Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all 779 articles
Browse latest View live

Mendaki Gunung Anak Krakatau

$
0
0

132 tahun silam, tepatnya tanggal 26-27 Agustus 1883, Gunung Krakatau menggelegar membangunkan penduduk planet. Ledakannya setara 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II. Getarannya terasa sampai Eropa dan letusannya terdengar hingga sejauh 4.653 kilometer sampai Australia dan Afrika. Sebuah bencana besar yang merubah sebagian wajah bumi. Mengakibatkan Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan lenyap, setengah kerucut Gunung Rakata hilang. Terjadi gelombang tsunami setinggi 40 meter yang mengakibatkan puluhan ribuan penduduk tewas. Langit separuh bumi gelap gulita selama dua hari. Debu vulkanisnya menutupi atmosfer bumi, menyebabkan perubahan iklim global sampai setahun berikutnya.

Puluhan tahun kemudian (1927) muncul daratan baru di tengah Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung yang kelak dikenal dengan nama Gunung Anak Krakatau. Gunung tersebut  kemudian dilindungi oleh negara dan diperuntukkan sebagai cagar alam. Kini, setelah berhasil lepas dari wilayah administrasi Provinsi Banten, Gunung Anak Krakatau menjadi kebanggaan warga Lampung. Pemerintah setempat kemudian mengangkat nama besar Krakatau di kancah dunia pariwisata secara internasional, salah satunya melalui Festival Krakatau. Salah satu kegiatan dalam festival yang digelar secara rutin tiap tahunnya ini adalah Tour Anak Krakatau. Tour ini difasilitasi oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lampung. Dan karena mengikuti tour inilah saya dapat menginjakkan kaki di Gunung Anak Krakatau. 

Kapal-kapal cepat merapat di pulau
Kapal seperti ini yang kami naiki

BERKUNJUNG KE KAWASAN CAGAR ALAM
Sebagai kawasan cagar alam yang dilindungi negara, setiap orang yang hendak berkunjung ke Gunung Anak Krakatau tidak bisa masuk begitu saja. Harus ada ijin dari petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung. Kunjungan pun hanya diperbolehkan untuk tujuan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait flora dan fauna atau dokumentasi liputan khusus. Cagar alam memang bukan sebuah “surga baru”, melainkan sebuah tempat yang dilindungi baik dari segi tanaman maupun binatang yang hidup secara alami di dalamnya agar kelak dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan di masa kini dan mendatang.

Selain harus mendapat ijin dari BKSDA, pengunjung yang datang ke kawasan seluas 13.605 hektar ini juga harus mematuhi seluruh aturan yang ditentukan oleh pengelola cagar alam. Setiap orang wajib menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan, serta membawa kembali sampah yang dihasilkan selama beraktivitas di lokasi. Keganasan Gunung Anak Krakatau pun mesti diketahui, karena pasir dan tanah yang menyelimuti permukaan gunung terasa sangat panas pada siang hari. Tanpa alas kaki yang tepat, kulit bisa melepuh.

Meski ada bahaya yang mengintai, tetapi sekeliling kawasan gunung berapi ini memiliki pemandangan menawan. Itu sebabnya banyak pejalan yang sedang melakukan tur di Anyer dan Ujung Kulon Banten, menjadikan kepulauan vulkanik ini sebagai tujuan akhir dari perjalanan mereka. Sensasi mendaki gunung legendaris tentu menjadi sesuatu yang menarik untuk dirasakan. Saya pun merasa demikian. Soal ijin, selama tidak untuk melakukan perbuatan yang merusak alam, ijin bisa didapatkan. Jika sudah mengantongi ijin, yuk manfaatkan itu sebaik mungkin. 



BERLAYAR MENGARUNGI SELAT SUNDA
Dari Bandar Lampung, saya bersama beberapa teman traveler berangkat menggunakan bus, menempuh waktu sekitar satu setengah jam menuju Kalianda. Biasanya, traveler yang akan berangkat ke Gunung Anak Krakatau bertolak dari dermaga Canti di Kalianda, namun kali ini dari dermaga Grand Elty Krakatoa di Pantai Merak Belantung.

Perjalanan dilanjutkan dengan berlayar selama tiga jam mengarungi Selat Sunda, menggunakan perahu motor berkapasitas 20 orang. Cuaca cerah, namun angin kencang dan hempasan gelombang sesekali naik turun mengguncang kapal. Selain Tour Anak Krakatau, di waktu yang sama juga digelar Krakatau Jetski Adventure. Suguhan parade jetski menjadi hiburan tersendiri. Kelihaian peserta jet ski ngebut di atas laut Selat Sunda cukup mengundang perhatian.  Kapal melewati beberapa pulau tak berpenghuni, namun ada juga pulau cukup besar dan berpenghuni seperti Pulau Sebesi.

Gunung Anak Krakatau di latar belakang

Sang raja siang telah duduk di puncak singgasananya ketika kapal merapat di Kawasan Cagar Alam Krakatau. Lidah ombak bergulung-gulung membelai bibir pantai yang diselimuti pasir berwarna hitam. Mengundang rasa tak sabar untuk lekas meloncat dari kapal agar segera menjejakkan kaki di permukaan pantainya yang ditutupi pasir hitam. Di kepulauan vulkanik ini tak ada dermaga. Untuk mendarat di pantai, kami harus menggunakan tangga kayu kecil yang mudah bergeser tiap kali diterjang ombak.

Di pelataran gunung terdapat sebuah plang nama bertuliskan “Cagar Alam Krakatau”, terpancang tak jauh dari pantai. Di dekat plang itu, di bawah pohon-pohon, ada beberapa papan informasi yang tertancap di jalan setapak menuju jalur pendakian, berisi sejarah singkat Krakatau yang dapat dibaca sendiri oleh pengunjung. Dan di sana, sekelompok orang dari Pulau Sebesi sedang menampilkan kesenian tradisonal. Irama gendang yang ditabuh mengiringi gerakan pencak silat seorang anak lelaki. Sajian sederhana itu mengundang perhatian. Orang-orang berkerumun menyaksikan. Sementara di pantai sebelah timur, terlihat ada tenda dan warga asing yang sedang asyik bermain air. Mungkin peneliti yang diijinkan masuk oleh petugas BKSDA. Masih di pelataran gunung, terdapat sebuah bangunan berbentuk rumah panggung, sepertinya rumah petugas jaga. Saya sempat masuk untuk menumpang salat.  

Selamat datang di kawasan cagar alam Krakatau


Salah satu dari empat papan informasi


Rumah jaga, tempat istirahat, bisa untuk salat, juga tersedia toilet


MENDAKI GUNUNG LEGENDARIS
Anak Krakatau adalah sebuah kepulauan vulkanik aktif yang terletak di Selat Sunda yang memisahkan Pulau Jawa dan Sumatra dengan status cagar alam. Bagi saya pribadi, bisa menjejakkan kaki di sini tentu menjadi sebuah pengalaman berharga. Namun, hal paling penting dari perjalanan ke tempat seperti ini adalah saat tahu cara menikmati alam, yaitu mempelajari sejarah erupsi dan kemudian mendaki sampai ke puncak Gunung Anak Krakatau.

Pagi hari, tentunya adalah waktu yang sangat ideal untuk mendaki. Di siang hari, udara terasa sangat panas dan menyengat. Apalagi, selepas pelataran hutan pinus menuju puncak tak ada pepohonan sama sekali. Pasir hitam yang menutupi permukaan gunung berapi aktif ini juga tak kalah panas saat dipijak. Tanpa sepatu gunung dipastikan kulit akan melepuh. Tapi apa boleh buat, kami sampai di sana tengah hari, saat udara sedang panas-panasnya. Terpaksa mendaki di bawah hujaman sinar matahari yang tak bisa diajak kompromi. 

Teman-teman medsos, blogger, dan jurnalis


pepohonan sampai sebatas ini saja, selanjutnya berpanas-panas ria

Sulit untuk bersuka cita meniti pasir vulkanik dengan kemiringan 30 derajat. Padahal, puncak Gunung Anak Krakatau tidaklah tinggi, hanya memerlukan waktu setengah jam pendakian.  Saat dipijak, tanah dan bebatuan yang tidak padat memang membuat langkah jadi terasa berat. Pasir-pasir halus berhamburan, debu-debu pun berterbangan. Saat kaki maju dua langkah, kaki merosot mundur satu langkah. Begitu seterusnya.

Lelah dan penat tak begitu terasa, hanya panas saja yang sulit untuk ditahan. Saya lihat banyak orang-orang terus naik, bersemangat seolah pantang turun sebelum mencapai puncak. Dari yang muda sampai tua. Bahkan seorang oma-oma terus berjalan dengan payung di tangan, ditemani seorang opa-opa. Mungkin suaminya. Hebat sekali keduanya. Melihat itu saya jadi tersemangati. Jika mereka mampu, kenapa saya tidak? Semangat saya naik, tapi sayang kaki tidak terus naik. Baru setengah pendakian saya menyerah. Bendera putih pun dikibarkan. Sudahlah kalau begitu, berhenti saja. Saya tak tahan, udara panas membuat saya tersiksa. Ya, saya berhenti. Lalu duduk, foto-foto bersama Ikram dan Dennis, dua pemuda Lampung yang ikut serta dalam pendakian hari itu.
 
Mas Elvan pura-pura gagah, abis itu ngos-ngosan :))  ~ w/ Melly, Ikram, Eltra,


hamparan pasir dan bebatuan


naik naik ke puncak gunung




Meski tidak berhasil mendaki hingga puncak, tapi di ketinggian yang dicapai sudah dapat membuat saya melihat pemandangan laut biru dengan kapal-kapal yang berlayar di atasnya. Terlihat pula atlit-atlit paramotor sedang terbang, melayang di atas pulau-pulau dan laut sekitar Gunung Anak Krakatau. Yang lebih menarik, dari tempat saya berdiri saya bisa menyaksikan penampakan Pulau Rakata dengan dua pulau lainnya, Pulau Panjang dan Pulau Sertung. Sejarah mencatat, lebih dari seribu tahun yang lalu ketiga pulau itu merupakan satu kesatuan gunung besar bernama Gunung Krakatau Purba. Hingga tahun 400-an Masehi gunung meletus sehingga menyisakan kaldera besar di Selat Sunda. Menjadi gugusan gunung api yang terdiri dari Gunung Danan, Gunung Perbuwatan dan Gunung Rakata dalam satu pulau yang kemudian diberi sebutan Gunung Krakatau. 

  
Bersama Encip, Melly, Kiki, dan Pak Indra Kusuma *Photo by +yopie franz 

Pada akhirnya, perjalanan Tour Anak Krakatau membuka mata saya akan kekuatan sebuah gunung api dalam mengubah lanskap, sekaligus menumbuhkan peradaban baru. Banyak kepercayaan masyarakat yang dikait-kaitkan dengan Krakatau. Namun hal yang penting adalah bagaimana setiap orang bisa hidup berdampingan dengan alam.

~~

Sebuah pengalaman berharga.
Terima kasih Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lampung atas undangannya!
 
Mari pulang....


Sambang Air Terjun Way Lalaan Sambil Makan Durian

$
0
0

Bagaimana jika judulnya makan durian saja tanpa embel-embel air terjun Way Lalaan? Sepertinya lebih cocok, karena acara makan duriannya lebih banyak ketimbang melihat air terjunnya :D

Baiklah, saya awali saja cerita ini dengan perjalanan berkendara mobil dari Talang Padang ke Pekon Kampung Baru. Talang Padang itu perhentian terakhir kami sebelum lanjut makan durian. Di sana kami bertandang ke Rumah Batik Tanggamus. Di sana pula kami berjumpa mas Elvan, koordinator tim medsos selama acara FTS 2015. Nah, Mas Elvan inilah yang mengajak kami makan durian.

Wow Mas Elvan tajir yaaa..
Haha…bukan Mas Elvan sih yang bayarin, tapi atasannya he he 



Waktu tempuh menuju Pekon Kampung Baru sekitar 30 menit saja, tapi seakan berjam-jam lamanya. Sejak diberitahu bahwa kami akan makan durian sepuasnya, kepala saya isinya langsung dipenuhi tentang durian. Jadi banyak membayangkan rasa durian manis dengan aroma khas menggigit. Bayangan-bayangan tentang durian inilah yang bikin saya ingin lekas sampai di Way Lalaan. Makanya perjalanan jadi terasa lama :D

Di mana Way Lalaan?

Menurut keterangan yang saya dapat, objek wisata Tanggamus yang satu ini berjarak sekitar 80 Km dari Kota Bandar Lampung. Sekitar 2 jam waktu tempuhnya kalau tidak pakai acara mampir-mampir segala. Jika dari Kota Agung, ibukota Pemerintahan Kabupaten Tanggamus, jarak Way Lalaan sekitar 8 Km. Air terjunnya sendiri tidak jauh dari jalan raya lintas barat Sumatra (Jalinbarsum) yang menghubungkan Bandar Lampung dan Kota Agung. Letak air terjunnya di sisi kiri jalan, jaraknya sekitar 300 meter. Dari pintu gerbang tinggal masuk, parkir (jika bawa kendaraan), lalu  dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni anak tangga sepanjang 75m.

Kami sampai di lokasi sekitar pukul 17.25 saat petang sudah mendekati tua. Matahari tak lama lagi tenggelam. Alam raya sebentar lagi dirundung gelap. Tak mungkin sepetang itu ada acara main-main air terjun, trekking, apalagi pakai mandi-mandi segala. Jadi acara intinya ya makan durian saja.

Duriaaaaan neeeng

Durian maaaang

Mas Elvan dan teman-temannya langsung belah-belah durian. Satu-satu di belah, satu-satu disuguhkan, satu-satu dicoba. Siapa yang nggak senang melihat buah-buah berduri itu terhampar di hadapan, bukan? Ayo makan duriaaaan.

Eits…ternyata ada yang nggak ikut makan. Siapa dia? Siapa lagi kalau bukan si tampan dari Palembang, Yayan Ruhian! Bwaahahaa…bukan Ruhian, tapi Yayan Haryadi alias omnduut. Saya curiga si Yayan sedang kesambet. Masa iya dia tidak doyan durian? Ya sudahlah Yan, lebih baik kamu tidak ikut makan durian, biar tidak mengurangi jatah #halah :p

Mas Elvan bilang harga-harga durian itu 10 ribuan saja. Murah meriah katanya. Ciyuuuus? 10 ribu itu murah? Weeeks itu mahal tahu. Durian di Lematang kalau sedang musim buah harganya cuma 2-3ribuan haha. #ya sudah Rien sono ke Lematang :p

Duriannya banyak yang manis, sisanya hambar dan anyep. Yang anyep itu mungkin saat makan sambil memandang seseorang yang wajahnya anyep hahaha. Iya kamu yang anyep :D
 
Dari sini 'icip ujungnya' bermula :D


manis


anyep

Kelar makan durian, saya turun ke air terjun. Suasana sudah mulai agak gelap. Sedikit ragu juga mau ke bawah. Syukurlah ada Fajrin yang baik hati mau menemani. Blogger lain tak ikut turun karena tahun lalu saat mereka ikut FTS 2014 sudah pernah melihat. Bukan hanya Way Lalaan 1 yang pernah mereka sambangi, tapi juga Way Lalaan 2. Yup, di sini memang ada dua air terjun. Pada FTS 2014, kedua air terjun ini memang menjadi tujuan kunjung tim media, blogger dan jurnalis. 

Air Terjun Way Lalaan terletak di kaki Gunung Tanggamus dan merupakan air terjun bertingkat dengan jarak satu sama lainnya lebih kurang 200 m.  Air Terjun Way Lalaan 1 terletak di sebelah atas dan Air Terjun Way Lalaan 2 terletak di sebelah bawah. Menurut cerita, akses jalan menuju Way Lalaan 2 lebih sulit, harus menuruni bukit cukup terjal dan saat pulang juga harus melewati jalan itu kembali. Terdengar menantang sih sebenarnya, tapi apa iya harus menghadapi tantangan itu saat suasana mulai gelap? Duh….yang ada kemarin saya malah bergidik. Suasananya mulai terasa seram. Jelang waktu magrib sih hehe.. 

Rasanya pingin nyebur

O ya, konon air terjun yang berasal dari aliran Way Lalaan yang bermuara ke Teluk Semaka ini telah di kenal sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Sekitar tahun 1937. Dan tangga batu menuju lembah air terjun yang saya titi petang itu dibuat pada masa itu. Hmm…pantas kelihatan tua. Tua tapi gagah #halah…orang kali gagah :p

Ternyata, air terjunnya cakep. Meski nggak tinggi-tinggi amat. Kurang lebih 11-13 meter (entah berapa tepatnya). Kolamnya enak buat berendam. Nggak takut sakit ketimpa tumpahan air. Terbayang segarnya badan kalau mandi di situ. Tapi magrib begitu, berasa mau mandi kembang kalau jadi mandi. Trus nanti ada yang datang menemani mandi, ada suara kecipak air, tapi nggak ada wujudnya. Hii…sereeem. Fajrin! Ayo kita pulang! Haha. Si penakut mulai membayangkan yang enggak-enggak. Ternyata, naik tangganya capek juga. Saya mesti berhenti beberapa kali sambil ngos-ngosan.

Ditemani Fajrin yang baik hati dan tidak sombong


Tangga batu sepanjang 75 meter


Asri dan nyaman


Ada pondok-pondok buat duduk-duduk patjaran #eh


Meski capek naik, dan hanya sebentar saja, saya bisa tangkap keindahan Air Terjun Way Lalaan dalam ingatan dan lensa kamera saya.


INFO:
Air Terjun Way Lalaan terletak di Desa Pekon Kampungbaru, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung.
Fasilitas yang tersedia di sini berupa shelter, mushola, kamar ganti pakaian dan pelataran parkir yang cukup luas. 
  
Nasibmu kulit durian, sungguh merana :D


Sampai jumpa lagi Way Lalaan





Festival Teluk Semaka 2015 

w/ @Yopiefranz @KelilingLampung @elephunx25_85 @Duniaindra @Halim_san @Omnduut @Fajrinherris @Donnaimelda @Eviindrawanto @kikianvirrr @Agoenk_001 @ito07aja @FestTelukSemaka

Melihat Aktivitas Pelabuhan Kota Agung

$
0
0

Rasa penasaran ingin melihat suasana tempat pelelangan ikan di Pelabuhan Kota Agung membuat saya tidak cukup sekali mengingatkan Mas Elvan agar tidak lupa dengan rencana untuk ke sana. Meski telah di-iyakan pada malam harinya, esok paginya sebelum waktu Subuh saya kembali bertanya, “Jadi ke dermaga, kan mas?” Jawaban ‘iya’ yang diberikan kemudian membuat saya seperti diburu-buru untuk segera bersiap. Ada yang ingin saya kejar; matahari terbit. Andai bisa.

Berenam bersama Mbak Evi, Mas Elvan, Mas Ito, Banu, dan Agoenk kami pergi ke dermaga. Penginapan Pelangi dan mereka yang tak ikut serta, mungkin nanti akan kebagian cerita saja. Cerita versi saya tentunya. Ya, ya…setidaknya itu yang terlintas di pikiran ketika mobil mulai berangkat menembus pagi yang sedikit kesiangan.

Jalan menuju pelabuhan tak terlalu jauh, kami melewati jalan yang sama seperti saat hendak makan pecel lele di sebuah warung tenda pinggir jalan. Mobil berbelok ke kiri, melewati terminal Kota Agung. Suasana terminal masih sepi, hanya ada sebuah bus, tanpa seliweran orang-orang. Di depan terminal inilah mobil kami berhenti. Mas Elvan turun. Apa urusannya? Memesan sarapan. Ah, ya, syukurlah. Berarti ada sarapan seusai jalan-jalan melihat pasar ikan nanti. #memang semua dikasih sarapan kok Rien! Hadeeh. 

Di penginapan Pelangi, sebelum berangkat ke pelabuhan


Terminal Kec. Kota Agung, Tanggamus


Sebuah bus di terminal

Dari terminal, mobil kembali meluncur menuju dermaga. Hanya 2 menit saja,  kami pun sampai. Suasana khas pasar ikan mulai terlihat. Mengingatkan saya pada pasar ikan di Pelabuhan Muara Angke, tetapi yang ini lebih kecil. Sesuatu yang sangat kentara bagi indra adalah aroma amis ikan yang menyeruak masuk hidung. Jika saat itu saya sedang hamil muda, niscaya akan hoeks hoeks begitu turun dari mobil. 

Penyambut kami pagi itu tak cuma bau amis ikan, tapi juga tanah becek yang bikin saya harus menghindar sana sini. Asoy pagi-pagi main kotor dan bau tak sedap. Kapan lagi begini? Ditemani kawan-kawan kece, bawa kamera pula, sudah berasa kayak turis nyasar. Diliatin, diheranin… yaaaah GR deh gue. 

Selamat pagi Tanggamus!
 
Mas Elvan, juragan ikan dari Tanggamus :D
Suasana pelabuhan di pagi hari

Baiklah, mari jumpai orang-orang tangguh di pelabuhan ini. Mereka yang bangun sangat pagi menanti kapal nelayan kembali ke daratan. Menyiapkan otot bak Samson untuk mengangkat dan memikul, juga mendorong gerobak penuh bakul-bakul ikan. Dan mereka yang pergi melaut entah berangkat sejak kapan, berteman udara dingin dan hempasan angin, bahkan gelombang yang entah tingginya seperti apa, lalu kembali ke darat membawa berkilo-kilo ikan yang jumlah kilonya saya tak tahu berapa ratus.

Masyarakat pesisir dengan kesehariannya, untuk kehidupan yang terus berjalan dan mesti dilalui. Dermaga ini memperlihatkan denyutnya. Saya merasakannya, sangat dekat. 

ikan segar nih


menawar sisa


ikan kembung tergolek, kehilangan nyawa


Cumi lebay, eh cumi lunglai :))


Bang Zainudin.......Hayati lelah digantung, :)))

Matahari terus naik, sementara langit masih menebarkan warna jingga yang memancing saya untuk menangkapnya. Setelah itu, perhatian saya beralih pada orang-orang yang lalu lalang di dermaga. Wanita bertopi dengan syal di leher, jongkok di dekat meja kayu berisi beberapa ekor ikan yang lesu. Lelaki tua mendorong gerobak. Perahu-perahu tertambat lelah. Kotak-kotak pendingin dekil untuk menjaga kesegaran ikan. Ikan tongkol. Ikan kembung. Cumi-cumi. Bau amis. Kucing kurus mencuri ikan, lari terbirit-birit dihalau perempuan berkupluk.

Kehidupan.

Saat perahu-perahu nelayan merapat di dermaga, saat itu juga terjadi kerumunan. Maka…

Ikan
Ikan
Ikan berlimpah di dermaga.



tertambat lelah


Nelayan kembali dari laut membawa ratusan kilo ikan


Ikan berlimpah


Hanya dua jenis ikan; tongkol dan kembung

Berbakul-bakul ikan segar tiba. Bakulnya disusun dalam gerobak, lalu di dorong ke daratan, ke tempat pelelangan. Di sana, puluhan pria telah berkerumun. Lalu, terjadilah lelang ikan. Ada seseorang yang menyebutkan angka sekian dan sekian. Namun sayang saya tak dapat mendengar dengan jelas berapa saja angka yang disebutkan. Toak yang digunakannya membuat suaranya pecah, atau mungkin kosentrasi saya yang pecah karena tak tahan bau amis? Yang jelas, ikan-ikan itu dilelang tanpa pakai timbang-timbang segala. Sepertinya harga ditakar berdasarkan isi bakul-bakul. Satu bakul sekian. Sekian bakul, maka sekian harganya.

Ke mana saja ikan-ikan itu pergi? Ke rumah-rumah masyarakat Tanggamus, hingga keluar kota. Soal kesegarannya silakan terka, makin jauh melanglang ke luar Kota Agung, akan tetap segar atau justru makin ‘kuyu’? Tapi sudahlah, yang penting si ikan 'menghidupkan' orang-orang :)

Suasana di tempat pelelangan
Seorang laki-laki memunguti ikan yang tumpah
 
Tak sampai lama kami di dermaga, karena beberapa jam ke depannya harus sudah berada di Lapangan Merdeka Kota Agung untuk menyaksikan acara pengetahan adok dan festival budaya Tanggamus. Jadi, cukup sesaat saja menyaksikan lelang ikannya.

Ketika hendak meninggalkan dermaga, terbit tanya dalam hati? Saya sudah makan ikan hasil tangkapan nelayan Kota Agung belum ya? Sudah makan bakso ikan tongkol Teluk Semaka belum ya? Uupsss....

Sempat dapat ini
 
Ini bukti kita sedang di dermaga! :D  *w/ mbak Evi, Mas Elvan, & Banu


Sampai jumpa lagi Teluk Semaka

ZenPad 7.0 Z370CG Tablet Stylish Terbaru dari ASUS

$
0
0
Photo by Katerina

Setelah memperkenalkan varian ZenPad C 7.0 Z170CG, ASUS kembali menyajikan tablet yang lebih menarik lewat seri ZenPad 7.0 Z370CG. Kehadiran tablet ini mengadopsi gaya Zen yang lebih dulu tampil pada jajaran notebook ASUS sebagai laptop kelas bergaya (stylish).

ASUS ZenPad 7.0 Z370CG kali ini diposisikan untuk pasar menengah (mid-end) yang membutuhkan tablet dengan kemampuan mantap namun dengan harga rasional. Fokus segmen ini adalah bagaimana tablet ZenPad bisa memikat pasar dengan desain berkelas sekaligus mengusung spesifikasi dan fitur unggulan dengan tidak melupakan sisi harga yang terjangkau. Apa saja yang menarik dari tablet ZenPad 7.0 Z370CG ini?

Desain Inovatif yang Gaya
ZenPad 7.0 Z370CG dirancang dengan cita rasa yang berbeda. Kesan menarik yang pertama dihadirkan lewat finishing back cover dengan kontur ala kulit yang memberikan kesan mewah dan juga enak saat digenggam. Produk dengan material kulit seperti dompet atau tas umumnya memang terlihat elegan dan banyak orang suka membawanya. Pendekatan desain inilah yang dilakukan ASUS pada tablet ZenPad 7.0 Z370CG sehingga membawa tablet akan tampak sebagai kebiasaan membawa dompet atau tas jinjing dan terlihat tetap bergaya.

Daya tarik berikutnya tampil melalui potongan sudut tablet dimana tebalnya hanya 8,7mm sehingga nyaman digenggam. Memang bukan yang paling tipis namun bentuk ini sudah sangat ergonomis untuk kemudahan pakai dan juga mudah diselipkan dalam tas. Desainer ASUS juga memasangkan lis/frame metal disepanjang tepian tablet. Pada frame/lis metal ini  menggunakan pelapisan dengan teknologi non-conductive vacuum metallization (NCVM). Hasilnya, tablet terlihat mewah, bergaya, sekaligus juga menampakkan kesan kokoh. Lis ini juga membantu bagian tepi layar menahan tekanan dari tangan atau benda lain kala dimasukkan dalam tas.

ASUS menampilkan filosofi desain “ZEN” yang mengkombinasikan harmonisasi keindahan bentuk dan fungsi penting dari sebuah produk serta kekuatan fisik. Karakter ZEN di tablet terlihat dari garis yang bersih, desain yang unik, serta kontur elegan yang membuatnya berbeda dibanding produk lainnya.
 
www.asus.com

Tablet Pertama dengan Back Cover Bisa Diganti
Umumnya tablet hadir dengan bentuk unibody yang tak mengijinkan back cover untuk dilepas-pasang. Nah, pada ZenPad 7.0 Z370CG ini desainnya terbilang unik dimana back cover bisa dilepas-pasang dengan berbagai casing fungsional sesuai kebutuhan penggunanya. Disini ASUS sengaja menghadirkan konsep yang berbeda agar pengguna ZenPad 7.0 Z370CG mendapatkan sesuatu yang baru dan tidak banyak ditawarkan oleh tablet umumnya. Pergantian back cover ini meliputi beberapa model yakni Zen Clucth, Zen Case, Power Case, dan Audio Cover.

Zen Clucth merupakan cover dengan material kulit yang memberi kesan premium yang juga memunculkan desain lipatan layaknya sebuah agenda atau dompet tangan. Desain cover lipat ini juga memudahkan penggunaan tablet kala difungsikan untuk mengetik atau nonton film.

Zen Case merupakan  pilihan cover punggung dalam 5 warna atraktif yang bisa dilepas-pasang. Cover seperti ini menjadikan tablet seperti halnya smartphone yang lebih sering berganti back cover sehingga penampilannya lebih segar.

Adapun Power Case (CB71) merupakan cover yang juga berupa baterai tambahan kapasitas 3450mAh sehingga memperpanjang masa pakai tablet mencapai 14 jam alias meningkat 175%. Bisa dibilang, ASUS Power Case ini layaknya sebuah powerbank. Kerennya, Power Case bisa terintegrasi ke tablet melalui mekanisme back cover sehingga tetap terlihat sebagai sebuah kesatuan tablet, bukan seperti tablet yang terhubung dengan powerbank.

Inovasi desain paling menarik adalah ASUS Audio Cover (CA71) yang merupakan back cover dengan speaker surround 5.1 terintegrasi pertama di dunia khusus untuk tablet ZenPad. Didalam back cover seberat 211 gram terdapat 5 buah speaker mini dan sebuah subwoofer untuk menghadirkan tata audio lebih realistik dari tablet ZenPad 7.0 Z370CG. Cover audio yang juga mengusung baterai yang mampu memainkan audio hingga 6 jam ini juga berfungsi sebagai dudukan tablet, speaker eksternal ini cocok digunakan untuk mereka yang butuh output audio lebih bertenaga kala ZenPad 7.0 Z370CG digunakan untuk keperluan multimedia. 

ASUS Audio Cover (CA71) - back cover dengan speaker surround 5.1 terintegrasi pertama di dunia khusus untuk tablet ZenPad. Didalam back cover seberat 211 gram terdapat 5 buah speaker mini dan sebuah subwoofer untuk menghadirkan tata audio lebih realistik dari tablet ZenPad 7.0 Z370CG - Photo by Katerina

Tampilan Terbaik dari VisualMaster
Salah satu faktor penting dari sebuah tablet jelas pada kualitas layarnya karena disinilah semua materi visual tampil ke hadapan pengguna. Untuk memberikan pengalaman visual terbaik inilah ASUS menghadirkan teknologi VisualMaster di ZenPad 7.0 Z370CG yang melibatkan software dan hardware guna mengoptimalkan seluruh aspek tampilan, termasuk kontras, ketajaman, warna, kejernihan dan kecerahan. Teknologi yang juga diimplementasikan pada beberapa jajaran Zenbook ini bertujuan memberi tampilan yang cemerlang dan detil serta menghadirkan fitur display terbaik sesuai kebutuhan pengguna.

Salah satu komponen dari VisualMaster adalah penggunaan panel IPS yang memberikan sudut pandang lebar hingga 178o. Pengguna tetap dapat melihat tampilan tablet dengan jelas meski dari berbagai arah. Layar 7 inci di ZenPad 7.0 Z370CG sendiri juga terbilang lega dengan  porsi 72% dari keseluruhan permukaan bodinya, hal ini dimungkinkan dengan mempersempit sisi layar (bezel).

Komponen selanjutnya hadir dari ASUS Splendid yang dapat mengatur intensitas warna yang ditampilkan ke layar sesuai kebutuhan. Fitur ini membolehkan pengguna mengatur ketajaman dan level suhu warna terbaik menurut pengguna. Pada tablet ini sendiri sudah disediakan 4 mode warna yang bisa dipilih yakni Balance, Blueligth Filter, Vivid, dan Customized (diatur tersendiri).

ZenPad 7.0 Z370CG juga peduli dengan kesehatan mata pengguna dengan menghadirkan fitur “Bluelight Filter”. Pada dasarnya, filter ini jika diaktifkan akan meminimalkan hingga 30% kekuatan warna biru pada layar tanpa mempengaruhi warna lainnya. Penurunkan intensitas cahaya biru ini akan mencegah mata cepat lelah saat melihat/membaca layar tablet untuk waktu yang lama. Fitur ini sengaja dihadirkan mengingat pengguna seringkali memakai tablet dalam jangka waktu yang lama untuk bekerja maupun bermain.
 

Photo by Katerina

Solusi VisualMaster selanjutnya hadir pada teknologi ASUS TruVivid yang berguna dalam meningkatkan kejernihan sekaligus respon sentuhan pada layar. Teknologi ini memangkas desain layar dengan 6 lapisan menjadi hanya 2 lapisan melalui sistem laminasi penuh. Desain ini menghilangkan lapisan udara dan menggabungkan kaca terluar dengan panel sentuh sehingga tampilan warna akan lebih presisi dan cerah (>94%) dibandingkan desain layar konvensional yang seringkali memudarkan warna aslinya.

Masih dalam rangka aspek visual, ZenPad 7.0 Z370CG juga mengimplementasikan fitur ASUS Tru2Life yang memanfaatkan teknologi terkini pada prosesor pengolah grafis untuk menghadirkan detil dan ketajaman yang akurat. Teknologi ini menciptakan sistem kontras yang cerdas dimana setiap gambar yang akan dimunculkan dianalisa terlebih dulu agar tiap piksel dioptimalkan sebelum ditampilkan. Hasilnya, gambar yang tampil memiliki tingkat kontras hingga 200% lebih baik.

Teknologi Tru2Life juga mampu mendeteksi kondisi cahaya sekitar untuk kemudian melakukan pengaturan display agar pengguna tetap nyaman memandang layar tablet meski ditengah terik matahari. Solusi penyesuaian display ini tampil lebih unggul dibandingkan produk kompetitor dimana konsumen akan tetap dapat melihat tampilan layar dengan jelas dan terhindar dari silau pantulan cahaya luar. 

www.asus.com


Suara Lebih Kaya, Tajam, dan Kuat
ASUS ZenPad 7.0 Z370CG memberikan kemampuan audio yang prima, membawa kelebihan khusus dengan teknologi khas SonicMaster guna menghadirkan suara sejernih kristal yang detil baik melalui speaker maupun headphone.

Yang paling menarik, tablet ini juga dibekali teknologi DTS-HD Premium Sound untuk mengubah suara stereo menjadi suara surround virtual (suara dari banyak arah) sehingga suasana lebih realistis. Suara surround inipun bisa dinikmati hingga 360o penuh dengan memakai headphone. Inilah tablet pertama didunia yang mengusung teknologi DTS-HD yang umumnya muncul di perangkat premium.

Untuk meningkatkan kemampuan audio lebih lanjut, ASUS juga menyertakan aplikasi AudioWizard yang menawarkan konfigurasi khusus sesuai kebutuhan pakainya. Disini pengaturan audio akan dioptimalkan ketika ingin nonton film, bermain game, atau merekam percakapan. Tool ini memberi setting terbaik tanpa harus repot mengaturnya secara manual.

Inovasi Kamera Kreatif
Meski didesain sebagai tablet entry level yang terjangkau, ZenPad 7.0 Z370CG tetap dibekali kamera untuk kebutuhan fotografi ringan dengan kamera depan 2MP dan kamera belakang 5MP (autofocus). Kerennya, di tablet ini sudah mengadopsi teknologi kamera PixelMaster yang menghadirkan banyak keunggulan.

Melalui sistem PixelMaster ini, pengguna akan mendapati kemudahan dalam berfoto untuk kemudian dilakukan editing saat itu juga dan langsung dibagikan (share) ke cloud, antar perangkat, atau ke social media.  ZenPad 7.0 Z370CG juga dibekali faslitas kamera berteknologi PixelMaster yang membantu pengguna mendapatkan gambar yang detil, warna lebih alami, dan tangkapan cahaya yang lebih peka dalam suasana gelap.

Sistem PixelMaster juga menggabungkan 4 pixel yang didapat dari sensor menjadi 1 pixel dengan kualitas tinggi dimana hasil pencahayaannya akan 4x lipat lebih terang dan kontras warna meningkat 2x lipat.

Kamera utama/belakang di ZenPad 7.0 Z370CG hadir dengan 15 mode foto dan 8 mode untuk kamera depan. Masing-masing mode ini menawarkan kemampuan unik dalam fotografi seperti “Low-Light”Mode untuk memotret dalam pencahayaan rendah, “HDR” untuk menghasilkan foto lebih cemerlang, “Beautification”  untuk meningkatkan kualitas foto portrait/wajah dimana Anda dapat dipercantik untuk bagian kulit, mata, dan bagian dagu.

Bagi yang gemar berfoto bersama teman-teman akan menemukan manfaat asyik di mode “Selfie” yang dapat menjangkau rentang foto panorama hingga 140o melalui kamera depan. Fitur ini memudahkan mendapatkan area foto yang luas sehingga banyak orang yang bisa masuk dalam fokus foto.

Beberapa opsi foto keren lainnya yang pasti menarik muncul pada mode “Time Rewind” yang akan merekam adegan beberapa detik sebelum dan setelah tombol rekam ditekan. Cocok buat mereka yang sering ketinggalan momen saat memotret atau antisipasi agar tidak kehilangan momen terbaik saat memotret. Lalu ada juga mode “Smart Remove” yang bisa menghapus obyek yang tak diinginkan selain hanya obyek pilihan. 

www.asus.com


Jadi Sutradara dengan MiniMovie
Bagi yang ingin membuat tampilan foto jadi lebih kreatif dan menarik tentu akan senang dengan aplikasi built-in “MiniMovie” dari ASUS. Aplikasi ini membolehkan pengguna menggabungkan berbagai foto untuk dijadikan film mini yang makin menarik dengan imbuhan musik pengiring. Bisa menambahkan teks informasi dan juga langsung membagikannya melalui media sosial seperti email, cloud, hingga YouTube.

Guna mendukung aktivitas bagi-pakai ini, ASUS juga menyediakan layanan penyimpanan berbasis cloud di ASUS WebStorage. Disini akan diberikan kapasitas gratis sebesar 5GB yang bisa digunakan untuk menyimpan berbagai data termasuk foto dan video.

ASUS ZenPad 7.0 Z370CG ditenagai oleh prosesor Intel generasi terbaru Atom x3-C3200 yang dikenal dengan nama kode SoFIA. Inilah SoC (System on Chip) 64-bit yang hemat daya dan khusus ditujukan bagi perangkat bermobilitas tinggi seperti smartphone dan tablet.

ZenUI, Antarmuka Mempesona
Untuk menghadirkan pengalaman lebih memukau pada produk mobile, ASUS merancang antarmuka khas berjuluk “ZenUI”. ASUS ZenPad 7.0 Z370CG yang hadir dengan platform Android versi Lollipop (5.0.2) pun disempurnakan dengan grafis ZenUI dengan layar pengunci dan wallpaper baru, launcher dan icon lebih segar, hingga tema baru yang bisa dipersonalisasi sebagai identitas pemakainya.

Diterapkannya ZenUI pada sistem Android membuat jajaran produk mobile ASUS tampil berbeda dibandingkan kompetitor. Konsep ZenUI dirancang agar tiap navigasi menjadi lebih efisien, menampilkan sentuhan icon-icon bergaya flat moderen, warna-wana cerah, animasi, ringtone, dan notifikasi terbaru. Anda pun dapat men-download Icon Packs dari ASUS Launcher termasuk juga pilihan wallpaper hingga icon aplikasi dan folder untuk mem-personalisasi tablet Anda.

ZenUI hadir dengan 35 aplikasi ter-install dimana juga menerapkan icon beranimasi pada beberapa aplikasi yang dapat memberikan informasi seketika (realtime) pada desktop seperti cuaca dan kapasitas baterai. Jika sudah terlalu banyak aplikasi yang ter-install, pengguna juga bisa mengaktifkan Smart Folders/Groups dimana berbagai aplikasi akan dikumpulkan sesuai kategorinya seperti Bisnis, Komunikasi, Fotografi, hingga Game. Cara ini relatif membuat tampilan setiap aplikasi lebih ringkas.

ZenMotion: Buka Aplikasi dengan Cepat
Satu fitur menarik yang sebelumnya hanya terdapat pada smartphone kini juga telah muncul pada tablet ZenPad 7.0 Z370CG. Melalui fitur ZenMotion, pengguna bisa langsung mengaktifkan fungsi/aplikasi tertentu cukup dengan melukiskan kode huruf di layar meskipun tablet dalam kondisi layar off. Kode ini pun bisa diatur untuk berbagai aplikasi yang diinginkan. Pengguna juga bisa mengetuk ganda layar untuk membuka (Screen on) atau menutup layar dengan cepat (Screen off). Selain praktis karena tak perlu menekan tombol power, cara ini juga terbilang hemat daya.

Sistem Pengaman Inovatif
Jalankan aplikasi Kids Mode untuk membuat area khusus bagi anak saat menggunakan tablet ZenPad. Mode ini juga menyertakan browser ter-filter yang dapat diawasi dan juga kode PIN untuk mengunci akses penuh. Kita pun bisa mengatur batas pemakaian bagi anak. Kids Mode juga membatasi akses pada YouTube, menghilangkan pornografi, atau pun layanan jual-beli online seperti eBay yang tergolong beresiko pada anak.

Fitur SnapView memungkinkan pengguna membuat 2 akun dengan tampilan berbeda namun tetap dapat saling berpindah satu sama lain. Misalkan, akun satu untuk keperluan personal dan akun lainnya untuk pekerjaan. Aplikasi dan file seperti foto, video, musik, dan email pada akun pemilik (owner’s) tak akan bisa diakses ketika tablet dalam mode SnapView. Meski begitu, notifikasi pesan dari kedua akun ini tetap akan muncul agar tetap bisa memantau kedua akun secara bersamaan.
 
Photo by Katerina

Kenapa Harus Membeli ASUS ZenPad 7.0 Z370CG?
  1. Tablet ASUS ZenPad 7.0 Z370CG merupakan tablet pertama di dunia dengan back cover yang bisa diganti-ganti, termasuk ditandem dengan sistem audio dan baterai eksternal tambahan.
  2. Tampilan layar ultra realistik seperti halnya pada TV model high-end dengan warna cemerlang dan kontras yang tajam.
  3. Inilah tablet perdana didunia yang bisa ditandemkan dengan modul audio surround 5.1 berteknologi DTS-HD untuk menghadirkan tata suara mantap.
  4. Layar 7” beresolusi HD 800x1280 pixel dengan area pandang 72% dari keseluruhan bodi. Layar ini pun diperkuat lapisan Gorilla Glass untuk mencegah goresan benda tajam.
  5. Desain kompak dalam dimensi 189x110,9x8,7 mm dan bobot hanya 272 gram sehingga nyaman digenggam.
  6. Baterai internal dengan daya tahan pemakaian 8 jam. Dengan modul ASUS Power Case pun membuatnya mencapai pemakaian hingga 14 jam.
  7. Dual kamera untuk memudahkan pengguna membuat foto dan video. Dukungan teknologi PixelMaster pun membantu menghasilkan image yang OK.
  8. Antarmuka ZenUI yang baru dan segar serta menyediakan banyak kustomasi agar tablet Anda tampil lebih personal.
  9. Dukungan jaringan Internet 3G dan ruang penyimpan eksternal yang mendukung hingga 128GB.
  10. Pilihan warna menarik (hitam, putih, aurora metalik) dengan kontur kulit yang  elegan.
www.asus.com

Spesifikasi
  • Type : Zenpad 7.0 Z370CG
  • Operation System : Android TM 5.0 Lollipop
  • Display : 7-inch IPS Super Bright IPS HD Panel wih ASUS Tru2Life Technology WXGA(1280x800), 216 Pixel per inch. ASUS TruVivid Full lamination technology IPS with 178 degree wide view angle Super Anti-Scratch Corning® Gorilla® Glass. 10 finger multi-touch, Anti-finger Coating, 72% screen to body ratio. Zen Motion support Touch Gesutre
  • CPU: The latest Intel® AtomTM X3-C3230 Quad-Core Processor
  • 64-bit, support 3D grap hic
  • Graphics : Mali-450 MP4
  • Memory : 32-Bit Single channel LPDDR3 2GB RAM
  • Storage : 16 GB+ 16 GB of ASUS WebStorage( 5 GB for life+ 11GB for the 1st year)
  • Connectivity : WiFi 802.11 b/g/n - Bluetooth 4.0 with A2DP, aptX - Wi-Fi Direct - Support Miracast.
  • Network Standard : HSPA+ Download Speed: 21Mbps. 3G:WCDMA : 900/2100/850/1900. 2G : EDGE/GSM:850/900/1800/1900
  • Camera : Rear Camera : 5MP,Auto-Focus, F2.0, PixelMaster Camera for brighter photo and video up to 400% with low light mode, Zero Shutter Lag(rear),720p@30fps video recording, IR filter, Beautification, Panorama, HDR
  • Front Camera : Front Camera: 2MP,  Big Apperture F2.0 with 140-degree wide-angle selfies and beautification mode.
  • Audio : 1 x Front Speaker  with DTS HD Premium Sound  MP3, AAC, AAC+, 3AAC+, MIDI, WAV, FLAC, DTS
  • Interface : 1x MicroUSB 2.0 wiith USB host support. 1x2-in-1 Audio Jack (Headphone/Mic-in). MicroSD card support up to 64 GB SDXC, Single Micro SIM.
  • Battery : 8 hours battery life. 13Wh, 3450 mAh.  Li-polymer battery.
  • Navigation : GPS/Glonass/A-GPS
  • Sensor : G-sensor/E-compass/Light Sensor/Hall Sensor/Proximity Sensor
  • Colors : Premium embossed leather patterns Obsidian Black, Pearl White, Aurora Metallic.
  • Dimension: 110.9mm (W) x 189 mm (L) x 8.7 mm (H)
  • Weight: 272 g
  • User Interface : ASUS ZenUI 2.0 with over 1000+ software enhancement (What's Next, ZenLink, Kids Mode, ASUS Splendid, etc
  • Video : Playback :1080p@30fps, Format : MP4, M4V, 3GP, 3G2, AVI, MKV, WEBM

[Citizen Reporter] Sepenggal Cerita dari Tanggamus

$
0
0

Citizen Reporter - Surabaya.Tribunnews.com
Rabu, 09 Desember 2015 
TERBIUS PESONA TANGGAMUS

FESTIVAL Teluk Semaka (FTS) menjadi agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Tanggamus dengan mengekspos objek wisata dan potensi pariwisata serta budaya daerah di sana. Selain untuk meningkatkan kunjungan wisata, FTS diharapkan menarik minat investor yang ingin mengembangkan sektor pariwisata di kawasan Provinsi Lampung ini.

Tahun ini merupakan gelaran kedelapan FTS. Hadir di antara travel blogger, fotografer, jurnalis, undangan Dinas Pariwisata Tanggamus, kami mengikuti beberapa kegiatan FTS. Di antaranya Tour D’Semaka, mengunjungi sejumlah objek wisata Tanggamus, pengentahan adokh (pemberian gelar kehormatan), hingga parade budaya di lapangan Merdeka, Kota Agung.

Sabtu (21/11/2015), hari terakhir FTS diisi dengan pengentahan adokh kepada dua pejabat yang dinilai telah berjasa untuk Tanggamus. Yakni, Komandan Kodim 0424/Tanggamus Letkol Inf. Kristomei Sianturi dengan adokh pangikhan Pengkhinggom Bangsa, beserta Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Kodim 0424/Tanggamus Dezti Asti dengan Adokh Khatu Kartika Chandra Kirana.

Juga, Kepala Kepolisian Resort Tanggamus AKBP Ahmad Mamora dengan adokh pangikhan Penata Hukum beserta Ketua Bhayangkari Polres Tanggamus Ina Puspitasari dengan Adokh Khatu Bhayangkari.

Dua pasang penerima gelar duduk dalam dua tandu diarak dari rumah dinas Bupati Tanggamus menuju lapangan Merdeka Kota Agung.

Arak-arakan diiringi penari khakot dan sekura untuk membuka jalan. Pincal Khakat berarti pencak khakot, tradisi luhur masyarakat Lampung. Sedang tari khakot adalah tari pedang yang dahulu kala dibawakan para panglima (disebut hulubalang) untuk menyambut tetamu agung.

Pengentahan adokh dimulai pukul 10.00 WIB. Usai pembacaan surat keputusan pengentahan adokh, dua penerima gelar duduk di panggung khusus. Selanjutnya angklung, pincal khakot, rudat, pajar, sakura, polisi cilik, barongaay, kuda lumping, Keluarga Besar Sumatera Barat Tanggamus, dan TTKDH Tanggamus menampilkan aksinya.

Parade budaya dimulai dengan penampilan siswi SMU Xaverius Gisting, membawakan tari Tepui-Tepui. Disusul tari kolosal Khakot yang menceritakan perlawanan warga Tanggamus terhadap kolonial.

Festival Teluk Tanggamus 2015 juga mengenalkan tradisi rudat yang dikenal sebagai tari pengiring pengantin dari Suku Pepadun, salah satu suku di Lampung. Ketiganya seolah menjadi pengingat agar generasi muda Tanggamus tidak lupa dengan warisan budaya di daerahnya sendiri. Sungguh suguhan rangkaian budaya yang membius.





Citizen Reporter - Surabaya.Tribunnews.com
Selasa, 15 Desember 2015 

ADA LUMBA-LUMBA DI SECARIK BATIK TANGGAMUS
 
MENERIMA undangan Dinas Pariwisata Tanggamus untuk mengikuti rangkaian Festival Teluk Semaka ke-8, salah satu kegiatannya adalah Tour D’Semaka. Kami mengunjungi sejumlah objek wisata alam di Tanggamus sekaligus mengenal batik Tanggamus.

Selama ini saya anggap kain tradisional Lampung hanya tapis. Ternyata provinsi paling selatan di Sumatra ini memiliki batik unik khas Tanggamus.

Kabupaten di Lampung dengan ibu kotanya Kota Agung dihuni mayoritas suku Lampung asli, yang lainnya warga pendatang. Kota Agung menjadi ibu kota Kabupaten Tanggamus sejak berdirinya Kabupaten Tanggamus, medio 1997.

Kota yang relatif masih muda ini merupakan kota lama yang terletak di kaki Gunung Tanggamus dan di tepi utara Teluk Semaka. Desa-desa yang ada di sekitar Teluk Semaka seperti Tampang, Kaur Gading, Tirem dihubungkan oleh pelabuhan laut lokal.

Tapis Sai Tanggom menjadi motto warga Kabupaten Tanggamus. Sedangkan Bung Lumba menjadi simbol Kabupaten Tanggamus. Simbol ini terkenal seantero Tanggamus hingga luar daerah Tanggamus. Tak heran, berjalan ke sudut-sudut kota, banyak diumpai gambar lumba-lumba. Nah, ikon lumba-lumba inilah yang dipindahkan menjadi motif batik Tanggamus.

Sanggar Ratu binaan Dekranasda Tanggamus di Pekon Banding Agung, Kecamatan Talang Padang menjadi jujugan kami menyelami batik Tanggamus. Omansyah Adok Minak Jaga, menjadi perajin batik Tanggamus andal di sana.

Menurut Hendra Ferry, SE MM, sekretaris umum yang mendampingi istri Bupati Tanggamus, Dewi Handajani, SE MM, yang juga Ketua Umum Dekranasda Tanggamus, Sanggar Ratu menjadi wadah para perajin lokal, juga sarana promosi handycraft Kabupaten Tanggamus, baik itu batik, taapis, maupun lainnya.

Tak sebagaimana batik yang selama ini saya kenal yaitu batik tulis, di sini batik-batik dikerjakan dengan cara dicap di kain. Cara ini memang lebih cepat, efisien, dan ekonomis. Saya menjumpai beberapa kain dalam pola, motif, dan warna berbeda-beda. Ketidaksamaan tersebut ternyata menyelaraskan pesan yang ingin disampaikan pembuatnya.

Satu motif punya makna tertentu, biasanya berkaitan dengan kepentingan adat dan agama. Itu sebabnya motif bukan sekadar ilustrasi, tetapi memiliki makna dan filosofi.

Beberapa motif batik Tanggamus selain motif Bung Lumba, ada juga bunga Kamphai (buah tomat kecil/ cherry) dan motif batik Sanggi yang kental dengan nuansa pesisirnya. Ada gambar ketinting atau jukung (perahu khas Lampung), cadik, pohon ara (pohon kehidupan) dan nelayan.

Selain batik, di sanggar ini juga tersedia kain tapis dan sulam usus. Semuanya karya warga binaan.

Menurut Ibu Oman, motif dan desain, mereka yang tentukan, lalu perajin membuatnya berdasarkan pesan. Harga satu helai kain tapis berkisar dari Rp 800 ribu hingga Rp 3 juta. Bahkan, Rp 8 juta. Biasanya dibuat berdasarkan pesanan khusus.

Berminat?

Dimuat di Majalah Paras edisi No. 17 / Januari 2016

$
0
0

Pengalaman mendaki Gunung Anak Krakatau pada bulan Agustus 2015 lalu saya tuangkan dalam artikel sederhana berjudul Mendaki Gunung Anak Krakatau. Dimuat sebanyak 3 halaman dalam rubrik Pesona Wisata Majalah Paras edisi no. 147 bulan Januari 2016.

Sependek saya menjadi travel blogger, diundang oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Lampung dalam Festival Krakatau 2015 menjadi sebuah pengalaman berharga. Tour Krakatau 2015 telah menggoreskan sebuah kenangan yang sangat berkesan.

Artikel (mentah) dapat dibaca pada postingan saya di sini --> Mendaki Gunung Anak Krakatau


Kenangan berharga dalam kata dan gambar,

Lihat, rasa, dengar, lalu tuliskan

Warunk Upnormal, Warung Indomie Kekinian Asik Buat Nongkrong

$
0
0

Satu lagi warung makan modern hadir di Kota Tangerang Selatan. Warunk Upnormal namanya. Berlokasi di Ruko 7cs Blok DF2 No.22-23 Jl.Boulevard Gading Serpong. Baru dibuka pada tgl. 5 Januari 2016 bulan lalu. Masih muda banget ya. Eitts…meski masih muda, warung upnormal sudah lebih dulu ngehits di Bandung sejak Juli 2014. Outlet di Gading Serpong ini adalah outlet ke 12. 

Tempat makan yang tak mau disebut kafe apalagi resto ini mencoba menawarkan suguhan berbeda. Apa itu? Sajian aneka menu Indomie. Bukan suguhan indomie biasa, melainkan indomie dengan variasi toping dan cita rasa yang beragam. Boleh dibilang, Warunk Upnormal  adalah pelopor warung indomie kekinian. Jadi, bukan blogger saja yang punya sebutan kekinian, warung indomie pun kekinian ya he he
 

 












Menu yang tersedia tak jauh beda dengan menu di warung-warung sejenis lainnya. Bedanya, harga yang dipatok boleh dibilang bukan harga premium, Padahal Warunk Upnormal menawarkan keunggulan semisal tempat yang ber-AC, wifi, dan rasa sajian indomie yang dimodifikasi. Dengan suasana tempat nongkrong yang nyaman, dijamin pengunjung akan betah di warung ini. 

Asiknya nih, saat nongkrong di sini bareng teman, sahabat, atau seseorang yang spesial, kita bisa sambil main kartu UNO, ular tangga, catur, monopoli, scrabble dll. Mainan tersebut nggak cuma buat dimainkan oleh mereka yang dewasa, tapi juga bisa dimainkan oleh anak-anak. Jadi, buat ortu yang datang dengan anak, nggak usah khawatir anaknya bakal bosan menemani ortunya nongkrong lama-lama, di sini anak-anak bisa diajak menikmati makan sambil main.
 
Tumpukan alat bermain ini gratis
Zara main catur


Dua putra mbak Eliza pun main catur


Putri mbak Maya lagi asik

Meski bernama warung, tapi menunya beda dengan warung-warung biasa. Kelebihan Warunk Upnormal setidaknya adalah menyuguhkan sesuatu yang berbeda dibandingkan kedai makan serupa atau katakanlah kedai ala luar yang memang sudah sangat menjamur. Karena sebetulnya banyak yang memang menginginkan camilan rasa nusantara, maka di sini tersedia suguhan rasa lokal.   


Tentang indomie kekinian, sebutan itu lekat karena indomie yang disajikanberbeda dari sajian pada umumnya. Di sini indomie naik kelas, dibuat lebih menarik, lebih beragam rasa, bukan lagi seperti makanan 'kere' dan nggak gaul. 


Ada beragam variasi rasa dan toping yang menggugah selera disajikan dalam aneka Indomie, antara lain:Indomie Upnormal, Indomie Gokil, Black Indomie, Indomie Sadis Manis, Indomie Sadis Mampus, Pizza Indomie, Indomie Goreng Beneran, Indomie Healthy Green, Indomie Sambel Rempah Hejo, Indomie Saos Telor Asin, Indomie Goreng Iga Upnormal.

Aneka Nasi:
Nasi Gokil Upnormal, Nasi Ikan Makarel, Nasi Wagyu Saos Mentega, Nasi Wagyu Saos Jamur, Nasi Tanggal Tua, Nasi Gokil Esktrim, nasi Seblak Ori/Rendang, Nasi Sosis Mentega Black Pepper.
 
Aneka Indomie dan Nasi


Indomie Upnormal dan Nasi Wagiyu Saos Mushroom + Telor


Nasi Sosis & Nasi Seblak Momi

Indomie Gokil, berisi adukan kikil dan bumbu cabe hijau


Sosis Bakar Upnormal

Cindy Alvionita, Promotion dan Marketing team Warunk Upnormal merekomendasikan Indomie Upnormal (signature dishes) Warunk Upnormal, serta dessert berupa Lemon Cheese Lover. Sesuai namanya dessert ini terbuat dari 2 mochie lemon cheese yang dihidangkan bersama pudding wafer, bubble dengan kuah lemon dan es krim yang melimpah. Menu dessert satu ini dapat menjadi pilihan yang menyegarkan. Melengkapi santapan ringan, Warunk Upnormal menawarkan sejumlah minuman segar. Salah satunya full energy yang saya pesan. Minuman kesehatan ini terbuat dari pure pisang yang dicampur dengan alpukat dan oatmeal.  
Indomie Upnormal, Lemon Cheese Lover, Minuman Full Energy

Aneka Susu:
Susu Segar, Susu Coklat, Susu Hazelnut, Susu Caramel, Susu Strawberry, Susu Mango, Susu Vanilla, Susu Almond, Susu Mint, Susu Blackcurrant, Susu Lychee, Susu Tiramisu. 

Aneka Healthy Smoothies: 
Jus Jambu, Energizer (Pisang-Alpukat-Kacang Ijo), Protein Loading (Pisang-Oatmel-Susu Karnivor), Full energy (Pisang-Alpukat-Oatmeal), Healthy Delicious (Pisang-Jambu-Oatmeal), Jus Alpukat.

Coffee (Menggunakan KOPI GAYO ACEH) :
Black Coffee, Ice Americano, Cafe Latte, Ice Cafe Latte, Cappuccino, Ice Cappuccino, Caramel Latte, Hazelnut Latte, Ice Hazelnut, Moccachino, Ice Moccachino, Affogato.
 
Ice Green Tea + Ice Cappucino


Aneka minuman segar


Healthy smoothies : Full energy, terbuat dari pisang, alpukat dan oatmeal


Caramel Latte


 
Aneka healthy smoothies. Saya sudah coba Full Energy. Enak! Harganya juga enak :D

Coffee menu, menggunakan kopi gayo Aceh

Baru buka empat minggu yang lalu, Warung Upnnormal telah menjadi tempat favorit untuk bersantai. Untuk mengganjal perut sebelum waktu makan malam tiba, Warunk Upnormal menawarkan banyak camilan dan minuman segar. Ada kudapan tradisional dan ala luar negeri yang bisa dipesan. Ada pisang bakar untuk mereka yang rindu dengan kudapan tradisional. Kalau ingin makanan yang lebih berat, ada aneka nasi. Warunk Upnormal yang buka mulai pukul 15.00 hingga 24.00  WIB ini berkonsep lounge sehingga tidak menyediakan makanan yang lebih berat. 

Aneka Roti :
Roti Susu Coklat, Roti Susu Keju, Roti Susu Coklat Keju, Roti Susu Milo, Roti Keju Milo, Roti Susu Green Tea, Roti Bakar Telur, Roti Kornet Telur, Roti Nutella, Roti Taro, Roti Banana Powder.


Roti susu Taro & Banana
 
Roti susu nutela dan green tea


Pisang Bakar Keju Brown Sugar


Ice green tea dan desserts serba green tea


Aneka menu desserts yang menggugah selera

Outlet Warung Upnormal terdapat di 12 tempat berbeda:
  • BANDUNG: Jl. Suci No. 73 (Widyatama Belakang) | Jl. Cihampelas No. 74 (Sebelum Bakso Semar) | Jl. Cihampelas No. 56 (Depan Ontjom Raos)  |  Istana Plaza - Jl. Pasirkaliki 121-123  | Jl. Purwakarta 71 - Antapani | Jl. Buah Batu no. 201A | Jl. Kopo Bihbul no.72 |
  • BANTEN: Jl. Veteran no. 12 - Serang
  • CIMAHI: Jl. Cimindi Raya no. 260B
  • TASIKMALAYA: Jl. Tentara Pelajar no.73
  • JAKARTA : Jl. Cempaka Putih Raya no.102
  • TANGERANG: Ruko 7cs Blok DF no.22-23 Gading Serpong

Info Kemitraan: 081290516875 / kemitraan@citarasaprima.com. Promosi & Marketing: promotion@citarasaprima.com / warunk.upnormal@gmail.com
  
Nongkrong bareng Mbak Eliza, Mbak Maya, dan Ica


suasana di lantai dasar
 
Penuh pengunjung


Selalu ramai

Warunk Upnormal terletak di tempat strategis di kawasan komersil Gading Serpong. Mudah dijangkau dari arah manapun. Jika datang dari arah Kota Tangerang, ambil jalan ke arah Serpong, belok kanan di pertigaan Gading Serpong. Lurus ke arah SMS, lewati bundaran dan Hotel Atria, ambil arah ke Pasar Modern Paramaount. Dari sana tinggal cari Ruko 7CS blok DF2 No. 22-23. Rukonya dekat Matana University. Mudah kelihatan kok warungnya. Ada tulisan UPNORMAL besar di bagian depannya.
 

Parkirannya padat


Dari seberang jalan saja kelihatan ya warunknya


Gedung  biru di ujung kanan itu Matana University

Saya sudah mampir dan nongkrong kece di Warung Upnormal bareng kawan-kawan. Sudah mencicipi menu indomie kekinian dan aneka menu-menu favoritnya. Bagaimana denganmu? 

 
Fasilitas:
Wifi, Plug, Dine, Smoking Area, Gofood, Parking, Toilet


CONTACT
Alamat : Ruko 7cs Blok DF2 No.22-23 Jl.Boulevard Gading Serpong
Twitter : @warunk_upnormal
Instagram : @warunk_upnormal
Facebook : Warunk-UpNormal
Website : www.warunkupnormal.com


INFORMASI:
Jam operasional : Pukul 15.00 - 24.00 WIB
Harga : Makanan (Rp 6 ribu - 37 ribu)

Minuman (Rp 4 ribu - 20.500) 
Tax : 10%
Cara Pembayaran: Cash, Debit

Liburan Seru ke Gunung Tangkuban Parahu - Dimuat di Majalah Anakku Edisi Januari 2016

$
0
0
Cover Majalah Anakku edisi Januari 2016

Pemandangan alam, iklim udara yang sejuk, serta deretan kawah yang terbentang yaitu Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, dan Kawah Domas, menjadikan kawasan TWA Tangkuban Parahu sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik di Jawa Barat. Karena alasan inilah saya bersama keluarga datang ke tempat ini.

TWA Tangkuban Parahu terletak di Provinsi Jawa Barat, sekitar 20 km di utara kota Bandung. Meskipun letaknya berada di sebelah Utara Bandung, Gunung Tangkuban Perahu masih menjadi wilayah Bandung Barat. Gunung Tangkuban Perahu sendiri terletak di ketinggian 2.048 meter di atas permukaan laut, atau sekitar 6.837 kaki dengan suhu rata-rata harian 17 DC siang hari dan 2 DC di malam hari.

Tangkuban Parahu merupakan gunung berapi yang masih aktif. Beberapa tanda aktifnya gunung ini adalah dengan adanya gas belerang dan juga sumber air panas yang mengalir di kaki gunung seperti Ciater. Letusan terakhir gunung ini tercatat pada tahun 2013. Meskipun demikian, kini gunung ini masih relatif aman untuk dikunjungi.
 



Tidak seperti gunung lainnya, puncak gunung Tangkuban Perahu berbentuk memanjang dan mirip dengan sebuah perahu terbalik. Hutan di sekitar gunung rimbun dengan tanaman pohon pinus dan hamparan tanaman teh.

Tarif masuk TWA Tangkuban Perahu Rp 25.000 per mobil. Sedangkan wisatawan dikenakan Rp 20.000 per orang dan Rp 200.000 per orang untuk wisatawan asing. 

Dari gerbang utama, jarak menuju Gunung Tangkuban Parahu masih agak jauh. Mobil harus melewati jalan menanjak dan berkelok. Namun panorama yang terlihat di sepanjang jalan sangat indah. Kami menikmatinya dari balik jendela mobil.

Di kiri dan kanan jalan terdapat hutan. Di dalam hutan inilah hidup hewan dan tumbuhan endemik Gunung Tangkuban Parahu. Terdapat Puspa (Shima Walichi), sejenis tanaman langka yang pada bagian tertentu dapat menyebabkan gatal jika dipegang. Ada juga Pakis Emas. Mirip pakis langka yang pernah saya lihat di Lembah Harau, Sumatera Barat. Pakis langka ini bisa tumbuh tinggi sampai 10 meter. Habitatnya memang di hutan yang dingin dan daerah berkabut. Selain Puspa dan Pakis Merah, ada juga Anggrek Hutan. Sedangkan hewan endemik Tangkuban Parahu, di antaranya Elang Jawa, Meong Congkok, Surili (sejenis kera), dan Lutung Jawa.  





Setelah menanjak beberapa kilometer, kami sampai di sebuah tempat lapang dan terbuka. Tak ada lagi hutan rimbun penuh pohon. Mobil dan motor wisatawan terlihat berjejer. Sebuah papan nama berdiri tegak berlatar sebuah lubang raksasa: TWA. Gn.Tangkuban Parahu.

Gunung Tangkuban Parahu terkenal dengan legenda yang ada di baliknya. Gunung ini memiliki lubang besar di tengahnya. Kawah Ratu namanya. Menggetarkan ketika dilihat, namun memesona. Gadis kecil saya sangat antusias. Tak henti-henti ia menunjuk ke kawah, ke arah kepulan asap belerang yang terus bergerak diterbangkan angin.

Ada pagar pengaman di pinggiran kawah. Kami berdiri dan berpegang pada pagar itu. Memandang kawah agak lama, selagi kabut belum datang menutupi segalanya. Beberapa laki-laki penjual souvenir mendekat, menawarkan dagangan. Saya menolak dengan halus, karena kami baru saja tiba dan ingin menikmati suasana lebih dahulu.

Kami menaiki tanjakan. Gadis kecil saya berhenti. Saya kira lelah, ternyata tidak. Ia tertarik pada deretan topi berbulu berbentuk kepala hewan yang dijejer di pagar pembatas. Topi dagangan orang. “Lucu, ya, ma,” ucapnya. Sepertinya ia berminat, tapi tak sampai minta dibelikan. 

 




Topi-topi lucu

Cuaca sangat cerah, namun udara terasa sejuk. Makin naik ke atas makin sejuk. Di atas ada pondok jajan. Kami mampir untuk membeli sebotol air mineral. Setelah melepas dahaga, kami kembali berjalan-jalan. Di antara para wisatawan, ada seorang pedagang souvenir. Ia menghampiri, lalu kami membeli beberapa gantungan kunci khas Tangkuban Perahu.

Di gunung, kami menikmati pemandangan. Tak lama setelah itu kabut datang, melayang-layang menutupi kawah. Semua jadi putih. Namun, sekejab kemudian kabut pergi, datang lagi, begitu seterusnya. Berubah-ubah. Makin siang makin sering berubah.

Cuaca pun latah, ikut berubah. Langit cerah tiba-tiba mendadak kelabu. Gerimis turun kecil-kecil, lalu lama-lama menjadi besar. Kami berlarian, bergerak untuk turun.  Suami saya menenteng kamera, tripod, dan dua ransel. Saya memegang tangan anak. Dalam keadaan seperti itu, anak saya bukannya merasa cemas,  justru tertawa. Berlarian di tengah gerimis baginya seperti bermain.

Dengan tetap berhati-hati kami menuruni tanjakan demi tanjakan, dan akhirnya kembali ke mobil dengan selamat. Kami berteduh di mobil, tapi hujan tak mau berhenti, akhirnya kami memilih pulang. Lagipula telah cukup lama kami di atas. Rasanya sudah puas.

Anak saya masih terlihat gembira. Tak nampak lelah. Saya lega, ternyata mengajak anak naik gunung bukanlah hal menakutkan, justru menyenangkan. Mungkin karena keadaan Gunung Tangkuban Perahu terbilang aman, tak terlalu membutuhkan ekstra tenaga untuk perjalanan mendaki. Mengajak anak ke Tangkuban Perahu tak perlu ragu.
 
Foto bareng


Jagung siap dibakar


Pondok jajan


Turis asing

Info :
  • TWA Tangkuban Parahu buka setiap hari dari Jam 07.00 AM – 05.00 PM.
  • Harga tiket masuk weekdays: Pengunjung domestik Rp 20.000, pengunjung asing Rp 200.000,  sepeda Rp 7.000, sepeda motor Rp 12.000, mobil Rp 25.000, bus Rp 110.000,
  • Harga tiket masuk weekend : Pengunjung domestik Rp 30.000, pengunjung asing Rp 300.000,  sepeda Rp 10.000, sepeda motor Rp 17.000, mobil Rp 35.000, bus Rp 150.000,
  • Shuttle bus : Jayagiri-Kawah Ratu (round-trip) Rp 7.000, Guide Rp 150.000 (untuk wisatawan lokal) Rp 300.000 (untuk wisatawan asing).

Artikel ini pernah dimuat di Majalah (digital) ANAKKU edisi Januari 2016



Naik Kereta ke Depok

$
0
0

Hari Minggu (7/2/2016) saya ada acara di Code Margonda Depok, ikut kelas menulis yang diselenggarakan oleh Depok Menulis. Sejak hari Jumat (5/2) saya sudah bilang ke suami untuk di antar ke lokasi. Suami mengiyakan tapi dia mau ajak saya naik kereta. Saya menyambut ajakannya dengan gembira. Saya pikir asik juga naik kereta dari BSD sampai Depok. Apalagi saya dan suami sama-sama belum pernah naik kereta ke Depok.

Belakangan suami sedang gandrung naik kereta. Beberapa kali jika ada janji kumpul dengan temannya di Jakarta (teman-teman kuliah & SMA), ia memilih naik kereta. Katanya, bawa mobil dari BSD itu bukan hanya jauh dan bikin pegel, mahal di tol, tapi juga macetnya yang kadang ga tertahankan. Apalagi jika janjian di waktunya orang pulang kerja. Bisa-bisa berangkat jam 5 sore baru sampai jam 8 malam. Meski begitu, di luar kegiatan yang sifatnya santai dan sekedar kumpul bareng teman, suami biasanya tetap pakai mobil dan kadang pakai supir.

Buat saya, naik KRL ke Depok ini jadi pengalaman ke empat kalinya naik kereta (di Indonesia). Pertama, waktu pergi ke Baduy Dalam. Naik kereta dari Duri ke Rangkas Bitung bareng 30an orang traveler. Keretanya ekonomi, di dalamnya ada banyak pedagang sibuk menjajakan barang ke para penumpang. Mulai dari tahu goreng, nasi uduk, buah salak, air kemasan, sampai pengamen yang bernyanyi dengan peluh bercucuran. Dan itu terjadi sepanjang perjalanan.

Kedua, naik kereta eksekutif dari Stasiun Tawang Semarang. Sendirian, tapi Alhamdulillah selamat dan sejahtera sampai Gambir Jakarta :D Nah, yang ketiga naik kereta dari Depok ke Bogor. Yang temani suami dan ibu mertua. Sampai Bogor, suami dan ibu mertua langsung balik lagi ke Depok. Cuma antar tralala. Ha ha. 

Otw ke Stasiun Rawa Buntu - BSD Serpong

Minggu pagi dari rumah kami bawa mobil ke stasiun Rawa Buntu. Stasiun ini ada dalam kawasan BSD. Letaknya dekat dari cluster The Green dan The Latinos. Sekitar 3-4 menit dari rumah. Untuk masuk ke area stasiun, kami mesti menggunakan kartu elektronik yang juga berfungsi sebagai tiket kereta. Sistem scan kartu ini membuat kendaraan yang masuk tidak bisa sembarang keluar tanpa kartu yang sama.

Setelah memarkirkan mobil di tempat aman, suami ke loket untuk membeli tiket untuk saya. Dia sendiri sudah punya tiket Multi Trip yang saldonya masih gembul, jadi tka perlu beli lagi. Awalnya suami mau pesankan saya tiket multi trip, tapi sudah habis. Akhirnya beli tiket harian seharga Rp 15.000 dengan rincian 10.000 sebagai jaminan, dan 5.000 sebagai tiket ke Depok.
 
Di Stasiun Rawa Buntu, nunggu kereta datang

“Mestinya mama yang beli, biar belajar. Nanti kalau sendiri nggak bisa lho,” ucap suami. Pikir-pikir iya juga sih. “Mama memang nggak biasa, tapi jangan manja, dan terima beres terus,” sambungnya.

“Beres, mas!”  Entah apanya yang beres :D Tapi suamiku benar. Makanya udah seumur ini baru sekarang mulai heboh naik-naik kereta. Dulu waktu ke Rangkas Bitung, tiket diurus oleh Wuri. Waktu mau berangkat dari Semarang ke Gambir, Tari yang bantu. Untungnya sistem cetak dan check-in nya sudah canggih, tinggal ikuti petunjuk. Waktu mau ke Bogor, tiket diurus oleh suami. Nah sekarang mau ke Depok, yang urus juga suami. Kapan saya urus sendiri? *tepok jidat Leonardo Dicaprio*
 

Kartu Multi Trip & Kartu Indomaret yang dapat digunakan sebagai tiket KRL

Baiklah, mari mulai belajar dengan mengenali jenis tiket kereta. 
  • Tiket Harian Berjaminan (Single Trip): Adalah tiket sekali perjalanan dengan uang jaminan sebesar Rp. 10.000. Uang jaminan ini dapat diuangkan kembali ke loket maksimal 7 hari dari pemakaian terakhir. Tiket ini berwarna putih tanpa desain.
  • Tiket Langganan (Multi Trip): Adalah tiket yang dapat digunakan kapanpun sepanjang ada saldonya. Tiket ini dapat dibeli di seluruh stasiun KRL dengan harga Rp. 50.000 dengan saldo Rp. 30.000. Pengisian saldo dapat dilakukan hingga mencapai Rp. 1.000.000.T iket ini berwarna dasar hitam dengan desain khusus. Ada tulisan COMMET tertera di kartu.

Usai mendapatkan tiket, kami berdua masuk melalui pintu elektronik. Nah, untuk melewati pintu, tiket harus di-tap in (menggunakan tangan kiri). Nanti, saat keluar dari pintu elektronik (di stasiun berikutnya), tiket di tap out menggunakan tangan kanan. Penting ya informasi ini? Iya! :p
 
Pintu elektronik untuk keluar masuk penumpang, tiket mesti di tap-in *Photo: Metro.tempo.co*

Jam 09.25 WIB. Baru beberapa menit di peron, kereta yang kami tunggu sudah datang. Langsung cuuuss naik. Kami masuk ke gerbong yang sama, dapat tempat duduk di pojok gerbong. Bersebelahan dengan seorang laki-laki yang sedang terkantuk-kantuk. Melihat kami datang, dia menggeser duduknya hingga ke sudut. Alhamdulillah bisa santai sampai Tanah Abang. Tanah Abang? Secepat itu? Nggak lah! Kereta yang kami naiki melewati 6 stasiun dulu sebelum sampai di stasiun Tanah Abang. Mulai dari Sudimara, Jurangmangu, Pondok Ranji, Kebayoran, Palmerah, baru deh Tanah Abang.

Tujuannya ke Depok kok naik kereta ke Tanah Abang? Karena nggak ada kereta langsung dari BSD ke Depok. Mesti ke Tanah Abang dulu, abis itu baru pindah ganti kereta yang ke Bogor. Turunnya bisa di Pondok Cina atau di Depok Baru.
 
Suasana di dalam KRL, nyaman.
Saat isi kereta mulai ramai
Petugas di kereta sigap membantu penumpang naik

Jam 09.55 WIB kami sudah tiba di stasiun Tanah Abang. Suasana stasiun saat itu sangat ramai. Suami mengajak saya naik tangga, pindah peron. Di tangga penuh orang. Petugas keamanan sampai turun tangan mengatur orang-orang yang naik dan turun tangga. Saya mengamati beberapa papan informasi yang tergantung di tempat–tempat tertentu. Mencoba menghafal tempat dan arah yang mungkin berguna jika suatu saat saya bepergian sendiri. 

Jam 10.00 kereta jurusan Bogor datang. Ramai tapi saya masih kebagian tempat duduk. Sedang suami berdiri. Kali ini kereta yang kami naiki melintasi lebih banyak stasiun. Ada 13 stasiun, mulai dari Karet, Sudirman, Mampang, Manggarai, Tebet, Cawang, Duren Kalibata, Pasar Minggu, Pasar Minggu Baru, Tanjung Barat, Lenteng Agung, Univ. Pancasila, Univ. Indonesia, dan terakhir sampailah kami di stasiun Pondok Cina.
 
Di Stasiun Tanah Abang

Perjalanan menuju Pondok Cina tidak selancar perjalanan dari BSD-Tanah Abang. Saat di Manggarai, kereta berhenti cukup lama. Katanya antri. Beberapa penumpang yang duduk di hadapan saya mengeluh. Saya tidak mengutuki antrian kereta yang menyebabkan keterlambatan, karena acara yang saya kejar waktunya masih lama. Justru kalau terlalu cepat tiba, terlalu lama buat saya menunggu di Code Margonda. Di kereta, saya chat dengan mbak Dwee Wuryan, teman saya yang juga ikut serta di acara Depok Menulis. Dia juga naik kereta dari Manggarai, tapi beda waktu dengan saya. Saat kereta mulai melaju, mbak Dwee baru berangkat dari rumahnya.

Jam 11.14 perjalanan berkereta menuju Pondok Cina berakhir. Saya kembali menjejak Pocin untuk yang ketiga kalinya. Petualangan dua jam naik kereta dari BSD sampai Pocin menghasilkan senyum merekah di wajah suami. “Asik ya, nggak capek kalo gini,” ujarnya senang. Iya, dia tidak perlu nyetir lama, apalagi bermacet-macet ria di daerah Tebet hingga Margonda.
 
Menjejak Stasiun Pondok Cina - Depok

Penumpang sedang menunggu di peron Pocin (Pondok Cina)

Di depan stasiun banyak gerobak jajan. Ada bakso, batagor, kue cubit, gado-gado, sampai aneka gorengan. Melihat itu perut jadi terasa lapar. Pingin jajan, tapi suami tidak mengajak saya berhenti. Katanya cari makan di jalan Margonda saja.

Kami jalan kaki sekitar 200 meter, melewati gang yang tak terlalu lebar. Ada tiga kedai makan yang kami lewati di gang itu, tapi belum ada yang menarik untuk disinggahi. Di ujung gang, kami sampai di Jalan Margonda. Di situ kami belok kanan, hendak ke arah Detos. Ternyata, tepat di sebelah belokan itu ada kedai Aceh Piddie 2000. Huaaa….pucuk di lapar mie aceh pun tiba. Eh iya, ini kedai dulunya ada di seberang jalan. Masih berupa pondok sederhana. Sekarang sudah pindah di tempat yang saya datangi siang ini.
 
Pas laper, pas ketemu kedai Aceh Piddie 2000

Mie Aceh rebus kesukaanku :D

Jam 11.22. Kami mulai memesan makanan. Sementara, mbak Dwee Wuryan sudah dalam perjalanan dengan kereta. Kami janji bertemu di kedai Aceh. Setelah menandaskan seporsi mie aceh dan segelas jus buah naga, mbak Dwee baru sampai. Dia pun ikut pesan makanan. Kami memang harus makan dulu. Karena nanti kalau sudah masuk kelas, bakal nggak ada waktu lagi untuk mengisi perut. Melihat saya sudah berdua dengan mbak Dwee, suami pamit pergi ke rumah orang tua yang kebetulan ada di Depok. Sekitar 15 menit kalau naik ojek dari kedai aceh. Suami naik grab bike, tinggal-lah saya dan mbak Dwee.

Jam 12.40. Kami meninggalkan kedai Aceh. Jarak kedai dengan Code Margonda sekitar 1 kiloan saja. Kami jalan kaki. Kalau naik angkot mesti nyebrang jalan dulu. Untuk nyebrang, jembatannya ada di depan Detos. Sama saja bo’ong. Sampai Detos tinggal 10 meter lagi sampai lokasi. Trus, kalau sudah sampai depan Veneta System, mesti nyebrang lagi. Malah ribet dan buang waktu :D
 
Sudah bersama mbak Dwi Wuryan di lokasi Code Margonda
Foto bareng teman-teman peserta Depok Menulis di Code Margonda

Tepat jam 13.00 kami sudah berada di lantai 2 Code Margonda. Alhamdulillah tepat waktu. Sampai di sana mbak Ollie sudah menunggu para peserta. Mbak Ollie inilah yang mengisi kelas Depokmenulis hari itu. Dua jam belajar tentang viral content, acara ditutup dengan foto bersama dan mencicipi wedang beras hitam.

Jam 15. 30 kami meninggalkan Code Margonda, nyari musola di Detos, salat, lalu nongkrong di CFC nunggu suami saya datang. Oh ya, musola di Detos ini letaknya di belakang, dia area parkir lantai 2. Saya kira tempatnya sempit dan pengap. Ternyata luas dan nyaman. Hehe. Kebiasaan liat musola yang ditaruh diarea parkir, biasanya sempit dan pengap.

Di luar mall ternyata sedang hujan deras. Kami menunggu cukup lama sampai hujan benar-benar reda. Lalu suami datang dengan baju sedikit basah. Ia kehujanan! Kami minum dan mengisi perut dulu di CFC. Setelah itu baru jalan ke stasiun Pocin.
 
Di mall Detos kita salat, jajan celana, juga makan-makan dulu di CFC :D

Mbak Dwee ngajak pulang bareng, ia naik kereta yang sama dengan yang kami naiki. Saat suami mengantri tiket kereta, mbak Dwee tidak ikut. Saya tanya kenapa? Ia menunjukkan kartu Indomaret warna biru. Ternyata, kartu Indomaret tersebut bisa digunakan untuk tiket kereta selama ada saldonya. Hah!? Saya baru tahu kalau kartu Indomaret bisa digunakan untuk bepergian dengan KRL.  Kalau tahu gitu, punya saya juga ada. Bisa dipake sebagai tiket kereta. Jadi tidak perlu antri lagi di loket.

Jadi, kalau kita menggunakan BCA Flazz, Brizzi (BRI), Tap Cash (BNI), dan E Money (Bank Mandiri) maka kartu- kartu tersebut juga dapat digunakan sebagai Kartu Multi Trip. Tapi, jangan lupa kartu-kartu tersebut diaktifkan terlebih dahulu di stasiun KRL sebelum digunakan.
 
Stasiun Pondok Cina - Depok

Sore itu, kami pulang dengan kereta tujuan Manggarai. Di Manggarai mbak Dwee turun dan pulang menuju rumahnya. Sedang saya dan suami ganti kereta jurusan Tanah Abang. Suasana stasiun saat itu sangat ramai. Peron-peron penuh orang. Hujan kembali turun tapi masih berupa gerimis. Kereta agak lama datangnya. Jam 18.50 baru tiba. Hari sudah gelap. Hujan. Dingin. Saya meminta saya masuk ke gerbong wanita, karena gerbong laki-laki sangat penuh. Di gerbong wanita saya bisa duduk. Tak ada yang berdiri. Beberapa orang terlihat terkantuk-kantuk. Lainnya sibuk sendiri dengan hp di genggaman. Seorang anak tiba-tiba muntah, ibunya kaget sampai berucap agak kencang. Orang-orang menoleh. Anak kecil itu langsung ditangani oleh ibunya. Mulutnya dibersihkan. Perutnya diberi minyak telon. Lalu dipangku dan disandarkan ke bahu sang ibu. Sedang muntahan dibiarkan. Tak ada yang membersihkannya saat itu. Biar saja.
 
Di gerbong wanita

Di gerbong laki-laki tak selega ini


Perjalanan belum berakhir. Sampai di Tanah Abang kami turun, ganti kereta jurusan Serpong. Naik turun tangga lagi bersama penumpang-penumpang lainnya yang punya tujuan sama. Kalau dipikir-pikir, pindah-pindah kereta ini memang merepotkan. Apalagi bagi yang bawa-bawa barang. Kalau naik mobil sendiri, kita tinggal duduk manis, bisa sambil tiduran, lalu turun hanya jika sudah sampai tujuan. Tapi yang capek yang nyetir :D

Jam 19.30 kereta sampai di stasiun Rawa Buntu. Cukup lama waktu perjalanan pulang yang kami tempuh. Total sekitar 2 jam. Jika naik mobil pribadi, 45 menit sudah sampai. Itu kalau tanpa macet. Kalau macet, bisa sampai 3 jam. Untuk perjalanan santai, tanpa bawa-bawa banyak barang, naik kereta memang lebih mudah dan praktis. Nyaman pula. Besok-besok mau coba lagi. Tapi untuk sendiri, sepertinya belum berani :D 

Akhirnya sampai di Stasiun Rawa Buntu lagi....

Kartu (tiket) dikembalikan, uang jaminan juga dikembalikan

Sebelum kami menuju parkiran, suami menuju loket mengembalikan tiket. Sebetulnya tiket tak dikembalikan tak apa jika masih mau digunakan lagi. Tapi karena saya jarang pergi, dan tak ada rencana bepergian dalam 6 hari ke depan, tiket itu kami kembalikan saja. Saat tiket dikembalikan, uang jaminan sebesar 10 ribu rupiah juga dikembalikan kepada kami. 
Bagi saya yang sangat jarang bepergian dengan transportasi umum seperti KRL, pengalaman naik kereta ke Depok ini seru juga. Masih penasaran ingin coba lagi. Mungkin nanti sekalian ajak anak. Ya, kapan-kapan.... 


PETA RUTE KRL JABODETABEK


Teluk Kiluan dalam Pelukan

$
0
0
Teluk Kiluan Lampung
Teluk Kiluan - Lampung

Virus itu bernama Kiluan! 

Dampak dari dua kali mengikuti festival di Lampung adalah saya jadi terjangkiti virus baru, virus Keliling Lampung! Sumber virusnya berasal dari Festival Krakatau (FK) bulan Agustus 2015 dan  Festival Teluk Semaka (FTS) bulan November 2015. #Nah lho?!

Sebagaimana umumnya penyakit, kadang hinggap di badan lewat penularan. Virus satu ini justru masuk badan seperti disuntikkan langsung. Jleb! Seperti dihajar habis-habisan. Akibatnya, penyakit jalan-jalan yang sudah ada jadi makin tak tersembuhkan. Tapi untunglah ini jenis penyakit yang bikin hepi. Malah harus disyukuri.  Ayo keliling Lampung #eh!

Rasanya, waktu di FK itu baru berupa bibit-bibit virus. Sedangkan di FTS, sudah di puncak keganasan si virus. Tanggamus dengan ikon Bung Lumba, dan Kiluan yang tak lepas-lepas dari buah bibir, bikin saya demam. Demam Lampung. Iya itu. Demam tinggi menyebabkan ngigau, “Lampung, aku mau ke Lampung lagi!”

Lalu ada yang kasih kompres air es sambil berkata, “Jangan mimpi, sana tinggal berangkat kalau mau!”  

 
Ho ho ho. Baiklah, mari kita berangkat.  Kemana? Kemana lagi kalau bukan ke Kiluan. Kenapa harus Kiluan sih?

Melihat langsung lumba-lumba di habitatnya, tentu sebuah pengalaman menakjubkan yang harus saya miliki. 

Inilah yang mendorong saya berangkat ke Kiluan.
 
Teluk Kiluan Lampung
Jalan menuju Kiluan

Tak Urung ke Kiluan

Godaan Kiluan memang kuat. Datangnya dari berbagai arah. Dari Instagram teman-teman Lampung seperti Fajrin, Mas Elvan, dan Mas Teguh. Dari Blog dan Instagram @Kelilinglampung_ juga pastinya. Yang paling banyak dari celotehan dan foto-foto kece yang di-share oleh Mas @yopiefranz, baik di Instagram maupun Twitter-nya.

Tapi, dari semua orang itu, ada yang sudah lebih dulu menebar virus Kiluan ke saya yaitu Eki. Eki ini bukan orang Lampung. Tapi ke saya, dia sudah lakukan itu sejak tahun 2014, bahkan hingga hari ini. Gencar dan tak pernah lelah. Sayangnya, waktu itu belum ada sesuatu yang membuat saya yakin bahwa saya harus ke Kiluan. Sejak ikut festival di Lampung, semua berubah, mata jadi lebih melek tentang Lampung. 

Pesona yang dimiliki Lampung perlahan mulai menghantui saya,  lalu berhasil menggugah selera pandangan saya tentang dunia wisata Lampung. Akhirnya sekarang jadi gandrung ke Lampung.

Pertengahan Januari 2016, tak ada lagi kata tunda untuk ke Kiluan. Dengan selembar tiket PP Jakarta-Lampung, saya terbang dengan Sriwijaya Air. Ya, mudah sekali sebenarnya mencapai Lampung dari Jakarta. Tinggal terbang selama 25-30 menit di udara, sudah sampai. Atau naik bus Damri dari Gambir, berangkat jam 9 malam, maka jam 5 pagi sudah sampai di Tanjung Karang.  Dari Tanjung Karang tinggal lanjut naik mobil atau motor selama 3 jam ke Kiluan. Sampai deh. Tiket ke Lampung juga terbilang murah. Naik bis sekitar 250 ribuan sekali jalan. Naik pesawat sekitar 270ribuan sekali jalan. Hampir sama ya. Garuda dan Sriwijaya Air kalau sedang promo harganya hampir sama. Pokoknya, ke Lampung itu nggak pakai mahal ongkosnya. *diih udah kayak campaign airline aja :p

 
Teluk Kiluan Lampung
Ini jalan setelah Pantai Klara. Bagus dan mulus yaaaa....

Akses Mudah ke Kiluan

Dari bandara Radin Intan, saya dijemput dengan mobil. Iya, naik mobil. Bayangan naik motor ke Kiluan seperti yang ditawarkan Fajrin, sudah jauh diterbangkan angin, alias saya lepaskan dari rencana. Saya yakin tak mungkin lakukan itu karena sadar saya bukan pejalan tangguh yang kuat menghadapi angin, badai, topan, apalagi tsunami :D Jadi, marilah naik mobil ber-AC bersama teman yang sudah berkali-kali ke Kiluan.

Celoteh demi celoteh selama perjalanan, mungkin bikin ngantuk. Tapi percaya deh, pemandangan yang dilihat selama perjalanan menuju Kiluan sukses bikin mata membesar seperti biji salak kelereng. Mobil melaju menyusuri pinggiran Lampung yang berbatasan langsung dengan laut. Pemandangan pantai dan pulau-pulau cantik jadi santapan mata sepanjang perjalanan. Sebut saja Pantai Duta Wisata, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Lempasing, Pantai Queen Artha, Pantai Mutun, Pantai Sari Ringgung, Pantai Kelapa Rapat (klara). Wiiih….rasanya ingin saya singgahi semua tempat itu. Tapi khawatir nanti nggak sampai-sampai ke Kiluan he he.

Ada beberapa kali saya melihat penampakan pulau-pulau kecil yang bertebaran di sekitar perairan yang kami lewati. Salah satu dan duanya, disebut-sebut tak berpenghuni. Bisa didatangi jika mau. Cocok buat yang ingin benar-benar merasakan keheningan sekaligus ketenangan. Kalau saya sih mikirnya itu tempat cocok buat guling-guling seharian :))

Terlepas dari semua itu, yang penting adalah perjalanan sejauh 80 km dari Bandar Lampung ke Kiluan menjadi menyenangkan karena akses menuju Kiluan terbilang bagus. Jalan mulus beraspal hitam, patut diacungi jempol. Gimana nggak kasih jempol kalau pelancong kayak saya ini dimudahkan jalannya, ya kan? Terima kasih buat yang sudah bikin jalan ke Kiluan bagus mulus seperti pipi saya :D
 
Teluk Kiluan Lampung
Gerbang Teluk Kiluan
Sampai di Kiluan

Setelah tiga jam perjalanan, sampailah kami di Kiluan. Tandanya sampai adalah saat menjumpai gerbang di sebelah kiri jalan yang bertuliskan “Selamat Datang di Teluk Kiluan Kelumbayan Kab. Tanggamus”. Nah, mobil kami belok kiri, memasuki gerbang tersebut. Sementara, jika terus lurus mengikuti jalan semula, akan sampai ke Pantai Gigi Hiu. Tapi perlu berkendara sekitar 1 jam lagi untuk ke sana. Itu pun mesti naik ojek. Aw aw aw ojek baaang…

Perjalanan berkendara mobil berakhir di Dusun Kiluan Negeri. Jaraknya sekitar 2-3 kilometer dari gerbang. Mobil dititipkan di rumah Mas Bram, pengurus cottage yang akan saya inapi. Kemudian, perjalanan ke cottage dilanjutkan dengan menyeberangi laut, menggunakan jukung (perahu tradisional Lampung). Jaraknya sekitar 1 kilometer dari Dusun Kiluan Negeri.

Oh ya, sebelum menyeberang saya disarankan untuk ganti baju dulu. Soalnya, naik dan turun jukung kaki bakal basah. Sepatu juga dilepas dan ditinggal di mobil, kecuali sepatu buat trekking (masukin ke ransel), atau sandal buat jalan di pantai boleh dibawa.   
  
Teluk Kiluan Lampung
Dusun Kiluan Negeri

Teluk Kiluan Lampung
Pantai Dusun Kiluan Negeri

Mas Bram dan jukungnya, siap mengantar saya ke Cottage yang ada di seberang

Saya belum pernah naik jukung. Rasanya deg-degan. Perahunya kecil langsing tapi panjang. Ada rangkaian kayu di kiri dan kanannya, sepertinya buat penyeimbang agar jukung tak mudah karam. Bentuk jukung lancip di ujung bagian depan dan belakang. Katanya bentuk itu dibuat sebagai pemecah gelombang. Buat pemecah masalah bisa nggak mas? #halah :p

Tak sampai setengah jam saya sudah sampai di Dusun Bandung Jaya, tempat cottage yang dituju berada. Terlihat nyiur melambai, ombak yang berlarian mencucupi bibir pantai, serta pantai landai yang ditutupi pasir putih, seakan menyambut kedatangan kami. Suasana saat itu terlihat begitu sepi. Mas Bram bilang, tempat ini jadi ramai hanya di akhir pekan.
 
Teluk Kiluan Lampung
Cottage-cottage di pinggir pantai, tempat kami menginap

Bagai Punya Pantai Pribadi

Sunyi. Itulah kesan pertama yang saya temui sesampainya di penginapan.

Ada 5 bangunan cottage. Semuanya menghadap ke pantai. 2 cottage berupa bangunan dengan kamar-kamar berjejer. 2 cottage lainnya berupa bagunan berbentuk segi tiga. Masing-masing dengan kapasitas 4-6 orang dan 8-12 orang. Sedang cottage lainnya berupa bangunan lebih besar yang memiliki beberapa kamar di dalamnya. Semuanya dengan kamar mandi di dalam.

Di sini tidak ada listrik. Penerangan menggunakan mesin jenset. Tidak ada AC dan kipas angin. Kamar mandinya sederhana. Kamar tidurnya pun demikian. Tetapi cukup baik untuk istirahat tidur. Ada bantal dan kasur tanpa ranjang. Kemarin, saat hujan sangat deras, beberapa titik di dalam kamar ada tetesan air. Mungkin kebetulan ada lubang di atap seng yang belum sempat diperbaiki. Jika sekedar gerimis, itu tak terjadi. Saat cuaca panas, udara di dalam terasa gerah. Saat malam, udara dingin terasa hingga ke dalam. Kalau punya sleeping bag, boleh juga dibawa. Bisa hangat dan terhindar dari gigitan serangga.  

Teluk Kiluan Lampung
Cottage segi tiga

Teluk Kiluan Lampung
3 kamar

Teluk Kiluan Lampung
Pilihan penginapan lainnya

Di Kiluan memang tidak ada penginapan semacam hotel dan resort. Jadi, jangan berfikir di tempat ini ada penginapan mewah ala-ala hotel berbintang. Kemewahan justru terletak pada udara segar yang bisa dihirup setiap saat. Pemandangan menawan yang bisa dilihat sepanjang waktu; entah itu pantai dengan ombak yang tak henti saling kejar, langit biru saling bertaut dengan laut, burung-burung yang terbang dari dahan ke dahan, hingga taman bawah laut dengan beragam ikan dan terumbu karang.
 
Teluk Kiluan Lampung
Ini penginapan saya

Teluk Kiluan Lampung
Kasur di kamar

Teluk Kiluan Lampung
Kamar dan kamar mandi dalam yang sederhana ^_^
Teluk Kiluan Lampung
Kenalkan, ini Mas Bram dan Mas Irvan :D

Mewah adalah saat bisa telentang di pantai tanpa ada satu pun orang yang mengusik ketenangan. Menyaksikan langit merah menyala seperti terbakar jelang matahari tenggelam. Atau memandang langit penuh taburan bintang saat malam.

Mewah adalah saat bangun tidur telinga disambut suara debur ombak yang tak henti bergemuruh, dan mewah adalah saat wajah baru bangun tidur diusap lembut oleh angin laut yang tak bosan berhembus.

Mewah adalah….. saya dengan apa yang saya deskripsikan tentang kemewahan :D
 
Teluk Kiluan Lampung
Pondok di depan cottage, di pinggir pantai, buat duduk dan tempat makan

Bersantap di Pinggir Laut

Ada satu bangunan di belakang cottage yang disebut dapur. Di dapur itulah mas Bram mengolah makanan untuk para tamu yang menginap. Di akhir pekan saat cottage penuh pengunjung, biasanya ia memasak bersama istrinya. Sedangkan saat saya di sana, makanan diolah di seberang laut, di rumahnya. Mungkin karena jumlah kami sedikit, cukup dimasak di rumah. Baru diantar saat jelang jam makan. Mas Irvan bolak-balik naik jukung, mengambil makanan untuk kami santap. Oh, baiknyaa…..

Makanan apa yang disajikan? Sama seperti makanan di warung nasi rames. Ada nasi dengan lauk dan sayur. Tak lupa sambal dan sayur lalapan. Di sini banyak ikan, saya suka ikannya. Dagingnya segar, gurih dan enak. Tak bikin bosan, meski disajikan saat sarapan, makan siang, dan makan malam. Oh ya, di sini sepertinya banyak pohon petai. Selalu ada petai di antara hidangan :D

Apapun makanannya, nikmatnya ada pada suasananya. Di sini, kita tidak makan di dalam kamar, tapi di luar, di bawah pondok, dekat pantai. O ya, jarak cottage dengan pantai itu hanya sekitar 20 meteran saja. Nah, di depan cottage itu ada pondok-pondok kayu. Di pondok itulah makanan dihidangkan. Asyik yo, makan ditemani angin sepoi-sepoi, sambil memandang ke laut pula. Tidak tiap saat bisa begini.  

Teluk Kiluan Lampung
Mas Bram melayani semua keperluan selama di penginapan

Teluk Kiluan Lampung
waw banyak petai

Teluk Kiluan Lampung
istimewa di tempat istimewa

Tak pernah bosan mencicipi ikan gorengnya

Aktifitas di Kiluan

Namanya liburan, pinginnya santai-santai. Di sini, mau apa saja silakan. Mau jalan-jalan di pantai, keluar masuk hutan, berenang, snorkeling, atau sekedar duduk di pantai menikmati suasana, monggo. Yang saya lakukan juga begitu. Eh, tapi nggak sampai masuk ke dalam hutan sih. Hanya pinggirannya saja hehe. Saya takut ketemu babi hutan, nanti diseruduk dijadikan lawan duel hehe.

Kalau mau, sebenarnya bisa trekking ke Laguna Gayau. Tinggal naik jukung, jalan ke bukit, sampai deh. Tapi kemarin saya tak lakukan itu. Lebih pilih istirahat, lalu main-main di pantai sampai matahari terbenam. Oh iya, saya kaget waktu ada orang bawa motor sampai ke cottage. Kok bisa? Ternyata, memang ada jalan di dusun ini. Entah di sebelah mana. Pemukiman penduduk pun tak kelihatan. Saya tak tahu.
 
Teluk Kiluan Lampung
Snorkeling

Teluk Kiluan Lampung
Suasana asri di pinggir pantai

Teluk Kiluan Lampung
Main pasir mau?

Teluk Kiluan Lampung
Atau main ombak?

Di hari kedua, saatnya berlayar ke lautan luas untuk melihat lumba-lumba. Kami harus berangkat pagi, sekitar setengah enam. Saya kesiangan! Untung tak apa karena perjalanan ditunda. Katanya angin sedang kencang, gelombang pun tinggi, belum boleh jalan. Mesti menunggu sampai cuaca membaik. Baiklah kalau begitu.

Sepagi itu sarapan belum tersedia, saya makan roti yang saya beli di Bandar Lampung. Lumayan buat mencegah kembung. Hehe. Bakal kena angin laut soalnya, khawatir mual nanti muntah. Malu-maluin saja hoek hoek haha.
 
Teluk Kiluan Lampung
Siap-siap untuk tur lumba-lumba

Berburu Lumba-Lumba
Jam 6 kami baru jalan. Mas Irvan mengemudi jukung. Jukung itu ternyata digerakkan dengan mesin ya *baru sadar* Plak!! Jukung tuh sempit. Kalau duduk, pas buat pant*t saja. Tak apalah, yang penting aman. Eits…biar aman jangan lupa pakai life jacket. Meski bisa berenang, jangan pikir kalau karam bakal kuat berenang di laut yang kedalamannya mencapai 100 meter. Mana gelombangnya tinggi pula. Huhu serem ya…

Bismillah. Mari berangkaaaat!

Boleh bawa kamera buat motret lumba-lumba? Boleh saja, tapi hati-hati. Biar nggak kena air, siapkan bungkus kamera, minimal kantong plastik. Begitu juga jika bawa hp.

Pagi itu teluk Kiluan terlihat ramai. Beberapa jukung keluar dari teluk, melaju ke lautan. Bukan jukung para nelayan, tapi jukung wisatawan. Tandanya dari life jacket orange yang dikenakan. Kalau nelayan, nggak ada yang pakai life jacket. Wah ternyata wisatawan yang mau lihat lumba-lumba banyak. Bikin rasa ngeri saya berangsur hilang. Pikir saya, kalau ada apa-apa di laut, tidak akan sendirian. Misalnya jika ada badai, maka bakal kena rame-rame hihi.
 
Teluk Kiluan Lampung
Kami percayakan jukungnya padamu, mas Irvan :D

Lihat itu, di mana ujung laut?
Teluk Kiluan Lampung
Tur lumba-lumba

Jukung keluar dari teluk, membawa kami ke selat sunda. Ramai nelayan yang saya lihat dari kejauhan. Mereka tersebar di beberapa titik. Di bawah matahari yang belum terlalu terang, bayangan nelayan terlihat serupa siluet. Saya mencoba memotret, tapi hempasan gelombang membuat cipratan air mengenai kamera. Hoho…..waspada...waspadalah.

Berpuluh menit di lautan, memburu lumba-lumba. Saya siap untuk apa? Untuk terpana pastinya. Berharap hewan-hewan lucu itu muncul belasan, ratusan, bahkan kalau bisa ribuan. Lalu menyebut apa? Kebesaran nama Tuhan.

Saat bertemu, bukan main senangnya. Tapi terkadang keberuntungan tak berpihak, lumba-lumba yang dinanti bisa saja tak terlihat, meski lautan telah diarungi berjam-jam. Buat yang mungkin saja tak beruntung, jangan kecewa. Perjalanan memburu lumba-lumba tetap tidak akan sia-sia. Karena, dengan naik perahu kecil mengarungi laut dalam sambil naik turun diayun gelombang, sudah menjadi pengalaman hebat yang tak tiap saat dapat dirasakan. 

Teluk Kiluan Lampung
Terpana nggak sih kalau kamu lihat lumba-lumba di laut lepas seperti ini?

Teluk Kiluan Lampung
Bisa melihat lumba-lumba langsung di habitatnya itu luar biasa banget ya!


Susur Pulau

Mas Yopie bilang, di saat cuaca cerah, bayang Gunung Anak Krakatau dapat terlihat dari Kiluan. Tapi kemarin saya tak melihat itu. Yang ada saya melihat Pantai Batu Gigi Hiu di kejauhan, agak samar. Tahu kan Pantai Gigi Hiu yang terkenal itu? Kalau belum tahu, cek di Google, banyak foto dan informasinya. He he. 

Jukung memasuki teluk, hendak kembali ke daratan. Kami melewati jalan yang berbeda. Kali ini mengitari sebuah pulau yang letaknya berhadapan langsung dengan cottage yang kami inapi. Di sekitar pulau itu, airnya dangkal dan sangat jernih. Dari atas jukung saja bisa terlihat pemandangan di dalam airnya. Terumbu karang beragam bentuk dan warna, serta ikan-ikan yang lebih beraneka rupa. Mas Irvan sempat bercerita tentang orang yang meninggal saat snorkeling di tempat itu. Snorkeling atau karena apa ya? Hehe…. Saya lupa seperti apa detailnya, tapi cerita itu memberi pelajaran buat saya. Apapun kegiatannya, harus hati-hati saat di laut. Kalau tidak bisa berenang, pakai baju pelampung. Jangan snorkeling sendirian, dan jangan takabur. 

Teluk Kiluan Lampung

Teluk Kiluan Lampung
Pulau-pulau

Teluk Kiluan Lampung
Kalau ini disebut pulau atau batu karang ya? :D

Kembali ke daratan, lega rasanya. Puas jalan-jalan di atas lautan, perut pun lapar. Sarapan sudah disediakan, saatnya makan. Buat yang punya maag, baiknya makan dulu sebelum berangkat tur lumba-lumba. Kelaparan di laut nggak ada makanan, bahaya ntar makan teman sendiri hehe. Barbar :p Kalau tahan lapar, ga masalah. Pulang tur baru deh makan. Makan saat lapar pasti lebih laha.

Usai sarapan, lanjut duduk-duduk di pantai, atau berenang dan snorkeling juga bisa. Tapi kemarin saya gunakan untuk foto-foto. Oh iya, di dekat cottage ada lapangan voli pantai. Nggak di tepi pantai sih. Letaknya di deretan cottage, dekat rumput-rumput. Kalau ada yang mau olahraga, bisa tuh.

Teluk Kiluan Lampung
Ada yang asik snorkeling

Teluk Kiluan Lampung
Ada dermaga tuh, asik buat melamun :D
Teluk Kiluan Lampung
Pingin nyebur ga sih kalo liat ini?

Puas duduk-duduk, ngobrol, dan foto-foto kece, saatnya beres-beres untuk pulang. Tengah hari waktunya untuk kembali menyeberang ke Dusun Kiluan Negeri. Pulang. Wuaaaah….rasanya males banget pulang! Huhuhu.

Mau nggak mau harus pulang. Lain kali datang lagi. Kalau ingin puas, jadwalkan minimal sebulan  paling sebentar! Haha. Pindah rumah aja sekalian yak.

Oke deh, kembali ke daratan sesungguhnya. Ambil mobil, setir, melaju ke Bandar Lampung.

Mari pulang. Bawa rindu pada Kiluan.  

Teluk Kiluan Lampung
Sampai jumpa lagi, Kiluan!






~Kiluan, Lampung. Januari 2016.

Pengetahan Adhok dan Parade Budaya Tanggamus di Festival Teluk Semaka 2015

$
0
0


Festival Teluk Semaka 2015 meninggalkan banyak cerita dan kenangan. Mulai dari kegiatan Tour D’Semaka, hingga acara Pengetahan Adhok dan Karnaval Budaya Tanggamus. Di saat saya mengingat semua itu, saat itu juga saya jadi rindu. Rindu pada suasana riang saat menjelajah tempat-tempat elok di Ulu Belu, hingga rindu pada suasana girang saat meliput parade budaya.

Sebagian catatan perjalanan selama Tour D’Semaka telah saya tulis dan post di blog ini. Sisanya lagi belum saya buat, termasuk acara Pengetahan Adok dan Karnaval Budaya. Sebetulnya acara tersebut sudah saya tulis, tapi untuk dimuat di Tribun Surabaya, dan sudah dimuat sejak bulan Desember 2015 lalu. Sedangkan untuk publikasi di blog ini belum ada. Inilah saatnya.

Baiklah, saya mulai catatan ini dengan cerita di hari Sabtu pagi tgl 21/11/2015 saat di Penginapan Pelangi.

Pagi itu, kami tak terlalu diburu-buru untuk bangun dan berangkat, sebab acara Pengetahan Adhok dan Karnaval Budaya dimulai jam 10 pagi. Jadi, buat saya yang baru pertama kali datang ke Tanggamus, ada waktu untuk melihat pelabuhan Kota Agung terlebih dahulu. Nah, pagi itu saya bersama mbak Evi, Mas Elvan, Mas Ito, Agung, dan Danu mengunjungi pelabuhan. Asik bisa lihat nelayan pulang bawa banyak ikan dari laut. Cerita tentang pasar lelang ikan di dekat pelabuhan yang saya kunjungi dapat di baca di sini : Melihat Aktivitas Pelabuhan Kota Agung.
 
Masih pagi, suasana di penginapan masih sepi

Sarapan bersama sebelum berangkat tampil dalam parade budaya

Pagi yang cerah, matahari bersinar hangat, kopi, sarapan, dan model yang nggak ngerti maunya apa :)))

Penginapan Pelangi tak hanya diinapi oleh kami para blogger, fotografer, dan jurnalis. Tetapi juga oleh peserta karnaval budaya. Pagi itu terlihat beberapa orang duduk di pelataran depan penginapan, sarapan bersama sebelum bersiap-siap dan berdandan. Teman-teman pun demikian. Jam 6.50 sudah ada yang duduk di depan kamar, bercelana pendek, berkaos oblong, belum mandi, tapi sudah menyantap sarapan dan menyeruput kopi :D

Sekembalinya dari pelabuhan, saya langsung mandi, sarapan, dan dandan. Dandan sekedarnya, bukan berhias ala peserta karnaval hehe. Ada baju seragam media yang dibagikan untuk kami. Lengannya pendek, saya harus menambahkan manset ketika memakainya. Manset yang saya punya warna putih, jadi matching dengan kaosnya. Lantas, apa bawahannya? Saya pakai kain batik! Olala haha. Ya sutralah ada yang bilang gimana. Yang jelas saat itu saya sedang gandrung pakai kain. Kainnya warna merah maroon. Cocok dengan warna baju kaos putihnya. Tapi jadi mirip bendera. Tinggal dikerek saja ke tiang tinggi. Lalu jadi blogger yang berkibar di Kotaagung :))

Foto bareng dulu sebelum berangkat ke lokasi acara

PERSIAPAN  
O ya, ada yang belum kenal Mas Elvan? Baiklah, saya kenalkan. Mas Elvan ini adalah Hanung Bramantyo, sutradara film yang beken itu. Di Tanggamus dia sedang nyamar jadi panitia FTS. Hehe. Yang benar, Mas Elvan ini Staff Bidang Pengembangan Destinasi dan Pemasaran Pariwisata di Disbudparpora Tanggamus. Dia yang mengkoordinir rombongan tim media yang terdiri dari blogger, fotografer, jurnalis, dan medsos. Saya tergabung dalam tim blogger bersama Mas Dunia Indra, mbak Evi, mbak Donna, Halim, Haryadi Yansyah, dan Fajrin. Sedangkan fotografer ada Mas Yopie Pangkey, Kiki dan Encip. Mario (Radar Tanggamus), Darwin (Lampung Newspaper), Yusuf (Kupas Tuntas), Odok (Editor) dan Yogi (Trans Lampung) merupakan para jurnalis dari Tanggamus. Lainnya ada Mas Ito, Rizky Anugerah (yang punya akun @infolampung), serta Agung dan Danu dari staff bidang pariwisata Pringsewu.

Sebelum berangkat, Mas Elvan mengajak kami kumpul. Ia menyampaikan beberapa hal. Lalu kami berdoa bersama semoga acara hari itu berjalan lancar. Tak lupa ia mengecek atribut di badan kami. Mulai dari ID Card, baju kaos, hingga syal batik yang katanya sudah dibeli dengan susah payah dan berdarah-darah haha. Oke deh, syalnya saya pakai di tangan saja. Sudah nggak ada tempat buat memasangnya di kepala. Selanjutnya, dengan alasan dekat, biar sehat, dan lokasi parkir yang mungkin padat dan sulit di dapat, kami semua harus jalan kaki menuju lokasi acara. Ya deh, mari jalan kaki sampai pegal haha. Cemunguuut maaak!

Di pinggir jalan depan gang penginapan, kita foto-foto kece dulu di bawah plang Penginapan Pelangi. Buat kenangan gitu lho. Siapa tahu tahun depan nggak diundang lagi ke FTS hehe. Usai foto-foto baru jalan. Saat melewati Indomaret saya mampir beli minuman, madu saset, permen, dan juga sunblock. Eh itu sunblock Mas Elvan yang beli. Trus dia nitip ke saya tanpa pernah ingat untuk mengambilnya kembali. Sunblock-nya ikut terus dalam tas sampai saya kembali ke Jakarta. Haha. Selamat lupa Mas Elvan!
 
Taman di depan rumah dinas bupati Tanggamus

Bung Lumba, ikon Kota Tanggamus

Hadap HP graaaaak!

Menunggu tanpa bosan pokoknya :D

Perjalanan menuju ke lokasi acara hanya ditempuh 10 menit saja tapi rasanya 10 jam! Haha. Lebay beneerrr. Karena panas kali ya. Badan berkeringat dan gerah. Acara belum mulai bedak sudah luntur. Nasib pakai bedak murahan. Halah :p *tinggal bedakan lagi juga :p 

Sampai depan rumah dinas bupati orang-orang sudah berkumpul. Tapi acara tentu saja masih lama dimulai. Saya duduk-duduk nggak jelas. Berdiri mondar-mandir mencari sesuatu yang bisa dipotret, atau sesuatu yang bisa diupload di sosmed. Teteup ya biar eksis he he. Beberapa teman mulai berpencar. Ada yang ke taman (saya dan Halim), ada yang duduk-duduk saja di bawah pohon sibuk dengan hp masing-masing, dan ada pula yang bergerak ke Lapangan Merdeka.

Ini adalah FTS pertama yang saya hadiri. Tentu banyak hal yang belum saya ketahui. Saya tidak tahu pengetahan adhok itu apa. Menyebutnya pun salah, sampai-sampai mas Elvan mengoreksi caption foto yang saya upload di Instagram hihi.
 
Numpang foto sebelum digunakan :D

Mereka senang diajak berfoto :)

Pak Abu Sahlan (baju coklat)
Tandu untuk mengangkut Sang Pangeran dan istrinya

APA ITU PENGETAHAN ADHOK?


Sebelum berangkat ke Lampung, saya memang berusaha menulikan telinga dan membutakan mata tentang acara budaya tersebut. Saya ingin mengetahuinya secara alami. Melihat dan mewawancarai langsung orang yang paham tentang acara tersebut. Karena itu, saya tidak ingin pergi kemana-mana sebelum saya melihat prosesnya dari awal.

Bersama Halim dan Yayan, saya berbaur dengan sekelompok peserta karnaval yang mengenakan baju adat  lengkap. Kebetulan di sana ada seorang bapak bernama Abu Sahlan. Saya lupa siapa yang memberitahu tentang beliau, Halim atau mas Elvan, entah. Tapi yang jelas, Abu Sahlan bisa dimintai keterangan tentang Pengetahan Adhok. Dari tuturan beliau, secara singkat dapat saya simpulkan bahwa Pengetahan Adhok itu adalah pemberian gelar adat kepada tokoh tertentu yang sudah dimusyawarahkan oleh Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL). Pemberian gelar adat adalah sebuah prosesi adat paling tinggi dalam suatu kampung. Penerima gelar tidak mesti keturunan bangsawan. Bisa dari rakyat biasa, tapi utamanya orang tersebut bertugas di pemerintahan, dan banyak berjasa selama menjalankan tugasnya.

Pengetahan Adokh kepada dua pejabat yang tercatat sudah mengabdi dan mempunyai jasa terhadap Kabupaten Tanggamus dalam kurun lebih dari dua tahun. Dalam event FTS ke-8 Tahun 2015, Adokh diberikan kepada Komandan Kodim 0424/Tanggamus Letkol Inf. Kristomei Sianturi dengan Adokh Pangikhan Pengkhinggom Bangsa, beserta Ibu Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Kodim 0424/Tanggamus Dezti Asti dengan Adokh Khatu Kartika Chandra Kirana. Kemudian, Kepala Kepolisian Resort Tanggamus AKBP Ahmad Mamora dengan Adokh Pangikhan Penata Hukum beserta Ketua Bhayangkari Polres Tanggamus Ina Puspitasari dengan Adokh Khatu Bhayangkari.
 
Penerima gelar adat berjalan menuju tandu

Tersenyum bahagia di dalam tandu

Sepasang penerima gelar siap di arak menuju Lapangan Merdeka

PENERIMA GELAR BANGSAWAN 

Dua pasang penerima gelar duduk di dalam dua tandu yang sudah disiapkan. Kemudian sama-sama berangkat dari rumah dinas Bupati Tanggamus menuju Lapangan Merdeka Kotaagung. Selama dalam perjalanan, arak-arakan tandu diiringi oleh penari khakot dan sekura yang membuka jalan untuk kedua tandu.

Pincak Khakat yang berarti Pencak Khakot adalah sebuah tradisi luhur masyarakat lampung. Sedangkan Tari Khakot adalah tari pedang yang dahulu kala dibawakan oleh para panglima (disebut hulu balang) untuk menyambut tetamu agung. Para hulu balang ini terdiri dari dua pasang penari yang memainkan pedang di depan tetamu agung tersebut.
 
Saya ditemani Mas Elvan saat menyaksikan iring-iringan rombongan para tokoh adat dan pejabat Tanggamus mulai keluar dari rumah dinas Bupati. Di antara para rombongan tersebut terdapat Bupati Tanggamus H. Bambang Kurniawan, ST, Wakil Bupati H. Samsul Hadi, Sekretaris Daerah Tanggamus, serta jajaran para pejabat. Kami mengikuti arak-arakan hingga menuju Lapangan. Sesekali Mas Elvan memberitahu saya apa dan siapa yang bagus buat difoto. Sementara, Lapangan Merdeka sudah dipadati oleh warga yang sudah sedari pagi menanti acara dimulai.
 
Suasana di depan rumah dinas bupati jelang iring-iringan tandu

Arak-arakan nan meriah

Pendekar Kakhot membuka jalan

Bupati dan wakil bupati jalan kaki

PARADE BUDAYA 


Acara Pengentahan Adokh dimulai pada pukul 10.00 WIB. Seusai pembacaan surat keputusan pengetahan adok, dua penerima gelar pun duduk di panggung khusus. Selanjutnya acara diisi dengan suguhan penampilan Angklung, Pincal Khakot, Rudat, Pajar, Sakura, Pocil (Polisi Cilik), Barongsai, Kuda Lumping, Keluarga Besar Sumatera Barat Tanggamus (KBSB), dan TTKDH Kab. Tanggamus. Menurut hitungan Mas Elvan, ada sekitar 17 komunitas yang ikut berpartisipasi dalam pagelaran budaya ini. Ramai ya.

Parade budaya dimulai dengan penampilan dari siswi SMU Xaverius Gisting yang membawakan Tari Tepui-Tepui. Disusul kolosal Tari Khakot yang menceritakan perlawanan masyarakat Tanggamus terhadap kolonial pada zaman dulu. Festival Teluk Tanggamus 2015 juga mengenalkan tradisi Rudat yang dikenal sebagai tari pengiring pengantin dari Suku Pepadun, salah satu suku di Lampung. Ketiganya seolah menjadi pengingat agar generasi muda Tanggamus tidak lupa dengan warisan budaya di daerahnya sendiri. Menurut Mas Elvan, atraksi pencak khakot tahun lalu tampil spektakuler dengan 1200 peserta. Sedangkan tahun ini Khakot tampil dengan atraksi cerita Batin Mangunang.
 
Para ibu pejabat

Warga yang hadir

Ada kopi ulu belu!

Neng, mau nggak abang bantuin seduh kopinya? :D
Dunia Indra selalu oke gayanya ^_^

Lapangan Merdeka Kotaagung diramaikan juga oleh peserta festival dari beberapa paguyuban dan pelajar dari Tanggamus dan daerah sekitarnya. Mulai dari Reog Ponorogo, Kuda Lumping, Jaipongan, hingga Paguyuban Tionghoa Tanggamus dengan seni pertunjukan Barongsai. Satu-persatu peserta tampil dan berusaha menghibur warga yang sudah menunggu semenjak pagi hari. 

Tari Sekura Kamak menjadi penampilan puncak dari Festival Teluk Semaka. Tarian ini melibatkan seratus siswa-siswi dari SMP Kebumen yang tampil dengan kostum dedaunan kering dan memakai sekura atau topeng yang menutupi wajah. Penutup wajah sekura berupa topeng dari kayu, kain, atau kacamata dengan busana yang warna-warni. Pesta sekura sendiri menjadi perhelatan rutin yang diadakan oleh masyarakat Lampung, khususnya Lampung Barat ketika menyambut Hari Raya Idul Fitri. Sekura merupakan wujud ungkapan syukur dan suka cita. Sama seperti yang dilakukan oleh penari yang di akhir pertunjukan menaburkan tepung warna-warni sebagai luapan kegembiraan.
 
Bermacam tarian ditampilkan

Dari yang muda sampai yang tua ikut tampil

Ini penampilan polisi cilik yang paling aku suka!

Memang patut diajak foto bareng bupati dan wabupati nih para pocil :)
Tari Sekura Kamak

Para gadis menari

Kereta Khrisna

Penampilan penutup

Penutup dari Festival Teluk Semaka adalah tarian kolosal dari Festival Kereta atau Jagannatha Ratha Yatra yang dibawakan oleh Yayasan Prahlada Lampung. Mereka mengenalkan kisah Krisna dan saudaranya Balarama dan Subadra saat berada di Kurusetra. Patung diarak dan diletakkan di kereta untuk menghadirkan sosok Krisna yang dalam keyakinan umat Hindu merupakan reikarnasi dari Dewa Wisnu. Puluhan orang menarik replika kereta, lalu beberapa pemudi dengan balutan kain sari menari di tengah lapangan.

Lintas budaya, lintas agama, semua larut dalam kemeriahan parade budaya. Kagum dan puas, itulah yang saya rasakan saat acara berakhir. Rasa lelah dan sesekali kehausan memang terasa, tapi terobati dengan kemeriahan selama acara berlangsung. Walau acara dimulai sudah terlalu siang, udara panas, dan pastinya dalam keadaan perut belum terisi (termasuk saya), tapi para peserta tetap berusaha tampil penuh semangat. Hanya saja, para penari-penari itu kurang senyum sepertinya ya. Mungkin karena belum makan. Mungkin kepanasan. Mungkin lelah. Mungkin kurang piknik haha. Lain kali jangan siang-sianglah acaranya. Kasihan peserta anak-anak.
 
Panggung cantik dengan ornamen khas Tanggamus

Bupati, wabupati dan para pejabat menyaksikan parade budaya

Kabarnya, kain tapis yang dikenakan ibu bupati ini seharga Rp 8 juta! Benarkah?

Model, photographer, blogger, entah apa lagi sebutan untuk Mas Elvan ini :D

@Yopiefranz

Fajrin motret siapa?

Mbak Evi sedang membidik
Bareng para photographer ganteng :D *Photo by Evi Indrawanto*

Sebetulnya, acara parade budaya tak sepenuhnya berlangsung lancar dan baik-baik saja.Panggung megah dengan ornamen khas Tanggamus sempat rubuh terkena hempasan angin yang tak pernah diundang. Hujan gerimis juga sempat turun, kami berlarian ke tenda untuk berteduh. Kalau saya sih tak terlalu peduli pada badan, malah enak kehujanan, jadi adem. Tapi ada kamera DSLR yang hendak saya selamatkan hehe.

Acara di Lapangan Merdeka kami akhiri dengan suka cita. Pukul 14.30 kami meninggalkan tempat. Yang tersisa kemudian adalah rasa lapar. Kami mencari tempat makan siang. 19 menit kemudian baru ditemukan, tempatnya  di Rumah Makan Pondok Bambu. Inilah rumah makan makan pilihan kami sore itu. Makan siang kesorean judulnya. Tak apalah, yang penting makan. Urusan perut kembung tinggal kunyah obat maag hehe. Usai makan kenyang kami pulang. Jalan kaki lagi. Keringatan lagi. Sampai penginapan lapar lagi haha.  
  
Menunggu hidangan makan siang yang kesorean :D

Selamat makan enak :D

Dan, saatnya untuk…

Mengusaikan kebersamaan di Tanggamus, menamatkan tugas-tugas yang sebenarnya belum tamat, mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang mengundang, dan tentunya….saatnya mengatakan “Sampai jumpa Tanggamus!

Hari kian petang. Ke Bandar Lampung kami pulang.

Ada oleh-oleh yang saya bawa, sebuah bius dari Tanggamus. Sudahkah kamu merasakan biusnya?
 
Foto bareng dulu sebelum pulang

Sampai jumpa lagi Tanggamus!

Pagar Alam, Mutiara dari Bumi Sriwijaya

$
0
0
Kebun Teh Gunung Dempo Pagar Alam Sumsel
Kebun Teh Gunung Dempo Pagar Alam, Sumsel
*Photo by Yopie Pangkey - www.yopiefranz.com*

Barangkali tak ada yang tahu bagaimana cara kenangan bekerja, karena ia seenaknya keluar masuk ingatan. Tapi, sebuah foto berhasil membuat kenangan itu masuk dengan patuh, lalu menetap dan tidak mau pergi dari ingatan.

Foto? Foto apa? Foto kebun teh Gunung Dempo di Pagar Alam Sumsel!

Di penghujung tahun 2015 lalu, saya menemukan gambar itu di blog YopieFranz. Kebetulan dia sahabat saya, seorang fotografer ternama di Lampung. Foto cantik itu begitu apik dan sangat menarik. Lalu, ada apa dengan kebun teh itu sehingga saya sangat terbius? Ada kenangan, harapan,  mimpi, dan juga ada pertanyaan; kapan saya ke sana lagi?

Dulu, usia saya belum masuk belasan tahun ketika diajak keluarga jalan-jalan ke Pagar Alam. Berkendara mobil, melintasi jalan panjang dan berkelok. Menyusuri jalan di tepian Sungai Lematang, Sungai Enim, hingga jauh ke arah Lahat dan kemudian Pagar Alam. Saya hanya ingat tentang hutan, lembah-lembah nan dalam, sungai-sungai, air terjun, serta kelok yang tak saya hitung ada berapa jumlahnya. Seperti mimpi rasanya berada di suatu tempat di mana hanya ada hamparan kebun teh luas sejauh mata memandang, bak permadani hijau nan lembut yang membalut lereng gunung. Udaranya pun sejuk sangat segar, serta punya pemandangan alam yang keindahannya belum pernah saya lihat sebelumnya.

Ketika tinggal di suatu wilayah tambang seperti Pertamina Pendopo, dalam sebuah kota kecil tapi serba ada dan modern, yang dibangun dengan uang hasil kekayaan alam, setiap hari saya hanya menjumpai pipa-pipa minyak dan gas, serta alat-alat penyedot isi perut bumi yang bergerak siang malam tak kenal henti kecuali rusak dan mati.

Gunung menjulang berpayung awan, langit biru dihias awan putih bergerombol,dan hamparan kebun teh yang menghijau, tentu sesuatu yang luar biasa bagi mata. Itu sebabnya berwisata ke Kebun Teh Gunung Dempo meninggalkan kesan sangat indah dalam ingatan saya di masa kecil. Ketika itu, saya tak henti berdecak kagum, hingga selalu memuji sampai hari ini; “Oh, ternyata Sumatera Selatan punya tempat seindah Pagar Alam.”

Sumatera Selatan memang bukan hanya tentang Palembang dengan Jembatan Ampera dan Sungai Musi. Bukan hanya tentang Rumah Limas, Benteng Kuto Besak, Pulau Kemaro, dan aneka kulinernya yang terkenal lezat. Namun, provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatra ini juga punya bentang alam yang indah. Ada hutan tropis dengan beragam satwa di dalamnya, air terjun, sungai, bukit-bukit, desa-desa adat, gua, bahkan gunung nan elok.
 
Sungai Musi, ikon Kota Palembang

Wong Kito Galo

Seperti telah diketahui, Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim terbesar di Indonesia. Pusat kerajaannya terletak di Sumatra Selatan. Itu sebabnya hingga kini Sumatra Selatan juga dikenal dengan sebutan Bumi Sriwijaya.

Di Bumi Sriwijaya ini, kuliner, seni, sejarah, dan kecintaan pada alam terbuka, bukanlah konsep semata, melainkan kebahagiaan ala Wong Kito.

Tidak kah ingin larut dalam Pesona Sriwijaya?

Ingin. Tentu saja ingin.

Jujur, saya kerap dilabeli sebagai orang Palembang coret. Tinggal dan menetap lama di luar Sumatra membuat saya diragukan sebagai wong kito. Padahal sungguh, darah yang mengalir di dalam tubuh ini berasal dari keluarga melayu asli Palembang yang telah beranak pinak sejak dahulu kala. Kendati jauh dari tanah kelahiran, tak berarti Sumsel jauh di hati. Karena di sana, sanak saudara dari keluarga ibu masih ada. Bukan hanya Palembang, tetapi juga di Pendopo, Muaraenim, Prabumulih, hingga Tanjung Enim. Semua tinggal di kota tambang. Sesekali dalam beberapa tahun sekali saya mengunjungi mereka.

Di sisi lain, sebutan Palembang coret itu ada benarnya. Mungkin blog bernuansa travel ini bisa jadi bukti. Bukti di mana betapa minimnya cerita perjalanan saya tentang Sumsel. Adakah saya bercerita secara khusus tentang wisata-wisata di Palembang? Sepertinya tidak. Walau beberapa tempat di Sumsel ada yang telah berulang kali dijejak, tapi pesonanya tak juga menjelma menjadi deretan tulisan. Saya tak pernah berbicara tentang tanah kelahiran saya sendiri. Ironis memang.

Mungkin sudah saatnya menepis sebutan Palembang coret itu.

Sahabat saya namanya Haryadi Yansyah, berdomisili di Palembang, ia adalah seorang blogger yang secara tak langsung membangkitkan semangat saya untuk tidak menolak lupa pada Pesona Sriwijaya. Lewat cerita yang dituliskannya di blog, saya kerap memupuk harapan agar suatu saat saya bisa seperti dia, bercerita lebih banyak tentang daerah asal saya sendiri. Setidaknya, jangan sampai wisata Sumsel tidak punya tempat di blog ini. 

Foto di Jembatan Ampera, saat mudik tahun 2009

Jembatan kebanggaan, saat ke Palembang tahun 2014

Masjid Agung Palembang - Tahun 2009
Masjid Agung Palembang - Tahun 2014


Mutiara itu Bernama Pagar Alam

Sekarang, mari bercerita tentang pesona Bumi Sriwijaya yang ada di Pagar Alam. Tempat impian yang ingin saya kunjungi di Sumatera Selatan.

Apa saya sudah kenal langsung dengan Pagar Alam? Tentu saja belum. Menginjakkan kaki ke sana saja baru satu kali.  

Wikipedia menyebutkan bahwa Kota Pagar Alam adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2001. Sebelumnya kota Pagar Alam termasuk kota administratif dalam lingkungan Kabupaten Lahat. Kota ini memiliki luas sekitar 633,66 km² dengan jumlah penduduk 126.181 jiwa. Kota ini berjarak sekitar 298 km dari kota Palembang dan juga berjarak sekitar 60 km di sebelah barat daya Kabupaten Lahat. Sebagian besar keadaan tanah di kota Pagar Alam berasal dari jenis latosol dan andosol dengan bentuk permukaan bergelombang sampai berbukit. Jika dilihat dari kelasnya, tanah di daerah ini pada umumnya adalah tanah yang mengandung kesuburan yang tinggi. Hal ini terbukti dengan daerah kota Pagar Alam yang merupakan penghasil sayur-mayur, buah-buahan, dan merupakan salah satu subterminal agribisnis di provinsi Sumatra Selatan.

Teman saya Nata asli Pagar Alam, kerap bercerita dengan bangga tentang kotanya. Kota yang mempunyai potensi wisata yang sangat kaya. Tak hanya punya wisata alam, tapi juga lokasi-lokasi purbakala. Bagaimana tak bangga jika di kota asalnya itu terdapat sedikitnya 33 air terjun dan 26 situs menhir yang sudah tercatat? Banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi, walau belum semuanya dikembangkan. Sebut saja Batu Gong, Perkebunan teh Lereng Dempo, Sungai Lematang Indah, Air terjun (Curup Embun, Curup Mangkok, Curup Tujuh Kenangan), Arca Manusia Purba (Megalithikum), Ribuan situs megalit, Danau (Tebat Gheban, Tebat Libagh), Rimba Candi, Hutan Anggrek.

Daya tarik wisata yang dimiliki Pagar Alam amat lah memikat. Berkunjung ke sana tentu banyak yang bisa dilihat. Namun, untuk ke sana tentu perlu niat yang kuat. Jaraknya jauh dari ibukota provinsi hampir 300 km. Mesti dicapai berjam-jam. Belum ada transportasi udara untuk ke sana. Tapi saya percaya, apa yang didapat dan dijumpai di sana sebanding dengan perjalanan yang ditempuh.  

Gunung Dempo Paagr Alam Sumsel
Kebun teh Gunung Dempo, sebuah pesona di Bumi Sriwijaya
*Photo by Yopie Pangkey - www.yopiefranz.com*

Apa yang membuat saya begitu tertarik pada Pagar Alam, khususnya Kebun Teh Gunung Dempo? Mau tahu jawaban sederhana saya? Karena Kebun Teh Gunung Dempo punya keistimewaan. Dari berbagai sumber yang saya himpun, inilah daya tarik itu:

1. Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa
Perkebunan dan pabrik pengolahan teh Gunung Dempo yang saat ini dikelola PTPN VII merupakan sisa peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Pembangunannya dimulai pada 2 Mei 1929 oleh sebuah perusahaan Belanda, NV Lanbouw Maata Chapij. Selama perkembangannya, perkebunan teh ini menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa.
Perkebunan pernah dikuasai Jepang selama masa Perang Dunia II. Paska kemerdekaan, perkebunan dikelola oleh Departemen Pertanian. Namun, kebun dan pabrik teh sempat dibumihanguskan ketika terjadi sengketa dengan Belanda pada 1949-1951. Pabrik kemudian dibangun kembali oleh perusahaan Belanda lain yaitu Cultuur NV Soerabaya pada tahun 1951-1958. Saat nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda berlangsung hingga tahun 1963, perkebunan dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara Baru Sumsel dan terus berganti nama, hingga sejak 1996 dikelola oleh PTPN VII. Pabrik teh tua peninggalan Belanda tersebut hingga kini masih dimanfaatkan secara utuh.

2. Teh Hitam yang Mendunia
Hal membanggakan dari perkebunan Teh Gunung Dempo adalah produk Teh Hitam yang diakui dunia. Kendati tidak begitu populer di Indonesia, namun sangat terkenal di Asia, Timur Tengah bahkan hingga ke Eropa. Kabarnya, permintaan teh hitam dari luar negeri mencapai ribuan ton tiap tahunnya. Bahkan, produk teh hitam asli Pagaralam diklaim mampu mendongkrak posisi Indonesia ke peringkat lima sebagai negara penghasil teh terbaik di dunia setelah Kenya, Srilanka, India dan Tiongkok.

3. Teh Hitam Berkualitas Wahid
Teh hitam Gunung Dempo terkenal dengan keunggulan kualitasnya. Ini disebabkan letak geografis perkebunan teh berada pada ketinggian 1.000-1.900 meter diatas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata antara 2.500-3.000 mm. Kemudian didukung suhu berkisar 15-26 derajat celsius dan kelembaban udara antara 60-80 persen. Semakin tinggi teh ditanam, maka semakin tinggi pula kandungan catechins antioxidants-nya. Nah, hanya perkebunan teh Gunung Dempo yang memiliki ketinggian tersebut. Itu sebabnya teh Gunung Dempo punya cita rasa sangat khas dibandingkan dengan teh-teh pabrikan yang beredar luas di pasaran Indonesia. Warnanya coklat mengkilat. Aromanya tajam. Rasanya pun lebih sepat. 

4. Teh Hitam Berkhasiat
Dari berbagai referensi dan sumber online yang saya baca, diketahui bahwa teh hitam cukup banyak mengandung komponen senyawa yang baik bagi tubuh, terutama antioksidan serta " theaflavin" cukup tinggi. Nah, Teh hitam Gunung Dempo yang terbuat dari 100 persen bahan alami (tanpa bahan pengawet) ini ternyata memiliki banya khasiat yang sangat baik bagi kesehatan. Dengan berbagai khasiat dan keistimewaannya itu pula maka tidak heran kalau teh asli Pagaralam diminati negara-negara besar di Timur Tengah dan Eropa sejak lama.

5. Kebun Teh Terbesar di Dunia
Perkebunan Teh Gunung Dempo merupakan suatu kebanggaan bangsa Indonesia, karena Perkebunan Teh Pagar Alam merupakan salah satu perkebunan teh terbesar di dunia.

6. Pemandangan Menawan
Gunung Dempo adalah gunung yang termahsyur di Sumatra Selatan. Ketinggiannya mencapai 3.159 mdpl. Cukup tinggi untuk melihat keindahan alam sekitarnya, bukan? Hamparan pemandangan hijau berupa pucuk-pucuk daun teh, berpadu dengan udara sejuk dan segar. Tinggal di tempat seperti ini bikin enak makan dan enak tidur.
Buat saya, tinggal di tempat seindah ini merupakan kemewahan tiada tara. Tak hanya itu, di sekitar perkebunan terdapat penginapan bernuansa rumah kayu tradisional Sumsel. Jadi, kalau saya ingin merasakan kemewahan itu, tinggal pesan villa untuk bermalam.Soal kuliner, tentu saja tidak perlu khawatir. Di tempat ini makanan khas Sumsel yang terkenal kelezatannya banyak tersedia. Mau pempek ikan, model, bebek rica-rica, kue masuba, kue lapis ketan dan kerupuk kemplang, semua ada dan bisa didapatkan dengan mudah.
 

Tempat impian itu...
*Photo by Yopie Pangkey - www.yopiefranz.com*

Jadi, kenapa tidak bertandang ke Pagar Alam?

Saya yang sudah pernah saja masih ingin ke sana lagi dan lagi, mestinya yang belum juga demikian. Pagar Alam layak dimasukkan ke dalam daftar kunjung, karena ia adalahmutiara memesona yang ada di Bumi Sriwijaya

Menikmati cumbuan alam Pagar Alam adalah sebuah impian. Namun, menikmati pesona ikon Kota Palembang lainnya adalah suatu keharusan.

Pada akhirnya saya kembali bertanya, “Kenapa Pagar Alam?”
Karena banner kontes blog #WonderfulSriwijaya itu bergambar kebun teh Gunung Dempo Pagar Alam. Hehe.

Tapi sungguh, banner itu benar-benar telah menghidupkan sebuah kenangan.

Bagaimana denganmu? Apa tempat impian yang ingin kamu kunjungi di Sumatra Selatan? 



Melancong ke Pulau Harapan

$
0
0

Langit di atas Jakarta pagi itu kelabu. Namun ribuan wisatawan terlihat memadati pelabuhan Muara Angke. Semua bergerak cepat mendekati kapal-kapal yang rapat bersandar di pelabuhan. Hanya ada satu alasan kenapa berkejaran dengan waktu, tak lain agar tak ketinggalan kapal. Kapal-kapal di Muara Angke biasanya berlayar tepat waktu. Telat sedikit bisa ditinggal.

Pelabuhan Muara Angke merupakan gerbang menuju Kepulauan Seribu. Tempat ini sering dijadikan meeting point para wisatawan yang akan menyeberang bersama kawan seperjalanan. Meski harus melewati pasar dengan aroma amis ikan segar, jalan becek, dan got yang tidak pernah kering oleh air berbau tak sedap, wisatawan tetap melangkah, seolah tak peduli. Pagi itu, saya salah satunya.
 
Dermaga Pulau Harapan

Menjejak Pulau Harapan
 
Cuaca sedang bersahabat. Langit cerah, matahari bersinar terang, gelombang pun tidak tinggi. Kapal berlayar lancar, melintasi pulau kecil-kecil yang tak berpenghuni. Meskipun disebut Kepulauan Seribu, namun jumlah pulau yang ada terbilang 342 saja. 60 pulau diantaranya adalah milik pribadi.

Setelah tiga jam berlayar, dari kejauhan tampak sebuah pulau yang air lautnya terlihat berwarna-warni karena biasan cahaya matahari yang mengenai karang di sekitarnya. Pulau Harapan namanya, salah satu pulau berpenduduk yang akan menjadi tempat saya menginap selama hoping island dari Pulau Bira, Pulau Putri, Pulau Bulat, hingga Pulau Perak.

Pulau Harapan memiliki dermaga yang panjangnya sekitar 30 meter. Di sepanjang jembatan itu berderet perahu motor yang biasa disewakan kepada wisatawan untuk aktifitas jelajah pulau. Yang menarik, dermaga ini memiliki Taman Terpadu yang di dalamnya tedapat wahana bermain untuk anak yang dilengkapi dengan saung dan bangku-bangku untuk duduk bersantai.
 
Selamat datang di Pulau Harapan

Ucapan “Selamat Datang di Pulau Harapan” menyambut kehadiran kami –saya dan teman-teman- sesampainya di pintu gerbang Pulau Harapan. Di sekitarnya ramai pedagang menjajakan aneka jajanan seperti siomay ikan, bakso ikan, batagor ikan, es krim, es kelapa, dan masih banyak lagi olahan ikan lainnya yang memang sudah menjadi ciri khas kuliner pulau setempat. Saya membeli beberapa makanan untuk mengganjal lapar. Rasanya lumayan enak.

Di dekat gerbang selamat datang terdapat sejumlah bangunan, seperti kantor kelurahan, rumah pegawai kantor kelurahan, puskemas, serta rumah-rumah penduduk. Suasana juga terlihat ramai. Umumnya para pelancong. Mungkin karena akhir pekan, banyak pengunjung yang datang.

Pulau Harapan memiliki banyak penginapan untuk wisatawan. Bukan hotel, apalagi cottage, melainkan kamar-kamar di rumah penduduk. Harganya bervariasi, mulai dari 250 ribu hingga Rp 350 ribu per malam. Harga tersebut sudah termasuk makan 3x, dengan fasilitas kamar mandi dalam, TV, dan AC. Walau tidak mewah, tapi cukup memadai.
 
Jarak rumah penduduk dan laut sangat dekat

Nyaman dilewati

Pulau yang mempunyai luas 6,7 hektre ini dihuni oleh penduduk yang berjumlah sekitar 600 jiwa. Orang-orang pulau terdiri dari berbagai suku. Mereka membaur dan mendiami pulau sudah sejak lama. Menikah, punya anak, dan bahkan cucu.

Kondisi pinggiran Pulau Harapan tampak rapi. Ada setapak lebar dan bersih tempat untuk berjalan kaki yang juga bisa dilalui kendaraan roda dua, serta pagar dan beton tinggi sebagai pembatas antara pulau dan laut, sehingga air laut yang dibawa ombak tidak masuk pemukiman.

Di sisi lain pulau, saya menjumpai pabrik pembuatan garam. Tak jauh dari pabrik, ada kapal pembersih sampah milik pemerintah daerah DKI. Fasilitas umum seperti areal perkuburan, sekolah, masjid, juga tersedia. Jika terus berjalan hingga ke ujung barat pulau, ada jembatan yang bisa dilalui untuk menuju Pulau Harapan Kecil. 
Masjid
Rumah inap pegawai kelurahan


Pabrik garam
Kapal pembersih sampah

Berlayar ke Pulau Perak
Usai menaruh semua barang di penginapan, kami kembali ke dermaga. Naik  perahu motor bermuatan 15-20 orang menuju Pulau Bira. Setelah berlayar sekitar 30 menit, dari kejauhan mulai terlihat garis pantai Pulau Bira yang berwarna putih. Semakin mendekat, terlihat warna air lautnya yang bergradasi. Mulai dari biru tua, biru muda, hijau, hingga putih.

Sebelum mencapai bibir pantai, mesin perahu dimatikan, jangkar dijatuhkan. Di sinilah tempat kami snorkeling. Saya melihat air di sisi perahu. Tampak sangat jernih, memperlihatkan terumbu karang beragam rupa.

Begitu peralatan snorkeling terpasang, kami pun berloncatan. Saya membawa serta kamera underwater. Sesekali mengapung, sesekali berenang, sesekali menyelam. Air laut terasa begitu hangat, membuat betah berlama-lama. Apalagi di dalam air, ikan-ikan cantik terlihat berenang ke sana kemari.

Dari perairan Pulau Bira, kami pindah dan melanjutkan snorkling di perairan Pulau Putri. Syukurnya jarak ke Pulau Putri tidak terlalu jauh. Ketika perahu berlabuh, kami kembali berloncatan ke laut. Berenang dan menyelam, menyaksikan keindahan terumbu karang.

Perairan Pulau Putri masih terbilang alami. Terumbu karangnya masih berwarna-warni. Ikan-ikan yang bergaris-garis seperti zebra, dengan warna garis  putih, hijau, biru, kuning, segera menyerbu begitu kami melemparkan makanan.

Pulau Putri diapit oleh pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu. Luasnya kurang lebih 8 hektar. Di dalam pulau terdapat resort. Sekeliling pantai pulau di beri bebatuan yang bertujuan untuk melindungi pulau dari abrasi air laut. Meski beraktifitas di perairannya, kami tidak menjejak daratannya.
 
naik kapal motor ke Pulau Perak


Wisatawan


Pantai Pulau Perak
Snorkeling

Setelah berenang dan snorkling di Pulau Puteri, kami kembali berlayar, pindah ke Pulau Perak. Saat berada di lautan, saya kembali melihat deretan pulau. Buat saya yang baru dua kali berlayar di Kepulauan Seribu, masih sangat sulit untuk mengenali pulau-pulau yang ada. Penampakannya sama, seperti gerumbul pepohonan dengan garis pantai putih, dan dermaga kayu.

Mengingat jumlah pulaunya yang banyak, membentang dari utara Jakarta hingga 120 km terus ke utara, maka hanya awak perahu saja yang hafal nama dan letak-letak pulau itu. Jack, awak perahu kami, bisa mengetahui nama pulau dari dermaganya. Ia bisa mengenali dengan baik dermaga masing-masing pulau.

Setibanya di Pulau Perak, kami kembali berloncatan, menjejak permukaan pasir putih yang terasa sangat halus di kaki. Di pulau tak berpenduduk ini, air lautnya sungguh cantik, hijau toska dan amat jernih. Dari ujung dermaga hingga ke daratan, airnya dangkal sehingga kelihatan dasarnya.

Setiap perahu yang bersandar di Pulau Perak dikenakan biaya singgah. Sedangkan wisatawan tidak. Biaya masuk tersebut tersebut digunakan untuk ongkos kebersihan pulau. Saya lihat kondisi pulau ini memang bersih, baik di daratannya maupun di perairannya. Pantainya nyaman untuk bermain dan berenang.

Pulau Perak hanya ditinggali oleh dua kepala keluarga. Mereka membuka warung makanan dan minuman, satu-satunya warung yang ada di pulau. Aneka minuman kemasan tersedia di sini. Selain minuman, penjual juga menyediakan aneka gorengan. Karena satu-satunya, tak ayal warung ini ramai diserbu wisatawan.

Pengunjung pulau lebih banyak berkerumun di sekitar pantai dekat dermaga. Ada yang berenang, menikmati jajanan, bermain ayunan tali, atau sekedar duduk di hamparan pasir menikmati pemandangan. Meski cuaca sangat panas, pohon-pohon pinus laut yang tumbuh di sekitar pantai mampu memberi kesejukan bagi wisatawan yang sedang berteduh.

Pulau seluas 3 hektar ini kerap dijadikan tempat berkemah. Ya, di sini para wisatawan memang diperbolehkan berkemah. Ada fasilitas kamar kecil untuk keperluan buang hajat. Letaknya agak ke tengah pulau, di antara rimbun pohon. Bagusnya lagi, pulau ini ternyata memiliki sumur air tawar yang begitu segar.

Mendirikan tenda, menyalakan api unggun sambil menikmati deburan ombak, barbeque seafood, atau sekedar berbagi cerita dengan sahabat, tentu menjadi pengalaman berlibur yang berkesan. Apalagi spot camping langsung menghadap ke pantai mungil berpasir putih.
 
Gerbang Pulau Bulat
Mengejar Sunset di Pulau Bulat 
 
Hari kian petang. Kami kembali berlayar. Ada sunset yang hendak kami kejar di sebuah pulau yang namanya tak tertera dalam peta, Pulau Bulat. Di pulau tak berpenghuni itu, suguhan sunrise dan sunset menjadi incaran para penikmat keindahan alam. Namun, jejak kejayaan masa silam sebuah keluarga yang begitu lekat dalam sejarah bangsa, menjadi daya tarik tersendiri.

Dari kejauhan, terlihat garis pantai Pulau Bulat yang berwarna putih. Semakin mendekat, terlihat pula warna air lautnya yang bergradasi. Mulai dari biru tua, biru muda, hijau, hingga putih. Airnya terlihat sangat jernih, memperlihatkan terumbu karang beragam rupa. Di permukaan pulau, pohon-pohon pinus tumbuh rindang laksana canopy. Menampakkan hijau sempurna di antara warna biru laut dan putihnya pasir di pantai.

Pulau Bulat dikelilingi tembok pemecah ombak. Di antara tembok itu ada sebuah celah diapit dua tiang serupa gerbang. Perahu melewati celah tersebut, mencari jalan untuk berlabuh. Namun laut terlalu dangkal untuk dilewati, perahu pun berhenti. Kami harus berloncatan ke air sedalam 50 cm. Ketika saya menoleh ke dermaga, perahu pengunjung amat rapat bersandar. Dermaga penuh!

Kesan pertama menjejak Pulau Bulat terasa nyaman dilihat. Tiada sampah dan kotoran yang berserakan. Hanya daun-daun pinus kering yang luruh tertiup angin, dan pengunjung yang asyik bermain, berlari, bahkan sekedar duduk saja di atas hamparan pasir. Tidak ada biaya masuk pulau yang harus dibayar. Gratis! Hanya perahu motor yang dipungut ongkos singgah, sekedar untuk biaya kebersihan pulau. Itulah mengapa pulau ini jadi bersih.

Pantai Pulau Bulat
Sisa Kejayaan Masa Silam 
 
Pesona bentang Pulau Perak terkuak seiring langkah kaki. Seperti namanya, pulau ini berbentuk bulat dan tidak terlalu luas, hanya 1,28 hektar. Cukup berjalan kaki selama 15 menit pulau ini selesai dikelilingi. Dari pulau ini terlihat deretan pulau lain yang jaraknya saling berdekatan.

Dari kabar yang beredar, Pulau Bulat merupakan pulau milik keluarga Soeharto yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun kepemimpinannya. Namun kini seperti ditinggalkan dan tidak terawat, hanya ada penjaga pulau saja. Ada rasa takjub sekaligus sedih menyaksikan kemegahan fasilitas yang kini rapuh dan kian menua.

Sebuah bangunan penginapan cukup besar dan pendopo berukuran luas, masih berdiri kokoh di kelilingi pohon-pohon pinus. Ada jalan setapak yang menghubungkan kedua bangunan itu dengan tempat tinggal penjaga, bangunan penyimpan mesin jenset, tanki air, dermaga, serta landasan helikopter.

Deretan speedboat terpajang di tepian pulau. Ada jembatan menjorok ke laut, serta meja bilyard yang lapuk dimakan serangga. Tentu ada beribu kisah pernah tergores ketika pulau ini masih sering digunakan sebagai tempat peristirahatan keluarga Soeharto. Menyisakan sebuah kenangan yang saya sendiri tidak bisa melukiskannya seperti apa.
 
pendopo


villa

Kendati pulau ini menyediakan banyak fasilitas, tetapi banyak yang tidak berfungsi lagi. Bangunan penginapan berdebu, tampak kusam dan suram. Pendingin ruangan banyak yang rusak, listrik mati, dan talang air kering. Sulit mendapatkan air karena harus menimba dan airnya pun agak berbau. Lanskap pun tak lagi tertata. Landasan heli mulai rusak, tulisan WELCOME kehilangan huruf W. Tumbuhan liar tampak bergerilya merebut permukaan landasan. Aura ‘hidup’ sebuah pulau pribadi benar-benar tenggelam dalam kesuraman.

Minim fasilitas dan tidak direkomendasikan untuk berkemah, namun pelancong yang berminat ingin berkemah di Pulau Bulat tidak dilarang. Sensasi bermalam di pulau, berteman debur ombak, angin laut, dan milyaran bintang di angkasa, adalah pengalaman luar biasa bagi mereka yang selalu dirundung rindu menyatu dengan alam bebas. Tak peduli pada kegelapan dan kesunyian yang terkadang mencekam.  

Gita, temanku.

Pelestarian Alam di Pulau Kelapa Dua
 
Tak ada hiburan berarti yang bisa dinikmati di malam hari. Pulau Harapan menjadi sunyi. Beberapa wisatawan memang ada mencoba melawan kencangnya suara debur ombak dan angin laut yang bertiup kencang dengan berjalan di sekitar dermaga. Ada pula yang berkumpul di depan penginapan, menikmati ikan dan udang bakar yang dimakan bersama sambal kecap.

Keesokan pagi, agenda mengunjungi Pulau Kelapa Dua menjadi kegiatan berarti. Di sana terdapat pusat pelestarian penyu sisik (Eretmochelys Imbricata) dan Arboretum Mangrove milik kementrian kehutanan. Di tempat ini kami tak hanya melihat langsung penyu-penyu yang selama ini dalam pengawasan (untuk dilestarikan), tetapi juga aneka jenis mangrove yang ditanam di perairan Pulau Kelapa Dua.

Di pulau ini, himbauan untuk menjaga kelestarian alam gencar disuarakan. Ini bagus sebagai teguran buat kami para pendatang agar tak hanya datang untuk menikmati keindahan alam, tetapi juga harus tahu bahwa kami mesti ikut menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang ada disetiap pulau yang kami kunjungi. Langkah kecil bisa dimulai dari hal sederhana, bukan? Misalnya tidak membuang sampah sembarangan selama berada di pulau. 
  
Tempat penangkaran penyu


Lokasi penanaman mangrove



Di dermaga Pulau Kelapa

Biaya Murah Untuk Pengalaman Tak Terlupakan
Terletak di sebelah utara Ibukota Jakarta, Kepulauan Seribu memang menyediakan banyak alternatif liburan yang bisa dinikmati. Dari sekedar duduk santai di pantai berpasir putih sambil menikmati es kelapa muda, ber-snorkeling atau diving diantara gugusan coral aneka warna, menikmati kuliner seafood, hingga camping di pulau tidak berpenduduk, semua tersedia.

Jarak dekat, biaya murah, serta beragam aktifitas pulau yang bisa dinikmati, membuat Kepulauan Seribu banyak diminati wisatawan. Tak heran bila menjadi destinasi wisata andalan Pemerintah DKI Jakarta. Dengan jarak sekitar 60 kilometer dari daratan Jakarta, tidak sulit untuk menjangkau Kepulauan Seribu karena moda transportasi laut selalu ada setiap hari, baik dari Pelabuhan Muara Angke maupun Marina Ancol.

Jika berangkat menumpang kapal feri dari Pelabuhan Muara Angke, biaya perorang Rp 45.000,- Untuk menyeberang ke Kepulauan Seribu juga bisa melalui Pelabuhan Marina Ancol. Namun di sana hanya tersedia kapal cepat (speedboat) yang berbiaya Rp 300.000,- / orang. Dengan speedboat, waktu untuk menyeberang sekitar 1 jam saja. Sedangkan kapal feri sekitar 2,5 jam. Namun, jika ombak sedang tinggi, waktu tempuh speedboat bisa menjadi 2 - 2,5 jam.  
  
Sampai jumpa lagi Pulau Harapan

Santap Tomyam Kelapa Spesial & Kwetiau Kungpao Tomyam di Saung Ibu Villa Bintaro Indah

$
0
0
Tomyam Kelapa Spesial & Kwetiau Kungpao Tomyam

Ada yang menarik dari ajakan untuk icip-icip Tomyam Kelapa Saung Ibu yang ditawarkan oleh Mbak Sumarti Saelan – biasa dipanggil Mak Icoel, kepada saya dan beberapa kawan blogger lainnya. 

Tomyam Kelapa. Nama kelapanya itu yang bikin saya penasaran. Ini bukan kelapa yang dimasukkan dalam menu tomyam lho ya, tapi tomyam yang disajikan dalam batok kelapa. Seumur-umur menikmati Tomyam, belum pernah merasakan tomyam yang disajikan dalam kelapa. Seperti apa rasanya? Saya penasaran. 

Makanan Thailand yang satu ini identik dengan sup hangat berisi seafood.  Ciri khas masakan tomyam ada pada rasa pedas dan asam. Lantas, seperti apa rasa tomyam yang dipadu padan dengan kelapa?

Sebenarnya Tomyam Kelapa bukan sajian asing. Di Malaysia pernah lihat ada yang jual Tomyam Kelapa. Bahkan, tidak usah jauh-jauh di luar negeri sana, di BSD tempat saya tinggal pun ada. Tapi saya memang belum sempat mencicipinya. Pernah sih pingin coba, tapi ada saja yang bikin keinginan itu belum tersampaikan. Jadi, kenapa tidak sekarang? Mumpung icip-icipnya bareng-bareng kawan blogger. Suasana kumpulnya itu yang bikin senang. Bakal seru makan Tomyam rame-rame.

Kalau diingat-ingat, terakhir saya makan tomyam bareng-bareng kawan blogger waktu di Banyuwangi, awal bulan Agustus 2015, tepatnya di Restaurant Watu Dodol. Saat itu saya bersama Lestari (www.jejaksematawayang.com), Mbak Irawati (www.keluargapelancong.net), Mbak Zulfa (www.emakmbolang.com), dan mbak Andrie (www.andriepotlot.com) sedang liburan bareng. Kami menginap di Hotel Watu Dodol. Nah, nggak nyangka saat dinner kami mendapat hidangan tomyam istimewa dari manager hotelnya, Mas Moses. Tomyam hangat kaya rasa yang disajikan dalam porsi besar itu bikin lidah bergoyang dan tak mau berhenti menikmatinya. Apalagi makannya di pinggir laut, malam hari, saat udara dingin pula. Makin double enaknya hehe.  

Makan tomyam seru bareng kawan2 blogger di Resto Hotel Watu Dodol (w/ Tari, mb Andri, mb Ira, mb Zulfa )

Tomyam ala Resto Watu Dodol

Beberapa kawan membuat janji untuk datang bersama ke Saung Ibu pada hari Jumat (19/2). Saya pun berminat. Namun, karena sesuatu dan lain hal di hari tersebut saya batal ikut. Padahal tadinya sudah janjian dengan mbak Hermini mau berangkat bareng naik kereta dari stasiun Rawa Buntu. Eh, ternyata mbak Hermini juga batal. Adiknya sakit, dia mesti ke RS. Siang itu yang jadi berangkat mbak Echa, mbak Kurnia Amelia, mbak Maya, dan Bunda Yati. Siapa ya satu lagi? Saya lupa.

Dari info yang diberikan Mak Icoel, Mas Baha pemilik Tomyam Kelapa Saung Ibu bisa dihubungi lewat Whatsapp jika ingin tanya soal lokasi. Dari nomor yang diberikan itulah saya berkirim pesan ke Mas Baha. Mas Baha menyambut gembira rencana saya untuk singgah. Tapi dia belum bisa memberi gambaran lokasi dengan jelas karena saat itu sedang dalam perjalanan menuju Ciputat. Katanya dia sedang ada acara di Majelis Dzikir Wa Ta'lim ALLAHU AHAD di base camp Wali Band. Tomyam Kelapa jadi sponsor di acara tersebut. Wow! 

Saung Ibu di pinggir jalan
Ada tempat parkir, cukup untuk menampung 10-15 mobil

Minggu siang (21/2) saya merealisasikan rencana makan Tomyam Kelapa. Berdua suami, kami berangkat dari BSD. Sesuai petunjuk Mas Baha, rute termudah yang dapat kami tempuh menuju warungnya adalah lewat belakang polsek BSD. Ikuti jalan yang dilewati angkot D08. Sampai ketemu perempatan Mentari, belok kiri, belok kanan, lurus, nanti sebelah kiri ada  bangunan rumah makan terbuat dari material bambu berhenti. Di situ saungnya. Mudah.

Hari Minggu Saung Ibu ternyata tutup! Haha. Tapi saya nggak kaget sih, karena memang sudah diinformasikan lebih dahulu oleh Mas Baha.

Sebenarnya Saung Ibu buka tiap hari sejak pukul 10 pagi sampai setengah sepuluh malam. Hari itu tutup karena karyawan pada istirahat. Katanya lelah seusai mengadakan acara di base camp Wali Band. Karyawan juga ada yang sakit. Nah, karena saya tetap diterima dan boleh datang, tentu saja saya sangat berterima kasih. Apalagi, mas Baha sendiri lho yang akan membuatkan saya tomyam. Nggak mau dong sia-siakan kesempatan menikmati makanan yang diolah sendiri oleh pendiri Tomyam Kelapa Saung Ibu.

Sebelum menikmati Tomyam Kelapa, saya dan Mas Baha bincang-bincang senang dulu. Wah, nggak nyangka ternyata Mas Baha adminnya Warung Blogger. Tahu kan tempat kumpul blogger yang follower di twitternya sudah tembus angka 13.700 itu? Beuh…kebangetan kalo ada blogger yang belum tahu :D

Tapi, karena kesibukannya mengurus Tomyam Kelapa, sudah hampir 3 bulan ini Mas Baha tidak aktif lagi di Warung Blogger. Dia nge-net untuk urus akun sosmed Tomyam saja. Blognya pun sudah jarang di-update.
 
Makan enak sambil ngobrol asyik dengan Mas Baha yang super ramah

Ngobrol dengan Mas Baha hampir bikin lupa waktu, segala cerita tentang dunia per-bloggeran dia tahu. Beberapa nama blogger yang dia sebut saya kenal. Tak hanya cerita soal dunia blog, Mas Baha pun berkisah tentang awal mula membuka usaha kuliner. Dulu, katanya terinspirasi dari kuliner yang sering dia nikmati saat tinggal di Malaysia. Dari sekedar gemar lalu belajar, akhirnya buka usaha sendiri sejak tahun lalu. Kebetulan ada yang bantu modalin bikin tempat, akhirnya terwujud cita-citanya bikin rumah makan tomyam.
 

Kenapa tomyam
"Karena saya suka tomyam". Begitu jawaban pendek Mas Baha. 

Jawaban sederhana tapi di situlah letak istimewanya. Coba ya kalau Mas Baha nggak suka Tomyam, lalu memaksakan diri bikin tomyam, kira-kira apa yang terjadi? Belum tentu tomyamnya enak karena nggak dibikin dengan hati :D Dan, belum tentu juga usaha kulinernya berkembang dan bertahan di tengah gempuran kuliner rasa lokal. Biasanya, rasa suka melahirkan niat yang kuat. Jadi total berusaha dan bekerja.
 
Tomyam Kelapa Spesial Rp 33.000,- / porsi

Tomyam Kelapa Spesial  


Tomyam yang dibuat Mas Baha disajikan dalam batok Kelapa. Ini yang membuatnya berbeda. Tapi tak cuma sampai pada keunikan penyajian, rasa tomyamnya pun spesial karena benar-benar menggunakan bahan air dan daging buah kelapa. Pada umumnya, tomyam bercita rasa pedas asam. Namun, rasa asam itu justru dikurangi oleh Mas Baha. Soal rasa pedas, bisa disesuaikan dengan permintaan.

Menurut Mas Baha, minimnya rasa asam pada Tomyam Kelapa ala Saung Ibu, ternyata justru disukai pelanggan. Meski tidak asam, tidak berarti menghilangkan cita rasa khas tomyam. Justru membuatnya berbeda dan disukai. Saat saya mulai mencoba mengaduk isi tomyam, satu demi satu saya temukan potongan cumi, jamur, udang, bakso bulat, ayam, irisan tomat, dan bawang bombai. Kemana irisan daging? Tidak ada. Haha.
 
Gurih, segar, lezat, pedassss

Kemarin saya memang tidak ada request daging. Kalau minta bisa ditambahkan. Isi tomyam kadang memang disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Kadang ada yang tidak mau pakai udang dan cumi karena alergi seafood. Ada pula yang tidak mau pakai bakso dan daging. Nah kalau kemarin kan libur, mungkin bahan sedang tidak komplit. Jadi, ya apa adanya. Eits…mana ada apa adanya. Wong spesial gitu kok tomyamnya. Segeeer…gitu kata bojoku. Gleg! Bojoku ikutan icip-icip juga, padahal dia sudah berhadapan dengan satu porsi Kwetiau Kungpao Tomyam lho…

Nah, Kwetiau Kungpao Tomyam itu yang kayak gimana?
 

Kwetiau Kungpao Tomyam
 
Jadi, selain Tomyam, di Saung Ibu ini juga tersedia Kwetiau Kungpao nan sedap. Makanan ini terbuat dari kwetiau yang digoreng, berisi campuran sayur seperti potongan wortel, sawi, brokoli, bawang goreng, dan daun bawang. Ada bakso dan daging ayam juga tentunya. Penampakan kwetiaunya putih, mirip kerupuk. Rupanya kwetiau digoreng lebih dulu, makanya mengembang seperti kerupuk.  


Saat disajikan, Kwetiau disiram dengan kuah tomyam yang dikentalkan. Baru kemudian menjadi lembut. Rasanya beda! Penggunaan kuah tomyam inilah yang membuat masakan ini dinamakan Kwetiau Kungpao Tomyam. Masakan ini tidak ada dalam daftar menu. Hanya disediakan jika ada permintaan. Jadi, buat yang ingin coba, mesti buat pesanan tersendiri. 

Kwetiau Kungpao Tomyam nggak ada di daftar menu

Ini enaknya bikin lidah bergoyang hingga tetes terakhir :)))

Gini lho cara makan Kwetiau Kungpao: buka mulut yang lebaaaaar :p


Saung Ibu menyediakan 4 macam menu utama yang terdiri dari Tomyam Kelapa, Tomyam Non Kelapa (disajikan dalam wadah biasa, bukan kelapa), Kwetiau, Mie/Nasi Goreng. Untuk Tomyam kelapa terdiri dari 6 macam tomyam. 11 macam Tomyam Non Kelapa. 4 macam Kwetiau. 4 macam Nasi Goreng. 3 macam Mie Goreng. Harga mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 33 ribu.

Ga bikin kantong jebol toh harganya? Enggaaaak maaaaak :D


Gambar ini diklik biar kebaca nama menu dan harganya


PESAN TOMYAM VIA GOJEK

Buat penggemar tomyam yang tidak sempat mampir ke Saung Ibu, bisa juga pesan antar via Gojek. Minggu lalu, ada tiga teman blogger yang tidak punya waktu untuk datang ke Saung Ibu, lalu memesan lewat gojek. Tomyam diantar dengan mudah dan cepat. Oh ya, kalau pesan via gojek, tetap dikirim lengkap dengan batok kelapanya. Kelapanya di-wrap sedemikian rupa. Rapi dan tidak tumpah.

Menurut Mas Baha, tomyam kelapa dapat bertahan hingga 10-12 jam setelah dimasak. Hal itu ia ketahui dari pelanggannya yang pernah membeli dan baru memakannya 10 jam kemudian. Tomyam tetap terjaga kesegarannya. Saran mas Baha, jika hendak dipanaskan, sebaiknya cumi dan udangnya tidak disertakan. Ada alasan tertentu mengenai hal itu. Kalau tak salah ingat terkait tekstur dan rasa dari seafood tersebut.
 
di wrap sedemikian rupa untuk dibawa pulang atau dikirim via gojek

Buat yang ingin mencoba Tomyam Kelapa dan Kwetiau Kungpao Tomyam Saung Ibu, bisa mampir ke Villa Bintaro Indah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Lokasinya persis di sebelah area lapangan tenis Villa Bintaro Indah.  Jika dari arah Serpong dan menggunakan kendaraan pribadi, ikuti rute yang sudah saya sebutkan di awal tulisan ini. Jika dari Jakarta, bisa gunakan kereta jurusan Tanah Abang, kemudian lanjut naik kereta ke arah Serpong atau Parung Panjang. Lalu turun di Stasiun Sudimara. Selanjutnya tinggal naik angkot warna putih ke Villa Bintaro Indah. Bisa juga menggunakan ojek.

Penasaran dengan kelezatan Tomyam Kelapa dan Kwetiau Kungpao? Ayo kemari….

Saung Ibu
Villa Bintaro Indah
Jl.Sulawesi Raya RT 08/11 Jombang
Ciputat, Tangerang Selatan, Banten 15414

Cozyfield, Kafe Nyaman di Gramedia Emerald Bintaro

$
0
0

Kafe Pertama Punya Kompas Gramedia
Akhir pekan minggu lalu, tepatnya hari Sabtu (20/2), saya datang ke Cozyfield Café yang terletak di lantai dasar gedung Gramedia Emerald Bintaro yang berlokasi di Jalan Raya Boulevard Bintaro Jaya, CBD Emerald Blok CE/B-02, Tangerang Selatan, Banten.

Lokasi Cozyfield sangat mudah dicari. Saya datang dari BSD, meluncur lewat jalan tol Serpong-Bintaro, dan keluar di pintu tol pertama. Dari sana saya ambil arah ke Bintaro Jaya Exchange Mall, lalu belok kiri, naik fly over, lewati Hotel Santika, Giant Extra, lurus terus sampai ketemu fly over naik lagi, lalu saya ikuti jalan sampai Hero Supermarket. Nah, gedung Gramedia bertuliskan huruf G besar persis di sebelah Hero itulah lokasinya. Dekat dan mudah.

Lokasi Cozyfield terbilang strategis karena berada di area yang sudah berkembang. Di sini terdapat hotel dan pusat perbelanjaan. Meski demikian, tidak ada angkutan umum yang lewat tempat ini. Namun, untuk mencapai lokasi bisa menggunakan ojek motor.

Di Cozyfield, saya bertemu dan berkumpul dengan kawan-kawan food blogger yang sama-sama diundang oleh pihak Gramedia untuk acara Food Blogger Gathering. Tujuan dari acara ini adalah untuk memperkenalkan keberadaan Cozyfield sebagai kafe pertama yang didirikan oleh Gramedia.   


Kafe di Toko Buku
Cozyfield Café. Seperti namanya, adalah sebuah tempat yang nyaman, senyaman suasana di rumah. Tenang dan bikin betah, cocok untuk mencari inspirasi, atau bersantai sambil melahap isi buku yang baru di beli.

Melahap buku? Iya buku.

Gedung Gramedia satu ini memang merupakan toko buku. Jadi, sekarang jika kamu datang ke sini untuk beli buku, lalu ingin mencari tempat nyaman untuk mengunyah isi buku yang baru dibeli, kamu tinggal melangkah turun satu lantai, masuk ke Cozyfield Café.

Buku dan café. Tidakkah itu sebuah ‘surga’ di mall buku bagi seorang kutu buku?

Mall buku ini jadi punya kelas karena keduanya.
  


Di Cozyfield Café, tinggal pilih tempat yang disukai. Di sini terdapat tiga area yang dapat menampung pengunjung hingga 70 orang. Ada area keluarga, area merokok, dan area umum. Terdapat fasilitas televisi layar datar, akses internet WiFi, majalah, dan bangku-bangku di area merokok.

Minim sekat, membuat Cozyfield terkesan terbuka dan bersahabat. Hanya ada sedikit partisi  terbuat dari kaca dan bambu (untuk kesan alami), pemisah antara area family dan umum, serta area merokok. Mau duduk di bangku-bangku yang semuanya bernuansa kayu, atau di sofa empuk yang bersandar di dinding kaca, tinggal pilih sesuka hati.

Lampu-lampu hias berbentuk botol, tergantung di langit-langit kafe yang berwarna gelap. Nuansa pekat di bagian atas ini,  kontras dengan bagian bawah yang berlimpah cahaya. Hangat dan terkesan elegan.   




Menu Istimewa
Café yang dibuka pertama kali untuk publik pada 23 Desember 2015 lalu ini memang merupakan tempat asik untuk bertemu, berkumpul, bercengkerama dan ngobrol bersama kawan sembari menikmati minuman segar yang menyehatkan, secangkir kopi hangat produksi asli dalam negeri, atau makanan lokal kesukaan yang disajikan ala barat.

Kafe yang berkonsep nyaman dan gaya ini menyediakan beraneka jenis makanan dan minuman. Ingin makanan berat atau ringan, kamu tinggal pilih. Sekedar sepotong kue, atau nasi rawon dengan sajian komplit, sesuaikan saja dengan keinginan pada saat itu.  

Di sini, terdapat tiga jenis kuliner seperti western, Asian, dan Indonesia. Adapun makanan-makanan yang ditawarkan terbagi dalam 3 jenis menu seperti Bakery & Barista, Lunch & Dinner, serta All Day Breakfast.
Strawberry & Mango Tart dan Mix Berry Tart

Tape Ketan Muffin, Choco & Jack Fruit Muffin, Coconut Palm Sugar Muffin

Red Velvet Cheese Cake & Carrot Cake White Chocolate

Menu Bakery & Barista terdiri dari 14 macam Sweet Pastry, 5 Savory Pastry, 11 Doughnuts, 7 Cozzy Cakes, 6 Mouse Cakes, 6 Cookies & Chocolate. Harga mulai dari Rp 17 ribu – 40 ribu. 6 jenis minuman coffee, mulai dari Rp 23 ribu – 40 ribu. 9 macam Tea, harga mulai dari rp 20 ribu – 30 ribu. 3 Cozy Choco Rp 35 ribu. 
3 macam Juice mulai dari Rp 20 – 40 ribu. 3 macam Healthy Juice Rp 40 ribu. 4 macam Fruit & Flower Fizz Rp 35 ribu. 3 macam Fruit Ice Crush Rp 25 ribu – 40 ribu. 3 macam Milk Shakes Rp 35 ribu. 
Aneka Healthy Juice @ Rp 40.000,-
Untuk menu Lunch & Dinner ada 4 pilihan istimewa yang terdiri dari 6 menu Quick Fix, 2 Field Salad, 8 Mains (Rawon Reborn, Opor Ayam Bakar, Sate Pusut, Bumbu Kuning Deconstruction, Massaman Beef Cubes, Beef Burger Rendang Floss, Roasted Veggies, Fish & Chips), 2 Sides. Harga mulai dari Rp 35 ribu – 105 ribu
Massaman Beef Cubes w/ Tamarind Jam, Veg, and Baby potato crisp Rp 105.000,-

Beef Burger Rendang Floss w/ Oat Bun, Chili Jam, relish wedges Rp 65.000,-

Sate Pusut + Lontong + Urap + Sambal Rp 90.000,-
  
Spaghetti Pesto with roasted cashew nuts & fresh basil Rp 52.000,-

Sedangkan untuk All Day Breakfast terdiri dari 3 macam Breakfast Bakery. Mulai dari Rp 29 ribu – 120 ribu. Bubur Ayam Rp 29 ribu. Cozy Poach Rp 52 ribu. Saffron Butter Omelette Rp 52 ribu. Pancake Paradise Rp 40 ribu.

Semua harga makanan dan minuman tersebut sudah termasuk pajak makanan.

Di sini, saya ingin menceritakan menu yang saya pesan hari itu, yaitu Fish & Chips. Awalnya, waiter merekomendasikan Bumbu Kuning Decosntruction (w/ red snapper, black ink sago pearls, veggies). Namun, karena saya sedang tidak ingin makanan yang terlalu berbumbu, saya menolak. Lalu saya pilih Sate Pusut. Tapi mbak Tika sudah pesan. Saya ingin menu berbeda, supaya makanan yang difoto bervariasi. Kebetulan saya suka ikan, akhirnya pilih Fish & Chips (w/ John Dory, Mint Pea Mash,  tartar sauce).  

Fish & Chips (w/ John Dory, Mint Pea Mash,  tartar sauce) Rp 70.000,-


Untuk minuman saya pesan Healty Juice yang terbuat dari campuran Beet, Apple, dan Berry. Tenggorokan jadi terasa sangat segar ketika tetes demi tetes jus dalam gelas mulai saya seruput. Dan yang penting, minuman ini baik untuk kesehatan tubuh.   
Healthy Juice (beet, apple, berry) Rp 40.000,-

Berbicara tentang makanan, perlu diketahui bahwa konsep menu Cozyfield adalah fusion, yaitu merekonstruksi menu tradisional disajikan secara internasional. Contohnya Rawon. Daging sapi pada rawon biasanya disajikan dengan cara dicampur dengan kuah. Tapi di sini, rawon disajikan dengan tampilan internasional seperti steak dengan makan yang sepenuhnya berbeda.

Sajian rawon dengan gaya western di Cozyfield Café ini merupakan salah satu menu andalan yang memiliki konsep "Reborn", yang artinya  berbeda dari biasanya. Walaupun makanannya klasik tapi proses dan penyajiannya modern. Daging rawon yang sudah diberi tambahan extra virgin olive oil dan butter, dipotong-potong seperti makan steak. Kuah disajikan terpisah. Pelengkap daging sapi ada telur puyuh asin, irisan daun bawang segar, kerupuk emping dan juga sambal. Tak ketinggalan telur puyuh berwarna hitam (telur puyuh diolah dengan dicelupkan ke dalam cairan hitam tinta cumi) sebagai wujud asli sajian kuliner nasi rawon. 
Rawon Re-born Rp 105.000,-

Jadi, kalau kamu berkunjung ke Gramedia Emerald Bintaro, selain untuk mendapatkan buku, tas, dan perlengkapan lainnya, kamu juga bisa datang ke Cozyfield Café untuk bersantai dan bersantap. Makanannya unik. Banyak jenisnya.

Cozyfield Cafe recommended sebagai tempat nongkrong bersama kalangan komunitas dan juga tentunya bersama keluarga. Layanan yang ramah, menambah rasa nyaman bagi yang ingin berlama-lama di sini.

Terima kasih Cozyfield Cafe sudah undang saya di acara FoodBlogger Gathering.

Cozyfield Cafe
Gramedia Dunia Emerald Bintaro
Jl. Boulevard Bintaro Jaya
CBD Emerald Blok CE / B-02
Tangerang Selatan.
Buka 11 9:00 am-
  
Winda dan coklat stick-nya


hepi-hepi bareng food blogger

Kapan-kapan hangout bareng lagi yuk di Cozyfield Cafe ^_^


Belanja Online Aman di Blanja.com

$
0
0

Ketika dunia digital di Indonesia, khususnya e-commerce, makin marak, beragam produk dan layanan bisa kita dapatkan hanya dengan melakukan beberapa kali klik. Entah itu busana terbaru, keperluan anak dan aneka mainan, gadget, hingga perlengkapan untuk olahraga dan travel.

Belanja online memang memudahkan orang untuk mendapatkan barang incarannya. Di lain sisi, konsumen juga perlu mencermati keamanan berbelanjanya. Ada saja toko fiktif yang buka di dunia maya untuk menjerat mereka yang lengah. Agar aman, berbelanjalah di online-marketplace yang terpercaya, salah satunya di situs blanja.com

Marketplace dengan produk unggulan
Blanja.com merupakan sebuah Joint-venture antara Telkom Indonesia dan eBay yang memiliki konsep sebagai Online-Marketplace. Blanja.com memiliki lebih dari ribuan merchant yang menawarkan jutaan produk dari berbagai kategori yang terjamin orisinalitas dan kualitasnya. Blanja.com hadir sebagai market place yang menghubungkan antara penjual dan pembeli, dengan menawarkan berbagai macam produk unggulan.

Variasi produk yang beragam yang disertai dengan berbagai bentuk kerjasama marketing yang pastinya menguntungkan semua pihak terkait merupakan kekuatan blanja.com, sehingga menjadikannya sebagai media belanja online yang terpercaya.
 


Tampilan Simple dengan 5 Elemen Penting
Blanja.com memenuhi 5 elemen penting dalam situs jual beli online, seperti pembagian Kategori Produk (Katalog Produk) yang jelas, Fitur Pencarian dan Filter Produk, Fitur Customer Service, Produk Update , Diskon/Potongan Harga.

Dari sisi desain, website blanja.com terlihat sangat simple namun tetap terlihat elegan dengan header berwarna putih. Di sebelah kiri terdapat menu yang menampilkan kategori produk yang dijual di blanja.com yaitu kategori: Fashion & Aksesories, Kesehatan & Kecantikan, Telpon & Gadget, Anak-Bayi & Mainan, Rumah & Elektronik, Komputer-Film-Musik & Buku, Otomotif, Fotografi & Video, Sport, Travel & Food.

Kotak pencarian terletak di bagian atas, memudahkan user saat melakukan pencarian produk. Sedangkan menu Daftar, Sign in, My blanja (pesananku, favoritku, alamatku), My store, Live support, dan bantuan, diletakkan paling atas, di atas kotak pencarian. Di bawah kolom pencarian ada info produk terpopuler. Produk dan berbagai penawaran yang sedang promo di blanja.com tampil slideshow dalam porsi besar di halaman depan, termasuk promo untuk barang sesuai kategori serta toko favorit. Tampilan ini memancing untuk mengklik dan mencari tahu lebih jauh sehingga menimbulkan hasrat untuk berbelanja. Sedangkan pada bagian footer terdapat berbagai informasi tentang blanja.com, mulai dari cara mendaftar maupun cara membuka toko di blanja.com.
 


Secara keseluruhan design dan tampilan blanja.com sudah sangat baik. Warna yang cerah membuat nyaman saat menjelajah produk-produknya. Menu-menu yang ada mudah dimengerti, sehingga user tidak akan bingung saat menggunakan blanja.com untuk berbelanja.

Tak hanya itu, konsumen juga bisa mengetahui berapa ongkos pengiriman dan pastinya berapa lama barang pesanan sampai di tangan. Hal ini membuat konsumen tak perlu resah mengenai biaya dan waktu pengiriman.

Pembayaran Fleksibel
Blanja.com memiliki hubungan kerjasama dengan sejumlah bank terdepan di tanah air seperti Mandiri, BNI, BCA, BRI, BTN, Mega, Niaga, ANZ, BII, dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan blanja.com sangat fleksibel dalam memberikan promo menarik bagi para pelanggan.

Metode pembayaran di blanja.com antara lain melayani:

  • Pembayaran Online. Untuk pembayaran online blanja.com menerima pembayaran melalui Bank BCA. Bank Mandiri dan Bank Permata
  • Transaksi COD
  • TCASH

Customer Service
Salah satu elemen penting dalam sebuah situs jual beli online adalah fitur customer service yang dapat memudahkan user dalam mendapat informasi/layanan situs tersebut. Di blanja.com feature tersebut terdapat di menu bagian atas bagian paling kanan bernama “live support”

Nama besar Telkom dan Ebay
Blanja.com merupakan mitra dari eBay dan telah bekerja sama dengan PT. Telkom Indonesia. Dua perusahaan besar tersebut tidak perlu diragukan lagi,  jadi tidak perlu khawatir untuk bertransaksi di situs belanja online yang satu ini. PT. Telkom adalah perusahaan terbesar di Indonesia dalam bidang telekomunikasi. Sedangkan Ebay, bagi anda yang gemar berbelanja secara online pastinya tidak asing lagi karena eBay merupakan online shop yang sudah lama dikenal di berbagai penjuru dunia. Tak hanya itu, blanja.com pun merilis daftar toko yang telah menjadi bagian dari blanja.com agar konsumen semakin yakin.
 


Berikut adalah alasan yang ditawarkan Blanja.com kepada konsumennya kenapa harus belanja di blanja.com
1.Belanja Selalu Aman
Transaksi Anda selalu dilindungi dan terjamin keamanannya

2. Penjual Terpercaya
Semua penjual terpilih secara ketat sehingga handal dan bisa dipercaya

3. Dijamin Uang Kembali
Uang Anda akan dikembalikan, jika ada kesalahan pada transaksi

4.Barang Dijamin Sampai
Barang yang Anda dibeli dipastikan akan sampai ke tangan Anda

5. Customer Service
Pada hari kerja Live Support tersedia mulai 09:00 - 17:00

Setiap hari banyak promo menarik di blanja.com, khususnya bagi pengguna Telkomsel. Ada lebih dari 1 juta item dan sekitar 90% nya itu merupakan produk lokal, namun tak sedikit pula dari berbagai merk ternama yang dijual di situs blanja.com, mulai dari voucher pulsa, gadget, kebutuhan sehari-hari bahkan sampai kendaraan pun ada disini. Lengkap! 


Situs Blanja.com cocok menjadi salah satu pilihan tempat berbelanja online. Bagaimana dengan kamu? Sudah belanja di blanja.com? 


Hal-Hal Menarik yang Bisa Kamu Lakukan di Pantai Kuta

$
0
0

Pantai Kuta sudah menjadi ikon di Bali. Tempat wisata ini wajib dikunjungi ketika berlibur ke Bali. Tidak hanya wisatawan domestik yang mengenal pantai ini, wisatawan mancanegara pun menggilai panorama pantai paling terkenal di Pulau Dewata ini.

Keindahan pantai ini memang sangat luar biasa, dengan garis pantai sepanjang 2 kilometer dan berbentuk seperti bulan sabit. Pasir pantainya berwarna putih bersih dan ombak yang cukup besar khas pantai selatan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Tempat wisata yang sudah termasuk kelas internasional ini dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah. Beberapa fasilitas pendukung dibangun di seputar pantai untuk menambah kenyamanan pengunjung. Hotel-hotel mewah, restoran, kafe, dan toko souvenir untuk tempat nongkrong berjajar rapi di sepanjang pantai.

Sumber: Indonesia.Travel

Masuk ke area pantai, akan tampak pemandangan turis asing dan lokal yang berlalu lalang membawa papan selancar. Memang Pantai Kuta merupakan salah satu tempat terbaik untuk melakukan olahraga air satu ini. Tidak jarang lokasi ini dijadikan ajang pertandingan selancar skala nasional maupun internasional.

Menjelang senja, pantai ini semakin ramai dikunjungi. Tidak heran karena memang pemandangan matahari terbenam di sini paling romantis dan indah. Selain menikmati pemandangan sunset dan berselancar, di sini banyak ditemui penduduk lokal yang menawarkan jasa pijit dan tato temporer. Ada juga yang menawarkan jasa kepang gimbal. Sangat unik bukan?

Selain berbagai kenyamanan tersebut, Ada beberapa tempat di sekitar pantai yang juga menarik untuk dikunjungi. Tempat yang direkomendasikan adalah Beachwalk dan Kendra Gallery.

Berbelanja di Beachwalk

 

Sumber: Flickr.com

Pusat perbelanjaan ini baru saja dibuka pada tahun 2012 dan terletak di seberang Pantai Kuta. Mall ini sangat unik karena didesain dengan konsep ramah lingkungan. Di dalam mall ini terdapat beberapa toko yang menjual baju bermerk lokal dan internasional. restoran, dan tempat hiburan seperti bioskop serta taman bermain.  


Konsep ramah lingkungan ini memang sangat unik, dan berbeda dari mall-mall yang sudah ada di Bali. Hal ini terlihat dari lorong tempat pengunjung berjalan yang tidak dilengkapi pendingin udara. Ditambah model atap menara yang menggambarkan kepulauan Indonesia dengan model kontemporer.  

Sumber: Tripadvisor.ca


Kalau kamu bertanya, apa yang bisa dilakukan di Beachwalk? Tentu saja  berbelanja. Berbagai merk terkenal dunia ada di sini. Sebut saja Armani, Tommy Hilfiger, dan masih banyak lagi. Mall ini juga memrepresentasikan butik kelas menengah ke atas sebagai tempat belanja mewah.  


Menikmati Seni di Kendra Gallery

Sumber: Toscaholiday.com

Galeri ini berada di daerah Seminyak yang tidak jauh dari Kuta. Yang menarik adalah galeri ini dijadikan sebagai tempat menampilkan berbagai hasil karya seniman lokal maupun asing. Di tempat ini para seniman pendatang baru yang berbakat dapat membuat pameran pribadi.

Selain mengadakan berbagai pameran, tempat ini juga menyediakan tempat untuk berdiskusi masalah seni dan mensponsori seniman untuk melakukan proyek seninya. Beberapa event seni skala nasional dan internasional pernah di adakan di galeri ini.

Tidak hanya seni rupa yang mendapat tempat di galeri ini. Film, sastra, dan seni pertunjukan juga bisa ditampilkan di galeri ini. Itu sebabnya galeri seni ini selalu hidup. Di tempat ini juga sejumlah seniman memulai karirnya dan dikenal dunia.

Sumber: Federicotomasi.com
Tempat yang dibuka sejak Juni 2008 ini, didirikan dengan tujuan non-komersial. Kendra Gallery menjadi galeri tetap bagi dua tempat penghasil seniman lokal, yaitu Bali dan Yogyakarta. Bagi Anda pecinta seni, tentu sayang kalau kamu melewatkan tempat ini saat berkunjung ke Bali, karena akan selalu ada hal menarik di sini.Tertarik untuk ke Bali?

Kalau kamu belum pernah ke Bali dan berencana untuk berwisata ke pantai Kuta, pastinya kamu juga harus mencari hotel untuk bermalam dong. Di sekitar pantai Kuta banyak sekali hotel-hotel yang berjejer, namun mayoritas hotel-hotelnya adalah hotel bintang 4 atau bintang 5, sehingga kamu harus menyiapkan dompet lebih tebal. 

Kalau di hotel budget atau yang harganya murah-murah juga ada, namun mungkin fasilitasnya tidak selengkap hotel bintang 4 atau 5, misalkan tidak ada wifi, tidak ada perlengkapan mandi, kamar mandinya kurang bersih, dan lain-lain. 

Tapi sekarang kamu tidak perlu khawatir lagi kalau mau menginap di hotel murah, kamu bisa booking di Hotel Airy Tuban Dewi Sartika 3 Kuta Bali. 

Sumber: Airyrooms.com
Kenapa? Karena di hotel ini harganya murah banget, cuma 252 ribu saja per malam loh (tapi ingat, harga bisa berubah sewaktu-waktu ya), kalo kamu pergi bareng temen-temen kamu berempat, harganya jadi Cuma 60 ribuan doang. Selain itu fasilitasnya juga lebih lengkap dari hotel-hotel murah lainnya. Di hotel ini ada wifi gratis, air minum gratis, TV layar datar, restoran, room service 24 jam, dan lain-lain.

Sumber: Airyrooms.com
  
Bookingnya pun mudah, kamu bisa pesan langsung lewat whatsapp ataupun nomor teleponnya. Untuk info kontaknya kamu bisa cek langsung di website www.airyrooms.com. Nah lumayan kan jadinya, kamu tidak perlu khawatir soal biaya akomodasi yang mahal, dan bisa berwisata ke tempat-tempat tadi dengan mudah. 

Parador dan Bondan Winarno Mengembalikan Citra Kuliner Nusantara ke Hotel Berbintang

$
0
0

Makanan khas daerah lokal kini mulai sulit ditemui. Selain pembuatnya semakin sedikit, pangsa pasarnya pun semakin terbatas. Padahal, peminatnya masih ada. Parador Hotels & Resorts menyadari betul bahwa kuliner Nusantara sudah seharusnya menjadi menu andalan dan utama dengan memiliki peranan penting dalam pencitraan Indonesia.

Dengan menggandeng master kuliner yang terkenal di Indonesia, Parador bersama Pak Bondan Winarno bertekad mempopulerkan kembali makanan khas daerah lokal yang semakin menghilang dari peredaran kekayaan kuliner nusantara.
 

Peluncuran Menu-Menu Khas Tangerang di Atria Hotel Gading Serpong, Rabu (20/1) Sumber: Atria Hotel Gading Serpong

Project tersebut dimulai dari Atria Hotel Gading Serpong, dengan menyajikan menu makanan traditional khas daerah Tangerang dan menjadikannya menu andalan bagi para pengunjung yang datang baik lokal maupun tamu mancanegara. Menu tradisional ternyata juga bisa masuk hotel berbintang dan banyak tamu yang memberikan apresiasi dengan menikmati menu tersebut. 


Peluncuran menu khas Tangerang di AHGS *sumber: Atria Hotel Gading Serpong*
Peluncuran menu-menu khas Tangerang di Atria Hotel Gading Serpong diselenggarakan pertama kali pada tanggal 20 Januari 2016 dihadapan para media partner Hotel Atria. Acara diwarnai dengan temu bincang bersama Pak Bondan Winarno dan Corporate Executive Chef– Chef Gatot Susanto. Sedangkan peluncuran kedua dilaksanakan pada hari Minggu tgl. 6 Maret 2016 di hadapan para Indonesian Food Blogger


Acara peluncuran menu khas Tangerang di AHGS *sumber: Atria Hotel Gading Serpong*

Terdapat 7 (tujuh) menu khas yang tersedia di semua outlet termasuk room service mulai pukul 11.30 WIB hingga pukul 22.00 WIB. Menu-menu tersebut adalah Ceng Cuan Ikan Samge, Bubur Benteng, Laksa Benteng, Nasi Ulam, Ketupat Sayur dan Asinan Sayur. Adapula menu paket yang disebut dengan Maknyus Platter.
 

Ceng Cuan Ikan Samge. Olahan ikan ini merupakan asimilasi budaya Tionghoa yang ada di Benteng (Tangerang) dengan budaya lokal. Menu ini diklaim hanya ada di Atria Hotel. Diolah dengan menggunakan bahan bawang merah, bawang putih, cabe, minyak ikan, tauco, dan minyak wijen.



Laksa Benteng Rp 49.000 net / porsi


Nasi Ulam Betawi yang terdiri dari semur kentang, irisan telur dadar, nasi merah, tambahan dendeng, dan timun+daun kemangi sebagai pelengkap


Ketupat Sayur dengan lauk berupa tempe, tahu, telur dan ayam. Menu ini dibandrol dengan harga Rp 49.000 net / porsi
Maknyus Platter 1 terdiri dari Nasi merah, Daging Kalio, Ubi Tumbuk, Gurame Pesmol, Perkedel Jagung. Hidangan ini dibandrol dengan harga Rp 125.000 nett


Maknyus Platter 2 terdiri dari Gurame Pucung, Ayam Lado Mudo, Gulai Cubadak, Perkedel Jagung. Paket ini dapat dinikmati dengan harga Rp 125.000 nett 


Bubur Ayam Benteng dapat dinikmati dengan beragam saus dan topping seperti sate telur puyuh, sate usus, dan sate ati ampela.

Selain dari menu-menu tersebut khas dari daerah Tangerang, ada cerita di balik setiap menunya. Sehingga hal ini dapat menjadi nilai tersendiri bagi makanan dan penikmat kuliner yang mencobanya.


“Kami menghadirkan menu tradisional untuk para pengunjung yang ingin mencicipi masakan khas Tangerang dengan tujuan mengangkat kembali menu nusantara ke dalam hotel berbintang, dengan tidak menghilangkan keaslian dan rasa yang seharusnya”, ujar Chef Gatot saat berbicara di depan kami para food blogger di Atria Residence Gading Serpong, Minggu (8/3).  

Dalam kesempatan ini Chef Gatot ingin menegaskan bahwa kuliner yang diangkat tetap sama seperti aslinya, tetapi diolah dengan metode ala hotel. Hal ini terkait dengan kualitas bahan dan standar pengolahan bahan makanan di hotel. 

Chef Gatot juga bertutur tentang menu Ceng Cuan Ikan Samge, di mana  olahan ikan tersebut sudah lama ada di daerah Tangerang, dan sudah berusia sekitar seratus tahun. Menu ikan Ceng Cuan merupakan asimilasi antara budaya Tionghoa yang ada di Benteng dan budaya lokal. Karena dianggap legendIkan Ceng Cuan masuk menjadi kuliner recomended by Bondan Winarno.


Bir Pletok
Aneka menu makanan khas tentu tak lengkap tanpa minuman khas. Nah, di sini Bir Pletok hadir menemani beragam kuliner Tangerang yang direkomendasikan oleh Pak Bondan Winarno. Meski namanya bir, tapi minuman ini tidak mengandung alkohol, melainkan terbuat dari campuran rempah lokal yang kaya akan rasa. Bir pletok menjadi salah satu minuman andalan untuk 'welcome drink' tamu hotel. Jadi, kalau kamu hendak stay di Atria, kamu akan disambut dengan minuman spesial ini.  

Bir Pletok, minuman sehat dan berkhasiat
Seusai mengenalkan aneka kuliner khas Tangerang, Chef Gatot mengajak para food blogger untuk mengikuti games yakni menghias bubur ayam benteng. Semua blogger berpartisipasi dalam acara ini. Semua peserta diminta untuk berkreasi dengan bubur dan berbagai macam topping yang tersedia. Untuk games ini, Chef Gatot sendiri yang menjadi juri. 





Sajian bubur ayam ala food blogger :D

Sambil menunggu bubur ayam dinilai, blogger diajak menikmati santap siang berupa menu yang baru saja diperkenalkan. Alhamdulillah, siang itu kami bisa mencicipi aneka menu recomended Pak Bondan Winarno. Anak saya paling suka bubur ayamnya. Sedangkan suami memfavoritkan Ikan Ceng Cuan. Kalau saya suka semuanya hehe. Tapi asinannya benar-benar juara buat saya. Saosnya top!


Makan siang dengan lauk dari campuran berbagai menu :))

Asinannya juara.Saya suka!!!

Mbak Eliza dengan kedua anaknya, dan salah seorang anak mbak Nurul Noe

@Ditasoe @Windapus @duabadai

+Taufan Gio   +Arie Ardiansyah +Nurul Noe& keluarganya

Bianco Italian Restaurant @ Atria Residence Gading Serpong

Setelah acara bersantap, acara ditutup dengan pengumuman lomba menghias bubur ayam oleh Chef Gatot dan Wulan (PRO Atria Hotel. Ada beberapa kriteria dalam penilaian, salah satu yang paling penting adalah bubur harus terlihat, tidak boleh tertutup penuh oleh topping. Kemudian, topping harus lengkap, termasuk aneka sate dan kerupuk. 

Dari semua mangkok bubur yang dijejer di atas meja, ada tiga yang sudah memenuhi kriteria penilaian. Kemudian, terpilih satu yang menjadi juara. Dan itu adalah mangkok bubur saya! Huaaaa......sejak kapan saya bisa menata isi mangkok bubur ayam? Haha. Benar-benar sedang beruntung saja! Alhamdulillah games ini membuat saya mendapatkan voucher makan di Bianco Italian Restaurant senilai Rp 250.000,- Lebih dari lumayan buat dipakai lunch or dinner saat nanti menginap di Atria Hotel lagi. Thanks Atria!
.
Chef Gatot dan Wulan sedang menyampaikan ucapan terima kasih kepada para food blogger

Hadiah voucher Bianco Restaurant 250K dari Chef Gatot

Bubur juara oleh Katerina :D


Tentang Atria Hotel Gading Serpong
Sejak pertama kali beroperasi di 1 November 2010, Atria Hotel Gading Serpong (AHGS), hotel bintang empat berstandar internasional berkomitmen dengan standar internasional untuk melayani kebutuhan pasar lokal di bidang konferensi dan perjalanan dinas.

Berlokasi di jantung CBD (Central Business District) Gading Serpong, AHGS memiliki 173 kamar elegan dan modern dengan 3 pilihan tipe kamar (superior, deluxe, dan suite), 11 fasilitas ruang pertemuan yang variatif dan grand ballroom berkapasitas hingga 800 orang. AHGS memiliki akses yang mudah melalui 2 pintu tol yakni pintu tol Jakarta – Merak dan lingkar luar dengan akses dari TB Simatupang dan waktu tempuh 25 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, serta berada dekat dengan area lapangan golf dan pusat perbelanjaan (mal) Serpong yang memungkinkan tamu mencapai area hiburan ini dengan berjalan kaki.

AHGS meraih berbagai penghargaan sejak AHGS berdiri. AHGS berhasil meraih penghargaan dari TripAdvisor dan mempertahankannya selama tiga tahun berturut-turut sebagai ‘Pemenang Sertifikat Keunggulan’ di tahun 2013 hingga 2015, Agoda Gold Circle Award 2014, dan tahun ini sebagai ‘The Best Hotel in Service Excellent of the Year’ dari Indonesia International Achievement Foundation. 


Bianco Sapori D'Italia
Yuk kemari icip-icip Kuliner Tangerang recomended by Bondan Winarno ^_^

Tentang Parador Hotels & Resorts
Diluncurkan pada Januari 2013, Parador Hotels & Resorts telah berkembang dan dengan cepat dikenal dalam industri perhotelan. Mendedikasikan diri untuk menjadi tim manajemen perhotelan paling inspiratif yang memiliki tujuan mengelola 99 hotel, resor dan residences pada tahun 2024.

Dari layanan dan kenyamanan terpilih, Parador memiliki lima brand untuk dikelola; Vega Hotels, Atria Hotels, Ara Hotels, Fame Hotels, dan Starlet Hotels yang mana dari seluruh properti ini merupakan perpaduan dari keramahan dan profesionalitas Asia. Berdasarkan komitmen dan inovasi, PHR menawarkan berbagai alternatif bagi para tamu dan memberikan yang terbaik bagi seluruh stakeholder.  



ATRIA HOTEL GADING SERPONG
ATRIA RESIDENCES GADING SERPONG

CBD Gading Serpong Kav. 5, Jl. Boulevard Gading Serpong
Tangerang 15810 - Banten
T. (+62 21) 2921-5999 | F. (+62 21) 2921-6999
http://www.atriahotelserpong.com
http://www.atriaresidencesserpong.com

Hal-Hal Menarik yang Terdapat Di Pulau Maratua

$
0
0
Pulau Maratua sangat indah
Pulau Maratua

Mengunjungi Pulau Maratua menjadi salah satu agenda utama dalam perjalanan saya saat menjelajah pulau-pulau yang ada di Kepulauan Derawan pada tahun 2014 lalu. Di antara 31 pulau yang terdapat di Kepulauan Derawan, Maratua merupakan salah satu pulau paling populer  selain Derawan, Kakaban, dan Sangalaki. Tidak afdol menjelajah Kepulauan Derawan tanpa singgah di pulau ini.

Beraneka ragam biota laut dan ratusan jenis terumbu karang cantik dan masih alami menjadi daya tarik Pulau Maratua. Tentunya sangat ideal untuk snorkeling dan diving. Daratan pulaunya pun menyajikan panorama alam yang amat indah. Suasana sepi khas pulau terpencil, menghadirkan ketenangan dan kedamaian. Membuat nyaman dan betah. Bagi saya, Maratua seperti tempat impian untuk melanjutkan usia dan menjadi tua.

Kepulauan Derawan disebut-sebut sebagai surganya para pencinta bahari. Disebut surga laut karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Selain itu juga merupakan habitat utama species laut yang langka dan eksotik seperti penyu, pari manta, ubur-ubur endemik, dan masih banyak lagi. Benarkah semua itu? Di perairan Pulau Maratua, semua spesies langka tersebut dapat dijumpai dengan mudah. Saya bahkan tak menyangka dapat melihatnya dengan mudah.
 

Di tepian Pulau Maratua

Habitat Penyu Langka
Pulau Maratua dikenal sebagai salah satu lokasi bertelur penyu hijau yang paling besar di Indonesia. Saking banyaknya penyu di pulau ini hingga tak perlu menyelam untuk melihatnya. Cukup dari 
atas
 speed boat, dermaga 
ataupun penginapan bisa kelihatan. Namun untuk mendapatkan keindahan bahari di pulau ini, tidak ada cara lebih baik kecuali dengan mencelupkan diri ke bawah lautnya, baik dengan menyelam ataupun sekadar snorkeling.

Ada dua jenis spesies penyu yang bisa djumpai di perairan laut Pulau Maratua, yaitu penyu hijau dan penyu sisik. Kedua jenis penyu ini termasuk spesies yang dilindungi selain paus, lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung, ikan barakuda dan beberapa spesies lainnya. Di sepanjang pantai Pulau Maratua penyu-penyu bertelur di pasir. Konon  jumlahnya hingga ratusan setiap tahunnya. Karenanya bisa dikatakan Pulau Maratua merupakan ibukota bagi penyu hijau karena begitu banyak penyu hijau mengunjungi Pulau Maratua.
 

Seekor penyu raksasa melintas

Selain Pulau Maratua, penyu-penyu juga dapat dijumpai di Pulau Sangalaki, bahkan tempat konservasi penyu ada di pulau ini. Menurut keterangan warga setempat, hampir tiap malam terlihat penyu hijau datang ke permukaan untuk bertelur. 

 
Saya beruntung merasakan snorkeling di tempat ini. Saat snorkeling saya berhasil melihat langsung beberapa ekor penyu raksasa sedang berenang di laut dangkal.  


ceritanya memberanikan diri mendekati penyu raksasa he he


Saya sebetulnya ngeri, tapi memberanikan diri mendekat...mumpung dia lewat..

Tempat Menyelam Terbaik
Lokasi snorkeling dan diving di perairan Pulau Maratua memang menakjubkan. Tidak hanya penyu raksasa, di tempat ini juga terdapat beragam terumbu karang dengan aneka warna yang begitu indah. Dari 21 titik penyelaman (dive spot) yang ada, terdapat dua titik penyelaman yang paling terkenal yang disebut sebagai turtle traffic dan big fish country. Masing-masing titik penyelaman itu memiliki eksotisme tersendiri.

Ratusan penyu hijau banyak melintas di lokasi turtle traffic, sedangkan di lokasi big fish country terdapat banyak ikan berukuran besar seperti pari raksasa, ikan tuna, dan hiu. Arus di lokasi big fish country ternyata cukup kuat dan lautnya dalam. Dibutuhkan lisensi khusus atau pendamping saat menyelam di lokasi ini. Di lokasi turtle traffic, saya sendiri sempat terbawa arus hingga lebih dari 200 meter dari tempat semula.
 

Nemo di rumahnya...

Penyu raksasa memang tidak selalu dapat dijumpai, tetapi dive spot di Pulau Maratua selalu terdapat berbagai binatang laut yang unik dan menarik. Beberapa di antaranya seperti ubur-ubur, kuda laut, gurita, lobster, cumi-cumi, barakuda dan bahkan hiu putih. Jika beruntung, bisa berjumpa dengan salah satunya, atau justru semuanya.
 
Saya tak perlu menyelam dalam untuk menjumpai ikan-ikan cantik beraneka warna dan rupa. Saking masih alaminya tempat ini, semua itu bisa dilihat hanya dengan snorkeling, bahkan hanya dari atas kapal yang saya tumpangi. Ikan-ikan itu berseliweran seperti tidak takut dengan kehadiran manusia. Ya kenapa juga harus takut kalau kami tidak mengusik hehe..  


Temanku Fadli sedang fun dive
Nemo cantik jepretan Fadli

Gua Sembat di Desa Wisata Bohe Silian
Desa Bohe Silian masih berupa desa tua dengan ritme kehidupan yang berjalan pelan, seolah tidak terpengaruh dengan riuhnya wisatawan. Mayoritas penduduknya adalah Suku Bajo dari Sulawesi. Pekerjaan utama warga adalah nelayan. Penghasilan sebagai nelayan terbilang besar, kehidupan mereka pun mapan. Semua benda serba pribadi, mulai dari jenset, rumah (besar), perahu cepat (speed boat), parabola, hingga kendaraan sepeda motor, hampir tiap warga memilikinya.
 

Desa Bohe Silian
Anak-anak Bohe Silian

Di sisi bukit di bagian belakang desa terdapat Gua Sembat. Berjarak 2 km dari desa dan perlu 20 menit untuk trekking menuju lokasi gua. Memasuki hutan tropis alami, naik bukit turun bukit, melewati batu kapur licin, juga batu karang tajam yang siap menggores kulit jika tidak hati-hati. Sesekali terlihat monyet abu-abu nangkring di dahan pohon, satwa yang kabarnya hampir punah.

Bagian depan Gua Sembat tertutupi oleh pepohonan dan semak belukar. Untuk sampai ke mulut gua, ada celah sempit yang harus dilalui. Harus sedikit memiringkan badan untuk melewatinya. Bagian atas Gua Sembat bagian terbuka. Sinar matahari leluasa masuk ke dalamnya. Daun-daun kering berguguran dari pohon yang tumbuh di atas tebing. Berserakan, menunggu membusuk. Di mulut gua, di sebelah kanan atas, ada batu stalaktit berbentuk kepala manusia. Di bawahnya, ada mata air payau yang bisa direnangi dan diselami.
 

Gua Sembat


Danau air payau dan batu stalaktit berbentuk kepala manusia

Dari atas speed boat, pantai di desa Bohe Silian terlihat sangat indah. Pemandangan alamnya asri, dengan lembah dan perbukitan yang rapat ditumbuhi pepohonan. Pohon kelapa berjajar rapi di pinggiran pulau. Riak-riak ombak yang lambat laun menyentuh bibir pantai menambah elok suasana.

Maratua Paradise Resort
Kepulauan Derawan disebut-sebut sebagai salah satu tempat honeymoon di Indonesia yang paling banyak diincar oleh pasangan yang ingin berbulan madu. Dalam situs yang sering saya kunjungi, di mana di dalamnya terdapat banyak artikel menarik, menempatkan Derawan sebagai salah satu dari 10 destinasi honeymoon terbaik di Indonesia.
 

Water villa


Beach Villa

Di Pulau Maratua terdapat beberapa penginapan yang cocok untuk honeymoon. Salah satu penginapan unggulan di Pulau Maratua adalah Maratua Paradise Resort.  Seperti namanya, Maratua Paradise dibangun untuk mereka yang menginginkan sebuah tempat berlibur yang nyaman dengan suasana menakjubkan sepanjang waktu. Bangunan resort dibangun di atas hamparan pasir putih. Ketika matahari bersinar terang, air laut yang menutupinya membentuk warna turquoise yang indah.
 
biar nggak tersesat :D

Villa-villa di Maratua Paradise dibangun seragam, seperti rumah panggung. Semua material bangunan terbuat dari kayu, termasuk tiang-tiang villa yang menancap di dalam air. Tiap villa dihubungkan dengan jembatan kayu. Jembatan itu juga merupakan akses menuju office, dive center, kamar mandi umum, restaurant, dan balkon umum tempat duduk-duduk di bagian terdepan resort.
 

Pagi hari


Sore hari...

Yang paling menarik dari Maratua Paradise adalah view yang dimilikinya. Bagian depan resort berhadapan langsung dengan laut tiga warna: Turqoise, biru kehijauan dan biru pekat (karena kedalaman laut yang langsung berubah di jarak sekitar 60 meter). Tatkala senja, duduk-duduk di bangku yang berjejer di depan restaurant, akan menjadi tempat yang paling sempurna untuk menyaksikan matahari terbenam.

Resort berada jauh dari pemukiman penduduk, sehingga suasananya sangat tenang. Hanya tamu-tamu resort yang berseliweran di tempat ini. Kapal-kapal cepat kerap bersandar membawa pengunjung, baik yang sekedar singgah ataupun yang ingin stay. Instruktur dan guide tersedia di sini. Siap membawa tamu yang ingin melakukan kegiatan di dalam laut. 



Restaurant


Jembatan kayu yang menghubungkan tiap bangunan

Yuk Jelajahi Keindahan Pulau Maratua
Pulau Maratua berada di laut Sulawesi, tepatnya di bagian selatan kota Tarakan, Kalimantan Timur. Untuk mencapai tempat ini, harus pergi terlebih dulu ke Bandara Juwata di Tarakan. Dari Pelabuhan Tengkayu Tarakan, dapat menggunakan speed boat atau kapal penumpang menuju Kepulauan Derawan dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.

Meskipun lokasi beberapa pulau di Kepulauan Derawan merupakan pulau paling luar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia (Sabah) dan Filipina, namun Pulau Maratua dan pulau lainnya tetap layak untuk disambangi. Semua syarat wisata bahari ada di kepulauan ini. Selain melihat keindahan alam, baik di atas pulau maupun keindahan alam bawah laut, wisatawan juga bisa mengenal kehidupan penduduk setempat.

Dengan kekayaan bawah lautnya maka tidak mengherankan apabila kemudian Kepulauan Derawan dikenal sebagai salah satu tujuan wisata menyelam terbaik di dunia. Namun yang lebih penting dari semua itu adalah menaruh perhatian pada perlindungan penyu dengan ikut serta mempromosikan pelarangan eksploitasi komersial terhadap penyu dan telurnya.
 

Speed boat yang mengantar kami ke Maratua Paradise Resort


Transportasi :

  • Ada dua titik awal sebelum menuju Kepulauan Derawan, yaitu Tarakan dan Berau. Untuk mencapai Tarakan atau Berau, harus ke Balikpapan terlebih dahulu. Dari Balikpapan lalu mengambil penerbangan ke Berau atau Tarakan.
  • Biaya transportasi ke Berau lebih mahal dari pada ke Tarakan. Tetapi harga sewa speed boat dari Tarakan ke Derawan lebih mahal daripada dari Berau ke Tarakan. Dari Jakarta ada penerbangan langsung ke Tarakan.
  • Saya dan rombongan traveler memilih lewat Tarakan. Dari Tarakan menyeberang ke Derawan dengan menggunakan speed boat besar muatan 30 orang seharga Rp 6 juta perhari. Untuk speed boat kecil muatan 10-13 orang, sewa perhari Rp 3 juta.

Penginapan :

  • Bagi yang berkocek tebal, ada 3 dive resort yang bisa disewa selama berlibur di Kepulauan Derawan, yakni Maratua Paradise, Nabucco Nunukan Island Resort dan Nabucco Island Resort. Untuk harga, sebagai contoh Maratua Paradise, harga water villa Rp 770 ribu per orang (bukan per kamar) per malam.
  • Bagi backpacker dengan budget minimal, menginap di Desa Bohe Silian dan Payung-Payung yang terletak di Pulau Maratua bisa menjadi pilihan. Banyak rumah penduduk yang telah disulap menjadi penginapan. Tarif per malam Rp 75-100 ribu.   


"Kolam renang" air laut yang ada di bawah penginapan Maratua Paradise
Ikan-ikan yang terlihat di bawah villa

Bintang laut yang terlihat di bawah villa

Info lainnya :
  • Disarankan menggunakan daypack/backpack. Bawa baju renang / celana renang, sun block & obat-obatan pribadi, topi, kaca mata hitam, peralatan memotret (kamera, handycam, charger). Makanan kecil dan minuman untuk cemilan selama berlayar. Krim obat nyamuk. Senter bagi yang ingin berburu sunrise. Bawa juga jas hujan.
  • Waktu terbaik mengunjungi Kepulauan Derawan antara lain di bulan Maret hingga Mei, setelah bulan Agustus, dan awal bulan Oktober. Sementara di akhir Oktober biasanya sudah memasuki masa sering turun hujan.
Ayo liburan ke Pulau Maratua seperti kami ^_^




*Artikel saya yang berkenaan dengan Pulau Maratua pernah dimuat di majalah Pesona, CitaCinta, Ummi, Paras dan Flona.

Melihat Rekam Jejak Awal Transmigran Lampung di Museum Nasional Ketransmigrasian Lampung

$
0
0
Museum Ketransmigrasian Lampung
Museum Ketransmigrasian Lampung
Cuaca mendung menyambut kehadiran kami di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Langit tampak kelabu. Sementara bayang Gunung Tanggamus menjulang kehitaman di kejauhan. Hujan rintik-rintik mulai turun sesampainya kami di Museum Ketransmigrasian Lampung. Perjalanan siang jelang petang dari Bandar Lampung membuat kami datang kesorean. Beruntung saat tiba masih ada waktu satu jam lagi sebelum museum ditutup.

Museum Nasional Ketransmigrasian tergolong menarik untuk dikunjungi karena merupakan satu-satunya museum yang memberikan pembelajaran mengenai sejarah ketransmigrasian. Rekam jejak awal transmigran asal Jawa di jaman kolonial hingga koleksi benda bersejarah yang bercorak ketransmigrasian bisa dilihat di tempat ini. Selain itu, di sini juga dapat berekreasi di kawasan anjungan-anjungan yang ada di areal Museum Ketransmigrasian, sekaligus menikmati sajian beberapa seni dan budaya masyarakat transmigrasi.
 
Halaman samping

Museum Ketransmigrasian Lampung terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Dari Bandar Lampung jaraknya sekitar 20 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit melalui akses jalan darat. Bangunan museum berupa bangunan megah berlantai dua dengan simbol Siger mengkilap di bagian atas beranda. Bagian luar gedung bercat putih kekuningan, dihiasi ornamen gajah Lampung yang dipadu ukiran khas Jawa di bagian pintu masuk.
 
Bingkai pintu berukiran khas Jawa

Ketika memasuki bagian dalam museum, terlihat dua patung sapi berukuran besar berdiri di tengah ruangan. Kedua sapi tersebut sedang menarik alat pembajak sawah tradisional yang disebut luku. Di Lampung memang masih banyak persawahan. Tak heran karena Lampung termasuk salah satu provinsi yang menyokong ketahanan dan ketersediaan pangan di Indonesia.
 
Patung sapi menyambut di pintu masuk :D

Provinsi Lampung sudah lama dikenal sebagai cikal bakal daerah penempatan transmigrasi pertama di Indonesia. Transmigrasi tersebut berlangsung pada tahun 1905 saat pemerintahan Hindia Belanda melakukan perpindahan warga dari Desa Bagelen Karasidenan Kedu Provinsi Jawa Tengah ke Provinsi Lampung tepatnya di Desa Bagelen Gedong Tataan, Karasidenan Lampung (sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Pesawaran) sebanyak 155 KK yang lebih dikenal dengan istilah Kolonisasi. Menurut hasil penelitian Hazelman, latar belakang terjadinya transmigrasi dikarenakan pada tahun 1904-1905 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan lahan pertanian di Jawa kian menyusut. Sementara di luar Jawa tersedia lahan untuk membuka perkebunan baru.
 
Sepeda ontel

Pemerintah Republik Indonesia untuk pertama kalinya melaksanakan program perpindahan penduduk pada tahun 1950, tepatnya tanggal 12 Desember 1950 sebanyak 23 KK dengan daerah asal dari Karesidenan Kedu Provinsi Jawa Tengah dengan rincian 22 KK ke Sukadana Lampung Timur dan sebanyak 21 KK ke Lubuk Linggau Sumatera Selatan. Transmigrasi tersebut telah mendorong terbentuknya 235 kecamatan baru dan 66 Kabupaten Baru di Lampung. Itu sebabnya di Lampung terdapat nama-nama tempat seperti yang ada di Jawa, di antaranya Pring Sewu, Sumber Rejo, Sidodadi, Desa Surabaya, dll.

Museum Ketransmigrasian dibangun pada tahun 2004. Penggagasnya adalah Prof. Dr. Muhajir Utomo yang merupakan keturunan langsung dari rombongan transmigran awal yang dikirim Belanda ke Lampung tahun 1905. Pembukaan museum dimulai pada tahun 2010 dan dikelola oleh Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) di bawah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
 
Gamelan

Di lantai dasar ada sebuah ruangan yang disebut dengan ruang gamelan. Di ruangan ini berisi foto-foto yang menceritakan bentuk tempat tinggal dan kebun perintis kolonisasi di Desa Bagelan. Di sebelahnya tersedia ruang perpustakaan yang dilengkapi beberapa komputer dan buku sejarah. Ada pula ruangan yang memamerkan furnitur tempo dulu berupa meja tamu, lemari, dan juga tempat tidur terbuat dari besi.

Sedangkan benda-benda seputar ketransmigrasian dipajang di lantai dua. Sederet koleksi yang ditampilkan berupa benda antik seperti sepeda ontel, peralatan dapur, perabot rumah tangga, alat penerangan, mata uang tempo dulu, hingga alat penumbuk beras. Ada juga beberapa miniatur bangunan rumah yang pernah ditempati oleh transmigran. Ada foto-foto pejabat yang pernah memimpin departemen yang berkenaan dengan transmigrasi.
 
Lantai 2 museum

Museum Ketransmigrasian dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, baik yang ditujukan untuk umum, pelajar maupun mahasiswa. Salah satunya adalah teater yang dapat digunakan untuk menayangkan film dokumenter yang bersifat edukasi sejarah perjalanan penyelenggaraan transmigrasi  di Indonesia. Ada areal camping untuk kegiatan perkemahan yang dilengkapi dengan tenda kemping. Bahkan terdapat sebuah Gedung Serba Guna (GSG) dengan kapasitas 250 orang yang dapat digunakan oleh instansi pemerintah, swasta dan juga umum sebagai tempat rapat, seminar, resepsi perkawinan hingga kegiatan lainnya.
 
Diorama kehidupan transmigran

Uang kuno

Penyajian koleksi benda bersejarah bercorak ketransmigrasian dan bimbingan edukasi sejarah ketransmigrasian yang ada di museum ini dapat memberi banyak informasi bagi kalangan generasi muda khususnya pelajar dan mahasiswa. Tak hanya itu, di sini juga pengunjung dapat mengenal sekaligus memainkan beberapa peralatan seni budaya tempo dulu yang masih tetap dilestarikan dan diwariskan kepada anak/cucu masyarakat Desa Bagelan dan sekitarnya.
   
Alat setrika dan penerangan
 
Perabotan dapur

Lesung penumbuk beras

Lesung alat penumbuk padi

Anjungan yang tersedia di komplek museum ini berjumlah sebelas. Terdiri dari anjungan Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Suriname. Kesemua anjungan kecuali Suriname dan Lampung merupakan daerah asal warga transmigran.

Yang paling bersejarah adalah bola peluru besar berwarna hitam yang digunakan untuk membuka lahan. Dua bola peluru tersebut dikaitkan rantai sepanjang 40 meter lalu ditarik untuk merobohkan pohon dengan diameter 50 cm. 
  
Bersama Kepala Seksi Pelayanan Museuma Nasional Ketransmigrasian, Eko Sunu Prasetiya
Bersama Kepala Seksi Pelayanan Museuma Nasional Ketransmigrasian, Eko Sunu Prasetiya

Kawasan Museum Ketransmigrasian ini tentu dapat dijadikan alternatif liburan edukasi ataupun juga rekreasi. Jika ingin berkunjung ke museum ini, catat waktu kunjungnya, yaitu Senin-Kamis Pukul 08:00 - 14:00. Jumat Pukul 08:30 - 4:30. Sabtu dan Minggu melalui perjanjian/konfirmasi via telepon. Harga Tiket Masuk Rp1.000 (pelajar), Rp2.000 (umum). 
   
Blogger FTS foto bareng di depan pintu masuk gedung museum



*semua foto punyaKaterina 

*Artikel ini pernah dimuat di rubrik Pariwisata harian Kedaulatan Rakyat 13/3/2016 



 


Viewing all 779 articles
Browse latest View live