dari info yang saya dapat, panjang lorong Gua Pandan yang baru bisa diukur mencapai 400 meter. Selebihnya belum dilakukan pengukuran lebih lanjut karena membutuhkan tim dengan peralatan khusus. 


Gua Pandan di Desa Girimulyo Lampung Timur

Dengan ditemani oleh kepala desa, pengelola, pokdarwis Girimulyo, serta beberapa warga, kami menyusuri gua sepanjang 200 meter. Saat itu kelengkapan keamanan baru meliputi senter dan bot, tanpa helm, tapi sudah cukup membuat saya percaya diri sekaligus menepis kegelisahan yang mendadak muncul. Matahari benar-benar sudah berdiri tegak saat kami berjalan menuju mulut gua dengan menuruni tebing pendek berbatu. Mulut gua berupa ceruk dengan diameter sekitar 6 meter. Di titik inilah perubahan suhu mulai saya rasakan.

Awalnya lorong gua yang kami lewati luas, sehingga masih bisa leluasa berdiri dan berjalan. Tantangan itu baru dimulai ketika kami menuju lorong lain yang lebih sempit, gelap dan lembab. Di beberapa titik, kami harus berjalan dengan posisi jongkok. Saat terhalang batu besar dan tinggi, perjalanan diwarnai dengan pendakian pendek.

Jalur gua seperti labirin. Rumit, berliku-liku, serta memiliki banyak jalan buntu. Udara cenderung bersih, tanpa bau tidak sedap. Lorong gua berisi hamparan bebatuan bulat dan besar, tidak dihiasi oleh staklatit runcing dan tajam. Pada suatu tempat terdapat batu berbentuk datar bagai bangku sehingga bisa diduduki. Ornamen langit-langit gua tergolong sederhana dengan warna-warna coklat tanah bercampur hitam. Walau jalur yang kami tempuh pendek, tapi memberi pengalaman yang memberi banyak rasa. Sungguh sebuah sensasi yang menantang adrenalin. 

Jelajah Gua Pandan bersama rekanr-rekan blogger

Ada larangan tertentu bagi pengunjung yaitu menghindari pohon Jelatong yang banyak tumbuh di sekitar mulut gua. Jenis daunnya bila mengenai kulit dapat menyebabkan rasa panas dan gatal. Sampai saat ini belum ada obatnya sehingga perlu berhati-hati jangan sampai terkena daunnya. Namun, di balik adanya pohon berbahaya, Gua Pandan juga dikelilingi oleh pohon pepaya california yang buahnya sangat lebat dan dipasarkan hingga ke tanah Jawa.

Pengalaman menembus kegelapan Gua Pandan memberi warna baru dalam menjelajah Lampung Timur. Siapa sangka Bumi Tuwah Bepadan yang terkenal dengan gajah Way Kambas-nya ini menyimpan keindahan lain di perut buminya.

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

Pesona Nusantara -  Trans Nusa inflight magazine 2018

 HOW TO GO
Penerbangan dari Jakarta, Bandung, Batam, Yogya ke Lampung tersedia tiap hari. Letak Bandara Radin Inten II ke Lampung timur berjarak kurang lebih 82 km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama 2 jam. Untuk mengeksplore Lampung Timur silakan menyewa kendaraan.

WHERE TO EAT
Rata-rata penginapan di Lampung Timur dapat dimintai makanan. Jika ingin makan sembari memancing, Rumah Makan Dua Saudara di Way Arang, Kec. Mataram Baru adalah tempat makan paling populer dan paling ramai dikunjungi pelancong.

WHERE TO STAY
Saat ini di beberapa lokasi tempat wisata Lampung Timur sudah menyediakan homestay untuk wisatawan. Hotel Yestoya bisa jadi pilihan untuk menginap nyaman selama di Lampung Timur. Banyak pilihan hotel di Bandar Lampung bagi wisatawan yang hanya day tur ke Lampung Timur seperti Novotel, Batiqa Hotel, Hotel Whiz, POP Hotel dll. 

Pesona Nusantara - Trans Nusa inflight magazine

Nusa Penida | Kilau Indah Permata Bali

$
0
0
Nusa Penida merupakan salah satu destinasi utama di Bali. Pulau ini terkenal dengan pantai-pantainya yang masih alami, tebing-tebing spektakuler, dan panorama perbukitan. Nusa Penida tidak hanya jadi favorit bagi wisatawan lokal, tetapi juga primadona bagi wisatawan mancanegara. 

Nusa Penida BALI

Berangkat dari Sanur Naik Angel Bilabong Fast Cruise
Pantai Sanur adalah pantai paling terkenal di Bali sebelum Pantai Kuta menjadi buah bibir dunia. Dari pantai inilah kapal cepat yang akan mengantar kami ke Nusa Penida berangkat. Selain dari Sanur, Pulau Nusa Penida juga bisa ditempuh dari Benoa dengan menumpang Quicksilver/Bali Hai, dari Kusamba menumpang Jukung, dan dari Padang Bai menumpang Kapal Boat yang berjarak tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan.

Kapal cepat bernama Angel Billabong Fast Cruise memberangkatkan kami pada pukul 09.00 WITA. Ketiadaan dermaga membuat kami harus berjalan ke pantai hingga beberapa meter ke laut untuk menaiki kapal. Kaki basah, terendam air hingga paha. Kami memanjat buritan kapal dengan sedikit usaha, dibantu oleh kru kapal. Barisan bangku jok hadap depan dalam kapal jadi tempat duduk yang nyaman walau agak sempit. Beberapa bule lebih memilih berdiri daripada duduk.

Kapal cepat ke Pulau Nusa Penida berangkat hampir tiap jam dengan 9 kali jadwal keberangkatan. Mulai dari pukul 7 pagi sampai 16.30 WITA. Waktu tempuh sekitar 35 menit, terbilang singkat. Jika berangkat secara mandiri tanpa menggunakan jasa tour, harus mengurus tiket terlebih dahulu. Tarif kapal Rp 200.000,- / orang 


Baca juga: Menyesap Damai di Danau Beratan Bedugul

Berangkat dari Sanur

Naik speedboat ke Nusa Penida

Surga Tersembunyi di Ujung Tenggara Pulau Bali

Cuaca bagus, laut tenang, kapal berlayar dengan lancar. Terdapat dermaga apung dekat Pelabuhan Toyapakeh yang mempermudah kami naik ke daratan. Tidak harus berbasah-basah seperti ketika berangkat. Beberapa pria mendekat sambil menawarkan jasa sewa motor dan mobil. Jika datang dengan rombongan cocok sewa mobil. Kalau berdua saja, naik motor tampaknya lebih seru. Apabila menyewa mobil, disarankan sekaligus dengan supir yang sudah menguasai medan. Supir di Nusa Penida biasanya merangkap guide yang bisa diandalkan.

Sebelum memulai perjalanan keliling Nusa Penida, ada baiknya tahu lebih dulu apa saja yang bisa dikunjungi. Buat yang baru pertama ke Nusa Penida, brosur wisata yang dibagikan oleh para pria penjual jasa sewa mobil bisa diminta gratis. Marine activities di Nusa Penida di antaranya Bukit Teletubies, Kelingking Beach, Angel Billabong, Broken Beach, Crystal Bay, Atuh Beach, Manta Point, Mola Mola. 

Selain destinasi wajib tersebut, objek wisata lainnya juga menarik untuk dikunjungi seperti Gua Giri Putri, Pura Paluang, Tembeling Water Spring, Guyangan (mata air), Pantai Suwehan, Pantai Banah, Jembatan Kuning Lembongan, Gala Gala Underground House, Seganing Waterfall, Pulau Seribu Nusa Penida. Tak cukup sehari untuk mengunjungi semuanya. Perlu menginap beberapa hari di Nusa Penida. Untuk one day tour hanya tiga tempat yang dikunjungi. Perlu berangkat pagi ikut kapal pertama yang jam 7  supaya tidak terburu-buru menyelesaikan kunjungan.  

Baca juga: Liburan Romantis di Mayaloka Villas Seminyak Bali

Pantai Billabong - Nusa Penida

Pohon Cinta Mati | Spot Foto Unik di Pantai Kelingking

Topografi Nusa Penida berbukit dan bergelombang. Naik turun dan berkelok-kelok. Kadang melewati jalur di pinggir jurang. Kalau bukan supir handal yang sudah terbiasa melewati medan tersebut, jantung bisa berdebar terus sepanjang jalan. Meski kadang tak nyaman, tapi pemandangan yang menemani selama perjalanan menyenangkan untuk dinikmati. Hutan kelapa, ladang jagung, suasana alami pedesaan, dan bukit-bukit hijau yang menyejukkan mata, membuat rasa lelah jadi tak terasa. Apalagi jika sudah melihat pesona pantai-pantainya, semua terbayar lebih dari lunas.

Kami menghabiskan waktu 1 jam perjalanan bermobil dari Pelabuhan Toyapakeh untuk mencapai Pantai Kelingking, primadonanya Nusa Penida yang terletak di Dusun Karang Dawa, Desa Bunga Mekar, Nusa Penida bagian Barat. Mobil berhenti di Bukit Karang Dawa yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Di sinilah lokasi Pantai Kelingking berada.

Sebelum turun tebing untuk melihat Pantai Kelingking, kami berfoto di Pohon Cinta Mati atau biasa disebut Kayu Cinta Mati Nusa Penida. Letaknya beberapa langkah saja dari tempat parkir. Pohon yang berdiri di atas bukit Karang Dawa ini hanyalah sebatang pohon yang mati dimakan usia, berupa kayu yang terlihat rapuh. Meskipun terlihat rapuh tapi mampu menopang orang yang naik ke atasnya. Kami naik satu-satu, bergantian, pakai tangga kayu. Ada sensasi berbeda ketika melihat pemandangan dari atas pohon. Memotret di sini bukan hanya menghasilkan foto unik, tapi juga berbeda dengan latar belakang panorama alam yang menakjubkan. 


Baca juga: Uji Nyali Berayun di Ketinggian Bali Swing

Pohon Cinta Mati

Pantai Kelingking Primadona Nusa Penida

Highlight utama penanda Pantai Kelingking adalah tebing menyambung yang bentuknya mirip kepala hewan purba Tyranosaurus. Tebing menjorok ke laut yang terbentuk secara alami ini dinamakan Tebing Karang Dawa atau Tebing Paluang. Dengan latar tebing inilah biasanya para wisatawan berfoto. Foto yang kemudian banyak tersebar di dunia maya dan menjadi viral, sehingga banyak yang ingin melihatnya langsung.

Tebing Karang Dawa memiliki keunikan tersendiri dan tidak mudah dicari di tempat lainnya di Indonesia. Ada yang mengatakan mirip Navagio Beach di Yunani, tapi pantai Navagio lebih sempit, karangnya pun agak terbelah rata. Tebing ini menjadi pembatas antara dua pantai yaitu  Pantai Kelingking di sebelah kanan dan Pantai Paluang di sebelah kiri. Pengunjung tidak bisa berjalan di atas Tebing Karang Dewa, tapi bisa melihat keindahannya dari atas Bukit Karang Dewa. Juga bisa berfoto dengan latar tebing dan pantai yang ada di bawahnya dari puncak tebing di sisi Pura Paluang. Berfoto dengan background tebing Karang Dawa yang menjadi ciri khas pantai Kelingking tentu sebuah keharusan. Tapi, jangan lupa untuk tetap jaga keselamatan.

Pantai Kelingking sering juga disebut Kelingking Secret Point, spot yang terkenal untuk diving yakni Manta Point. Jika tergoda ingin menikmati pantai Kelingking, bisa dengan naik speedboat dari Toyapakeh atau Crystal Bay. Pantainya elok berpasir putih, tak henti dibelai ombak dengan buih-buih putih di antara gradasi air laut hijau turkois dan biru gelap.

Di tebing Pantai Paluang terdapat Pura Paluang atau yang lebih dikenal Pura Mobil. Dinamakan demikian karena pelinggih di pura ini berbentuk mobil. Menurut cerita, pelinggih mobil ini dibangun karena dulunya masyarakat sekitar sering mendengar deru suara mobil dan klakson mobil. Padahal saat itu belum terdapat mobil disana.  


Baca juga: Pulau Leebong Permata Belitung nan Memesona

Di atas tebing Pantai Kelingking

Angel’s Billabong | Kolam Tersembunyi nan Eksotis

Angel’s Billabong terletak di Banjar Sumpang, Desa Bunga Mekar, pesisir Barat Nusa Penida.  Kurang lebih 30 menit perjalanan bermobil dari Pantai Kelingking. Untuk sampai ke titik lokasi, kami masih harus jalan kaki menuruni tebing sekitar 10 menit dari tempat parkir yang terletak di atas bukit. Bagusnya di sini sudah dibangun jalan turun berupa anak tangga semen. Turun jadi mudah meskipun cukup curam.

Surga tersembunyi Nusa Penida ini berupa kolam alami yang berciri khas artistik dan eksotis. Bentuknya mirip seperti kolam pemandian karena antara kolam dan pantai terpisah. Angel’s berarti bidadarinya Nusa Penida. Billabong dalam bahasa Inggris berarti ujung dari sebuah sungai yang buntu. Tapi celah panjang di antara dua tebing batu karang ini bukanlah muara sungai. 

Angel's Billabong
  
Angel’s Billabong terbentuk secara alami karena air laut yang mengalir masuk terperangkap dan membentuk sungai buntu. Aliran air yang berada di antara dua tebing karang langsung bertemu dengan lautan lepas. Air kolamnya sejernih cermin, memperlihatkan kontur-kontur batu karang berwarna hijau dan kuning di dasar kolam. Lumut berwarna hijau yang tumbuh di sekitar karang menambah kesan alami. Sulit menahan diri untuk tidak berenang dan berendam merasakan kesejukan airnya yang tenang.

Berenang dan bersantai di kolam renang alam sebening cermin sambil memandangi laut lepas tentu sebuah pengalaman yang istimewa. Ada sensasi berbeda yang tak mudah ditemukan di tempat lain. Tetapi, sangat dianjurkan untuk selalu memperhatikan pasang surut air laut. Jika sedang pasang biasanya air laut yang dibawa ombak akan masuk menembus bebatuan. Saat air surut dan ombak bersahabat aman buat berenang, tapi tidak dianjurkan berenang terlalu jauh ke tepian perbatasan kolam dan lautan. 

Jangan pernah turun apalagi berenang disaat ombak sedang menggelora menjilat-jilat tebing. Jika sedang gelombang besar bisa tersapu oleh air laut. Sangat bahaya. Cukup nikmati dari bibir tebing.  

Angel Billabong

Broken Beach | Kolam Raksasa di Tengah Tebing

Broken Beach punya keunikan tersendiri dan belum tentu bisa dijumpai di tempat lain. Lokasinya sangat dekat dengan Angel’s Billabong. Cukup jalan kaki 3 menit menanjak bukit sudah sampai. Sesuai kondisinya, dinamakan Broken Beach atau Pasih Uug. Dalam Bahasa Bali Pasih Uug berarti pantai rusak atau patah. Pantai ini memiliki dua keistimewaan. 

Pertama, bagian tebing yang melingkar membentuk kolam alami yang sangat luas. Kedua, salah satu sisi tebing yang menghadap laut, bolong membentuk terowongan raksasa. Dari terowongan inilah air laut masuk ke kolam raksasa. Airnya sangat jernih, bergradasi hijau toska-biru.

Kami datang di musim hujan. Rumput-rumput di sekitar tebing, pohon jarak, dan tumbuhan khas pesisir lainnya sedang subur-suburnya. Pohon kaktus pun banyak tumbuh di sini. Pemandangan alam sekitar nampak hijau dan asri. Broken Beach bukan pantai landai, melainkan pantai bertebing. Wisatawan biasanya berfoto selfie dengan latar tebing bolong yang bentuknya menyerupai sebuah jembatan dengan terowongan. 

Broken Beach - Nusa Penida
 
Pemandangan lain yang tak kalah spektakuler yaitu deretan tebing di sepanjang pantai. Jika beruntung bisa melihat serombongan ikan pari manta berenang-renang di laut. Sedangkan pantai dalam kolam di tengah tebing lain lagi. Saat ombak tenang dan sedikit surut, speedboat kecil bisa masuk melalui terowongan, dan pengunjung bisa dibawa ke pantainya.

Pemandangan indah, suasana nyaman, dan ketenangan yang tidak didapat dari pantai-pantai lain di Bali yang ramai pengunjung adalah alasan utama mengapa Nusa Penida begitu disukai oleh wisatawan asing ataupun lokal. 

Tebing-tebing spektakuler, air laut sejernih cermin, pantai-pantai alami sangat bersih, dan ombak-ombak yang menggelora, adalah keindahan tiada tara yang mampu membuat para pejalan kembali bergairah melanjutkan langkah dan cerita hidupnya. 

Broken Beach dikepung tebing

HOW TO GO
Untuk menuju Nusa Penida sangatlah mudah. Apabila telah sampai di Bali, bisa langsung menuju Pantai Sanur. Perjalanan naik kapal dari Pantai Sanur ke Nusa Penida selama lebih kurang 35 menit. Biaya naik kapal cepat dikenakan biaya Rp 200.000,- per orang. Sewa mobil di Nusa Penida tarifnya Rp 600.000,- / hari sudah termasuk supir dan bahan bakar.

WHERE TO EAT
Banyak pilihan tempat makan di Nusa Penida. Warung Angel’s Billabong salah satunya. Rumah makan ini berada di jalur rute tur Pantai Kelingking, Angel’s Billabong, dan Broken Beach sehingga mudah untuk disinggahi. Tersedia menu-menu cepat saji seperti Chicken Satay, Club Sandwich, Japle, Mie Goreng, Pancake, Nasi Goreng Ayam, Nasi Goreng Seafood, Spaghetti Carbonara, Spaghetti Bolognese, Burger. Untuk menu minumannya tersedia Cold Drink, Milk Shake, Fresh Juice.

WHERE TO STAY
Wisatawan yang membeli paket one day tour Nusa Penida tidak perlu menginap karena kapal yang kembali ke Sanur tersedia tiap hari dengan keberangkatan paling sore pukul 16.00 WITA. Jika ingin mengesklore semua destinasi wajib di Nusa Penida, 4-7 hari waktu yang layak untuk menginap. Ada banyak pilihan penginapan yang dapat disesuaikan dengan kantong. Salah satu penginapan dengan harga terjangkau yang bisa Anda coba adalah Full Moon Bungalows. Penginapan unik yang memiliki rasa mewah. Tersedia fasilitas antar jemput tamu di pelabuhan. Rate per malam saat ini Rp 250.000,- 

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018

Xpressair inflight magazine Januari-Februari 2018



Festival Tidore | Mempererat Tradisi | Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim

$
0
0
Festival Tidore 2017 
Mempererat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim 

FESTIVAL TIDORE - Hari Jadi Tidore ke-909
 
Hadir dan menyaksikan langsung Festival Tidore 2017 menjadi sebuah pengalaman berharga yang saya dapat dalam mengenal budaya dan tradisi masyarakat Indonesia Timur yang berada di Tidore, Maluku Utara. Festival berlangsung sejak 29 Maret hingga 12 April 2017, melibatkan seluruh masyarakat umum Tidore, Kesultanan Tidore, Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, dan Dinas Pariwisata Kota Tidore Kepulauan. Seluruh prosesi dalam rangkaian acara festival sangat kental dengan nilai budaya dan tradisi. Setiap ritual adat berlangsung dalam suasana sangat khidmat. Indah ketika dihayati. Kaya untuk dipelajari. Agung dan lestari menjadi jatidiri yang tidak tergerus oleh waktu.

FESTIVAL TIDORE - Travel Blogger Goes To Tidore (Lokasi: Pelabuhan Rum Tidore)

Travel Blogger Goes To Tidore

Sabtu 8 April 2017, saya berangkat bersama enam rekan blogger, lima di antaranya adalah pemenang lomba menulis tentang Tidore. Mereka adalah Rifki, Deddy Huang, Haryadi Yansyah (Yayan), Eko Nurhuda, dan Attini Zulfayah. Saya dan Yuk Annie, sebagai juri dalam lomba tersebut, turut mendampingi mereka. Dalam rombongan kami juga ada Tati Suherman (blogger yang membeli paket wisata ke Tidore lewat Ngofa Tidore), dan Ibu Dwi Woro sebagai tamu undangan (pemerhati budaya dan dosen UI), serta Mas Dwi dan Ayu (traveler).

Perjalanan ke Tidore ini menjadi pengalaman pertama bagi saya dan rekan-rekan blogger menginjakkan kaki di Maluku Utara. Sedangkan bagi yuk Annie jadi yang kedua. Kami berangkat dari daerah masing-masing, tidak berbarengan tapi tujuannya sama-sama ke Ternate. Yayan dan Deddy dari Palembang-Jakarta-Ternate. Rifki dan Mbak Zulfa dari Surabaya-Ternate. Mas Eko dari Jateng ke Jogja-Makassar-Ternate. Saya dan Yuk Annie juga dari Jakarta tapi beda pesawat dengan Deddy dan Yayan.  

FESTIVAL TIDORE - Naik speedboat dari Ternate, selfie berlatar Pulau Maitara dan Pulau Tidore

Jadi, kalau hendak ke Tidore, tujuannya ke Ternate terlebih dahulu karena perjalanan dengan pesawat hanya bisa sampai Ternate. Sesampainya di Bandara Sultan Babullah Ternate, selanjutnya kami menyeberang ke Tidore dengan speed boat selama 10 menit. Pilihan menyeberang bisa juga dengan kapal ferry, ongkosnya Cuma Rp10.000 dengan waktu tempuh 30 menit. Dalam perjalanan berperahu menuju Tidore inilah terpampang panorama laut dengan Pulau Maitara dan Pulau Tidore saling berdampingan. Sebuah pemandangan yang tergambar dalam uang kertas Rp1.000 versi lama (saat ini uang kertas ini masih beredar walau sudah jarang). Tak ingin melewatkannya, kami pun berfoto dari atas speed boat sambil memegang uang Rp1.000 dan menjadikan pemandangan di uang kertas tersebut sebagai latar belakang. Pengemudi speedboat dengan baik hatinya menghentikan laju, memberi kami kesempatan berfoto dengan tenang sebelum akhirnya meluncur kencang ke Pelabuhan Rum di Tidore. 

FESTIVAL TIDORE - Bersama rekan-rekan blogger, berfoto dengan Iskandar Alting, Jou Mayor. (Komandan Upacara Kesultanan Tidore)

Tema Hari Jadi Tidore

Tema hari jadi Tidore ke-909 tahun 2017 adalah Merawat Tradisi, Mempertegas Jati Diri Bangsa Maritim. Tema ini memiliki makna sebagai berikut:

Pertama: Tradisi dan adat istiadat adalah intisari kebudayaan yang berisikan ajaran moral dan etik yang harus dijaga dan dirawat untuk kepentingan pelestarian sejarah dan kebudayaan Tidore.

Kedua: Tradisi dan adat istiadat adalah sebagai intisari kebudayaan yang harus dirawat untuk menjadi elan vital dalam membangun karakter masyarakat Tidore yang sebenarnya sekaligus sebagai alat untuk memupuk modal sosial dalam rangka mendukung pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Ketiga: Aspek kemaritiman dalam tema hari jadi ini adalah bagian dari refleksi akan ketegasan membangun identitas dan jati diri  masyarakat Tidore sebagai masyarakat kepulauan serta mendukung visi Pemerintahan Jokowi melalui Program Poros Maritim Dunia. 

FESTIVAL TIDORE - Pasukan pembawa paji dalam prosesi Paji Nyili-Nyili

Kegiatan Festival Tidore 2017

Banyaknya rangkaian kegiatan festival yang ingin kami saksikan, membuat kami berada di Maluku Utara tidak dalam waktu singkat. Total 9 hari dengan 6 hari di Tidore dan 3 hari di Ternate. Selain mengikuti prosesi adat, kami juga mengunjungi seluruh tempat wisata di Tidore. Dari kota, desa, laut, gunung, hingga kebun-kebun rempah di daerah pegunungan. Dalam tulisan ini, saya ingin ceritakan rangkaian kegiatan utama festival, diantaranya:

Kota Tupa (29/3 & 2/4), Siloloa Sultan Tidore (7/4), Festival & Bazaar Guruabunga (8/4), Prosesi Tagi Kie (9/4), Rora Ake Dango (9/4), Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj (10/4), Parade Juanga Sultan Tidore (10/4), Kota & Rora Paji (10/4), Perjalanan Paji Nyili-Nyili (11/4), Kirab Agung Kesultanan & Upacara Puncak Hari Jadi Tidore (12/4), Launching Museum Maritim Dunia (12/4), Ratib Taji Besi (12/4). 

FESTIVAL TIDORE - Kirab Hari Jadi Tidore ke-909

Seluruh prosesi mempunyai makna tersendiri, saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Dijalankan dengan tertib dan penuh khidmat, menjadi satu kesatuan ritual adat yang sudah menjadi tradisi sejak masa silam. Perlu waktu tidak sebentar bagi saya untuk memahami beberapa hal untuk kemudian menceritakannya melalui tulisan. Karena segala sesuatu yang terkait dengan adat dan budaya, harus akurat ketika disampaikan, terlebih sejarah. Saya sempat melakukan beberapa kali wawancara ke orang-orang terkait yang memang berkapasitas untuk ini, dan mengulang tanya lagi di waktu yang lain sampai saya yakin apa yang saya dapat tidak keliru. Salah seorang sahabat asal Tidore yang saya kenal, S2 ilmu sejarah di UNJ, banyak membantu saya dalam mendapatkan informasi tentang segala sesuatu terkait prosesi adat yang saya saksikan selama festival.

Berikut ini adalah uraian dari masing-masing acara selama festival 2017. Semoga menjadi gambaran bagi teman-teman yang ingin mengunjungi Tidore saat perayaan festival 2018 atau tahun-tahun berikutnya. Sebelum itu, saya publikasikan dulu sambutan dari Walikota Tidore Kepulauan, Capt. H. Ali Ibrahim, MH, sambutan Sultan Tidore H. Husain Sjah, dan sambutan Kadis Budpar Kota Tidore Kepulauan Drs. Yakub Husain, M.Si. 

FESTIVAL TIDORE - Walikota Tidore Capt. H. Ali Ibrahim, MH (baju putih)

Sambutan Walikota Tidore | Capt. H. Ali Ibrahim, MH

Rangkaian kegiatan Festival Tidore 2017 adalah bagian dari upaya untuk merawat sejarah dan kebudayaan agar bisa menjadi modal sosial dalam rangka mendukung pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan. Pada aras ini tradisi mestinya menjadi elan vital untuk memupuk jati diri dan membangun karakter yang berakar pada nilai moral dan etik yang tersimpan dalam lembar catatan sejarah dari masa lalu.

Pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyadari bahwa upaya-upaya yang dilakukan melalui program ini harus memiliki visi yang jelas dan terukur serta harus dikerjakan secara bersama oleh semua stakeholders kebudayaan dan kepariwisataan.  Untuk itu rangkaian kegiatan Festival Tidore 2017 adalah rencana pengembangan kebudayaan dan pariwisata yang tersusun secara holistik dalam RIPPARDA tahun 2017. Dalam kaitan ini, dukungan dari semua pihak untuk memperbaiki hajatan ini akan menjadi masukan yang strategis dan penting bagi upaya pengembangan kebudayaan dan pariwisata Tidore di masa akan datang. 

Sambutan Sultan Tidore

Dalam perjalanan sejarah para pemimpin Maluku, kita membaca dengan seksama tiap peristiwa, mengambil satu demi satu pelajaran, lembar-lembar tua dari masa lalu itu menyimpan nilai-nilai moral dan etik yang sangat tinggi nilainya. Maluku Kie Raha adalah anak kandung peradaban, menyimpan mutiara hikmah yang bersemayam di dasar lautan perak Kie Raha, rahasia-rahasia ilmu pengetahuan dalam dendang Kabata, Moro-Moro dan Daradia di puncak-puncak Marijang dan Gamalama. 
FESTIVAL TIDORE - Sultan Tidore H. Husain Syah

Mari kembali sejenak pulang ke sejarah untuk membaca tradisi asal, agar kita bisa mengenal identitas persekutuan ini. Kita adalah bangsa maritim yang belajar dari gelombang laut yang ganas dan lava vulkanik gunung api, karena di sanalah letak ujian kehidupan yang sebenarnya. Ujian yang sudah seringkali kita lalui pada Nusa dan lautan Maluku, tempat para raja-raja dan sultan Maluku dahulu diuji. Tapi di tanah ini, kita tetap adalah bangsa para penjaga, yang setia dan loyal berbayar mati kepada identitas nasional bernama Indonesia. Ya, itulah kita yang lebih sering dilupakan oleh sejarah.

Pertemuan hari ini adalah untuk mengenang seorang bangsawan Tidore yang disebut oleh Gubernur Galvao sebagai seorang laki-laki terhormat dan bermartabat tinggi. Laki-laki itu adalah Sir Kaicil Rade, anak dari Malikiddin Mansyur kaicil Maluko atau Al Mansyur, saudara dari “King Mir” Amiruddin Iskandar Zulkarnain dan Nyai Tjili Boki Ratu. Kaicil Rade adalah Kapita Lau Tidore, Panglima Perang Pasukan Gabungan yang memimpin Pasukan Tidore, Ternate, Bacan, dan Jailolo berjumlah 40 hingga 50 ribu tentara pada saat itu. Pasukan ini dilengkapi dengan bom, senapan, tombak, pedang, perisai, pasukan berkuda dan pasukan pemanah.

493 tahun lalu di Istana Mareku berkumpul para raja dan sultan-sultan Maluku Kie Raha, Sultan Deyalo dari ternate, King Mir Amiruddin Iskandar Zulkarnain Sultan Tidore, Sultan Bacan Alauddin dan Kolano Jailolo Katarabumi yang bersepaham untuk bersekutu melawan Portugis dipimpin oleh Kaicil Rade. Kenangan terhadap Kaicil Rade serta para raja dan sultan-sultan Maluku Kie Raha terdahulu menjadi pelajaran bersama bahwa kita kuat karena bersatu dan bersepaham. Kita kuat karena persekutuan Maluku adalah sebuah visi agung yang memiliki martabat tinggi sebagai tujuan bersama dalam visi negara Maluku Kie Raha.

Untuk itu pertemuan hari ini adalah upaya bersama untuk merestorasi kembali cita-cita luhur yang telah digagas sejak 5 abad lalu itu. Tentang identitas maritim sebagai jati diri bangsa Maluku, pada hari ini dengan segala kerendahan hati, saya atas nama tanah dan leluhur kami, ingin menyampaikan permohonan kepada Yang Mulia Presiden Jokowi, untuk bisa merawat keping-keping masa lalu gemilang di sini, sehingga bisa menjadi mozaik dalam membangun identitas dan peradaban maritim bernama Indonesia.

Sekaligus pada saat yang berbahagia ini saya ingin me-launching proposal rencana usulan “Museum Maritim Dunia” untuk dibangun di Tidore. Tidore memiliki masa lalu yang penting sebagai kawasan satelit maritim dunia selain Ternate, Jailolo, Bacan, dan Loloda karena menjadi pusat perniagaan rempah-rempah dunia abad ke-16. Tidore juga berkontribusi penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan geografi, karena menjadi titik nol dunia yang membuktikan bahwa bentuk bumi adalah bulat bukan datar, setelah ekspedisi keliling dunia Eropa pertama yang dilakukan oleh Magellan Del Cano.

493 tahun lalu, ekspedisi keliling dunia itu lego jangkar di pulau ini, pada hari Jumat sore tanggal 8 November 1521 dengan kapal Santa maria de la Victoria dan Trinidad. Walaupun ekspedisi Magellan itu hanya dilanjutkan oleh Juan Sebastian  De Elcano, karena Magellan sendiri menghembuskan nafas terakhir di Cebu, Philipina dalam suatu kontak senjata di sana akan tetapi ekspedisi ini telah menjadi perjalanan penting bagi sejarah maritim dunia.

Permintaan ini adalah sekaligus upaya untuk merawat identitas bangsa maritim sebagai harga diri anak cucu Maluku bangsa Tidore, Maluku bangsa Ternate, Maluku bangsa Jailolo, Maluku bangsa Bacan, dan Maluku bangsa Loloda. Atas nama raja-raja dan sultan terdahulu, proposal museum maritim ini adalah hutang sejarah untuk membayar kenangan dan penghargaan kepada para raja dan sultan-sultan Maluku Kie Raha terdahulu yakni Yang Mulia almarhum Jou Sultan Malikiddin Mansyur Kaicil Maluko, kepada “King Mir” Amirudin Iskandar Zulkarnain, Kolano Katara Bumi, Sultan Dayalo dan Sultan Alaudin serta Sir Kaicili Rade atas dedikasi dan loyalitasnya dalam menjaga harkat dan visi persekutuan ini sejak 5 abad lalu itu.

FESTIVAL TIDORE - Mengikuti Parade Juanga bersama Drs. Yakob Husain, M.Si (Kadisbudpar Kota Tidore Kepulauan)

Siloloa | Kadisbudpar Tidore Kepulauan
Drs. Yakob Husain, M.Si.

Suba to ten suba, tabea ma lape tabea, Ona Papa Se Yuma Yaya Se Goa, Hira se Bira, Hali se Bangsa Tidore yang farangom mo duka se cinta.

Tabea Joo.

Mari sejenak pulang ke Tidore, tanah di mana tradisi dan kearifan dirawat dalam kebijaksanaan, kesabaran dan kerendahhatian para Sowohi dan Joguru sejak ratusan tahun lampau. Dowaro Munara Hari Jadi ini adalah ungkapan kerinduan, Ngau ma bilang oli matiti dorora sekaligus adalah koro se hadola kepada seluruh anak negeri Tidore di mana pun berada. Madoya duka se cinta te Joungon Moi-mo. E Jou Siokona, mari pulang sejenak untuk merawat rindu pada tanah asal, mengenang Sultan Malikiddin Mansyur Kaicili Maluko, Amiruddin Iskandar Zulkarnaen serta membaca hikmah dan kebijaksanaan Kaicil Rade di istana Gam Mayou Mareku. Atau mungkin sekedar meluangkan waktu mendengar gisa para tetua tentang Kolano dan Sultan-Sultan Tidore dari istana Gam Mayou Mareku, Kadati Biji Nagara Toloa hingga Kadato Kie Soasio.

Papa Se Yuma Yaya Se Goa, Hira se Bira, Hali se Bangsa Tidore. Mari pulang sejenak untuk menjaga dorora kepada Jou Madihutu di rumah Soa masing-masing. Untuk membaca riwayat identitas asal. Dalam dorora dan dzikrullah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, semoga kita semua selalu dalam rahmat dan lindungan-NYA. Sikona Magogoru naro-naro. Farangom duka se simore dika Joungon no aku se maya, toma waktu se loas harap bato jongon no haro, suru ua mai laha, Ino fo maku hadaga tama duka se dodara. 

FESTIVAL TIDORE - Peserta upacara Puncak Hari Jadi Tidore ke-909

Kronik Revolusi Tidore

Sultan Syaidul Djihad Muhammad Al Mab’us Amiruddin Syah, Kaicili, Paparangan, Jou Barakati Sultan Nuku (1797-2017)

Tanggal 10 April seluruh angkatan penyerang Nuku, yang terdiri dari 150 buah korakora dengan 6.000 orang prajurit sudah dipusatkan di Pulau Mare dan di Akelamo; tentaranya terdiri dari orang Tidore, Ternate, Papua, Makian, Bacan, Gorong Alifuru Halmahera dan Alifuru Seram di bawah perintah kepala-kepalanya sendiri.

Kepala-kepala Hongi atau pasukan korakora yaitu Zainal Abidin, Abdul Gafar, Raja Salawati, Kapitan Laut Maba, Sangaji Patani dan Sangaji Gebe. Setelah rencana operasi diatur secara matang bersama panglima-panglima perangnya, Nuku mengutus Abdul Jalal untuk segera menyampaikan ultimatum kepada Sultan Kamaluddin di Tidore. Ultimatum tersebut mengharuskan Kamaluddin turun dari tahta Kerajaan Tidore, menyerah tanpa syarat dan wajib menyerahkan mahkota dan upacara kerajaan Nuku. Setelah ultimatum itu dikeluarkan, pada tanggal 11 April 1797 Nuku mengeluarkan perintah kepada seluruh panglima perang yaitu:

1.Angkatan Perang Kaicil Paparangan hanya memerangi kompeni Belanda dan sekutunya Ternate. Orang Tidore tidak diganggu, begitu pula orang-orang Ternate yang bersekutu dengan Nuku.

2.Masing-masing pasukan melaksanakan tugasnya sendiri-sendiri dan melaporkan pada hari yang telah ditentukan, kecuali tugas selesai dalam waktu yang lebih singkat.

3.Jangan membunuh orang yang tidak melawan atau yang sudah menyerah. Jangan membakar rumah-rumah dengan sia-sia.

4.Barang rampasan berupa senjata api, munisi dan mesiu harus dibawa kembali ke markas besar.

5. Orang-orang Belanda yang tertawan jangan dibunuh melainkan dihadapkan kepada Nuku dan penyerbuan ke Tidore ditetapkan pada tanggal 12 April 1797, satu pasukan induk dengan kekuatan 70 buah korakora di bawah komando Nuku dan Panglima Muda Abdul Gafar; sepasukan sayap kiri dengan 20 buah korakora di bawah komando Raja Maba dan pengawal belakang dengan 40 buah korakora di bawah komando Raja Salawati mulai bergerak. 

Baca juga: Jejak Arkeologi Kesultanan Tidore dan Wilayah Periferinya

Pasukan induk langsung menyerbu Tidore, pasukan sayap kiri mengamati gerakan Hongi Ternate dan kapal-kapal Belanda dengan mengelilingi pulau Tidore dan Maitara, sedangkan oasukan sayap kanan menuju Oba dan pasukan pengawal bertugas menangkis serangan-serangan dari belakang. Lima belas jam sebelum Nuku menyerbu Tidore, Abdul Jalal telah tiba di Soasio Tidore menemui Sultan Kamaluddin menyampaikan ultimatum Nuku. Sultan Kamaluddin dengan tegas menolak tuntutan Nuku itu. Pada malam yang gelap gulita, tanggal 11 April 1797 Sultan Kamaluddin melarikan diri ke Ternate dengan lima buah korakora dan dikawal oleh sepasukan serdadu Belanda.

Pendaratan pasukan induk Nuku di Soasio, Tidore, ternyata tidak ada perlawanan apa-apa. Tidak ada setitik darah pun yang tertumpah. Pasukannya disambut sorak dan sukacita oleh Bobato-bobato, Kimalaha-kimalaha, dan seluruh rakyatnya.

Nuku dinobatkan menjadi Sultan atas seluruh kerajaan Tidore dengan gelas Sri Paduka Tuan Sultan Said’ul Jehad Muhammad el Mabus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan, Sultan Tidore, Papua, Seram, dan daerah-daerah taklukannya. “Revolusi Tidore”, meskipun premature, menunjukkan keberhasilannya dalam mempersatukan kekuatan-kekuatan Tidore, baik yang dipelarian maupun di pulau asal.

Sumber:
Bunyamin Marasabessy Hal.124,125,126.
E. Katoppo, Nuku Sultan Saidul Jehad Muhammad El Mabus Amiruddin Syah Kaicili Paparangan, Sultan Tidore, Riwayat Perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Maluku Utara 1780-1805, 114-115. 

FESTIVAL TIDORE
 
Kota Tupa 
Gamtufkange, Tambula, Folarora & Guruabanga. Rabu, 29 Maret 2017 & Ahad, 2 April 2017.

Dowaro & Siloloa adalah proses untuk menyampaikan niat dan maksud pelaksanaan Hari Jadi Tidore ke-909 yang ditandai dengan prosesi Kota Tupa ke rumah para Sowohi di Tambula Folarora & Guruabanga di kaki gunung Kie Matubu. Kota Tupa dimaksudkan untuk memohon doa kepada Allah SWT agar dilimpahkan keselamatan dan kesejahteraan kepada Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri) Kesultanan, rakyat dan negeri Tidore serta wilayah kekuasaannya. Dianugerahkan keselamatan dan kesejahteraan dalam pelaksanaan Hari Jadi Tidore Tahun 2017.

Siloloa Sultan Tidore
Sigi Kolano, Kesultanan Tidore. Jumat, 7 April 2017.

Setelah prosesi Kota Tupa, Sultan Tidore, Bobato dunia dan Bobato akhirat akan melaksanakan solat Jumat di Sigi Kolano (masjid Sultan). Setelah solat Jumat dilakukan pembacaan doa oleh imam jaga Sigi Kolano dengan maksud untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri) Kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta wilayah kekuasaannya. Dalam solat Jumat ini Sultan Tidore menyampaikan Siloloa Hari Jadi Tidore Tahun 2017 kepada khalayak umum.

Festival & Bazaar Gurabunga
Sonine Gurua, Guruabanga. Sabtu, 8 April 2017.

Festival dan Bazaar Gurabunga adalah perayaan masyarakat pegunungan untuk mengekspresikan kegembiraan dan sukacita sebagai ungkapan syukur menyambut datangnya Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017. Dalam acara ini diadakan penjamuan bagi tamu yang datang dengan suguhan kuliner khas pegunungan serta atraksi-atraksi seni dan budaya masyarakat pegunungan. Selain itu diadakan perkemahan oleh masyarakat umum yang akan mengikuti ritual Tagi Kie Mar'ijang (perjalanan ke puncak gunung) untuk prosesi pengambilan air oleh masyarakat adat Soa Romtoha Tomayou. 


FESTIVAL TIDORE - Festival & Bazaar Gurabunga

Prosesi Tagi Kie
Guruabanga. Ahad, 9 Aprl 2017.

Prosesi Tagi Kie adalah perjalanan ke puncak Gunung Mar'ijang, dilaksanakan oleh Pemuka Adat Soa Romtoha Tomayou untuk mengambil air di puncak Gunung Kie Matubu. Air tersebut kemudian disemayamkan di rumah adat para Sowohi Soa Romtoha Tomayou selama satu malam untuk didoakan sehingga disebut Ake Dango.

Dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909 tahun 2017, ritual Tagi Kie melibatkan elemen organisasi kemasyarakatan dan pemuda dalam ekspedisi Tagi Kie untuk membersihkan di kawasan Puncak Gunung Mar'ijang dalam rangka merawat dan menjaga kelestarian kawasan puncak sebagai situs ritual penting bagi masyarakat adat. 


Rora Ake Dango (Upacara Pembukaan)
Guruabanga. Ahad 9 April 2017.


Rora Ake Dano dilaksanakan di Sonine Guruabunga ba'da Isya hingga menjelang Subuh. Rora Ake Dango adalah upacara untuk menyatukan air yang telah disemayamkan di masing-masing rumah Sowohi Soa Romtoha Tomayou sebelumnya.

Dalam ritual Rora Ake Dango, anak keturunan Soa Romtoha Tomayou akan melakukan moro-moro dan kabata yang berisikan pesan-pesan leluhur untuk dijaga oleh seluruh masyarakat adat Tidore. Prosesi Rora Ake Dango juga merupakan upacara Pembukaan Festival Tidore 2017 dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909.


FESTIVAL TIDORE - Prosesi Rora Ake Dango


Kota Ake Dango & Ratib Haddad Farraj
Senin 10 Aril 2017

Pada waktu Subuh, setelah prosesi Rora Ake Dango selesai, Sowohi Kie Matiti melakukan pelepasan Ake Dango dan disaksikan oleh para Sowohi Soa Romtoha Tomayou lainnya. Ake Dango selanjutnya akan diantar oleh anak keturunan Soa Romtoha Tomayou menuju Kadato Kie dan diterima dalam upacara adat sebagaimana lazimnya oleh Bobato Kesultanan Tidore.

Dalam upacara penerimaan di Gandaria Kadato Kie, Ake Dango yang berada dalam ruas bambu kemudian dituangkan ke dalam Rau (mangkuk putih) dan ditaburi bunga Manuru lalu disemayamkan di ruang dalam Kadato Kie karena akan didoakan dalam prosesi ratib Haddad Farraj oleh Imam Syara Kesultanan Tidore ba'da Magrib serta prosesi Sadat Boso oleh Imam Togubu.

Ratib Haddad Farraj & Sadat Boso dimaksudkan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri) Kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta wilayah kekuasaannya. 


FESTIVAL TIDORE - Sultan, Permaisuri, dan Walikota Tidore Kepulauan berdoa bersama sebelum Parade Juanga dimulai

Parade Juanga Sultan Tidore
Tidore-Ternate. Senin 10 April 2017.

Parade Juanga adalah ekspedisi hongi Tidore melakukan pelayaran mengelilingi wilayah teritori Kesultanan Tidore. Lazimnya dalam tradisi & protokol Kesultanan, Sultan Tidore dan para Bobato akan melakukan pelayaran hongi beberapa kali dalam setahun untuk melakukan konsolidasi serta silaturahim di wilayah Sangaji se Gimalaha, Fomanyira Nyili Gam Tumdi, Nyili Gamtufkange, Nyili Lofo-lofo dan Nyili Gulu-gulu (Seram, Papua dan Raja Ampat).

Dalam rangka Hari Jadi Tidore ke-909, Parade Juanga Sultan Tidore dan Bobato melakukan pelayaran mengelilingi Pulau Tidore dan singgah di Kadato Sultan Ternate. Dalam lawatan silaturahim juga untuk mengunjungi masyarakat Tidore yang berada di Ternate. Selanjutnya di Kadato Tidore di Ternate, Sultan akan singgah beberapa waktu untuk bersilaturahim sekaligus mengundang (dowora se siloloa) masyarakat adat Tidore di Ternate untuk pulang menghadiri perayaan Hari Jadi Tidore. Dalam upacara ini Sultan akan diterima oleh Yaya Goa dan masyarakat adat Tidore dalam acara perjamuan dan hiburan Kadato Tidore di Ternate. Setelah acara selesai, Imam Syara Kesultanan akan membacakan doa kie dan Parade Juanga Sultan Tidore bertolak pulang ke Kadato Kie. 

FESTIVAL TIDORE - Dua dari puluhan kapal hias yang mengawal armada Kesultanan Tidore


FESTIVAL TIDORE - Di atas kapal Kesultanan Tidore bersama pasukan berbaju merah
FESTIVAL TIDORE - Masyarakat Ternate menunggu kehadiran Sultan Tidore dan rombongan Parade Juanga

FESTIVAL TIDORE - Rombongan dari Tidore tiba di Ternate

FESTIVAL TIDORE - Sultan Tidore mengunjungi masyarakat Tidore di Ternate

Kota & Rora Paji
Kadato Kie. Senin 10 April 2017

Prosesi Kota Paji (pelepasan paji) akan dilakukan oleh Bobato Kesultanan di Kadato Kie. Duplikat paji akan diantar ke masing-masing kamping titik napak tilas yakni Cobo, Rum, Guruabanga, dan Mare. Duplikat paji akan diterima dalam prosesi adat sebagaimana lazimnya oleh Gimalaha-gimalaha, Fomanyira-fomanyira dan Kapita (Bobato Kesultanan) untuk kemudian dilakukan prosesi rora Paji, maka di seluruh masjid di Tidore akan dilakukan prosesi doa dan dorora sebagai bagian dari prosesi Malam Stanggi Timur/malam Dorora oleh seluruh masyarakat Tidore untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Sultan, Jou Boki, Bobato Kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta seluruh wilayah kekuasaannya.

Paji Nyili-Nyili

Paji Nyili-Nyili merupakan prosesi Napak Tilas 220 tahun perjuangan Sultan Syaidul Djihad Muhammad Al Mab’us Amiruddin Syah, Kaicil Paparangan, Jou Barakati Sultan Nuku (1797-1805). Paji adalah bendera-bendera Angkatan Perang Kesultanan Tidore yang berjumlah 4 buah serta bendera Kesultanan Tidore, paji Sangaji se Gimalaha, diarak dalam perjalanan keliling Pulau Tidore. Di setiap kampung diadakan serah terima paji dan pembacaan borero gosimo.

FESTIVAL TIDORE - Di malam arak-arakan Paji
  
Perjalanan Paji Nyili-Nyili
Selasa, 11 April 2017



Pada tanggal 11 April 2017 pukul 23:00 WIT, duplikat paji akan diarak melalui Soa/kampong menuju Kadato Kie melalui perjalanan laut dan darat sesuai rute Napak Tilas Perjuangan Sultan Nuku. Para Bobato Kesultanan Tidore akan ikut dalam acara Perjalanan Paji Nyili-Nyili.

Kurang lebih 700 orang dari 5 negeri yakni Raja Ampat, Seram, Maba, Patani, Weda (Gamrange) dan Nyili-Nyili dalam wilayah Kesultanan Tidore. Pada tanggal 12 April 2017 pukul 07:00 WIT, seluruh pasukan Paji Nyili-Nyili dari 4 penjuru akan bertemu di depan Kadato Kie, disambut oleh Sultan, Bobato dalam upacara adat. 

FESTIVAL TIDORE - Bersiap menyambut arak-arakan paji (malam hari)
FESTIVAL TIDORE - Seluruh pasukan paji dari 4 penjuru bertemu


FESTIVAL TIDORE - Kirab Agung

Kirab Agung Kesultanan dan Upacara Puncak Hari Jadi Tidore
Sonine Salaka, Kadato Kie. Rabu, 12 April 2017.

Kirab Agung Kesultanan adalah kirab Sultan Tidore dan Bobato Pehak Raha yang terdiri dari Sangaji se Gimalaha, Fomanyira Nyili Gam Tumdi, Nyili Gamtufkange, Nyili Lofo-lofo dan Nyili Gulu-gulu (Seram, Papua, dan Raja Ampat). Kirab dilaksanakan setelah prosesi Paji Nyili-nyili selesai. Menjelang Upacara Puncak HJT, pasukan kirab akan menerima paji (limau Soasio) untuk kemudian diarak memasuki lokasi upacara di Sonine Salaka, Kadato Kie.

Setelah pasukan Kirab Agung memasuki lokasi upacara, maka persiapan Upacara Puncak HJT akan segera dimulai. Pelaksanaan Upacara Puncak HJT adalah prosesi puncak dalam rangkaian acara hari jadi. 

FESTIVAL TIDORE - Upacara Puncak Hari Jadi Tidore ke-909
FESTIVAL TIDORE - Puncak Hari Jadi Tidore ke-909
FESTIVAL TIDORE - Tari Salai Marong dari Sanggar Fola Katu


FESTIVAL TIDORE - Tari Cingery dari Sanggar Fola Katu

Launching “Museum Maritim Dunia”
Kadato Kie. Rabu 12 April 2017.

Launching Museum Maritim Dunia adalah bagian dari upacara puncak HJT. Dalam acara ini Sultan Tidore menyampaikan pidato kebudayaan sekaligus launching Tidore sebagai “Museum Maritim Dunia”, yang merupakan pengajuan proposal usulan untuk menetapkan Tidore sebagai salah satu museum dan situs sejarah maritim dunia mengingat latar belakang sejarah Tidore, Ternate, Bacan, Jailolo, dan Loloda sebagai pusat perniagaan cengkeh dan pala dunia pada beberapa abad lampau.

Selain itu, alasan utama lainnya terkait dengan usulan ini adalah pertemuan Sultan Tidore Malikiddin Mansyur Kaicil Maluko dengan ekspedisi Sebastian De Elcano pada 496 tahun lalu di Tidore, tepatnya pada hari Jumat tanggal 8 November 1521 dalam ekspedisi keliling dunia pertama Spanyol untuk membuktikan bahwa bentuk bumi itu adalah bulat, dan sekaligus membuktikan bahwa Pulau Tidore menjadi titik nol dunia.

Launching ini juga merupakan tindak lanjut dari hasil-hasil petemuan jaringan global kota-kota Magellan yang beranggotakan 17 negara di dunia pada bulan Januari 2017 di Lisabon Portugal, di mana Tidore telah ditetapkan sebagai salah satu anggota dari jaringan organisasi dimaksud.

Pada tahun 2020 rencananya Tidore akan didaulat menjadi tuan rumah pertemuan Jaringan Global Kota-kota Magellan. Dalam acara ini juga ditandatangani Nota Kesepahaman antara para pihak (Sultan Tidore dan Walikota Tidore Kepulauan) untuk mendukung proposal usulan program “Museum Maritim Dunia” dan disaksikan oleh delegasi Sultan-sultan Maluku serta para undangan lainnya. 

FESTIVAL TIDORE


FESTIVAL TIDORE

Ratib Taji besi
Gandaria Kadato Kie. Rabu 12 April 2017

Ratib Taji Besi dilaksanakan di Gandaria Kadato Kie dengan melibatkan para Imam dan Syara (Joguru) Sigi Kolano serta utusan dari kampung-kampung di seluruh Pulau Tidore. Sebagai bagian dari rangkaian prosesi Hari Jadi Tidore, Ratib Taji Besi adalah acara penutup Hari Jadi yang dilaksanakan untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Sultan, Jou Boki Bobato, Pehak Raha, bala rakyat serta seluruh wilayah Kesultanan Tidore. Ratib Taji Besi ini jua merupakan ungkapan syukur atas pelaksanaan hari jadi yang telah dilaksanakan. 

FESTIVAL TIDORE - Rakib Taji Besi


FESTIVAL TIDORE - Makan Saro (Makan adat) di Istana Kesultanan Tidore


FESTIVAL TIDORE - Foto bersama di istana Sultan
FESTIVAL TIDORE - Bersama Permaisuri Sultan Tidore di beranda istana pada suatu sore

WISATA TIDORE

Menyaksikan rangkaian kegiatan Festival Tidore tidak lengkap tanpa mengunjungi objek wisata Tidore. Kami menyambangi desa-desa di ketinggian Tidore seperti Gurabunga, Kalaodi, Ngosi, dan Lada Ake. Beberapa objek wisata utama yang tidak kami lewatkan tentunya Benteng Tahula dan Benteng Torre, Makam Sultan Nuku, Masjid Sultan, Dermaga Sultan, Monumen Juan Sebastian de Elcano, pantai Tugulufa, snorkeling di Tanjung Konde, berenang dan berendam di Pulau Failonga, berbelanja di Pasar Goto (pasar tradisional Tidore), serta kulineran di Safira restoran yang menyajikan aneka makanan khas Tidore.

Beberapa tempat wisata Tidore yang pernah saya tulis dapat dibaca di : Tiada Gundah di Tidore.

Kuliner Tidore di Restoran Safira dapat dibaca di : Nikmati Kuliner Khas Tidore ini di Safira beach Restoran.

FESTIVAL TIDORE - Pulau Failonga

 
Selamat menyambut Hari Jadi Tidore ke-910 tahun 2018 

FESTIVAL TIDORE 2018


Inspirasi dari Sandalwood Boutique Hotel

$
0
0
Merayakan Sukacita dan Memetik Inspirasi dari Sandalwood Boutique Hotel

Inspirasi dan semangat untuk berkarya, berbagi sukacita, atau pun untuk kehidupan yang semakin baik bersama orang-orang terkasih, bisa hadir kapan saja mengisi jiwa. Kali ini saya mendapatkannya saat liburan singkat di Sandalwood Boutique Hotel pada 23-25 Februari 2018 lalu. Liburan terencana tanpa ekspektasi berlebihan, juga tanpa ada preferensi selain mengajak keluarga bersama-sama menghabiskan akhir pekan selama 3 hari 2 malam di Lembang yang berjarak kurang lebih 166 kilometer dari Jakarta. 


Sandalwood Boutique Hotel - Lembang Bandung
Sandalwood Boutique Hotel - Lembang Bandung

Liburan Santai

Hari Jumat saya pilih sebagai waktu yang cocok untuk memulai perjalanan berkendara mobil dari BSD Tangsel menuju Lembang, Bandung. Hari di mana anak-anak pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Jadwalnya jam 3 sore sudah berangkat biar nggak terlalu malam sampai Bandung. Tapi suami baru balik ke rumah jam 4 sore. Mandi dan salat dulu. Jam 5 baru berangkat. Sudah kesorean tapi tak apa. Namanya juga mau liburan santai, nikmati saja tanpa panik. Toh nggak ada yang dikejar.

Kepadatan jalan tol di akhir pekan membuat perjalanan menuju Bandung jadi lebih lama. Karena sudah biasa dengan kondisi seperti itu, kami tidak kaget. Anak-anak pun bisa diajak tenang. Ada sesekali Humayra tampak tak sabar ingin lekas sampai. Saya coba memberinya penjelasan bahwa untuk mencapai tujuan nggak melulu jalannya lancar tanpa kendala. Kesayanganku ini akhirnya mau ngerti. Setelah tenang, dia mulai asik lagi sambil nyanyi-nyanyi mengikuti lagu di radio. Sesekali ia menggoda neneknya yang terkantuk-kantuk. Sedangkan Alief, abangnya, sibuk ngemil. Di sebelahku, suami tetap menyetir dengan hati-hati. 


Liburan Keluarga di Sandalwood Boutique Hotel
Liburan Keluarga di Sandalwood Boutique Hotel

Hujan Sepanjang Jalan, Bawa Ceria Sampai Lembang

Hujan turun berjam-jam, jalanan macet. Sedikit rasa lapar menerbitkan keinginan untuk makan malam sesi kedua. Semua mewarnai perjalanan selama hampir 6 jam. 2 kali lipat dari waktu normal. Kami mengikuti rute menuju Lembang lewat jalan pintas yang disarankan Google. Sesekali jalannya sepi, gelap, dan sempit. Kadang naik dan turun tanjakan. Berasa nyasar,  padahal tidak.

Sampai di titik lokasi tujuan kami berhenti. Hampir jam 11 malam saat itu. Tak saya lihat ada penampakan gedung hotel yang tinggi. Adanya rumah besar bertingkat dua, bergaya country. Beberapa mobil tampak terparkir di halaman depannya yang luas. Di tengah keraguan itu, tiba-tiba Humayra menunjuk ke arah pagar, sambil berkata: “Itu ada tulisan Sandalwood, Ma!” Spontan kami menoleh ke tulisan yang ditunjuknya. Dalam suasana malam yang temaram, nama hotel terbaca. Alhamdulillah tak salah alamat.

Di bawah gerimis yang menyambut basah, seorang petugas jaga menyongsong kedatangan, menjemput kami pakai payung. Diantarnya kami sampai masuk hotel, bertemu seorang bapak berjas rapi di meja resepsionis yang langsung menyapa kami dengan salam penuh keramahan. Dipersilakannya anak-anak, suami, dan ibu duduk di ruang tunggu. Kemudian baru melayani saya check-in. Beliau sempat bercerita, katanya masih ada beberapa tamu lain dari Jakarta yang masih dalam perjalanan menuju hotel. Dari situ saya jadi tahu, ternyata kami bukan satu-satunya tamu yang datang kemalaman. 


Baca juga: Sandalwood Hotel dan Ingatan Rumah Cowboy di Masa Kecil

Sandalwood Boutique Hotel - Country House
Sandalwood Boutique Hotel - Country House
  
boutique hotel
Di depan pintu masuk Sandalwood Boutique Hotel

Rosewood Family Suite, Feels Like a Royalty
 

Saat pertama tiba di Sandalwood, tampak depan hotel tidak memperlihatkan adanya gedung lain di belakangnya. Ruang resepsionis tempat saya check-in berada paling depan, menyatu dengan Kafe Savannah in Woodlands. Sedangkan lantai dua menjadi tempat tinggal keluarga Om Billy Mamola, owner Sandalwood yang juga founder tempat wisata berkuda De Ranch. Nah, di belakang rumah besar inilah gedung-gedung hotel berada. Di sini ada 3 gedung dengan 30 kamar yang terdiri dari 5 tipe kamar yaitu deluxe, junior suite, family suite, royal suite, dan royal suite jasmine.

Kami diantar ke kamar yang terletak di gedung ke 2. Kamar yang kami tempati tipe royal suite, namanya Rosewood. Dalam kamar family suite seluas 60m2 ini terdapat dua king sized bed. Pas untuk kami berlima. Ibu, saya dan Aisyah bisa satu bed bertiga. Sedangkan suami dan Alief berdua. Luas kamarnya bikin kagum. Meski sudah ditempati berlima, masih leluasa. Kalau tambah 3 orang lagi, plus 1 king sized bed lagi pun masih muat. 


Kamar kami ini namanya Rosewood - Family Room tipe Royal Suite

Terdapat lemari penyimpanan yang banyak, TV kabel, lemari pakaian berukuran besar, standing mirror, meja konsol menghadap kolam renang, kursi baca yang empuk. Kamar mandi shower dengan peralatan mandi yang lengkap termasuk hair dryer. Handuk tersedia mulai dari ukuran besar dan kecil. Masing-masing kami dapat 2 handuk dengan 2 ukuran. Gelas, mug Sandalwood, piring, sendok, dan teko listrik untuk membuat minuman, lengkap dengan gula, teh, dan kopi. Internet gratisnya lancar. Oh ya, di dalam lemari terdapat piyama, deposite box, dan 4 pasang sandal hotel.

Rosewood room sangat menyenangkan dari segi luas, juga dari segi desain dan dekorasi. Bergaya vintage dan chabby chic, menawarkan keindahan sekaligus kenyamanan. Malam itu, karena sudah larut, kami tak punya keinginan lain selain lekas bersih-bersih badan, salat, lalu tidur. Tidur dalam hangatnya kebersamaan meski Lembang memeluk erat dengan udara malamnya yang sangat dingin. 


Rosewood - Royal Suite Sandalwood Boutique Hotel
Rosewood - Royal Suite Sandalwood Boutique Hotel

Semangat Pagi di Tengah Dinginnya Udara Lembang

Udara di kamar sejuk sepanjang waktu walau tanpa AC. Malam hingga pagi hari, suhu jadi lebih dingin. Itu di dalam kamar, di luar lebih dingin lagi. Buat yang tidak biasa seperti saya, badan jadi menggigil. Usai salat Subuh rasanya ingin meringkuk lagi di kasur. Tapi anak-anak malah semangat bangun. Humayra bolak-balik mengintip kolam renang di samping kamar. Ia mengajak keluar. Sepagi itu ia ingin bermain air. Tapi saya bilang ke dia, kalau mau berenang harus makan dulu. Biar perut aman. Semua setuju.

Kamar Rosewood kami berada di lantai dasar gedung ke-2. Sedangkan Pine Restoran yang jadi tempat makan terletak di gedung ke-3. Terpisah oleh kolam renang dan taman yang dinaungi oleh pohon-pohon pinus. Restorannya berada di lantai 3. Naiknya lewat tangga. Tidak ada lift. Di Sandalwood, semua lantai atas hanya bisa diakses pakai tangga. Lantai tertinggi hanya sampai 4. Tidak terlalu tinggi. Kalau jalan kaki naik turun tangga masih aman. Asal tidak tiap saat saja hehe. Apalagi buat ibu saya yang sudah tua.  


Santai pagi di teras kamar

Kehangatan di tengah dinginnya udara Lembang

Konsep boutique hotel yang dipakai membuat Sandalwood tampil beda dari tipikal hotel pada umumnya. Perbedaan paling nyata terlihat pada desain interior dan dekorasinya. Dan menurut saya, hotel geulis yang memiliki view langsung ke Gunung Tangkuban perahu ini lebih cocok disebut rumah liburan. Suasana berliburnya dapet banget.

Tata dekorasi yang ciamik, membuat Sandalwood punya banyak sudut menarik. Bikin diri jadi ingin berpose dan berfoto di mana-mana. Contohnya bisa dilihat di sepanjang sisi tangga yang dihiasi jejeran frame berisi kata-kata bermakna tentang cinta, keluarga, dan hidup. Membacanya bikin jadi tersemangati dan terinspirasi, meski dibaca berulangkali saat bolak-balik turun naik tangga. Sederhana, tapi bikin merenung, lalu ada efek positif buat pikiran. Perasaan jadi happy. Mood jadi baik.  


Dekorasi manis di tangga 😍

Love You - Love What You Do

Sarapan Kuliner Khas Bandung di Pine Restoran


Ada kisah yang saya dengar tentang gedung ke-3, tempat Pine Restoran berada. Dulunya, lokasi gedung ini adalah kandang kuda milik Om Billy. 26 tahun lalu, dekat kandang kuda ini pula Om Billy menanam pohon-pohon pinus. Kini pinus-pinus itu tumbuh tinggi di sisi kandang kuda yang kini sudah menjelma gedung besar yang di dalamnya terdapat restoran, kantor, ruang meeting, dan kamar hotel. Sedangkan kuda-kuda, ditempatkan di De Ranch yang berlokasi tak jauh dari Sandalwood. Kebanyakan orang mungkin sudah tahu De Ranch itu tempat wisata berkuda. Foundernya adalah Om Billy, owner Sandalwood yang pernah meraih gelar sebagai Master of Indonesian Horsemanship.

Pine Restoran juga punya cerita sendiri kenapa ditempatkan di gedung ke-3. Karena sang owner melihat lokasi inilah yang memungkinkan restoran punya pemandangan ke segala penjuru. Menyenangkan rasa ketika sebuah resto lebih dari sekedar tempat bersantap. Dari tempat ini saya bisa menikmati indahnya panorama pegunungan dan bukit-bukit berkabut, merasakan hangat mentari pagi yang cahayanya menembus jendela-jendela kaca di sisi timur, menyaksikan pemandangan desa-desa di kejauhan dengan rumah-rumah yang hanya terlihat atapnya, dan tentunya menghirup udara segar dari sisi barat resto yang terbuka menghadap ke hutan pinus kecil Sandalwood.  


Baca juga: Sinar Mentari Menemani Bersantap Pagi di Pine Restoran

Pine Restoran Sandalwood Boutique Hotel

Pine Restoran - Kebersamaan 💗

Restoran menyajikan variasi menu yang faktanya disenangi oleh seluruh keluarga saya. Anak-anak, terutama si bungsu Aisyah, menyukai apapun yang ia pilih untuk dimakan. 


Yang membuat saya bahagia, di sini tersaji Mie Kocok Bandung kesukaan. Kalau sudah ada menu satu ini, yang lain lewat. Bahkan saat sarapan di keesokan hari, Mie Kocok Bandung tetap saya jadikan pilihan prioritas untuk sarapan.

Selain mie kocok, saya juga tidak melewatkan Serabi Bandung. Gorengan pisang, bakwan, dan combro juga jadi favorit. Satu lagi yang harus saya sebut: Jamu. Ya, bagi saya minuman tradisional ini terbaik dari segala minuman yang ada. Terlebih, menurut Tante Nila istri Om Billy yang pagi itu menyapa saya yang sedang sarapan, jamu itu dibuat sendiri dari bahan-bahan alami. Disajikan segar untuk semua tamu Sandalwood. Sehat! 


Makanan di Pine Restoran
Mie Kocok Bandung kesukaan

Menu sarapan lainnya seperti lontong sayur, nasi uduk, bubur ayam, bubur kacang hijau ketan hitam, spaghetti, aneka pastry, sereal, omelet, nasi putih dengan beberapa olahan lauk, buah2an potong, pudding, dan masih banyak lagi lainnya yang tidak dapat saya ingat semuanya, bisa dipilih sendiri sesuai selera. 


Favorit suami lontong sayur, Aisyah doyan bubur ayamnya, spaghetti nggak absen dari menu pilihan Alief, kalau ibu tidak memfavoritkan 1 macam makanan karena baginya semua makanan adalah enak selama dinikmati dengan suasana hati yang senang. Ibu memang top :D 

Jamu dan cemilan-cemilan khas

Kebersamaan 💗

Sabtu Santai Beraktivitas Suka-suka


Mungkin kami terlalu santai selama sarapan. Terlena dengan suasana, sampai tidak sadar sudah jam 10-an. Sebenarnya, karena saya sangat suka berlama-lama duduk di sisi timur resto. Kami makan di sana saat cahaya matahari pagi menembus jendela kaca. Sinarnya jatuh mengenai kami, makanan di meja, dan apapun yang dilewati tanpa penghalang. 


Usai makan kami pindah duduk ke sisi barat yang terbuka, menghadap taman hotel yang sejuk oleh pohon-pohon pinus. Ngobrol di sana sambil membincangkan apa saja. Foto suka-suka berlatar tulisan-tulisan dan dekorasi. Lalu, ketika obrolan mereda, pandangan sama-sama tertuju ke kolam renang, Aisyah mulai teringat dengan keinginannya untuk berenang. Saat itulah acara duduk-duduk di resto bubar.

Sabtu pagi sinar matahari bersinar terang. Taman Sandalwood dan kolam renang berlimpah cahaya. Hari yang benderang buat bersenang-senang di luar kamar. Anak-anak berenang di kolam yang jaraknya sekitar 10 langkah saja dari pintu kamar. Ibu duduk-duduk santai di bangku pinggir kolam, memperhatikan Aisyah yang sendirian menguasai kolam. Sedang sepi. Oh, maksud saya ramainya sudah lewat, beberapa waktu sebelumnya. 


Si cantik bersantai di pinggir kolam

Santai

Saya dan suami baru saja jalan kaki di bawah pohon-pohon pinus ketika Aisyah memanggil. Ternyata dia cuma mau lapor kalau renangnya udahan. Katanya dingin. Tumben. Biasanya bisa berjam-jam. Ah iya, ternyata air kolam penyebabnya. 


Siapapun tahu, Lembang itu udaranya sejuk, bahkan cenderung terlalu dingin untuk ukuran kami orang pinggiran Jakarta yang suhu udaranya terbiasa panas. Maka, air kolam renang yang menggunakan air tanah ini, tergolong sangat dingin. Pantesan Aisyah tidak tahan. Dia lari masuk kamar, mandi air hangat, pakai baju hangat, minta susu, lalu tidur 😃

Sandalwood Boutique Hotel

Rumah Cowboy

Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Sandalwood ini kan hotel berkonsep boutique. Tipikalnya beda dari hotel pada umumnya, terutama dari segi aristektur dan desain interior. Hal ini bisa terlihat sejak pertama kali tiba. Mulai dari rumah depan yang bergaya country, kafe bak ruang galeri, kamar-kamar modern bergaya shabby chic, hingga dekorasi-dekorasi cantik yang menghiasi seluruh hotel.

Bicara rumah country, tampak ada kaitannya dengan sang pemilik. Om Billy memiliki kecintaan yang besar terhadap kuda sejak ia kecil.


Dunia kuda membuat ingatan saya terlempar ke masa lalu, pada kenangan saat kecil. Kenangan tentang film cowboy yang saya tonton di televisi hitam putih. Dalan benak saya; Kuda dan penunggang kuda identik dengan rumah bergaya country. Maka, Sandalwood itu bagi saya sempurna.  

Sandalwood Boutique Hotel

Sandalwood Boutique Hotel

Di ruang resepsionis ada pojok cowboy. Demikian saya menyebutnya. 


Foto Om Billy saat muda terpampang gagah sedang menunggang kuda. Di situ ada aneka topi cowboy, belt, boot, dan pelana. Properti ini boleh dipakai buat berfoto. Kami pun mencobanya. 

Foto Om Billy sedang menunggang kuda juga saya jumpai di ruang tunggu, lorong-lorong hotel, kafe, dan masih banyak tempat lainnya. Selain dalam bentuk foto, juga ada dalam bentuk lukisan. Dari situ saya sudah bisa menebak siapa beliau. So, rumah country ini memang sesuai dengan identitas pemiliknya.

Oh ya, kalau mau wisata berkuda di De Ranch, sebetulnya dekat dari Sandalwood. Tapi kali ini kami tidak melakukan aktivitas di luar hotel. Semua kompak ingin leyeh-leyeh di hotel. Baiklaaaah 😃


Selalu kagum dengan orang-orang yang suka menunggang kuda

Kamar-kamar nyaman dan cantik


Sabtu siang saya dan keluarga mencoba kulineran di luar hotel. Kami direkomendasikan ke sebuah warung sate. Sebenarnya bisa sih jalan kaki, nggak sampai 50 meter jaraknya. Tapi karena siang itu hujan, jadinya pakai mobil. 


Usai makan kami langsung balik ke hotel. Anak-anak dan ibu ingin santai di kamar. Saya dan suami keliling hotel, mau lihat-lihat kamar. Sebab katanya, 30 kamar yang ada di Sandalwood itu isinya nggak ada yang sama. Saya penasaran.

Sepanjang siang hingga jelang sore saya dan suami melihat beberapa kamar yang ada di gedung 1 hingga 3. Kebetulan ada yang ajak, jadi bisa leluasa. Siapa dia? Sebut saja namanya Rizal *lol. Kalau secara mandiri belum tentu bisa, karena kamar hotel itu kan pribadi banget, bukan asal dikunjungi layaknya tempat wisata yang terbuka untuk umum, meskipun kita sedang jadi tamu hotel. 


Untuk melihat kamar-kamar di Sandalwood Hotel, bisa buka postingan saya yang satu ini: Kamar-Kamar Cantik dan Unik di Sandalwood Boutique Hotel.

Kamar-kamar cantik yang sempat saya lihat secara langsung selama berada di hotel

Kami melihat beberapa kamar di gedung 1 hingga gedung 3.


Secara ukuran, masing-masing tipe kamar memang punya ukuran yang sama. Yang membedakan adalah isinya seperti dekorasi, warna, dan model perabotan. Tidak seragam seperti kamar-kamar hotel pada umumnya. 

Misal kamar Rosewood yang saya tempati bernuansa biru lembut, sprei motif bunga, karpet bulu warna perak, gordennya hijau muda, meja konsolnya putih panjang, cerminnya berdiri, lemari bajunya warna putih gading. Nah, di kamar lain dengan tipe yang sama seperti Ebony Suite beda lagi. Di Ebony nuansanya abu-abu, lemarinya coklat, cerminnya nempel dinding, gordennya coklat muda, spreinya abu-abu motif daun, dll. 

Kamar-kamar tipe deluxe pun demikian. Di kamar A nuansanya pink, di kamar B bernuansa biru tua, kamar C kuning, kamar D ungu, dan seterusnya. Itu baru soal warna, belum dekorasi dan perabotannya, beda lagi. 

Salah satu sudut kamar tipe deluxe

Berbeda pada warna, motif, desain, dan model perabotan, namun semuanya sama-sama menampilkan keindahan. Bukan sekedar indah tapi memiliki nilai seni dan estetika. Tampak betul barang-barang yang diletakkan dalam kamar dipilih berdasarkan kualitas sehingga memberi nilai lebih kepada tamu mana pun yang menempatinya. 


Dari cerita yang saya dengar, pernah ada tamu honeymoon dari Singapore memesan 7 kamar berbeda untuk dia tinggali selama 7 hari di Sandalwood. Ketertarikan dan kekaguman yang mendasari hal tersebut bisa jadi merupakan keinginan tamu-tamu lainnya yang sudah pernah menginap di Sandalwood, termasuk saya.

Kamar-kamar yang sangat manis. Tiap sudutnya cantik untuk dijadikan tempat berpose. Sayang kalau dilewatkan begitu saja. Selfie dan wefie, hingga dibantu oleh Rizal yang dengan sukarela menjadi fotografer kami. Jepret sana jepret sini sampai bosan baru pindah ke kamar lainnya 😂


Perabotan berkualitas di kamar Aquila

Malam Mingguan di Savannah in Woodlands


Udara Lembang yang dingin bikin mudah merasa lapar. Anak-anak berkali-kali ngemil. Untung sedia banyak snack yang dibawa dari rumah. 


Sabtu sore jadwal makan malam jadi lebih dini.  Saya ajak kulineran keluar hotel, tapi mereka sudah mager, katanya makan di kamar saja. Akhirnya saya pesankan makan di Kafe Savannah in Woodlands, lewat layanan kamar. Anak-anak langsung memilih sendiri makanan yang ada di list menu. Dari deretan menu yang ada, Nasi Sunda dan Nasi Liwet jadi pilihan.

Sorenya, sebelum makan malam bareng di kamar itu, kami bersantai di Savannah. Duduk-duduk sambil ngobrol ringan tentang apa saja. Ditemani teh dan kopi serta snack-snack jadul yang tersedia gratis. Usai makan malam balik lagi ke kafe. Tapi berdua suami saja karena anak-anak mau nonton film di kamar, ditemani neneknya. Sepertinya pada ngerti kalau mama papanya butuh waktu berduaan di malam minggu. 


Baca juga : Keindahan dan Kenyamanan Cafe & Coffeeshop Savannah in Woodlands

Savannah in Woodlands

Café & Coffeeshop Savannah in Woodlands itu buat saya top banget. Sarat dekorasi dari ujung ke ujung. Dari yang tegak di lantai, nempel dinding, sampai yang menggantung. Piring-piring, gelas, mangkok, mug, tempat bumbu, teko, kaleng, botol, dan bermacam perkakas lainnya dalam berbagai bentuk, warna, dan ukuran, memenuhi seisi ruangan. Berasa di ruang galeri, atau seperti di supermarket perabotan macam IKEA. Ya, mirip supermarket itu. 


Semua tertata rapi pada tempatnya. Dan yang pasti, masuk kafe itu bikin pingin motret tiada henti.

Kalau datang ke sini untuk makan, bakal lebih lama foto-fotonya ketimbang makan hehe. Saya dan suami lama berdua-duaan di sini. Nyaman, betah, dan hangat. Padahal udara Lembang sedang dingin-dinginnya saat itu. 


Saat kembali ke kamar anak-anak sudah tidur. Neneknya juga. Saya dan suami belum ngantuk. Kami duduk di teras yang menghadap ke hutan pinus kecil. Duduk-duduk lagi di situ sambil ngobrol. Ada saja yang dibincangkan, sampai akhirnya kantuk itu datang, baru kami tidur.  

Kafe sarat dekorasi
  
Rumah Liburan Kaya Inspirasi

Inspirasi itu adalah Om Billy Mamola. Saya bertemu dengannya tanpa sengaja di resto, sebanyak 2 kali di hari yang berbeda. Dari sapa dan senyum ramahnya semua bermula. Berlanjut pada obrolan berfaedah tentang kehidupan dan kisah-kisah yang melatari kesuksesannya. 


Sukses dari segi kebahagiaan hati di mana ia bisa senantiasa mencintai dan berbuat baik pada keluarga. Mencintai alam sekitar dengan menyelaraskannya dengan tempat tinggal/hotel. Memiliki energi dan perhatian besar pada kuda-kuda kesayangan yang jadi peliharaan. Bermanfaat bagi orang sekitar dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Menyayangi anak-anak dengan mengajarkan cara menghadapi dan menyikapi masalah sejak kecil.  

Billy Mamola

Tante Nila hobi mengoleksi barang-barang dekoratif dan vintage. Sandalwood yang berkonsep boutique hotel yang dibangun Om Billy menjadi ruang yang cukup sebagai tempatnya menyalurkan hobi. 


Tante berparas cantik ini dulunya seorang pengusaha fashion terkenal di Bandung dengan produk sepatu bermerk Justine. Tak heran jika hotel dan café bisa tampil manis berkat jiwa fashionable yang dimilikinya. 

Om Billy dan Tante Nila adalah dua pribadi yang saling melengkapi. Kekompakan mereka berbuah manis. Keindahan dan kenyamanan boutique hotel adalah buktinya. 

Bersama Om Billy Mamola & Tante Nila Purnamasari

Sejak tahun 90-an Om Billy membuat 3 sumur resapan di kawasan hotel agar air hujan tidak terbuang percuma. Air tersebut digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengisi kolam renang dan lainnya. 26 tahun silam ditanamnya pohon pinus di samping kandang kuda agar halaman belakang rumah tetap hijau dan teduh. Meski kini kandang kuda telah dipindahkan, pohon pinus tetap dibiarkan tumbuh di sisi hotel yang dibangunnya. Tata bangunan hotel tidak terlepas dari prinsip keselarasan antara rumah/hotel dengan alam sekitarnya sehingga air, sinar mentari, udara segar, dan indahnya pemandangan alam Lembang bisa bermanfaat untuk hidup dan kehidupan. 

Sejak pertama kali masuk hotel saya menjumpai foto dan lukisan seorang pria sedang menunggang kuda terpajang di beberapa tempat. Dugaan saya benar bahwa itu adalah foto sang pemilik dan pemiliknya adalah seorang yang suka menunggang kuda. 


Seperti yang disampaikan sendiri oleh Om Billy kepada saya, dia sudah memiliki minat belajar menunggang dan memelihara kuda sejak umur 6 tahun. Lalu ia mempelajari karakter kuda, baik secara autodidak, maupun dengan menambah pengetahuan tentang seluk-beluk peternakan kuda di beberapa negara seperti Jerman, Inggris, Australia, Swiss dan Belanda.  

💜 Liburan keluarga  💜
💜 Liburan keluarga bersama buah hati 💜

Om Billy adalah putra kelahiran Bandung berdarah campuran Manado, Cina, dan ada keturunan Belanda. Tahun ini usianya 64 tahun, sama seperti usia ayah saya, jika masih hidup. Kagum dan hormat saya padanya seperti pada seorang ayah.  

Perhatian dan energi  yang dimilikinya dalam memelihara dan melatih kuda sangat besar. Seperti yang dituturkan kepada saya, juga kepada orang lain yang pernah bertemu dengannya, bahwa ia pernah membantu melatih polisi agar dapat menunggang kuda dengan baik. 

Bahkan, lima belas ekor kudanya ditempatkan di kawasan hutan Cikole untuk membantu mendeteksi bencana alam lebih dini. Om Billy juga memimpin horseback SAR(search & rescue) dan menjadikan Sandalwood sebagai base camp sementara. 

Sofa bersejarah bagi Om Billy dan Tante Nila, sofa pertama sejak awal menikah
Ada saat di mana Om Billy menyentuh pundak Alief, bagai kakek pada cucunya sendiri. Beliau bicara tentang mengenal alam dan cara menghadapi masalah lewat perjalanan-perjalanan keluar rumah. Tentang anaknya yang pernah dikirim sendirian ke negeri jauh, di Timur Tengah, agar belajar mandiri dan berani. Kemudian tentang cucu-cucunya yang masih kecil, yang sudah diajarkan cara bepergian sendiri dengan angkot. 

Point penting dari cerita-ceritanya itu: “Kamu harus mengenali masalah, dan belajar cara menghadapinya dengan berani.” 

Om Billy juga sosok penyayang, terlebih kepada anak-anak. Ia sangat bersemangat ketika bercerita tentang pengalamannya menjadi guru tamu di sebuah sekolah alam. Betapa itu menjadi pengalaman yang membuatnya sangat bahagia. 


Kakek tampan yang pernah meraih juara I Supersemar Cup  kejuaraan berkuda Indonesia ini kemudian menunjukkan ponselnya kepada kami. HP nya tampak kecil dan ‘ketinggalan’ dibanding HP Android anak saya yang merek A itu. Katanya, itu HP baru. Pengganti HP yang telah rusak karena telah dipakai sekian lama. HP itu hanya digunakannya untuk menelpon dan menerima telpon. Bukan untuk bersosial media karena ia sengaja tidak membuat akun sosmed di manapun. Om Billy juga tidak menggunakan HP untuk mencari tahu sesuatu di mesin pencari. Baginya, hidupnya ada di dunia nyata. Di sanalah tempat nyata untuk berkarya, bertemu orang-orang, menjalin relasi, dan menjadi bermanfaat untuk orang lain. Kesuksesannya saat ini adalah bukti nyata atas konsistensi kehidupan sosialnya di dunia nyata. 

Ruang duduk di gedung 3

Om Billy juga bercerita tentang bagaimana ia menjalani keseharian. Tidur lebih awal, bangun lebih pagi, lalu pergi ke hutan dan ranch. Memberi makan dan memeriksa keadaan kuda-kuda. Setelah itu baru balik ke rumah (sandalwood), mandi, lalu makan pagi bersama istri. Siang hingga petang melakukan pekerjaan dari rumah. Sorenya bersantai sambil membaca buku untuk menambah wawasan.  

Soal prestasi berkuda, tak ada keraguan lagi. Om Billy pernah memperoleh penghargaan kehormatan dari pemerintah Kabupaten Sumba Timur atas prestasinya menciptakan rekor Indonesia berkuda terjauh dan terlama dengan 602,2 km selama 12 hari berturut-turut. 


Kini usianya memang tak lagi muda, tapi masih berjiwa muda, dan tidak pernah berhenti untuk berkarya. Saya mengagumi semangatnya, gaya hidupnya, dan caranya memandang hidup. 

Selalu berbuat yang terbaik, bermanfaat untuk diri sendiri apalagi  bagi orang lain. Itulah prinsip hidup Om Billy. 

Banyak spot foto cantik

Dengan merintis dan mendirikan De’Ranch sebagai tempat berkuda sekaligus objek wisata berbasis peternakan, Om Billy mengajak masyarakat untuk melestarikan ternak kuda. Kabarnya, bulan April ini De Ranch punya fasilitas bermain baru dan seru yang bisa dicoba oleh seluruh keluarga. 


Lain waktu, kalau saya liburan lagi di Sandalwood, De Ranch bakal saya jadikan tempat untuk beraktivitas selama liburan di Lembang. Semoga kembali lagi di rumah liburan penuh inspirasi ini, Sandalwood! 

Rumah adalah tempat di mana hati bertahta

Kenangan dari Lembang 

Menikmati momen kebersamaan dengan keluarga pada akhirnya bukan sekedar pindah tidur untuk melihat dan merasakan suasana baru, melainkan juga mendapatkan banyak ide, hikmah hidup, pengalaman, dan dorongan kuat untuk kembali melanjutkan cita-cita besar yang pernah dibuat ketika awal berkeluarga.

Sejenak di Sandalwood Hotel adalah tentang rumah liburan yang nyaman, juga inspirasi dari pribadi penuh cinta seorang Billy Mamola, owner hotel sekaligus founder De Ranch Lembang yang darinya terpancar semangat tak pernah padam untuk berkarya dan membagi sukacita. 


Liburan bahagia penuh makna 😊
  

Sandalwood Boutique Hotel
Jl. Sesko AU no. 1, Lembang
Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40391
Reservation: 022-2788070
Email: sandalwood_lembang@yahoo.com
www.sandalwoodlembang.com

Melihat Keindahan Klasik Bali Tempo Dulu di Desa Wisata Penglipuran

$
0
0
Penglipuran Bali - Berkunjung ke Desa Adat Penglipuran adalah menyaksikan kemolekan lain yang tersimpan di Pulau Dewata. Desa tradisional yang sejuk ini memiliki cerita sejarah yang menarik. Dikenal sebagai wajah kehidupan masyarakat Bali pada zaman dahulu. Tak hanya menerbitkan rasa kagum atas keteguhan masyarakatnya dalam memegang tradisi, tapi juga rasa bangga karena dinobatkan sebagai desa terbersih ketiga di dunia selain Desa Giethoorn di Belanda dan Desa Mawlynnong di India. 

Desa tradisional penglipuran
Pesona Desa Adat Penglipuran Bali

Bali di Bulan November 2017

Minggu (26/11/2017) hari terakhir kami (saya dan suami) liburan di Bali. Saat itu, erupsi Gunung Agung sedang menghantui suasana berlibur. Kondisi pariwisata di Bali memang masih aman, masih banjir wisatawan. Hanya saja jadwal penerbangan masuk dan keluar Bali beberapa kali sempat ditunda bahkan ditutup. Rasa khawatir tentu ada, karena malam itu kami mesti kembali ke Jakarta sebab Senin pagi suami ada meeting di kantor yang tidak bisa ditinggalkan. Untuk menenangkan suasana hati, kami fokus pada kegiatan hari itu yakni jalan-jalan ke beberapa tempat di Bali.

Kami tak berdua saja. Ada Celly, Bayu dan Ci Verren juga. Sengaja hari itu jalan sama mereka, biar seru main ayunan ekstrem bareng di Bali Swing. Kami dijemput di Villa Selasar / Mayaloka Villa (tempat saya dan suami menginap). Kemudian langsung meluncur bersama mereka ke Kab. Badung. Dimulai dengan seru-seruan bermain ayunan di Bali Swing, baru lanjut ke Desa Adat Penglipuran. Sorenya akan sunsetan di Tanah Lot. Sayangnya rencana ke Tanah Lot gagal karena perjalanan menuju ke sana dihadang macet panjang dan kami akhirnya sibuk mengejar waktu ke bandara.

Cerita tentang berayun di ketinggian Bali Swing dapat di baca di: Uji Nyali Berayun di Ketinggian di Bali Swing
 
Desa Tradisional Penglipuran Bali
Desa Tradisional Penglipuran Bali

Hujan Sepanjang Jalan Menuju Bangli
 

Usai makan siang di restoran Bali Swing, kami menempuh perjalanan berkendara mobil sekitar 2 jam dari Bongkasa Pertiwi, Kabupaten Badung, menuju Bangli. Hujan deras sejak separuh perjalanan hingga sampai di Bangli membuat perjalanan jadi lama. Kami pun terkantuk-kantuk. 

Waktu Zhuhur nyaris terlewat jika suami tak segera minta diantar ke masjid. Karena sudah di Bangli, Mas Sastra (driver) langsung membawa kami ke Masjid Agung Bangli. Hujan masih deras, tak ada tanda-tanda akan berhenti. Dengan satu payung dan satu mantel hujan, kami berlari-lari menuju pintu masuk masjid, segera salat. Hati jadi tenang setelah tunai segala kewajiban. Baru setelah itu mobil kembali melaju menuju Desa Penglipuran.

Desa Penglipuran berada di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Sekitar 45 kilometer dari Kota Denpasar. Menurut Mas Sastra, desa ini sudah dekat dengan perbatasan desa-desa yang berada di sekitar Gunung Agung. Jarak dengan perbatasannya saja yang dekat. Kalau dengan gunungnya masih jauh. Jadi tak ada kondisi mengkhawatirkan. Semua masih kondusif.  


Baca juga : Nusa Penida, Kilau Indah Permata Bali 

Masjid Agung Bangli yang kami singgahi sebelum sampai di Desa Penglipuran

Tiket Masuk Penglipuran dan Sewa Payung
 

Jarak dari Masjid Agung Bangli ke Desa Penglipuran kami tempuh dalam waktu  15 menit. Pukul 15.14 WITA kami sampai di Balai Banjar yang berjarak sekitar 20 meter dari mulut desa. 

Di depan Balai Banjar terpancang papan nama bertuliskan Sapta Pesona, lengkap dengan rinciannya: Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, dan Kenangan. Nanti setelah berkeliling Desa Penglipuran, Sapta Pesona ini memang gambaran paling cocok buat dilekatkan pada Penglipuran.  

Balai Banjar Desa Penglipuran

Area parkir kendaraan berada di sebelah balai. Tidak terlalu luas. Berkapasitas kurang lebih 10-15 mobil saja. Kalau tak salah ingat, ada 5 mobil yang sedang parkir saat itu. Hujan masih deras, kami ragu untuk turun, apalagi masing-masing pada bawa kamera. Khawatir basah dan jadi rusak.

Mas Sastra keluar mobil lebih dulu, ia berlari ke loket untuk membayar tiket masuk. Untuk masuk Desa Penglipuran ini wisatawan dikenakan biaya Rp15.000,-/orang dan Rp8.000,- untuk parkir kendaraan.  

Sewa payung di desa Penglipuran

Sesaat kemudian seorang wanita (sudah nenek-nenek) mendekati mobil kami. Dia datang dari arah tenda tunggu dekat jalan masuk desa. Di tangannya tergenggam beberapa payung. Diacungkannya payung-payung itu untuk kami sewa. Kebetulan sekali. Meski punya mantel hujan sendiri, payung itu tetap saya sewa. Suami, Bayu, dan Ci Verren juga ikut menyewa. Motif payungnya seragam dan warnanya cantik-cantik. Sepertinya bagus saat dipakai berfoto di desa.

Kalau ke sini sedang hujan, jadi tak khawatir. Tinggal sewa payung buat keliling desa. Biaya sewa hanya Rp10.000,-/payung. Bisa pakai sepuasnya sampai kelar keliling desa. Asal dijaga jangan sampai rusak. Pembayarannya kalau sudah kelar, saat mau pulang.

Jalan masuk Desa Penglipuran

Keindahan Tanah Leluhur

Terletak di 700 meter di atas permukaan laut membuat Desa Penglipuran senantiasa dilingkupi udara sejuk dan segar. Kesejukan dan kesegarannya langsung terasa ketika menapaki desa. Desa ini bahkan sering basah karena hujan. Selama di sini, hujan tak jua reda sampai kami meninggalkannya.

Ada sebuah angkul (gerbang) yang berada tepat di pusat jalan desa. Sirapnya (atap) terbuat dari bambu. Sangat tradisional. Di dekat angkul saya berhenti, memandang sekeliling. Saya menjumpai kontur tanah desa yang miring sehingga jalan desa ada yang menurun dan menanjak. 

Penunjuk arah buat wisatawan yang ingin mengeksplore potensi yang ada di Desa Penglipuran

Tak jauh dari angkul terdapat petunjuk arah yang membuat saya jadi tahu kalau desa ini memiliki tempat-tempat wisata potensial yang bisa dikunjungi seperti candi, Bamboo Forest (250 m), Monument, dan Karang Memadu (150m). Jarak ke tempat-tempat tersebut tak sampai 1 kilometer. Saya jadi penasaran untuk melihatnya.

Namun, keterbatasan waktu membuat kami tidak banyak ke mana-mana. Hanya di desa, melihat-lihat suasana. Itu pun tidak mengelilingi seluruh desa. Sekitaran angkul saja. Lagipula sedang hujan. Meski hujan, saya tetap bisa maksimal mengamati salah satu rumah adat, menyapa penduduk yang lewat, dan berbincang hangat dengan salah satu penghuni rumah. 


Di samping itu tentu saja saya mengambil foto. Terlalu sayang tidak mengabadikan keindahan desa lewat lensa. Karena sedang hujan, saya dan suami bekerja sama. Saya memotret, suami memegang payung. Kalau suami yang motret, gantian saya yang memayunginya. Memang jadi agak repot. Tapi itu menyenangkan 😊

Angkul di pusat jalan desa (gerbang tinggi disebelah kanan)

Di bawah gerimis, dari tempat yang agak tinggi, pemandangan desa terlihat jelita. Rumah-rumah adat berjajar dalam pagar yang rapi. Di luar pagar maupun di dalam pagar, aneka tanaman bunga warna-warni tumbuh cantik menambah keasrian. Jalannya yang sedang basah oleh air hujan,
berukuran cukup lebar (+/- 3 meter), terlihat sangat bersih.  

Suasana jalan terasa sangat tenang tanpa gangguan hilir mudik kendaraan jenis apapun. Tanpa bising suara klakson yang memekakkan telinga. Tanpa asap knalpot yang mengotori pernafasan. Hanya ada orang-orang, baik penduduk asli maupun wisatawan yang sedang berkunjung. Saya pun tak melihat ada hewan peliharaan lalu laang di jalan.

jalan desa penglipuran
Jalan desa Penglipuran. Lebar, bersih, rapi. Tak dilewati oleh kendaraan apa pun.

Permukaan jalan desa bukanlah aspal hitam mulus yang licin mengkilat, melainkan aspal berbatu. Tekstur batunya menutupi seluruh permukaan jalan. Seperti paving stone di taman-taman, tapi rapat dan padat tanpa celah. Di sisi kiri dan kanan jalan ada got. Di antara badan jalan dan got ada space kosong (semacam trotoar) dibalut rumput hijau yang tebal. 

Oh ya, di sini tentunya tidak perlu trotoar. Seluruh badan jalan bisa dilalui dengan aman oleh orang-orang. Tidak perlu minggir-minggir karena tidak ada kendaraan apapun yang lewat. Nah, penataan ini seragam, terlihat sepanjang jalan. Sangat rapi, enak dilihat, nyaman dirasa. 

Warga menanam bunga di depan rumah dan di pekarangan
Desa Penglipuran Bali

Rumah Adat dan Keunikan Desa

Nuansa tradisional Desa Penglipuran sangat kuat. Memiliki keunikan baik dari segi fisik maupun non fisik. Salah satu keunikan fisik yang langsung terlihat adalah bentuk arsitektur rumah warga yang kental bergaya tradisional Bali seperti gerbang yang disebut angkul-angkul, atap dari bambu, dan dinding penyeker.

Empat tahun lalu saya pernah menyambangi Kintamani bersama suami. Saya masih ingat bentuk rumah-rumah di sana. Nah, jika dicermati arsitektur rumah di Penglipuran ini memiliki kemiripan dengan rumah-rumah di Kintamani. 


Mengenai arsitektur rumah ternyata ada kaitannya dengan kisah di masa lalu, saat masih zaman kerajaan. Dulu, yang tinggal di desa ini adalah Raja Bangli dan para penghuni kerajaan lainnya. Namun, Raja Bangli menginginkan rakyatnya juga tinggal bersama-sama dengan raja. Salah satu alasannya adalah untuk berperang. Sebelum dipindahkan ke Penglipuran, dulu masyarakatnya tinggal di desa Bayung Gede Kintamani. Dari sinilah cerita arsitektur rumah itu bermula.  

Kebersihan desa selalu terjaga

Masing-masing rumah memiliki gapura kecil (gerbang) dengan bentuk, ukuran dan atap dari bambu yang seragam. Ukuran gapuranya hanya bisa dilalui oleh satu orang. Harus bergantian ketika melewatinya. Ada makna filosofis yang terkandung dari ukuran tersebut. 


Halaman rumah dihiasi bale sakenam, sementara tempat ibadah keluarga diletakan di sudut timur.  

Gerbang kecil di tiap rumah, bentuknya seragam

Setiap rumah memiliki pekarangan. Di masing-masing pekarangan terdapat dua rumah adat. Rumah bagian depan merupakan rumah utama, berfungsi sebagai tempat menerima tamu dan tempat tidur. Sesuai adat dan tradisi desa, hanya anak laki-laki yang berhak mewarisi rumah utama. 

Sedangkan dapur ada di bagian belakang, bangunannya terpisah. Di dalam dapur terdapat tungku (tempat memasak) dan juga tempat tidur. Di langit-langit dapur ada lumbung kecil tempat menyimpan hasil panen. Dari yang pernah saya baca, berdasarkan penelitian para ahli, meski musim berubah-ubah (panas/kemarau, dingin/hujan), suhu dapur di rumah-rumah adat ini tetap konstan. 

Dapur tradisional di bagian belakang, terpisah dari rumah utama

Mata pencarian masyarakat Penglipuran adalah bertani, buruh pertanian, perajin, dan peternak. Seperti diketahui, desa ini memiliki potensi hutan bambu. Bambu inilah yang dijadikan beragam kerajinan tangan yang kemudian disajikan sebagai souvenir dengan harga yang super menarik.

Beberapa warga juga ada yang berdagang di rumah. Kebanyakan mereka menjual keperluan sehari-hari. Ada pula yang berjualan souvenir yang bisa dijadikan buah tangan oleh wisatawan seperti kain bali, aneka snack Bali, baju kaos Bali, kerajinan bambu, dan lain-lain. 


Di salah satu penjual, Celly membeli kain Bali seharga Rp 50.000,-. Sedangkan Bayu membeli ikat kepala dengan harga Rp10.000,- Kain dan ikat kepala itu kami anyari untuk berfoto dengan latar desa. 

Warga desa menjual barang kerajinan di rumah

Di sini, beberapa warga menjadikan rumahnya sebagai homestay. Bisa jadi tempat bermalam bagi wisatawan yang ingin merasakan langsung suasana kehidupan sehari-hari masyarakat Bali di Penglipuran. 

Berinteraksi dengan warga, bersantap dengan masakan desa, tentu akan menjadi pengalaman unik yang sangat berbeda dari kebiasaan sehari-hari di daerah tempat kita tinggal. 

Jika terbiasa liburan di Bali menikmati suasana pantai yang berlimpah cahaya matahari, jalan-jalan dan belanja di kawasanan Kuta yang padat, makan-makan di gemerlap kafe-kafe dan resto di  tengah Kota Denpasar, maka di sini bisa menikmati sisi lain Bali yang penuh ketenangan, kedamaian, serta kesederhanaan. 

Antar rumah warga tanpa pagar pembatas. Pagar hanya ada di bagian depan rumah.

Teguh Memegang Tradisi

Desa Penglipuran sudah ada sejak abad 13 dengan luasan desa 112 hektar. Desa tua ini disebut sebagai desa tradisional karena masih memegang kuat tradisi dan ritual-ritual adat istiadat yang dipercaya, seperti tradisi atau ritual upacara keagamaan, pernikahan, kelahiran, bahkan kematian. Dalam ritual atau upacara yang diadakan masyarakat setempat, setiap pengunjung bisa masuk dan melihat langsung setiap hal yang berlangsung dalam upacara tersebut. 


Desa Penglipuran memiliki sistem kekeluargaan yang cukup kuat. Tradisi yang kuat tersebut dapat dilihat dari kebiasaan masyarakatnya yang saling peduli, saling perhatian dalam segala hal, termasuk dalam mengadakan upacara pernikahan, adat, dan keagamaan. Sistem kekeluargaan yang kuat ini selanjutnya diperkuat dengan tidak adanya pintu penghalang atau gerbang antara pekarangan yang satu dengan yang lain. Jadi, kalau ada persoalan yang cukup penting dan genting, setiap masyarakat dapat dengan mudah serta bebas hambatan. 

Ukuran gerbang di rumah adat Desa Penglipuran seragam

Biasanya penduduk setempat melakukan upacara adat di pura, seperti upacara Piodalan. Upacara ini dihitung berdasarkan kalender Bali. Upacara ini digelar setahun sekali. Dalam upacara tersebut dapat dijumpai semacam musabe bantal atau sesajen yang berupa buah-buahan, jajanan, hasil bumi, dan berbagai jenis sesajen lainnya.

Di Desa Penglipuran juga dikenal adanya musim kawin. Pada saat yang bersamaan, dihelat banyak upacara pernikahan. Biasanya setiap bulan Oktober, di desa ini banyak dijumpai upacara pernikahan. Hal itu dilakukan karena masyarakat setempat mengakui bahwa bulan tersebut adalah bulan yang baik atau waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan. 

Bale di rumah adat Bali

Keindahan Klasik Bali Tempo Dulu

Saya dan suami senang sekali dapat berkunjung ke Penglipuran. Kami menikmati eksotisnya panorama dan lingkungan desa, serta mengagumi keteguhan masyarakat Penglipuran dalam memegang adat budayanya. Orang-orangnya yang ramah, memiliki nilai spiritual yang sangat kental. Mereka menghormati sesama manusia, alam, dan Tuhan.

Datang ke sini seakan diajak flash back menikmati kehidupan masyarakat Bali zaman dulu. Jadi, bila ingin lihat wajah Bali tempo dulu maka datanglah ke Desa Penglipuran. Suasana desanya tenang, begitu damai dalam kesederhanaan. Kesejukan, kebersihan, dan keasrian yang dimilikinya menjadi penyempurna keindahan desa. Tak heran jika Penglipuran jadi salah satu desa terbersih di dunia bersama Desa Giethoorn (Belanda) dan Mawlynnong (India). 

Desa Penglipuran, desa pengeling pura.

Mengenai nama desa, Penglipuran diambil dari kata pengeling pura yang berarti “ingat pada leluhur”. Selanjutnya desa ini berubah nama menjadi Penglipuran. Sesuai dengan namanya, desa ini dapat menjadi tempat pelipur atau penghibur dikala duka.

Saya percaya, ketenangan dan kedamaian itu letaknya di hati sendiri, bukan pada tempat atau orang lain. Saya juga percaya, ketenangan yang terdapat pada suatu tempat atau pada seseorang yang lain juga dapat menular ke dalam diri.Ia menjalar ke dalam hati dan perasaan, masuk ke dalam batin, menghalau perasaan lain yang bertentangan, sehingga terciptalah kekompakan. Kompak dengan ketenangan dan kedamaian yang melingkupi dari luar.


Karena itu, sedang berduka atau tidak, ketenangan dan kedamaian yang murni dari desa ini bila benar-benar dihayati dengan hati akan memberi pengaruh pada suasana hati. Jadi senang dan kian bahagia. 

🌷 Indahnya Pesona Penglipuran 🌷

Penglipuran itu buat saya seperti ketika berada di sisi seorang kekasih yang memiliki ketenangan, kesabaran, ketulusan, dan kebersihan hati tanpa batas. Jiwa merasa damai dan tentram bersamanya. Merasa selalu dicintai, dihormati, tak pernah dikhianati sehingga selalu mendambanya jadi tempat menua menghabiskan sisa usia. Rasa bahagia yang terasa ketika bersamanya bagai dicurahi penghiburan dan penglipuran sepanjang waktu. Itulah Penglipuran. 💕



Bali, November 2017

Catatan: 
Semua foto oleh Katerina dan Arif.
Jalan-jalan Bali bersama Picniq Tour & Travel. 
Paket tour Bali dan lainnya www.yourpicniq.com  Jeffry HP: 081949555588
 

Kumpul Seru Blogger di Launch ASUS Zenfone Max Pro M1

$
0
0
ASUS | Zenfone - Limitless Gaming Max Series Launch

Peluncuran smartphone terbaru ASUS Zenfone Max Pro M1 yang bertajuk Limitless Gamingtelah digelar dengan sukses pada Senin tgl 23 April 2018. Meski telah berlalu, euforia-nya masih terasa. Kalau boleh lebay sedikit, saya dan beberapa rekan blogger kenal dekat masih gagal move on lho. Obrolan tentang keseruan kumpul blogger se-Nusantara dan kehebohan acara peluncuran, masih berlangsung berhari-hari. Yang paling kentara, materi terkait event dan info Zenfone Max Pro M1hampir tiap hari diposting di sosmed. Saking semangatnya sampai dibilang nyepam oleh kawan. Pertanda apa ini? Pertanda bakal dapat #kotakkayu. Dezigh!!!😝 

Gathering Blogger Nusantara di acara Launching ASUS ZenFone Max Pro M1

Event ASUS kali ini terbilang kolosal dari segi acara dan penuh gebrakan dari segi produk yang diluncurkan. Pasar smartphone di Indonesia pun dibuat gonjang-ganjing. Pasalnya, hapedengan sederet fitur unggulan ini  memiliki kesamaan dengan merk sebelah, sama-sama menggunakan prosesor Snapdragon 636, tapi dibanderol dengan harga yang lebih ramah di kantong! Tak heran peminatnya melejit saat flash sale perdana di Lazada pada Rabu tgl 25 April 2018 lalu (tepat seminggu yang lalu). Konon sekian ribu unit Zenfone Max Pro M1 yang disediakan saat flash sale ludes dalam waktu 15 detik! Laris manis tanjung kimpul ini menjadi sebuah fakta tak terbantahkan. Masa flash sale pun terhitung lebih cepat 15 detik dari merk sebelah. Ulala😍 

ASUS ZenFone Max Pro M1 - Snapdragon 636 - Baterai 5000mAH - 3GB/32GB - Rp 2.199.000,-

Para calon pengguna ZenFone Max Pro M1 heboh. Ada yang bersuka hati, ada yang bersedih hati, ada pula yang memaki karena kesal tidak kebagian flash sale! Mereka menjerit, merintih, memelas kapan barang bisa ready stock secara offline*Hayati lebay😃

Gempita ZenFone Max Pro M1 memang sukses memikat hati para mobile gamers. Bukan sebatas mereka sajasih, tapi juga para pengguna smartphone zaman now yang pada umumnya memang demen dengan fitur-fitur terkini. Tidak sedikit yang hendak pindah ke lain hati dari merk sebelah.Mereka siap menikung dan selingkuh terang-terangan tanpa takut diusir istri tuanya #eh, tapi kemudian malah jadi kecewa karena sang pujaan belum tersedia di toko-toko langganan. Mereka mesti menunggu, terbelenggu rindu....pada Zenfone baru.

ASUS ZenFone Max Pro M1 di tanganku. Difoto menggunakan ZenFone Max Pro M1. 
Kamu mengidamkan ini?

Baiklah, sebelum saya ikut dilanda murung karena tidak berhasil menenangkan teman-teman dekat yang juga kebelet ingin mendapatkan ZenFone Max Pro M1 mari saya ceritakan dulu keseruan saat meliput dan menyaksikan jalannya event Limitless Gaming Max Series Launch ini. 

Dalam event ini ASUS Indonesia mengundang rekan blogger, media, dan youtuber dari segala penjuru Nusantara, serta para Zenfans dalam jumlah yang tidak sedikit. Hmm...banyaknya undangan ini membuat saya teringat pada event Zenvolution di Bali lho.

Kehadiran Zenfans membuat suasana tambah ceria dan meriah. Acara peluncuran jadi petjaaaah. Beberapa orang berkostum unik. Tingkah polahnya pun mengundang keriuhan. Mereka memang menarik perhatian. Selain hadir untuk menyaksikan peluncuran produk, ZenFans juga memperingati hari jadi komunitasnya. Mereka bawa kue segala. Di ujung acara tiup lilin ramai-ramai di atas panggung.Selamat ya Zenfans!

Blogger pengguna ASUS (BLUS) memang kece tiada tanding. Komunitas Zenfans di sayap kanan, Media di sayap kiri. Blogger di tengah-tengah. Rame kan?

Komunitas blogger pengguna ASUS (biasa disingkat BLUS) juga tak kalah seru. Kesempatan hadir di event dijadikan ajang temu kangen. Maklum, biasanya cuma dekat di dunia maya, tapi berjauhan di dunia nyata. Terpisah kota bahkan pulau. Meski berjauhan tapi saling dekat di hati dan di jantung lhooooo. Makanya kangen 💜 *uhuk.

Kami hanya melakukan hal sederhana untuk merayakan pertemuan.Cuma dengan kumpul di satu tempat sambil bongkar oleh-oleh untuk dicicipi bersama. Menikmatinya bareng-bareng, ngobrol ngalor ngidul buat melepas kangen, ketawa ketiwi, lalu saling bully dengan kata-kata penuh canda. Itu saja. Sederhana tapi terasa istimewa. Bawa nggak bawa oleh-oleh pokoknya kumpul. 


Menikmati kuliner Nusantara di kamar 1415 Hotel Grand Mercure Harmoni Jakarta 
*Foto Katerina, Deddy, Primastuti*

Ritual bongkar oleh-oleh terjadi pada Minggu sore (22/4/2018) di kamar 1415 Hotel Grand Mercure Harmoni Jakarta. Hotel ini adalah tempat para undangan ASUS menginap. Kamar 1415 adalah kamar yang saya tempati bersama Mbak Dian Batam. Awalnya di kamar ini saya, Dian, Ima, Ihwan, Bai, dan Deddy akan melakukan syuting scene judes efek kepedasan makan Cilok (titipan dari si empunya Cilok). Tapi skenario tidak berjalan semestinya. Keberadaan Timphan Aceh bawaan Bai, Otak-otak Batam bawaan Dian, dan Bakpia Green Tea Jogja bawaan Ima, membuat acara syuting promo cilok melenceng ke acara lainnya dengan adegan lebih seru: Rame-rame makan oleh-oleh di ranjang 😅

Peserta yang kumpul bertambah, oleh-oleh pun bertambah. Deddy jadi juru kunci kamar. Kalau ada yang ketuk-ketuk kamar kudu ditanya password: "Bawa apa?" Kalau dijawab bawa sesuatu, pintu dibuka. Sungguh becandaan yang bikin suasana kamar jadi riuh. Kemudian ada lempok duren bawaan Arief dan sederet oleh-oleh bawaan Vina dari Pekanbaru di antaranya Bolu Sarang Semut, Culut Keju, Enting-enting, Keripik telur rendang, dan roti. Semua yang hadir di kamar ikut mencicipi. Alhamdulillah. Senang!

Serunya menikmati oleh-oleh bareng. Terima kasih semuanya!

Bagi saya, BLUS bukan sekedar komunitas blogger pengguna ASUS, melainkan juga sebuah keluarga. Selama menjadi bagian dari keluarga BLUS, selalu ada cerita dan pengalaman yang saya temukan di dalamnya. Entah itu untuk disimpan saja, atau pun untuk dibagikan. Cerita yang tentunya tidak melulu membahas produk, ada juga tentang keseruan selama meliput, serta kegiatan-kegiatan lain yang menyertainya. 

Oh ya, saya bukanlah pengguna produk ASUS musiman, melainkan pengguna dalam hitungan puluhan purnama. Punya pengalaman menggunakan ASUS dalam keseharian, bukan saat ada event saja.  Jadi, ketika saya diundang oleh ASUS sebagai Media Outskirt, ini adalah bagian menyenangkan dari aktivitas saya sebagai seorang blogger. Terima kasih kepada ASUS atas undangan-undangannya selama ini. Termasuk yang kali ini, Limitless Gaming Max Series Launch


Ada tiga acara inti dalam peluncuran kali ini yaitu Limitless Gaming Max Series Launch, Limitless Press Launch dan Gala Dinner. Acara launch dan dinner dilaksanakan di tempat berbeda tapi masih di hari yang sama yaitu Senin tgl. 23/4/2018. Mengingat acara ini memang tidak kecil, pihak ASUS tentu berharap semuanya dapat berjalan dengan lancar. Karena itu para undangan dari luar kota sudah diberangkatkan ke Jakarta sejak hari Minggu (22/4/2018). 
  
Seperti biasa, kalau ASUS memfasilitasi para undangan nggak nanggung-nanggung. Mulai dari tiket pesawat PP, hingga akomodasi selama di Jakartasemua ditanggung. Ada tim dari travel yang ditunjuk oleh ASUS Indonesia untuk mengurus segala keperluan undangan. Selain full fasilitas, hotel tempat para undangan menginap dan venue launching yang dipilih ASUS selalu mentereng dan berkelas. Kalau pembaca mengikuti postingan liputan event ASUS yang pernah saya posting sebelum-sebelum ini, mestinya paham tempat-tempat ekslusif mana saja yang saya maksud. 

Fasilitas menginap juga berlaku buat blogger yang tinggal di Jabodetabek, kecuali transportasi dari rumah ke hotel bayar sendiri 😃Saya dan kawan-kawan lain dari Jakarta seperti Andre, Bang Bram, Mas Eko, Askar, dan Oline (Bekasi), Evrina (Bogor), Nurul (Serang)juga dapat kamar selama 3 hari 2 malam. Asyiknya ASUS tuh gitu...semua dibikin happy 😗 

Kamar 1415 Grand Mercure Harmoni Jakarta

Bojoku mengantar sampai kamar, memastikan aku baik-baik saja berada di antara blogger-blogger kece ini 😂 *Foto oleh Primastuti*
 
Teman-teman blogger dari daerah serentak ke Jakarta pada hari Minggu. Kebanyakan dari mereka naik pesawat Garuda. Andai dari BSD Tangsel ke Jakarta bisa naik pesawat, saya juga mau loooh hehe. Di bandara sudah disediakan bus buat mengantar ke hotel. Saya dengar, rombongan yang tiba pagi pada pergi melihat pameran mobil di IIMS. Katanya buat mengisi waktu sambil menunggu jam check-in hotel.  

Dengan rombongan berjumlah besar, proses check-in hotel dilakukan secara khusus di tempat khusus. Kami jadi bisa masuk kamar dengan mudah dan nggak ribet. Oh ya, karena sesuatu dan lain hal, beberapa teman blogger baru bisa hadir pada hari H. Kemudian malamnya baru ikut menginap, tapi ada pula yang langsung pulang. Cuma ikut acara launching dan gala dinner saja. Meski sebentar, kami masih sempat ngobrol, foto bareng, dan bergembira bareng. Dan pastinya tetap promosi Zenfone bareng-bareeeeeeng....

Zenfone mengabadikan serunya kumpul blogger 
*Foto: Primastuti*
Jelang dinner Minggu malam di Grand Mercure Harmoni Jakarta 
*Foto: Primastuti*
 
Briefing
  
Minggu malam, usai dinner dan briefing sebenarnya saya ingin pulang dulu ke rumah, nggak pakai nginep di hotel. Senin pagi baru datang lagi. Soalnya anak lanang yang SMP sedang ujian. Sebagai ibu pastilah saya ingin di sisi anak, mendampingi dan memberi dukungan dari dekat. Tapi mas suami tidak setuju saya pulang, bolak-balik katanya. Nanti malah capek. Jadi menurutnya, khusus untuk acara ASUS ini nggak apa-apa kalau mau menginap. Biar saya bisa kumpul agak lamaan dengan teman-teman (suami menyebut Dian dan Ima)

Wiiiiiih....dua kata buatmu wahai suamiiii: Terima kasih!


Betapa senangnya hati bisa ketemu dan kumpul dengan keluarga BLUS ini. Terima kasih pak suami atas dukungannya!*insert : scene fenomenal dengan AJM 😂 
*Foto: Primastuti, Deddy Huang, Ihwan*

Minggu siang sampai sore acara bebas dan santai. Malamnya briefing (khusus blogger), dilanjut makan malam di Grand Ballroom Hotel Grand Mercure Jakarta Harmoni. Saat dinner inilah mulai kelihatan kalau media, youtuber dan Zenfans yang diundang ASUS itu banyak. Grand Ballroom yang luas itu penuh. Padahal belum semuanya lho yang hadir.

Momen kumpul begini rasanya rugi kalau tidur cepat. Apalagi buat teman-teman yang datang dari daerah. Mengisi waktu dengan wisata malam ke tempat terkenal di Jakarta yang nggak jauh dari hotel tentu jadi pilihan asik. Jadilah malam itu kami pergi ke Monas. Naik busway yang haltenya ada di depan Hotel Grand Mercure. Andre jadi guide. Dia bisa diandalkan kalau urusan keliling Jakarta. Kalau saya jangan ditanya, menciut deh bingung arah jalan. Apalagi kalau naik transportasi umum. Makanya mumpung lagi rame-rame, bakal seru kalau ikut pergi. Ternyata nggak rugi ikutan, bisa nonton pertunjukan air mancur menari. Bener juga kata Andre, pertunjukan air mancurnya mengesankan. Saya pun baru tahu. Sewaktu live story di IG, suami dan anak-anak ikut nonton. Mereka jadi penasaran ingin lihat juga. Nah, ada gunanya juga saya ikut malam itu.  Jadi tahu ada wisata malam menarik di Monas.

Wisata malam di Monas bareng Deddy, Ihwan, Ima, Vina, Dian, Tyar, Arief, Bai. 
*Foto: Deddy Huang*

Air Mancur Menari diiringi lagu-lagu daerah dan nasional. Tiap Sabtu dan Minggu malam jam 19.30 & 20.30 di MONAS Jakarta.

Jalan-jalan malam di Jakarta. Naik busway, jalan kaki, sampai lepas alas kaki 😄 
*Foto : Primastuti, Ihwan, Deddy, Katerina*

Sesuai jadwal, Senin jam 9.30 pagi kami akan diantar ke Ritz Carlton pakai bus. Nggak terlalu pagi waktunya, jadi bisa bersiap dengan santai. Mandi dan sarapan nggak pakai ngebut. Aneka menu sarapannya terlalu menggiurkan untuk dilalui dengan kecepatan 120 km per jam 😃

Sarapan Senin pagi, mengisi energi buat liputan launching

Sarapan Selasa pagi, minum jamu buat balikin tenaga paska liputan launching 😃
  
Jam 10 pagi lobby hotel Grand Mercure Harmoni sudah dipenuhi para undangan ASUS yang bersiap menuju Ritz Carlton. Meski sudah lewat 30 menit dari jadwal, belum ada tanda-tanda disuruh naik bus. Kami mengisi waktu dengan berfoto dan membuat video. Momen nggak akan terulang dua kali bukan? Belum tentu di event berikutnya bakal ketemu lagi di tempat yang sama. Jadi, puas-puasin foto. Dan tentunya nggak lupa mengabadikan setiap moment pakai Zenfone he he. Hape mana lagi yang jadi andalan? 😂 


Senin pagi di lobby hotel Grand Mercure Harmoni Jakarta
Foto: Deddy Huang, Ihwan, Primastuti.
  
Perjalanan menuju Ritz Carlton kami tempuh sekitar 45 menit. Jarak 10 KM jadi lebih panjang karena Jakarta terbiasamemberi pengalaman berkendara tidak lancar jaya. Pengalaman mengikuti acara launching ASUS di lokasi berbeda dengan hotel tempat menginap juga baru kali ini. Biasanya di mana undangan menginap, di situ pula acara peluncuran dilaksanakan. Jadi, mari nikmati rasa lain dari event kali ini. 


Belanja Prada di Ritz Carlton #HoaxBukanMain
Foto: Primastuti
Belanja Rolex di Ritz Carlton #HoaxBukanmain *Foto: Primastuti

Meski pergi kesiangan, tiba di Ritz Carlton tetap 'kepagian'. Gate registrasi belum dibuka. Beberapa undangan yang tidak membawa undangan fisik, pergi mengurusnya ke helpdesk. Kalau tak diurus jelas tak bisa masuk ke area venue. Sementara yang lain nongkrong di kafe sekitar ballroom. 

Tepat jam 12 gate registrasi dibuka. Kami mulai menyemut di pintu masuk. Satu persatu masuk gate sesuai kategori media. Jadi sesuai jalurnya ya. Barcode pada undangan di-scan lalu ditukar dengan kartu pengenal media. Setelah itu baru bisa masuk. 

Limitless Gaming Launch - Venue at Ritz Carlton Ballroom 2 & 3

Masuk pakai undangan.

Begitu masuk ke ruang dalam, tersuguhsejarah perjalanan Zenfone ASUS yang bertuliskan: The Journey of in Search of Incredible". 

Bagai melihat sebuah museum, Museum Zenfone. Karena belum pernah melihat ini sebelum-sebelumnya, sajian 'museum' ini saya pikir layak diabadikan dalam foto. Supaya lebih ajib, saya berinisiatif mengajak kawan-kawan BLUS berfoto di depannya. Satu minggu kemudian, adegan berfoto di tempat ini terekam dalam video resmi launch Limitless Gaming di channel youtube Asus Indonesia.

Gathering Blogger ASUS 
 
Selain 'Museum Zenfone' tadi, kami juga melakukan sesi foto di LOL Photobooth. Booth foto ini selalu ada di tiap event launch produk ASUS. Biasanya kami manfaatkan untuk berfoto rame-rame. Tapi kali ini tidak bisa. Hanya boleh satu-satu. Tempatnya pun dalam ruangan tertutup. Di dalamnya ada banyak kaca dengan dekorasi lampu gantung. Sayangnya setelah melihat hasil fotonya saya tidak terlalu bahagia. Entah kenapa tampak tidak menarik. Mengunduh file fotonya pun jadi enggan. Meski begitu, antrian yang mau foto panjang lho. Akhirnya saya cari spot lain, ketemu logo Limitless Gaming. Di situ lebih menarik, dan saya sangat suka hasilnya.


Bukan mobile gamers tapi pingin berfoto ala model mobil gamers di depan logo Limitless Gaming 😄
Model ASUS Zenfone terkini dan terpercaya: Bram Kurniawan 😊

Makan siang untuk para undangan telah disiapkan. Setelah dipersilakan makan, kami mulai bersantap. Menu-menu yang disajikan sangat variatif. Enak dan mengenyangkan.Waktu untuk makan lumayan panjang. Cukup longgar untuk istirahat dan menunaikan solat terlebih dahulu. 

Tepat jam 2 pintu ballroom dibuka. Kami masuk dan duduk di tempat yang sudah diberi tanda sesuai kategorinya. Bangku para blogger di tengah agak ke depan. Saya dapat bangku di barisan ke tiga dari depan, bersebelahan dengan Oline dan Sutoro. Di belakang saya satu deret diisi oleh undangan lain yang entah dari mana. Yang jelas bukan blogger. Di belakangnya lagi baru para blogger. Sedangkan di pinggir kiri sebelah kami adalah deretan bangku para Zenfans yang diundang secara khusus oleh ASUS atas perhatianmereka terhadap Zenfone. Sebagian besar Zenfans dari Jakarta. Beberapa di antaranya ada juga yang datang dari luar daerah seperti Medan, Kalimantan dan Sulawesi. 

Zenfans

Zenfans

Acara ini menjadi istimewa bahkan membanggakan karena ini adalah peluncuran produk hape ASUS yang menggunakan Snapdragon 636 pertama di dunia yang dilaksanakan di Indonesia bersamaan dengan India. Spesialnya lagi, Zenfone Max Pro M1 ini sudah 100% made in Indonesia yang artinya dibuat di Indonesia, tepatnya di pabrik ASUS di Batam. 

Hadir dalam acara ini sekaligus turut memberikan kata sambutan adalah Mr. Eric Chen yang mewakili ASUS Taiwan. Mr. Benyamin Yeh tampil memaparkan perjalanan Zenfone. Sedangkan Mr. Galip Fu tampil memaparkan ZenFone Max Pro M1 sebagai smartphone #LimitlessGaming. 

Mr. Eric Chen

Mr. Benjamin Yeh

Mr. Galip Fu

Mr. Bob Sprenger - Chief Commercial Officer Lazada

Raditya Dika - Sutradara iklan ASUS Zenfone

Tatjana Sapphira - Brand Amabasador ASUS Zenfone

Testimoni dari para mobile gamers dari grup esports binaan ASUS, antara lain Jessnolimit, RRQ dan Female Fightersm


ZenFone Max Pro M1 resmi diluncurkan Senin 23/4/2018

ZenFone Max Pro M1 merupakan varian terkuat dari seri Max M1. Sama seperti varian sebelumnya, ZenFone Max Pro M1 juga merupakan smartphone yang mengandalkan kemampuan baterai sebagai fitur unggulannya. Smartphone ini juga merupakan model yang mendukung fitur full-view display. Dimensinya relatif ringkas meskipun memiliki layar yang besar, yakni berukuran 6 inci.

Yang paling menarik, smartphone ini diperkuat oleh prosesor octa-core mutakhir Qualcomm Snapdragon 636 yang punya performa mumpuni dan sangat efisien penggunaan energinya. Performa tinggi yang ditawarkan, akan sangat bermanfaat bagi para pengguna yang saat ini semakin banyak bermain game di smartphone. 



 
ASUS Vice President, Eric Chen mengungkapkan antusiasmenya terhadap debut perdana ZenFone Max Pro M1 di dunia, di Indonesia. “Kami sangat gembira berhasil mewujudkan Indonesia sebagai negara pertama yang memiliki ZenFone Max Pro M1,” sebut Mr. Chen. “Dengan prosesor Snapdragon 636 yang bertenaga, dan kapasitas baterai untuk seharian, ini merupakan pilihan sempurna bagi para mobile gamers dan enthusiast. Dengan ZenFone Max Pro M1, pengguna akan benar-benar mengalami “Limitless Gaming” yang sebenarnya. 




 Limitless Gaming

"Kelebihan utama yang menjadi ciri khas ASUS ZenFone Max series adalah kapasitas baterainya yang didesain khusus untuk para traveller dan mereka yang butuh daya tahan baterai maksimal,” ucap Benjamin. “ZenFone Max Pro M1 punya kapasitas baterai yang besar, yakni 5.000mAh, dapat menyimpan daya lebih besar, namun dibuat dalam dimensi ringkas. Sangat bermanfaaat bagi para gamers,” ucapnya.

Untuk bermain game, pengguna membutuhkan perangkat yang punya performa mumpuni untuk menjalankan aplikasi game-game terkini. Prosesor Qualcomm Snapdragon 636, yang menawarkan performa lebih tinggi dibandingkan Snapdragon 625, dijamin mampu untuk menangani aplikasi game Android apapun yang disediakan di Google Play Store. Bahkan kalau kita membandingkannya dengan apliksi benchmark Antutu, peningkatannya mencapai 1,54x lebih tinggi.

“Tak hanya prosesor, untuk kepuasan bermain game, pengguna juga butuh tampilan layar yang maksimal. Tak hanya ukuran yang besar, tetapi resolusi tinggi juga dibutuhkan,” sebut Benjamin. “Untuk itu, ZenFone Max Pro M1 menyediakan layar ukuran besar, yakni 6 inci dan resolusi Full HD+ 2.160 x 1080p dengan rasio 18:9 serta full-view display demi memaksimalkan pengalaman bermain game,” sebutnya. 





 
Di Indonesia, ASUS ZenFone Max Pro M1 versi 3GB/32GB tersedia secara eksklusif di Lazada secara flash sale. Jadwalnya pada 25 April 2018 pukul 11.00 siang. Kemudian flash sale kembali hadir pada tanggal 2, 8, 15, 22, dan 29 Mei 2018.  Adapun versi RAM 4GB/64GB akan hadir di kuartal kedua. Selain itu, akan ada pula ZenFone Max Pro M1 versi RAM 6GB/64GB yang eksklusif didistribusikan oleh Erajaya. 

Berikut ini harga ASUS ZenFone Max Pro M1 yang beredar di Indonesia:
.
● ZenFone Max Pro M1 (3GB/32GB) Rp2.199.000, hanya tersedia di Lazada di masa flash sale. Setelah flash sale, harganya akan menjadi Rp2.299.000.
.
● ZenFone Max Pro M1 (4GB/64GB) Rp2.799.000 tersedia secara bebas
.
● ZenFone Max Pro M1 (6GB/64GB) Rp3.299.000 tersedia secara khusus didistribusikan oleh Erajaya.

Bagaimana menurut kalian harganya, sudah sangat terjangkau belum? 


Flash Sale perdana 25/4/2018 ludes dalam waktu 15 detik!

Dengan ZenFone Max Pro M1, ASUS menetapkan standar terbaru di industri smartphone di Indonesia. ASUS ZenFone Max Pro M1 akan menjadi benchmark untuk sebuah smartphone mainstream. Baik dari sisi performa yang ditawarkan, ataupun harga yang perlu ditebus oleh pengguna. 

Nyoh...nyoh....nyoh.... 😂


Acara peluncuran berlangsung sukses. Di akhir acara Zenfans naik ke panggung mengajak Mr. Benjamin Yeh dan Mr. Galip Fu meniup lilin bersama-sama sebagai tanda perayaan ultah Zenfans yang ke sekian. Setelah itu kami menuju ke Experience Booth untuk melihat dan mencoba unit Zenfone Max Pro M1 secara langsung.  


Untuk pengalaman menggunakan Zenfone Max Pro M1 akan saya tuliskan secara terpisah pada postingan berikutnya.

Setelah selesai seluruh rangkaian acara, kami kembali diangkut ke hotel. Tak ada lagi yang kami lakukan setelah itu karena masing-masing bersiap untuk gala dinner pada malam harinya.

Gala dinner diadakan di Grand Ballroom Hotel Grand Mercure Harmoni Jakarta. Kali ini acara gala dinner tanpa kehadiran artis penyanyi papan atas. Terasa hambar dan kurang menarik. Malah agak membosankan karena acara mini games-nya terlalu lama. Untunglah ada hal-hal 'unik' yang bisa kami lakukan di meja, dan hanya kami (saya, Dedew, Dian, Ima, Mira, Oline) saja yang tahu apa yang kami lakukan saat itu *nyengir😆

Untunglah di akhir acara ada sedikit hiburan yang bikin mata kembali melek dan rasa loyo minggat dari badan. Apalagi kalau bukan berjoget bersama diiringi lagu dangdut kekinian yang dinyanyikan oleh sang biduan yang mestinya sudah turun panggung karena acara sudah kelar. 




Kebersamaan malam itu ditutup dengan foto bareng keluarga BLUS di lobby hotel. Karena sudah malam, kebanyakan langsung kembali ke kamar untuk istirahat. Ada juga yang langsung pulang. Beberapa orang keluar makan ke McD dekat hotel. Esok pagi semua akan meninggalkan hotel, kembali ke daerah masing-masing.

Keseruan bersama blogger menjadi cerita sendiri selama menghadiri acara launch. Semoga dapat bersama lagi di event ASUS berikutnya.
Keluarga Blogger ASUS. Minggu malam 23/4/2018 *Foto: Primastuti*
Selasa pagi, 24 April 2018. Grand Mercure Harmoni Jakarta


Nah, ini dia Zenfone 5Q idaman hati!


 
 

Seba Baduy, Amanat Leluhur yang Masih Dijunjung

$
0
0
Seba Baduy 2018 - Seba adalah silaturahmi, sekaligus bentuk cinta dan hormat Suku Baduy kepada Sang Pencipta, alam, dan pemimpinnya. Di dalamnya ada ketulusan, serta suri tauladan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal. 

Seba Baduy 2018 Banten (dok. Katerina)

Didorong oleh rasa penasaran pada keunikan budaya masyarakat asli Baduy Dalam, empat tahun yang lalu saya melakukan kunjungan ke Kampung Cibeo, Kabupaten Lebak, Banten. Jalan kaki 5 jam menempuh jarak 10 kilometer yang melelahkan. Tinggal selama 2 hari 1 malam untuk melihat dan merasakan langsung bagaimana orang Suku Baduy Dalam mempertahankan tradisi dan menjalani kehidupan sederhananya. Dua hari tentu amatlah sebentar. Perlu lebih lama untuk mengenal lebih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan yang tersimpan. 

Tahun ini, saat tahu Provinsi Banten menggelar event Exciting Banten on Seba Baduy, di mana di dalamnya terdapat gelaran prosesi budaya Seba, antusiasme saya untuk datang dan menyaksikan tak terbendung. Event besar ini memberi saya kesempatan untuk menambah pengetahuan tentang budaya masyarakat adat Baduy. 


Warga Baduy Luar peserta Seba (dok. Katerina)
 
SEBA

Apa itu Seba? Sejak info event ini mulai wara wiri di media sosial, saya mencari tahu lewat internet dengan membaca tulisan yang jelas sumbernya. Saya menemukan informasi pada sebuah artikel. Di sebutkan bahwa, dalam buku Potret Kehidupan Masyarakat Baduy yang ditulis Djoewisno MS dan diterbitkan Cipta Pratama Adv tahun 1987, Seba berarti sowan atau berkunjung secara resmi.

Tradisi unik Seba adalah ritual warga Baduy membawa hasil panen ke kantor pemerintahan setempat sebagai bentuk persembahan. Bukan upeti, melainkan bentuk ketulusan dan keikhlasan semata yang diungkapkan setiap tahun sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan dan menjadikan ketetapan Lembaga Adat Masyarakat Baduy yang diterapkan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. 

Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy (dok. Katerina)

Dalam budaya ingatan dan budaya lisan orang Baduy, budaya Seba merupakan tradisi yang berusia sama tuanya dengan suku Baduy sendiri. Dilaksanakan secara turun-temurun sebelum Kesultanan Banten berdiri pada abad ke-16 Masehi (Asep Kurnia dalam buku Saatnya Baduy Bicara yang diterbitkan Bumi Aksara dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang tahun 2010) sebagai bukti kesetiaan terhadap kepala pemerintah. 


Ritual Seba wajib di tiap tahunnya karena menjadi satu rangkaian adat. Dimulai dengan Kawalu, Ngalaksa, dan terakhir Seba. Pelaksanaan Seba dilakukan setelah warga Baduy menjalani ritual Kawalu selama tiga bulan lamanya.

Perayaan Seba merupakan tanda syukur atas panen hasil pertanian ladang yang cukup bagus sehingga memberikan ketersediaan pangan. Perayaan Seba juga merupakan bentuk silaturahmi warga Baduy dengan kepala daerah: Bupati dan Gubernur sebagai ‘Bapak Gede’ atau kepala pemerintah daerah, sekaligus sebagai momen untuk menyampaikan berbagai pesan keluhuran atau kearifan lokal tradisi Baduy.  

Warga Suku Baduy jalan kaki tanpa alas kaki sesuai tradisi hidup turun menurun yang mereka jalani (dok. Katerina)

Dalam tradisi sakral ini, warga Baduy Luar dan Dalam sejak Kamis (19/4/2018) bertolak dari kampungnya. Mereka jalan kaki menempuh jarak sejauh 99.8 kilometer tanpa alas kaki sesuai dengan tradisi yang tak membolehkan warga Baduy Dalam memakai sandal dan sepatu. Menerjang panas dan hujan, berjalan bersama dengan masyarakat Baduy Luar menyusuri jalan memasuki kota sambil membawa aneka hasil bumi untuk dipersembahkan kepada Bapak Gede, di antaranya pisang galek, pisang ambon, beras huma, aneka kuliner, gula aren, beras, petai, tiwu endog, madu, labeur jahe, hingga laksa.  

Laki-laki Baduy (dok. Katerina)

Agenda Perayaan dan Prosesi Seba

Tahun ini Seba sudah memasuki usia satu abad. Karena itu prosesi kali ini masuk kategori terbesar dan dinamakan Seba Gede dengan jumlah di atas 2.000 warga. Berbeda dengan Seba Leutik yang hanya dihadiri ratusan orang.

Perayaan dilaksanakan pada 20 April 2018. Prosesi dimulai di Kabupaten Lebak dengan gelaran Ngabageakeun masyarakat Baduy, Babacakan jeung urang Baduy, Seba ke Bupati Lebak Ino S Rawita bersama pejabat daerah setempat, Sapeuting jeung urang Baduy, dan Lumangsungna bral miang masyarakat Baduy.

Esoknya tanggal 21 April 2018 agenda kegiatan dilanjutkan di Kota Serang, tempat gelaran Ngabageakeun masyarakat Baduy, serta arak-arakan dan Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy. Di sela rangkaian kegiatan tersebut, masyarakat adat Baduy melakukan prosesi Seba ke Gubernur Banten Wahidin Halim.

Setelah semua prosesi digelar, masyarakat adat Baduy yang semuanya laki-laki (perempuan tidak diperbolehkan ikut) melakukan prosesi terakhir ke Bupati Serang lalu diakhiri kegiatan Mulangkeun. 

 

Pada saat perayaan ditampilkan juga berbagai kerajinan, di antaranya kain tenun, tas koja, batik, dan aneka suvenir. Dimeriahkan juga dengan produk kuliner khas masyarakat Lebak, seperti sale pisang, makanan camilan dan tradisional, abon ikan, gula semut, kerupuk emping, dan kerajinan anyaman bambu.

Dalam kesempatan perayaan Seba Baduy, masyarakat Baduy menitipkan pesan kepada pemerintah untuk menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan. Sebab, masyarakat Baduy tinggal di kawasan hutan Gunung Kendeng dan perlu pengamanan dan penjagaan agar kelestarian hutan tersebut tidak menimbulkan malapetaka bencana alam.  

Berkumpul di halaman GOR Serang sebelum arak-arakan

Sekilas tentang Baduy

Orang-orang Baduy atau orang Kanekes, hidup di pedalaman Lebak. Mereka memegang prinsip yang meneguhkan adat-istiadat warisan leluhur. Menentang modernitas lewat 1001 pantangan dan mereka dikenal sebagai Baduy Dalam yang bermukim di tiga kampung di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Rangkasbitung, Banten; Cibeo, Cikesik, dan Cikertawana.

Hingga saat ini orang Kanekes menjalani hidup tanpa listrik, tanpa deru mesin, dan tetap setia membentengi diri dari pengaruh dunia luar. Kemudian, bagi mereka yang tidak kuat menjalani segala pantangan, harus menyingkir dari sana. Mereka yang keluar inilah yang dikenal sebagai Baduy Luar. Meski telah menjadi orang Baduy Luar, tapi mereka tetap hidup berdampingan dengan Baduy Dalam dan masih menjalankan sebagian adat-istiadat yang telah diwariskan oleh para leluhurnya.  

Pria Baduy memakai Lomar (ikat kepala)

Selama ini, kehidupan masyarakat Baduy bersumber dari hasil bercocok tanam pertanian ladang darat dan tidak boleh menggarap lahan persawahan menggunakan cangkul maupun alat teknologi. Keunikan lainnya mereka bercocok tanam sangat organik, tidak menggunakan pupuk kimia maupun pestisida.

Orang Baduy tidak mengenal olahraga, bahkan bagi Baduy Dalam, kegiatan ini terlarang menurut adat. Namun hidup tanpa olah raga ini bukan berarti fisik dan kesehatan orang Baduy Dalam meragukan. Apalagi untuk urusan jalan kaki, orang Baduy, utamanya Baduy Dalam, mampu melakukannya selama berhari-hari. Upacara Seba, secara tidak langsung, menjadi salah satu pembuktian ketangguhan fisik suku Baduy, terutama suku Baduy Dalam. 

Peserta Seba Baduy menunggu arak-arakann dimulai (dok. Katerina)

Di masa kini, Orang Baduy sudah mengenal mata uang untuk bertransaksi saat menjual hasil pertanian, kerajinan, madu, dan tas. Mereka juga mengenal gadget untuk berkomunikasi. Jadi tidak heran saat saya menjumpai mereka di GOR Serang kebanyakan menggunakan hape. Meski tidak bersekolah, mereka tidak terbelakang. Mereka bisa berhitung dan berlogika dalam mengukur jarak dan kekuatan. Meski tinggal di pedalaman, mereka tidak terbelakang. Mereka pergi ke kota, berjualan atau pun mengunjungi kerabatnya. 



Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy

Pada hari ke-2 Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy, gelaran acara di awali dengan kegiatan Workshop Gerabah oleh komunitas Grada Banten bersama Kang Nong Banten dan Designer Banten. Acara ini berlangsung dari pukul 9.00-12.00 WIB. Saya tidak menyaksikan kegiatan ini karena tiba di Serang jelang waktu Zhuhur.

Pukul 10.00-11.00 masyarakat Baduy Luar dan perwakilan Baduy Dalam tiba di GOR Alun Alun Timur. Mereka diterima dan mendapat ucapan selamat datang dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banten. Setelahnya, mereka tetap di GOR menunggu acara arak-arakan yang akan dilaksanakan mulai pukul 14.00 WIB. 

Berkumpul di GOR Serang sebelum berangkat arak-arakan (dok. Katerina)

Peserta Seba mengikuti arak-arakan Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Mereka tertib. Duduk bergerombol tanpa riuh. Ekpresi datar yang terkesan malu-malu, mendominasi raut wajah kebanyakan. Dari muda dan tua, paling kecil 10 tahun, semua berkumpul. Mengenakan pakaian khas hitam-hitam dan memakai lomar. Dari warna kostum bisa dikenali mana Suku Baduy Dalam dan mana Baduy Luar. Yang berbaju hitam dan berkain batik biru adalah Baduy Luar. Sedangkan yang berbaju putih dan memakai ikat kepala putih adalah warga Baduy Dalam dengan jumlah yang lebih sedikit.

Kami sama-sama menunggu, dan saya punya banyak kesempatan bersama mereka. Saya gunakan kesempatan itu untuk berbincang, dan tentunya mengambil foto. Rasanya, ini jadi momen lepas kangen saya pada perjalanan ke Baduy Dalam 4 tahun lalu. Bersama mereka dalam situasi yang kini berbeda, tapi tetap sama dalam rasa menghargai dan menghormati sebagai sesama bagian dari warga negara RI walau beda suku dan adat istiadat.

Mengamati tingkah laku mereka, tertib antri saat ke toilet mobil, menunjukkan bahwa mereka beradab meski tinggal di pedalaman dengan segala kesederhanaan dan ketidakmodern-an. 

Bersama Warga Baduy Dalam di GOR Serang (dok. Katerina)

Pukul 15.00 (setelah tertunda 1 jam) prosesi arak-arakan Exciting Banten on Seba Baduy di mulai. Parade nan meriah ini menampilkan tim kesenian di jalan raya. Mulai dari marching band, silat, cokek, barongsay, bedug nganjor, rudat, busana batik/tenun khas banten, cilegon ethnic carnival, hingga ribuan peserta Seba.

Semua peserta arak-arakan jalan kaki dari alun-alun timur Serang - Jalan Ahmad Yani - Jalan Kyai Sam’un, lalu masuk lewat pintu Selatan alun-alun Barat. Kecuali peserta seba, masuk dari pintu Utara alun-alun Barat. Saya mengikuti mereka sejak dari titik start sampai titik finish. Rutenya tidak rumit, lurus saja, dan jaraknya pendek. Meski terik tapi tidak sampai bengkak kaki. 


















Selanjutnya adalah acara penerimaan Urang Baduy oleh Dinas Pariwisata Provinsi Banten. Tempatnya di depan gerbang alun-alun Barat Kota Serang. Penyerahan dilakukan oleh Bupati Lebak ke Gubernur Banten.

Usai acara penerimaan, tibalah acara yang ditunggu-tunggu yaitu Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy. Adapun rangkaian acara yang digelar di alun-alun Kota Serang ini diisi dengan seni budaya, gelar produk unggulan. Selain itu ada workshop ekraf, kuliner khas Banten, pagelaran batik dan tenun banten, pameran foto, dan aneka hiburan lainnya.  

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Acara berlangsung dengan tertib, dibuka dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, do’a, Prosesi Seni Oratorium Pembukaan Exciting Banten on Seba Baduy oleh Ibu Eneng Nurcahyati Kadispar Provinsi Banten, sambutan Gubernur Banten, sambutan Menteri Pariwisata, dan peninjauan arena pameran/bazar dan ramah tamah dengan warga Baduy. Terakhir, acara sore itu ditutup dengan hiburan Bintang Tamu Budi Doremi.

Malam harinya, acara Ritual Pokok Seba Baduy digelar sekitar pukul 19.30-21.30 di Museum Negeri Provinsi Banten. Pada puncak acara ini saya tidak turut menyaksikan karena sore itu langsung pulang. Ada acara lain yang sudah menunggu. Meski begitu, saya tetap memantau lewat media sosial, membaca dan melihat hasil liputan dari berbagai kawan dan portal berita online. 

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Ibu Eneng Nurcahyati - Kepala Dinas Parisiwisata Provinsi Banten (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Usia termuda anak lakilaki Baduy yang boleh mengikuti Seba adalah 10 tahun (dok. Katerina)

Penampilan Budi Doremi di acara hiburan Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy (dok. Katerina)

Menghormati Alam, Manusia, dan Tuhan

Ada satu prinsip Warga Baduy Dalam yang sudah sering saya dan mungkin juga Anda dengar; Sekali melangkah, tabu pulang sebelum tiba di tujuan. Prinsip ini terlihat nyata pada ritual Seba. Semua itu tak lain dan tak bukan demi tugas ngasuh ratu ngajayak menak, mageuhkeun tali duduluran (membimbing para pemimpin negeri, memperkokoh persaudaraan).

Seba bagi Warga Baduy adalah bentuk cinta dan hormat kepada Sang Pencipta, alam, dan pemimpinnya. Di dalamnya ada ketulusan, serta suri tauladan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal dengan prinsip lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung (panjang tak boleh dipotong, pendek tak boleh disambung). Prinsip ini mempunyai makna bahwa masyarakat Baduy hidup apa adanya tanpa menambah atau mengurangi. 

Bersama Bapak Pulo, warga Suku Baduy Luar peserta Seba Baduy 2018

Wonderful Indonesia

Baduy Bagi mereka yang menjalani, Seba Baduy menjadi perjalanan spiritual yang memiliki makna batiniah menjunjung amanat leluhur dan secara lahirian datang kepada pemerintah. Selain interaksi dengan Bapak Gede, warga Baduy juga diri dengan mandi di Sungai Cigowel bagi warga Baduy Dalam dan di Sungai Cibanten bagi warga Baduy Luar.

Upacara wajib amanat leluhur, kesederhanaan hidup, serta nilai-nilai luhur Suku Baduy adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Prosesi Seba Baduy tak hanya menarik dari seni budaya dan pariwisata, tapi juga ada amanat yang perlu dicerna bersama. Ada pengharapan dan doa saat bersilaturahim, agar Banten ke depan lebih maju dan rakyat Indonesia bersatu meski berbeda-beda suku dan agama. 

Baju warna putih dan ikat kepala warna putih ini menandakan mereka adalah Suku Baduy Dalam (dok. Katerina)

Dekorasi jalan masuk tempat acara Gebyar Exciting Banten on Seba Baduy 2018 (dok. Katerina)

Mas Arif/suami (wisatawan) bersama tim liputan festival dari Genpi Indonesia (Pria, Cipto, Rustam Awat) - (dok. Katerina)

Exciting Banten on Seba Baduy 2018 @travelerien @visit.bantenid @genpi.co @genpiindonesia

Saya senang sekali bisa datang ke festival Seba Baduy 2018 ini. Walau tidak full menyaksikan keseluruhan prosesi sejak hari pertama, namun sudah cukup menambah wawasan saya terhadap budaya Banten, provinsi di bagian Barat Jawa tempat saya bermukim selama 20 tahun terakhir.

Sejatinya, silaturahmi dan rasa tulus menyayangi sesama, memang harus tetap dijaga sepanjang hidup, apapun situasi dan kondisinya. Hidup menjadi indah bukan karena kita memiliki segalanya, tapi karena kita mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. 

Exciting Banten on Seba Baduy 2018 - Katerina @travelerien

Viewing all 779 articles
Browse latest View live