Quantcast
Channel: TᖇᗩᐯEᒪEᖇIEᑎ
Viewing all 779 articles
Browse latest View live

Dimuat Dalam Rubrik PARIWISATA Koran Kedaulatan Rakyat 13/3/2016

$
0
0

Artikel berjudul Museum Ketransmigrasian Lampung ini dimuat 1 halaman dalam rubrik Pariwisata koran Kedaulatan Rakyat hari Minggu tanggal 13 Maret 2016. 

Museum Ketransmigrasian Lampung terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Dari Bandar Lampung jaraknya sekitar 20 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit melalui akses jalan darat.

Saya berkunjung ke Museum Ketransmigrasian Lampung pada tanggal 19 November 2015 lalu saat mengikuti Festival Teluk Semaka di Tanggamus.

Artikel lengkap sudah saya tulis dan posting di blog ini, dapat di baca di link berikut : Melihat Rekam Jejak Awal Transmigran Lampung di Museum Nasional Ketransmigrasian Lampung(klik)

Selamat membaca.

Dimuat di Majalah Intisari Bulan Februari 2016 Rubrik Langlang

$
0
0

Sependek dua tahun menjadi kontributor rubrik traveling di beberapa majalah dan koran, baru kali ini bisa merasakan dimuat di Majalah Intisari. Alhamdulillah artikel yang saya tulis dimuat sebanyak delapan halaman. Senang tentunya.

Artikel aslinya berjudul "Melancong ke Pulau Harapan". Namun, pihak redaksi mengubahnya menjadi : "Menyaksikan Sisa Kejayaan Keluarga Cendana".

Dalam artikel yang menceritakan perjalanan saya di Pulau Harapan ini, memang ada cerita tentang Pulau Bulat, pulau kepunyaan anak mantan Presiden Soeharto. Sepertinya, cerita tentang isi Pulau Bulat lebih menarik sehingga lebih ditonjolkan melalui judul artikel.

kolase halaman artikel

Jika ingin membaca cerita saya tentang Pulau Harapan dan Pulau Bulat, dapat di baca di blog ini. Saya pernah menuliskannya beberapa kali. Untuk versi majalah, belum saya posting. Tapi isinya kurang lebih sama.

Silakan di baca di link berikut ini:
  1. Melancong ke Pulau Harapan (klik)
  2. Pesona Pulau Bulat Dalam Balutan Sisa Kejayaan Masa Silam (klik) 

Terima kasih.

Selamat membaca :)

 
Majalah Intisari

Gili Nanggu dan Gili Sudak, Dua Pesona di Lombok Barat Yang Selalu Dirindu

$
0
0
Pesona Gili Nanggu
Merindukan debur ombak dan desau angin laut? Rindu menyapa segerombolan ikan dan kawanan terumbu karang saat snorkeling dan diving? Lombok adalah daerah yang paling pas untuk melepas rindu pada kecantikan pariwisata bahari.

Siapa yang tidak ingin melepas penat dengan menikmati deburan ombak dan bercanda ria menikmati senja di pinggir pantai? Tentu semua akan mengacungkan jari untuk menikmatinya. Saya pun tak akan berfikir dua kali untuk mengambil kesempatan itu. Seperti dua tahun lalu, saat tawaran ke Lombok datang dari teman-teman komunitas muslimah backpacker, saya langsung daftar dan menyatakan siap untuk berangkat. 

Pantai Sekotong

Salah satu keindahan bawah laut Lombok yang dapat dinikmati ada di daerah yang masuk kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, yaitu Gili Nanggu dan Gili Sudak. Di sana, kami mengeksplorasi eloknya alam bawah laut saat menyelam, merasakan bersantai di pulau sepi tanpa penduduk, dan menikmati panorama jelang senja di bibir pantai.
 
Berlayar ke Gili Nanggu

Hari itu Jumat. Semburat cahaya pagi sedang beranjak naik ketika saya dan kawan-kawan sampai di Pantai Sekotong. Dari pantai cantik inilah perjalanan ke Gili Nanggu dan Gili Sudak dimulai. Untuk menyeberang, kami menyewa perahu motor milik nelayan yang berkapasitas 10 orang. 

Sarapan di perahu :D

Gili pertama yang kami kunjungi adalah Gili Nanggu. Setelah itu baru Gili Sudak. Lama perjalanan menuju Gili Nanggu  kurang lebih 30 menit. Di antara berisik suara mesin kapal, hempasan gelombang, serta deru angin, saya dan rombongan duduk santai menikmati perjalanan sambil menyantap bekal sarapan yang dibawa dari tempat penginapan kami di Mataram.

Setelah 25 menit perjalanan, Gili Nanggu mulai kelihatan. Dari atas perahu terlihat pantainya yang berwarna putih. Sedangkan pohon-pohon pinus, tumbuh rapat di atasnya. Rimbun dedaunan  laksana kanopi, rindang memayungi pulau. Terlihat nyaman untuk berteduh dari sengatan  matahari yang tumpah ruah menyinari bumi.
 
Sampai di Gili Nanggu


Teduh, banyak pohon pinus

Saat perahu merapat di pulau, hembusan angin menggoyang dedaunan, seperti menari menyambut kedatangan kami. Selamat datang di Gili Nanggu, mungkin itu salam sapa yang ditujukan untuk kami.

Gili Cantik dengan Fasilitas Modern
Begitu menginjakkan kaki, saya langsung takjub melihat cantiknya gradasi air laut di pulau ini. Airnya sangat jernih, menampakkan dasar laut dengan sempurna. Pasirnya sangat halus. Saya ambil segenggam, rasanya seperti sedang memegang bedak. Ketika basah dengan air laut pun pasirnya menjadi lentur.   

Putri duyung terdampar :D

Bale-bale buat bersantai

Gili Nanggu bukanlah pulau yang berpenduduk, tetapi bagi mereka yang ingin berlama-lama ataupun ingin menyepi di Gili Nanggu, di sini terdapat fasilitas akomodasi modern seperti penginapan, jogging trek, wahana water sport, dan perlengkapan diving atau snorkeling yang bisa digunakan oleh segenap wisatawan.

Sekitar pantai dilengkapi dengan bale-bale untuk bersantai. Cottage-nya berbentuk rumah panggung yang mengadopsi model rumah adat suku Sasak. Atapnya terbuat dari jerami dengan bentuk serupa gunung. Nuansa tradisional begitu kental di pulau cantik ini. Saya membayangkan bila malam berdiri di bingkai jendela cottage, memandang laut beratap bintang gemintang, alangkah romantisnya. Apalagi berdua pasangan. 

cottage di Gili Nanggu


Hal-Hal Menarik di Gili Nanggu
Gili Nanggu ternyata banyak diminati wisatawan asing. Terbukti dari keberadaan bule-bule yang saya jumpai. Mulai dari usia anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Ada yang tengah berjemur di pantai, ada yang berenang, snorkeling, atau sekedar duduk di bale-bale. Menurut informasi dari Duta guide kami, wisatawan mancanegara itu biasanya ada yang menginap berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Pesona Gili Nanggu telah membuat hati mereka tertambat di pulau ini.
 
awas gosong dek


ibu dan anaknya asik main air




ngapain ya mbak itu loncat-loncat? :D

Menikmati Gili Nanggu terasa kurang jika tidak melakukan snorkeling atau diving. Bagi yang menyukai keindahan taman laut, banyak spot menarik yang bisa dilihat di perairan Gili Nanggu. Pantai di dekat cottage bagus untuk berenang. Sedangkan untuk snorkeling mesti pergi ke sisi lain pulau untuk mendapatkan spot terbaik. Bisa minta diantar dengan perahu kalau mau.

Sekitar 20 meter dari bibir pantai, ada beberapa bola pelampung terapung di permukaan laut. Penanda batas aman untuk berengang dan snorkeling. Nah, ini juga jadi penanda kalau melewati bola pelampung maka akan makin bagus pemandangan bawah lautnya. Dan itu memang benar. Ikan dan terumbu karang yang dijumpai makin beragam bentuk dan warna. 
siap-siap untuk snorkeling


ayo snorkeling bareng Katerina :D
   
Gili Nanggu memiliki pantai yang cantik. Hamparan pasirnya yang putih serta lautnya yang biru memang sangatlah menggoda. Suasana alamnya yang hening, membuat pulau ini menjadi pilihan yang tepat bagi para pasangan yang ingin berbulan madu. Matahari tenggelam merupakan momen yang paling indah di pulau seluas sekitar 8 hektar ini. Bermalam di pulau ini akan menjadi pengalaman indah bagi para pejalan yang merindukan ketenangan ala pulau. 


Ayo nyebuuur


Budidaya terumbu karang di Gili Nanggu


Magnet Gili Sudak
Gili Sudak Sekotong merupakan sebuah pulau kecil yang dijadikan sebagai tempat wisata layaknya Gili Trawangan di Kabupaten Lombok Utara. Gili yang satu ini memiliki pantai dan bawah laut yang begitu menawan.  

Gili Sudak
Gili Sudak Sekotong layaknya Gili Nanggu dimana dua tempat ini jauh dari hingar bingar sauara kendaraan yang sering saya dengar setiap hari. Di sini tidak akan ditemukan kendaraan bermotor, baik itu roda dua maupun kendaraan roda empat sehingga siapapun dapat merasakan suasana hening yang begitu tenang.

Gili Sudak Sekotong memang merupakan pilihan yang tepat untuk berlibur menikmati  keheningan dan ketenangan. Tempat ini juga sangat cocok bagi penggemar diving ataupun snorkling. Pemandangan bawah lautnya mampu membuat beberapa wisatawan asing ketagihan untuk berlama-lama tinggal di pulau kecil yang penuh dengan keindahan ini. Bahkan ada beberapa wisatawan asing sempat mengutarakan kecintaannya dengan Gili Sudak. Mereka terpesona dan ingin tinggal lebih lama. 

Di seberang sana adalah daratan di Kecamatan Sekotong


Pantainya bersih, suasananya sepi

Pantai Keren dengan Taman Laut Super Kece
Untuk mencapai Gili Sudak, kami kembali berperahu dari Gili Nanggu. Jaraknya cukup dekat, jadi tak terlalu lama menyeberang. Sekitar 10 menit saja. Gili Sudak sama indahnya dengan Gili Nanggu.  Pulaunya sepi dan tidak berpenduduk.

Di salah satu sudut pantai, ada sebuah pondok makan. Beberapa bule terlihat sedang bersantap. Jadi, bagi yang tidak membawa bekal makan jangan khawatir, pondok makan itu bisa jadi tempat untuk mengisi perut.  

Taman laut Gili Sudak


Kaya ikan dan terumbu karang

Di pantai terdapat sejumlah kano dan juga jetski. Biasanya dipergunakan  oleh wisatawan yang ingin menikmati olah raga air. Bagi yang ingin snorkeling, tak perlu jauh-jauh. Spot snorkeling ada di sekitar pantai dekat pondok makan. Nah, di tempat inilah kami menikmati keindahan bawah laut Pulau Sudak. Kalau mau puas dan sanggup berlama-lama, tinggal susuri saja perairan sekeliling pulau, bejibun spot snorkeling yang nggak ada habisnya untuk dinikmati.

Warna pasir pantai pulau ini sangat putih, teksturnya sehalus tepung. Begitu lembut di kaki. Air lautnya sangat jernih. Apapun bisa terlihat jelas dari permukaan. Di siang hari, pulau ini memang kurang teduh, pohon-pohon yang tumbuh tidak serapat di Gili Nanggu. Sinar matahari sangat berlimpah, tumpah ruah mengguyur siapapun yang tidak berlindung. Memakai topi dan cream pelindung UV sangat disarankan. 

Bola pelampung


Lompat-lompat bergembira di atas pasir sehalus tepung


Ayo snorkeling
Ayo menyelam bareng Katerina :D

Betah berlama-lama berada di Gili Sudak. Tak bosan-bosan berenang dan melihat keindahan taman lautnya. Rasanya tak ingin pulang. Tapi hari sudah sore, kami harus pergi sebelum langit berubah gelap. Di pulau ini ada penangkaran penyu dan hiu, tapi kami tak sempat melihatnya. Kami terlalu banyak berenang dan snorkeling. Saat hari sudah sore, baru teringat dengan tempat penangkaran tersebut. Lain waktu, bila ada kesempatan kemari lagi, mesti mampir dan lihat.  

betah berlama-lama

Perahu kembali membawa kami ke Pantai Sekotong, meninggalkan gili-gili yang perlahan makin jauh dan hilang dari pandangan.

Menikmati keindahan di pulau-pulau kecil di barat daya Pulau Lombok tentu saja sangat menyenangkan. Selain Gili Nanggu dan Gili Sudak, ada juga Gili Kedis dan Gili Tongkang yang bisa disambangi. Lokasinya pun mudah dicapai dari Pantai Sekotong. Gili-gili itu, meskipun sama-sama berpasir putih, tetapi memiliki pemandangan pesisir yang berbeda. Masing-masing juga punya karakter yang khas.

Keindahan Gili Nanggu dan Gili Sudak, dengan nuansa tropis dan keheningan yang menenangkan, memang menjadi pilihan tempat berlibur yang tepat. Saya menyukai tempat seperti ini.

Lombok, seperti serpihan surga yang jatuh ke bumi. Tidakkah kamu tergoda untuk berkunjung?  

Gili Nanggu


KETERANGAN:
 
1. Lokasi Gili Nanggu berada di Selat Lombok atau di pesisir barat Pulau Lombok. Secara administratif, pulau ini berada di wilayah Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat

Rute : Dari Mataram, wisatawan bisa menuju Pelabuhan Lembar yang berjarak sekitar 27 km, dengan kendaraan, dan selanjutnya menggunakan perahu atau speedboat selama 35 hingga 45 menit. Atau, bisa juga melalui rute lain, yaitu lewat Tawun, di Sekotong, yang berjarak 47 km, dengan kendaraan dan kemudian  menggunakan speedboat selama 15 menit. Sekotong juga dapat diakses langsung dari Bandara Internasional Lombok (BIL) dengan waktu tempuh antara 45 menit sampai satu jam.

2. Lokasi Gili Sudak terletak di Kabupaten Lombok Barat bagian selatan tepatnya di Kecamatan Sekotong yang berdekatan dengan Pelabuhan Lembar.

Rute: Dari ibu kota Mataram silahkan Anda mengambil jurusan menuju desa Batu Putih di Sekotong, dari Mataram menuju desa Batu Putih membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, sedangkan dari Pelabuhan Lembar menuju desa Batu Putih membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.
 

 


Sumber photo:
- Katerina (www.travelerien.com)
- Andrie Potlot (foto anak-anak bule dan foto underwater)
- Duta (foto budidaya terumbu karang)



Berwisata di Palembang Melihat Pesona Sriwijaya

$
0
0

Kamis (3/3/2016) jelang malam, Yayan mengabarkan pengumuman lomba kontes blog #PesonaSriwijaya di grup JJS. Suasana grup yang sedang senyap seperti pecah seketika. Kehebohan itu diikuti pula dengan status yang dibuat Yayan di Facebook. Dua nama teman satu grup tertera sebagai pemenang. Ada saya, Lestari, dan juga Ihwan Haryanto. Alhamdulillah ternyata tulisan kami mendapat apresiasi. Senangnya…

Saya sedang beruntung. Tulisan sederhana berjudul “Pagar Alam, Mutiara Dari Bumi Sriwijaya” yang saya buat, di mana di dalamnya saya sertakan gambar kebun teh Gunung Dempo karya Mas Yopie Pangkey, meraih juara pertama. Berkat kemenangan tersebut saya diundang untuk hadir selama dua hari di Festival GMT 2016 Palembang dengan biaya transport dan akomodasi ditanggung seluruhnya oleh Disbudpar Sumsel. 

Pemenang lomba blog #PesonaSriwijaya


Halo Palembang!
Selasa tanggal 08 Maret 2016. Burung besi bernama Sriwijaya Air mengantarkan saya dengan selamat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Sudah ada mbak Elly (EO blogger dari disbudpar) yang menunggu kedatangan saya. Pagi itu, selain saya ada mbak Swastika dan Adis Takdos juga yang baru mendarat. Mereka dua dari sekian blogger undangan disbudpar yang akan mengikuti Fam Trip selama satu minggu di Sumsel. 

Rupanya saya dan mbak Tika (panggilan mbak Swastika) naik pesawat yang sama dari Jakarta. Saya belum pernah kenal dan bertemu dengan mbak Tika, tapi sudah pernah membaca artikel di blognya yang dishare oleh akun twitter @PesonaSriwijaya. Kalau Adis, saya sudah lama tahu tapi belum pernah bertemu. Akun sosmednya sudah saya follow sejak pertama saya bikin akun Twitter. Bahkan, Adis ini pernah berada dalam satu buku dengan saya di Love Journey #2; Mengeja Seribu Wajah Indonesia. Hoo…ternyata dia orangnya. Sebuah kejutan!
 
Bareng mbak Tika @sabaiX, @Mamaniss, Mas Jony, dan @Takdos

Sambil menunggu waktu check-in di Batiqa Hotel jam 14.00, saya diajak jalan-jalan dulu ke beberapa tempat di Palembang. Tidak banyak tempat, sebab waktunya terbatas, begitu menurut info yang saya dapat. Dari Bandara, kami bertiga diajak mampir ke kantor Disbudpar Sumsel. Di sana kami bertemu Mas Jony dan Maman yang nantinya akan ikut kami jalan-jalan. Nggak nyangka, di kantor disbudpar saya bersua tetangga sekaligus orang tuanya teman sekelas anak saya hehe.  O ya, kalau mau kenalan dengan Maman bisa follow akun twitter dan Instagramnya di @mamanisss. Kalau Mas Jony itu siapa ya? Ada deh hehe. Rahasia. Yaaah…

Sarapan Anti Mainstream
Jam 8.40 WIB kami sarapan bareng di Pasar Kuto, di sebuah warung makan bernama Warkop H. Madina. Di warung ini, aneka kuliner khas Palembang tersedia. Mulai dari laksa, ragit, celimpungan, aneka pempek, kue-kue khas seperti bolu kojo, srikaya, dll. Bikin ngeces pokoknya.

Sarapan pempek? Ngirop cuko pagi-pagi itu enaknya dahsyat. Nonjok di perut. Haha. Tapi saya tidak makan pempek, hanya makan laksa, dan saya menyesal karena laksa bikin perut jadi kenyang! Akibatnya saya tidak bisa lagi mencicipi bolu kojo idaman. Termasuk juga pempek dan yang lainnya. Huhuhu. 

Sarapan di sini bareng +Adis Takdos 

Sarapan laksa dan ragit

Aneka kuliner Palembang, dari pempek, laksa, celimpungan dan aneka kue khas

Bertemu Kawan-Kawan Blogger di Dunkin Donut
Selanjutnya, rombongan kami diantar ke Dunkin Donut Angkatan 45. Di sana mbak Tika akan berbagi ilmu untuk Akber Palembang. Dia duet dengan mas Sutiknyo ‘Lostpacker’. Nah, di Dunkin inilah saya bertemu dengan Yayan @omnduut dan Deddy Huang @Coffeeoriental. Duo blogger beken asal Palembang yang bikin saya nyesel kalau tidak berteman dengan keduanya *lalu ada yang GR :D
 
@Omnduut @Mamaniss @Coffeeoriental @Lostpacker @Yopiefranz

Selain Yayan dan Deddy, ada Mas Yopie Pangkey juga, fotografer sekaligus travel blogger Lampung yang fotonya saya pakai dalam lomba blog #PesonaSriwijaya. Mas Yopie memang sengaja datang ke Palembang untuk menyaksikan GMT. Dia datang bersama mbak Rossie dan lainnya, kawan Mas Yopie sesama fotografer. Mereka bareng naik kereta dari Lampung. Mas Yopie dijemput oleh Yayan di stasiun Kertapati, lalu sama-sama berangkat ketemu kami di Dunkin Donut. Mas Yopie bukan orang baru bagi Lostpacker dan Yayan, mereka sudah saling kenal dan pernah bertemu sebelumnya dalam festival di Lampung. 

Mbak Tika sharing tentang fun blogging

Saya sebetulnya tidak diharuskan mengikuti acara Akber-nya mbak Tika dan Mas Tikno, tapi Mas Jony mengajak kami untuk naik ke lantai 2, melihat sebentar, setelah itu langsung cabut berangkat ke Jaka Baring. Semua berangkat kecuali Maman dan Adis, katanya mereka akan ke hotel Batiqa, istirahat dan mengurus beberapa hal. Kami berangkat berlima saja; Dedy, Yayan, Johny, Mas Yopie, dan saya. Ayo jalan-jalaaan…

Menggelora di Gelora Sriwijaya
Ini pertama kalinya saya berkunjung ke Gelora Sriwijaya. Disambut tugu Jaka Baring dengan desainnya yang unik, cukup membuat saya merasa kagum. Di sinilah stadion terbesar ketiga di Indonesia berada. Stadion bertaraf internasional kebanggaan warga Palembang yang pernah menjadi tuan rumah perhelatan bergengsi Asean Games 2011. Nuansa khas Palembang sebagai identitas budaya melekat pada bangunan stadion di sisi barat dan timur berupa motif songket berwarna kuning keemasan pada dinding berwarna merah.
 
Motif songket terlihat pada dinding stadion

Kami tidak masuk stadion, tapi keliling dari satu venue ke venue lainnya saja. Kawasan sport center Jaka Baring ini luas sekali. Selain Gelora Sriwijaya Stadium, di sini terdapat Dempo sport Hall, Ranau Sport Hall, Athletic Stadium, Aquatic Center, Baseball and Softball Field, Shooting Range, Athlete Lodging, Artificial Lake for outdoor Water Sports, Rowing, Water Ski, dan Golf Course. Tak ketinggalan ada pula wisma atlit yang dulu pernah heboh dibicarakan karena ‘sesuatu’.
 
Di venue ski air

Kepanasan tapi tetap senyum

Tahan panas demi foto :))

Setelah menemukan tempat yang cocok untuk berfoto, kami singgah. Venue ski air jadi saksi betapa siang itu cuaca panas sekali tapi kami tetap melakukan sesi foto-foto dalam tempo sesingkat-singkatnya. Meski kepanasan tapi nggak nyesel deh, sebab langitnya sedang biru banget. Awannya juga putih berseri. Perpaduan yang sempurna. Tinggal Mas Yopie, entah betah entah enggak, sibuk angkat kamera motret kami. Kami? Saya saja kali. Sabar ya mas :D

Masjid Cheng Ho
 
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 saat kami tiba di Masjid Cheng Ho. Sebelum keluar dari mobil, ada yang mengabari Mas Jony via telpon. Rupanya  kami diminta untuk pergi makan siang di RM Pindang Pegagan H. Abdul Halim. 
Nah, karena itulah acara mampir di Masjid Ceng Ho tidak berlangsung lama. Memang perut sudah lapar juga sih. Saya juga sudah kehilangan kosentrasi buat motret. Masjid yang didominasi warna merah itu terlihat seperti makanan saja rasanya. Gawat banget ya bawaan lapar, bisa menyebabkan salah lihat hehe. 

Pintu masuk Masjid Cheng Ho

Mesjid Cheng Ho adalah masjid Muslim Tionghoa yang berlokasi di Jakabaring Palembang. Masjid ini sebenarnya bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang. Desain dan arsitekturnya yang khas merupakan perpaduan unsur Cina, Melayu, dan Nusantara. Nama masjid diambil dari nama Laksamana Cheng Ho yang tak bisa dipisahkan dari Palembang karena sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Ho sempat tiga kali datang ke Palembang. Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
 
Unsur Cina melekat pada desain arsitektur masjid

Tahan nafas ya Omnduut

Usai foto-foto dari luar masjid kami segera meninggalkan lokasi. Tidak jadi ambil foto dari dalam. Saat itu situasi juga tidak memungkinkan, masjid sedang ramai oleh jamaah salat Dzuhur. Ya sudah lain kali kalau ke Palembang mampir lagi.

Pindang Pegagan H.Abdul Halim Aduhai Lezatnya
Di sini kami bertemu lagi dengan mbak Tika dan mas Tikno. Asyik jadi makan siang bareng. Awalnya kami duduk di balkon lantai dua yang menghadap ke jalan. Karena panas, akhirnya pindah ke dalam. Lumayan ada kipas angin, jadi nggak keringatan. Sebelum hidangan pokok keluar, ada suguhan ikan seluang goreng. Wiiih gurih banget ikannya. Tanpa harus pakai nasi, itu ikan langsung saja digado dijadikan cemilan. Nggak pakai lama ikannya langsung habis tak bersisa karena jadi rebutan. Enaaaak…

Ikan Seluang goreng

Ada bermacam pindang yang tersedia di sini, di antaranya pindang patin badan, pindang kerang, pindang tulang, dan pindang baung salai. Saya pesan pindang baung salai karena saya anggap nggak biasa. Meski disalai, tekstur ikannya tetap lembut. Rasa kuahnya cenderung asam dengan rasa terasi yang menonjol. Jangan tanya gimana semangatnya saya menikmati kuliner maknyus satu ini. Apalagi ada pepes tempoyak ikan dan sambal segala. Terlena banget rasanya kalau ketemu kuliner khas seperti ini. Bikin lupa sekeliling haha. 

Pindang baung salai, Pindang Patin, Pepes Tempoyak Ikan, Sambal terasi...Maknyuuuus semuanyaaa :))

 
Makan enak sampai kenyang! :D

Sayangnya nih, meski saya sudah kelaparan akut, plus tergila-gila banget sama pindang, tetap saja pindang satu mangkok itu tidak habis huhu. Emang dasar punya perut kecil, kapasitasnya pun sedikit. Untunglah di hadapan saya ada yang porsi makannya besar. Jadilah dia yang menyantap sisanya. No mention yak…wakakak

Senja di Benteng Kuto Besak
Selasa siang rombongan blogger dari Malaysia dan Singapura sudah tiba. Saya bergabung bersama mereka untuk mengikuti kegiatan sore di Benteng Kuto Besak (BKB). Setelah istirahat selama 2 jam di Hotel Batiqa, saya merasa lebih segar dan bersemangat. Walau ternyata saat berada di BKB itu kami tidak melakukan apa-apa selain berbaur bersama warga yang tengah asik menikmati suasana. Penjual mainan dan jajanan berseliweran. Anak-anak gembira berlarian. Kami rame-rame berfoto membuat kenangan. 

Awan hitam tebal di atas Sungai Musi

Suasana di lapangan BKB sore itu

Awan hitam tergantung tebal di atas Jembatan Ampera. Seperti hendak jatuh menumpahkan isinya. Rasanya tak lama lagi akan turun hujan. Kapal motor dan perahu hilir mudik di atas sungai Musi. Rumah-rumah di seberang sungai terdiam dalam pelukan petang. Sebentar lagi magrib. Saya agak gelisah. Entahlah, saya tak dapat menikmati apa-apa di sini. Untunglah kami segera digiring ke Kuto Besak Theater Restaurant untuk makan malam. Lain kali saat BKB tak dipadati warga mungkin akan terasa romantis suasana senja di tepian Musi ini ya… 

Suatu sore di tepi Sungai Musi

Makan Malam di Restaurant Bergaya Eropa
Kuto Besak Theater Restaurant (KBTR) berlokasi di Jalan Sekanak No.26 Palembang. Tepatnya berada di belakang kantor Walikota Palembang. Cukup dekat dari Benteng Kuto Besak dan Jembatan Ampera. Resto bernuansa klasik modern ini menempati sebuah gedung kuno yang dibangun sekitar tahun 1959. Dulunya, bangunan resto merupakan gedung bekas kantor Polisi Pamong Praja.
 
Arsitektur gaya jadul

Klasik dan modern

Sebetulnya banyak yang ingin saya ketahui tentang sejarah KBTR. Sayangnya, saya lebih kosentrasi menyantap makanan ketimbang mencari seseorang untuk dimintai keterangan. Lapar mempengaruhi kosentrasi ya hehe.. Meski begitu, saya tetap bisa makan sambil memperhatikan detail isi ruangan restoran. Tak banyak pernak-pernik antik seperti yang saya bayangkan pada awalnya. Kesan klasik hanya melekat pada desain ruang saja. 

Seperti namanya, resto ini memiliki panggung untuk pementasan. Saya dengar, ada live band tiap hari Kamis dan Sabtu. Saya membayangkan acara dansa di ruangannya yang besar itu. Dansa ala tuan dan nyonya Belanda, memakai gaun lebar dan panjang, ditemani pasangan yang mengenakan setelan jas rapi. Mari melintasi jaman….

@cumilebay  +Pojiegraphy Journal 

Makan malamku di KBTR
Untuk menu, resto ini menyajikan makanan Western dan makanan Palembang. Tapi malam itu saya tak menemukan makanan Palembang dalam menu prasmanan. Tapi tenang, kedatangan Mbak Rossie (temannya Mas Yopie) ke KBTR malam itu seperti bintang jatuh, membuat keinginan saya menyantap kuliner Palembang jadi tercapai. Di KBTR? Tentu bukan. Tempatnya di Toko Harum. Nah, malam itu usai dinner bareng blogger, saya dan Mas Yopie berpisah dari rombongan, lalu bareng-bareng dengan mbak Rossie dan temannya berjalan kaki menuju Toko Harum yang terletak di Jalan Merdeka No. 811.

Kulineran di Toko Harum, Ketan Durennya Nendang Banget!
Mbak Rossie ingin sekali mendatangi suatu tempat yang asik buat nongkrong  santai sambil menyeruput kopi lokal. Informasi kafe yang diberikan oleh mbak Elly cukup banyak, tapi ide dari Mas Rangga-lah yang akhirnya mengantarkan kami ke Toko Harum.  

Nggak nyesal datang kemari

Memilih berpisah dari rombongan blogger menjadi pilihan yang tidak pernah saya sesali malam itu. Meski harus berjalan kaki dari KBTR, menyusuri jalanan di belakang Kantor Wali Kota yang  ramai, sedikit becek, bahkan gerimis sempat turun, tapi akhirnya kelelahan itu terbayar lunas sesampainya di Toko Harum.

Toko Harum adalah kedai bernuansa kafe yang bikin siapa saja merasa nyaman untuk duduk sambil menikmati kudapan khas. Rasanya, inilah tempat yang paling cocok untuk didatangi malam itu. Kue-kue tradisional tersusun dalam lemari kaca yang menempel di dinding. Sudah tak banyak lagi jumlahnya, mungkin sisa penjualan hari itu. Mbak Rossie memesan ketan duren dan sepotong kue. Tapi ketan duren itu hanya dicicip dengan satu kali sendok. Sisanya kami yang disuruh habiskan. Dan ternyata sodara-sodara…..makanan satu ini cetar banget rasanya. Enaaaaak! Tanya Mas Yopie deh kalo nggak percaya :D
 
Ini ketan duren yang super enak itu :D

Enaknya kebangetan kata Mas Yopie :D

Kedai kudapan khas Palembang ini menyediakan Pempek Tabok, Celimpungan, Ragit, Laksa, dan aneka kue khas seperti Kue 8 Jam, Lapis Kojo, Maksuba, Lapis Palembang, Engkak Ketan, Kue Senting, Kue Suri, Kue Kojo, Manan Sahmin, Bluder, Engkak Medok, Dadar Jiwo, dan Srikayo.

Bobok Cantik di Hotel Batiqa :D
Usai kulineran di Toko Harum kami kembali ke hotel. Saat sedang mencari angkutan umum, eh ada mbak Elly lewat. Kami pun diajak naik ke mobilnya, lalu diantar ke Hotel Batiqa. Untung hotelnya dekat, jadi cepat sampai. Ngantuk dan kekenyangan bikin saya ingin langsung tidur. Tidur cantik setelah jalan-jalan seharian :D
 
tidur dulu abis jalan-jalan seharian he he

Batiqa Hotel Palembang terletak di Jl. Kapt. A. Rivai No.219. Lokasinya mudah dijangkau karena berada di pusat kota. Semua blogger undangan disbudpar menginap di Hotel Batiqa, baik blogger Indonesia, Malaysia, maupun Singapura.  Senang bisa merasakan bermalam di Hotel Batiqa, walau hanya satu malam tapi saya merasa nyaman dan bisa tidur dengan nyenyak.  


Fasilitas di kamar

Jam 4 pagi sudah kumpul di lobi Hotel Batiqa siap-siap berangkat ke Jembatan Ampera *photo +Cumilebay MazToro *

Melihat Songket di Tangga Buntung
Rabu pagi tanggal 09 Maret 2015 adalah momen yang paling ditunggu-tunggu, yaitu Gerhana Matahari Total di Jembatan Ampera. Pengalaman menyaksikan peristiwa langka ini nantinya akan saya tuliskan dalam artikel lain. Seusai GMT, rombongan blogger dibawa kembali ke hotel untuk persiapan check-out. Selanjutnya, berangkat keluar kota untuk memulai kegiatan Fam Trip.

Karena waktu sebelum check-out masih panjang, saya dan Mas Yopie memutuskan untuk jalan-jalan ke Tangga Buntung untuk melihat rumah songket. Kami hanya mendatangi satu rumah songket milik Hj. Nana. Lihat-lihat sebentar dan tanya-tanya. Setelah itu lanjut jalan kaki untuk melihat rumah-rumah panggung yang katanya mudah dijumpai di sekitar Tangga Buntung. Setelah disusuri ternyata nggak mudah dijumpai he he

Songket lepus merupakan jenis songket dengan kualitas tertinggi dan termahal. Harga per kain berkisar dari 9 juta hingga 10 juta. Proses pembuatan kain sekitar 1-2 bulan.

Busana dari kain songket

Makan Siang di Kedai 3 Nyonya
Di resto inilah kebersamaan saya dengan teman-teman blogger berakhir. Saya yang hanya diundang untuk menyaksikan GMT harus berpisah dengan rombongan Fam Trip yang akan meneruskan perjalanan untuk berwisata keliling Sumsel selama satu pekan.   

Material kayu pada dinding ruangan, desain interior unik, furniture antik, dan perabotan jadul

Kedai 3 Nyonya merupakan restoran yang tergolong wah. Material kayu pada bangunannya, serta desain interior restorannya, membuat restoran tampil berkelas. Konsepnya unik dan sangat menarik. Menu makanan khas Palembangnya pun beragam dengan cita rasa yang patut diacungi jempol. Makan di sini memberi pengalaman baru dalam khazanah kuliner saya di Palembang.
  
Mari makan...

Kebersamaan ditutup dengan foto bareng di tangga resto bagian luar. Saat bus yang membawa rombongan blogger meninggalkan resto, saya kembali ke dalam. Bersantai bersama Mas Yopie dan Mbak Rossie menikmati sisa waktu sebelum saya kembali ke Jakarta. Mobil dan supir yang akan mengantar saya ke bandara sudah disiapkan. Dan sore itu, Lion Air membawa saya terbang tepat waktu sesuai jadwal. Tak sangka semua lancar dan tanpa kendala.

Perjalanan berkesan ini terasa sangat singkat. Tapi saya yakin kenangannya akan sangat lama bersemayam dalam ingatan saya.

Terima kasih Disbudpar Palembang!
 
Selamat menikmati Pesona Sriwijaya




*Foto oleh Katerina dan Yopie Pangkey
*Video GMT 2016 Jembatan Ampera Palembang dapat dilihat di sini : GMT 2016 Palembang
*Video Toko Harum dapat dilihat di sini : Kedai Kudapan Khas Palembang
*Catatan saya tentang GMT tgl. 9/3/2016 di Jembatan Ampera akan saya tulis pada postingan berikutnya.

Rasa yang Tertinggal di Tegal

$
0
0
wisata tegal
Pantai Purwahamba Indah Tegal
Sumber foto : www.wisatategal.com

Tegal selain terkenal dengan warung Tegal-nya yang terdapat hampir di setiap kota dan setiap daerah ternyata memiliki keindahan pesona wisata yang nampaknya bakal membuat kamu memiliki rasa yang tertinggal ketika berkunjung ke sana. 

Terletak di jalur Pantai Utara atau yang dikenal dengan Pantura, Tegal adalah salah satu wilayah otonom di Provinsi Jawa Tengah. Tegal pernah menjadi cikal bakal berdirinya korps mariner seperti tercatat dalam pangkalan IV ALRI Tegal dengan nama Corps Mariniers pada 15 november 1945.

Usut punya usut penggunaan nama Tegal mengacu kepada istilah Tegalan, Tetegil (lading), atau nama sebuah desa yang pada mulanya adalah merupakan bagian dari Kabupaten Pemalang yang setia kepada trah Kerajaan Pajang. 

Penasaran pesona wisata apa saja yang tersimpan di Tegal? Berikut daftarnya dan bisa kamu jadikan referensi untuk berlibur bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Kalau kamu dari luar kota, kamu bisa pesan hotel di traveloka dan menikmati berbagai tempat wisata di Tegal ini.


[Sudah baca ini belum?  Pesona Gili Nanggu dan Gili Sudak di Lombok Barat]
 

1.  Pemandian Air Panas Guci Tegal
Ini adalah salah satu tempat wisata favorit di Tegal, tempat Pemandian Air Panas Guci. Setiap akhir pekan dan hari libur nasional pasti ramai dikunjungi wisatawan. Tak heran jika kendaraan kamu sudah harus antri di pintu masuk Pemandian Air panas Guci. Letaknya di alan objek wisata Guci Sigedong Bumijawa Tegal. Tempat ini cukup unik karena suhu air berbeda-beda tergantung dari tingkatannya di mana ada 25 tingkatan. Sumber airnya berasal dari kaki Gunung Selamet. Belerang di sini dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit, namun jika ada yang memiliki riwayat penyakit jantung harap tidak berlama-lama saat mandi di Pemandian Air Panas Guci.

Untuk menempuh perjalanan ke pemandian air panas Guci Tegal, kamu harus menempuh jarak 30 KM dari Kota Tegal dan 40 KM dari Slawi. Di sepanjang perjalanan kamu akan dimanjakan dengan pemandangan yang cukup indah dan asri dan medan yang cukup terjal.

Di pemandian air panas Guci Tegal terdapat wahana berupa pemandian terbuka dan pemandian tertutup serta kolam renang dan juga penyewaan kuda.   

wisata tegal traveloka
Sumber foto : http://www.beritadaerah.co.id

2. Tirta Waduk Cacaban Tegal
Waduk Cacaban Tegal merupakan salah satu wisata alam yang terdapat di Tegal. Suasana yang damai dan panorama yang menyejukkan mata memberi kesan rasa yang tertinggal bagi wisatawan yang mengunjunginya. Waduk ini sendiri dibangun pada tahun 1952 oleh Soekarno. 

Di waduk ini terdapat berbagai macam permainan seperti bumi perkemahan, tempat bermain anak, panggung hiburan, warung apung, kapal wisata, dan lain-lain. Rasanya tak lengkap jika  kamu berkunjung ke Tegal tak mampir ke tempat wisata yang satu ini.

3. Pantai Wisata Purwahamba Indah Tegal
Tempat wisata alam di Tegal selanjutnya adalah Pantai Purwahamba Indah. Meskipun pantai ini tidak memiliki pasir yang putih tapi pemandangan di pantai ini boleh diadu dengan pantai lainnya. Lokasi pantai ini berada di Desa Purwahamba Kecamatan Surada atau sekitar 14 KM dari Kota Tegal. 

Unik nya dipantai ini kamu bukan hanya dapat menikmati liburan di pantai , tapi tersedia wahana lainnya seperti koolam renang, waterboom, sepeda air, kereta mini, gazebo café, kebun binatang mini, area bermain anak dan masih banyak lagi.

[Baca ini juga yuk: Hal-Hal Menarik yang Terdapat di Pulau Maratua]

4. Curug Putri Tegal
Belum habis pesona wisata alam di Tegal, kali ini Wisata Alam Curug Putri Tegal akan membuatmu memiliki rasa yang tertinggal dengan kota yang terkenal dengan bahasa ngapaknya. Keindahan alam dan kesejukan air di curug ini membuat wisatawan ingin kembali mengunjungi. Curug ini hanya memiliki ketinggian 25 Meter. Lokasi curug terdapat di perbatasan dua kabupaten yaitu Tegal dan Brebes.

5. Bukit Cepu Tegal
Wisata alam yang terkenal selanjutnya di tegal adalah Bukit Cepu Bukit cepu menjadi terkenal setelah presiden SBY mengunjungi tempat ini. Letaknya berada di Dusun Krajan Desa Batumirah, Kecamatan Bumiwijaya, Kabupaten Tegal atau sekitar 24 KM ke selatan dari pusat Kabupaten Tegal.

Untuk menuju lokasi wisata ini kamu harus naik anak tangga berjumlah 950 buah. Setelah kita sampai di puncak, rasa lelah akan sirna seketika setelah kita melihat pemandangan yang luar biasa dari udara yang sejuk. Jika kamu membutuhkan ketenangan, tempat ini sangat cocok dan terlebih bagi yang mempunyai hobi fotografi, banyak objek yang dapat kamu abadikan dengan lensa kameramu dan yang pasti recommended!   

Sumber Foto : http://www.kompas.com

6.  Taman Rakyat Slawi Ayu Tegal
Untuk urusan kuliner, tenang, Tegal tak ketinggalan dengan wisata kulinernya . Wahana Taman Rakyat Slawi Ayu Tegal adalah tempat wisata kuliner di Tegal yang wajib di kunjungi. Tempat yang baru dibuka tahun 2013 lalu menjadi tempat para wisatawan mencicipi kuliner khas Tegal seperti soto tegal, tahu aci, rujak teplak, tahu pletok, dan lain-lain. Lokasi Taman Rakyat Slawi Ayu Tegal terdapat di depan terminal bus Slawi sehingga sangat mudah untuk di jangkau. Di tempat ini juga menjadi tempat interaksi masyarakat kabupaten Tegal dalam berbagai aktifitas seperti aktifitas social, pentas seni, olahraga, dan sebagainya.

7.  Wisata Budaya Konsorsium Rumah Wayang Tegal
Untuk wisata budaya, Tegal juga menyimpan pesonanya di Wisata Budaya Konsorsium Rumah Wayang Tegal. Lokasinya terdapat di dekat Jembatan Lemah Duwur Talang. Rumah wayang yang berukuran 4x4 M ini menyimpan ribuan wayang baik gaya tradisi maupun kontemporer, mulai wayang kulit, wayang golek, wayang santri, wayang bambu, wayang kreasi. Ada juga aksesories seperti jenis-jenis keris, topeng, batik tegalan, lukisan dunia pewayangan, senjata khas, foto-foto ki enthuse, gamelan dan masih banyak koleksi budaya lainnya.

Nah, itu dia beberapa tempat wisata di Tegal yang bakal membuatmu menyimpan rasa yang tertinggal di daerah ini. Tunggu apa lagi, segera jadwalkan bersama keluarga dan orang-orang tercinta untuk berwisata ke Tegal. Untuk kamu yang ingin bermalam dan menginap di Tegal, untuk info lengkap dan hotel murah di tegal silahkan klik di sini.

5 Lagu Barat Terpopuler Romantis Sepanjang Masa

$
0
0


Seiring dengan perkembangan zaman, industri musik memang banyak mengalami perubahan. Begitu banyak musisi-musisi baru yang lahir ke dunia dan memberikan sentuhan seni yang berbeda. Hal ini juga setara dengan minat konsumen terhadap sebuah karya yang selalu berubah. Beberapa orang mungkin menyukai musik-musik baru, namun juga tak menampik bahwa banyak lagu lama hingga saat ini masih saja dikenal.

Diantaranya memang yang berasal dari barat, sebagai negara yang menggunakan bahasa Inggris bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang membuat perbesaran musiknya juga menjadi yang paling cepat. 


Ingin tahu lagu barat terpopuler sepanjang masa?

Sesuai dengan genre romantis yang diusung berikut ini beberapa jenis lagu yang masih dikenal hingga saat ini, yaitu:
 
  1. Endless Love, Diana Rose and Lionel Richie, lagu yang dibawakan pada tahun 1981 ini memang cukup membuat siapa saja yang mendengarkan akan merinding dengan perpaduan 2 suara penyanyi ini, tak hanya itu liriknya memang sangat menyentuh.
  2. I’ll Make Love to You oleh Boys ll Men, diperkenalkan di tahun 1994, hingga sekarang masih banyak peminatnya dan tak jarang masih dijadikan sebagai pengiring sebuah film.
  3. Fow Deep Your Love, Bee Gees, lirik dengan vocal yang lembut membuatnya enak untuk didengarkan bahkan mungkin diantara Anda akan benar-benar melting dibuatnya.
  4. I’ll Always Love You, Whitney Houston, lagu yang satu ini pernah menduduki tangga lagu pertama hingga 14 minggu berturut-turut, tak menampik bahwa lagi yang diperkenalkan tahun 1992 ini memang mampu membuat siapa saja merinding dengan suara yang merdu dan nada-nada tinggi yang dimainkan.
  5. Silly Love Song, Wings, meskipun cerita dari lirik yang diangkat seputar hal-hal bodoh namun tak menampik bahwa lagu ini memiliki perpaduan yang bagus dengan suara penyanyi.

Itulah 5 lagu terpopuler dengan lagu barat genre romantis sepanjang masa, tak hanya sekarang bagi kamu yang penikmat musik pasti akan selalu merasakannya hingga nanti.

Pengalaman Menginap di Clove Garden Hotel & Residence Bandung

$
0
0

Clove Garden Hotel & Residence menawarkan suasana berlibur setiap hari. Terletak di dataran tinggi Bandung, hotel bintang empat ini menyuguhkan pemandangan Kota Bandung dari ketinggian, barisan punggung perbukitan, matahari terbenam, matahari terbit, hutan alam yang asri, serta udara sejuk setiap saat. Keunggulan inilah yang menjadi daya tarik hotel sehingga membuat keluarga kami ingin berkunjung untuk menikmati akhir pekan pada tanggal 8 – 10 April lalu.
 

Melaju santai di jalan Tol Purbaleunyi 

Bandung sebenarnya bukan daerah yang asing bagi saya karena kota ini sudah sering jadi tujuan keluarga kami untuk berlibur. Empat tahun terakhir, berturut-turut kota ini kami sambangi. Ada banyak pilihan tempat wisata yang bisa dikunjungi di Bandung, juga pilihan penginapan yang bisa kami tempati. Namun, tatkala hendak menyambangi daerah Awiligar, tempat di mana Clove Garden berada, di sana barulah saya merasa gagap lokasi. Dimanakah Clove Garden Hotel dan Residence sebenarnya berada dan bagaimana cara mencapainya?  Berkat bantuan Mas Yudha (marcomm Clove Garden), akhirnya saya mendapat petunjuk mengenai arah dari Jakarta menuju Awiligar Bandung.
 

Setelah 4 jam perjalanan sampai juga di Bandung

Kami berangkat Jumat pagi (8/4/2016) dengan membawa kendaraan pribadi. Perjalanan memakan waktu sekitar empat setengah jam, lebih disebabkan kemacetan di beberapa gerbang tol yang kami lewati dari BSD hingga Bekasi. Ditambah waktu istirahat untuk makan siang dan suami salat Jumat di Masjid At-Taubah  Rest Area KM 57 tol Jakarta-Cikampek. Sekitar satu setengah jam kami di sini. Karena itu perjalanan ke Bandung jadi lama.
 

Kota Bandung seusai diguyur hujan lebat
Pukul 13.30 kami sudah di Bandung. Setelah keluar dari tol Pasteur, kami ambil arah ke jalan layang Pasupati. Dari sana lurus terus sampai ke jalan Surapati. Setelah Kantor Imigrasi Klas 1 Bandung ada perempatan, kami belok kiri ambil jalan ke arah Taman Makam Pahlawan. Dari sana jalan lurus sampai mentok, lalu belok kiri. Sekitar 1 km kemudian ada Alfamart di sebelah kanan, di sebelahnya ada jalan belok kanan, namanya Jalan Cukangkawung. Kami masuk ke jalan tersebut, lalu melaju ke arah atas (menanjak) sampai ke Awiligar. Nah, Hotel Clove ada di Jalan Awiligar Raya 1 No. 2. Hotelnya ada di sebelah kiri jalan, di atas bukit. Mudah dicapai kok. Jalannya juga tidak rusak. Ada yang bilang jalannya parah. Mungkin yang dimaksud jika datang dari arah Dago Pakar. Di sana memang kurang bagus jalannya.
 

Sampai juga di Awiligar...

Kunjungan Perdana di Clove Garden
Kesan pertama saya sudah muncul sejak menjalin komunikasi via email dengan Pak Sanov (Direktur MarketingClove Garden Hotel & Residence) sekitar seminggu sebelum kunjungan. Tanggapan beliau cepat dan responsif, termasuk menanyakan jumlah anggota keluarga yang dibawa, smooking room atau tidak, akan kulineran di luar hotel/tidak. Personal touch seperti ini yang bernilai di mata saya sebagai tamu hotel.

Kedatangan saya di lobi hotel disambut dengan ramah dan dilayani resepsionis dengan tangkas. Kejutannya, kami juga disambut oleh Pak Andi R. (General Manager Clove Garden). Lobi hotel bernuansa futuristik dengan aksen abu-abu pada sofa dan keramik lantai. Terdapat empat kursi logam warna hitam di depan meja resepsionis sehingga tamu bisa duduk selama menunggu proses check-in maupun check-out. Di tengah lobi terdapat tiang kayu dengan desainnya yang unik, menjulang hingga menyentuh plafon. Tiang ini dikelilingi oleh sofa untuk tamu. Bersandar pada dinding lobi, terdapat meja kayu yang diatasnya dipenuhi snack tradisional berupa aneka keripik pisang dan singkong yang dapat dibeli jika suka. Unik!
 

tamu sedang check-in


bangku-bangku di lobi


pojok snack di lobi


menjulang di tengah lobi :D

Di sebelah lobi terdapat restoran yang menempati area antara dua tower hotel sehingga sangat terbuka dan dapat terlihat dari lantai delapan. Di bagian luar lobi utama terdapat lobi transit. Di sini terdapat Coffee Shop Eugene The Goat. Tampak cozy dan asri dengan banyaknya aksen tanaman hias dan hydroponic di sisi luar yang menghadap barat. Duduk di kafe ini bisa sambil menikmati pemandangan lembah. Kafe Eugene masih di bawah manajemen yang sama dengan Clove Garden Hotel & Residence yaitu Willson Hospitality.
 

Executive Suite

Room Experience:Executive Suite ( 2 Room w/ Private Jaccuzi)
Kami sekeluarga tinggal di kamar tipe Executive Suite yang terletak di lantai satu. Hotel ini berada di perbukitan, karena itulah bangunannya menyesuaikan kondisi tanah. Jika letak lobi ada di lantai 2, maka kamar kami turun satu lantai (di lereng bukit). 

Saat kamar dibuka, saya mendapat kejutan. Ternyata Executive Suite serupa apartemen, punya dua kamar di dalamnya. Satu kamar dengan kamar mandi di dalam, satu kamar dengan kamar mandi di luar. Selain dua buah kamar, tersedia juga ruang duduk keluarga yang nyaman. Tak ketinggalan dapur kering yang dilengkapi dengan peralatan makan, microwave, wastafel, kulkas dan pemasak air untuk membuat minuman. 


Executive suite mempunyai 2 buah kamar, dapur, dan ruang duduk

Jendela di salah satu kamar menghadap ke taman dan lembah

Ada satu kejutan lagi yang lebih istimewa hadir dari Executive Suite yaitu Private Jacuzzi!

Ya, inilah fasilitas yang hanya dimiliki oleh kamar tipe paling top di hotel ini. Sebuah jacuzzi modern dengan tombol sentuh yang dapat digunakan untuk memilih musik yang ingin di dengar saat berendam, pengatur suhu air, pengatur lampu yang dapat menimbulkan efek air berwarna-warni di dalam jacuzzi. 

Handuk berbagai ukuran, sabun, samphoo, hingga lotion pun sudah disediakan di ruang jacuzzi. Yang tak kalah menarik, dari jendela kacanya yang transparan, kita bisa berendam sambil menikmati pemandangan taman dan lembah yang ada di luar jendela. Tidak usah khawatir ada yang melihat karena di luar kamar itu tidak ada pemukiman atau pun akses untuk orang lain lalu lalang sambil melihat ke dalam. Tapi jika masih khawatir, tinggal turunkan saja krei sampai jendela kaca tertutup rapat dan tak terlihat dari luar.
Private Jacuzzi
Jacuzzi dengan desain futuristik

Udara dalam kamar 87sqm ini terasa bersih dan segar. Masing-masing ranjang di kedua kamarnya amat empuk dengan enam bantal ukuran berbeda (dua yang lebih kecil bisa dijadikan guling). Komplimen yang saya terima di dalam kamar mencakup buah-buahan dan minuman jus buah jambu. Segar dan sehat!

Sebagai blogger yang aktif bersosial media dan tentunya memegang banyak gadget (ponsel/tablet/laptop/kamera DSLR/power bank) tentu yang selanjutnya saya cari adalah Power outlet. Jumlahnya banyak! Total ada empat di dalam tiap kamar. Dua kamar berarti ada delapan. Plus satu di kamar mandi dan dua di dapur.

Wifi connection. FAST & FREE! Saya bahagia bisa cek blog sambil update status di semua akun sosmed. Suami pun gembira bisa terus online memantau pekerjaannya di kantor.

Saat masuk kamar disambut buah-buahan dan minuman buah segar ini

Kelengkapan lainnya:
Pendingin udara. AC ada di ruang duduk dan ada di tiap kamar. Masing-masing dengan tombol pengatur layar sentuh yang terpasang permanent di dinding. Bisa dihidupkan, dimatikan ataupun diatur sendiri suhunya (tidak sentral). Total ada 3 AC.
Plasma TV. Ukuran 32 inci dengan puluhan channel. Terdapat di tiap kamar. Total ada 2 TV dalam kamar Executive Suite ini.
Mini hot water dispenser. Ada pilihan kopi, teh, krimer, gula pasir, brown sugar, hingga pemanis rendah kalori. Lengkap! Bahkan kemasannya terlihat indah dengan logo Clove Garden.
Air mineral. Ada 4 botol sekaligus, kemasannya pun khusus dibuat untuk Clove Garden.
 




Selain itu ada pula meja yang terletak di antara dapur dan ruang duduk yang dapat berfungsi sebagai meja makan. Meja inilah yang kami gunakan untuk makan makanan yang kami pesan dari room service.

Di tiap kamar ada meja kerja yang nyaman dan terang. Sebuah lemari terbuka (tanpa pintu) di dekat pintu kamar mandi mencakup beberapa buah hanger di dalamnya. Sebuah kimono mandi tergantung di dalamnya. Safe deposit box pun terselip di sana.




Rak baju model terbuka & meja kerja yang nyaman


Saya senang sekali melihat slipper tersedia dua pasang. Slipper ini mesti 'dirakit' dulu agar bisa digunakan. Bentuknya masih rata, belum seperti slipper pada umumnya. Ada bagian mesti ditarik dan dikaitkan, setelah itu baru jadi dan bisa dipakai. Bentuknya mirip sandal jepit :D

Bagaimana halnya dengan kamar mandi? Terdapat wastafel berukuran agak kecil (but that’s not a problem at all), toiletries lengkap dimana sabun dan shampoo-nya bisa saya gunakan (saya termasuk selektif untuk urusan ini), kloset duduk, dan shower dengan keran air panas & dingin yang berfungsi baik. Handuk yang tersedia cukup lembut dan harum.




Dine Experience
Selama 3 hari 2 malam menginap di Clove Garden Hotel & Residence kami sekeluarga tidak keluar hotel sama sekali. Tidak kulineran di luar hotel, tapi tidak pula makan di Verbana Restaurant yang ada di hotel. Kami kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan bersantai di kamar, untuk urusan makan kami lakukan dengan memesan makanan melalui room service. 

Di kamar ada daftar menu, berisi daftar menu makanan yang cocok di lidah kami orang dewasa dan juga untuk anak. Mulai dari pasta, burger, sandwich, ayam goreng, hingga aneka olahan pisang yang digoreng dengan bermacam topping. Untuk menu tradisional tersedia sop buntut, iga bakar, soto, nasi goreng, nasi bakar, ayam bakar, mi kuah/goreng, sop ayam, gado-gado, hingga tom yam. Semua menu kami coba di beberapa waktu, baik saat makan malam maupun makan siang. Alhamdulillah tak ada yang mengecewakan. Porsi maupun cita rasa cukup memuaskan. Sesuai dengan harapan lidah dan perut he he. Harga mulai dari Rp 17 ribu hingga Rp 77 ribu belum termasuk tax & service 21%. 


Room service

Nasi Goreng Awiligar dan Ayam Bakar

Sop buntut kuah, soto betawi, club sandwich

Tomyam, Mie Kuah, Fish n Chip, Pisang Goreng, Jus Jambu.

Breakfast Ala Buffet

Saya gembira karena Verbana Restaurant menyediakan infused water dan minuman tradisional jamu, sesuatu yang jarang saya temui di hotel sejenis. Selain itu tentu ada minuman lain seperti air putih, teh, kopi, sari buah, hingga susu. Hidangan pun beragam, mulai salad, aneka pastry, nasi goreng, mie goreng, dll. Menu sarapan kesukaan saya: salad buah & sayur, bubur ayam, dan omeletnya yang disajikan fresh. Untuk minumannya, jamu kunyit beras kencur paling favorit. Tiap sarapan, saya pasti minum ini. 

Sarapan di Verbana Restaurant

Minuman buah + sayur pesananku sedang dibuat :D

Sarapan Bubur ayam + Omelet + Minuman Jamu

Minuman kesukaan lainnya adalah jus sawi+wortel+lemon tanpa gula. Untuk mendapatkan minuman ini saya mesti datang ke pojok minuman. Saya pesan, langsung dibuatkan, tunggu sebentar, minuman jadi, baru saya bawa ke meja. Waktu sarapan mulai dari pukul 7 – 10 WIB. Di hari ketiga, saya agak telat sarapan karena lama menunggu anak berenang. Jam 9 saya dihubungi, ditanya apakah saya sudah sarapan. Hal kecil seperti ini berarti bagi saya, karena ada perhatian yang ditunjukkan kepada saya sebagai tamu.  

Pojok Jamu - Hotel memberdayakan masyarakat sekitar hotel

Jamu favorit: Beras kencur + kunyit :D

Minuman sehat di pagi hari: Jus sawi+wortel+lemon kesukaan suami& Jus wortel+susu kesukaan anak

Fasilitas
Coffee Shop Eugene The Goat. Kafe ini terletak di lobi transit. Tempatnya asik buat nongkrong. Konsepnya kafe tanpa sekat. Punya view ke lembah dan perbukitan di seberang. Untuk ngobrol, bersantai, atau bertemu kawan enak di sini. Udara di sini sangat sejuk. Apalagi ada kebun hydroponic di pojoknya, bikin segar mata. Seusai sarapan, saya dan keluarga biasanya duduk-duduk di sini. Mulai dari sekedar menikmati suasana, sampai bercengkrama dan foto-foto gembira. 


Coffee Shop Eugene The Goat

outdoor
Pojok favoritku

Setiap tamu punya akses menggunakan fasilitas hotel, seperti gym center & swimming pool. Bagi penggemar fotografi, boleh naik ke rooftop di kedua tower hotel, baik sky garden maupun sky lounge. Dari kedua tempat ini bisa memotret pemandangan kota Bandung, hutan alam yang di baliknya ada Pindad, serta pegunungan dan perbukitan.

Tersedia 2 meeting room di lantai 2 untuk 300 pax. Letaknya di tower pertama dekat lobi, satunya lagi di tower kedua yang berada di sisi atas kolam renang.
 

Kolam renang anak (air hangat) & kolam renang dewasa

Jogging track dan tempat yoga
Ballroom *foto Clove Garden Hotel & Residence

Tipe kamar terdiri dari 97 unit tipe Deluxe (21sqm), 4 unit Studio Deluxe (28sqm), 9 unit Deluxe Suite (32sqm), 32 unit Junior Suite (43sqm), dan 4 unit Executive Suite (43sqm). Harga mulai dari Rp 480 ribu – Rp 1.980.000 untuk weekdays, dan Rp 550 ribu – Rp 2.280.000 untuk weekend.

Bagi yang ingin menggelar pesta pernikahan, Clove Garden Hotel & Residence menawarkan dua paket menarik senilai Rp 46 juta net dan Rp 59 juta net untuk minimum 300 person of buffet order. Paket Green Forest Rp75.900.000, dan paket GH Universal Rp 79.500.000,- Di hotel terdapat sebuah tempat yang disebut Gua Cinta dan Jembatan Cinta. Ini adalah tempat yang bisa dipakai untuk acara wedding. Sewaktu saya lihat penampakannya biasa, tapi kalau sudah disulap untuk acara pesta, akan terlihat luar biasa. Di depannya ada taman, biasanya dijadikan untuk acara pesta dengan konsep garden party. Yang menarik, ada hidrolik untuk menurunkan pengantin wanita dari lantai atas ke lantai bawah (gua cinta). Dari tempat turunnya hidrolik, pengantin akan berjalan melewati jembatan cinta, sementara pengantin prianya menunggu di ujung jembatan. Begitu settingannya. So sweet ya! 


Gua cinta dan Jembatan cinta

Taman di bawah itu bisa digunakan untuk acara tim atau pun garden party (ultah/wedding)

Kuliner dan Wisata di sekitar Clove Garden
Hotel berlokasi tidak jauh dari Dago Pakar yang memiliki banyak pilihan tempat kuliner seperti Warung Lela, Warung Nasi Inul dll.
Factory Outlet Rafles City, Blossom dll
Mountain View Golf CLub – 1.7 KM
Taman Hutan Raya – 6.3 KM
Saung Angklung Udjo – 5,9 KM
Dago Shopping Area (FO) – 6 KM
Cihampelas Shopping Area – 7,1 KM
Gedung Sate – 5 KM
Trans Studio Bandung – 9,6 KM
ITB / Sasana Budaya Ganesha – 7 KM
Riau Shopping Area – 6,2 KM
Pusdai – 6,1 KM


Tempat belanja terdekat *foto Clove Garden Hotel & Residence
Kuliner di sekitar hotel
*foto Clove Garden Hotel & Residence*
 

Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan selama menginap di Clove Garden Hotel & Residence
Nah, hal ini akan saya ceritakan pada tulisan berikutnya. Mulai dari berenang di kolam air panas (bukan air mendidih lho ya hehe), kelas yoga, kelas hidroponik, coffee class, hingga Sunday Running ke arah atas bukit. Seru pokoknya. Sarana bermain dan berlibur untuk anak memadai, untuk kami para orang tua juga lengkap banget. Ditambah suasananya yang masih alami banget, bikin betah dan enggan pulang. Seperti apa cerita selanjutnya? Nantikan pada postingan berikutnya.


View kota Bandung

What I Say
Bagi saya keunggulan Clove Garden Hotel & Residence adalah suasana alamnya dan layanannya yang prima.  Cocok untuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarga sambil tetap memantau dunia dalam jaringan. Jadi, sudah memutuskan untuk hotel experience bersama Clove Garden Hotel & Residence? 
 

Pemandangan dari Sky Garden

Pemandangan dari Sky Lounge

Clove Garden Hotel & Residence
Jl Awiligar Raya 2 Bandung – West Java Indonesia
Phone. +62 22 8252 6363
Fax. +62 22 8252 6262
Email: reservation@clovegardenhotel.com
Facebook: Clove Garden Hotel & Residence
Twitter: @Clovegarden_BDG
Instagram: @Clovegardenhotelbandung

6 Kegiatan Menarik Yang Bisa Dilakukan Saat Menginap di Clove Garden Hotel & Residences Bandung

$
0
0
Kolam Renang Clove Garden Hotel & Residences

Clove Garden Hotel & Residences Bandung menghadirkan suasana berlibur setiap hari. Tak keliru saya mengajak keluarga menginap di hotel bintang empat ini. Kendati menempuh perjalanan jauh Jakarta-Bandung, tetapi apa yang kami dapatkan selama tinggal membuat kami puas dan merasakan bahagia. 

[Baca dulu cerita sebelumnya : Pengalaman Menginap di Clove Garden Hotel & Residences Bandung]

Berlibur berarti bersantai, membiarkan waktu bergerak dengan lamban, bebas dari ketergesaan, dan gembira dalam segala suasana. Kami menikmati waktu demi waktu hanya di hotel. Tak ada niatan untuk menghabiskan waktu di jalan dengan keliling Bandung. Ketenangan dan keindahan sudah didapatkan di hotel, apa lagi yang mesti dicari di luar? Sayang juga melewatkan apa yang sudah disediakan, bukan?
 
Taman yang menyatu dengan alam
Kids corner
Private Jacuzzi dalam Executie Suite yang kami tempati

Jadi, kami di hotel saja. Menemani anak bermain di taman untuk mendengarkan suara serangga, melihat kupu-kupu hinggap dan beterbangan. Menemani suami menghirup udara segar, mengajaknya memotret dari rooftop sky garden dan sky lounge, lalu duduk santai di depan jendela kamar menikmati pemandangan, hingga berlama-lama berendam dalam jacuzzi.

Di antara semua itu, tentu saja ada kegiatan menarik yang telah disediakan oleh hotel untuk tamu, tinggal pilih mana yang disukai. Kalau saya suka semuanya. Mulai dari Yoga Class, Hydroponic Class, Coffee Class, hingga Sunday Running.  

Menikmati suasana malam dari jendela kamar jacuzzi


Anak bermain di taman, mencari sumber suara serangga tonggeret

1. Yoga Class setiap Sabtu jam sembilan pagi. Tempatnya di taman dekat kolam, di area jogging track. Saya sih berharapnya free, tapi mungkin untuk kali ini tidak. Untuk ikut kelas ini dikenakan biaya Rp 50 ribu per orang. Ah, ternyata tidak terlalu mahal ya. Ikut saja enaknya, sayang kalau dilewatkan. 

Kelas Yoga dilakukan di sini, taman dekat kolam renang
Photo by Clove Garden Hotel & Residences


2. Coffee Class tiap dua minggu sekali di Coffee Shop Eugene The Goat. Nah, kegiatan gratis ini mengajak tamu untuk belajar mengenal jenis kopi. Sambil belajar, nanti tiap orang dapat secangkir kopi gratis. Mencicipi dan menikmati langsung di kafe, sambil bersantai menikmati suasana dari ketinggian. Ini tentu asyik sekali, bukan? 

Isinya kopi apa hayooo?
Outdoor-nya Coffee Shop Eugene The Goat
Semi outdoor

3. Hydroponic Classdilaksanakan tiap Sabtu jam 1 siang. Kebunnya ada di pojok lobi transit, dekat Coffee Shop Eugene The Goat. Sayur-mayur tampak berderet, warnanya hijau dan merah segar dalam paralon panjang yang menjadi tempatnya tumbuh. Saya agak kaget sewaktu Mas Yudha (marcomm Clove Garden) bercerita bahwa sayur yang disajikan untuk salad dalam menu buffet saat sarapan adalah sayur dari kebun hydroponic milik hotel. Wah pantesan segar. Rupanya dipetik dari kebun.

Kelas berkebun ini free. Suami saya semangat sekali ingin ikut kelas ini he he. Kalau kamu? 

Segar-segar dan sehat


Dijadikan bahan untuk salad dan disajikan untuk tamu

4. Sunday Running setiap Minggu pagi. Kegiatan lari ditemani oleh pihak hotel. Hari Minggu lalu (10/4), tamu-tamu yang ikut lari ditemani Tata dan Husni dari tim Sales & Marketing Clove Garden Hotel & Residence. Jarak tempuh lari sekitar 1 kilometer dari hotel, menanjak ke arah Mountain View Golf Club. Di atas, pemandangan alam terlihat lebih menakjubkan. Perbukitan dan pegunungan tampak berbaris seperti punggung naga, berwarna kebiruan saking jauhnya, sementara lautan awan tampak putih menutupi apa yang ada di bawahnya. Ya, dari ujung rute lari, awan seperti lebih rendah. Pemandangannya indah sekali. Sehat dengan lari, mata pun dimanjakan dengan keindahan alam.

Lari bareng Husni dan Tata, bisa liat pemandangan ciamik di latar belakang
Sehat dan segar usai olah raga :D


5. Berenang sepertinya sudah menjadi kegiatan wajib yang paling menyenangkan bagi anak-anak. Tidak peduli dengan suhu udara Bandung yang dingin, pagi-pagi jam enam sudah minta diajak nyemplung ke kolam. Bagaimana tidak peduli dingin kalau air kolamnya ternyata menggunakan air hangat hehe. Ya, kolam untuk anak di hotel ini memang menggunakan air hangat, sehingga tidak akan menggigil kendati berendam lama-lama di tengah dinginnya udara pegunungan Bandung.

Untuk kolam dewasa masih menggunakan air biasa (tidak hangat). Saya yang tidak tahan dingin ini tentu saja ragu untuk nyebur hehe. Pinginnya sih semua hotel di Bandung yang berada di daerah perbukitan atau pergunungan menggunakan air hangat untuk semua kolamnya, baik untuk anak maupun dewasa. Tapi air dingin bagus juga kok, bikin badan segar. Asal tahan dingin saja.
 
Bermain air dengan anak-anak tamu lain


Jadi punya teman


Ga bosan-bosan main air

Kolam renang berada di lereng yang menghadap ke lembah. Sekelilingnya banyak pohon. Terlihat seperti berada di tengah hutan. Di sini banyak sekali serangga. Suaranya sangat berisik di kala malam, membuat siapapun merasa seperti sedang di hutan, menyatu dengan alam. Pagi hari, saat saya berjalan di dekat kolam, serangga yang berbunyi dikala malam itu banyak sekali. Hewan ini ternyata tidak lincah, mudah sekali ditangkap. Bahkan saat saya taruh di telapak tangan dia diam saja.

6. Memotret. Bagi saya yang gemar memotret, tempat ini menyenangkan sekali untuk dijelajahi. Saya menjumpai berbagai macam jenis kupu-kupu. Warnanya beragam. Hinggap di bangku-bangku, bunga, dan kelambu bangku taman. Terlihat sangat jinak. Saya potret dari jarak sangat dekat diam saja. Sepertinya tidak terusik. Anak saya gembira melihat aneka hewan serangga tersebut. Sesuatu yang jarang dijumpai di dekat rumah tentunya. 

Motif sayapnya sangat cantik


Tonggeret


Salah satu dari sekian banyak jenis kupu-kupu yang saya jumpai di taman hotel

Matahari terbit dapat disaksikan oleh tamu yang menginap di tower sebelah timur, di mana jendela menghadap ke arah matahari terbit. Tentu sensasional sekali ya bangun tidur disambut langit kemerahan dengan si bulat terang yang perlahan naik. Saya pernah rasakan itu saat menginap di Padma Hotel. Pendar keemasaan seakan menyerbu masuk kamar, menghipnotis.
 
Pemandangan gunung dan hutan di sebelah timur

Matahari terbenam dapat dinikmati dari tower sebelah barat. Dari sini, matahari yang perlahan turun dan menghilang di balik bukit, akan menjadi pemandangan yang paling disukai. Jika ingin melihat keduanya, bisa saja, tinggal berpindah tower dan naik ke rooftop.  

Pemandangan di sebelah barat

Jika ingin melihat pesona Bandung pada malam hari, tinggal naik ke sky lounge di rooftop tower sebelah timur. Dari sana, pemandangan malam terlihat sangat indah. Cahaya lampu kota mengundang decak kagum. 

Kota Bandung terlihat dari lantai 8


Dikelilingi hutan dan rumah penduduk


Bersantai di Coffee Shop Eugene The Goat
Kalau ingin bersantai sambil ngopi-ngopi cantik, ngopi-ngopi ganteng juga boleh, bisa ke sini. Letaknya di lobi transit, dekat lobi utama. Mau pagi, siang, sore atau malam, silakan saja. Kalau punya janji dengan teman atau rekan bisnis, bisa juga diajak ke sini. Tempatnya asik, nyaman dan bikin betah.  

Asik buat santai sambil ngopi-ngopi dan menikmati cemilan
Coffee Shop Eugene The Goat terlihat dari atas

Nah, itu tadi kegiatan bermanfaat yang bisa dilakukan selama tinggal di Clove Garden Hotel & Residences. Kita tinggal pilih ingin ikut yang mana. Tidak ikut juga tidak apa, tidak diwajibkan. Mau santai-santai saja, atau mungkin ingin tidur nyenyak tanpa gangguan, bisa banget. Suasana di sini amat tenang, jauh dari hingar bingar kendaraan yang lalu lalang. Udara masih bersih, segar dan memanjakan paru-paru. Sehat tentunya. Kapan lagi menginap di hotel dengan suasana berlibur setiap hari seperti ini, bukan?

Bunga di taman Clove Garden Hotel & Residences


Clove Garden Hotel & Residence
Jl Awiligar Raya 2 Bandung – West Java Indonesia
Phone. +62 22 8252 6363
Fax. +62 22 8252 6262
Email: reservation@clovegardenhotel.com
Facebook: Clove Garden Hotel & Residence
Twitter: @Clovegarden_BDG
Instagram: @Clovegardenhotelbandung



Baca yang ini juga yuk :)
- Menginap di Star Hotel Semarang, Menikmati Kolam Renang Tertinggi di Indonesia 
-Hotel Padma Bandung, Everyday is Holiday
- Watu Dodol, The Best Sea View Resort
- Bermalam di Suite Room Atria Hotel Gading Serpong
- Atria Residences Gading Serpong, Apartemen Rasa Hotel
- Pop Hotel, Murah dan Ramah Lingkungan 
- Omah Akas, Penginapan Berbasis Syariah di Bandar Lampung 
 

Pengalaman Mengunjungi Pulau-Pulau Terkenal di Belitung

$
0
0

Awal bulan Mei tahun ini saya akan nge-trip ke Belitung lagi untuk kedua kalinya. Trip yang kedua ini masih bersama Viscatour.com. Sekarang sudah tanggal 26 April, tinggal empat hari lagi. Sudah dekat. Nah, kemarin ada yang tanya ke saya, apa nggak bosan ke Belitung lagi, padahal baru bulan September 2015 lalu dari sana. Saya jawab tidak, dan nggak akan ada kata bosan. Apalagi kali ini saya akan berangkat bersama kawan-kawan blogger yang sudah saya kenal dekat. Bakal lebih seru. Dan yang pasti, akan ada pengalaman baru yang tidak akan sama dengan pengalaman sebelumnya.

Tahun lalu saya keliling Belitung selama tiga hari. Tempat wisata yang saya sambangi kebanyakan di Belitung Timur. Dari tiga hari tersebut, ada satu hari penuh saya jalan-jalan naik perahu keliling dari pulau ke pulau, di antaranya Pulau Burung, Pulau Batu Berlayar, Pulau Lengkuas, dan Pulau Kepayang.

Sayangnya, September tahun lalu langit Belitung sedang tidak dihiasi langit biru. Awan putih berhari-hari menjadi atap Pulau Belitung yang dikenal dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi ini. Nggak ada masalah sih, diguyur hujan enggak, jelajah pulau tetap jalan, snorkeling tetap asik-asik saja, foto-foto bergembira tetap lancar. Yang bikin kecewa itu ya hasil fotonya hehe. Pinginnya sih langitnya biru cerah, bukan awan yang merata putih dan rada kelabu :D 

Pantai Tanjung Kelayang

Pantai Tanjung Kelayang
Pantai yang terletak di Kecamatan Sijuk ini menjadi titik awal keberangkatan kami menjelajah pulau-pulau indah di Belitung. Kami diantar ke RM. Nyiur Melambai, salah satu rumah makan yang terdapat di Pantai Tanjung Kelayang. Di rumah makan seafood ini life jacket dan peralatan snorkel sudah disiapkan, kami tinggal ambil dan pakai. Tidak ada dermaga di pantai, perahu tidak dapat merapat hingga ke tepian. Untuk naik perahu harus sedikit nyebur di laut. Itu pun naiknya mesti dibantu tangga yang seringkali goyah didorong ombak.

Jam 8.45 pagi perahu mulai berlayar. Kesiangan menurut saya. Baiknya lebih pagi, sebelum terlalu panas. Dan tentunya biar semua pulau yang hendak dituju bisa didatangi. Waktu itu kami melewatkan satu pulau yaitu Pulau Pasir. Kalau saya tak salah ingat, Pulau Pasir jadi tujuan terakhir. Air laut sudah keburu pasang, pulaunya tenggelam. Kami tak bisa mampir. 

Baju pelampung dan peralatan snorkling disewa di sini


Biasanya kalau siang rumah makan ini jadi ramai oleh pengunjung

Pulau Burung
Ini adalah pulau pertama yang kami datangi. Seperti namanya, di pulau yang dipenuhi oleh batu-batu granit raksasa ini terdapat batu yang bila dilihat sekilas, atau dilihat dari kejauhan, berbentuk seperti kepala burung. Batu berbentuk kepala burung tersebut sangat besar dan tinggi.

Pulau Burung terletak di pantai Utara Belitung, di lepas pantai desa nelayan Tanjung Binga. Pulau seluas kurang lebih 2 hektar ini dikelilingi pasir putih dan bebatuan granit yang tersebar di pantai dan laut di sekitar pulau. Saat itu gelombang tergolong tinggi, guide dan pengemudi perahu membatalkan singgah karena keadaan dianggap sedang tidak aman, perahu sulit untuk merapat ke tepian. Perahu hanya mendekat dengan jarak sekitar 50 meter saja. Ketika perahu berhenti melaju, kami buru-buru mengambil gambar, lalu pergi. Lain waktu, kalau keadaan aman, tentu saja saya ingin mampir dan menjejakkan kaki di atas Pulau Burung. Selain untuk menikmati keindahan pulau, juga merasakan asiknya bermain di pantainya yang bersih.

Terlihat seperti burung?

Perahu nggak bisa merapat, foto aja deh dari jauh hehe

Pulau Batu Berlayar
Tak ada tumbuhan hidup di atasnya. Hanya bebatuan granit berukuran raksasa dan pasir putih yang menutupi permukaan pulau. Dari kejauhan, batu-batunya yang tinggi terlihat seperti layar perahu. Mungkin  itu sebabnya dinamakan Batu Berlayar.

Saat sampai di pulau ini, beberapa perahu lain telah lebih dulu merapat di tepian, mengantar wisatawan. Di sini juga tak ada dermaga, kami harus meloncat ke laut yang ketinggian airnya sekitar 30-50 cm. Saat berjalan menuju pantai, terlihat oleh saya bintang laut berwarna merah muda. Seorang pengunjung lain melihatnya, lalu mengambilnya. Mengeluarkannya dari air, lalu memakainya untuk berfoto berlama-lama. Tega sekali.

Ada banyak bintang laut yang saya jumpai di sekitar pulau ini. Moga nggak ada wisatawan lain yang tega mengeluarkannya dari air hanya untuk kesenangan diri sendiri. 

Batu besar dan tinggi di mana-mana

Pulau kecil ini bisa dikelilingi dalam waktu 5-7 menit. Luasnya mungkin tak sampai 50 meter persegi. Kalau ingin memuaskan diri menikmati keindahan pulau penuh batu, berlama-lama saja di sini. Asal tahan panas saja sebab tidak ada satupun tempat berlindung dari sengatan matahari. Tetapi, airnya yang jernih menggoda untuk berenang dan berendam. Laut di sekitar pulau ini juga banyak batu, berserakan hingga jauh.

Pulau Batu Berlayar dapat dicapai selama 15 menit dari Pantai Tanjung Kelayang. Jika laut sedang surut, maka perahu dapat merapat. Kita pun dapat menikmati keindahan pasir putihnya yang bersih. 
Betah main di antara batu-batu raksasa


Pasirnya putih dan bersih

Pulau Langkuas
Selain punya pemandangan indah, baik di daratan maupun bawah lautnya, Pulau Langkuas terkenal dengan menara mercusuarnya. Bangunan mercusuar setinggi 60 meter tersebut dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1882. Sampai saat ini mercusuar masih berfungsi dengan baik sebagai penuntun lalu lintas kapal yang melewati atau keluar masuk Pulau Belitung.

Pulau Langkuas punya pantai yang lebar. Untuk wisatawan yang datang dengan rombongan, biasanya menjadikan pantai ini untuk kegiatan tim. Tempatnya memang memungkinkan, selain lapang, juga bersih. 

Pulau Lengkuas dengan mercusuarnya yang terkenal
Pantainya sedang dipakai untuk kegiatan rombongan

Saya sedang tidak beruntung. Saat itu menara sedang diperbaiki, sehingga ditutup untuk umum. Tidak boleh masuk apalagi naik. Padahal saya sudah membayangkan akan melihat dan memotret pemandangan sekitar dari ketinggian. Karena ditutup, akhirnya saya masuk ke “House History of Langkuas”. Rumah ini terdiri dari beberapa ruang. Di dalam tiap ruang tergantung gambar-gambar yang berisi sejarah Pulau Langkuas, termasuk riwayat orang-orang Belanda yang pernah berkuasa pada masanya. Ada pula gambar-gambar pulau yang bertebaran di laut lepas Pantai Tanjung Kelayang. Terdapat benda-benda kuno yang dulu pernah digunakan pada masanya. Sayangnya seperti tidak terawat. Berdebu dan kusam. Bahkan ada benda yang pecah. 

sedang direnovasi


Mengenal sejarah Pulau Langkuas


Ditutup

agak kotor dan tidak terawat


salah satu gambar yang dipajang


benda-benda kuno yang dibiarkan berdebu

Ada beberapa bangunan di sekeliling menara yang merupakan kesatuan dari bangunan mercusuar.  Di belakang menara terdapat Hutan Asmara. Entah kenapa diberi nama demikian. Jawaban santai yang tidak saya anggap serius menyebutkan bahwa pasangan yang masuk ke hutan itu akan merasakan hubungan asmara yang langgeng. Apa iya?

Yang mau asmara-asmaraan silakan masuk hutan hihi




Penangkaran Penyu


Batu-batu berserakan

Kegiatan paling menyenangkan di pulau ini tentu saja snorkling dan diving. Sebelum nyebur ke laut, saya dan mbak Samsiah menikmati segarnya air kelapa muda yang dijual oleh satu-satunya warung yang terdapat di Pulau Lengkuas. Selain kelapa muda, ada juga gorengan, snack, dan air minum kemasan. Di dekat warung ada penangkaran penyu. Kalau mau lihat boleh-boleh saja. Gratis.

Hari itu wisatawan yang snorkling sangat ramai. Belasan perahu memenuhi spot snorkling Pulau Langkuas. Saya pesimis akan bertemu banyak ikan. Pikir saya, pasti airnya akan keruh dan tidak nyaman. Dugaan saya keliru. Meski banyak orang, air di sana tetap jernih. Ikan-ikannya banyak. Terumbu karangnya juga bagus-bagus. Saya sampai membandingkannya dengan Pulau Menjangan yang saya datangi satu bulan sebelum saya ke Belitung. Rasanya, ikan-ikan di pulau ini lebih banyak, terumbu karangnya juga nggak kalah bagus. 

sedang ramai yang snorkling


meski snorklingnya dekat pulau tapi ikannya banyak


Snorkling berdua mbak Samsiah

Ga perlu jauh-jauh untuk melihat keindahan alam bawah laut Pulau Langkuas

Cukup lama kami menikmati keindahan bawah laut Pulau Laengkuas. Sayang saat itu tak ada kamera underwater, jadi tak ada fotonya. Setelah puas, saya dan mbak Samsiah menghentikan kegiatan snorkling. Badan sudah dingin, perut juga sudah lapar. Maklum, waktu memang sudah menunjukkan jamnya makan. Hehe. Kami naik perahu, langsung dibawa ke Pulau Kepayang.

Pulau Kepayang
Di pulau ini kami singgah untuk makan siang, sekaligus mandi membersihkan diri seusai snorkeling di Pulau Lengkuas. Ada banyak kamar mandi dengan air berlimpah, juga toilet dan musola. Untuk menggunakan fasilitas tersebut ada tarifnya. Rp 5.000,- bila mandi, dan Rp 2.000,- untuk penggunaan toilet. Di sebelah musola tersedia dive shop, tempat penjualan dan penyewaan alat untuk menyelam.

Sampai juga di Pulau Kepayang
Pulau Kepayang tidak terlalu besar, tetapi memiliki fasilitas penunjang wisata seperti penginapan, rumah makan, dan sarana outbound. Penginapannya berupa rumah panggung yang terbuat dari material kayu dan papan. Sederhana namun banyak diminati wisatawan.

Selain penginapan, ada pula rumah makan yang menyajikan makanan berbahan ikan, termasuk Gangan makanan khas Belitung. Siang itu pengunjung yang datang sangat ramai. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan yang sedang melakukan kegiatan keliling pulau. Sebagian lainnya adalah tamu penginapan. Karena merupakan satu-satunya rumah makan yang ada di Pulau Kepayang, tak heran tempat ini jadi andalan sebagai tempat melepas lapar dan dahaga.






Bar


Bungalow yang disewakan


Teras belakang bungalow menghadap ke laut
   
Pulau Kepayang dijadikan tempat konservasi alam untuk penangkaran penyu dan pelestarian batu karang yang dikelola oleh Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (KPLB). Tempat penangkaran berada di kawasan penginapan. Untuk memasuki kawasan tersebut dikenakan tiket masuk sebesar Rp 10.000,- per orang. Wisatawan yang berkunjung dapat terlibat dalam upaya konservasi dengan mengadopsi karang seharga Rp 50.000 / stek. 
   
Pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pulau seolah membentengi laut yang ada disekitar Pulau Kepayang. Pulau-pulau tersebut membuat perairan yang ada di depan pantai Pulau Kepayang menjadi tenang sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat snorkelingdan diving. Jika tertarik untuk memancing, maka disinilah tempat yang cocok untuk mengail ikan.






   
Di pulau ini saya menjumpai beberapa pohon kepayang. Terbersit di pikiran saya, mungkin karena keberadaan pohon kepayang itulah sehingga pulau ini dinamakan Pulau Kepayang. 

Sedangkan penamaan Pulau Babi, ada dua versi yang saya dengar dari guide kami. Pertama, dikarenakan dahulu di pulau ini pernah ada peternakan babi. Sedangkan versi lainnya konon karena ada batu granit raksasa yang bentuknya mirip dengan hewan yang bernama babi. Namun, selama berada di pulau, saya tak melihat ada batu yang dimaksud, juga tidak melihat ada hewan babi.


Batu-batu granit di pantai Pulau Kepayang
   
Ada banyak pulau menawan di perairan Pulau Belitung. Yang saya kunjungi baru sebagian kecilnya saja. Perlu waktu agak lama supaya bisa lebih banyak yang dilihat dan didatangi. Paling tidak tiga sampai empat hari khusus untuk jelajah pulau. Bila perlu bermalam di pulau saja. Biar puas menikmati keindahannya.

Pemandangan paling menonjol dari kepulauan di Belitung ini adalah batu-batu granitnya yang berukuran hingga sebesar rumah. Berserakan di daratan maupun di pantai dan laut sekitar pulau. Keunikan inilah yang menjadi daya tarik dari Belitung. Ditambah pantainya yang bersih, pasir putih, air yang jernih, ikan dan terumbu karang yang beragam. Semua itu mampu menggoda siapapun untuk datang dan melihat.



Baca juga yuk cerita lainnya tentang Belitung :)

Berwisata di Lampung Barat, Melihat Luwak dan Danau Ranau

$
0
0
keliling lampung barat
Danau Ranau Lampung Barat

Perjalanan ke Lampung kali ini diawali oleh obrolan saya dengan mbak Ita via Facebook messenger. Mbak Ita yang selama ini tinggal di Perancis, mengabari saya bahwa pertengahan April ini akan mudik ke Lampung sampai awal Mei. Obrolan tersebut sampai pada ajakan untuk jalan-jalan bareng.

Tahun lalu, kami bertemu di Ponpes Daarul Quran Yusuf Mansur. Sekedar bertemu saja dan tidak sempat jalan-jalan. Di kesempatan mudik inilah rencana jalan bareng itu dicetuskan oleh Mbak Ita. Karena sebentar lagi saya akan nge-trip ke Belitung, saya menawarkan mbak Ita untuk ikut, dan beliau sangat mau. Tapi sayang, ternyata waktunya nggak cocok. Tanggal 3 Mei mbak Ita sudah harus balik ke Perancis karena Ilhan putranya sudah harus masuk sekolah.
 

Tahun 2015 lalu, saat bertemu mbak Ita di Daarul Quran

Tidak jadi jalan ke Belitung, mbak Ita lalu membuat rencana jalan-jalan ke Danau Ranau bersama ayuk-ayuknya (kakak perempuan). Saya tertarik untuk ikut, selain karena ingin berjumpa mbak Ita dan Ilhan, juga ingin merealisasikan keinginan jalan-jalan bareng. Alhamdulillah gayung bersambut, mbak Ita mau ajak saya. Soal waktu, mbak Ita bersedia menyesuaikan kapan saya luang. Saya bilang bisanya weekend tgl 22-24 April, mbak Ita pun setuju.

Sebelum berangkat, mbak Ita cerita tentang Mas Eka Fendiaspara yang akan dia temui di Liwa. Mas Eka ini kawannya Mas Yopie Pangkey. Mbak Ita juga cerita kalau dia berkawan dengan Mas Budhi Martha (kawannya mas Yopie juga). Jadi, pertemanan mbak Ita ini ternyata muter-muter di situ-situ juga hehe. 


Mereka berempat ternyata satu angkatan di Unila. Mbak Ita sendiri sudah lama berteman dengan Mas Yopie di Facebook. Dari saling kenal inilah kemudian Mas Yopie dan mbak Ita saling chat. Dan akhirnya Mas Yopie pun ikut serta dalam perjalanan ke Danau Ranau. 

Bertemu Encip dan Emilga di Warung Aceh

Ada Fajrin juga!
Jumat sore (22/4/2016) saya tiba di Lampung. Mbak Ita baik banget menawarkan untuk menjemput saya di bandara. Tapi karena di waktu yang sama Mas Yopie ada tujuan ke bandara juga, saya tak jadi minta jemput mbak Ita. Jadilah sore itu saya numpang ke Bandar Lampung bareng Mas Yopie. Sebelum tiba di rumah mbak Ita, saya mampir ke Warung Aceh dulu, makan malam sekalian janjian ketemu dengan Fajrin. Eh tak disangka ternyata di sana bertemu Encip. Jadi kumpul deh.

Jumat malam saya menginap di rumah Mbak Ita karena pagi-pagi sekali sudah harus jalan. Kenapa harus berangkat pagi? Karena perjalanan menuju Danau Ranau akan makan waktu 6-7 jam. Agar tak kesorean, kami mesti berangkat seusai shalat Subuh. Setelah acara bangun yang sedikit kesiangan, jam 5.30 kami baru berangkat dengan menggunakan Kijang Innova baru milik mbak Ita.
 

Singgah sejenak...

Lampung Barat
Rombongan kami berjumlah tujuh orang, terdiri dari Mbak Ita, Ayuk Ugun, Ayuk Lina, Yogi (keponakan mbak Ita), Ilhan, Mas Yopie, dan saya. Masing-masing membawa satu tas berisi pakaian ganti karena rencananya kami akan menginap satu malam di Danau Ranau. Bagasi sudah penuh barang, termasuk persediaan makanan dan minuman selama perjalanan.

Sebenarnya saya tidak menduga bulan April ini akan kembali jalan di Lampung. Dua bulan berturut-turut saya ke Lampung, dari Januari hingga Februari. Sekarang April ke Lampung lagi. Benar-benar tak ada rencana sama sekali, apalagi membayangkan bakal punya pengalaman melihat Danau Ranau dan bertemu hewan luwak di rumah kopi luwak Ratu Luwak dalam waktu dekat.
 

Rumah-rumah penduduk desa
 
Satu-satunya acara liburan di bulan April yang saya rencanakan hanya ke Bandung untuk liburan bersama keluarga. Dan itu sudah terlaksana pada 8-10 April lalu. Setelah dari Bandung, saya inginnya rehat untuk persiapan ke Belitung pada awal Mei. Tapi ternyata, jodoh jalan bareng mbak Ita cepat sampai. Saya menyambut jodoh itu dengan senang hati, dan akhirnya pergi ke Lampung. Di sinilah saya bulan April ini, keliling Lampung Barat.


Indahnya Lampung Barat

Liwa
Rute menuju Liwa ternyata sama dengan rute perjalanan yang pernah saya tempuh ketika mudik ke Sumsel tahun 2015 lalu. Beberapa jalan dan belokan yang kami lewati dapat saya kenali. Jarak tempuh menuju Lampung Barat ternyata jauh. Lebih jauh dari perjalanan Jakarta-Bandung. Perlu waktu sekitar 3,5 jam untuk sampai di Way Tenong, tempat kami singgah melihat keindahan hamparan sawah dengan latar hutan dan perbukitan.

Sekitar 20 menit saja kami mampir untuk memotret, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Mas Eka. Sempat berhenti satu kali ketika Ilhan ingin buang air kecil. Karena belum menemukan toilet SPBU, akhirnya numpang di rumah penduduk. Syukurnya diperbolehkan. Kasihan juga kalau Ilhan harus menahan lebih lama lagi. Sementara, Mas Eka beberapa kali menghubungi, menanyakan posisi kami. Sempat pula ia bertanya di facebook saya dalam foto sawah-sawah di Way Tenong yang saya upload. 


Betah lihat yang beginian
Pukul 11.00 kami tiba di rumah Mas Eka setelah sempat kelewat. Mas Yopie rupanya agak lupa letak rumahnya. Kami disambut oleh Mas Eka dan istrinya, juga anaknya yang masih kecil.

Oh ya, sebelum perjalanan ke Liwa ini, saya sudah pernah kenal nama Mas Eka lewat akun IG Keliling Lampung. Foto Mas Eka pernah diregran di Keliling Lampung, kalau tak salah tentang ojek Liwa. Dari situ saya follow. Saat Mbak Ita cerita tentang Mas Eka, saya cek kembali. Ternyata Mas Eka yang dimaksud adalah Mas Eka yang saya follow tersebut. Setelah berjumpa langsung, ternyata orangnya menyenangkan. Baik dan ramah. Mas Eka masih mengenakan baju pramuka, seragam mengajarnya hari itu. Di rumahnya, kami disuguhi kopi Liwa. Wah, nikmat sekali. Thanks Mas Eka.  


Disuguhi kopi Liwa

Mas Eka, kopinya enaaaak :D
Laskar Ranau foto bareng keluarga Mas Eka :D

Minum Kopi Luwak
Saya kira Mas Eka akan ikut kami ke Danau Ranau, ternyata tidak. Ia hanya mengantar kami ke rumah produksi kopi luwak Ratu Luwak dan kemudian ikut makan bersama di Khang Mengan JEJAMA, menikmati ikan mujair bakar yang dipanen dari keramba di Danau Ranau.

Kunjungan ke Ratu Luwak ini jadi kejutan buat saya karena sebelumnya memang tidak saya dengar sama sekali bahwa kami akan ke tempat ini. Sudah sejak lama mengidamkan dapat melihat luwak dan melihat langsung tempat produksi kopi luwak yang ketenarannya sudah mendunia itu. Eh ini malah mendadak kesampaian. Rejeki dan kesempatan kadang siapa yang bisa menebaknya. Kalau sudah milik ga akan kemana ya ^_^
 

Ganteng ya luwaknya ^_^

Anak luwak usia 2 bulan, di lepas di pohon kopi depan kandang

Kopi Ratu Luwak masih berupa produk rumahan dengan hasil produksi belum sampai pada skala besar. Meski demikian, peminat dan penikmat kopi luwak Ratu Luwak tidak hanya masyarakat dalam negeri, tetapi hingga luar negeri. 

Di sini terdapat ratusan ekor luwak, namun yang boleh dilihat hanya beberapa ekor luwak saja. Kandang luwak yang bisa dilihat ada di samping rumah produksi. Saya cukup kaget ketika pertama melihat luwak. Ternyata badannya besar, hampir sebesar anjing dewasa. Badannya penuh bulu, ekornya panjang, dan wajahnya mirip boneka anjing anak saya! Saya ngeri lho.
 

Ilhan berani pegang anak Luwak :)

Ada satu luwak yang badannya masih kecil, kira-kira seukuran kucing dewasa. Ibu Sapri pemilik Ratu Luwak mengeluarkan luwak kecil itu dari kandangnya. Saya dan Ilhan memberanikan diri dan memegangnya. Ada satu keunikan yang diceritakan oleh Ibu Sapri tentang Luwak yakni tentang kaki ke lima luwak. Kaki ke lima yang dimaksud adalah ekornya. Jadi, ekor luwak sama kuatnya dengan kakinya. Kadang saat bergantungan di dahan pohon, luwak menggunakan ekornya untuk menahan badannya. Karena itu, kalau memegang luwak, peganglah ekornya. Kalau kuat, maka luwak tidak akan lepas dari pegangan kita.
 

Kotoran luwak sebelum dibersihkan

Secangkir kopi luwak dan kopi luwak yang belum di olah. Mirip cemilannya ya? :D

Pemberian kopi pada luwak biasanya dilakukan pada malam hari. Jumlah kopi untuk satu ekor luwak sebanyak 1,5 ons. Pagi hari, kotoran luwak baru dipanen. Ada dua macam cara pengolahan kotoran luwak. Yang pertama lansung dijemur baru dibersihkan dan dicuci. Yang kedua dibersihkan dan dicuci dulu baru dijemur. Setelah melalui proses tersebut baru disangrai,  digiling dan dikemas.

Kopi luwak Ratu Luwak sudah memperoleh sertifikat HALAL dari MUI sejak tahun 2012. Jadi, aman ya buat umat muslim memakan ‘kotoran’ luwak ini.  Kami pun dengan senang hati menikmati jamuan kopi luwak yang sudah disediakan ibu Sapri. Sebelum pulang, saya membeli satu kotak kopi luwak sebagai oleh-oleh untuk suami di rumah ^_^ 


Kopi Luwak kemasan 100 gram Rp 50.000,-

Minum kopi luwak di tempat produksinya itu sesuatu banget :)

Mbak Ita dan keluarganya foto bareng Ibu Sapri (baju hijau) pemilik Ratu Luwak

Danau Ranau

Usai menikmati santap siang di Khang Mengan JEJAMA, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Danau Ranau. Saya mencatat waktu berangkat mulai jam 2.05 siang. Sampai di Danau Ranau tepat jam 3. Sebelum mencapai danau, ada turunan yang tergolong curam. Agak deg-degan ketika melaluinya. Tapi syukurlah aman dan lancar saja.

Kami membuka jendela mobil, membiarkan udara segar masuk dan bertukar dengan udara di dalam. Ayuk Ugun terlihat sangat bahagia. Ia tak henti-henti memuja muji keindahan alam yang dilihatnya, saya pun demikian. Ada satu hal yang jadi perhatian saya, jalan menuju Danau Ranau tampak sangat sepi dari kendaraan yang melintas. Jarang sekali kami berpapasan dengan mobil lain. Padahal saat itu weekend. Apa minat wisatawan terhadap objek wisata ini kecil?
 

Ikan Mujair dari Danau Ranau

Makan siang yang lezat

Kami melewati perkampungan, di kiri dan kanan banyak rumah panggung  yang tak lagi panggung. Jika di sebelah kanan adalah danau, maka di sebelah kiri adalah hamparan tanaman padi di sawah. Danau terluas kedua di pulau Sumatra ini dikelilingi oleh perbukitan dengan kampung dan perkebunan kopi. Gunung Seminung pun jadi latar belakang, menambah keindahan danau.

Mobil melaju di jalan sempit yang ada di pinggir danau. Jalannya tidak bagus, berbatu dan berlubang, tidak diaspal. Kami mencari penginapan yang sudah dikenal oleh Mas Yopie. Ada aliran air seperti parit melintang di tengah jalan. Saya sempat khawatir dengan mobil baru mbak Ita. Sempat ada kayu mengenai bagian bawah, terdengar bunyi kayunya walau tidak keras. 


Suasana pinggir danau di penginapan yang tak jadi kami tempati

Menginap di Lumbok Ranau
Jam 15.35 kami tiba di penginapan yang dimaksud oleh mas Yopie. Penjaganya sedang tidak ada di tempat. Kami pun menunggu sambil melihat-lihat. Saya suka tempat ini. Bangunannya berdiri di pinggir danau dan punya view yang cantik.

Terdapat dua saung, dermaga yang dilengkapi atap, dan tempat duduk. Terasa nyaman sekali duduk di sana, apalagi sambil menikmati pemandangan sekeliling, terutama Gunung Seminung yang berdiri gagah seolah memagari danau. Terbayang nggak kala bangun di pagi hari buka jendela langsung disuguhi pemandangan alam seperti ini? Pasti tertegun, lalu melamun…
 

Semua suka suasana di sini

Ilhan, dermaga, dan Gunung Seminung yang gagah
Sempat hujan saat duduk di sini

Tempatnya enak buat melamun

Menunggu ujung petang

Setelah penjaga datang, mbak Ita dan yang lainnya mulai melihat-lihat. Tapi karena ada yang tidak cocok, kami tidak jadi menginap di sana. Kami kembali balik arah, menuju Lumbok Ranau, penginapan milik dinas perikanan. Meski awalnya sempat ragu untuk bermalam di sini, tapi akhirnya jadi juga.

Penginapannya berupa rumah panggung dengan tiga buah kamar yang disewakan. Kami ambil dua. Satu untuk kamar laki-laki, satunya lagi untuk kami para perempuan. Rumah panggung tinggi dengan tangga yang curam ini punya balkon yang luas.
 

Akhirnya nginap di sini

Kamar, kebun, dan hujan.

Di balkon yang juga berfungsi sebagai ruang duduk terdapat banyak kursi dan meja. Enak buat duduk-duduk dan bersantai ketimbang di kamar. Maklum, kamarnya lama tak ditempati. Berasa pengap dan hawanya nggak enak. Meski sudah dibersihkan oleh dua orang embak-embak, sudah dikibas-kibas dan dipasang sprei baru, tetap saja ada rasa yang nggak membuat nyaman.

Air di kamar mandi mengalir lancar, tapi baunya agak sedikit kurang sedap. Bersih sih, bisa dipakai mandi dan wudhu. Tapi sore itu tak seorang pun dari kami yang mandi. Udara luar terasa lebih segar, apalagi di sebelah penginapan ada kebun. Ada pancuran yang airnya tak henti mengalir. Gunung, danau, dan perbukitan, jadi semakin elok dipandang dari rumah tinggi yang berada di tempat agak tinggi ini.
 

Tempat duduk-duduk di depan kamar

jadi tempat makan

Malamnya, seusai makan malam kami tidur-tiduran di luar. Ilhan, yuk Gun, yuk Lina, Yogi, dan Mas Yopie, sudah menempati posisi masing-masing. Ada 3 kursi panjang, sisanya kursi pendek yang dirapatkan sehingga bisa ditiduri. Sepertinya semua akan tidur di luar karena udaranya sejuk. Sudah nyaman dan terkantuk-kantuk, tiba-tiba hujan deras. Meski tidak sampai basah, tapi angin yang disertai percikan hujan sukses bikin kami kedinginan dan tidak nyaman. Akhirnya semua masuk kamar. Tidur di dalam kamar.

Karena sudah lelah, nempel bantal langsung tidur. Saya tak mendengar suara apapun lagi, termasuk lolongan anjing di tengah malam yang didengar oleh Mbak Ita dan Yuk Gun. Pulaaaas…


Pagi yang senyap

Pagi nan Syahdu
Sejak tiba di Danau Ranau pada Sabtu sore (22/4), Ilhan sudah minta nyebur. Karena waktunya tidak memungkinkan (sudah kesorean), akhirnya ditunda Minggu pagi. Saya sudah berniat akan menemaninya berenang.

Jam 6 pagi saya dan Mas Yopie turun ke danau untuk memeriksa keadaan di sekitar dermaga. Penginapan kami tidak berada di tepi danau, kalau mau ke dermaga mesti menyeberangi jalan dulu. Jaraknya sekitar 20 meter dari pagar penginapan. Setelah saya lihat-lihat, sepertinya di dekat dermaga kurang enak buat tempat berenang. Ada semacam ‘bumbu’ kehijauan dalam airnya. Terlihat kotor dan tidak jernih. Ada pula tumbuhan air (eceng gondok).
 


Hilir mudik mengayuh perahu hendak memeriksa jaring ikan

Sambil berharap bisa melihat matahari muncul dari balik bukit, kami mencoba memotret suasana sekitar danau. Ada laki-laki sedang naik perahu, mondar-mandir memeriksa jaring ikan. Air danau tampak seperti beruap. Uapnya berkilau seolah kena pantulan cahaya. Padahal matahari belum terlihat memancarkan sinarnya.

Suasana saat itu masih sepi. Tak seorang pun terlihat di dekat keramba ikan. Gunung Seminung dan punggung perbukitan terlihat seperti bayangan hitam yang berdiri gagah menantang pagi. Langit di sebelah timur perlahan mulai benderang. Tapi sepertinya
sang mentari naik dengan tertatih.



Saya putus asa, lalu mengajak Mas Yopie pergi, berjalan mengikuti jalan desa. Di kiri jalan ada hutan kopi, tumbuh rapat hingga ke atas bukit. Sesekali ada warga melintas, seorang nenek, seorang kakek, dan dua orang remaja perempuan. Langkah mereka ngebut. Rasanya saya lihat si nenek masih di belakang, tahu-tahu lewat dan sudah jauh di depan. Saat ditanya hendak kemana, dua remaja menjawab hendak ke kebun. Entah kebun apa.

Kami hanya jalan kaki sebentar, setelah itu balik lagi ke penginapan. Sebenarnya masih ingin jalan sampai jauh, berlama-lama menikmati segarnya udara pagi. Tempat ini benar-benar memanjakan paru-paru, juga mata. Tiada polusi, tiada pula lalu lalang kendaraan yang berisik dan bikin nyeri mata. Bikin betah. Alangkah bahagianya hidup di desa….
 

jalan sehat di tempat sehat

Saya ingin Ilhan melihat sendiri keadaan air di danau. Usai sarapan, saya ajak dia ke dermaga. Saya tunjukkan kondisinya. Setelah melihat sendiri, Ilhan menyatakan urung berenang. Saya nggak tega sebenarnya. Kalaupun Ilhan tetap mau berenang dengan kondisi air danau seperti itu, tetap akan saya temani. Tapi dia sudah memutuskan tidak. Ya sudah nggak jadi.

Meski tak sempat merasakan mandi di Danau Ranau, tapi saya sudah cukup senang dapat menikmati keindahan danau dari dekat. Lain waktu kalau mau lebih puas, mungkin harus menginap 2-3 malam. Bisa mandi, jalan-jalan di kampung, naik perahu, memancing dan memotret sampai lelah.

Seperti yang kita tahu, sepertiga Danau Ranau masuk wilayah administrasi Lampung, duapertiganya masuk wilayah administrasi Sumsel. Jadi, saya tak harus pulang kampung ke Sumsel dulu untuk dapat sampai ke danau ini karena dari Lampung pun bisa. Malah lebih dekat ^_^


Lain kali semoga danaunya lebih bersih biar kita bisa berenang dan nyebur2 ya Ilhan ^_^

Kembali ke Bandar Lampung
Perjalanan pulang masih melalui rute yang sama. Tapi waktu yang kami tempuh terasa labih cepat. Kami singgah tiga kali, pertama di SPBU, kedua di rumah makan Bu Mar 1 Kotabumi, ketiga di Masjid Agung Istiqlal Bandar Jaya. Saya masih ingat masjid ini, dulu waktu ke Sumsel lewat jalan darat pernah dua kali mampir untuk shalat. 

 
Ayam goreng RM. Bu Mar 1, Kotabumi

Masjid megah di Bandar Jaya

Karena rute yang dilalui lewat bandara lebih dulu, maka saya duluan turun. Saat saya melihat jam, ternyata baru jam 3 sore. Jadi senang karena kekhawatiran bakal telat ternyata tidak terjadi. Bahkan saya masih punya waktu 3,5 jam sebelum jadwal penerbangan pukul 18.55 WIB. Lebih baik kelamaan menunggu dari pada ketinggalan pesawat. Tapi saya jadi merasa bersalah sama Ayuk Ugun, gara-gara takut ketinggalan pesawat, ajakannya untukmandi di pancuran jadi batal.

Moga di lain waktu ada kesempatan lagi jalan-jalan ke Lampung Barat. Masih belum kesampaian melihat lembah Batu Brak, dan belum kesampaian berenang di danau....



Bagaimana dengan pengalamanmu menjelajah Lampung Barat?



*Photo oleh Katerina & Yopie Pangkey

Sumsel Sajikan Atraksi Wisata Sungai Kelas Dunia Lewat Event #MusiTriboatton

$
0
0

Naik perahu jelajah Sungai Musi
*Photo : Katerina*

“Melintas di Jembatan Ampera sudah sering. Melihat Sungai Musi secara langsung juga sudah berkali-kali. Kulineran di pinggir Sungai Musi pun sudah pernah. Tapi apa kamu sudah pernah merasakan naik perahu menyusuri Sungai Musi?”

“Belum sih, mas.”


“Nah, sekarang saatnya. Mumpung jadwal pesawat kita masih 3 jam lagi. Ayo!”

Itu pembicaraan kami (saya dan suami) saat ke Palembang tahun 2014 lalu. Perjalanan sehari untuk urusan bisnis dengan sebuah perusahaan industri ternama yang berlokasi di dekat Sungai Musi. Ada waktu cukup banyak sebelum kembali ke Jakarta. Bingung ingin kemana setelah puas melahap pempek dan martabak, antara menikmati suasana kota atau berwisata di sekitaran sungai. Ajakan naik perahu itu pun tercetus. Saya tercenung. ”Iya juga ya, saya sudah bolak-balik melihat Sungai Musi tapi belum pernah merasakan berperahu di atasnya, apalagi berenang di airnya”

“Ok, mas! Ayo kita jelajah Sungai Musi




Menikmati wisata air di Sungai Musi
*Photo : Katerina*

Siapa yang tidak kenal Sungai Musi? Sungai terpanjang di Pulau Sumatera yang membentang sepanjang 750 km, dan membelah kota Palembang menjadi dua bagian (Ilir dan Ulu) ini merupakan ikon kota Palembang. Sungai Musi dikenal juga dengan sebutan Sungai Batanghari Sembilan karena ada delapan sungai besar lainnya yang bermuara ke Sungai Musi, yaitu Sungai Komering, Sungai Rawas, Sungai Leko, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Lematang, Sungai Smangus, dan Sungai Ogan. Wow banyak ya! Tidak heran deh kalau Palembang dijuluki Venice of the East.

“Berapo hargo sewa perahunyo, mang?” tanya saya pada lelaki penyewa perahu. Saya tanya pakai bahasa Palembang, jurus jitu agar tidak dimahalkan hehe.

“Limo puloh ribu bae, yuk,” jawabnya. Yuk=Ayuk=Kakak Perempuan.
 

Restoran terapung  *Photo Katerina*

Tanpa tawar menawar lagi, harga itu langsung kami sepakati. Tarif yang tergolong murah untuk pengalaman mengesankan yang saya dapatkan setelahnya. Selama ini tak terbayang oleh saya bagaimana rasanya melintas di bawah Jembatan Ampera. Dari bawah, apa yang saya lihat dan rasakan ternyata sungguh berbeda. Berperahu membuat saya seperti menyatu dengan kehidupan ala masyarakat tepi sungai. Seakan ada denyut yang tak biasa.

Ada keasyikan tersendiri kala mengamati beragam aktivitas masyarakat sekitar sungai, baik di Ulu maupun di Ilir. Perahu-perahu tampak berpacu, seperti berkejaran dengan waktu. Dari dalam perahu saya melihat rumah-rumah rakit, SPBU apung, Restoran terapung Riverside, Restoran terapung Warung Legenda, penjual sayur dalam perahu, Pasar 16 Ilir, Masjid Lawang Kidul, Pelabuhan Boom Baru milik IPC Pelindo, dan masih banyak lagi.
 

Rumah ibadah, Pasar 16 Ilir, Rumah rakit *Photo Katerina*


SPBU terapung, Pelabuhan Boom Baru IPC Pelindo *Photo Katerina*


Biasanya melintas di atas, sekarang cobain lewat bawah *Photo Katerina*


Akhirnya merasakan juga lewat kolong Jembatan Ampera :D *Photo Katerina*

Jika saat itu masih punya banyak waktu, saya pastikan akan mampir di Pulau Kemaro, Kampung Kapitan, dan Kampung Arab yang semuanya merupakan objek wisata di tepi Sungai Musi. Sayang waktu saya terbatas. Apa yang saya alami baru sebatas melintas.

Saya adalah pelancong di tanah kelahiran saya sendiri. Merasakan berwisata air di Sungai Musi adalah pengalaman yang menarik. Apa yang ada dalam benak saya seusai menikmati wisata air Sungai Musi adalah tentang keberadaan sungai sebagai beranda depan.

Berbicara tentang beranda depan berarti berbicara tentang suguhan menarik. Inilah yang dimiliki Sungai Musi, sebuah pesona wisata sungai. Pesona yang kemudian diangkat oleh Kementrian Pariwisata RI melalui penyelenggaraan event International #MusiTriboatton. 



Menikmati wisata air di sungai terpanjang di Sumatra *Photo : Katerina*

Apa itu Musi Triboatton?
International Musi Triboatton merupakan event wisata olahraga internasional yang dilaksanakan di Sungai Musi, Sumatera Selatan. Event ini memadukan wisata dan olah raga dengan menghadirkan ajang balap perahu terunik sedunia.

Musi Triboatton sudah menjadi agenda rutin tahunan Kementrian Pariwisata RI. Event ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012. Tahun ini, International Musi Triboatton memasuki tahun kelima dan akan diadakan pada tanggal 11 – 15 Mei 2016 di lima kabupaten dan satu kota di Sumatera Selatan. Kabupaten MUBA akan menjadi Tuan Rumah.
 


Ajang balap perahu teunik di dunia
*sumber foto dari twitter @pesonasriwijaya *

Wisata olahraga ini dimulai dari hulu di Kabupaten Empat Lawang melalui Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, dan akan berakhir di hilir Kota Palembang meliputi lintasan berarus deras dan berarus tenang.

Kegiatan akan berlangsung sebanyak lima etape, sbb:
  • Etape pertama akan diadakan pada tanggal 11 Mei 2016 di Desa Tanjung Raya - Jembatan Kuning, Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang.
  • Etape kedua akan diadakan di kabupaten Musi Rawas pada tanggal 12 Mei 2016.
  • Etape ketiga akan diadakan pada tanggal 13 Mei 2016 di kota Sekayu kabupaten Musi Banyuasin.
  • Etape keempat akan diadakan di kabupaten Banyuasin pada tanggal 14 Mei 2016
  • Etape terakhir sekaligus penutupan akan diadakan di kota Palembang pada tanggal 15 Mei 2016.



#MusiTriboatton
*sumber foto www.trendezia.com *

Yuk kenali objek wisata di tempat pelaksanaan Musi Triboatton
Jika datang dan menyaksikan #MusiTriboatton sejak etape pertama hingga kelima, berarti akan mendatangi empat kabupaten dan satu kota di Sumsel. Nah, selain menyaksikan lomba perahu, juga dapat mengunjungi objek wisata yang terdapat di daerah tersebut. 

Kabupaten Empat Lawang
Kabupaten Empat Lawang memiliki puluhan objek wisata alam seperti air terjun, pemandangan alam dan air panas. Objek wisata tersebut cukup banyak dan tersebar di sejumlah kecamatan yang ada. Wisata alam yang cukup digemari para wisatawan mancanegara dan lokal antara lain air panas, air terjun termasuk terowongan.

Objek wisata alam yang ada di kabupaten ini antara lain Air Terjun Curup Embun, Air Panas, Pantai Air Bayau di Kecamatan Muara Pinang, Air Terjun Tujuh Panggung, Air Bayau Belerang, Bendungan Karang Tanding di wilayah Kecamatan Lintang Kanan, Rumah Batu, Rumah Adat Empat Lawang, Tungku Raksasa, Jembatan Kawat dan Batu Betangkup.  



Air Terjun Tujuh Panggung di Kab. Empat Lawang *sumber http://pemkabempatlawang.tribunnews.com*


Kabupaten Musi Rawas
Kabupaten yang beribu kota Muara Beliti ini berbatasan dengan Jambi di Utara, Lahat di Selatan, Bengkulu dan Kota Lubuklinggau di Barat, serta Musi Banyuasin dan Muara Enim di Timur.

Sejumlah tempat wisata yang tersebar di banyak kecamatan yang ada di Musi Rawas antara lain:
  • Kecamatan Selangit: Air Terjun Bunyi
  • Kecamatan Muara Beliti : Air Terjun Kou, Air Terjun Menai, Air Terjun Panjang, Air Terjun Satan, Curug Menai, Danau Raya, Danau Satan.
  • Kecamatan BKL Ulu Terawas: Air Terjun Rehun Tinggi, Air Terjun Rimba, Air Terjun Sri Pengantin, Air Terjun Tiga Beradik. Bukit Botak (merupakan sebuah kawasan hutan lindung), Danau Barata, Danau Sukahati.
  • Kecamatan Tugumulyo: Bendung Bharata di Desa E Wonokerto,
  • Kecamatan Purwodadi : Bendung Tingkip, Danau Tingkip
  • Kecamatan Selangit : Bukit Batu Putih di Desa Taba Gindo
  • Kecamatan Sumber Harta : Bukit Cogong di Desa Sukakarya, merupakan kawasan hutan lindung seluas 800 Ha.
  • Kecamatan Jayaloka : Danau Gegas di Desa Sugih Waras, dengan panorama sekitar yang masih asli.
  • Kecamatan Ulu Rawas : Gua Batu Napalicin, gua dengan panjang 500 m, lebar 20 m, dan tinggi 15 m, di ujung gua terdapat sebuah ruangan besar. Hutan Wisata Taman Nasional Kerinci Seblat di Kecamatan Ulu Rawas, di bagian barat kabupaten, berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Bengkulu.


Gua Batu Napalicin di Kabupaten Musi Rawas *sumber http://southsumatratourism.com/*

Kabupaten Musi Banyuasin
Kabupaten ini beribukota Sekayu, berbatasan dengan wilayah Jambi di Utara, Muara Enim di Selatan, Musi Rawas di Barat, dan Banyuasin di Timur.

Tempat wisata di Musi Banyuasin antara lain:
  • Danau Konger : Di pinggiran Desa Sungai Dua, Kecamatan Sungai Keruh, 45 Km dari Kota Sekayu, berbentuk bundar, dan airnya sangat jernih.
  • Danau Ulak Lia : terletak di Desa Soak Baru, Kecamatan Sekayu, 2,5 Km dari Kota Sekayu, dikelilingi pohon rindang dan suasananya alami.
  • Jembatan Musi : Membentang di atas Sungai Musi, dibangun pada 1987 – 1988 dengan konstruksi besi baja.
  • Perkampungan Suku Kubu Kandang : Desa Muara Bahar, yang tersebar di Teluk Beringin, Bungkal dan Telapan, yang diakses dengan menggunakan perahu motor. 


    Danau Ulak Lia di Kabupaten Musi Banyuasin *sumber www.jalanjalanyuk.com*

    Kabupaten Banyuasin
    Kabupaten Banyuasin dengan motto "Bumi Sedulang Setudung dengan Ibukota Pangkalan Balai memiliki objek wisata antara lain:
    • Monument Front Langkan. Front bersejarah yang terletak di Jalan Palembang - Betung KM 35. Banyuasin III. Monumen ini merupakan salah satu ikon Kabupaten Banyuasin yang dibangun untuk memperingati peristiwa pertempuran lima hari lima malam di kota Palembang tanggal 1 Januari s/d 5 Januari 1947.
    • Danau Kedukan Air Batu. Danau ini terletak di Kelurahan Air Batu Kecamatan Talang Kelapa, tepatnya terletak di Desa Talang Bungin berjarak tidak terlalu jauh dari pusat kota Pangkalan Balai.
    • Wisata Air Sungsang. Sungsang sebagai Desa Wisata Air yang terkenal mempunyai pemandangan alam yang indah.
    • Wisata Budaya Adat Perkawinan Desa Sungsang. Adat istiadat pernikahan Desa Sungsang dikenal dengan nama Basengi.


    Danau Kedukan Air Batu di Kabupaten Banyuasin *sumber : www.panoramio.com*

    Kota Palembang
    Ibukota provinsi Sumatra Selatan ini memiliki banyak tempat wisata populer, diantaranya Jembatan Ampera, Sungai Musi, Benteng Kuto Besak, Masjid Cheng Ho, Bukit Siguntang, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Palembang, Gedung Kantor Walikota, Kembang Iwak Family Park, Hutan Punti Kayu, Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya, Wisata Kuliner Kampung Kapitan, Monumen perjuangan Rakyat Palembang, Pulau Kemaro, Wisata Kuliner Martabak HAR, Wisata Kuliner Pempek Candy, Gelora Sriwijaya, Rumah Limas.
     

    Pulau Kemaro *sumber www.anekatempatwisata.com*

    Ajang Olahraga Terunik Sedunia
    Keunikan ajang olahraga Musi Triboatton adalah mengabungkan tiga cabang olahraga yaitu Kayak, Kano, dan Perahu Naga. Olahraga ini bisa jadi ikon dunia, karena menjadi satu-satunya di dunia.

    Peserta Musi Triboatton tahun 2016 ini datang dari 12 Negara termasuk tuan rumah Indonesia.
     

    International Musi Triboatton 2015 *sumber: sisijalan.com*

    Sport, Challenge, and Tourism
    Perlombaan Musi Triboatton tidak semata fokus pada kompetisi olah raga namun juga mengangkat sektor pariwisata dan budaya yang ada di Sumatera Selatan sehingga memberi manfaat bagi masyarakat dan daerah Sumsel, di antaranya: .
    • Mempromosikan pariwisata Sumatera Selatan ke tingkat dunia melalui kegiatan olahraga dan budaya  dengan mengoptimalkan potensi Sungai Musi sebagai ikonnya
    • Meningkatkan kegiatan wisata alam dan budaya di Indonesia
    • Memacu bidang pengembangan sarana prasarana dan perbaikan pola hidup masyarakat setempat ke tingkat yang lebih baik dengan membuka akses dan peluang investasi ke pasar nasional dan internasional.
    • Meningkatkan kualitas daerah aliran sungai dan mempopulerkan wisata river cruise dengan memanfaatkan potensi yang ada di Sungai Musi dan sekitarnya.
    • Sebagai media pengembangan bakat atlet dayung Indonesia

    Kolaborasi antara olahraga dan pariwisata tentu akan membantu perkembangan pariwisata di Indonesia, khususnya Sumsel. Dengan terselenggaranya event ini, Sumsel akan menjadi destinasi pariwisata dunia melalui olahraga air serta meningkatkan sensasi di Sumatera Selatan sebagai tujuan wisata petualangan.
     


    Mari Jelajah Musi Triboatton ^_^
    *Photo : Katerina*

    Wisata Sumsel memang menggiurkan. Tak cukup wisata kuliner, budaya, dan wisata alamnya yang tersebar di kabupaten-kabupatennya, Sungai Musi yang menjadi ikon di ibukota provinsi pun menyuguhkan keunikan tingkat dunia.

    Jika berperahu menyusuri Sungai Musi sesaat saja sudah membuat saya merasakan sensasi petualangan yang tak biasa, bagaimana jika ditambah dengan menyaksikan olah raga terunik sedunia dalam ajang Musi Triboatton, ya?

    Tunggu apa lagi? 
    Ayo ke Palembang!

     
    Jika kamu blogger, kamu punya kesempatan gratis menyaksikan Musi Triboatton di hari terakhir. Caranya ikuti lomba blog bertema Jelajah Musi Triboatton. Informasi lengkap dapat dibaca di website http://southsumatratourism.com/news/ 

    6 Guest House Untuk Para Backpacker di Yogyakarta

    $
    0
    0
    1. Raffles City Center

    Raffles City Center merupakan homestay yang patut dilihat oleh para backpacker, karena selain nyaman untuk beristirahat, homestay ini juga dekat dengan fasilitas publik, letaknya yang strategis, dan sangat dekat dengan Bandara Adi Sutjipto.

    Raffles City Center memasang harga yang sangat terjangkau mulai harga Rp 80.000 hingga Rp 280.000. Dengan harga yang sedemikian murah, homestay ini memberikan pelayanan yang cukup memuaskan dan juga menyediakan fasilitas yang cukup memadai, termasuk WiFi yang disediakan bagi para tamu dan dapat di akses dari seluruh bagian Raffles City Center.

    Restoran Raffles City Center merupakan restoran yang memiliki menu yang lezat dengan berbagai pilihan sesuai selera tamu. Perpaduan harga murah dengan pelayanan dan fasilitas memuaskan membuat tamu akan merasa nyaman beristirahat di homestay ini.

    sumber : traveloka.com

    2. Venezia Homestay & Garden

    Venezia Homestay & Garden memasang harga Rp 95.000 sampai Rp 275.000 dengan fasilitas Kolam Renang outdoor, Jasa Tur, Café, Restoran,  dan banyak fasilitas lainnya. 

    Dari Bandara Adi Sutjipto hanya berjarak 8,05 km dari hotel ini. Tepatnya terletak di Mantrijeron. Di sekitar hotel terdapat tempat-tempat yang biasa  dikunjungi para wisatawan, seperti Istana Air Tamansari, dan juga tak jauh dari Keraton Yogya.

    Bagi seorang backpacker, homestay ini merupakan pilihan yang tepat karena murah dan juga nyaman untuk beristirahat. 

    Venezia Homestay & Garden selain menawarkan harga yang murah dan situasi yang nyaman, design interior pun enak dipandang mata. Homestay ini tepat untuk menginap bersama keluarga saat berlibur di Yogya. 

    sumber: traveloka.com

    3. Aliya Homestay

    Homestay yang terletak tak terlalu jauh dari Keraton Pakualaman, hanya sekitar 1,17 km, dari Bandara Adi Sutjipto jaraknya hanya 5,12 km, Saphir Square berjarak 1,58 km, dan lokasi yang cukup strategis. Homestay ini berada di Umbulharjo.

    Harga yang dipasang di sekitar Rp 70.000 sampai dengan Rp 420.000, dan fasilitas yang didapat adalah antar jemput bandara, persewaan mobil, jasa tur ketempat-tempat wisata, toserba, laundry, bank dan juga atm. Fasilitas yang cukup lengkap ini membuat para tamu merasa nyaman dan semua yang dibutuhkan sudah ada disini.

    Aliya Homestay menawarkan tempat istirahat bagi para backpaper yang mengutamakan biaya murah untuk mendapatkan kenyamanan saat beristirahat. 

    Sumber: traveloka.com

    4. Mango Tree Dipudjo Homestay

    Homestay dengan harga Rp 100.000 sampai Rp 325.000, merupakan pilihan yang cerdas saat sedang berada di Mergangsan karena dekat dengan Bandara Adi Sutjipto yaitu hanya 7,26 km. Homestay ini juga dekat dengan  fasilitas publik sehingga memudahkan bila ingin pergi kemanapun. 

    Fasilitas yang tersedia di Homestay ini antara lain, WiFi di area homestay, laundry, jasa tur (bila ingin berkeliling kota Yogya ataupun ke tempat-tempat wisata di Yogya), taman, ruang TV, dan juga terdapat area bebas asap rokok.

    Backpacker dijamin akan menyukai Mango Tree Dipudjo Homestay, karena selain harga yang murah, pelayanan yang ramah, fasilitasnya pun cukup memadai.  

    Sumber: traveloka.com

    5. Metro Guesthouse

    Metro Guesthouse terletak dekat Bandara Adi Sutjipto, yaitu sekitar 7,58 km. Fasilitas publik juga tak jauh dari guesthouse ini. 

    Guesthouse dengan harga sekitar Rp 200.000 ini memiliki fasilitas WiFi di area umum sekitar hotel,  layanan kamar 24 jam, area parker, jasa tur Brankas, kafe, restoran, laundry, dan ruang TV. Juga menyediakan jasa tur bagi para tamu yang ingin berwisata ke beberapa daerah wisata di kota Yogya, ataupun ingin berkeliling di dalam Yogya. Fasilitas lain yang terdapat di dalam guesthouse ini cukup memadai, seperti misalnya kolam renang, dan juga restoran dengan menu yang lezat dan menggugah selera. 

    Sumber: traveloka.com

    6. Wisma Ary's

    Wisma Ary’s memasang harga mulai Rp 165.000 sampai Rp 460.000. Wisma Ary's yang tepatnya berada di Mantrijeron merupakan wisma dengan lokasi yang strategis, dan merupakan wisma yang cukup dekat Bandara Adi Sutjipto, yaitu hanya sekitar 8,55 km. Beberapa tempat menarik juga ada disekitar ini seperti misalnya dalam jarak 1,34 km terdapat Keraton Yogya, dan dalam jarak 0,91 km terdapat Istana Air Tamansari.

    Terdapat beberapa tempat menarik di sekitarnya, seperti Istana Air (Tamansari) yang berjarak sekitar 0,91 km dan Kompleks Keraton berjarak sekitar 1,34 km.

    Fasilitas wisma seperti layanan kamar 24 jam, WiFi gratis di sekitar Wisma Ary’s, AC, Teras, Bathtub, Meja, Brankas kamar, TV, Laundry, Jasa tur untuk berkeliling Yogya dan juga menuju ke tempat-tempat wisata di kota Yogya, Resepsionis 24 jam, antar jemput dari dan menuju bandara yang berbiaya, dan juga persewaan mobil. Menu yang ada di Restoran yang terdapat disini merupakan menu lezat khas Wisma Ary's. 

    Resepsionis Wisma Ary's buka 24 jam siap untuk melayani proses check-in, check-out dan juga kebutuhan tamu selama menginap di Wisma Ary’s. 

    Sumber: traveloka.com


    Untuk mempermudah pencarian hotel-hotel di atas atau pun hotel lainnya, silakan buka situs www.traveloka.com, maka akan ada berbagai macam pilihan hotel yang dapat temukan. Selain mudah, proses pemesanannya pun cepat.

    Kamu sudah coba?

    Wisata Tarakan, Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan #Dimuat di Majalah Sriwijaya Air April 2016

    $
    0
    0
    Artikel ini pernah dimuat untuk inflight magazine Sriwijaya Air edisi bulan April 2016. 


    Cover majalah

    Berikut ini artikel mentah yang belum diolah jadi bagus lho ya :D
    Selamat membaca. Semoga bermanfaat :)

      
    Melancong ke Tarakan, Menjenguk Bekantan si Monyet Hidung Besar 

    Di Jakarta, hewan bekantan merupakan maskot Duffan Ancol. Namun, bagi Kota Tarakan bekantan merupakan ikon pariwisata. Jika biasanya bekantan dapat dijumpai di belantara hutan Kalimantan, maka di Tarakan bekantan dapat dijumpai di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) yang terletak di tengah keramaian kota.   

    Memasuki KKMB tak sesulit memasuki hutan belantara. Area seluas 22 hektar ini mudah dicapai dari terminal angkutan kota maupun bandara Juwata. Meskipun berada di kota, tetapi suasana hutan belantara bisa didapatkan di KKMB. Cukup dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 3 ribu per orang, saya sudah dapat menyaksikan hewan bekantan yang tergolong langka dan endemik di antara rindang daun pepohonan tanaman bakau yang menjuntai.  



    Atmosfer teduh, nyaman, sejuk, dan asri langsung terasa ketika memasuki KKMB. Dengan mengikuti jalur jalan yang terbuat dari kayu terbentang panjang, saya dapat menyusuri deretan rimbunnya mangrove sambil melihat-lihat bekantan yang ada di pohon. Seringkali suara kicauan aneka satwa burung terdengar saling bersahutan melantunkan senandung kedamaian.

    Beragam jenis mangrove tumbuh di hutan ini. Saya dapat mengenalinya melalui papan informasi yang terpasang di dalam kawasan. Mulai dari mangrove yang berakar tunjang, akar nafas, maupun akar lutut. Ada juga jenis api-api (avicennia spp ), pidada (sonneratia spp.), hingga kendeka (bruguiera spp.), serta beragam jenis mangrove lainnya.  





    Sekitar awal tahun 2000, kawasan wisata edukatif ini masih berupa hutan mangrove yang tidak terurus. Setelah pemerintah kota menggagas pendirian kawasan konservasi hutan mangrove dengan reboisasi dan penghijauan, serta melengkapinya dengan beberapa jenis mangrove, bekantan, dan kepiting payau, kawasan mangrove ini pun menjadi kawasan yang tertata rapi, asri, dan nyaman. Bahkan menjadi kawasan favorit yang harus dikunjungi jika berwisata di Kota Tarakan. Di KKMB terdapat juga hewan lainnya yang hidup bebas berkeliaran seperti kadal, salamander, dan tupai.  


    Daftar nama hewan dan tumbuhan yang ada di KKMB

    Satwa Lindung
    Bekantan (Nasalis larvatus) biasa disebut Monyet Belanda, merupakan spesies primata tergolong langka dan endemik dengan habitat terbatas pada hutan bakau, hutan di sekitar sungai dan habitat rawa gambut yang sebagian telah terdegradasi oleh berbagai aktivitas manusia. Di Asia Tenggara, bekantan hanya dapat ditemukan di Pulau Kalimantan yang meliputi negara Indonesia, Malaysia, dan Brunei.
     
    Warna bulunya bagus

    Hewan lucu dan menggemaskan

    Bekantan termasuk jenis satwa dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999, dikategorikan sebagai spesies endangered (terancam punah) setelah sebelumnya masuk kategori “Rentan” (Vulnerable; VU) oleh IUCN Redlist sejak tahun 2000, dan  juga terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional).

    Bekantan memiliki ciri khas berupa hidung panjang dan besar dengan warna coklat kemerahan pada punggung dan bahunya. Dadanya berwarna krem, dengan kerah krem di sekitar leher dan pinggang sampai ekornya. Lengan dan kakinya yang panjang berwarna abu-abu. Bulu oranye menutupi bahu dan ada semacam topi bulu merah gelap menutupi kepalanya. Wajahnya berwarna merah-daging dengan mata kecil cokelat yang cerdik. Telinganya kecil dan lurus ke atas kepala. Ekornya sama panjangnya dengan tubuhnya.
     
    Saya dan teman-teman trip Derawan :)

    Jembatan kayu di dalam hutan mangrove memudahkan untuk berjalan

    Kebanyakan bekantan memakan daun pohon bakau dan pedada dengan memilih daun yang lebih tua. Bekantan juga makan buah-buahan dan biji-bijian. Bekantan lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon, tetapi juga memiliki kemampuan berenang dan menyelam yang baik. Di KKMB ini, jika ingin melihat bekantan dari dekat maka jangan sekali-kali mengeluarkan suara keras karena bekantan pasti akan pergi. Dengan mengikuti tip tersebut, saya pun bisa melihat seekor bekantan dengan perutnya yang besar sedang asyik memakan daun.
     
    Bersih, sejuk, dan segar

    Habitat mangrove merupakan tempat berlindung yang aman bagi bekantan. Tak hanya jadi tempat berlindung dari predator seperti macan tutul dan ular piton, tetapi juga dari manusia. Konsep hutan kota seperti KKMB selayaknya ditiru oleh kota-kota lainnya. Dengan menyisakan kota untuk area perlindungan sekaligus sebagai objek wisata, tidak sekedar untuk menambah segar suasana udara di sekitar kota tetapi juga ikut melestarikan beberapa satwa khas daerah yang mulai langka.  


    Kamu sudah berkunjung ke KKMB Tarakan?

    Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi #Dimuat di Majalah Noor Edisi April 2016

    $
    0
    0


    Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi menjadi artikel saya yang ke-5 yang dimuat oleh Majalah Noor dalam rubrik Journey of Heart. Seperti tiga artikel sebelumnya, artikel kali ini masih bercerita tentang masjid. Satu artikel lainnya yang pernah dimuat pada edisi Juni 2014 menjadi satu-satunya artikel yang  bercerita tentang wisata alam (Lembah Harau Sumatra Barat). Empat artikel terakhir tentang masjid memang menyesuaikan permintaan redaksi. Dulu bahkan pernah juga diminta untuk mengulas wisata religi seperti pesantren dan bangunan bersejarah Islam. Tapi saya hanya menyanggupi untuk menulis tentang masjid. Kabar terbaru yang saya dapat, sekarang artikelnya boleh selain wisata masjid.

    Selalu merasa terharu setiap kali ada artikel dimuat di media cetak. Bukan semata soal : "horeee...saya nampang", tapi karena teringat proses pembuatannya. Mulai dari saat berkunjung, mengumpulkan bahan (memotret dan wawancara), menulis, mengirim, hingga menunggu kabar apakah layak dimuat atau tidak. Karena latar belakang saya bukan jurnalis, menghasilkan tulisan untuk dimuat di media cetak itu terasa sekali perjuangannya. 

    Cover edisi April 2016

    Saya tidak pernah mengkhususkan diri berkunjung ke suatu daerah hanya untuk meliput masjid. Meski sambilan, tetapi saya datang dengan serius. Ada rasa ingin tahu yang besar untuk mengenal sejarah berdirinya masjid. Pun keinginan untuk mengamati dan menikmati keindahan arsitektur masjid. Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan, juga untuk menambah pengalaman. Jika kemudian saya menuliskannya, itu karena didorong oleh rasa ingin berbagi.

    Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi saya kunjungi pada tgl 2 Sept 2015 ketika sedang berlibur di Watu Dodol bersama empat sahabat saya yaitu mbak Irawati, mbak Zulfa, Mbak Andrie, dan Lestari. Saya menyambangi masjid ini sebelum keberangkatan saya ke Surabaya. Hanya punya waktu kurang dari satu jam untuk mengulik masjid yang jaraknya saya tempuh sekitar 30 menit dari Watu Dodol dengan naik ojek motor. 

    Dimuat 4 halaman

    Jam 08.56 WIB. Masjid terlihat sepi. Saya langsung berkeliling, keluar masuk, dan naik turun tangga sendirian. Barang bawaan saya titip ke abang ojek yang menunggu di parkiran. Setelah puas memotret, saya mencari pihak pengelola, tapi tak satupun saya temui. Kantor di lantai dasar kosong. Ada seorang ibu di dekat kelas TPA, tapi tidak dapat memberikan informasi apapun. 

    Setelah mondar-mandir berharap bertemu seseorang yang bisa saya mintai keterangan, akhirnya saya memutuskan pergi karena tinggal 25 menit lagi waktu saya untuk check in di bandara Blimbingsari. Ojeknya saya suruh ngebut. Cuaca saat itu terbilang terik, saya kepanasan dan keringatan. Tapi lega karena bahan untuk menulis sudah saya dapatkan. Tinggal informasi sejarah saja yang belum. Selanjutnya, agar bahan tulisan semakin lengkap, saya melakukan pencarian (narasumber) yang tidak sebentar. Mulai dari menghubungi dinas pariwisata, yang kemudian diarahkan ke beberapa nama, hingga akhirnya bertemu (via telpon) sumber terpercaya yang melimpahi saya dengan catatan sejarah yang valid. 

    11 foto yang dimuat

    Hampir dua minggu saya menyusun tulisan, dan hampir 4 bulan saya menunggu tulisan ini dimuat di majalah. Penantian yang tidak sebentar hanya untuk sebuah tulisan yang dimuat dalam satu edisi saja. Tapi saya lega, akhirnya informasi tentang masjid kebanggaan warga Banyuwangi ini sampai ke hadapan pembaca setia majalah Noor. Kalau ada yang berminat membacanya, saya anjurkan untuk membeli majalahnya dan membaca versi cetaknya juga. Ada banyak artikel menarik dalam edisi ini :)

    Biasanya nih, kalau ada tulisan sendiri pasti merasa harus punya majalahnya ya. Nah, kemarin (Rabu 17/5/2016) saya mencari majalah ini di lapak langganan (di Giant BSD), tapi sudah kehabisan. Cari di lapak yang ada di Eka Hospital ternyata habis juga. Kok pada habis ya? Apa karena sudah lewat edisinya? Entah juga. Akhirnya saya ke tobuk Gramedia Teras Kota baru dapat. Itu pun sisa satu. Alhamdulillah :D


    halaman ke-4

    Journey of Heart
    Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi
    Oleh : Katerina 


    Banyuwangi sebagai kabupaten terluas di Jawa Timur, memiliki banyak masjid yang tersebar dari kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Masjid Agung Baiturrahman merupakan satu di antara sekian banyak masjid yang menjadi satu-satunya Masjid Agung di Kabupaten Banyuwangi. Melihat sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman, mulai dari bentuk yang sangat sederhana sampai bentuk yang hampir sempurna seperti sekarang ini, banyak sekali peningkatan dan pengembangan; mulai dari segi fisik, fungsi, dan bentuk bangunan.

    Masjid Agung Baiturrahman merupakan ikon Kabupaten Banyuwangi dan Propinsi Jawa Timur. Masjid yang sebelumnya bernama Masjid Jami’ Banyuwangi ini berdiri di saat kota Banyuwangi pertama kali dibangun. Selain tergolong tua, masjid ini juga sarat sejarah, serta memiliki banyak keistimewaan yang nyaris tak dimiliki oleh masjid lainnya di Indonesia.

    Masjid Agung Baiturrahman (MAB) terletak di jalan Jendral Sudirman nomor 137 di depan Taman Sritanjung. Lokasi MAB cukup strategis dan mudah dijangkau, karena berada di jantung kota Banyuwangi. MAB berdiri di atas tanah seluas + 5.245 m2 dan luas bangunan + 7.245 m2, masjid ini berkapasitas + 5.110 orang.
     
    Tampak depan masjid

    Sekilas Sejarah Masjid
    Sejarah berdirinya Masjid Agung Baiturrahman tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Banyuwangi, karena keduanya memiliki ikatan yang sangat kuat. Sama-sama didirikan oleh Bupati Blambangan terakhir, sekaligus Bupati Banyuwangi pertama yaitu Bupati Raden Tumenggung Wiroguno I (Mas Alit) yang memerintah selama 9 tahun (1773-1782). Pada zaman pemerintahan Mas Alit, perkembangan agama Islam tidak dapat dibendung lagi, apalagi waktu itu Mas Alit sendiri sebagai Bupati Blambangan terakhir atau Banyuwangi pertama yang berkedudukan di Benculuk sudah memeluk agama Islam.

    Dapat disimpulkan bahwa agama Islam sudah menjadi agama rakyat Blambangan sekaligus mewarnai juga kehidupan pemerintahan masa itu. Menurut I Made Sudjana dalam bukunya “Nagari Tawon Madu” menyebutkan, bahwa nagari (ibukota) Banyuwangi selesai dibangun pada tanggal 24 Oktober 1774. Sejak itu birokrasi pemerintahan Banyuwangi berjalan lancar sampai sekarang ini.
     
    Berdirinya Masjid Agung Baiturrahman di Kabupaten Banyuwangi dengan hak kewenangan pengembangannya mengacu pada kewenangan kepindahan kota kabupaten dari Benculuk ke Banyuwangi, hingga dapat disimpulkan bahwa Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi merupakan masjid yang bersifat monumental dalam hubungannya dengan penyebaran agama Islam di bumi Blambangan.
     
    Kaca grafir berlafaskan Allah dan berhiaskan motif Gajah Oling

    Mas Alit adalah bupati yang sangat diharapkan rakyat Banyuwangi, sebab proses pengangka¬tan¬nya adalah usulan rakyat, dan tidak semata-semata ditunjuk oleh VOC. Tinta hijau sejarah mencatat Mas Alit sebagai muslim yang taat, dibuktikan dengan penataan arsitektur kota Banyuwangi yang sarat akan filosofi Islamnya, seperti Masjid Agung Baiturrahman, Pendapa Sabha Swagatha Blambangan (rumah dinas para Bupati Banyuwangi dari masa ke masa), penjara/Mapolres Banyuwangi, dan alun-alun –Taman Sritanjung– serta pasar Banyuwangi, dari sini sirkulasi perekonomian berjalan lancar.

    Masjid Agung Baiturrahman tergolong masjid tertua di Kabupaten Banyuwangi. Sejak pertama didirikan, masjid kebanggaan masyarakat Banyuwangi ini telah mengalami beberapa kali renovasi (pembangunan); pertama: 1844, kedua: 1971, ketiga: 1990 & keempat: 2005. Pemugaran demi pemugaran pada masjid bersejarah dan monumental ini, tentunya, telah membawa perubahan yang sangat signifikan, khususnya bagi jama’ah Masjid Agung Baiturrahman, juga masyarakat (muslim) Banyuwangi yang semakin hari semakin kerasan berlama-lama di dalam masjid sekaligus lebih khusyuk beribadah.  

    Air mancur bernama Dzikir Cinta di depan aula MAB. Menyerupai bunga anturium raksasa, digunakan sebagai tempat berwudhu

    ENAM KEISTIMEWAAN
    MAB memiliki keistimewaan yang nyaris belum pernah dijumpai di masjid-masjid lainnya di Indonesia. 
    1. Kubah geser/berjalan di serambi selatan dan serambi utara masjid. 
    2. Air mancur Dzikir Cinta di depan aula masjid yang berbentuk bunga anturium raksasa berfungsi juga sebagai tempat wudhu' jama'ah. 
    3. Kaca grafir raksasa yang berlafadzkan Allahu Akbar, Allah SWT & Muhammad SAW di ruang utama. 
    4. Al-Qur'an raksasa di ruang utama 
    5. Tangga utama yang sangat megah (di bawahnya ada ruang wudhu'/kamar mandi dan tempat penitipan sandal-sepatu serta gudang) sebagai jalan menuju lantai 2 masjid. 
    6. Lampu gantung yang sangat besar (raksasa) menancap megah di ruang utama, dua lampu kembar menancap di ruang sayap selatan dan utara, sehingga gemeriap cahayanya menghiasi ruangan masjid, kemegahan pun makin tak tertandingi!

    Kaca-kaca grafir

    Perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan Banyuwangi mendominasi arsitektur bangunan MAB, karena masjid ini adalah simbol kemegahan dan keberhasilan pembangunan Kabupaten/Kota Banyuwa¬ngi. Ornamen masjid kental dengan nuansa daerah. Di antaranya motif mimbar masjid yang secara keseluruhan bernuansa asli Banyuwangi dengan motif ukiran Gajah Oling. 


    Makna filosofis Gajah Oling berarti mengingat Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya, juga melaksanakan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW sebagai jalan terbaik dalam menjalani kehidupan ini agar harmonisasi hayati bisa terjaga sekaligus terpelihara dengan baik.  Ornamen Gajah Oling ini juga menghiasi deretan jendela tertutup (kaca grafir) di bawah kubah sayap selatan, kubah tengah, kubah sayap utara, tak ketinggalan juga kaca grafir dengan motif Gajah Oling ini menghiasi krawangan besi hollow yang mengitari semua ruangan masjid dari empat penjuru.
     
    Lantai marmer hijau merk verde patricia yang khusus di-import dari India

    Motif bintang sembilan yang secara keseluruhan juga menghiasi semua pintu dan jendela krawangan kayu jati bersanding dengan ukiran motif Gajah Oling, di samping itu bintang sembilan juga menghiasi kaca grafir krawangan besi hollow bersanding dengan kaligrafi dan motif Gajah Oling juga tak ketinggalan berjejer di list gypsum, variasi kolom atas, menjadi hiasan lampu-lampu bundar ruangan dalam masjid.

    Bintang sembilan memiliki makna yang sangat dalam. Sebagai simbol sembilan kiat Sufi yang tercantum dalam kitab Kifayatul At-Qiya karangan Sayyid Abi Bakar, yang menjadi jati diri menuju Mahabbatullah. Sembilan juga bermakna sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Secara garis besar, bintang sembilan merupakan cahaya ulama yang merepresentasikan akhlaq yang telah diajarkan para ulama sebagai dasar pijakan umat. Bintang yang berjumlah sembilan juga melambangkan para penyebar Islam pertama di dunia dan para penerusnya yaitu Rasulullah Muhammad SAW, Abubakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hambali.  

    Mihrab dan mimbar

    PRASARANA DAN SARANA MASJID
    MAB merupakan bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk shalat jama’ah pria dan lantai dua untuk shalat jama’ah wanita, namun saat shalat Jum’at lantai dua ini juga digunakan untuk shalat jama’ah pria. Ruang utama masjid mampu menampung jama’ah shalat kurang lebih 400 orang. Ruang utama adalah ruang yang cukup sakral, di samping untuk rutinitas shalat rawatib dan shalat sunnah, ruang ini paling difavoritkan untuk akad nikah. Titik pusat kegiatan pengajian juga bertumpu di ruang utama. Di ruang utama masjid, tampak kaca grafir nangkring dengan sempurna di lantai II mihrab, kanan mihrab juga kiri mihrab. Ukuran kaca-kaca grafir ini termasuk sangat besar bahkan raksasa.  

    Ukiran mimbar bermotif gajah oling

    Kemegahan Masjid Agung Baiturrahman sangat terasa ketika menatap ruang mihrab yang cukup luas dan tinggi menjulang sampai menembus atap mihrab. Pilar kokoh tak tertandingi menghiasi pintu masuk mihrab, bagai penjaga Imam Masjid, apalagi dipadu dengan warna keteduhan hijau terang, pilar dan mihrab menyatu dalam kekhusyukan. Mihrab ini memiliki luas 20,30 m2 dengan panjang 5,80 m dan lebar 3,50 m. Sedangkan mimbar terletak di sebelah kanan mihrab. Mimbar terdiri dari tiga anak tangga dan sebuah tempat duduk untuk khatib. Bahan mimbar terbuat dari kayu jati yang halus, bagus, dan kokoh. Mimbar MAB tampak indah-menawan dengan ukiran motif Gajah Oling asli Banyuwangi.
     
    Lantai 2 tempat shalat jamaah wanita

    Masjid Agung Baiturrahman termasuk masjid yang memiliki arsitektur yang mungkin tidak dimiliki oleh masjid lainnya. Masjid Kabupaten ini luasnya memanjang ke samping kanan dan kiri bahkan sangat panjang yang kedua-duanya sama atau kembar, kondisi ruangan yang memanjang ke samping kanan-kiri ini bertujuan untuk memaksimalkan ruangan masjid agar lebih luas dan tentunya megah.

    Di samping ruang utama, terdapat pula beberapa ruang shalat lainnya yang cukup luas, seperti ruang shalat utara dan tuang shalat selatan. Ruang shalat utara dan selatan tersebut  terdiri dari dua lantai, lantai 1 dan lantai 2 yang juga sama-sama luasnya. Ruang shalat lantai 1 ini khusus digunakan untuk jama’ah pria, sementara ruang shalat utara lantai 2 khusus digunakan untuk jama’ah wanita namun saat shalat Jum’at digunakan untuk jama’ah pria.

    Di ruang shalat utara lantai 2 sebelah barat tampak kaca grafir dan warna berbentuk relung hollow berjumlah tiga unit yang masing-masing bertuliskan Subhanallah, Allahu Akbar, La Haula Wala Quwwata Illa Billah yang dikelilingi ornamen batik Gajah Oling. Di sebelah timur juga ada kaca grafir dan warna berbentuk relung hollow bertuliskan Allah Muhammad juga bintang berjumlah sembilan yang dikelilingi juga dengan ornamen batik Gajah Oling.
     
    Motif gajah oling pada tiang-tiang besi hollow

    Ruang aula serbaguna terletak paling selatan. Ruang ini dipersiapkan untuk pengembangan Masjid Agung Baiturrahman menuju Masjid Paripurna. Gedung aula terdiri dari 2 lantai, lantai 1 untuk kegiatan pendidikan dan ekonomi termasuk perkantoran. Sementara gedung aula lantai 2 digunakan untuk ibadah shalat dan pendidikan termasuk perkantoran. Di samping untuk ibadah shalat Jum’at dan shalat Ied, aula serbaguna lantai 2 juga digunakan untuk rapat-rapat besar, resepsi pernikahan, dan lain-lain. Gedung aula serbaguna lantai 1 ini mampu menampung jama’ah shalat kurang lebih 510 orang.

    Perkantoran yang ada meliputi kantor Sekretariat, Kantor Takmir/Yayasan, kantor TPQ, kantor Madin, Kantor TK/RA, Kantor Seni Hadrah, Kantor Pencak Silat, Kantor LAZIS, Kantor Koperasi, Ruang Tamu/Rapat, Ruang Muballigh/Khotib/Imam/Muadzin, Ruang Perpustakaan, Ruang Pemuda-Remaja, Ruang Muslimat, Ruang Klinik, Ruang Stasiun Radio Baiturrahman, Ruang Stasiun Baiturrahman Televisi, Toko Baiturrahman, Dapur Baiturrahman, Gudang, Tempat Penitipan Sandal/Sepatu, dan Pos Keamanan.
     
    Motif bintang sembilan pada pintu-pintu dan jendela-jendela

    Di samping lembaga dan unit kegiatan-usaha di lingkungan Masjid Agung Baiturrahman serta aula Baiturrahman, ada juga lembaga yang berkantor di gedung Islamic Center Baiturrahman (ICB) yaitu pu¬sat kajian Islam, tempat pelati¬han, dan pusat peristiwa budaya. Gedung ICB merupakan bangunan berlantai 2 yang berdiri sejak tahun 1998 di atas tanah milik MAB seluas 7.880 m2 di tengah kota atau tepatnya di Jalan Ahmad Yani No. 49, Banyuwangi. Jaraknya kurang lebih 1 km dari MAB menuju ke selatan. Beberapa lembaga yang berkantor dan melakukan kegiatan di gedung ICB adalah KBIH, LPIB, TPQ Baiturrahman 2, TK/RA Baiturrahman 2, Pendidikan Perguruan Tinggi, dan lain-lain. 

    Ornamen gajah oling pada pintu

    KUBAH GESER PERTAMA DI INDONESIA
    Secara keseluruhan Masjid Agung Baiturrahman memiliki 11 kubah (1 kubah utama, 2 kubah sayap (utara dan selatan), 2 kubah berjalan (serambi utara dan serambi selatan), dan 6 kubah kecil. Kubah utama Masjid Agung Baiturrahman memiliki diameter lingkar 13,5 m. Posisinya terletak di tengah dan menyanggah ruang utama. Kubah berjalan atau kubah geser MAB posisinya ada di bagian utara dan bagian selatan atau tepatnya di atas serambi utara lantai 2 dan serambi selatan lantai 2.

    Menurut informasi, kubah berjalan yang menggunakan rel sleeding ini adalah yang pertama di Jawa Timur bahkan bisa jadi di Indonesia. Kubah yang bergeser atau berjalan di atas rel dari barat ke timur saat membuka dan dari timur ke barat saat menutup adalah sebentuk atap masjid yang memiliki keindahan tersendiri, di samping sebagai ventilasi terbuka raksasa agar sirkulasi udara dalam ruangan benar-benar terjaga dengan baik. Apalagi di saat menara Masjid Agung Baiturrah¬man mengumandangkan adzan, kubah berjalan membuka pintu cahaya, langit mempersembahkan berjuta bintang-gemintang. Subhanallah! 
     
    Punya 11 kubah

    Menyaksikan sekaligus menikmati keindahan kubah geser pertama di Indonesia ini, seperti menyak¬sikan keindahan kubah berjalan di Masjid Nabawi, Madinah, Saudi Arabia, karena sistem kerjanya tidak jauh berbeda. Bisa jadi, kubah geser pertama di Indonesia ini akan menjadi tujuan wisata spiritual tersendiri, untuk menikmati sesuatu yang lain daripada yang lain. Kehadiran kubah berjalan ini juga semakin mempertegas bahwa MAB memang layak menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi, dan menjadi masjid teladan sekaligus rujukan masjid-masjid lain di Kabupaten Banyuwangi.

    FASILITAS
    Untuk akses menuju lantai 2, Masjid Agung Baiturrahman memiliki 6 unit tangga, yang kesemuanya tersebar di timur, utara, dan selatan masjid. Tangga utama terletak di sebelah timur ruang utama. Tampak megah bak tangga kerajaan besar menunggu jama’ah Baiturrahman untuk beribadah di lantai 2 masjid yang sejuk dengan ditemani semilir angin sepoi-sepoi basah dari timur. Di trap tangga, bisa jadi tempat duduk-duduk santai sembari menyaksikan terbitnya matahari pagi maupun merasakan sejuknya udara sore saat matahari terbenam atau menyaksikan keramaian kota Banyuwangi dari atas ketinggian. Tangga utama ini merupakan akses jama’ah dari areal parkir depan masjid menuju lantai 2.
     
    Daya tampung masjid mencapai 5110 orang jamaah

    Kesejukan bangunan Masjid Agung Baiturrahman sangat terasa, di samping konstruksi bangunannya yang megah dan kokoh, ditambah lagi tempat sujud berlantai marmer hijau merk verde patricia yang khusus di-import dari India. Jama’ah Baiturrahman juga bisa berdzikir sambil bersandar di (variasi) pilar/kolom masjid yang sejuk dan kokoh. 

    Tempat wudhu’, toilet, kamar mandi/WC merupakan fasilitas pendukung yang sangat penting bagi sebuah masjid. Di MAB, fasilitas ini menyebar di beberapa titik, mulai dari sebelah selatan masjid atau dekat ruang serambi selatan lantai 1, dekat ruang serambi selatan lantai 2, di depan ruang shalat selatan paling selatan, di gedung aula lantai 1, hingga di gedung aula lantai 1 paling utara.

    Taman, halaman, tempat parkir, dan air mancur adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dari sini sumber kesejukan masjid, taman yang rindang, halaman dan tempat parkir yang rapi sekaligus air mancur yang menyejukkan hati menjadi sebuah kerinduan tersendiri. Ratusan kembang berjejer harum mewangi menyapa jama’ah ditambah dengan pohon palm ekor tupai berjajar di depan dan selatan masjid.

    Tempat parkir jama’ah Baiturrahman dibagi menjadi dua tempat, di halaman aula Baiturrahman (khusus kendaraan roda dua) dan di halaman depan masjid yang bisa digunakan untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Sementara untuk menjaga kesejukan, ada air mancur bernama Dzikir Cinta di depan aula MAB yang terbilang unik dan menarik, dibuat menyerupai bunga anturium raksasa, di ujung-ujung bunga anturium paling bawah berjumlah sembilan memancar air yang bisa digunakan untuk berwudhu. 

    Ruang shalat utama

    VISI, MISI DAN MOTTO PELAYANAN
    Masjid Agung Baiturrahman sebagai satu-satunya Masjid Agung di Kabupaten Banyuwangi, sekaligus Masjid Percontohan tingkat Propinsi Jawa Timur sampai hari ini memiliki program kegiatan yang sangat padat-berisi, yang  mengarah pada satu cita-cita utama, yaitu kemakmuran masjid. Pencapaian ‘kemakmuran masjid’ tersebut tentunya tidak bisa dilepaskan dari manajemen masjid yang benar-benar paripurna, di antaranya; manajemen administrasi, manajemen kemakmuran, manajemen pemeliharaan dan pemberdayaan. Manifestasi dari tiga konsep genius ini termaktub dalam visi dan misi, termasuk juga motto pelayanan yang prima.

    Sejak tanggal 17 Agustus 1972 MAB berbentuk yayasan dengan pengelolaan secara mandiri, namun untuk pembangunannya sebagian besar bersumber dari dana APBD Kabupaten Banyuwangi, juga dari jariyah jama’ah Baiturrahman dan masyarakat Banyuwangi maupun luar Banyuwangi. Untuk pembiayaan operasional sehari-hari berasal dari para donatur termasuk jariyah jama’ah Baiturrahman juga dari berbagai usaha yang dilakukan oleh pengurus Takmir/Yayasan. Demi mewujudkan Masjid yang benar-benar Paripurna, pengurus Takmir membentuk dan mendirikan lembaga dan unit kegiatan-usaha di bawah naungan Masjid Agung Baiturrahman.
     

    jendela-jendela di lantai dua

    Berbagai kegiatan rutin yang diprogram dan digelar Takmir/YMAB pun semakin diminati oleh jama'ah Baiturrahman dan umat Islam Banyuwangi. Kegiatan ibadah meliputi Ibadah Shalat Hari Raya, Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, Khitanan Massal, Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW, Training Shalat Khusyuk, Tadarus Al-Qur’an Raksasa, Nuzulul Qur’an, Pengajian Tasbih, Pembagian Zakat Fitrah, Penyembelihan & Pembagian Daging Qurban, Harlah Masjid Agung Baiturrahman, Wisata Religi ke Makam Pendiri MAB & Para Wali, Tahlil Akbar & Pengajian Bulan Berkaca.  MAB selalu setia menunggu jama’ah 24 jam nonstop, siang malam selalu dibuka dengan fasilitas lengkap sekaligus kebersihan yang terus terjaga, membuat jama’ahnya semakin khusyuk dan kerasan beribadah.

    Suksesnya pembangunan Masjid Agung Baiturrahman juga merupakan kesuksesan pembangunan Banyuwangi. Karena Masjid Agung Baiturrahman adalah ikon Kabupaten Banyuwangi, milik umat Islam se-Kabupaten Banyuwangi, dan wajah Kabupaten Banyuwangi adalah Masjid Agung Baiturrahman, yang merupakan simbol hati dan kekuatan umat Islam. Siapa saja yang datang ke Banyuwangi, maka yang menjadi pusat perhatian pertama adalah masjidnya.
     
    Masjid kebanggaan masyarakat Banyuwangi :)



    Baca juga artikel masjid lainnya yang pernah dimuat di Majalah Noor:
    - Masjid Agung Jawa Tengah : Mutiara Tanah Jawa
    - Masjid Agung Jawa Tengah : Wujud Perkembangan Islam di Jawa Tengah
    - Masjid Islamic Center Samarinda
    - Masjid Pintu Seribu Tangerang
     

    Caribou Coffee Buka Gerai Ketiga di Cilandak Town Square

    $
    0
    0

    Cilandak Town Square atau kerap disebut Citos merupakan tempat yang sangat populer sebagai destinasi kuliner dan berkumpul. Tak heran jika tempat ini banyak disukai orang, termasuk saya. Selain mudah dijangkau, Citos kerap saya anggap berada “di tengah-tengah”. Saat ingin berkumpul di Citos, teman-teman dari Tangerang, Bekasi, Bogor, dan Jakarta, belum pernah menolak Citos sebagai pilihan tempat bertemu dan berkumpul.

    Di Citos, banyak orang bisa mendapatkan suasana berkumpul yang menyenangkan karena bisa sambil menikmati makanan dan minuman berkualitas, baik saat bersama keluarga, maupun bersama teman untuk urusan bisnis.
     
    Bapak Mehdi Zaidi (kiri), Chief Operating Officer Mahadya Group

    Hari Kamis kemarin tgl. 19 Mei 2016 saya berkunjung ke Citos bersama lima orang teman dari komunitas Indonesian Food Blogger. Kami datang bukan untuk acara pribadi, melainkan untuk menghadiri grand opening gerai ketiga Caribou Coffee. Setelah membuka gerai flagship-nya di Senopati Jakarta dan gerai keduanya di PVJ Bandung, Caribou Coffee kini membawa kualitas kopi kelas dunianya kepada lebih banyak pencinta kopi di Jakarta Selatan dengan membuka gerai di Citos.   

    Hadir dalam acara launching Bapak Mehdi Zaidi, Chief Operating OfficerMahadya Groupperusahaan yang dipercaya mengelola Caribou Coffee di Indonesia. Selain food blogger, hadir pula beberapa media partner Caribou Coffee lainnya yang turut serta dalam acara pembukaan gerai ketiganya. Acara berlangsung sejak pukul 10.00 WIB – 13.00 WIB.
     
    Turtle Mocha


    Latte & Vanilla Cream Cappucino
      
    Campfire Mocha

    Bersamaan dengan acara pembukaan gerai di Citos ini, Caribou Coffee juga memperkenalkan tiga minuman unggulannya yang baru: Salted Vanilla Latte, Salted Vanilla Cooler, dan Vanilla Creme Cappucino

    Apa keunggulan dari minuman baru tersebut? Ketiganya menggunakan vanila asli, bukan sirup artifisial, dan ketiganya akan tersedia di seluruh gerai Caribou Coffee.
     
    Peach Yogurt Cranberry with granola topping

    Ini hanya porsi untuk dicoba :D

    Kemarin, semua undangan yang hadir diberi kesempatan mencicipi minuman tersebut. Walau dalam porsi kecil, tapi sudah cukup bagi lidah untuk menikmati rasanya. Dan sejujurnya saya langsung menyukainya. 

    Bisa kebayang saat minumnya dalam suasana santai bersama teman atau keluarga, mungkin bakal nambah dan dinikmati berlama-lama. Sekali duduk,  pesan dua sampai tiga kali, dan pesannya ganti-ganti. Semua minuman dicoba he he.

    Spicy Beef BBQ








    Beef Bac & Egg Bagel

    Melengkapi hadirnya minuman baru tersebut, Caribou Coffee juga memperkenalkan beberapa sandwich unggulan dan menu baru seperti Spicy Beef BBQ, Beef Bac & Egg Bagel, Banana Carrot Cake, Peach Yogurt, Strawberry Yogurt, dan Mille Feuille

    Sama seperti minuman, makanan-makanan ini pun kami cicipi dalam porsi kecil, tapi cukup membuat kami kekenyangan karena disuguhi terus menerus dari satu menu ke menu lainnya. Belum tiba saatnya menukarkan kupon, perut sudah kewalahan :D
     
    Mencicipi Poopy Seed Bagel, Plain Bagel, Multiseed Bagel dengan cream cheese, pesto, smoke salmon dan red pepper

    Hampir semua makanan dan minuman yang disajikan oleh Caribou Coffee ini saya suka. Meskipun memang saya termasuk orang yang mudah menyukai berbagai jenis makanan dan minuman, tetapi saya percaya makanan dan minuman di sini memang enak. 

    Selain karena rasa dan kualitas terbaiknya, juga karena diolah dengan standar kualitas tinggi yang sama sehingga memberikan kenikmatan baru bagi saya, dan semoga juga pada pelanggan lainnya.

    Spicy Beef BBQ


    Beef Bac & Egg Bagel
     
    Mille Feuille


    Banana Carrot Cake

    Berikut adalah nama serta harga (dalam Rupiah) makanan dan minuman yang bisa dinikmati di Caribou Coffee:

    Freshly Baked Bagels
    Plain, Poppy Seed, Multi Grains (15K)

    Spread
    Cream Cheese, Strawberry Jam, Pesto (10K)
    Smoked Salmon (14K)
     







    Artisanal Sandwiches
    Steak Sandwich (45K), Spicy Beef BBQ (56K), Beef Bac & Egg Bagel (52K), Pretzel Smoked Beef & Brie (56K), Spicy Tuna Sandwich (40K), Chicken Pesto (45K), Lamb Kofta (48K), Chicken Fajitas (48K), Ratatouille (40K).

    Tea
    Still & Sparkling : Green tea Lemonade, Peach Black, Lemon Ginger Pom.
    Size : S (35K), M (38K), L (41K)

    Hot: Earl Grey, Cinnamoin Spice, Mint Verbena
    Iced: Mango Black, Tropical Green, Classic Black
    Size : S (20K), M (23K), L (25K)

    Others: Apple Blast. Size : S (45K), M (50K), L (55K)
     
    Banana Strawberry Smoothies


    Mango Orange Key Lime

    Fruit & Yogurt Smoothie : Strawberry Banana, White Peach Berry, mango Orange Key Lime. Size : S (41K), M (45K), L (48K)

    Snowdrift (coffee-free): Cookies 7 Cream, Mint. Size : S (45K), M (50K), L (55K)
     

    Mbak Ning menikmati Vanilla Cream Cappucino


    Signature: Turtle Mocha, Campfire Mocha, Vanilla White Mocha, Mint Condition Mocha, Caramel High Rise, Berry White Mocha.
    Size : S (50K), M (55K), L (60K)

    Kids (10 & under) : Snowdrift (40K), Smoothie (35K), Silly Soda (35K), Hot Chocolate (42K), Hot Cider (40K).

    Classic: Mocha, Cappucino, Latte, Americano, Macchiato, Cross Fox Espresso, Chai Tea Latte, Hot Chocolate.

    Coffee: Coffee of the day, Cold Press, Crafted Press.
    Personalized handcrafted brew: Pour Over, Chemex, French Press. 

    Aneka pilihan kopi



    Layanan prima menjadi harapan setiap orang saat berkunjung. Setinggi apapun kualitas makanan dan minuman, akan terasa hambar tanpa layanan yang menyenangkan hati. Kemarin, di tengah berlangsungnya acara, saya mendengar celetukan dari seorang kawan blogger. Saya lupa kalimat tepatnya. Tapi kira-kira seperti ini: “Mas dan mbak barista serta pelayannya kece-kece dan keren ya.” Ucapan spontan itu diamini oleh teman-teman lainnya. 

    Ya, tampilan pun punya standar di sini. Senyum manis dan keramahan sapa adalah pelengkap sempurna dari kenikmatan menyeruput kopi.

    Bukan begitu? 

    Mas-mas dan mbak-mbak baristanya cakep ya? :D

    Di Asia Tenggara, gerai Caribou Coffee baru ada di Indonesia dan menjadi yang pertama. Menurut Bp. Mehdi, sejak membuka gerai di Senopati dan PVJ Bandung, Caribou Coffee mendapatkan sambutan luar biasa dari masyarakat terhadap gerainya. Kedua gerai senantiasa dipenuhi oleh para pecinta kopi yang ingin menikmati suasana yang hangat sambil menikmati sajian makanan dan minuman berkualitas tinggi disertai dengan layanan yang prima. 

    Seneng yo mbak Ning foto bareng sama mbak cantik dan ramah dari Caribou ini :D


    Hai Hanif :D
    Hai Uti :)

    Berbicara tentang tempat, gerai Caribou Coffee terletak di lantai dasar Citos. Bersebelahan dengan Starbuck dan berhadapan dengan Coffee Bean. Banyak gerai kopi di sini. 

    Lantas, akan ke mana pengalaman ngopi dibawa? Kemana lagi kalau bukan ke tempat yang memberikan sajian kopi terbaik, makanan terbaik, dan layanan terbaik, sehingga pada akhirnya ada sebuah pengalaman luar biasa yang didapat.
     
    Berkumpul dan bertemu sambil ngopi-ngopi di sini mau?


    Tentang Caribou Coffee, saya pernah menuliskannya pada postingan terdahulu, saat saya berbagi pengalaman menikmati makanan dan minuman Caribou Coffee di Senopati. Bisa di baca di sini. Tentang Caribou Coffee, saya tulis kembali di sini ya :)

    Carribou Coffee didirikan pada tahun 1992 di Minneapolis, Minnesota, dan merupakan salah satu coffee house paling digemari di Amerika. Caribou Coffee lahir dari inspirasi bahwa hidup itu singkat, maka jalanilah dengan melakukan hal-hal yang kita cintai. Ketika para pendiri Caribou Coffee mendaki Gunung Sable di Alaska dan berhasil mencapai puncak, mereka mendapatkan sebuah pemandangan yang menakjubkan: barisan pegunungan yang indah, langit biru memesona, dan gemuruh suara kawanan caribou melewati lembah. Panorama luar biasa ini kemudian menjadi visi Caribou Coffee– sebuah perusahaan yang percaya bahwa keunggulan adalah hasil kerja keras dan bahwa hidup terlalu singkat untuk hal-hal yang biasa.
     


    Caribou Coffee membawa kopi Arabika terbaiknya dari berbagai penjuru dunia. Sebagai bagian dari komitmen untuk selalu menyajikan pengalaman minum kopi yang berkualitas, yang disebut from bean to cup experience,

    Caribou Coffee hanya menggunakan 1% biji kopi terbaik dunia (top 1% of bean). Biji kopi ini dipasok secara eksklusif dari petani dan pemasok yang 100% sudah mendapatkan sertifikasi Rainforest Alliance, menjadikan Caribou Coffee sebagai jaringan coffee house pertama di AS yang menerapkan hal ini.

    Caribou Coffee menjalankan perannya untuk turut memastikan kelestarian planet ini dan turut memberikan kesempatan terbaik bagi para penghasil kopi untuk meningkatkan kesejateraan hidupnya.
     


    Udah kenyang duluan sebelum kupon ditukarkan :D


    Data akurat pada bulan November 2015 menyebutkan bahwa premium coffee house terkemuka di Amerika Serikat ini telah memiliki 272 kedai yang dimiliki sendiri dan 131 lokasi domestic license di 18 negara bagian, serta lebih dari 220 gerai waralaba internasional di 12 negara. Untuk informasi lebih lanjut, bisa kunjungi situs Caribou Coffee di www.cariboucoffee.com

    Tentang Mahadya, lebih lengkapnya PT Mega Mahadana Hadiya (mahadya) adalah unit bisnis dari PT. Mahadana Dasha Utama (MahaDasha), anak perusahaan PT. Tiara Marga Trakindo yang didirikan pada tahun 2013, yang mengelola berbagai bisnis di segmen ritel konsumen. Saat ini, Mahadya mengelola Carl’s Jr., Wingstop, LOKA lifestyle supermarket, dan Caribou Coffee. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi situs www.mahadya.co.id
      
    Ada smooking area juga

    Buat kamu yang ingin menyemarakkan petualangan hidup dengan makanan dan minuman berkualitas terbaik, Caribou Coffee senantiasa membuka pintu gerainya sejak pukul 6 pagi hingga pukul 11 malam.

    Bagi pecinta kopi, mari minum kopi bersama Caribou Coffee dengan membawa filosofi “Life is short. Stay awake for it.’   


    Kapan kemari?




    Resep Masakan Tradisional Padang, Rendang Daging Nikmat

    $
    0
    0
    Rendang Padang *Foto: resepdanmasakan.com*

    Keberagaman budaya yang ada di Indonesia membuat kita bisa mencicipi berbagai macam makanan yang menggugah selera, memudahkan para ibu rumah tangga yang tentunya ingin menyajikan hidangan untuk keluarga tercinta. Mulai dari resep masakan tradisional hingga modern dapat dipelajari dengan mudah untuk menciptakan menu yang senantiasa bervariasi tiap harinya. 

    Salah satu resep yang patut untuk dicoba sebenarnya adalah menu hidangan dari kawasan Sumatra yaitu Padang, tentunya sudah tak asing lagi bagi kita dengan aneka hidangan dari kawasan yang satu ini bukan?

    Padang dikenal sebagai daerah yang menciptakan berbagai jenis hidangan penuh bumbu dengan rasa yang sangat nikmat. Salah satu menu makanannya bahkan termasuk sebagai salah satu hidangan terlezat yang ada di dunia yaitu rendang. Sehingga bukan hal yang sulit sebenarnya untuk kita jika ingin mencicipi menu makanan yang satu ini, karena hampir semua kawasan pasti memiliki salah satu rumah makan Padang.

    Untuk mendapatkan rasa yang lezat tentunya tak hanya dengan cara memasak dan komposisi bahan yang tepat juga, kita juga harus pintar dalam memilih bahan yang akan digunakan untuk sajian utama tersebut, diantaranya adalah daging, berikut ini setidaknya beberapa tips dalam pemilihan daging sapi yang tepat, yaitu:
    1. Pilihlah yang segar, bagaimana cara mendapatkannya, dibandingkan dengan produk yang sudah dikemas tak ada salahnya kita datang secara langsung ke pasar tradisional, disini nantinya memungkinkan kita untuk memilih produk dengan melihat kondisinya langsung.
    2. Umumnya memiliki warna yang merah hati, warna yang segar umumnya adalah merah hati dengan serat yang putih halus.
    3. Mengeluarkan aroma yang khas, bukan bau busuk yang menyengat melainkan benar-benar segar.

    Setelah mengetahui bagaimana tips pemilihan daging sapi yang segar, maka langkah selanjutnya adalah mengetahui resep masakan tradisional yang satu ini, berikut setidaknya beberapa tips dalam pembuatan, yaitu:

    Bahan-bahan:
    • 1 kg daging sapi yang masih segar,
    • 2 batang serai, memarkan,
    • 10 gelas santan dari 5 butir kelapa,
    • 1 biji asam kandis,
    • 3 lembar daun jeruk purut, buang tulangnya,
    • Garam secukupnya.

    Bumbu halus:
    • 4 buah kemiri,
    • 5 siung bawang putih,
    • 1 cm jahe,
    • 2 ons cabai merah, bisa ditambah sesuai dengan selera,
    • 1 ruas laos, geprek.

    Cara membuat:
    1. Daging sapi yang sudah dibersihkan bisa langsung dipotong dalam ukuran setebal telapak tangan, lakukan hingga semua daging terpotong dengan rapi.
    2. Siapkan wadah baik itu wajan maupun panci kemudian masukkan santan ke dalamnya, rebus bersama dengan bumbu yang sudah dihaluskan. Nantinya jika sudah mendidih bisa mulai memasukkan jeruk purut, asam kandis, serai dan juga potongan daging.
    3. Masak terus hingga santan agak berkurang kemudian aduk, dalam proses memasak ini sebaiknya gunakan api sedang agar hasilnya tak gosong. Aduk terus hingga tiap bagian matang sempurna.
    4. Kriteria rendang yang sudah matang adalah bagian bumbu dan santan mulai mengental nampak seperti saus. Kita bisa memasukkan garam disini agar rasa asin lebih tepat.
    5. Angkat dan sajikan.
    Sangat mudah namun memang membutuhkan waktu yang lama untuk menikmati hidangan yang termasuk dalam makanan terenak di dunia ini. Kita bisa membaca buku panduan resep masakan tradisional rendang tersebut secara mudah, tersedia cukup banyak di book store atau tiap buku resep masakan.
     
    Sudah pernah mencoba membuat rendang sendiri?

    Wisata Tanggamus yang Membius #Dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat 21/5/2016

    $
    0
    0

    Artikel ini pernah dimuat di rubrik Pariwisata harian Kedaulatan Rakyat tanggal 21 Mei 2016. Saya berkunjung ke Tanggamus saat diundang oleh disbudparpora Tanggamus dalam event Festival Teluk Semaka 2015. Salah satu rangkaian kegiatannya adalah Tour D'Semaka 2015. Kegiatan tour inilah yang mengantarkan saya menjelajah Ulu Belu bersama kawan-kawan blogger, fotografer, dan jurnalis.
      

    Terbius Pesona Tanggamus
    Oleh: Katerina

    Kawasan Tanggamus di Provinsi Lampung menawarkan pesona tersendiri. Bukan hanya air terjun pelangi yang masih alami, tapi juga danau yang airnya hijau dan kawah belerang yang ditutupi bebatuan warna perak bercampur hitam. 


    Lembah Pelangi


    Pernahkah kamu mendengar tentang keindahan Tanggamus? Salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Lampung ini ternyata memiliki pesona alam yang membius. Bentangan alamnya menawarkan pemandangan bukit-bukit hijau, danau alami, kawah belerang, perkebunan kopi, lembah-lembah nan asri, hingga air terjun berpelangi.

    Semua objek wisata tersebut terkumpul di suatu kecamatan bernama Ulu Belu, sekitar 60 kilometer dari Kota Agung, Ibukota Kabupaten Tanggamus. Ulu Belu dapat ditempuh selama dua jam perjalanan dengan kendaraan roda empat maupun roda dua.

    Kendati berada jauh di sekitaran Gunung Tanggamus, akses menuju Ulu Belu tergolong baik. Sebelum terkenal dengan keindahan wisatanya, Ulu Belu sebenarnya sudah cukup terdengar di kancah nasional dengan adanya PGE (Pertamina Geothermal). Hadirnya PGE inilah yang berdampak positif terhadap akses menuju Ulu Belu.

    Kontur alam Ulu Belu didominasi oleh perbukitan, sehingga banyak jalan berkelok yang mesti dilalui. Salah satu keloknya ada yang menyerupai huruf S, tajam dan berbahaya. Perlu hati-hati saat mengemudi kendaraan. Namun, pemandangan yang terlihat di sekitarnya, mampu mengurangi ketegangan yang melanda selama perjalanan. 



    Air Terjun Pelangi di Lembah Pelangi
    Inilah lembah yang mesti dikunjungi di Ulu Belu. Di lembah ini tersimpan Air Terjun Pelangi. Letaknya tersembunyi di sela-sela bukit, di antara relung hutan kopi. Butuh perjuangan untuk mencapainya karena medan yang dilewati cukup terjal. Namun, selepas kebun kopi, akan terlihat punggung-punggung bukit menyajikan suasana alam lestari. Di sini saya sempat berhenti, sejenak menikmati panorama yang keindahannya cukup ampuh untuk meluruh penat.

    Trekking menuju air terjun berlangsung sekitar 20 menit. Air Terjun Pelangi ternyata memiliki dua bagian. Yang pertama memiliki ketinggian kurang lebih 50 meter, sedangkan yang kedua terdapat di bawah air terjun yang pertama, namun dengan medan yang lebih curam. Badan harus sedikit merosot untuk mencapainya, bukan berjalan dalam keadaan berdiri tegak. Meskipun sulit, tapi di air terjun kedua  terdapat pemandian air panas yang tidak berbau sulfur. Tentu akan menjadi pengalaman berkesan bisa merasakan berendam air panas di dasar Lembah Pelangi.
     
    Merasakan titik-titik air membasahi tubuh di antara pelangi yang menampakan keindahannya *Foto: Yopie Pangkey*

    Berada di Air Terjun Pelangi membuat saya seperti terkurung dalam sebuah mangkok besar berdinding batu-batu cadas. Air yang terjun dari ketinggian terlihat seperti selendang, teruntai anggun di bahu tebing yang ditumbuhi semak belukar. Air yang jatuh menimpa hamparan batu yang ada di bawah. Percikannya melayang di udara, seperti hujan, membasahi apapun yang ada di dekatnya. Sinar matahari yang mengenainya, menciptakan warna-warna yang tak terkatakan indahnya, itulah pelangi.

    Beberapa kawan saya sibuk melakukan kesenangannya. Ada yang berfoto selfie maupun bersama-sama, ada pula yang sibuk memotret air terjun dan pelangi. Tak sedikit yang mandi dan berendam di kolam yang ada di bawah air terjun. Merasakan sensasi mandi bersama pelangi memang luar biasa indahnya. Jadi pengalaman tak terlupakan. 

    Air Terjun Pelangi yang menggetarkan hati *Foto: +yopie franz 
    Di sini, selain kami para pendatang dari luar pulau, ada juga pengunjung lokal, namun jumlahnya masih sedikit. Karena masih tergolong baru, di sekitar lokasi air terjun ini belum tersedia toilet, kamar mandi dan kamar ganti. Tidak ada warung penjual makanan dan minuman. Jika basah dan hendak berganti pakaian, bisa menumpang di pondok yang ada di kebun kopi. Faktor jauh dan medan yang agak sulit, membuat tempat ini belum terlalu ramai dikunjungi. Padahal, pesona yang ditawarkan sangatlah memikat. 

    Danau Hijau
    Dinamakan Danau Hijau karena air di dalam danau berwarna hijau. Danau yang terletak di pinggir jalan menuju Geothermal Ulu Belu ini mengeluarkan aroma belerang. Airnya terasa hangat ketika disentuh. Rasa hangat itu disebabkan oleh adanya bongkahan belerang mendidih di dasar danau.  


    Pepohonan dan semak tumbuh lebat di tepian danau, bahkan hingga punggung bukit yang ada di atasnya. Suasana sekitar danau jadi tampak asri, ditambah udara yang bersih, membuat tempat ini terasa sehat bagi paru-paru. Mata pun dimanjakan dengan keindahan yang tersaji.

    Di sini tersedia perahu getek. Jika ingin merasakan pengalaman berperahu di atas indahnya kilauan air danau, kita tinggal gunakan geteknya. Getek merupakan alat angkutan air yang terbuat dari susunan bambu yang dibentuk menyerupai rakit, dan digerakan dengan cara didorong menggunakan kayu. Satu getek bisa mengangkut lima sampai enam orang. Bisa juga minta diantar ke seberang, lalu dilanjutkan trekking ke atas bukit untuk melihat kawah belerang.

    Naik getek
    Di tepi danau terdapat pondok-pondok tempat duduk bagi pengunjung yang ingin bersantai menikmati suasana sambil merasakan hembusan angin yang membelai kulit. Apabila menginginkan makanan dan minuman, kita dapat memesannya dari satu-satunya kedai makan yang terdapat di dekat danau.

    Di sini angin sangat sering berhembus. Hembusannya liar menyerbu permukaan danau, terkadang brutal menerpa dedaunan, seperti menciptakan tarian. Daun-daun kering berguguran, sebagian jatuh ke tanah, sebagian lagi jatuh ke danau, lalu hanyut bersama gerakan air yang tampak berombak seperti habis ditepuk.
     
    Danau Hijau dilihat dari bukit di Desa Proyek

    Keheningan air danau membuat saya merasakan kedamaian. Saya menyukai perpaduan warna yang tersaji di tempat ini. Langit biru berhias awan putih berarak. Air berwarna hijau. Pepohonan dengan batang-batang berwarna keperakan. Bebatuan kapur berwarna hitam dan putih berlatar tanah kemerahan.

    Danau Hijau memang tak begitu luas, namun memiliki keistimewaan karena warna alami airnya. Suasana syahdu yang muncul selama berada di sini menyenangkan untuk dinikmati. Saat saya berdiri di atas bukit yang terletak di Desa Proyek, keindahan Danau Hijau makin terlihat, membuat saya berdecak kagum.
     
    Kawah Belerang

    Kawah Belerang
    Di antara Danau Hijau dan Air Terjun Lembah Pelangi, ada satu tempat lagi yang bisa dikunjungi di Ulu Belu yaitu Kawah Belerang Bukit Pagar Alam. Kawah ini masih berada dalam satu karakter bentang alam yang sama unik dengan Danau Hijau.

    Untuk mencapai kawah, bisa dengan berjalan kaki, bisa juga dengan menggunakan ojek motor. Jika menggunakan sepeda motor, perjalanan dapat ditempuh sekitar 10 menit. Karena lokasinya di perbukitan, jalan yang dilalui menanjak dan menurun. Perlu berpegangan yang kuat agar tidak terjatuh dari motor. Di musim hujan, kondisi tanah berubah jadi liat. Biasanya jadi lebih sulit untuk dilalui. Beruntung saat saya ke sana bukan sedang musim hujan, sehingga perjalanan jadi mudah dan lancar.

    Kawah belerang yang saya jumpai menyerupai lubang lebar menganga dengan permukaan berwarna perak bercampur hitam. Saya sempat membayangkan ada kolam berisi air di tengah kawah, ternyata tidak ada. Hanya ada sedikit genangan air panas dengan kedalaman setinggi mata kaki. Air tersebut berasal dari rongga bebatuan di dalam kawah, mengalir keluar disertai kepulan asap dan bau khas belerang.
     
    Kece juga kawahnya buat foto-foto :) *Foto oleh: Yopie Pangkey

    Udara di kawah terasa hangat, bahkan cenderung panas. Berada agak lama di tempat ini membuat badan jadi berkeringat. Perlu hati-hati saat berjalan di atas bebatuan kapur yang terdapat di seluruh permukaan kawah. Jika salah melangkah, kaki bisa terperosok ke dalam rongga batu yang berisi air panas.

    Tak cukup sehari untuk menyambangi semua keindahan Tanggamus. Magnet yang ada di kabupaten ini bukan hanya ada di pegunungan dan lembah-lembah, tetapi juga di pantai dan lautnya. Lain waktu saya akan berkunjung ke pesisir, mengungkap pesona lainnya. Tapi saya perlu sediakan waktu lebih banyak agar bisa menikmati semua godaan Tanggamus yang membius.
     
    Kamu sudah pernah ke Tanggamus?

    Masjid Islamic Center Samarinda, Sebuah Kemegahan Yang Menjadi Ikon Kota

    $
    0
    0

    Masjid Islamic Center Samarinda (ICS) berdiri megah di tepian Sungai Mahakam. Pucuk-pucuk menaranya menjulang indah mengapit kubah besar berbentuk dome yang berdiri tegak. Dari atas Jembatan Mahakam yang berjarak sekitar 2 km, masjid ICS tampak begitu indah dan memesona. Terpukau saya dibuatnya, hingga rela berjalan kaki dan mendekat untuk menikmati estetika sekaligus bermunajat di dalamnya.

    Setelah melepas alas kaki di batas suci, saya melewati gerbang besar berwarna coklat tanah. Tanpa harus peduli pada panas terik, langkah saya terus terayun memasuki komplek ICS. Saya menjumpai area terbuka, termasuk area parkir dan taman yang luas, serta bangunan masjid yang berdiri megah dibalut seni arsitektur sangat menawan.
     

    Gerbang utama komplek masjid ICS

    Besar dan indah, itulah kesan pertama saat saya menyaksikan masjid ICS dari dekat. Sekeliling bangunan masjid dibalut arsitektur beragam gaya yang kental dengan nuansa khas negeri-negeri di Timur Tengah. Warna cat yang melapisi dinding masjid, seperti banyak sekali terlihat di masjid-masjid klasik Timur Tengah yang rata-rata berwarna cokelat tanah. Sementara pohon-pohon kurma yang ditanam di halaman masjid, membuat atmosfer timur tengah kian kental. 


    Pohon kurma di plaza masjid

    Masjid Terbesar Kedua Di Asia Tenggara
    Masjid ICS memiliki luas bangunan utama 43.500 meter persegi, luas bangunan penunjang 7.115 meter persegi dan luas lantai basement 10.235 meter persegi. Sementara lantai dasar masjid seluas 10.270 meter persegi dan lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Sedangkan luas lantai mezanin (balkon) adalah 5.290 meter persegi. Tak heran jika masjid ini menjadi masjid terluas dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal Jakarta.

    Komplek ICS diresmikan pertama kali oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 16 Juni 2008. Dalam perkembangannya, masjid ICS telah mampu memenuhi  keinginan masyarakat Samarinda untuk memiliki sebuah sarana tempat ibadah yang memadai. Sebuah kebanggaan yang tak hanya menjadi milik masyarakat Kaltim, tetapi juga masyarakat Indonesia pada umumnya.   



    Desain arsitekturnya kental dengan nuansa Timur Tengah

    Selasar Yang Indah
    Dari gerbang utama, saya berjalan menyusuri selasar masjid. Saya menjumpai ratusan kolom berbentuk melengkung seperti tapal kuda. Mulai dari selasar yang terbentang dari sisi timur, utara hingga sisi selatan bangunan utama masjid, hingga gerbang dan menara utama yang terhubung ke bangunan utama masjid. Bentuk tapal kuda tersebut sangat mencerminkan arsitektur Islam yang dikenal sebagai arsitektur gaya moorish yang banyak ditemukan pada bangunan Masjid Kordoba, Spanyol.  




    Interior dan material finishing selasar penghubung terlihat sangat indah. Rasanya saya tidak ingin berhenti mengayun langkah di atas lantai keramiknya yang di border dengan granit. Berada di antara ratusan kolom yang dilapis cat texture halus dengan umpak kolom dari batu alam oster yellow, saya seolah melihat adanya ruang-ruang yang tak berujung. Kekaguman saya terus berlanjut saat menatap plafon selasar yang terbuat dari kayu nyatoh lapis cat melamik.

    Keindahan selasar kian memikat ketika dilihat pada malam hari karena lampu-lampu lapis kuningan yang menempel pada dinding sisi dalam selasar, memancarkan pendar warna kekuningan yang menghadirkan kesan romantis.  




    Menara Asmaul Husna
    Dengan latar depan berupa tepian sungai Mahakam, masjid ICS memiliki menara dan kubah besar yang berdiri tegak. Konon, untuk rancangan menara diilhami menara masjid Nabawi di Madinah Almukarromah, dan kubah utamanya diilhami masjid Haghia Sophia di Istanbul Turki (yang sekarang sudah menjadi museum).
     

    Menara Asmaul Husna

    Masjid ICS memiliki menara utama setinggi 99 meter yang terdiri dari bangunan sebanyak 15 lantai, dengan masing-masing lantai setinggi rata-rata 6 meter. Angka 99 meter itu sendiri bermakna Asmaul Husna atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99. Yang menakjubkan, dinding luar menara dikelilingi lafadz Asmaul Husna yang dilapis batu granit, dengan teknik pembuatan water jet.

    Selain tangga, menara utama dilengkapi lift berkapasitas 10 orang dewasa. Di lantai paling atas menara, dinding ruangnya dilapisi kaca. Namun, udara di ruangan ini tetap sejuk karena dilengkapi dengan AC. Dari tempat tertinggi inilah saya bisa memandang indahnya kota Samarinda. Menyaksikan kapal-kapal tongkang yang berlayar membawa muatan, serta kelak-kelok sungai Mahakam yang menawan.
     

    Sedang sepi, berasa jadi penunggu masjid :D

    Empat menara masjid lainnya terletak di empat sudut masjid. Masing-masing setinggi 66 meter. Setiap makara (bagian atas menara) menggunakan material kuningan ketok. Sedangkan 2 menara lainnya yang lebih pendek dari 5 menara lainnya disebut Menara Kembar Satu dan Dua. Meskipun pendek tapi tetap indah karena dinding luarnya selain dilapis cat texture, juga dilapisi dinding Granit Juparana Kuning dan Juparana Coklat yang diimport dari luar negeri.

    Interior
    Masjid dengan gaya arsitektur tidak biasa pada umumnya memang memiliki daya tarik. Itu sebabnya keunikan bangunan masjid inipun mengundang decak kagum bagi siapapun yang melihat, termasuk saya dan empat pengunjung wanita asal Belanda yang saya jumpai di selasar masjid. Keindahan arsitekturnya tak hanya pada bagian luar, tapi juga pada bagian dalam masjid. Menjelajahi bagian dalamnya, menjadi sebuah keharusan yang tentu tak ingin saya lewatkan.
     

    Tangga tasbih

    Masjid ICS memiliki dekorasi marmer dan mosaik kaca. Pintu menuju ruang multipurpose berupa kaca yang dihiasi motif bintang delapan. Simbol bintang delapan sangat mendominasi hiasan masjid. Simbol ini saya jumpai hampir di seluruh bagian masjid, baik di dalam maupun di luar. Salah satunya motif mashrabiya atau kisi-kisi yang terdapat di seluruh bagian masjid, semuanya berbentuk bintang delapan. Ada juga di lantai, bahkan plafon. Selain simbol bintang delapan, sejumlah kaligrafi juga menghiasi sisi dalam bangunan masjid.
     

    Banyak motif bintang delapan pada kisi-kisi

    Di area lobi lantai dasar terdapat bedug besar terbuat dari kulit sapi dengan panjang 4 m dan diameter 180 cm. Kayunya terbuat dari kayu bengkirai dari hutan Kalimantan dan terbuat dari satu kayu utuh. Batang kayu beduk yang tidak bulat sempurna membuat tampilan beduk jadi sedikit berbeda dan terlihat unik. Bedug besar ini sumbangan dari H. Suwarna mantan Gubernur Kaltim.
     

    area lobi
    Bedug terbuat dari kayu bengkirai utuh

    Di belakang bedug ditempatkan maket model Masjid Islamic Center Samarinda dalam sebuah meja dari kaca yang kerap menjadi salah satu perhatian utama para pengunjung masjid. Lampu gantung dari bahan kuningan tergantung pada ketinggian plafon masjid, memberi sentuhan klasik dalam balutan teknologi modern. Sedangkan rak Alquran menempel pada pilar-pilar besar di dalam masjid.
     

    Rak buku dan Alquran pada masjid

    Keunikan lainnya dari masjid ICS terletak pada jumlah anak tangga yang terletak di lantai satu menuju lantai utama masjid yang berjumlah 33 anak tangga. Jumlahnya sengaja disamakan dengan sepertiga jumlah biji tasbih. Ketika menaiki tangga tersebut, saya bertasbih dalam hati dan menemukan hitungan yang tepat pada angka 33.  


    Ruang shalat utama

    Saat menunaikan salat Dzuhur di lantai utama, saya mengintip area mighrab dari balik tabir pembatas area salat wanita. Ornamen penghias mighrabnya menggunakan marmer hijau dengan aksen kerawangan berjumlah 12 buah. Mimbar untuk khotbah sekaligus sebagai ruang imam tampak megah karena menggunakan material kayu jati pilihan finish melamine.
     

    Lampu lapis kuningan dan motif bintang delapan pada plafon

    Plafon kubah utama masjid berhasil menarik perhatian saya. Materialnya menggunakan bahan metal perforated dan ornamen fyber reinforcement plasctic (FRP). Saya memperhatikan lampu lapis kaca patri pada bagian tengah paling atas yang menjadi penghias kubah. Kaca-kaca patri itu mengikuti bentuk kubah, fungsinya untuk memaksimalkan pencahayaan pada siang hari. Pada bagian dinding kubah dihiasi kaligrafi ayat kursi. Pada plafon gypsum selain penerangannya menggunakan downlight, juga dihiasi dengan lampu-lampu gantung yang memperindah suasana. 


    Tempat wudhu wanita, luas dan bersih

    Fungsi Tiap Lantai Masjid
    Tak lengkap rasanya jika saya tak menginjakkan sendiri tiap lantai bangunan masjid ICS. Sebab dengan cara inilah saya bisa mengetahui langsung fungsi masing-masing lantai yang  terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama terletak di lantai basement. Fungsinya sebagai area parkir kendaraan dengan kapasitas 200 mobil dan 138 buah sepeda motor, toilet pria dan wanita untuk para jamaah, juga Ground Water Tank (GWT) sebagai penampungan air bersih untuk toilet dan tempat wudhu.

    Bagian kedua merupakan lantai dasar yang berfungsi sebagai ruang pertemuan dengan daya tampung hingga 5000 orang. Biasanya dipakai untuk acara seminar, resepsi pernikahan, maupun tabligh akbar. Bagian ini juga dilengkapi dengan plaza dalam dan plaza luar yang mampu menampung jamaah hingga 10.000 orang. Di samping kiri dan kanannya difungsikan sebagai area parkir berkapasitas 391 mobil dan 430 sepeda motor. Di plaza luar tersedia keran-keran air di sisi kiri dan kanan yang berfungsi sebagai tempat wudhu.
     

    Ruang shalat wanita

    Pada bagian ketiga adalah lantai utama (lantai dua) yang merupakan ruang salat utama dengan daya tampung jamaah hingga 20.000 orang. Untuk menuju lantai utama ini bisa diakses dengan menggunakan tangga utama (tangga tasbih) yang terletak di lantai dasar. Material lantai ruang salat utama terbuat dari granit pilihan dengan corak beraneka warna, menghadirkan kesan hangat namun tetap sejuk karena menggunakan AC sebagai penyejuk ruangan.

    Terakhir adalah lantai mezzanine yang terletak di atas lantai utama yang mampu menampung hingga 10.000 jamaah. Ada tangga di 4 menara sudut dan juga di sisi kiri dan kanan bangunan yang bisa digunakan untuk mencapai lantai mezzanine ini. Meskipun demikian, lantai atap tidak dipergunakan sebagai tempat salat. Pada lantai atap hanya terdapat unit chiller sebagai pendingin ruangan.
     

    Fasilitas belajar untuk anak-anak

    Sarana Penunjang

    Masjid Islamic Centre Samarinda tak hanya menjadi tempat ibadah bagi umat Islam, tetapi juga memiliki sarana penunjang berupa fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk aktifitas umat. Semua bangunan sarana penunjang tersebut letaknya tepat dibelakang bangunan utama, menghadap ke Jalan Ulin.

    Bangunan sarana penunjang masjid ICS terdiri dari 2 rumah penjaga masjid, 2 rumah imam, gedung asrama putra dan putri masing-masing 2 lantai dan dilengkapi gedung serba guna. Ada juga bangunan TK, koperasi, poliklinik, serta bangunan utilitas yang meliputi ruang genset, ruang pompa, ruang PLN, GWT dan bak sampah.
     

    Luas dan megah

    Masjid Kebanggaan

    Masjid ICS merupakan salah satu ikon Kota Samarinda. Bagi pendatang yang baru pertama kali ke Samarinda, sangat mudah untuk menemukan lokasinya. Dari Jembatan Mahakam jaraknya sekitar 2 km saja. Komplek ICS terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kota Samarinda.

    Di seberang jalan komplek ICS yang menghadap ke Sungai Mahakam, terdapat taman asri dengan bangku-bangku untuk duduk sambil menikmati suasana di tepian Sungai Mahakam. Pada malam hari atau selepas matahari tenggelam di ufuk barat, gemerlap lampu yang menerangi masjid ICS menghadirkan keindahan tersendiri. Dalam gelapnya malam kota Samarinda, masjid ICS tampak menawan ketika dipandang dari seberang sungai Mahakam. 


    View Masjid dari bukit tertinggi di Kelurahan Gunung Kelua

    Masjid ICS, Sungai Mahakam, dan Jembatan Mahakam,  merupakan ikon kota Samarinda yang saling berdampingan

    Bangunan masjid ICS tidak hanya megah dan indah dari segi arsitekturnya, tetapi juga dari letaknya yang sangat strategis di tepian Sungai Mahakam. Keindahan konsep arsitektural masjid ICS berpadu apik dengan keindahan Sungai Mahakam dan Jembatan Mahakam. Tak heran jika masjid ini menjadi salah satu destinasi yang tak boleh terlewatkan ketika menyambangi kota Samarinda.

    Rasanya tidak afdal berkunjung ke Samarinda tanpa menyaksikan dan menjejakkan kaki di masjid ini. Setidaknya itulah yang saya rasakan ketika bertandang ke Kota Samarinda. 


    (*)

    Artikel Masjid ICS ini pernah dimuat sebanyak 4 halaman di Majalah NOOR Vol.8 Bulan September 2014. 


    Maju Tanpa Batas Bersama BINUS Online Learning

    $
    0
    0
    Maju Tanpa Batas Bersama Binus Online Learning

    Saat ini pendidikan kian maju. Kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pendidikan yang mereka miliki pun semakin tinggi. Apalagi kini banyak alternatif bagi masyarakat untuk menikmati bangku kuliah. Semakin mudah bagi mereka untuk melanjutkan jenjang pendidikan.

    Tetapi, tidak semua orang bisa melanjutkan studi. Ada yang terbentur problematika ekonomi. Ada yang hanyut dalam dunia kerja sehingga tidak punya lagi waktu luang untuk kuliah. Ada yang mampu secara ekonomi tapi sibuk dengan hobinya, misal traveling hingga berbulan-bulan ke luar kota bahkan negara. Lainnya ada yang terkendala masalah kesehatan, harus banyak istirahat bahkan berbaring di tempat tidur saja sehingga tidak memungkinkan untuk selalu bepergian ke kampus.
     
    Apapun itu, dalam hal menuntut ilmu, semangat tak boleh padam dengan alasan apapun.
    Pernah dengar cerita tentang semangat juang almarhum Pepeng sang komedian legendaris?  Penyakit Multiple Sclerosis yang diderita Pepeng membuatnya terbaring selama hampir 10 tahun. Tetapi, semasa hidupnya beliau berhasil menyelesaikan studi S-2 dari balik tempat tidur. Bahkan, lulus dengan nilai "A"!

    Lantas, apa solusi untuk orang-orang yang tidak memiliki waktu luang cukup, atau orang dengan kendala fisik tapi mau kuliah?

    Salah satunya adalah perkuliahan sistem online.
     


    Saat ini pendidikan online begitu digandrungi oleh mahasiswa di berbagai belahan dunia karena  online learning lebih fleksibel dan membantu pengembangan karier bagi mereka yang sudah bekerja. Selain fleksibel, sistem ini juga menawarkan biaya lebih murah dibandingkan perkuliahan reguler. Bahkan pada beberapa kasus, pembelajaran online lebih tepat daripada pembelajaran dalam kelas.

    Kuliah online itu memangnya seperti apa sih? 

     
    Kuliah online sama saja seperti kuliah pada umumnya, kita tetap belajar, mendapatkan materi dan berdiskusi. Bedanya, kita melakukan semuanya melalui internet.

    Tidak bisa dipungkiri kan’ kalau kita sering kali memiliki keterbatasan waktu untuk kuliah karena kesibukan sehari-hari. Kita bisa saja mengikuti kuliah kelas karyawan ataupun kuliah malam hari, namun kita harus tetap datang ke kampus dan mengikuti pembelajaran di kampus setiap saat. Salah satu cara agar kita dapat kuliah dan tidak perlu datang ke kampus setiap saat yaitu dengan kuliah online.  


    BINUS Online Learning 

    Untuk kuliah online pun kita perlu memilih universitas penyelenggara yang dapat dipercaya dan berkualitas tentunya. Kualitas ini mencangkup kegiatan belajar serta interaksi mahasiswa tersebut.

    Namun memang belum banyak universitas yang dapat menyelenggarakan sistem kuliah online yang terpercaya dan berkualitas. Untuk itu, Binus Online Learning  hadir memberikan kemudahan pendidikan untuk anda. Sistem Binus Online Learning ini juga sangat fleksibel. Dalam kegiatan belajar, mahasiswa dapat melakukan interaksi dengan dosen tanpa ada batasan waktu dan tempat.


    Kehadiran dalam tatap muka di ruang kelas tetap akan dilakukan, tetapi terbatas pada kegiatan yang bersifat pembahasan kasus, diskusi pemantapan pemahaman materi kuliah, dan pada saat mengikuti ujian.

    Interaksi dengan dosen dan praktisi sangat diutamakan untuk mendapatkan dan meningkatkan kemampuan dan wawasan mahasiswa dalam kegiatan praktis dan pengambilan keputusan yang nyata. Metode ini sangat cocok untuk pekerja professional dan entrepreneur bahkan ibu rumah tangga yang ingin melanjutkan studi S1 tanpa terkendala dengan waktu dan tempat.
     



    Kuliah di BINUS Online Learning memang BEDA!

    Untuk kegiatan belajar mahasiswa, Binus Online Learning sudah mempersiapkan dan memperhitungkan agar mahasiswa mendapatkan hasil yang berkualitas. Mahasiswa dapat fokus belajar dengan jumlah mata kuliah yang terbatas di tiap periode/semester, sehingga hasil yang didapatkan lebih maksimal. Mahasiswa Binus Online Learning juga akan mendapatkan Pembelajaran Global, dimana mahasiswa Binus Online learning tidak saja akan diajar oleh dosen dari kota lain seperti Jakarta, tapi juga dengan dosen-dosen yang ada di luar negeri.

    Binus Online Learning menggunakan LMS (learning management system) yang terintegrasi untuk membangun jaringan interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen dan mahasiswa dengan pembimbing akademis. Dengan demikian mahasiswa online learning dipastikan mempunyai kualitas yang sama dengan mahasiswa yang melakukan sistem perkuliahan pada umumnya.

    Untuk metode perkuliahan, setiap mata kuliah akan diterima dalam beberapa bentuk seperti, diskusi di forum, tugas individu / kelompok, video confrence, video pembelajaran. Semua ini dilakukan secara online. Namun untuk awal masuk perkuliahan, dan ujian setiap mahasiswa harus datang ke BULC atau kampus BINUS.
     


    Binus University Learning Community atau yang dikenal sebagai BULC sudah hadir di beberapa kota, diantaranya Palembang, Semarang, Malang dan Bekasi. Dengan adanya BULC ini jika mahasiswa Binus Online Learning sedang ada tugas keluar kota dan bertepatan dengan waktu ujian ataupun perkuliahan face to face, maka dapat datang ke BULC terdekat untuk mengikuti kegiatan tersebut.

    Dengan progam EES (Employabiity & Entrepreneurial Skill) yang dimasukkan kedalam mata kuliah, Binus Online Learning tidak saja menyiapkan lulusannya untuk siap bekerja, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan. Saat ini Binus Online Learning juga telah menghasilkan lebih dari 300 lulusan terbaik yang tersebar di berbagai instansi dan perusahaan baik nasional maupun multinasional. 




    Tentunya dengan metode pembelajaran secara Online, Anda dapat #MajuTanpaBatas karena dapat kuliah kapan saja, dimana saja. Tidak ada lagi batasan untuk anda kuliah, sekarang anda dapat melakukannya sambil bekerja, mengejar passion, mengurus bisnis, bahkan travelling ke luar negeri.

    Dengan fleksibilitas dan kredibilitas yang dimiliki BINUS ONLINE LEARNING, terbukti dapat menjadi pilihan perkuliahan bermutu tinggi.

    Sudah siap untuk #MajuTanpaBatas? 




    Trip Belitung Kali Ini Spesial Pakai Banget

    $
    0
    0

    “Saya pasti kembali.”

    Kata-kata itu terucap sesaat sebelum pesawat mengangkasa, meninggalkan Belitung menuju Jakarta pada hari Minggu, 13 Sept 2015. Sebuah janji, sebut saja begitu.

    Ada banyak alasan kenapa lahir janji. Panjang jika diuraikan. Kalau boleh disimpulkan, cukuplah saya katakan bahwa Belitung telah menawan hati saya. Orang-orangnya ramah, kuliner khasnya lezat, suasana kotanya tenang, budayanya unik, dan tentunya panorama alamnya berupa pantai dan pulau yang dihiasi hamparan batu-batu granit raksasa sangatlah indah. Semua itu jadi alasan untuk kembali. Ibarat orang jatuh cinta, rindu untuk kembali ke Belitong setinggi gunung bentuknya.

    Berselang delapan bulan kemudian. Saya berangkat lagi ke Belitong, tepatnya hari Minggu, 1 Mei 2016. Sebuah kenyataan dari janji yang ditepati.
     

    Sept 2015, ngetrip pertama kali ke Belitung berdua mbak Samsiah

    Tahun lalu saya pergi berdua saja dengan Mbak Samsiah. Selama 3 hari 2 malam, kami percayakan segalanya pada Visca Tour. Kepercayaan yang tak sia-sia, karena kami menuai apa yang kami harapkan. Bepergian ditemani guide Romi yang berisik tapi asik, sangat menyenangkan. Penginapan, makan, dan transportasi yang kami gunakan, belum ada yang bisa saya buatkan kritik.

    Kepuasan itulah yang membuat saya berani merekomendasikan Visca Tour kepada teman-teman yang berminat untuk liburan ke Belitong. Baik teman sesama travel blogger, food blogger, photographer, maupun teman bukan dengan embel-embel itu.

    Suatu ketika di tahun 2015, obrolan untuk liburan bareng ke Sumatra muncul dalam grup yang beranggotakan teman-teman blogger yang selama ini dekat dengan saya. Ada beberapa tempat yang diusulkan. Mulai dari Aceh, Palembang, Lampung, Padang, hingga Belitong. Setelah melalui obrolan panjang yang kadang putus-putus, terpilihlah Belitong. Saya spontan berkata: “Pakai jasa Visca Tour yuk.” Teman-teman OK. Rencana pun dibuat.

    Kami pilih paket liburan 3D2N Rp 1,5 juta / orang. Kemana saja dan ngapain saja dengan biaya sejumlah itu? Banyak. Silakan baca detailnya di www.viscatour.com

    Sudah baca? Bagaimana menurutmu, biaya 1,5 juta itu reasonable nggak? Kalau saya pribadi malah dapat pengalaman berlibur yang nilainya lebih dari 1,5 juta ^_^ Coba saja dan rasakan sendiri…
     

    Pesona Belitung dengan hamparan batu granit raksasa di Pantai Tanjung Tinggi

    Ada satu usulan dari Tari agar nanti di Belitung ada kesempatan berjumpa dengan Ibu Muslimah, guru Andrea Hirata yang pernah diceritakan dalam novel fenomenal Laskar Pelangi. Sosok guru sederhana namun sarat inspirasi. Usulan itu saya teruskan langsung ke ownerVisca Tour, dan ternyata disanggupi.

    Luar biasa. Dengan adanya jadwal berjumpa ibu Muslimah, trip Belitung ini jadi spesial. Teman-teman antusias. Saya pun demikian. Bukan apa-apa. Bikin jadwal jumpa ibu Muslimah itu tidak mudah. Kalaupun bisa biasanya dilakukan di replika SD Laskar Pelangi. Sedangkan kami justru diajak bertemu di rumahnya. Siapa yang tak senang dengan keistimewaan ini?

    Dalam catatan saya, selama 3 bulan sejak rencana disusun, nama-nama peserta datang dan pergi. Bongkar pasang. Mbak Lina Sasmita & temannya, mbak Primastuti dan suaminya, Mbak Primahapsari, Mbak Mechta, dan juga mbak Renny, mereka adalah teman-teman yang sudah mendaftar tapi kemudian mundur karena sesuatu dan lain hal terkait urusan pekerjaan dan hal lainnya yang tentu tidak mesti saya ceritakan di sini. Meski tak ikut dalam trip kali ini, mereka tetap berharap bisa pergi bareng dalam trip Belitung berikutnya.

    Dua minggu jelang keberangkatan, delapan belas orang memastikan berangkat, termasuk saya. Ada Arie Goiq, Dewi Rieka, Rahmi & dua anaknya, Dian & anaknya, Samsiah dan ibunya, Lestari, Cepi, mbak Indah & dua anaknya, mbak Andrie, mbak Ningsih dan tak ketinggalan mas Yopie juga ikut serta. Rombongan kami terdiri dari tiga balita, dua anak usia remaja, dan tiga belas orang dewasa. Seru!


    Senang dan gembira....

    Belitong kami datang!
     
    Sesuai jadwal, hari Minggu pagi tanggal 1 Mei 2016, rombongan harus sudah tiba di Belitong. Jadi, kami semua mengambil penerbangan pagi dari Jakarta. Ada yang berangkat jam 5.55 (citilink), jam 6.20 (Sriwijaya Air), jam 6.50 (Garuda). Semua berangkat dengan tujuan yang sama yaitu  bandara H.A.S Hananjoeddin, Tanjung Pandan.

    Mbak Dian sudah tiba satu hari sebelumnya karena berangkat dari Batam. Jika datang pada tanggal 1 Mei, ia akan kehilangan separuh trip pada hari pertama karena pesawat dari Batam adanya siang hari baru tiba di Belitung. Sedangkan Tari dan Mbak Rahmi sudah melakukan perjalanan dengan kereta dari Semarang sejak tanggal 30 April. Perjalanan yang panjang…
     

    Mas Yopie siap terbang ke Belitung untuk pertama kalinya

    Gembira, itu yang saya rasakan saat kembali menjejakkan kaki di Belitung. Tak saya duga, belum sampai setahun ternyata saya sudah kembali ke pulau ini. Kali ini terasa berbeda, lebih ramai karena saya datang dengan banyak teman. Di bandara, untuk pertama kalinya saya bertemu mbak Rahmi. Ah, akhirnya ketemu juga dengan mak irits ^_^

    Saya bertemu lagi dengan guide Romi. Sama seperti waktu pertama ke Belitong, kali ini masih dia yang menjemput di bandara. Bang Romi masih sama seperti terakhir berjumpa, riang, banyak canda dan tentunya menyenangkan. Bang Romi memperkenalkan saya pada Nandi, driver yang akan membawa kami keliling Belitung.

    “Nanti kita pakai elf,” ucap bang Romi sambil menunjuk sebuah kendaraan. 

    Bus yang menjemput rombongan kami di Bandara HAS Hananjoeddin

    Kami tak langsung berangkat karena masih ada kloter 3 yang belum sampai, yakni mbak Samsiah dan ibunya yang datang dengan pesawat Garuda. Karena cukup lama baru tiba,  sekitar 45 menit, kami diajak ke kantin bandara dulu. Menunggu di sana sambil minum dan nyemil makanan ringan. Sayang kalau beli makanan berat, soalnya dari bandara akan langsung menuju Mie Atep untuk sarapan bersama.

    Oh ya, trip kali ini kami akan ditemani langsung oleh Hari dan Melisa (pemilik Visca Tour). Tapi, di mana mereka? Kenapa tidak ikut menyambut kami? *emang siapa elo disambut segala oleh owner Visca Tour? :p

    Hari dan Melisa ternyata sudah menunggu di Mie Atep Belitung. Mereka bersama mbak Dian. Saya akan bertemu mereka di sana.  


    Ngopi-ngopi dulu di kantin bandara, menunggu kedatangan Mbak Samsiah dan ibunya

    Terjebak di kerumunan penonton parade
    Pukul 8.30 semua peserta sudah lengkap. Mbak Samsiah datang bersama ibunya. Seperti perkiraan saya, ibunya sudah sepuh sebagaimana umumnya wanita yang sudah punya beberapa cucu. Tapi jangan salah, ibunya mbak Samsiah terlihat segar, kuat dan bersemangat. Ayunan langkahnya masih mantap. Waktu saya lihat senyumnya, aduh….rasanya adeeem banget.

    Trip kali ini jadi sangat berwarna, dari batita usia 2 tahun hingga nenek usia 60-an tahun ikut serta. Dari bujang dan gadis hingga mama-mama dan papa-papa yang gayanya kayak masih nona-nona dan pemuda usia remaja juga ada. Apik pokoknya :D
     

    Asyik ya jalan-jalan rame begini

    Meski ramai, minibus yang kami tumpangi tidak penuh. Apalagi koper-koper dan tas sudah dibawa ke hotel pakai mobil lainnya. Isi bus jadi lega. Bisa pindah-pindah kalau mau. Dua bujang (lapuk tapi keren) duduk paling belakang *lirik Arie dan Cepi*. Para wanita duduk di tengah hingga depan. Saya duduk dibangku paling depan, biar bisa motret dan rekam gambar untuk video. Sedangkan Bang Romi, berdiri paling depan memandu perjalanan.

    Tempat pertama yang akan kami tuju adalah Mie Atep Belitung. Kuliner ini akan jadi menu sarapan pertama kami di Belitung. Saya dan juga yang lainnya, tentu berharap cepat sampai. Tapiiiii…?? Apa yang kami jumpai di perjalanan?
     

    Jalan kaki melewati bundaran tugu Satam yang dipadati warga

    Hari itu ada parade dalam rangka latihan bersama antara TNI AU, AD, dan AL yang dilaksanakan di pusat kota Tanjung Pandan, tepatnya di bundaran batu Satam. Akibatnya, beberapa ruas jalan ditutup dan arus kendaraan pun dialihkan. Bus kami belok sana sini, masuk jalan ini dan itu, membuat jarak yang harusnya dekat jadi jauh. 

    Bundaran Batu Satam ternyata penuh orang. Bus tidak bisa mendekat ke warung mie Atep, melainkan berhenti di dekat hotel Central City 1. Sekitar 500 meter dari warung. Kami pun jalan kaki :D

    Sampai di bundaran, parade baru saja mulai. Kerumunan orang ramai bukan kepalang. Rapat dan ga bisa lewat kecuali memaksa menembus barisan penonton. Sebenarnya kerumunan itu tidak panjang, tapi padat dan bikin tersendat. Bahu saya dan bahu orang saling menempel, begitu gambarannya. Di tengah jalan, ada yang injak kaki saya tanpa sengaja. Saya tarik, yang ada wedges sebelah kiri saya copot. Haduuuh….  



    Kalau tak ada acara, bundaran Tugu Satam sepi seperti ini *foto Sept 2015*
    Untuk menuju warung Mie Atep, kami harus menembus kerumunan ini

    Sempet-sempetin deh motret yang lewat di tengah jalan :D

    Walau jalanan sesak dan bikin peluh bercucuran, tapi senang juga bisa melihat suasana ramai saat itu. Malah sempat ambil beberapa foto. Tak sampai lama parade itu selesai, orang-orang pun bubar. Kami juga sudah sampai di warung Mie Atep. Di sinilah saya berjumpa dengan Hari untuk pertama kali. Tahun lalu saat ke Belitung dia ‘ngumpet’ haha…

    Cerita lengkap tentang kulineran Mie Atep ini akan saya tulis di postingan berbeda. Atau bisa baca di blog mas Yopie dulu kalau mau lihat-lihat, di sini : Nikmatnya Cita Rasa Kuliner Khas Belitung
     

    Berjumpa pertama kali dengan owner Visca Tour, Hari JT dan istrinya Melissa

    Museum Kata Andrea Hirata Sedang Direnovasi

    Tahun lalu, ada satu tempat dalam itinerary yang gagal saya kunjungi yaitu Menara Pulau Lengkuas. Saat itu menara sedang dalam proses renovasi. Bahaya jika dimasuki. Nah, trip kali ini kebagian Museum Kata yang tak bisa dikunjungi karena sedang direnovasi :D

    Ya, walaupun tahun lalu saya sudah masuk museum dan bisa melihat semua isinya dari ruang depan sampai belakang, tetap saja masih ingin lihat. Tapi apa daya, pekerjaan renovasi museum di luar kuasa kami maupun pihak Visca Tour.
     

    Sept 2015 lalu beruntung bisa mampir ke Museum Kata Andrea Hirata, tapi tahun ini tidak

    Saya jadi sedih bukan karena saya yang tak bisa masuk, tapi sedih karena kawan-kawan yang belum pernah lihat jadi tidak bisa lihat. Museum Kata pasti jadi idaman mereka juga. Saya tahu rasanya kecewa karena tahun lalu saya merasakan hal yang sama.

    Tapi….

    Bertemu Ibu Muslimah adalah obat kecewa paaaaling mujarab.
     

    Ibu Muslimah cantik dan para fansnya

    Ya, kesempatan bertandang ke rumah Ibu Muslimah, berjumpa langsung dengan beliau, ngobrol, mendengar cerita, nasihat, dan pengalamannya adalah hal istimewa yang belum tentu didapat oleh tiap pelancong yang bertandang ke Belitung. Apalagi, pertemuan ini dipenuhi secara khusus oleh Ibu Muslimah, tentu menjadi pengalaman berharga yang tak terlupakan.

    Saya bisa rasakan bagaimana senangnya kawan-kawan saat bertemu ibu Muslimah. Hal ini bisa dibaca lewat tulisan yang mereka posting di blognya masing-masing. Mbak Dewi, Lestari, dan mbak Dian sudah menuturkan pengalamannya saat berjumpa bu Muslimah. Silakan di baca di sini:

    Kesempatan berharga bisa bersua Ibu Muslimah di kediamannya

    Dua kali ke Belitong, dan saya masih saja ingin kembali. Belum ada kata bosan. 

    Yang pertama spesial, tapi kali ini lebih banyak yang spesial.  Kamu tahu kenapa? Nanti saya ceritakan pada postingan berikutnya ^_^
    Viewing all 779 articles
    Browse latest View live